Anda di halaman 1dari 7

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kata kunci pembangunan bangsa di negara berkembang, termasuk di
Indonesia adalah sumber daya manusia (SDM). Terciptanya keberhasilan
pembangunan berkaitan erat dengan kualitas SDM yang baik. Dalam menciptakan
SDM yang bermutu, perlu ditata sejak dini yaitu dengan memperhatikan
kesehatan anak-anak, khususnya anak balita. Pembentukan kualitas SDM yang
optimal, baik sehat secara fisik maupaun psikologis sangat bergantung dari proses
tumbuh dan kembang pada usia dini. Derajat kesehatan yang tinggi dalam
pembangunan ditujukan untuk mewujudkan manusia yang sehat, cerdas, dan
produktif.
Pertumbuhan terjadi secara simultan dengan perkembangan. Dinyatakan
oleh Rusmil, berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan merupakan hasil
interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya,
misalnya perkembangan sistem neuromuskuler, kemampuan bicara, emosi dan
sosialisasi yang kesemuanya berperan penting dalam kehidupan manusia yang
utuh. Pada keseluruhan siklus hidup manusia, masa di bawah usia lima tahun
(balita) merupakan periode paling kritis dalam menentukan kualitas sumber daya
manusia (Rusmil, 2012).
Masa yang paling menentukan dalam proses tumbuh kembang seorang
anak adalah masa di dalam kandungan ibunya dan kira-kira dua tahun sesudahnya,
pada saat mana sel otak sedang tumbuh dan menyempurnakan diri secara pesat
sekali untuk kemudian bertambah lambat, sedikit demi sedikit sampai anak
berumur lima tahun. Para ahli menyebut masa balita sebagai masa emas (golden
age) (Depkes, 2008).
Pemantauan tumbuh kembang balita merupakan serangkaian kegiatan yang
sifatnya berkelanjutan antara lain berupa pemenuhan kebutuhan dasar anak akan
kasih sayang dan rasa aman, pemeliharaan kesehatan, kecukupan gizi, pemberian
stimulasi dini tumbuh kembang dan pendidikan baik di rumah maupun di luar
2

rumah. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak yang dilaksanakan


secara tepat dan terarah menjamin tumbuh kembang anak lebih optimal yang
menjadikan anak berkualitas, cerdas, bertanggung jawab dan berdaya guna bagi
nusa dan bangsa (Kania, 2007).
Kunci keberhasilan pembinaan anak terutama pada masa balita berada di
tangan orang tua, karena hampir seluruh waktu anak usia dini ini berada dekat
dengan orang tuanya. Sebagai pengasuh, pendidik pertama dan utama, orang tua
diharapkan mampu mempengaruhi tumbuh kembang anak secara optimal, melalui
stimulasi tumbuh kembang, pemenuhan kebutuhan gizi, perawatan dasar termasuk
imunisasi, pengobatan bila sakit, tempat tinggal yang layak, higyene perorangan,
sanitasi lingkungan, sandang, kesegaran jasmani (Soetjiningsih et al., 2014).
Salah satu upaya untuk membantu agar anak dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal dengan pemberian stimulasi merangsang kemampuan
dasar anak yang dimulai sedini mungkin dan terus-menerus pada setiap
kesempatan. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh
kembang anak bahkan gangguan yang menetap (Rusmil, 2012).
Penelitian yang dilakukan di Belanda tahun 2010 menunjukkan hasil bahwa
peningkatan kecil pada stimulasi perkembangan yang disediakan di pusat-pusat
perawatan anak di tahun awal kehidupan dapat mendorong perkembangan
kognitif bayi (Albers et al., 2010). Penelitian lain yang dilakukan di Amerika
menyebutkan bahwa perkembangan kognitif dan bahasa pada anak-anak yang
diberikan stimulasi oleh pengasuh di penitipan anak dengan stimulasi oleh ibu
secara eksklusif tidak berbeda secara sistematis (National Institute of Child Health
and Human Development Early Child Care Research Network, 2000).
Studi di RSCM Jakarta tahun 2010 tentang pengaruh pemberian stimulasi
auditori-visual-taktik-kinestetik terhadap perkembangan perilaku neonatus dengan
jumlah sampel 18 responden menunjukkan hasil ada perbedaan yang signifikan
antara perkembangan neonatus sebelum dan setelah diberi stimulasi (p = 0,0005).
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa usia gestasi, berat badan lahir, dan
jenis kelamin merupakan faktor perancu dalam penelitian ini (Situmorang, 2010).
3

