Anda di halaman 1dari 64

LAPORAN KERJA PROFESI MAHASISWA

KOMPARASI PENENTUAN FEE AUDIT ANTARA KANTOR AKUNTAN


PUBLIK SODIKIN, HARJANTO & REKAN DAN INSTITUT AKUNAN
PUBLIK INDONESIA

OLEH:

NI KETUT RISKI AGUSTINI


NIM : 1215351178

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KPM

JUDUL : KOMPARASI PENENTUAN FEE AUDIT


ANTARA KAP (KANTOR AKUNTAN PUBLIK)
SODIKIN, HARIJANTO & REKAN DAN IAPI
(INSTITUT AKUNTAN PUBLIK INDONESIA)
NAMA : NI KETUT RISKI AGUSTINI
NIM : 1215351178
JURUSAN : AKUNTANSI
PROGRAM : S1 EKSTENSI
FAKULTAS : EKONOMI & BISNIS

Mengetahui,

Manajer Audit KAP Sodikin, Harijanto Pembimbing KPM


& Rekan, Denpasar Bali.

I.A. Budhananda Munidewi,SE.,MSA.,Ak., CA Dr.Dra. Gayatri, M.Si., Ak.,CA


NIP. 196510311991032002

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang

Hyang Widhi Wasa karena berkat rahmat-Nya penulisan laporan Kerja Profesi

Mahasiswa (KPM) ini dapat terselesaikan.

Laporan KPM ini dibuat dengan maksud untuk memenuhi syarat yang

diperlukan agar dapat melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi di Fakultas

Ekonomi Universitas Udayana.

Penulisan Laporan KPM ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari

berbagai pihak. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. I Gusti Bagus Wiksuana,SE, M.S. selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

2. Bapak Dr. I G.W. Murjana Yasa,SE,MSi. selaku Pembantu Dekan I Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

3. Bapak Dr.A.A.G.P.Widanaputra,SE,M.Si,Ak. selaku Ketua Jurusan

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

4. Bapak Drs.Ketut Suardika Natha,M.Si, selaku Ketua Program Ekstensi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

5. Ibu Ni Gusti Putu Wirawati,SE,M.Si.,Ak selaku Koordinator Jurusan

Akuntansi Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Udayana.

iii
6. Ibu Dr. Dra. Gayatri, M.Si, Ak.,CA selaku Dosen Pembimbing yang telah

banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, bantuan, saran

serta dorongan dalam menyelesaikan Laporan KPM ini.

7. Bapak Ketut Alit Suardana, SE., MSi,.AK selaku Pembimbing Akademis

yang telah memberikan bimbingan, bantuan, saran, dan dorongan.

8. Semua pegawai tetap yang berada di bawah naungan KAP Sodikin,

Harijanto & Rekan yang juga ikut membantu penulis dalam penyelesaian

laporan ini.

9. Kedua orang tua saya, kakak-kakak serta keponakan saya yang tidak pernah

hentinya percaya dan memberikan saya dukungan moral dan moril.

10. Untuk Kevin Reno Reynard Olii yang selalu memberikan doa, semangat

serta dukungan yang tiada hentinya.

11. Untuk teman-teman saya yang ada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana yang selalu mendukung saya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam laporan KPM ini belum

sempurna yang disebabkan keterbatasan kemampuan serta pengalaman penulis.

Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi

kesempurnaan laporan ini. Akhir kata penulis mengharapkan laporan ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak.

Denpasar, Mei 2015

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ........................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN KPM ................................................................ ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
1.2 Tujuan dan Kegunaan ................................................................... 5
1.2.1 Tujuan Penelitian ........................................................... 5
1.2.2 Kegunaan Penelitian ....................................................... 6
1.3 Metode Penelitian ......................................................................... 6
1.3.1 Lokasi Kerja Profesi Mahasiswa .................................... 6
1.3.2 Objek Penelitian ............................................................. 7
1.3.3 Identifikasi Variabel Penelitian ....................................... 7
1.3.4 Definisi Operasional Variabel ......................................... 7
1.3.5 Jenis Data ........................................................................ 7
1.3.6 Metode pengumpulan data ............................................. 8
1.3.7 Teknik analisis data ........................................................ 9
1.3.8 Waktu Pelaksaan KPM ................................................... 9
1.4 Sistematika Penyajian .................................................................. 10

BAB II TINJAUAN TEORITIS


2.1 Audit .............................................................................................. 12
2.1.1 Pengertian Audit .............................................................. 12
2.1.2 Jenis-jenis Audit .............................................................. 12
2.1.3 Standar Audit ................................................................... 15

v
2.1.4 Tujuan dan Manfaat Audit............................................... 17
2.1.5 Jenis-jenis pengujian dalam Audit................................... 19
2.2 Kantor Akuntan Publik (KAP) ..................................................... 24
2.3 Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) ..................................... 26
2.4 Fee Audit ...................................................................................... 27
2.4.1 Pengertian Fee Audit ..................................................... 27
2.4.2 Tahap-tahap Audit........................... 29
2.4.3 Cara atau Dasar Penetapan Fee Audit............................. 30
2.4.4 Faktor-faktor Penentu Besarnya Fee Audit .................... 31
2.4.5 Prinsip Dasar dalam Menetapkan Fee Audit .................. 32
2.4.6 Penetapan Tarif Imbal Jasa ............................................. 34
2.4.7 Pencatatan Waktu ............................................................ 35
2.4.8 Penagihan Bertahap......................................................... 36
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Gambaran Umum Tempat KPM .................................................. 37
3.1.1 Sejarah singkat KAP Sodikin,Harijanto &Rekan ...... 37
3.1.2 Struktur organisasi ......................................................... 39
3.2 Deskripsi Pekerjaan Selama Melaksanakan Kerja Profesi
Mahasiswa (KPM) di KAP Sodikin, Harijanto & Rekan ........... 48
3.3 Analisis Masalah .......................................................................... . 47
3.3.1 Cara atau Dasar Penetapan Fee Audit pada ................... 47
3.3.2 Faktor-faktor Penentu Besarnya Fee Audit Pada
KAP Sodikin, Hrijanto & Rekan ..................................... 48
3.3.3 Prinsip Dasar dalam Menetapkan Fee Audit pada
KAP Sodikin, Harijanto & Rekan .................................. 48
3.3.4 Penetapan Tarif Imbal Jasa pada KAP Sodikin,
Harijanto & Rekan .......................................................... 51
3.3.5 Pencatatan Waktu pada KAP Sodikin, Harijanto
& Rekan . ................................................................ 52
3.3.6 Penagihan Bertahap pada KAP Sodikin, Harijanto

vi
& Rekan.. ............................................................ 53

3.3.7 Perbandingan Penetapan Fee Audit antara KAP


Sodikin, Hrijanto & Rekan dan IAPI .............................. 53

BAB IV PENUTUP
4.1 Simpulan ....................................................................................... 55
4.2 Saran ............................................................................................ 55

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vii
DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

3.1 Struktur Organisasi KAP Sodikin, Harijanto & Rekan Wilayah


Operasional Bali ......................................................................................... 39

viii
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN

1. Engangement Letter (Surat Perjanjian Kerja)

2. Surat Keputusan No. KEP. 024/IAPI/VII/2008

ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Teori keagenan merupakan teori yang menyatakan tentang harus adanya

pemisahan tanggung jawab antara principal dan agen. Principal adalah pihak yang

memberikan otoritasnya pada agen. Agen adalah pihak manajemen atau pihak

yang mengelola perusahaan. Imbalan yang diperoleh principal biasanya dalam

bentuk dividen, sedangkan imbalan yang diperoleh agen dalam bentuk gaji.

Dalam pemisahan tanggung jawab tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa

akan timbul konflik antara principal dan agen. Salah satu konflik yang timbul

antara principal dan agen adalah adanya asimetri informasi. Asimetri informasi

timbul karena informasi yang diperoleh principal tidak sebanyak informasi yang

diperoleh agen. Agen lebih banyak mengetahui informasi yang ada dalam

perusahaan karena agen yang turun langsung di lapangan dalam artian bahwa agen

sebagai pihak yang mengelola perusahaan mengurus transaksi-transaksi yang

terjadi pada perusahaan. Dalam memberikan pertanggungjawabannya kepada

principal, agen hanya menyerahkan laporan keuangan perusahaan pada principal

tiap periode tertentu. Oleh karena hal tersebut, timbul rasa keraguan pada

principal terhadap agen. Keraguan yang muncul dalam bentuk kecurigaan

principal terhadap hasil operasi perusahaan atau dengan kata lain laba perusahaan.

Bisa saja pihak agen memperkecil laba perusahaan agar dividen yang diterim oleh

1
2

pihak principal menjadi lebih sedikit. Sebagai solusi untuk memecahkan konflik

tersebut maka diperlukan jasa akuntan publik untuk menyatakan kewajaran atas

laporan keuangan yang dibuat oleh agen.

Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari

profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak

memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam

laporan keuangan, Profesi akuntan publik bertanggungjawab untuk menaikkan

tingkat keandalan laporan keuangan perusahaan, sehingga masyarakat

memperoleh informasi keuangan yang andal sebagai dasar pengambilan

keputusan.

Guna menunjang profesionalismenya sebagai akuntan publik maka auditor

dalam melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada standar audit yang

ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Standar audit yang

ditetapkan oleh IAPI yakni standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar

pelaporan. Dimana standar umum merupakan cerminan kualitas pribadi yang

harus dimiliki oleh seorang auditor yang mengharuskan auditor untuk memiliki

keahlian dan pelatihan teknis yang cukup dalam melaksanakan prosedur audit.

Sedangkan standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan mengatur auditor

dalam hal pengumpulan data dan kegiatan lainnya yang dilaksanakan selama

melakukan audit serta mewajibkan auditor untuk menyusun suatu laporan atas

laporan keuangan yang diauditnya secara keseluruhan. Namun selain standar

audit, akuntan publik juga harus mematuhi kode etik profesi yang mengatur
3

perilaku akuntan publik dalam menjalankan praktik profesinya baik dengan

sesama anggota maupun dengan masyarakat umum. Kode etik yang terdapat

dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) mengatur tentang perilaku

professional, standar umum dan prinsip akuntansi bagi seorang auditor dalam

menjalankan profesinya, tanggung jawab kepada klien, tanggung jawab kepada

rekan seprofesi, serta tanggung jawab dan praktik lain.

