Anda di halaman 1dari 32

REVISI

MANAJEMEN KEPERAWATAN

oleh:
Kelompok 2
Auliya Hidayati NIM 132310101001
Ropikchotus salamah NIM 132310101002
Jamilatul Komari NIM 132310101004
Indah Dwi Haryati NIM 132310101005
Ria Agustina NIM 132310101009
Mashila Refani Putri NIM 132310101013
Chrisdianita Fitria R NIM 132310101016
Larasmiat Rasman NIM 132310101018
Karina Diana Safitri NIM 132310101019
Nur Winingsih NIM 132310101020
Indra Kurniawan NIM 132310101021
Anis Fitri Nurul A NIM 132310101023
Lutfiasih Rahmawati NIM 132310101024
Nurwahidah NIM 132310101026
Yulia Martha F. NIM 132310101029
Nailul Aizza Rizqiyah NIM 132310101032
Windi Noviani NIM 132310101036
Insiyah Noryza A.S NIM 132310101037
Rizka Agustine W. NIM 132310101041
Rizka Inna Safitri NIM 132310101047
Nuzulul Kholifatul F. NIM 132310101048
Janna Nima I. NIM 132310101051
Ratih Dwi A. NIM 132310101052
Tri Buana Ratna Sari NIM 132310101053
Talitha Zhafirah NIM 132310101055
Yeheskiel Febria N NIM 132310101061

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2016
DAFTAR MASALAH HASIL PENGKAJIAN
Komponen Analisis Masalah
Ketenagaan 1. Analisis ketenagaan, jumlah tenaga keperawatan dan
non keperawatan
Terdapat perbandingan keperawatan dan tempat
tidur adalah 2:3 sebanyak 5 dan 1:2 sebanyak 1.
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomer
340/MENKES/PER/III/2010 Tentang Klasifikasi
Rumah Sakit, standar perbandingan tenaga
keperawatan dan tempat tidur adalah 2:3.
Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan hal
tersebut yaitu jumlah tenaga keperawatan belum
memenuhi standart perbandingan tenaga
keperawatan dan tempat tidur karena seharusnya
jumlah perawat 12.

2. Latar belakang pendidikan , masa kerja, jenis


pelatihan yang diikuti
Latar belakang pendidikan tenaga perawat
diruang Mawar yaitu sebanyak 9 orang memiliki
latar belakang pendidikan D3 keperawatan , 2 orang
memiliki latar belakang pendidikan SPK, dan 1
orang memiliki latar belakang pendidikan SMA.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 340/MENKES/PER/III/2010,
kebutuhan tenaga keperawatan pada rumah sakit tipe
C adalah 1 orang dengan latar belakang pendidikan
sarjana keperawatan dan 1:3 tempat tidur untuk latar
belakang pendidikan D3 keperawatan. Kesimpulan
yang dapat ditarik berdasarkan hal tersebut yaitu
jumlah tenaga keperawatan yang memiliki latar
belakang pendidikan Sarjana Keperawatan belum
memenuhi standart karena masih menempuh
pendidikan sarjana. Sedangkan untuk perbandingan
tempat tidur dan tenaga keperawatan dengan latar
belakang pendidikan D3 telah memenuhi standart.

3. Pengalaman mengikuti pelatihan


Berdasarkan pengkajian semua perawat telah
mengikuti pelatihan yaitu CWCCA, BCLS, dan BLS.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomer 10 tahun 2015 mengenai Standart
Pelayanan Keperawtan di Rumah Sakit Khusus
untuk pasien dalam keadaan emergensi perawat
harus menyertakan bukti mengikuti pelatihan gawat
darurat atau BCLS. Kesimpulannya seluruh tenaga
perawat di ruang mawar telah mengikuti pelatihan
yang sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan
diruang mawar (ruang bedah).
Banyaknya Institusi yang mengadakan pelatihan
CWCCA, BCLS, BLC, Kegawatdaruratan, dan
pelatihan khitan. Menurut PERMENKES RI NO.
1796/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Registrasi
Tenaga Kesehatan, seluruh tenaga kesehatan yang
ada di Indonesia wajib memiliki STR, STR
dikeluarkan oleh Pemerintah dengan tujuan
meningkatkan kualitas dan kompetensi dalam rangka
melindungi masyarakat. STR berlaku 5 tahun,
setelah masa habis, wajib diperpanjang. Perawat
harus mengumpulkan Satuan Kredit Profesi (SKP)
minimal 25 SKP selama 5 tahun. SKP didapatkan
melalui pelatihan, seminar, workshop dan kegiatan
ilmiah yang dilakukan oleh institusi pendidikan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan
banyaknya institusi pendidikan yang mengadakan
pelatihan dan seminar keperawatan dapat menambah
kompetensi perawat.

4. Masa Kerja
Berdasarkan pengkajian masa kerja perawat di
ruang mawar di dapatkan sebanyak 3 orang memiliki
masa kerja 1-5 tahun, 1 orang memiliki masa kerja 6-
10 tahun, 3 orang memiliki masa kerja 11-15 tahun, 4
orang masa kerjanya 16-20 tahun, dan 1 orang
memiliki masa kerja > 20 tahun. Menurut undang-
undang Keperawatan nomer 38 tahun 2014 berisikan
lama masa kerja yaitu >5 tahun. Kesimpulannya, rata
rata perawat di ruang mawar memiliki masa kerja
>10 tahun menunjukan bahwa kompetensi yang
dimiliki cukup baik.
Sarana Prasarana 1. Analisis Lingkungan Kerja

a. Penataan ruang di ruang mawar kurang baik


karena nurse station dengan ruang rawat tidak
mudah dijangkau karena berbeda ruang. Menurut
Harmoko (2010) ruang perawat (nurse station)
hendaknya terletak pada lokasi yang mudah
dijangkau sehingga memudahkan perawat dalam
mengamati pasiennya secara efektif. Area kerja
perawat harus dikelompokkan bersama dan juga
harus memiliki hubungan langsung dengan area
perawatan agar perawat tidak perlu berjalan jauh
karena nurse station adalah ruangan yang
dijadikan tempat untuk berdiskusi oleh para
perawat untuk melakukan perencanaan,
pengorganisasian asuhan dan pelayanan
keperawatan (pre dan post-conference),
pengaturan jadwal perawat, dokumentasi sampai
dengan evaluasi. Jadi, nurse station adalah
ruangan yang seharusnya didirikan berdekatan
dengan ruang rawat inap agar memudahkan
perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan
yang terbaik kepada pasien.