Studi di Amerika Serikat tahun 2010 tentang A comparison of maternal


sensitivity and verbal stimulation as unique predictors of infant social-emotional
and cognitive development melibatkan sampel dari 50 negara dengan jumlah
seluruh sampel 6377 ibu-bayi terdiri dari 51,9% bayi laki-laki (N = 3311), dan
usia rata-rata bayi adalah 10,25 bulan (SD = 1,33). Usia ibu berkisar dari kurang
dari 20 sampai lebih dari 40; usia rata-rata adalah 26 tahun. Sampel ibu beragam
etnis: 47,1% non-Hispanik Putih, 17,3% Hispanik, 16,2% Afrika-Amerika, 12,6%
di Asia, 4,0% American Indian, dan 2,9% multi-etnis, non-Hispanik. Pendidikan
ibu berkisar kurang dari SMA (25,8%), sekolah tinggi atau setara (21,1%), SMK
(2,2%), beberapa perguruan tinggi (24,3%), untuk gelar sarjana atau lebih tinggi
(26,6%). Hasil penelitian menunjukkan sensitivitas ibu dan stimulasi verbal
berpengaruh meningkatkan perkembangan sosial emosional bayi. Namun hanya
stimulasi verbal yang memberikan kontribusi untuk perkembangan kognitif (Page
et al., 2010).
Penelitian yang dilakukan di Kota Mojokerto tahun 2014 tentang Pengaruh
edukasi pada ibu terhadap pemberian stimulasi tumbuh kembang pada anak
balita menggunakan sampel 180 ibu balita. Dari penelitian tersebut menunjukkan
pemberian stimulasi tumbuh kembang pada anak balita oleh ibu pada kelompok
yang diberikan edukasi dengan kelompok kontrol mempunyai selisih rerata (7,65),
CI (6,81-8,49), t-value (17,88) dan p-value (0,00) yang berarti bahwa pemberian
edukasi pada ibu meningkatkan pemberian stimulasi tumbuh kembang pada anak
balita (Susanti, 2014).
Berdasarkan data Profil Kesehatan Kabupaten Purworejo Tahun 2011
disebutkan bahwa cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra
sekolah tingkat Kabupaten Purworejo pada tahun 2011 75,8%, pencapaian ini
mengalami penurunan bila dibandingkan dengan cakupan tahun 2010 sebesar
81,52%. Cakupan tersebut ini bila dibandingkan dengan target SPM 2011 sebesar
95% masih sangat jauh. Untuk wilayah Puskesmas Purworejo sendiri cakupan
DDTK anak balita 2 kali per tahun hanya 51,7% (Dinas Kesehatan Kabupaten
Purworejo, 2011).
4

Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo, cakupan


perkembangan anak terutama balita masih rendah. Rendahnya cakupan tersebut
juga menunjukkan bahwa masih banyak anak yang belum terpantau
perkembangannya. Dari cakupan tersebut menurut keterangan petugas KIA
Dinkes Purworejo data laporan yang tertulis tidak sesuai dengan fakta di
lapangan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa penilaian deteksi dini tumbuh kembang
anak di lapangan tidak menggunakan instrumen yang sebenarnya yaitu KPSP atau
Denver II, tetapi penilaian hanya dilihat sekilas bahwa anak tampak sehat dan
aktif.
Pemantauan perkembangan anak berguna untuk menemukan
penyimpangan/hambatan perkembangan anak sejak dini, sehingga upaya
pencegahan, upaya stimulasi dan upaya penyembuhan serta upaya pemulihan
dapat diberikan dengan indikasi yang jelas sedini mungkin pada masa-masa kritis
tumbuh kembang anak. Hal ini juga yang mendorong peneliti untuk mempelajari
pengaruh pendidikan stimulasi perkembangan anak pada ibu terhadap
perkembangan anak usia 12-24 bulan.

B. Perumusan Masalah
Pemantauan dan deteksi tumbuh kembang anak usia dini merupakan
bagian dari tugas petugas kesehatan di wilayah kerja masing-masing. Akan tetapi
tugas untuk memberikan stimulasi kepada anak harus dimulai dari keluarga.
Dengan stimulasi perkembangan orang tua dapat sekalian menilai perkembangan
anaknya sebagai upaya deteksi dini. Perkembangan anak sangat ditentukan oleh
stimulasi yang diberikan oleh orang tua dan lingkungan. Pembinaan tumbuh
kembang anak berawal dan berdasar pada lingkungan rumah. Pembinaan harus
dimulai sejak dini.
Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah
Apakah ada pengaruh pendidikan stimulasi perkembangan anak pada ibu
terhadap perkembangan anak usia 12-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas
Purworejo Kabupaten Purworejo?
5