Tanggung jawab kepada klien merupakan bagian dari kode etik yang

membahas mengenai kerahasiaan dan fee professional. Namun pada SPAP, tidak

dijelaskan secara rinci berapa besaran fee professional yang seharusnya ditentukan

oleh akuntan publik terhadap klien. Oleh karena itu, pada tanggal 2 Juli 2008,

Ketua Umum Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) menerbitkan Surat

Keputusan No. KEP.024/IAPI/VII/2008 tentang Penetapan fee audit. Surat

Keputusan ini diterbitkan dengan tujuan sebagai panduan bagi profesi Akuntan

Publik maupun Kantor Akuntan Publik dalam menetapkan fee audit. Panduan ini

dimaksudkan untuk membantu anggota dalam menetapkan imbalan jasa yang

wajar sesuai dengan martabat profesi akuntan publik dan dalam jumlah yang

pantas untuk dapat memberikan jasa sesuai dengan tuntutan standar profesional

akuntan publik yang berlaku. Akan tetapi tidak semua KAP mampu menerapkan

secara maksimal prosedur yang telah ditetapkan oleh IAPI tersebut. Hal ini bisa

berdampak pada timbulnya persaingan harga (dalam hal ini penetapan fee audit)

antar KAP yang pada akhirnya akan berujung pada penurunan kepercayaan

masyarakat terhadap auditor. Jika terjadi persaingan harga antar KAP maka akan
4

menurunkan sikap independensi auditor. Dengan menurunnya independensi

auditor, maka kepercayaan masyarakat pada auditor pun akan menurun.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi pokok

permasalahan dalam penelitian ini adalah "Bagaimanakah prosedur penetapan fee

audit yang diterapkan oleh Kantor Akuntan Publik Sodikin, Harijanto & Rekan?"

1.2 Tujuan dan Kegunaan

1.2.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan yang dipaparkan sebelumnya, maka

yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prosedur penetapan

fee audit yang diterapkan oleh Kantor Akuntan Publik Sodikin, Harijanto &

Rekan.

1.2.2 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kegunaan diantaranya:

1) Kegunaan Teoritis

Laporan ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kebijakan

penetapan fee yang diterapkan senyatanya di lapangan dan dapat digunakan

sebagai referensi tambahan dalam memperkaya kepustakaan. Selain itu,

penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman bagi mahasiswa untuk

menerapkan teori-teori yang diperoleh dalam perkuliahan pada kondisi yang


5

sebenarnya di lapangan terutama dalam prosedur penetapan fee audit yang

diterapkan di Kantor Akuntan Publik.

2) Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk

prosedur penetapan fee audit di masa yang akan datang oleh Kantor Akuntan

Publik Sodikin, Harijanto & Rekan.

1.3 Metode Penelitian

1.3.1 Lokasi KPM

Lokasi pelaksanaan Kerja Profesi Mahasiswa (KPM) bertempat di Kantor

Akuntan Publik Sodikin, Harijanto & Rekan yang beralamat di Jl. Tukad Irawadi

No 18A Panjer, Denpasar.

1.3.2 Objek Penelitian

Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah prosedur penetapan fee

yang diterapkan oleh Kantor Akuntan Publik Sodikin, Harijanto & Rekan.

1.3.3 Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel yang dibahas dalam penelitian ini adalah prosedur penetapan fee

yang diterapkan oleh Kantor Akuntan Publik Sodikin, Harijanto & Rekan.
6

1.3.4 Definisi Operasional Variabel

Penetapan fee audit adalah penetapan imbal jasa yang sesuai dengan jasa

yang diberikan oleh Kantor Akuntan Publik Sodikin, Harijanto & Rekan kepada

klien. Pengertian fee audit mengacu pada Surat Keputusan Ketua Umum Institut

Akuntan Publik Indonesia yang dikeluarkan pada tanggal 2 Juli 2008 yaitu imbal

jasa yang wajar sesuai dengan martabat profesi akuntan publik dan dalam jumlah

yang pantas untuk dapat memberikan jasa sesuai dengan tuntutan standar

profesional akuntan publik yang berlaku.

1.3.5 Jenis Data

Berdasarkan sifatnya, data yang digunakan dalam penelitian ini berupa

data kualitatif, yaitu data yang tidak berbentuk data angka tetapi data yang

dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat, dan gambar seperti, gambaran umum

Kantor Akuntan Publik Sodikin, Harijanto, dan Rekan.

Berdasarkan sumbernya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1) Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung oleh penulis saat

melakukan Kerja Profesi Mahasiswa. Penelitian ini menggunakan data

primer seperti data tentang penjelasan penetapan fee audit pada Kantor

Akuntan Publik Sodikin, Harijanto & Rekan.

2) Data Sekunder adalah data yang diperoleh melalui pihak lain, tidak

langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Pada penelitian


7

ini data sekunder yang digunakan adalah data yang diperoleh dalam bentuk

sudah jadi dan dikumpulkan untuk mendukung penulisan laporan ini, yang

diperoleh dari Company Profile milik Kantor Akuntan Publik Sodikin,

Harijanto & Rekan.

1.3.6 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Observasi non partisipan, yaitu cara pengumpulan data dengan cara

mengamati secara independen, mencatat, menganalisis dan menyimpulkan

gejala-gejala (fenomena) yang sedang diteliti (Sugiyono,2012:204),

Observasi dilakukan dengan mengamati proses penetapan fee yang

dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik Sodikin, Harijanto & Rekan terhadap

klien yang akan diaudit.

2) Wawancara, merupakan salah satu cara pengumpulan informasi dengan

tanya jawab secara bertatap muka dengan responden. Pada penelitian ini,

pengumpulan data dilakukan dengan melakukan tanya jawab tidak

terstruktur, langsung dengan auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan

Publik Sodikin, Harijanto & Rekan. Data yang diperoleh dengan metode

wawancara adalah data penetapan fee audit yang diterapkan oleh Kantor

Akuntan Publik Sodikin, Harijanto & Rekan.


8

1.3.7 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

deskriptif komparatif, yaitu data yang diperoleh mengenai penetapan fee audit

yang diterapkan oleh Kantor Akuntan Publik Sodikin, Harijanto & Rekan

dideskripsikan sedemikian rupa dan dibandingkan dengan teori yang ada, tanpa

perlu menghubungkannya dengan variabel lain.

1.3.8 Waktu Pelaksanaan KPM

Pelaksanaan KPM berlangsung dari tanggal 9 Maret 2015 sampai dengan

tanggal 8 Mei 2015. KPM dilaksanakan selama 5 hari kerja, yaitu Senin sampai

dengan Jumat, mulai pukul 08.00 WITA sampai dengan 16.00 WITA.

1.4 Sistematika Penyajian

Penulisan laporan ini terdiri dari beberapa bab yang disusun berurutan

secara sistematis, sehingga antara satu bab dengan bab yang lainnya mempunyai

hubungan yang sistematis. Sistematika penyajian dalam laporan ini akan diuraikan

secara ringkas meliputi 4 (empat) bab, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, pokok

permasalahan, tujuan dan kegunaan penulisan, metode penelitian dan

Sistematika penyajian.
9

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Bab ini menguraikan tentang dasar-dasar teori yang menunjang

pembahasan terhadap masalah dalam laporan ini yaitu pengertian fee

audit, tahapan-tahapan dalam menetapkan fee audit, cara atau dasar

penetapan fee audit, faktor-faktor penentu besarnya fee audit, prinsip

dasar dalam menetapkan fee audit, penetapan tarif imbal jasa,

pencatatan waktu, penagihan bertahap.

BAB III PEMBAHASAN

Pada bab ini dibahas mengenai gambaran sejarah singkat berdirinya

Kantor Akuntan Publik Sodikin, Harijanto & Rekan, struktur

organisasi, deskripsi tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian,

deskripsi pekerjaan selama melaksanakan KPM, analisis penetapan fee

audit yang diterapkan oleh Kantor Akuntan Publik Sodikin, Harijanto &

Rekan serta perbandingan antara prosedur yang diterapkan oleh Kantor

Akuntan Publik Sodikin, Harijanto & Rekan dengan teori.

BAB IV PENUTUP

Bab ini menguraikan tentang simpulan yang dibuat berdasarkan uraian

pada bab sebelumnya serta saran-saran yang dapat disampaikan di mana

nantinya diharapkan dapat memberikan gambaran bagi calon-calon

akuntan publik dalam penetapan fee audit.


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Audit

2.1.1 Pengertian Audit

Definisi Audit (Auditing) menurut Committee on Basic Auditing Concepts

adalah suatu proses sistematis mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti secara

objektif sehubungan dengan asersi atas tindakan dan peristiwa ekonomi untuk

memastikan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dan menetapkan

kriteria serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang

berkepentingan.

Menurut Agoes (2012:4) mendefinisikan auditing sebagai suatu

pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang

independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen,

beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan

untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

tersebut.

Jusup (2010:11) mendefinisikan audit sebagai suatu proses sistematis

untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi

tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi secara objektif untuk

menentukan tingkat kesesuaian antara asersi tersebut dengan kriteria yang telah

ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang

berkepentingan.

10
11

Menurut profesi akuntan publik, audit adalah pemeriksaan secara objektif

atas laporan keuangan suatu perusahaan, menentukan apakah laporan keuangan

tersebut disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi

keuangandan hasil usaha perusahaan tersebut. Sementara orang yang melakukan

tugas audit disebut dengan auditor.

Berdasarkan beberapa definisi yang disebutkan sebelumnya dapat

disimpulkan bahwa audit adalah suatu proses pemeriksaan yang sistematis yang

dilakukan oleh pihak yang memiliki kompetensi, keahlian, dan independen

terhadap laporan keuangan suatu perusahaan dengan menghimpun dan

mengevaluasi bukti secara objektif yang bertujuan untuk memberikan opini dan

menyampaikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

2.1.2 Jenis-jenis Audit

Menurut Jusup (2010) audit pada umumnya dikelompokkan menjadi tiga

golongan, yaitu: audit laporan keuangan, audit kesesuaian, dan audit operasional.