b. Ruangan nurse station juga terbatas dan tidak


rapi, demikian juga dengan ruangan pasien yang
cukup sempit pada kelas III. Ruangan merupakan
penunjang penting untuk meningkatkan kualitas
kerja. Keadaan ruangan yang sempit dan sumpek
dapat mempengaruhi perawat dalam melakukan
tindakannya pada pasien (Kemenkes, 2004). Jadi,
ruangan yang sempit akan menyebabkan pasien
sekaligus keluarga pasien merasa tidak nyaman.
Hal ini dapat memperlama waktu perawatan
pasien saat di rumah sakit dan akan
mempengaruhi pada kualitas pelayanan rumah
sakit.

c. Suasana kerja di Ruang Mawar cukup kondusif


dan santai. Depkes RI (1994) melaporkan bahwa
yang menjadi isu prioritas utama perawat tentang
kondisi kerja antara lain perawat membutuhkan
lingkungan kerja yang kondusif, melaksanakan
tugas sesuai dengan kompetensi, pendidikan dan
pelatihan, sistem penghargaan termasuk
kesejahteraan, menghargai atau menghormati
antar profesi, serta ada sarana dan prasarana yang
mendukung terselenggaranya pelayanan.
Lingkungan kerja sangat berpengaruh terhadap
semangat kerja dimana perawat tidak mungkin
dapat melakukan pekerjaan sebagaimana yang
diharapkan tanpa ditunjang lingkungan kerja yang
mendukung kenyamanan perawat didalam
melaksanakan pekerjaan sehari-hari sangat
tergantung pada lingkungan kerja tempat mereka
bekerja. Jika ada hal-hal yang tidak kondusif dan
gangguan pada lingkungan tempat pegawai
tersebut bekerja secara langsung dan berdampak
buruk pada konsentrasi bekerja para perawat yang
akhirnya berpengaruh terhadap semangat kerja
perawat tersebut.

2. Analisis Gambaran kapasitas tempat tidur di ruangan

a. Di Rumah Sakit Baladhika Husada Ruang


Mawar memiliki jumlah tempat tidur sebanyak
17 buah. Terdapat 4 TT untuk kelas VIP dengan
isi ruang yaitu 4 bed pasien, bed penunggu
pasien, kursi dan meja, TV, washtafel, kipas
angin, kursi tunggu, dan toilet. Untuk kelas 3
terdapat 11 TT yang di bagi menjadi dua 4 TT
wanita dan 7 TT pria yang di lengkapi dengan
TV dan kipas angin, kursi dan meja, 1 toilet
untuk semua pasien kelas 3. Sedangkan di
ruangan isolasi hanya ada bad pasien dan meja
dengan ruangan yang cukup sempit. Menurut
peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor1204/MENKES/SK/X/2004 Kebutuhan
luas lantai untuk rumah sakit pendidikan
disarankan + 110 m2 setiap tempat tidur., Sebagai
contoh, rumah sakit pendidikan dengan kapasitas
500 tempat tidur, kebutuhan luas lantainya adalah
sebesar + 110 (m2/tempat tidur) x 500 tempat
tidur = + 55.000 m2, Kebutuhan luas lantai untuk
rumah sakit umum (non pendidikan) saat ini
disarankan 80 m 2 sampai dengan 110 m2 setiap
tempat tidur, Sebagai contoh, rumah sakit umum
(non pendidikan) dengan kapasitas 300 tempat
tidur, kebutuhan luas lantainya adalah sebesar 80
(m 2/tempat tidur) x 300 tempat tidur = + 24.000
m2.

b. Gambaran kapasitas tempat tidur di ruangan


(setiap hari dan kesimpulan selama 2 hari)
Berdasarkan hasil pengkajian yang didapat ,
jumlah yang di butuhkan terdapat 2 TT untuk
kelas VIP dengan isi ruang yaitu bed pasien, bed
penunggu pasien, kursi dan meja, TV, washtafel,
kipas angin, kursi tunggu, dan toilet. Untuk kelas
3 terdapat 11 TT yang di bagi menjadi dua 4 TT
wanita dan 7 TT pria yang di lengkapi dengan
TV dan kipas angin, kursi dan meja, 1 toilet
untuk semua pasien kelas 3. Sedangkan di
ruangan isolasi hanya ada 1 bad pasien dan meja
dengan ruangan yang cukup sempit. Dan
seharusnya ruang mawar kelas 1 yang di
butuhkan VIP kelas 1, 2 buah tempat tidur, kelas
2 butuh 3 tempat tidur, kelas 3 dan 4 di butuhkan
TT 6.

3. Analisis Peralatan dan Fasilitas

a. Fasilitas untuk pasien terdapat 4 barang dengan


kondisi baik, 4 barang kurang baik, dan 8 barang
baik. Menurut Pedoman Teknik Sarana dan
Prasarana Rumah Sakit Kelas C oleh Depkes RI
tahun 2007, fasilitas yang ada di Ruang Mawar
belum memenuhi stabdar kebutuhan fasilitas
karena terdapat daftar fasilitas yang tidak terdapat
dalam fasilitas untuk pasien di Ruang Mawar.
Sehingga menurut kami fasilitas untuk pasien di
Ruang Mawar masih kurang dan tidak memenuhi
standar.

b. Kamar mandi dan wc untuk petugas kesehatan


bercampur dengan kamar mandi pasien yaitu di
ruang nomor 4 dengan kondisi kurang baik. salah
satu hak perawat ialah mendapatkan jaminan
perlindungan terhadap resiko kerja yang berkaitan
dengan tugasnya, sedangkan dengan
bergabungnya antar kamar mandi petugas
kesehatan dengan pasien jelas akan menimbulkan
resiko tinggi terjadinya infeksi nosokomial. Hal
tersebut jelas menunjukkan rumah sakit (ruang
mawar) belum bisa memenuhi hak perawat dalam
perlindungan dari resiko kerja.

c. Tidak ada kamar periksa khusus, semua tindakan


pemeriksaan dilakukan di ruang inap masing
masing pasien, sedangkan tidak tersedia tirai
pemisah. Perlindungan hak pasien tercantum
dalam pasal 32 Undang-Undang No. 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit, dimana salah satunya
disebutkan bahwa memperoleh layanan kesehatan
yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan
standar prosedur operasional. Sesuai standar
prosedur operasional dalam keperawatan salah
satunya ialah menjaga privasi pasien, apabila
diperlukan tindakan yang harus menjaga privasi
terutama di ruang Kelas III, sedangkan tidak
terdapat tirai pemisah, tentu ini merupakan suatu
pelanggaran hak pasien dalam menjaga privasi.

d. Semua peralatan medis berada pada nurse station


dan spoelhock. Menurut UU no. 44 tahun 2009
pasal 16 ayat (1), belum dapat terlaksana dengan
baik karena tidak ada ruangan atau tempat khusus
untuk peralatan sebagai tempat penyimpanan dan
perawatan yang layak. Sehingga, dalam
pemeliharaan dan penyimpanan alat di Ruang
Mawar ini masih kurang baik.