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui apakah pemberian pendidikan stimulasi
perkembangan anak pada ibu dapat meningkatkan perkembangan anak usia
12-24 bulan menggunakan skala Bayley.
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi perkembangan anak usia 12-24 bulan, pengetahuan ibu
tentang stimulasi dan pemberian stimulasi oleh ibu sebelum dan setelah
diberikan intervensi.
b. Mengetahui perbedaan rerata peningkatan skor perkembangan anak
sebelum dan sesudah diberikan pendidikan antara kelompok intervensi dan
kelompok kontrol.
c. Menganalisis pengaruh pemberian pendidikan stimulasi perkembangan
anak pada ibu terhadap perkembagan anak balita usia 12-24 bulan di
wilayah kerja Puskesmas Purworejo Kabupaten Purworejo.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam
stimulasi deteksi dini perkembangan anak.
b. Masukan bagi Puskesmas dan bidan di desa dan sektor terkait sebagai
bahan informasi dan acuan pada pembuatan perencanaan program untuk
pengembangan peningkatan perkembagan anak khususnya pada periode
dua tahun pertama kehidupan.
c. Deteksi dini perkembangan anak dan pencatatannya dapat dilaksanakan
secara kontinyu agar dapat melakukan intervensi dengan tepat terhadap
anak dengan hasil deteksi dini perkembangan yang meragukan.

2. Manfaat bagi ilmu pengetahuan


a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam bidang
ilmu kesehatan khususnya ibu dan anak.
6

b. Sebagai bahan masukan bagi penelitian selanjutnya untuk


mengembangkan penelitian.

E. Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian serupa pernah dilakukan antara lain:
Tabel 1 Keaslian Penelitian
Peneliti Judul penelitian Hasil Persamaan Perbedaan
Albers, et al Developmental Peningkatan kecil pada Pemberian Subjek anak yang
(2010) stimulation in child stimulasi perkembangan stimulasi ada di pusat-pusat
care centers yang disediakan di pusat- perkembangan perawatan, variabel
contributes to young pusat perawatan anak di terikat
infants cognitive tahun awal kedupan perkembangan
development dapat mendorong kognitif
perkembangan kognitif
bayi.

Situmorang Pengaruh pemberian Jumlah sampel 18 Studi quasi Lokasi, sasaran usia
(2010) stimulasi auditori- neonatus dengan hasil eksperimental, responden, sampel
visual-taktil- terdapat perbedaan yang Pemberian dan yang dinilai
kinestetik terhadap signifikan antara stimulasi, perkembangan
perkembangan perkembangan perilaku menilai perilaku saja
perilaku neonatus neonatus sebelum dan perkembangan
prematur di Ruang setelah diberi intervensi
Perinatologi RSCM (p = 0,0005)
Jakarta

National The relation of child Perkembangan kognitif Mengukur Studi komparasi


Institute of care to cognitive and dan bahasa pada anak- perkembangan membandingkan
Child Health language anak yang diberikan anak stimulasi oleh
and Human development stimulasi oleh pengasuh pengasuh dan ibu,
Development di penitipan anak dengan perbedaan
Early Child stimulasi oleh ibu secara geografis, hanya
Care eksklusif tidak berbeda menilai
Research secara sistematis perkembangan
Network kognitif dan bahasa
(2011)

Page, et al A comparison of Jumlah seluruh sampel Menilai Kohort prospektif,


(2010) maternal sensitivity 6377 ibu-bayi terdiri dari perkembangan keragaman etnis,
and verbal 51,9% bayi laki-laki (N = dan pemberian perbedaan geografis
stimulation as unique 3311). Sensitivitas ibu stimulasi
predictors of infant dan stimulasi verbal
social-emotional and meningkatkan
cognitive perkembangan sosial
development emosional bayi. Namun
hanya stimulasi verbal
yang memberikan
kontribusi untuk
perkembangan kognitif
7

Lanjutan Tabel 1 Keaslian Penelitian


Peneliti Judul penelitian Hasil Persamaan Perbedaan
Smith, et al Does the content of Selama 6 tahun, semua Stimulasi oleh Kondisi geografis,
(2000) mothers verbal anak yang berasal dari ibu, penilaian sampel penelitian
stimulation keluarga dengan dengan perkembangan anak usia 3-6 tahun
explain differences in pendapatan kurang
childrens meskipun diberikan
development of stimulasi verbal oleh ibu
verbal and nonverbal menunjukkan hasil
cognitive skills? perkembangan kognitif
yang kurang.

Susanti Pengaruh edukasi Selisih rerata (7,65), CI Pemberian Tidak menilai


(2014) pada ibu terhadap (6,81-8,49), t-value edukasi perkembangan anak
pemberian stimulasi (17,88) dan p-value stimulasi, Quasi
tumbuh kembang (0,00) yang berarti expriment
pada anak balita bahwa pemberian
edukasi pada ibu
meningkatkan pemberian
stimulasi tumbuh
kembang pada anak
balita.

Anda mungkin juga menyukai