1) Audit Laporan Keuangan

Audit laporan keuangan dilakukan untuk menentukan apakah laporan

keuangan sebagai keseluruhan yaitu informasi kuantitatif yang akan

diperiksa dinyatakan sesuai dengan kriteria tertentu yang telah ditetapkan.

Pada umumnya kriteria yang digunakan adalah prinsip akuntansi berlaku

umum, meskipun audit lazim juga dilakukan atas laporan keuangan yang

disusun berdasarkan dasar tunai (cash basis) atau dasar akuntansi lain yang
12

cocok untuk organisasi yang diaudit. Laporan keuangan yang diperiksa

biasanya meliputi neraca (laporan posisi keuangan), laporan laba-rugi, dan

laporan arus kas, termasuk catatan kaki (footnotes).

2) Audit Kesesuaian

Tujuan audit kesesuaian adalah untuk menentukan apakah pihak yang

diaudit telah mengikuti prosedur atau aturan tertentu yang ditetapkan oleh

pihak yang berwenang. Audit kesesuaian untuk suatu perusahaan swasta

dapat berupa penentuan apakah karyawan-karyawan di bidang akuntansi

telah mengikuti prosedur-prosedur yang telah ditetapkan oleh kontroler

perusahaan, mengkaji ulang tarip upah untuk disesuaikan dengan tarif upah

minimum yang ditetapkan Pemerintah (UMR), atau memeriksa perjanjian

yang dibuat dengan pemberi pinjaman lainnya untuk memastikan bahwa

perusahaan telah mematuhi semua persyaratan yang ditetapkan dalam

perjanjian. Audit kesesuaian atas instansi pemerintah akan lebih beraneka

ragam karena banyaknya peraturan yang diterapkan oleh Pemerintah yang

harus dilaksanakan oleh instansi-instansi pemerintah.

3) Audit Operasional

Audit operasional adalah pengkajian (review) atas setiap bagian dari

prosedur dan metoda yang diterapkan suatu organisasi dengan tujuan untuk

mengevaluasi efisiensi dan efektivitas. Hasil akhir dari suatu audit

operasional biasanya berupa rekomendasi kepada manajemen untuk

perbaikan operasi. Tujuan audit operasional adalah untuk menilai prestasi,


13

mengidentifikasi kesempatan untuk perbaikan, dan membuat rekomendasi

untuk pengembangan dan perbaikan, dan tindakan lebih lanjut, Audit

operasional sering disebut juga dengan management audit atau performance

audit.

2.1.3 Standar Audit

Menurut PSAP 01 (2011: 150.1-150.2) Standar auditing yang ditetapkan

dan disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia terdiri atas sepuluh standar

yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu:

1) Standar Umum

a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian

dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi,

dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib

menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

2) Standar Pekerjaan Lapangan

a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten

harus disupervisi dengan semestinya.

b. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk

merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian

yang akan dilakukan.


14

c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,

pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar

memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan.

3) Standar Pelaporan

a. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun

sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum di Indonesia.

b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,

ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan

laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip

akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang

memadai kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai

laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan

demikian tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Apabila

auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus

memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang

dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh

auditor.
15

2.1.4 Tujuan dan Manfaat Audit

Audit dikembangkan dan dilaksanakan karena audit memberi banyak

manfaat bagi dunia bisnis. Pelaksanaan audit mempunyai tujuan yang berbeda,

yaitu:

1) Penilaian Pengendalian (Appraisal of Control)

Pemeriksaan operasional berhubungan dengan pengendalian administratif

pada seluruh tahap operasi perusahaan yang bertujuan untuk menentukan

apakah pengendalian yang ada telah memadai dan terbukti efektif serta

mencapai tujuan perusahaan.

2) Penilaian Kinerja (Appraisal of Performance)

Penilaian diawali dengan mengumpulkan informasi-informasi kuantitatif lalu

melakukan penilaian efektivitas, efisiensi dan ekonomisasi kinerja. Penilaian

selanjutnya menjadi informasi bagi manajemen untuk meningkatkan kinerja

perusahaan.

3) Membantu Manajemen (Assistance to Management)

Dalam pemeriksaan operasionaldan ketaatan, maka hasil audit lebih diarahkan

bagi kepentingan manajemen untuk performasinya. Dan hasilnya merupakan

rekomendasi atas perbaikan-perbaikan yang diperlukan pihak manajemen.

Manfaat audit dikelompokkan menjadi tiga kelompok dasar yang

menikmati manfaat audit, yaitu:


16

a. Bagi pihak yang diaudit

1) Menambah kredibilitas laporan keuangannya sehingga laporan tersebut

dapat dipercaya untuk kepentingan pihak luar entitas, seperti pemegang

saham, kreditor, pemerintah, dan Iain-lain.

2) Mencegah dan menemukan fraud yang dilakukan oleh manajemen

perusahaan yang diaudit.

3) Memberikan dasar yang lebih dapat dipercaya untuk penyiapan Surat

Pemberitahuan Pajak yang diserahkan kepada Pemerintah.

4) Membuka pintu bagi masuknya sumber pembiayaan dari luar.

5) Menyingkap kesalahan dan penyimpangan moneter dalam catatan

keuangan.

b. Bagi Anggota Lain dalam Dunia Usaha

1) Memberikan dasar yang lebih meyakinkan para kreditur atau para rekanan

untuk mengambil keputusan pemberian kredit.

2) Memberikan dasar yang lebih meyakinkan kepada perusahaan asuransi

untuk menyelesaikan klaim atas kerugian yang diasuransikan.

3) Memberikan dasar yang terpercaya kepada para investor dan

kepengurusan manajemen.

4) Memberikan dasar yang objektif kepada serikat buruh dan pihak yang

diaudit untuk menyelesaikan sengketa mengenai upah dan tunjangan.

5) Memberikan dasar yang independen kepada pembeli maupun penjual

untuk menentukan syarat penjualan, pembelian atau penggabungan usaha.


17

6) Memberikan dasar yang lebih baik, meyakinkan kepada para langgangan

atau klien untuk menilai profitabilitas atau rentabilitas perusahaan itu,

efisiensi operasionalnya, dan keadaan keuangannya.

c. Bagi Badan Pemerintah dan Orang-orang yang Bergerak di Bidang Hukum

1) Memberikan tambahan kepastian yang independen tentang kecermatan dan

keandalan laporan keuangan.

2) Memberikan dasar yang independen kepada mereka yang bergerak di

bidang hukum untuk mengurus harta warisan dan harta titipan,

menyelesaikan masalah dalam kebangkrutan dan insolvensi, dan

menentukan pelaksanaan perjanjian persekutuan dengan cara semestinya.

3) Memegang peranan yang menentukan dalam mencapai tujuan Undang-

undang Keamanan Sosial.

2.1.5 Jenis-jenis Pengujian dalam Audit

Menurut (Jusup, 2010:188) auditor melakukan berbagai macam pengujian

(test) dalam audit, yang secara umum dapat dibagi menjadi 3 sebagai berikut:

1) Pengujian Analitik (analytical test)

Pada tahap awal proses audit, pengujian analitik dimaksudkan untuk

membantu auditor dalam memahami bisnis klien dan dalam menemukan bidang

yang memerlukan audit lebih intensif. Penggunaan prosedur analitis dalam tahap

perencanaan audit yang efektif meliputi tahap-tahap sebagai berikut:


18

a. Mengidentifikasi perhitungan-perhitungan atau perbandingan yang akan

dibuat. Prosedur yang akan digunakan dalam perencanaan dapat berbeda-

beda tergantung besamya dan kompleksitas perusahaan, ketersediaan data,

dan pertimbangan auditor. Perhitungan dan perbandingan ini meliputi

perbandingan data absolut, analisis vertikal, analisis rasio, dan analisis

trend.

b. Mengembangkan ekspektasi. Dasar pemikiran yang melandasi penggunaan

prosedur analitis dalam audit adalah bahwa hubungan antar data dapat

diperkirakan akan berlanjut seandainya tidak terjadi hal-hal atau kondisi

berbeda yang tidak diketahui.

c. Melakukan perhitungan-perhitungan atau perbandingan-perbandingan.

Tahap ini menyangkut pengumpulan data yang akan digunakan untuk

menghitung jumlah-jumlah absolut dan selisih persentase antara jumlah

tahun ini dengan jumlah tahun yang lalu.

d. Menganalisis data dan mengidentifikasi perbedaan-perbedaan yang

signifikan. Analisis hasil-hasil perhitungan dan perbandingan akan dapat

menambah pengetahuan auditor tentang bisnis klien.

e. Menyelidiki perbedaan signifikan yang tak diharapkan. Selisih tak

diharapkan yang signifikan harus diselidiki, hal ini biasanya menyangkut

peninjauan kembali metode dan faktor-faktor yang digunakan dalam

mengembangkan ekspektasi dan mengajukan pertanyaan kepada

manajemen.
19

f. Menentukan pengaruhnya terhadap perencanaan audit. Selisih yang

signifikan tidak dapat dijelaskan alasan terjadinya, harus dipandang sebagai

indikasi kenaikan risiko salah saji dalam rekening yang tercakup dalam

perhitungan atau perbandingan. Oleh karena itu, auditor biasanya akan

melakukan pengujian yang lebih mendalam atas rekening-rekening tersebut.

2) Pengujian Pengendalian (test of control)

Mengacu pada standar audit pekerjaan lapangan kedua yang berbunyi

"Pemahaman yang memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk

merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang

dilakukan, mengharuskan auditor untuk melakukan pengujian pengendalian".