4. Analisis Alur Pengadaan Barang

Alur pengadaan barang/peralatan di ruang mawar,


seperti tensi, timbangan, dan lain-lain akan dibuatkan
bon alat pada gudang peralatan dan akan disetujui
oleh komandan dengan waktu yang tidak bisa
ditentukan sesuai dengan keuangan dan prioritas
kebutuhan rumah sakit. Menurut Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 bahwa
rumah sakit menjamin ketersediaan alat kesehatan.
Maka ketersediaan peralatan oleh pihak rumah sakit
ini akan sangat mempengaruhi mutu pelayanan
kesehatan yang diberikan, termasuk kepuasan
terhadap pasien. Oleh karena itu, peralatan haruslah
lengkap serta kondisi maupun fungsi dari sarana fisik
alat kesehatan tersebut harus dalam keadaan baik dan
dapat mendukung pelayanan kesehatan.
Sedangkan berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor 1121 Tahun 2008 dan Peraturan
Presiden Nomor 95 Tahun 2007, maka tahapan yang
perlu dievaluasi dalam proses perencanaan yaitu
tahap pemilihan, kompilasi pemakaian, metode yang
digunakan dalam menghitung kebutuhan alat dan
proyeksi kebutuhan serta penyesuaian dengan
anggaran. Kewajiban rumah sakit adalah untuk
menyediakan fasilitas peralatan kesehatan,
sumberdaya manusia dan dapat menjanjikan
keselamatan pasien, sehingga menjadi tantangan bagi
rumah sakit untuk dapat menyediakan pelayanan
yang terjangkau, tepat dan bermutu tinggi. Pada
kenyataannya, peralatan yang belum memadai
menyebabkan terdapatnya beberapa kendala dan
hambatan dalam proses pelayanan. Ketersediaan alat
yang masih kurang merupakan akibat dari proses
perencanaan yang tidak optimal. Perencanaan dan
pengelolaan yang baik diperlukan untuk menjamin
terselenggaranya pelayanan kesehatan yang baik dan
bermutu pada masyarakat.
5. Analisis Denah Ruangan

a. Berdasarkan gambar denah ruangan mawar,


perletakan ruangan secara keseluruhan kurang
adanya hubungan antar ruang. Sedangkan
menurut pedoman teknis sarana dan prasarana
rumah sakit kelas c perletakan ruangan secara
keseluruhan perlu adanya hubungan antar ruang
dengan skala prioritas yang diharuskan dekat dan
sangat berhubungan atau membutuhkan. Jadi,
peletakan ruang harus saling berdekatan, ruang
rawat inap dengan nurse station agar perawat
mudah dalam memantau semua pasien yang ada
dalam ruang rawat inap.
b. Ruang dokter dan ruang konsultasi tidak ada di
dalam denah. Sedangkan menurut pedoman teknis
sarana dan prasarana rumah sakit kelas c, harus
ada ruang dokter dan ruang konsultasi yang
berdekatan dengan nurse station. Jadi, ruang
dokter dan ruang perawat harus terpisah. Karena
ruang dokter berfungsi untuk ruang konsultasi
keluarga klien tentang masalah kesehatannya dan
ruang perawat sebagai ruang koordinasi dari
ruang rawat inap.
c. Tidak ada ruang alat, ruang ganti (loker), gudang
bersih dan kotor, spoelhock, ruang linen bersih
dan kotor. Semua peralatan medis berada pada
nurse station dan spoelhock. Sedangkan menurut
pedoman teknis sarana dan prasarana rumah sakit
kelas c, harus ada ruang ganti (loker) untuk
perawat dan doker, ada ruang linen bersih dan
kotor, gudang bersih dan kotor dan spoelhock.
Jadi, nurse station harus terpisah dengan peralatan
medis, ruang linen maupun gudang.

Metode 1. Visi dan Misi Rumah Sakit


Visi Rumah Sakit Baladhika Husada yaitu
Menjadi penyelenggara pembina kesehatan TNI-
AD yang dipercaya dengan dilandasi
profesionalisme, disiplin, bermoral, dan
solidaritas.
Misi Rumah Sakit Baladhika Husada
a. Menyelenggarakan dukungan kesehatan
yang handal
b. menyelenggarakan pelayanan kesehatan
yang prima
c. Menyelenggarakan fungsi organisasi dengan
seksama
Motto Rumah Sakit Baladhika Husada yaitu
melayani pasien secara profesional dan disiplin
serta mengutamakan keselamatan pasien guna
kepuasan bersama.
Sabarguna dan Listiani dalam bukunya yang
berjudul Organisasi dan Manajemen Rumah Sakit
menjelaskan bahwa rumah sakit merupakan sebuah
organisasi harus memiliki visi dan misi untuk
menentukan tujuan jangka pendek dan tujuan
jangka panjang, misi rumah sakit sebaiknya dapat
menggambarkan tugas, cakupan, tindakan yang
dilakukan, kelompok masyarakat yang dilayaninya,
pengguna yang harus dipuaskan, dan nilainya.
Dapat disimpulkan, Rumah Sakit Baladhika Husada
Jember memiliki visi dan motto yang jelas untuk
dapat menggerakkan organisasi rumah sakit dan
mencapai tujuan yang telah ditentukan, tetapi misi
yang telah disusun masih sangat umum dan kurang
spesifik.
2. Visi, Misi, Tujuan, Falsafah Keperawatan Ruangan
Ruang Rawat Inap Mawar di Rumah Sakit
Baladhika Husada Jember tidak memiliki visi, misi,
tujuan, dan falsafah keperawatan. Ruang rawat di
rumah sakit merupakan bagian dari rumah sakit
yang harus memiliki visi dan misi yang berkaitan
dengan visi dan misi rumah sakit, agar tujuan yang
dicapai sesuai dengan tujuan rumah sakit, visi dan
misi ruangan ini juga menjadi upaya dalam
peningkatan mutu pelayanan rumah sakit (Pohan,
2006). Berdasarkan penjabaran tersebut dapat
disimpulkan bahwa Ruang Rawat Inap di Rumah
Sakit Baladhika Husada Jember masih belum
memenuhi kriteria rumah sakit dalam
meningkatkan mutu pelayanannya.
3. Model penugasan asuhan keperawatan
Model penugasan di ruangan mawar merupakan
model penugasan peralihan dari model fungsional
ke model tim. Model tim sudah dikonsepkan di
ruangan mawar tetapi dalam pelaksanaannya masih
menggunakan model fungsional karena masih
dalam masa transisi. Metode penugasan tim adalah
metode pemberian asuhan keperawatan dimana
seorang perawat professional memimpin
sekelompok tenaga keperawatan dengan
berdasarkan konsep kooperatif & kolaboratif
(Douglas, 1992). Model penugasan tim di ruangan
Mawar Rumah Sakit Baladhika Husada Jember
dapat memberikan pelayanan keperawatan yang
komprehensif dan holistik tetapi karena model ini
merupakan model transisi maka pelayanan yang
diberikan di ruangan tersebut belum optimal.

4. Timbang terima
Metode timbang terima ruang mawar adalah
dilakukan 3 kali setiap pergantian shift dengan
menyebutkan nomer ruangan, nomer bed, dokter
penanggungjawab, keluhan pasien, terapi obat yang
diberikan, terapi yang akan dijalani, pemeriksaan
yang direncanakan untuk pasien hari ini, keluhan
pasien saat ini, dan tanda vital pasien. Nursalam
(2008) menyatakan timbang terima adalah suatu
cara dalam menyampaikan sesuatu (laporan) yang
berkaitan dengan keadaan klien yang bertujuan
untuk memberikan informasi yang akurat tentang
rencana perawatan pasien, terapi, kondisi terbaru,
dan perubahan yang akan terjadi dan antisipasinya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa timbang terima
di Ruang Mawar Rumah Sakit Baladhika Husada
sudah sangat baik karena laporan yang diberikan
antar perawatanya sangat detail untuk mengurangi
kesalahan dalam memberikan pelayanan kesehatan.

5. Supervisi Keperawatan
Pelaksanaan supervisi keperawatan di Ruang Rawat
Inap Mawar Baladhika Husada Jember menurut
Kepala Ruangan tidak pernah dilakukan
dikarenakan dalam ruangan tersebut pada saat shift
hanya terdiri dari 2 perawat yang berjaga, yaitu
kepala ruangan yang merangkap sebagai perawat
pelaksana dan perawat pelaksana itu sendiri.
Supervisi adalah kegiatan-kegiatan yang terencana
seorang manajer melalui aktifitas bimbingan,
pengarahan, observasi, motivasi dan evaluasi pada
stafnya dalam melaksanakan kegiatan atau tugas
sehari-hari (Arwani, 2006). Supervisi keperawatan
bermanfaat untuk meningkatkan efektifitas kerja
dan lebih meningkatkan efesiensi kerja (Suarli &
Bachtiar, 2009). Supervisi harus dilakukan dengan
frekuensi yang berkala. Menurut Bactiar dan
Suarly, (2009) yang bertanggung jawab dalam
melaksanakan supervisi adalah atasan yang
memiliki kelebihan dalam organisasi, dalam hal ini
adalah kepala ruangan. Menurut saya Ruang Rawat
Inap Mawar Baladhika Husada tersebut butuh
untuk melakukan perekrutan tenaga keperawatan
agar peran dan fungsi kepala ruang dapat kembali
seperti yang sudah ditentukan agar supaya kepala
ruang tidak mengalami double job yang
mengakibatkan tugasnya sebagai kepala ruang tidak
dilaksanakan sebagaiman mestinya supaya
efektifitas dan efisiensi kerja dapat tewujudkan
sehingga tujuan organisasi pun dapat dicapai.
6. Ronde keperawatan
Pelaksanaan Ronde Keperawatan di Ruang Rawat
Inap Mawar Baladhika Husada Jember tidak pernah
dilaksanakan bersama dengan petugas kesehatan di
bidang yang lainnya. Menurut Swansburg (2001)
menyatakan bahwa ronde keperawatan merupakan
prosedur dimana dua atau lebih perawat
mengunjungi pasien untuk mendapatkan informasi
yang akan membantu dalam merencanakan
pelayanan keperawatan dan memberikan
kesempatan kepada pasien untuk mendiskusikan
masalah keperawatannya serta mengevaluasi
pelayanan keperawatan yang telah diterima pasien.
Berdasarkan teori tersebut ronde keperawatan yang
dilakukan di Ruang Rawat Inap Mawar Baladhika
Husada Jember adalah benar dikarenakan ronde
keperawatan adalah kegiatan yang dilakukan oleh
perawat dengan perawat bukan perawat dengan
bidang kesehatan lain seperti dokter atau fisioterapi
yang bertujuan agar pasien mendapatkan informasi
mengenai penyakitnya, pemeriksaan lanjutan dan
proses keperawatan yang akan dijalaninya serta
untuk memodifikasi asuhan keperawatan yang
diberikan.
7. Discharge planning
Discharge planning di Ruang Rawat Inap Mawar
Baladhika Husada Jember dilakukan pada saat
perawatan. Pasien diajarkan untuk perawatan saat
di rumah seperti perawatan luka, minum obat
sehingga saat pasien KRS dapat menerapkan terapi
yang telah diajarkan pada pasien di rumah secara
mandiri. Format untuk discharge planning sudah
ada dan diisi oleh perawat yang saat itu
melaksanakan shif. Pelaksanaannya dilakukan
kembali saat pasien akan pulang/KRS mengenai
perawatan selama di rumah yang telah diajarkan
sebelumnya. Perencanaan pulang merupakan proses
perencanaan sistematis yang dipersiapkan bagi
pasien untuk menilai, menyiapkan, dan melakukan
koordinasi dengan fasilitas kesehatan yang ada atau
yang telah ditentukan serta bekerjasama dengan
pelayanan sosial yang ada di komunitas, sebelum
dan sesudah pasien pindah/pulang (Carpenito, 2002
dalam Hariyati dkk, 2008:54). Menurut Kozier
(2004), discharge planning didefenisikan sebagai
proses mempersiapkan pasien untuk meninggalkan
satu unit pelayanan kepada unit yang lain di dalam
atau di luar suatu agen pelayanan kesehatan umum.
Berdasarkan teori diatas jelas bahwa discharge
planning diberikan sejak pasien masih dirawat
sampai pasien akan dipulangkan. Jadi menurut saya
kegiatan discharge planning yang dilakukan di RS
tersebut adalah sesuai dengan teori yang ada.
8. Sentralisasi obat
Obat yang digunakan untuk perawatan pasien
diambil di apotek pusat rumah sakit yang
selanjutnya akan diletakkan di laci obat di ruangan
perawat sesuai nomer bed pasien. Obat selanjutnya
dihantarkan oleh petugas farmasi sesuai dengan
resep atau bisa diambil secara langsung di apotek
rumah sakit. Pemberian obat juga diberikan tulisan
nama obat, nama pasien dan rute pemberiannya
pada spuit atau pembungkus spuit, pemberian obat
juga disesuaikan dengan waktu pemberiannya. Obat
yang dibutuhkan masing-masing pasien
didokumentasikan pada buku obat, dalam buku
obat terdapat nama pasien, nama obat, dosis
pemberian, rute pemberian dan waktu
pemberiannya. Ruangan sudah melaksanakan
prinsip benar obat, benar waktu, benar nama, benar
dosis, dan benar rute. Menurut Nursalam (2008),
Kegiatan sentralisasi obat meliputi pembuatan
strategi persiapan sentralisasi obat, persiapan sarana
yang dibutuhkan dan membuat petunjuk teknis
penyelenggaraan sentralisasi obat serta
pendokumentasian hasil pelaksanaan sentralisasi
obat. Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan
hal tersebut yaitu pelaksanaan sentralisasi obat
telah dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah
ada.
9. Dokumentasi keperawatan
Asuhan keperawatan di ruang mawar menggunakan
model PIE (Problem, Intervention, Evaluation)
sedangkan evaluasi asuhan keperawatan yang
digunakan di ruang mawar yaitu SOAP (Subjektif
Obyektif Analisis Planning). Menurut Hutahaean
(2010) Model dokumentasi PIE (problem-
intervension-evaluation) merupakan suatu
pendekatan orientasi proses pada dokumentasi
keperawatan dengan penekanan pada masalah
keperawatan, intervensi dan evaluasi keperawatan.
Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan hal
tersebut yaitu model asuhan keperawatan yang
digunakan telah sesuai dengan standar model
dokumentasi PIE menurut Hutahaean.