Pengujian pengendalian adalah prosedur audit yang dilaksanakan untuk

menentukan efektivitas desain dan atau operasi pengendalian intern

(Mulyadi,2010a:229). Ada empat prosedur untuk melaksanakan pengujian

pengendalian, yaitu:

a. Pengajuan pertanyaan kepada karyawan klien. Hal ini dilakukan berkaitan

dengan evaluasi atas kinerja tugas mereka, Auditor dapat menentukan

pengendalian akses atas aktiva, dokumen, dan catatan akuntansi klien

melalui pengajuan pertanyaan pada karyawan klien,

b. Pengamatan atau melakukan observasi terhadap karyawan klien dalam

melaksanakan tugasnya. Pengamatan dilaksanakan oleh auditor terhadap

pelaksanaan pekerjaan karyawan klien. Prosedur ini dilaksanakan tanpa

sepengetahuan karyawan yang diamati dan bersifat mendadak.


20

c. Melaksanakan inspeksi dokumen, catatan, dan laporan. Auditor melakukan

inspeksi terhadap dokumen, catatan, dan laporan untuk memastikan bahwa

dokumen, catatan, dan laporan tersebut telah lengkap, dibandingkan secara

tepat dengan dokumen lain, dan diotorisasi sebagaimana mestinya.

d. Mengulang kembali pelaksanaan pengendalian oleh auditor

(reperformance). Prosedur ini cenderung merupakan pengujian untuk

menilai akurasi mekanis kegiatan pengendalian. Prosedur ini cocok

digunakan bila terdapat jejak transaksi (transaction trait) yang berupa tanda

tangan di atas dokumen dan cap pengesahan. Tanda tangan manajer yang

berwenang dan cap pengesahan merupakan petunjuk apakah pengendalian

telah dilaksanakan dengan semestinya.

3) Pengujian Substantif (substantive test)

Pengujian substantif adalah prosedur audit yang dirancang untuk menemukan

kemungkinan kesalahan moneter yang secara langsung mempengaruhi kewajaran

penyajian laporan keuangan (Mulyadi, 2010a:150). Kesalahan moneter yang

terdapat dalam informasi yang disajikan dalam laporan keuangan kemungkinan

terjadi karena kesalahan dalam:

a. Penerapan PABU (Prinsip Akuntansi yang Berterima Umum) di Indonesia

b. Tidak diterapkannya PABU di Indonesia

c. Tidak konsisten dalam penerapan PABU di Indonesia

d. Ketidaktepatan pisah batas (cut off) pencatatan akuntansi

e. Perhitungan (penambahan, pengurangan, pengalian, dan pembagian)

f. Pekerjaan penyalinan, penggolongan, dan peringkasan informasi


21

g. Pencantuman pengungkapan (disclosure) unsur tertentu dalam laporan

keuangan.

(Mulyadi, 2010b:25) Dalam pengembangan program audit untuk pengujian

substantif, kerangka yang dipakai sebagai acuan adalah sebagai berikut:

a. Prosedur Audit Awal

Prosedur audit awal ditujukan oleh auditor untuk memperoleh keyakinan

bahwa asersi dalam laporan keuangan didukung oleh catatan akuntansi yang

handal. Prosedur audit awal ini terdiri dari lima langkah, yaitu:

1) Usut saldo akun yang tercantum di dalam neraca ke saldo akun yang

bersangkutan di dalam buku besar.

2) Hitung kembali saldo akun di dalam buku besar.

3) Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber

posting dalam akun tersebut.

4) Usut saldo awal akun yang bersangkutan ke kertas kerja tahun yang lalu.

5) Usut posting pendebitan dan atau pengkreditan akun tersebut ke dalam

jurnal yang bersangkutan.

6) Lakukan rekonsiliasi akun kontrol akun tersebut dalam buku besar ke buku

pembantu akun yang bersangkutan.

b. Prosedur Analitik

Prosedur analitik dimaksudkan untuk membantu auditor dalam memahami

bisnis klien dan dalam bidang yang memerlukan audit lebih intensif. Pada

tahap ini, auditor melakukan perhitungan berbagai macam rasio keuangan

yang berkaitan dengan akun yang diperiksa.


22

c. Pengujian terhadap transaksi rinci.

Keandalan saldo akun sangat ditentukan oleh keterjadian transaksi yang

didebit dan dikreditkan ke dalam akun tersebut. Oleh karena itu, auditor

melakukan pengujian terhadap transaksi rinci yang mendebit dan atau

mengkredit akun yang bersangkutan. Di samping itu, keandalan saldo

ditentukan pula oleh ketepatan pisah batas yang digunakan untuk mencatat

berbagai transaksi yang berkaitan. Oleh karena itu, auditor juga melakukan

pengujian pisah batas yang digunakan untuk mencatat transaksi yang berkaitan

dengan akun tersebut.

d. Pengujian terhadap saldo akun rinci

Berbagai asersi yang terkandung dalam saldo akun (keberadaan atau

keterjadian, kelengkapan, penilaian atau alokasi, hak dan kewajiban) diuji

kewajarannya oleh auditor melalui pengujian terhadap saldo akun rinci,Titik

berat prosedur audit yang digunakan oleh auditor dalam pengujian terhadap

saldo aku rinci adalah: pemeriksaan bukti pendukung (vouching),pengusutan

(tracing), pengamatan (observation) dan inspeksi.

e. Verifikasi penyajian dan pengungkapan

Verifikasi penyajian dan pengungkapan akun tertentu yang tercantum dalam

laporan keuangan memerlukan pengetahuan auditor tentang Prinsip Akuntansi

Berterima Umum yang berlaku untuk akun yang bersangkutan.

2.2 Kantor Akuntan Publik (KAP)

Menurut SK. Menkeu No. 43/KMK.017/1997tertanggal 27 Januari 1997

sebagaimana diubah dengan SK, Menkeu No. 470/KMK.017 tertanggal 4 Oktober


23

1999, Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah lembaga yang memiliki izin dari

Menteri Keuangan sebagai wadah bagi Akuntan Publik dalam menjalankan

pekerjaannya.

Mengingat pekerjaan audit atas laporan keuangan menuntut tanggungjawab

yang besar, maka pekerjaan profesional kantor akuntan publik menuntut tingkat

independensi dan kompetensi yang tinggi pula. Independensi memungkinkan

auditor untuk menarik kesimpulan tanpa bias tentang laporan keuangan yang

diauditnya. Kompetensi memungkinkan auditor untuk melakukan audit

secaraefisien dan efektif. Adanya kepercayaan atas independensi dan kompetensi

auditor, menyebabkan pemakai bisa mengandalkan diri pada laporan yang dibuat

auditor. Tidak memungkinkan bagi pemakai laporan untuk menilai independensi

dan kompetensi masing-masing kantor akuntan publik karena jumlah kantor

akuntan publik yang cukup banyak. Oleh karena itu struktur kantor akuntan publik

akan sangat berpengaruh terhadap hal ini, walaupun tidak menjamin sepenuhnya.

Bentuk usaha KAP yang dikenal menurut hukum di Indonesia ada dua

macam, yaitu:

1) KAP dalam bentuk Usaha Sendiri. KAP ini menggunakan nama akuntan

publik yang bersangkutan.

2) KAP dalam bentuk Usaha Kerjasama. KAP bentuk ini menggunakan nama

sebanyak-banyaknya tiga nama akuntan publik yang menjadi rekan atau

partner dalam KAP yang bersangkutan.


24

Menurut Pasal 6 SK. Menkeu No.43/1997, izin untuk membuka Kantor

Akuntan Publik (KAP) akan diberikan apabila pemohon memenuhi persyaratan

berikut:

1) Berdomisili di wilayah Indonesia.

2) Memiliki register akuntan.

3) Menjadi anggota IAI.

4) Lulus ujian Sertifikasi Akuntan Publik yang diselenggarakan IAI.

5) Memiliki pengalaman kerja minimal 3 (tiga) tahun sebagai akuntan dan

pengalaman audit umum sekurang-kurangnya 3.000 jam dengan reputasi

baik.

6) Telah menduduki jabatan manajer atau ketua tim dalam audit umum

sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun.

7) Wajib mempunyai KAP atau bekerja pada Koperasi Jasa Audit.

2.3 Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI)

Setelah hampir 50 tahun sejak berdirinya perkumpulan akuntan Indonesia,

tepatnya pada tanggal 24 Mei 2007 berdirilah Institut Akuntan Publik Indonesia

(IAPI) sebagai organisasi akuntan publik yang independen dan mandiri dengan

berbadan hukum yang diputuskan melalui Rapat Umum Anggota Luar Biasa IAI -

Kompartemen Akuntan Publik. Berdirinya Institut Akuntan Publik Indonesia

adalah respons terhadap dampak globalisasi, dimana Drs. Ahmadi Hadibroto

sebagai Ketua Dewan Pengurus Nasional IAI mengusulkan perluasan

keanggotaan IAI selain individu. Hal ini telah diputuskan dalam Kongres IAI X
25

pada tanggal 23 Nopember 2006. Keputusan inilah yang menjadi dasar untuk

merubah IAI - Kompartemen Akuntan Publik menjadi asosiasi yang independen

yang mampu secara mandiri mengembangkan profesi akuntan publik. IAPI

diharapkan dapat memenuhi seluruh persyaratan International Federation of

Accountants (IFAC) yang berhubungan dengan profesi dan etika akuntan publik,

sekaligus untuk memenuhi persyaratan yang diminta oleh IFAC sebagaimana

tercantum dalam Statement of Member Obligation (SMO).

Pada tanggal 4 Juni 2007, secara resmi IAPI diterima sebagai anggota

asosiasi yang pertama oleh IAI. Pada tanggal 5 Pebruari 2008, Pemerintah

Republik Indonesia melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor

17/PMK.01/2008 mengakui IAPI sebagai organisasi profesi akuntan publik

yangberwenang melaksanakan ujian sertifikasi akuntan publik, penyusunan dan

penerbitan standar profesional dan etika akuntan publik, serta menyelenggarakan

program pendidikan berkelanjutan bagi seluruh akuntan publik di Indonesia.