10. Program pengendalian indikator mutu


Program pengendalian indikator mutu di Ruang
Rawat Inap Mawar Rumah Sakit Baladhika Husada
Jember tidak pernah dilakukan secara formal
dikarenakan petugas perawat yang sangat terbatas
sehingga membutuhkan tenaga yang lebih untuk
melaksanakan program pengendalian indikator
mutu. Ruang Mawar Rumah Sakit Baladhika
Husada Jember belum meliki kotak saran/kritik
untuk menampung keluhan atau saran bagi
pasien/keluarga. Menurut Mirza Tawi (2008), mutu
pelayanan kesehatan sebenarnya menunjuk pada
penampilan (performence) dari pelayanan
kesehatan yang dikenal dengan keluaran (output)
yaitu hasil akhir kegiatan dari tindakan dokter dan
tenaga profesi lainnya terhadap pasien, dalam arti
perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik
positif maupun sebaliknya. Sedangkan baik atau
tidaknya keluaran tersebut sangat dipengaruhi oleh
proses (process), masukan (input), dan lingkungan
(inveronment). Maka jelaslah bahwa baik atau
tidaknya mutu pelayanan kesehatan sangat
dipengaruhi oleh unsure-unsur tersebut, dan untuk
menjamin baiknya mutu pelayanan kesehatan
ketiga unsure harus diupayakan sedemikian rupa
agar sesuai dengan standardan atau kebutuhan.
Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan hal
tersebut yaitu pelaksanaan program pengendalian
indikator mutu di ruang rawat Inap Mawar belum
terlaksana dengan baik karena keterbatasan petugas
perawat.

11. Program pengendalian indikator klinik


Program pengendalian indikator klinik di Ruang
Rawat Inap Mawar Rumah Sakit Baladhika Husada
Jember dilakukan pemantauan berkala tentang
peningkatan status klinis pasien. Angka kejadian
decubitus, kesalahan dalam pemberian obat, dan
pasien jatuh tidak terdapat di ruang mawar, dan
kejadian tersebut disangkal oleh kepala ruang.
Indikator klinik yang adalah ukuran kuantitas
sebagai pedoman untuk mengukur dan
mengevaluasi kualitas asuhan pasien dan
berdampak terhadap pelayanan (Depkes RI, 2008).
Indikator mutu pelayanan keperawatan klinik
menurut departemen kesehatan Republik Indonesia
yaitu, keselamatan pasien (seperti dekubitus,
kesalahan dalam pemberian obat, pasien jatuh,
restrain), perawatan diri, kecemasan, kenyamanan,
dan pengetahuan. Program pengendalian klinik
indikator klinik yang ada di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Baladhika Husada Jember yang
terjadi di Rumah Sakit sudah sesuai dengan
indikator klinik menurut Depkes.
12. Pelaksanaan standar SAK
Ruangan mawar memiliki SAK yang masih belum
memenuhi standart, karena masih terdapat rencana
keperawatan yang belum mencantumkan tujuan dan
kriteria hasil. Tidak adanya tujuan dan kriteria hasil
akan berdampak pada pengukuran keberhasilan
suatu asuhan keperawatan yang telah dilakukan,
masalah sudah teratasi, atau belum teratasi atau
teratasi sebagian akan ditentukan dari kriteria hasil.
Standar asuhan keperawatan telah dijabarkan oleh
Departemen Kesehatan RI pada tahun 1998
mengacu kepada tahapan proses keperawatan yang
meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan
keperawatan, implementasi keperawatan dan
evaluasi.
Dalam hal ini perlu diperhatikan dan diperbaiki
terkait dengan standar SAK yang ada di ruang
mawar, karena tujuan dari adanya SAK
memudahkan perawat untuk melakukan asuhan
keperawatan kepada klien.
13. Pelaksanaan standar SOP
Terdapat buku yang berisi kumpulan SOP yang
berada di ruangan mawar. Tahun terbit SOP yang
terbaru yang berada di ruangan yaitu tahun 2010.
Pelaksanaan tindakan keperawatan di ruang mawar
masih kurang sesuai dengan standar SOP yang telah
disediakan. SOP yang terdapat pada ruang mawar
yaitu SOP administrasi kesehatan, SOP pelayanan
keperawatan, dan SOP kedaruratan keperawatan.
Daftar dari semua SOP berada pada lampiran. SOP
Adalah tata cara atau tahapan yang harus dilalui
dalam suatu proses kerja tertentu, yang dapat
diterima oleh seseorang yang berwenang atau yang
bertanggung jawab untuk mempertahankan tingkat
penampilan atau kondisi tertentu sehingga suatu
kegiatan dapat diselesaikan secara efektif dan
efisien (depkes, 1995). Sudah banyak SOP yang
tersedia di Ruang Mawar , namun masih saja ada
perawat yang dalam melakukan sesuatu tidak
mengikuti standar SOP , perawat harusnya lebih
memperhatikan lagi tentang standar SOP dalam
melakukan tindakan apa pun.
14. Jenis 10 diagnosa medis terbanyak di ruangan dan
10 jenis tindakan tersering di ruangan
10 diagnosa medis terbanyak di ruang mawar:
Hernia, Appendix, FAM, Stroma, Fraktur Femur,
Fraktur Cruris, HNP, Gangren DM, Ca. Mamae,
Hemoroid. 10 jenis tindakan yang sering dilakukan
di ruang mawar: Injeksi, Vital Sign, Pemasangan
Infus, Pemasangan O2, Huknah, Pemasangan
Kateter, Rawat Luka, Balut Bidai, Pemasangan
Sond, Mencuci tangan. 10 jenis tindakan tersering
tersebut telah tercantum di buku pedoman SOP
yang dimiliki oleh ruang mawar. Manajemen
tindakan di ruang rawat disesuaikan dengan jumlah
penyakit terbanyak (Nursalam, 2010).
Kesimpulannya adalah 10 jenis tindakan tersering
sesuai dengan 10 diagnosa medis terbanyak di
ruang mawar, hal ini juga didukung oleh adanya
SOP yang dimiliki oleh ruang mawar sehingga
dapat memberikan tindakan keperawatan yang
optimal.
15. Patient safety
a. Sasaran 1, identitas pasien sudah lengkap
dibuktikan dengan adanya gelang identitas
pasien yang berisikan nama pasien, usia dan
tanggal masuk rumah sakit. Gelang tersebut
memiliki dua macam warna yaitu merah muda
dan biru, warna merah muda untuk pasien
perempuan dan biru untuk pasien laki-laki.
b. Sasaran 2, komunikasi yang efektif dilakukan
oleh sesama perawat maupun antara perawat dan
dokter.
c. Sasaran 3, obat-obatan, larutan konsentrat, alat-
alat kesehatan, dan pemberian label obat di
ruangan mawar sudah diletakkan sesuai dengan
prosedur penyimpanan sehingga meminimalkan
terjadinya kesalahan dalam penggunaan obat.
d. Sasaran 4, tepat lokasi pada area yang akan
dioperasi menggunakan gelang, gelang akan
dipasang di sebelah area yang akan dioperasi.
e. Sasaran 5, pencegahan infeksi di ruangan mawar
dilakukan dengan cara cuci tangan.
f. Sasaran 6, tempat tidur di ruang mawar masih
belum sesuai dengan standar patient safety
karena terdapat beberapa tempat tidur pasien
yang tidak memiliki siderail.
Menurut Permenkes No.1691 tentang keselamatan
pasien pasien menyebutkan bahwa standart
keselamatan pasien dapat dirangkum dalam 6
sasaran keselamatan pasien yang terdiri atas: 1.
Sasaran I: ketepatan identifikasi pasien, 2) Sasaran
II: peningkatan komunikasi yang efektif, 3) Sasaran
III: peningkatan keamanan obat yang perlu
diwaspadai (High-alert), 4) Sasaran IV: kepastian
tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi, 5)
Sasaran V: pengurangan resiko infeksi terkait
pelayanan kesehatan, 6) Sasaran VI: pengurangan
resiko pasien jatuh. Jadi, patient safety di Rumah
Sakit Baladhika Husada baik tetapi masih perlu
peningkatan pada sasaran 6 yaitu pada pengurangan
resiko pasien jatuh.

Keuangan 1. Tidak memiliki sistem keuangan mandiri

RS DKT Jember ruang mawar tidak memiliki


sistem keuangan mandiri. penyediaan barang dan
atau jasa yang dijual ditentukan berdasarkan
keuangan RS. Oleh karena itu, rumah sakit harus
memiliki keuangan mandiri agar dapat mengatasi
masalah RS secara mandiri (Jamaludin : 2009).
Kesimpulannya sistem keuangan ruangan terpusat
pada keuangan RS.

2. Perekapan pasien umum dan asuransi

Perekapan anggaran pasien umum dilakukan pada


saat pasien pulang/selesai perawatan, sedangkan
untuk Ppasien asuransi perekapan dilakukan setiap
harinya. Menurut SOP yang ada di RS MMR
Yogyakarta, perekapan anggaran pasien umum
dilakukan secara langsung diakhir perawatan dan
perekapan anggaran pasien auransi dilakukan
secara rinci setiap harinya sesuai peraturan
pembiayaan dari asuransi kesehatan (biaya rawat
inap, perhitungan hari rawat. Kesimpulan yang
dapat ditarik berdasarkan hal tersebut yaitu
perekapan anggaran yang dilakukan telah sesuai
dengan protap dan aturan dari asuransi kesehatan.

3. Penyediaan obat dan alat kesehatan


Ruangan hanya meresepkan obat permintaan
dokter dan ditembuskan ke bagian farmasi. Untuk
alat kesehatan, ruangan mengajukan ke bagian
alkes kemudian alkes yang memproses pengadaan
barang melalui farmasi. Untuk penggantian barang
baru atau lama, ruangan meminta ke bagian umum.
Menurut Direktorat Jenderal Pelayanan
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen
Kesehatan Republik Indonesia (Ditjen Yanfar dan
Alkes Depkes RI) menyebutkan bahwa
perencanaan pengadaan obat publik dan perbekalan
kesehatan adalah salah satu fungsi yang
menentukan dalam proses pengadaan obat publik
dan perbekalan kesehatan. Kesimpulan yang dapat
ditarik berdasarkan hal tersebut yaitu perencanaan
yang dilakukan di RS DKT sudah baik sesuai
dengan manajemen logistic.
4. Gaji bergantung pada status karyawan dan tindakan
yang dilakukan
Menurut ketua tim 1, sumber kesejahteraan yang
didapat perawat berasal dari gaji dan uang insentif
setiap bulan. Gaji karyawan bergantung pada status
karyawan dan tindakan keperawatan yang
dilakukan. Menurut Burhan (2015), gaji perawat di
Indonesia bergantung pada golongan, selain itu
perawat juga memperoleh uang insentif dari jasa
pelayanan kesehatan, selain gaji yang diterima
rutin tiap bulan namun imbalan dari jasa pelayanan
atau insentif yang diterima tidak sesuai dengan
porsi kerja dan ada kesenjangan antara pegawai.
Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan hal
tersebut yaitu gaji perawat maupun uang insentif
bergantung pada tindakan keperawatan yang
dilakukan maka hal tersebut dapat meningkatkan
motivasi perawat dalam bekerja.