2.4 Fee Audit

2.4.1 Pengertian Fee Audit

Ikatan Akuntan Publik Indonesia (2011:300) menjelaskan tentang

Professional Fee yang diperoleh auditor sebagai berikut:

1) Besarnya Fee

Besarnya fee anggota dapat bervariasi tergantung antara lain: risiko

penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan

untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan dan

pertimbangan profesional lainnya. Anggota KAP tidak diperkenankan


26

mendapatkan klien dengan cara menawarkan besarnya fee yang dapat merusak

profesi.

2) Fee Kontinjen

Fee kontinjen adalah fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan suatu jasa

profesional tanpa adanya fee yang akan dibebankan, kecuali ada temuan atau hasil

tertentu di mana jumlah fee tergantung pada temuan atau hasil tertentu tersebut.

Fee dianggap tidak kontinjen jika ditetapkan oleh pengadilan atau badan pengatur

atau dalam hal perpajakan, jika dasar penetapan adalah hasil penyelesaian hukum

atau temuan badan pengatur. Anggota KAP tidak diperkenankan untuk

menetapkan fee kontinjen apalagi penetapan tersebut dapat mengurangi

independensi.

3) Komisi

Komisi adalah imbalan dalam bentuk uang atau barang atau bentuk lainnya

yang diberikan atau diterima dari klien atau pihak lain untuk memperoleh

perikatan dari pihak lain. Anggota KAP tidak diperkenankan untuk memberikan

atau menerima komisi apabila pemberian komisi tersebut dapat mengurangi

independensi.

Definisi Fee Audit menurut Surat Keputusan Ketua Umum Institut Akuntan

Publik Indonesia yang dikeluarkan pada tanggal 2 Juli 2008 yaitu imbal jasa yang

wajar sesuai dengan martabat profesi akuntan publik dan dalam jumlah yang

pantas untuk dapat memberikan jasa sesuai dengan tuntutan standar profesional

akuntan publik yang berlaku.


27

Panduan penetapan fee audit yang tertera pada Surat Keputusan Ketua

Umum Institut Akuntan Publik Indonesia dimaksudkan untuk membantu anggota

dalam menetapkan imbal jasa yang wajar sesuai dengan martabat profesi akuntan

publik dan dalam jumlah yang pantas untuk dapat memberikan jasa sesuai dengan

tuntutan standar profesional akuntan publik yang berlaku, Imbal jasa yang terlalu

rendah dari yang dikenakan oleh auditor atau akuntan pendahulu atau diajukan

oleh auditor atau akuntan lain, akan menimbulkan keraguan mengenai

kemampuan dan kompetensi anggota dalam menerapkan standar teknis dan tandar

profesional yang berlaku. Adanya panduan ini diharapkan dapat memberikan

kepastian kepada anggota dan pemakai jasa profesi akuntan public bahwa imbal

jasa yang diterima mencerminkan tingkat tanggung jawab dan risiko dari akuntan

publik.

2.4.2 Tahap-Tahap Audit

Berdasarkan SK No. KEP.024/IAPI/VII/2008 tertanggal 2 Mei 2008 audit

atas laporan keuangan harus memenuhi tahap-tahap audit sebagai berikut:

1. Tahap perencanaan audit antara lain : pendahuluan perencanaan; pemahaman

bisnis klien; pemahaman proses akuntansi; pemahaman struktur pengendalian

internal; penetapan resiko pengendalian; melakukan analisis awal;

menentukan tingkat materialitas; membuat program audit; risk assessment atas

akun; dan fraud discussion dengan management.

2. Tahap pelaksanaan audit antara lain: pengujian pengendalian internal;

pengujian subtansi transaksi; prosedur analitis; dan pengujian detail transaksi.


28

3. Tahap pelaporan antara lain: review atas kejadian setelah tanggal neraca;

pengujian bukti final; evaluasi dan kesimpulan; komunikasi dengan klien;

penerbitan laporan audit; dan capital commitment.

Dalam menetapkan imbal jasa (fee audit), akuntan publik harus memerhatikan

tahapan-tahapan di atas dan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

a. Kebutuhan klien

b. Tugas dan tanggung jawab menurut hukum (statutory duties)

c. Independensi

d. Tingkat keahlian (levels of expertise) dan tanggung jawab yang melekat pada

pekerjaan yang dilakukan, serta tingkat kompleksitas pekerjaan; dan

e. Basis penetapan fee yang disepakati

2.4.3 Cara atau Dasar Penetapan Fee Audit

Menurut Abdul Halim (2008:99) cara atau dasar penetapan fee audit terdiri

dari:

a. Per Diem Basis

Fee audit ditentukan dengan dasar waktu yang digunakan oleh tim auditor,

Pertama kali fee per jam ditentukan, kemudian dikalikan dengan jumlah waktu

atau jam yang dihabiskan oleh tim. Tarif fee per jam untuk tiap tingkatan staf

tentu dapat berbeda-beda.


29

b. Flat atau Kontrak basis

Fee audit dihitung sekaligus secara borongan tanpa memperhatikan waktu

audit yang dihabiskan. Yang penting pekerjaan terselesaikan sesuai dengan

aturan atau perjanjian.

c. Maksimum fee basis

Cara ini merupakan gabungan dari kedua cara di atas. Pertama kali tentukan

tarif per jam kemudian dikalikan dengan jumlah waktu tertentu tetapi dengan

batasan maksimum. Hal ini dilakukan agar auditor tidak mengulur-ngulur

waktu sehingga menambah jam atau waktu kerja.

2.4.4 Faktor-Faktor Penentu Besarnya Fee Audit

Besarnya fee audit ditentukan banyak faktor. Namun demikian pada

dasarnya ada 4 faktor dominan yang menentukan besarnya fee audit (Halim,

2008:99) yaitu:

1. Karakteristik Keuangan, seperti tingkat penghasilan, laba, aktiva, modal,dan

lain-lain.

2. Lingkungan, seperti persaingan, pasar tenaga profesional, dan lain-lain.

3. Karakteristik Operasi, seperti jenis industri, jumlah lokasi

perusahaan,jumlah lini produk, dan lain-lain.

4. Kegiatan Eksternal Auditor, seperti pengalaman, tingkat koordinasi

denganinternal auditor, dan lain-lain.


30

2.4.5 Prinsip Dasar dalam Menetapkan Fee Audit

SK No, KEP.024/IAPI/VII/2008 tertanggal 2 Juli 2008 menyebutkan bahwa

prinsip dasar dalam menetapkan fee audit:

1. Dalam menetapkan imbal jasa, anggota harus mempertimbangkan :

1) Kebutuhan klien

2) Tugas dan tanggung jawab menurut hukum(stutory duties)

3) Independensi

4) Tingkat keahlian (level of expertise) dan tanggung jawab yang melekat

pada pekerja, serta tingkat kompleksitas pekerjaan;

5) Banyaknya waktu yang diperlukan dan secara efektif digunakan oleh

anggota dan stafnya untuk menyelesaikan pekerjaan ini;dan

6) Basis penetapan fee yang disepakati

2. Imbal jasa dihubungkan dengan banyaknya waktu yang digunakan untuk

menyelesaikan pekerjaan, nilai jasa yang diberikan bagi klien atau bagi kantor

akuntan publik yang bersangkutan.

1) Dalam hal ini imbal jasa tidak dikaitkan dengan banyaknya waktu

pengerjaan, anggota harus menyampaikan surat perikatan (engagement

letter) yang setidaknya memuat:

(1) Tujuan, lingkungan pekerjaan serta pendekatan dan metodeloginya;

dan

(2) Basis penetapan dan besaran imbal jasa (atau estimasi besaran imbal

jasa) serta cara dan atauatau termin pembayaranya.


31

2) Anggota agar selalu:

(1) Memelihara dokumentasi lengkap mengenai basi pengenaan imbal jasa

yang disepakati; dan

(2) Menjaga agar basis pengenaan imbal jasa yang disepakati konsisten

dengan praktik yang berlaku.

3. Imbal jasa audit harus mencerminkan secara wajar pekerjaan yang dilakukan

untuk klien dan selurah faktor yang dikemukakan dalam paragraph 4 diatas

(dalam hal ini anggota harus memperhatikan kode etik profesi yang mengatur

mengenai independensi) anggota tidak diperkenankan menetapkan imbal jasa

berbasis kontinjensi baik langsung maupun tidak langsung.

4. Sebelum perikatan disepakati, anggota sudah harus menjelaskan kepada klien,

basis pengenaan imbal jasa, cara dan termin pembayaran dan total imbal jasa

yang dikenakan.

5. Dalam hal kemungkinan besar imbal jasa akan meningkat secara substansial di

masa datang, klien sudah harus diberitahukan sebelumnya.

6. Imbal jasa atas pekerjaan pertama yang diberikan kepada klien tidak boleh

didiskon sebagai imbal jasa perkenalan, dengan maksud untuk mengenakan

imbal jasa yang lebih tinggi atau pemberian jasa lainya di masa datang.

Anggota harus dapat menunjukkan bahwa pekerjaannya dilakukan secara

profesional dan memenuhi persyaratan kualitas yang ditetapkan, dan

memenuhi kebutuhan klien.


32

7. Untuk organisasi nirlaba di mungkin kan untuk mengenakan imbalan jasa

dengan harga khusus sepanjang imbal jasa tersebut menutupi biaya pokok

jasa.

8. Untuk mempertahankan independensinya, anggota sudah harus menerima

imbal jasa atas pekerjaan yang telah dilakukannya sebelum memulai pekerjaan

periode berikutnya.

9. Anggota yang imbal jasanya belum dibayar boleh menahan dokumen tertentu

milik klien yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaannya, dan boleh

menolak untuk meneruskan informasi yang dimilikinya kepada klien atau

auditor atau akuntan penerus sebelum imbal jasa dibayar

10. Anggota tidak diperkenankan menerima perikatan apabila belum

membayarlunas kewajiban pada auditor terdahulu.

2.4.6 Penetapan Tarif Imbal Jasa

Berdasarkan SK No. KEP.024/IAPI/VII/2008 tertanggal 2 Mei 2008,

penetapan tarif imbal jasa seharusnya:

1. Tarif imbal jasa (charge-out rate) harus menggambarkan remunerasi yang

pantas bagi anggota dan stafnya, dengan memperhatikan kualifikasi dan

pengalaman masing-masing

2. Tarif harus ditetapkan dengan memperhitungkan:

1) Gaji yang pantas untuk menarik dan mempertahankan yang berkompeten

dan berkeahlian

2) Imbalan lain diluar gaji


33

3) Beban over head, termasuk yang berkaitan dengan pelatihan

pengembangan staf, serta riset dan pengembangan;

4) Jumlah jam tersedia untuk suatu periode tertentu (projected charge-out

time) untuk staf professional dan staf pendukung lainnya;

5) Marjin laba yang pantas

3. Tarif imbal jasa per-jam (hourly charge-out rates) yang ditetapkan

berdasarkan informasi diatas dapat ditetapkan untuk setiap staf atau untuk

kelompok staf (junior, senior, supervisor, manajer) dan partner. Ilustrasi yang

dilampirkan pada panduan ini memuat perhitungan tarif untuk kelompok staf.

Setiap anggota dapat menetapkan tarif sesuai dengan kondisi masing-masing,

Lampiran ini juga memuat ilustrasi penetapan tarif untuk pekerjaan audit pada

perusahaan:

1) Kecil sekali (memerlukan maksimum 50 man-hours)

2) Kecil (memerlukan maksimum 150 man-hours)

3) Menengah sedang (memerlukan maksimum 500 man-hours)

4) Menengah (memerlukan maksimum 1500 man-hours)

5) Menengah besar (memerlukan maksimum 3000 man-hours)

6) Besar (memerlukan lebih dari 3000 man-hours)- tidak di ilustrasikan

2.4.7 Pencatatan Waktu

Pencatatan waktu yang memadai dengan menggunakan time sheet yang

sesuai perlu dilakukan secara teratur untuk dapat menghitung imbal jasa secara

akurat dan realistis, dan untuk dapat menjaga efisiensi dan efektivitas pekerjaan
34

(SK No. KEP.024/IAPI/VII/2008 tertanggal 2 Mei 2008). Time sheet sekaligus

berfungsi sebagai kartu kendali staf dan dasar dari pengukuran kinerja.

2.4.8 Penagihan Bertahap

Praktek yang baik harus dilakukan penagihan secara bertahap atas pekerjaan

yang diselesaikan untuk periode lebih dari satu bulan (SK No.

KEP.024/IAPI/VII/2008 tertanggal 2 Mei 2008). Penagihan harus segera

dilakukan begitu termin yang disepakati telah jatuh waktu.


BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Kantor Akuntan Publik Sodikin, Harijanto & Rekan

3.1.1 Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Akuntan Publik Sodikin,

Harijanto & Rekan

Kantor Akuntan Publik (KAP) Sodikin, Harijanto & Rekan adalah jenis

usaha jasa yang memberikan pelayanan profesional di bidang auditing,

penyusunan dan implementasi sistem akuntansi perpajakan yang berhubungan

dengan konsultasi manajemen.

KAP Sodikin, Harijanto & Rekan ini semula bernama KAP Ngurah Arya

yang didirikan pada tahun 1981 di Semarang dengan ijin Menteri Keuangan

Nomor: 0543/PK.4/81. Pada tahun 1993 telah terjadi perubahan dengan

dikeluarkannya ijin Menteri Keuangan No: 220/MK 17/1993 dari bentuk

usaha perorangan menjadi suatu badan hukum partnership dengan

diangkatnya Drs. Sodikin Manaf, Ak sebagai partner dari KAP tersebut.

Pada tahun 2000 organisasi perusahaan dikembangkan dengan

memindahkan kantor pusat dari Semarang ke Jakarta dan menetapkan

Semarang sebagai kantor cabang di samping Denpasar yang telah beroperasi

sejak tahun 1990-an. Namun, sejak tahun 2012, kantor pusat yang berada di

Jakarta dipindahkan kembali ke Semarang.

35
36

Pada tahun 2013 KAP Ngurah Arya & Rekan berubah nama menjadi KAP

Sodikin, Harijanto & Rekan. KAP Sodikin merupakan rekanan KAP Ngurah

Arya, namun karena Bapak Ngurah Arya selaku Pimpinan KAP Ngurah Arya

telah meninggal dunia maka KAP Ngurah Arya diambil alih oleh Bapak

Sodikin.

Kantor Akuntan Publik Sodikin, Harijanto, dan Rekan ditetapkan secara

hukum didirikan pada tahun 2013 berdasarkan izin usaha nomor : KEP-

629/KM.1/2013 serta didukung oleh 6 auditor yang telah berpengalaman

dibidangnya. Saat ini Kantor Akuntan Publik Sodikin, Harijanto, dan Rekan

berkedudukan di Jalan Tukad Irawadi 18 A Panjer Denpasar Bali 80225.

Jasa pelayanan yang diberikan dibagi ke dalam 2 jenis jasa yang berbeda

pada tangggung jawab pelaksanaan masing- masing Manajer. Bidang-bidang

tersebut adalah bidang auditing dan bidang perpajakan.

Kantor Akuntan Publik (KAP) Sodikin, Harijanto & Rekan memiliki visi

dan misi yaitu:

Visi : Menjadi mitra bisnis yang terpercaya, jujur, handal dan profesional

bagi kemajuan usaha.

Misi : Menjalankan tugas sesuai kode etik profesi, cermat, dan penuh

dengan tanggung jawab.


37

3.1.2 Struktur Organisasi Kantor Akuntan Publik Sodikin, Harijanto &


Rekan

Stuktur organisasi merupakan wadah kerjasama yang mencerminkan

wewenang dan tanggung jawab diantara orang-orang dalam suatu organisasi,untuk

mencapai tujuan bersama serta memperlancar kegiatan yang ada didalamnya,

maka suatu perusahaan harus memiliki suatu susunan atau organisasi yang baik

karena pada umumnya semakin besar suatu perusahaan struktur organisasinya

semakin kompleks dan sebaliknya. Struktur organisasi yang digunakan oleh

Kantor Akuntan Publik Sodikin, Harijanto & Rekan adalah struktur organisasi

garis, yang dapat dilihat pada Gambar 3.1.

KANTOR
PUSAT

PIMPINAN PERWAKILAN
BALI
(MANAGER AREA)
ADMINISTRASI &
KEUANGAN

MANAGER AUDIT MANAGER PAJAK

WAKIL MANAGER AUDIT WAKIL MANAGER PAJAK

STAF STAF

Gambar 3.1
Struktur Organisasi Kantor Akuntan Publik Sodikin, Harijanto & Rekan
Perwakilan Bali
Sumber: KAP Sodikin, Harijanto & Rekan Wilayah Operasional Bali (2015)
38

Keterangan:

: Garis komando

: Garis koordinasi

Dilihat dari bentuk dan susunan organisasinya maka Kantor Akuntan Publik

Sodikin, Harijanto & Rekan dibagi-bagi menurut jasa yang diberikan. Pembagian

ini dimaksudkan untuk memungkinkan para staf tersebut mengembangkan

keahlian profesional sehingga memungkinkan memberikan jasa yang lebih baik

kepada klien.

Sesuai dengan struktur organisasi yang terdapat di Kanter Akuntan Publik

Sodikin, Harijanto & Rekan maka dapat dijelaskan fungsi dari masing-masing

bagian sebagai berikut:

Berikut ini merupakan uraian tugas dari masing-masing bagian pada Kantor

Akuntan Publik Sodikin, Harijanto & Rekan:

1. Pimpinan Perwakilan Bali

Pimpinan perwakilan bali memiliki tugas, sebagai berikut:

a. Memimpin dan menentukan arah kebijaksanaan dalam kegiatan di

Kantor Akuntan Publik sodikin, Harijanto & Rekan.

b. Penerimaan atau penolakan klien melalui survey pendahuluan.

c. Memberikan penyesuaian dan persetujuan dalam perencanaan

pendahuluan pada setiap penugasan audit.

d. Mendiskusikan konsep pemikiran dengan para staf serta pihak klien.


39

e. Mengutuskan staf mengikuti berbagai kegiatan yang bertujuan

meningkatkan kemampuan.

f. Menghadiri setiap pertemuan untuk membahas masalah-masalah yang

dihadapi staf baik masalah teknis maupun masalah non teknis.

g. Menetapkan karyawan dalam masa percobaan menjadi karyawan tetap

sesuai dengan ketetapan yang berlaku di kantor yang dilakukan dengan

surat ikatan kerja, menetapkan kebijakan khusus untuk merekrut

tenaga staf yang berpengalaman.

h. Menyetujui program pengembangan staf yang disusun oleh manajer

serta melakukan revisi bila perlu untuk menyesuaikan dengan

perkembangan mutakhir.

i. Menetapkan evaluasi dan promosi dengan bantuan ketua tim dan

manajer.

j. Menetapkan petugas atau tim yang akan memantau dan mengevaluasi

terhadap pelaksanaan pengendali mutu KAP.

k. Bertanggung jawab atas pendapat auditor yang diberikan.

2. Administrasi dan Keuangan

Bagian administrasi dan keuangan memiliki tugas, sebagai berikut:

a. Mengatur dan menyimpan segala arsip penting kantor dan kegiatan

lainnya.

b. Mengatur pertemuan dengan klien.


40

c. Membuat surat-surat yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kerja (Surat

Perjanjian Kerja, Surat Tugas, dan lain-lain).

d. Melaksanakan kegiatan administrasi kantor lainnya.

e. Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada pimpinan.

3. Manajer Audit

Manajer audit memiliki tugas, sebagai berikut:

a. Memimpin dan mengawasi pelaksanaan tugas pemeriksaan yang

dilaksanakan oleh staf agar sesuai dengan program audit.

b. Melakukan supervise atau review atas kelengkapan bukti audit serta

mutu penyusunan kertas kerja pemeriksaan yang dikerjakan oleh staf

audit.

c. Melakukan koreksi terhadap kesalahan kertas kerja yang dikerjakan

oleh staf audit.

d. Mempertanggung jawabkan hasil kerja bagian audit kepada pimpinan.