5. Ruangan menerima uang intensif dari tindakan


selama 1 bulan sekali

Pada Pasal 4 menurut Keputusan Direktur Nomor:


188/ /KPTS/01.3/2011 menjelaskan tentang
pengertian remunerasi. Pasal tersebut memiliki 9
ayat pada ayat (3) dijelaskan bahwa Insentif adalah
tambahan pendapatan bagi karyawan yang
besarannya bisa berubah-ubah sesuai dengan
kinerja karyawan yang bersangkutan. Menurut
Heidrachman dan Husnan pengupahan insentif
dimaksudkan untuk memberikan upah yang
berbeda karena prestasi kerja yang berbeda
pelaksanaan model insentif ini untuk meningkatkan
produktivitas karyawan. Kesimpulan yang dapat
diambil adalah pemberian uang intensif oleh rumah
sakit kepada perawat baik karena dapat
meningkatkan motivasi dan produktifitas kerja
perawat.

6. Penyerahan Uang insentive dari kepala ruang ke


perawat pelaksana

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan rumah


sakit, ruangan menerima uang insentive dari
tindakan keperawatan selama satu bulan sekali
yang diserahkan melalui kepala ruang yang
kemudian dibagikan kepada perawat pelaksana
sesuai tindakan yang telah diberikan. Tanggung
jawab kepala ruang diantaranya untuk
pengembangan anggaran tahunan unit yang di
pimpinnya dan memegang kewenangan untuk
mengatur unit sesuai tugas dan tanggung jawabya,
memantau kualitas perawatan, menghadapi
masalah tenaga kerjanya, dan melakukan hal-hal
tersebut dengan biaya yang efektif (Potter & Perry,
2005). Sehingga dapat disimpulkan bahwa
penyerahan uang insentive melalui kepala ruang
sudah sesuai karena salah satu peran kepala ruang
juga untuk menghadapi masalah ketenaga kerjaan
dengan mengatur pembiayaan yang efektif.

7. Menurut pegawai bagian anggaran rumah sakit,


sistem keuangan atau billing dikelola secara
manual tanpa computerisasi.

Sedangkan Menurut Peraturan Menteri Kesehatan


Nomor 1144/Menkes/PER/VIII/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan
Tentang Sistem Informasi Manajemen Rumah
Sakit. Dalam Pasal 3, (1) Setiap Rumah Sakit wajib
menyelenggarakan SIMRS. (2) Penyelenggaraan
SIMRS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
menggunakan aplikasi dengan kode sumber
terbuka (open source) yang disediakan oleh
Kementerian Kesehatan atau menggunakan
aplikasi yang dibuat oleh Rumah Sakit. Dalam
Pasal 4 (1) Setiap Rumah Sakit harus
melaksanakan pengelolaan dan pengembangan
SIMRS. (2) Pelaksanaan pengelolaan dan
pengembangan SIMRS sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus mampu meningkatkan dan
mendukung proses pelayanan kesehatan di Rumah
Sakit yang meliputi: a. kecepatan, akurasi,
integrasi, peningkatan pelayanan, peningkatan
efisiensi, kemudahan pelaporan dalam pelaksanaan
operasional; b. kecepatan mengambil keputusan,
akurasi dan kecepatan identifikasi masalah dan
kemudahan dalam penyusunan strategi dalam
pelaksanaan manajerial; dan c. budaya kerja,
transparansi, koordinasi antar unit, pemahaman
sistem dan pengurangan biaya administrasi dalam
pelaksanaan organisasi. Proses bisis pada Sistem
Informasi Manajemen Rumah Sakit menangani
pelayanan utama dan Pelayanan Administratif
(Back-Office). Dari data diatas dapat disimpulkan
bahwa Rumah sakit masih belum memenuhi
peraturan yang udah ditetapkan.

8. Perawat merinci secara manual tindakan yang telah


dilakukan
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan bahwa
perawat harus merinci secara manual kebutuhan
yang dibutuhkan serta tindakan yang telah
diberikan kemudian diserahkan kepada bagian
anggaran dengan cara pencatatan secara manual.
Menurut Allan dan Englebright (2000) dengan
sistem pendokumentasian dengan komputer,
efektifitas pendokumentasian bisa dipertahankan
dimana perawat mampu melakukan analisa
terhadap asuhan keperawatan yang telah diberikan
karena mereka dengan mudah bisa menentukan
status diagnosa atau masalah keperawatan pada
pasien. Selain itu, dengan menggunakan komputer
seluruh asuhan keperawatan bisa tersimpan dengan
baik, maka perawat bisa melakukan pengukuran
terhadap intervensi keperawatan yang telah mereka
berikan. Kesimpulan yang dapat ditarik
berdasarkan hal tersebut yaitu sistem pencatatan
dalam rumah sakit belum efektif karena dengan
pencatatan manual tidak dapat memberikan
efektifitas pendokumentasian dan juga dapat
meningkatkan peluang untuk terjadinya kekeliruan
dan kehilangan catatan tindakan.

9. Ruangan hanya meresepkan obat yang diminta oleh


dokter
Di Rumah sakit, alur sistem obat yang keluar
masuk ruangan, ruangan hanya meresepkan obat
sesuai dengan permintaan dokter kemudian di
tembuskan ke bagian farmasi. Menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian menyatakan bahwa
Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan
termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan
pendistribusian atau penyaluran Obat, pengelolaan
Obat, pelayanan Obat atas Resep dokter, pelayanan
informasi Obat, serta pengembangan Obat, bahan
Obat dan Obat tradisional. Dapat disimpulkan
bahwa rumah sakit telah mematuhi aturan
mengenai peresepan obat dengan resep dokter.

10. Perawat tidak mendapatkan jatah makan atau


konsumsi.
Menurut bapak budi perawat tidak memperoleh
jatah makanan atau konsumsi seperti mie atau telor
ataupun lainnya. Pada Pasal 4 menurut Keputusan
Direktur Nomor: 188/ /KPTS/01.3/2011
menjelaskan tentang pengertian remunerasi. Pasal
tersebut memiliki 9 ayat pada ayat (1) Sistem
remunerasi adalah sistem pengupahan yang
meliputi gaji, insentif, honorarium, uang lembur,
uang makan, merit atau bonus, tunjangan dan
pension. Berdasarkan hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa pada rumah sakit tersebut
masih belum memperhatikan ayat satu dalam pasal
tersebut pada poin uang makan.
11. Untuk menanggung biaya perawatan peserta
asuransi RS menggunakan kas rumah sakit karena
dana pasien peserta asuransi baru keluar sebulan
sekali. Menurut kebijakan BPJS, BPJS akan
menanggung biaya perawatan sesuai dengan klaim
dari Rumah Sakit pada pasien dengan BPJS namun
dana asuransi tersebut akan keluar setiap 1 bulan
sekali.
Sehingga sehingga RS harus memiliki dana pribadi
untuk membiayai biaya perawatan pasien asuransi
terlebih dahulu.
Marketing 1. Rata-rata Pasien
Masalah
1. Berdasarkan data rata-rata pasien diruang
mawar, diketahui pada bulan mei 2014 rata-rata
jumlah pasien mengalami penurunan dari bulan
april 2014 ke mei 2014 sebanyak 3 pasien/bulan
(6,24%)
2. Berdasarkan data rata-rata pasien diruang
mawar, diketahui pada bulan juli 2014 rata-rata
jumlah pasien mengalami penurunan dari bulan juni
2014 ke juli 2014 sebanyak 15 pasien/bulan
(16,8%)
3. Berdasarkan data rata-rata pasien diruang
mawar, diketahui pada bulan februari 2015 rata-rata
jumlah pasien mengalami penurunan dari bulan
januari 2015 ke februari 2015 sebanyak 4
pasien/bulan (3,32%)
4. Berdasarkan data rata-rata pasien diruang
mawar, diketahui pada bulan maret 2015 rata-rata
jumlah pasien mengalami penurunan dari bulan
februari 2015 ke maret 2015 sebanyak 6
pasien/bulan (5,1%)
5. Berdasarkan data rata-rata pasien diruang
mawar, diketahui pada bulan april 2015 rata-rata
jumlah pasien mengalami penurunan dari bulan
maret 2015 ke april 2015 sebanyak 25 pasien/bulan
(22,5%)
6. Berdasarkan data rata-rata pasien diruang
mawar, diketahui pada bulan mei 2015 rata-rata
jumlah pasien mengalami penurunan dari bulan
april 2015 ke mei 2015 sebanyak 7 pasien/bulan
(8,12%)

Rata-rata Pasien
Berdasarkan data rata-rata pasien diruang mawar
RS DKT Jember dari bulan Januari 2014 sampai
Mei 2015 ditemukan penurunan rata-rata pasien
yang terjadi pada bulan April 2014 ke Mei 2014
sebesar 6,24%, Juni 2014 ke Juli 2014 sebesar
16,8%, Januari 2015 ke Februari 2015 sebesar
3,32%, Februari 2015 ke Maret 2015 sebesar 5,1%,
Maret 2015 ke April 2015 sebesar 22,5%, dan April
2015 ke Mei 2015 sebesar 8,12. Walaupun terjadi
penurunan yang drastis pada bulan Januari 2015 ke
Mei 2015, akan tetapi perbandingan jumlah rata-
rata pasien pada tahun 2014 ke 2015 mengalami
pengingkatan yang baik. Hal ini menunjukkan
strategi pemasaran diruang mawar RS DKT Jember
berjalan baik.

2. BOR
Berdasarkan data BOR di Ruang Mawar RS DKT
Jember tahun 2014, yaitu 50%, tahun 2015 bulan
Januari 70,4%, Februari 71,6%, Maret 61,7%, April
70,4%, dan bulan Mei 42,8%. Menurut Depkes,
rentang standart BOR yaitu 60-85%. Dari data hasil
pengkajian, didapatkan penurunan angka BOR
tahun 2015 bulan Februari ke Maret sebanyak
9,9%, tetapi angka BOR pada bulan Maret masih
sesuai dengan rentang standart BOR menurut
Depkes. Sedaangkan pada bulan April ke Mei juga
terjadi penurunan angka BOR sebanyak 27,6%, hal
ini dapat disebabkan karena strategi pemasaran
tidak berjalan dengan baik sehingga minat untuk
melakukan kunjungan ulang rendah. Seharusnya
strategi pemasaran bisa berjalan dengan lancar
untuk menarik minat melakukan kunjungan yang
akan menyebabkan angka BOR tetap sesuai dengan
rentang standart menurut Depkes.

3. BTO
Data BTO di Ruang Mawar RS DKT Jember tahun
2014, yaitu sebesar 182 kali. artinya 1 bed
ditempati oleh minimal 182 pasien. Dan pada tahun
2015 masih belum bisa dinilai karena standart yang
ditetapkan Depkes pada perhitungan dalam satu
tahun. Menurut Depkes RI, idealnya satu tempat
tidur rata-rata dipakai 40-50 kali. Hal ni
menunjukkan bahwa BTO Ruanga Mawar tahn
2014 terlalu berlebih dari standar ideal Depkes
sehingga berdampak pada resiko tinggi infeksi
nosokomial

4. ALOS
Berdasarkan nilai ALOS akhir tahun 2014 di Ruang
Mawar RS DKT Jember yaitu 4 hari dan pada bulan
Januari sampai Mei 2015 dengan rata-rata 4 hari.
Menurut Depkes yaitu nilai ideal 6-9 hari apabila
dihitung dalam 1 tahun. Nilai ALOS dibawah
standar Depkes menunjukkan bahwa hari rawat
pendek. Hal ini menunjukkan bahwa nilai ALOS di
Ruang Mawar pendek dengan rata-rata 4 hari
sehingga berimplikasi pada cost effective dan
kepuasan pasien.

5. TOI
Berdasarkan nilai TOI di Ruang Mawar RS DKT
Jember pada akhir tahun 2014 dan bulan Desember
2014 yaitu 4 hari dan pada bulan Januari sampai
Mei 2015 di Ruang Mawar berturut-turut yaitu 4
hari, 2 hari, 2 hari, 2 hari, 4 hari sehingga nilai TOI
terpanjang yaitu pada bulan Januari dan Mei.
Menurut teori nilai ideal TOI adalah 1-3 hari.
Semakin kecil angka TOI maka semakin singkat
saat tempat tidur menunggu pasien berikutnya. Hal
ini menunjukkan bahwa angka tempat tidur tidak
produktif selama 4 hari.

Anda mungkin juga menyukai