4. Wakil Manajer Audit

Wakil manajer audit memiliki tugas, sebagai berikut:

a. Membantu manager dalam mengawasi pelaksanaan tugas penyusunan

laporan audit.

b. Mewakili manager bertemu klien apabila manager berhalangan untuk

datang.
41

c. Membantu manajer mengkoreksi dan penyusunan kertas kerja

pemeriksaan yang dikerjakan oleh staf audit, serta mengajarkan staf

audit mengenai prosedur audit yang benar.

d. Bertanggung jawab kepada manajer mengenai pekerjaan yang

dilakukan.

5. Manajer Pajak

Manajer pajak memiliki tugas, sebagai berikut:

a. Memimpin dan mengawasi pelaksanaan penyusunan laporan pajak

oleh staf pajak agar sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang

berlaku.

b. Melakukan koreksi terhadap kesalahan hasil kerja yang dilaksanakan

oleh staf pajak.

c. Mempertanggung jawabkan hasil kerja bagian pajak kepada pimpinan.

6. Wakil Manajer Pajak

Wakil manajer pajak memiliki tugas, sebagai berikut:

a. Membantu manager dalam mengawasi pelaksanaan tugas penyusunan

laporan pajak.

b. Mewakili manager bertemu klien apabila manager berhalangan untuk

hadir.

c. Membantu manajer mengkoreksi dan mengajarkan kepada staf

mengenai prosedur pajak yang benar.


42

d. Bertanggung jawab kepada manajer mengenai pekerjaan yang

dilakukan.

7. Staf

Staf memiliki tugas, sebagai berikut:

a. Membantu manajer bagian untuk melaksanakan kegiatan sesuai

dengan masing-masing bagian.

b. Menyiapkan dokumen yang akan dikirim dan meminta dokumen yang

dibutuhkan kepada klien.

c. Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas tersebut kepada manajer

bagian yang bersangkutan.

3.2 Deskripsi Pekerjaan Selama Melaksanakan Kerja Profesi Mahasiswa di

Kantor Akuntan Publik Sodikin, Harijanto & Rekan

Pelaksanaan Kerja Profesi Mahasiswa (KPM) berlangsung mulai tanggal 9

Maret 2015 sampai tanggal 8 Mei 2015. Selama pelaksanaan KPM, penulis

mengikuti jam kerja sesuai dengan aturan Kantor Akuntan Publik Sodikin,

Harijanto & Rekan, yaitu pukul 08.00 WITA sampai dengan pukul 16.00 WITA,

lima hari kerja dalam seminggu, yaitu Senin sampai Jumat.

Selama KPM berlangsung, penulis ditempatkan di divisi audit. Kegiatan yang

penulis lakukan selama pelaksanaan KPM berupa kegiatan yang sifatnya

membantu pelaksanaan tugas-tugas staf auditor, yaitu:


43

1) Membuat Kertas Kerja Pemeriksaan

Kertas kerja adalah catatan-catatan yang diselenggarakan auditor

mengenai prosedur audit yang ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya,

informasi yang diperolehnya, dan kesimpulan yang dibuatnya berkenaan

dengan pelaksanaan audit, kertas kerja yang pernah dibuat, antara lain:

a. Kertas Kerja Kas.

b. Kertas Kerja Bank.

c. Kertas Kerja Piutang,

d. Kertas Kerja Persediaan.

e. Kertas Kerja Pendapatan.

f. Kertas Kerja Beban Administrasi & Operasional.

g. Kertas Kerja Beban Lain-lain,

h. Kertas Kerja Pendapatan Lain-lain,

Tujuan pembuatan kertas kerja di Kantor Akuntan Publik Sodikin,

Harijanto & Rekan, adalah sebagai berikut:

(1) Untuk memberi dukungan prinsip atas laporan keuangan audit. Pendapat

auditor dikeluarkan berdasarkan hasil temuan audit. Berbagai temuan

audit ditemukan dalam kertas kerja.

(2) Sebagai alat untuk melakukan koordinasi, mengorganisasi dan mengawasi

pelaksanaan seluruh tahapan audit.


44

(3) Bukti bahwa audit telah dilaksanakan sesuai dengan standar auditing. Hal

ini perlu dilakukan untuk menjaga diri terhadap tuntutan pemakai dan

sanksi pemakai.

(4) Sebagai pedoman untuk melaksanakan audit berikutnya.

Tata cara pembuatan kertas kerja di Kantor Akuntan Publik Sodikin,

Harijanto & Rekan, adalah sebagai berikut:

a. Membuat heading yang berisi nama klien dan judul untuk

mengidentifikasi isi kertas kerja, serta tanggal neraca atau periode audit.

b. Membuat nomor indeks yang dimaksudkan untuk memudahkan

identifikasi dan referensi silang antar kertas kerja.

c. Membuat tick mark yang berisi simbol-simbol yang digunakan untuk

membuat referensi penjelasan naratif dalam kertas kerja.

d. Di bagian bawah dicantumkan nama pembuat maupun penelaah dan

tanggal pembuatan serta tanggal ditelaah.

2) Memasukkan Data ke Komputer

Data yang dimasukkan ke dalam komputer berdasarkan kertas kerja

pemeriksaan yang telah dibuat sebelumnya. Hal ini bertujuan untuk

mempermudah pengolahannya.
45

3.3 Analisis Masalah

3.3.1 Cara atau Dasar Penetapan Fee Audit Pada KAP Sodikin, Harijanto

& Rekan

Cara atau dasar penetapan fee audit yang diterapkan oleh KAP Sodikin,

Harijanto & Rekan antara lain terdiri dari:

a. Per Diem Basis

Fee audit ditentukan dengan dasar waktu yang digunakan oleh tim auditor.

Pertama kali fee per jam ditentukan, kemudian dikalikan dengan jumlah

waktu atau jam yang dihabiskan oleh tim. Tarif fee per jam untuk tiap

tingkatan staf tentu dapat berbeda-beda. Dalam penetapan fee audit untuk

klien pada KAP Sodikin, Harijanto & Rekan memang menggunakan

waktu sebagai basisnya, namun KAP Sodikin, Harijanto & Rekan tidak

menerapkan penetapan tarif fee per jam untuk tiap tingkatan staf. Dalam

penetapan tarif fee audit untuk tiap tingkatan staf, KAP Sodikin, Harijanto

& Rekan menerapkan remunerasi (presentase) berdasarkan tingkatan staf

(junior, senior, manajer, dan partner).

b. Flat atau Kontrak basis

Fee audit dihitung sekaligus secara borongan tanpa memperhatikan waktu

audit yang dihabiskan. Yang penting pekerjaan terselesaikan sesuai dengan

aturan atau perjanjian.


46

c. Maksimum fee basis

Cara ini merupakan gabungan dari kedua cara di atas. Pertama kali

tentukan tarif per jam kemudian dikalikan dengan jumlah waktu tertentu

tetapi dengan batasan maksimum. Hal ini dilakukan agar auditor tidak

mengulur-ulur waktu sehingga menambah jam atau waktu kerja.

3.3.2 Faktor-Faktor Penentu Besarnya Fee Audit pada KAP Sodikin,

Harijanto & Rekan

Besarnya fee audit ditentukan banyak faktor. Namun demikian pada

dasarnya ada 4 faktor dominan yang menentukan besarnya/fee audit, yaitu:

1. Karakteristik Keuangan, seperti tingkat penghasilan, laba, aktiva, modal,

dan Iain-lain.

2. Lingkungan, seperti persaingan, pasar tenaga profesional, dan Iain-lain.

3. Karakteristik Operasi, seperti jenis industri, jumlah lokasi perusahaan,

jumlah lini produk, dan Iain-lain.

4. Kegiatan Eksternal Auditor, seperti pengalaman, tingkat koordinasi

dengan internal auditor, dan Iain-lain.

3.3.3 Prinsip Dasar dalam Menetapkan Fee Audit pada KAP Sodikin,

Harijanto & Rekan

Dalam menjalankan prosedur untuk menentukan fee audit, KAP Sodikin,

Harijanto & Rekan menggunakan prinsip-prinsip dasar seperti berikut:


47

1. Dalam menetapkan imbal jasa,harus mempertimbangkan :

1) Kebutuhan klien

2) Tugas dan tanggung jawab menurut hukum (stutory duties)

3) Independensi

4) Tingkat keahlian (level of expertise) dan tanggung jawab yang melekat

pada pekerja, serta tingkat kompleksitas pekerjaan;

5) Banyaknya waktu yang diperlukan dan secara efektif digunakan oleh

anggota dan stafnya untuk menyelesaikan pekerjaan ini; dan

6) Basis penetapan fee yang disepakati

2. Imbal jasa dihubungkan dengan banyaknya waktu yang digunakan untuk

menyelesaikan pekerjaan, nilai jasa yang diberikan bagi klien atau bagi Kantor

Akuntan Publik Sodikin, Harijanto & Rekan sendiri.

1) Dalam hal ini imbal jasa tidak dikaitkan dengan banyaknya waktu

pengerjaan, anggota harus menyampaikan surat perikatan (engagement

letter) atau yang juga biasa disebut dengan MOU (memorandum of

Understanding) yang setidaknya memuat:

(1) Tujuan, lingkungan pekerjaan serta pendekatan dan metodeloginya;

dan

(2) Basis penetapan dan besaran imbal jasa (atau estimasi besaran imbal

jasa) serta cara dan atau atau termin pembayarannya;

2) Anggota agar selalu:

(1) Memelihara dokumentasi lengkap mengenai basis pengenaan imbal

jasa yang disepakati; dan


48

(2) Menjaga agar basis pengenaan imbal jasa yang disepakati konsisten

dengan praktik yang berlaku.

3. Imbal jasa audit harus mencerminkan secara wajar pekerjaan yang dilakukan

untuk klien dan seluruh faktor yang dikemukakan pada no. 1 diatas (dalam hal

ini anggota harus memperhatikan kode etik profesi yang mengatur mengenai

independensi) anggota tidak diperkenankan menetapkan imbal jasa berbasis

kontinjensi baik langsung maupun tidak langsung.

4. Sebelum perikatan disepakati, anggota sudah harus menjelaskan kepada klien,

basis pengenaan imbal jasa , cara dan termin pembayaran dan total imbal jasa

yang dikenakan.

5. Dalam hal kemungkinan besar imbal jasa akan meningkat secara subtansial di

masa datang, klien sudah harus diberitahukan sebelumnya.

6. Imbal jasa atas pekerjaan pertama yang diberikan kepada klien tidak boleh

didiskon sebagai imbal jasa perkenalan, dengan maksud untuk mengenakan

imbal jasa yang lebih tinggi atau pemberian jasa lainya di masa datang.

Anggota harus dapat menunjukkan bahwa pekerjaannya dilakukan secara

professional dan memenuhi persyaratan kualitas yang ditetapkan, dan

memenuhi kebutuhan klien.

7. Untuk organisasi nirlaba di mungkinkan untuk mengenakan imbalan

jasadengan harga khusus sepanjang imbal jasa tersebut menutupi biaya pokok

jasa.

8. Untuk mempertahankan independensinya, anggota sudah harus menerima

imbal jasa atas pekerjaan yang telah dilakukannya sebelum memulai pekerjaan

periode berikutnya.
49

9. Anggota yang imbal jasanya belum dibayar boleh menahan dokumen tertentu

milik klien yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaannya, dan boleh

menolak untuk meneruskan informasi yang dimilikinya kepada klien atau

auditor atau akuntan penerus sebelum imbal jasa dibayar

10. Anggota tidak diperkenankan menerima perikatan apabila belum membayar

lunas kewajiban pada auditor terdahulu.

3.3.4 Penetapan Tarif Imbal Jasa pada KAP Sodikin, Harijanto & Rekan

Penetapan tarif imbal jasa yang diterapkan pada KAP Sodikin, Harijanto &

Rekan yaitu:

1. Tarif imbal jasa (charge-out rate) harus menggambarkan remunerasi

(presentase) yang pantas bagi anggota dan stafnya, dengan memperhatikan

kualifikasi dan pengalaman masing-masing

2. Tarif harus ditetapkan dengan memperhitungkan:

1) Gaji yang pantas untuk menarik dan mempertahankan yang berkompeten

dan berkeahlian

2) Imbalan lain diluar gaji (biasanya berupa bonus atau tunjangan hari raya)

3) Beban over head, termasuk yang berkaitan dengan pelatihan

pengembangan staf, serta riset dan pengembangan (biaya operasional

seperti listrik, air, telepon, penggunaan kertas, peralatan kantor, dan

penyusutan computer dibebankan pada biaya over head);

4) Jumlah jam tersedia untuk suatu periode tertentu (projected charge-out

time) untuk staf professional dan staf pendukung lainya;


50

5) Marjin laba yang pantas

Di Kantor Akuntan Publik Sodikin, Harijanto & Rekan yaitu tidak

menerapkan penetapan fee dengan menambahkan berapa marjin laba yang

diinginkan karena pada dasarnya penetapan fee yang diterapkan oleh KAP

Sodikin, Harijanto & Rekan yaitu selain melihat pada prinsip dasar dalam

penetapan imbal jasa (kebutuhan klien, tugas dan tanggung jawab auditor

menurut hukum, independensi, tingkat keahlian, banyaknya waktu yang

diperlukan, dan basis penetapan fee yang disepakati) juga lebih melihat

pada luasnya ruang lingkup pekerjaan dan besarnya aset perusahaan.

3. Tarif imbal jasa per-jam yang ditetapkan berdasarkan informasi di atas dapat

ditetapkan untuk setiap staf atau untuk setiap kelompok staf (junior, senior,

supervisor, manajer dan partner) di Kantor Akuntan Publik Sodikin, Harijanto

& Rekan yaitu tidak menerapkan metode penerapan tarif imbal jasa per-jam

dalam penetapan fee untuk masing-masing staf, namun lebih pada penggunaan

remunerasi (presentase) pembagian fee yang didasarkan pada tingkatan staf

(junior, senior, manajer, dan partner).

3.3.5 Pencatatan Waktu pada KAP Sodikin, Harijanto & Rekan

Pencatatan waktu yang memadai dengan menggunakan time sheet yang

sesuai perlu dilakukan secara teratur untuk dapat menghitung imbal jasa secara

akurat dan realistis, dan untuk dapat menjaga efisiensi dan efektivitas pekerjaan.

Time sheet sekaligus berfungsi sebagai kartu kendali staf dan dasar dari

pengukuran kinerja. Time sheet pada KAP Sodikin, Harijanto & Rekan lebih
51

terfokus sebagai dasar pengukuran kinerja (apakah pekerjaan telah dilakukan

secara efisien dan efektif) dan kartu kendali staf (kedisiplinan karyawan).

3.3.6 Penagihan Bertahap pada KAP Sodikin, Harijanto & Rekan

Praktek yang baik harus dilakukan penagihan secara bertahap atas

pekerjaan yang diselesaikan untuk periode lebih dari satu bulan. Penagihan harus

segera dilakukan begitu termin yang disepakati telah jatuh waktu. Penagihan fee

audit pada KAP Sodikin, Harijanto & Rekan dilakukan secara bertahap yaitu dua

tahap atau tiga tahap. Untuk penagihan dua tahap; di tahap pertama penagihan fee

dilakukan pada saat ditandatanganinya surat perjanjian (engangement letter atau

MOU) dan penagihan tahap kedua dilakukan pada saat penerbitan laporan audit.

Sedangkan penagihan fee audit untuk tiga tahap; penagihan fee audit tahap

pertama dilakukan pada saat ditandatanganinya surat perjanjian (engangement

letter atau MOU), tahap kedua pada saat keluarnya draft (laporan audit yang

masih dapat direvisi dengan cara melakukan diskusi dengan klien), dan tahap

ketiga adalah pada saat penerbitan laporan audit.

3.3.7 Perbandingan Penetapan Fee Audit antara KAP Sodikin, Harijanto

& Rekan dan IAPI

Hasil observasi, komunikasi, wawancara, dan keterlibatan langsung

penulis di lapangan menunjukkan bahwa penetapan fee audit di KAP Sodikin,

Harijanto & Rekan bila dibandingkan dengan standar yang ditetapkan oleh IAPI

adalah prosedur penetapan fee audit yang diterapkan oleh KAP Sodikin, Harijanto

& Rekan telah sesuai dengan prosedur yang ditetapkan oleh IAPI, baik dalam hal
52

dasar penentuan fee audit, faktor-faktor penentu besarnya fee audit, prinsip dasar,

penetapan tarif imbal jasa, pencatatan waktu, dan penagihan bertahap.

Dari hal tersebut secara umum dapat disimpulkan bahwa KAP Sodikin,

Harijanto & Rekan telah menerapkan standar yang ditetapkan oleh IAPI namun

terdapat sedikit perbedaan pada bagian penetapan tarif imbal jasa. Dalam

penetapan tarif imbal jasa, KAP Sodikin, Harijanto & Rekan tidak menerapkan:

1) penetapan tarif yang memperhitungkan marjin laba yang pantas; dan

2) penetapan tarif imbal jasa per jam

Hal tersebut terjadi karena KAP Sodikin, Harijanto & Rekan belum bisa

menerapkan secara maksimal prosedur penentuan fee audit yang ditetapkan oleh

IAPI.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan

bahwa secara umum KAP Sodikin, Harijanto & Rekan telah menerapkan standar

penetapan fee audit yang sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh IAPI, baik

dalam hal dasar penentuan fee audit, faktor-faktor penentu besarnya fee audit,

prinsip dasar, penetapan tarif imbal jasa, pencatatan waktu, dan penagihan

bertahap. Namun terdapat sedikit perbedaan pada bagian penetapan tarif imbal

jasa. Dalam penetapan tarif imbal jasa, KAP Sodikin, Harijanto & Rekan tidak

menerapkan:

1) penetapan tarif yang memperhitungkan marjin laba yang pantas; dan

2) penetapan tarif imbal jasa per jam

Hal tersebut terjadi karena KAP Sodikin, Harijanto & Rekan belum bisa

menerapkan secara maksimal prosedur penentuan fee audit yang ditetapkan oleh

IAPI.

4.2 Saran

Saran yang dapat diberikan oleh penulis pada KAP Sodikin, Harijanto &

Rekan adalah:

1) Agar KAP Sodikin, Harijanto & Rekan memaksimalkan penerapan prosedur

penetapan fee audit yang telah ditetapkan oleh IAPI.

53
54

2) KAP Sodikin, Harijanto & Rekan tetap harus mempertahankan

independensinya khususnya dalam hal penetapan fee audit walaupun sewaktu-

waktu dapatterjadi persaingan harga antar KAP karena mengingat bahwa

belum semua KAP mampu menerapkan secara maksimal prosedur penetapan

fee audit yang telah ditetapkan oleh IAPI.


55

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. 2012 Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan Oleh


Akuntan Publik, Jilid 1, Edisi Keempat, Salemba Empat, Jakarta.

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana. 2008. Pedoman Kerja Profesi
Mahasiswa (KPM). Denpasar : Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.

Halim, Abdul. 2008. Auditing 1 (Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan),


Yogyakarta : UPP AMP YKPN.

Ikatan Akuntan Publik Indonesia. 2011. Standar Profesional Akuntan Publik.


Jakarta: Salemba Empat

Institut Akuntan Publik Indonesia. 2008. Kebijakan Penentuan Fee Audit.


http://www.iapi.or.id/iapi/download/Peraturan/Kebijakan%20Penetuan%20
Fee%20Audit.pdf (diakses tanggal 15 April 2015)

Jusup, Al Haryono. 2010. Auditing (Pengauditan). Cetakan kedua. Yogyakarta:


Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.

Kantor Akuntan Publik Sodikin, Harijanto & Rekan. 2015, Company Profile.
Denpasar.

Mulyadi. 2010a. Auditing. Buku 1. Edisi ke-6. Cetakan ke-1. Jakarta: Salemba
Empat.

Mulyadi, 2010b. Auditing, Buku 2, Edisi ke-6, Cetakan ke-1, Jakarta: Salemba
Empat.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai