Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Eksplorasi adalah penyelidikan yang dilakukan untuk mengidentifikasi,menentukan


lokasi, ukuran, bentuk, letak dan sebaran, kuantitas dan kualitas suatu sumber daya geologi
untuk kemudian dapat dilakukan analisis atau kajian kemungkinan dilakukannya penambangan.
Pentahapan dalam eksplorasi mutlak dilakukan untuk meminimalkan kerugian atau resiko
kegagalan karena eksplorasi merupakan aktivitas yang berisiko tinggi. Pentahapan dalam
eksplorasi harus dilakukan sesuai dengan karakteristik tiap endapan mineral untuk mengurangi
resiko kegagalan (kerugian) yang lebih besar dalam menemukan endapan mineraltersebut.
Setelah suatu tahapan eksplorasi selesai dilakukan, perlu adanya evaluasi untuk pengambilan
keputusan yang akan dilakukan selanjutnya. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam
merancang suatu kegiatan eksplorasi adalah :

1. Efektifitas, yaitu mengenai sasaran dengan metoda dan strategi yang tepat.

2. Efisiensi, dengan usaha (biaya dan waktu) yang seminimal mungkin untuK mendapatkan hasil
yang optimal.

3.Unsur ekonomi, biaya eksplorasi harus sesuai dengan hasil yang diharapkan dengan
memperhitungkan resiko. Hal ini disebabkan karena lebih tinggi resiko maka keuntungan yang
dicapai makin berlipat ganda.

Pemilihan metode eksplorasi yang tepat dipakai untuk mendapatkan kepastian yang
tinggi sehingga dapat dilakukan pada daerah yang terbatas dengan tingkat kegagalan yang
rendah.

Pengertian eksplorasi geokimia dapat diartikan sebagai penerapan praktis prinsip-


prinsip geokimia teoritis pada eksplorasi mineral dengan tujuan agar mendapatkan endapan
mineral baru dari logam-logam yang dicari dengan metoda kimia. Metoda tersebut meliputi
pengukuran sistematik satu atau lebih unsur kimia pada batuan, stream sediment, tanah, air,
vegetasi dan udara. Metoda ini dilakukan agar mendapatkan beberapa dispersi unsur di atas (di
bawah) normal yang disebut anomali, dengan harapan menunjukkan mineralisasi yang ekonomis.

Eksplorasi geokimia mempunyai pengertian sebagai metode yang digunakan untuk


mencari endapan mineral dengan didasarkan pada pengukuran secara sistematik pada satu atau
lebih pada aspek kimiawi material-material di alam (Rose Et Al , 1979). Prospeksi geokimia
didefinisikan sebagai pengukuran sistematis terhadap satu atau lebih trace elements (unsur-unsur
jejak) dalam batuan, soil, sedimen sungai, vegetasi, air atau gas dengan tujuan untuk menentukan
anomali-anomali geokimia (Levinson, 1974; Rose Et Al, 1979; Joyce, 1984; Chaussier, 1987).

Pengukuran dari aspek kimiawi tersebut biasanya diwakili oleh unsur atau kelompok
unsur yang terdapat dalam material-material yang ada di bumi. Jenis-jenis material tersebut
antara lain berupa batuan, tanah, gossan, glacial debris, tumbuh-tumbuhan, endapan sungai atau
danau dan air.

Sedangkan anomali geokimia adalah konsentrasi abnormal dari unsur-unsur tertentu


yang sangat kontras dengan lingkungannya, yang dipercaya mengindikasikan hadirnya endapan
mineral atau bijih. Pembentukan anomali ini dihasilkan oleh mobilitas dan dispersi unsur-unsur
yang terkonsentrasi dalam zona-zona mineralisasi (Levinson, 1974; Rose et al, 1979; Joyce,
1984; Chaussier, 1987).

Dari definisi di atas diketahui bahwa salah satu bagian dari eksplorasi atau prospeksi
geokimia adalah metoda sedimen sungai (stream sediment survey), dimana pengukuran, analisis,
dan interpretasi dilakukan berdasarkan sampel-sampel sedimen sungai yang diambil secara
sistematis (Levinson, 1974; Joyce, 1984; Evans, 1995).

Konsentrasi-konsentrasi anomali dari unsur-unsur yang dideteksi dalam survei sedimen


biasanya telah terpindahkan ke arah bawah (hilir), sehingga diperlukan metoda-metoda survei
lain sebagai alternatif atau pelengkap, seperti metoda geokimia lainnya, geofisika, atau geologi
tindak-lanjut. Sehubungan dengan hal tersebut, geokimia eksplorasi tidaklah secara langsung
bertujuan untuk mencari mineralisasi, tetapi hanya mencari indikasi-indikasi (anomali) yang bisa
dipakai sebagai acuan untuk menentukan daerah prospek mineralisasi. Olehnya itu bantuan dari
data-data metoda survei lainnya sangat dibutuhkan, terutama data geologi (Levinson, 1974;
Joyce, 1984; Peter, 1987).
1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud

Adapun maksud dari pembuatan makalah ini mahasiswa mengenal

tahapan dalam kegiatan eksplorasi geokimia.

1.2.2 Tujuan

1. Mengetahui prinsip dasar prospeksi eksplorasi geokimia

2. Mengetahui parameter survey geokimia

3. Mengetahui tipe survey geokimia

4. Mengetahui interpretasi dari data geokimia


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi dan Konsep Dasar

Ada banyak definisi tentang geokimia, tetapi definisi yang dilakukan oleh

Goldschmidt menekankan pada dua aspek yaitu :

Distribusi unsur dalam bumi (deskripsi)

Prinsip-prinsip yang mengatur distribusi tersebut diatas (interpretasi)

Pada dasarnya definisi ini menyatakan bahwa geokimia mempelajari jumlah dan
distribusi unsur kimia dalam mineral, bijih, batuan tanah, air, dan atsmosfer. Tidak terbatas pada
penyelidikan unsur kimia sebagai unit terkecil dari material, juga kelimpahan dan distribusi
isotop-isotop dan kelimpahan serta distribusi inti atom.

Eksplorasi geokimia khusus mengkosentrasikan pada pengukuran kelimpahan,


distribusi, dan migrasi unsur-unsur bijih atau unsure-unsur yang berhubungan erat dengan bijih,
dengan tujuan mendeteksi endapan bijih. Dalam pengertian yang lebih sempit eksplorasi
geokimia adalah pengukuran secara sistematis satu atau lebih unsur jejak dalam batuan, tanah,
sedimen sungai aktif, vegetasi, air, atau gas, untuk mendapatkan anomali geokimia, yaitu
kosentrasi abnormal dari unsure tertentu yang kontras terhadap lingkungannya (backround
geokimia).

Pengertian geokimia awalnya dijelaskan oleh Mason (1958) dalam Rose Et Al (1979),
yaitu pengelompokan kelimpahan relatif dan absolute dari unsur-unsur yang ada dibumi, studi
mengenai penyebaran dan migrasi dari unsur-unsur tunggal diberbagai tempat dibumi dengan
obyek berupa pola dasar penyebaran dan migrasi dari unsur.

Survey geokimia bertujuan mencari indikasi mineralisasi pada suatu daerah, metode
ini digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan pola geokimia yang tidak normal
atau dikenal dengan istilah anomali. Dari sini muncul penggunaan konsep mengenai nilai latar
belakang (backround), yaitu kisaran tertentu suatu unsure dalam suatu mineral yang sesuai
dengan harga rata-rata unsure dikerak bumi. Sedangkan istilah treshold atau batas atas dari nilai
latar belakang merupakan nilai kadar unsur yang menjadi batas nilai anomali (Ghazali, dkk.,
1986).

Dalam mencari anomali unsur, sebelumnya harus diketahui terlebih dahulu mengenai
karakter atau sifat-sifat geokimia dari unsur tersebut, sehingga akan mempermudah dalam
mengenali keberadaanya. Potensi keberadaan dari suatu unsur berkaitan dengan bagaimana
reaksi unsur tersebut terhadap aksi yang diberiakan oleh alam sehingga akan terbentuk pola-pola
yang khas dari kumpulan unsur tertentu.

Penentuan daerah target untuk penyelidikan geokimia dengan mempertimbangkan


kondisi geologi suatu daerah. Mempertimbangkan genesis pembentukan bijih, serta geologi
tertentu yang memberi peluang untuk terbentuknya mineralisasi. Pada survei harus sudah
menentukan rencana jenis unsur yang akan dianalisis, berdasarkan tipe mineralisasi yang
kemungkinan terbentuk.

Sebelum menentukan prospeksi geokimia pada suatu daerah, perlu mengidentifikasi


tipe deposit atau mineralisasi potensi yang terbentuk. Sebagai contoh penyelidikan untuk deposit
bijih emas tipe forfiri, kadar rendah, berukuran besar, berbeda dengan deposit emas tipe urat
ukuran kecil dengan kadar tinggi. Kondisi yang berlawanan, metode yang digunakan untuk
survey deposit emas kadar tinggi, berdimensi atau ukuran kecil akan tidak tepat untuk diterapkan
pada deposit ukuran besar, yaitu bias terjadi pemborosan.

2.1.1 Prinsip Dasar Prospeksi/Eksplorasi Geokimia

Prospeksi/eksplorasi geokimia pada dasarnya terdiri dari dua metode yaitu metode
yang menggunakan pola dispersi mekanis dan metode yang didasarkan pada pengenalan pola
dispersi kimiawi. Pola dispersi mekanis biasanya diterapkan pada mineral yang relative stabil
pada kondisi permukaan bumi (seperti : emas, platina, kasiterit, kromit, mineral tanah jarang).
Cocok digunakan di daerah yang kondisi iklimnya membatasi pelapukan kimiawi. Sedangkan
pola dispersi kimiawi pola ini dapat diperoleh baik pada endapan bijih yang tererosi ataupun
yang tidak tererosi, baik yang lapukan ataupun tidak lapuk. Pola ini kurang terlihat seperti pada
pola dispersi mekanis.

2.1.2 Daur Geologi

Semua endapan bijih ialah produk dari daur yang sama didalam proses- proses
geologi yang mengakibatkan terjadinya tanah, sedimen dan batuan. Gambar

2.1 merupakan ringkasan dari daur geologi dan contoh-contoh tipe bijih yang dihasilkan pada
berbagai stadia daur.
Gambar 2.1

Daur Geologi, Geokimia dan Terbentuknya Bijih

2.1.3 Dispersi Geokimia

Joyce (1984) mendefinisikan dispersi geokimia sebagai proses total yang mencakup
transportasi dan/atau fraksinasi dari unsur-unsur, sedangkan Rose Et Al (1979)
mendefinisikannya sebagai proses di mana atom-atom dan partikel-partikel bergerak menuju ke
lokasi atau lingkungan geokimia yang baru. Berdasarkan prosesnya Joyce (1984) dan Chaussier
(1987) membagi dispersi menjadi dua jenis,yaitu dispersi mekanik (contohnya pergerakan
butiran-butiran pasir dalam sungai) dan dispersi kimia (contohnya disolusi, difusi, dan presipitasi
dalam larutan). Sedangkan berdasarkan hubungannya dengan lingkungan geokimia, beberapa
ahli seperti Levinson, 1974; Rose Et Al, 1979; Chaussier, 1987; dan A. Djunuddin, 1998
membagi dispersi ke dalam dua kelompok, yaitu dispersi primer yang berhubungan dengan
lingkungan geokimia primer (bawah permukaan) dan dispersi sekunder yang berhubungan
dengan lingkungan geokimia sekunder (di permukaan). Proses dispersi tersebut selain
dipengaruhi oleh tingkat mobilitas unsur yang terangkut, juga akan dipengaruhi oleh berbagai
faktor yang berhubungan dengan media dispersinya, antara lain tingkat keasaman, yang selalu
berubah tergantung lingkungan geokimianya. Sebagai contoh air hujan bersifat agak asam, tanah
penutup sebagian bumi tingkat keasamannya sedang, air yang mengalir (termasuk sungai)
umumnya netral, dan air laut bersifat alkali (Joyce, 1984). Tingkat keasaman ini sangat penting
untuk dipertimbangkan, karena di samping berhubungan dengan dispersi, juga berpengaruh
terhadap tingkat mobilitas unsur. Untuk daerah-daerah di Indonesia yang beriklim tropis,
berdasarkan hasil survey geokimia regional yang telah dilakukan oleh Departemen
Pertambangan dan Energi berkerjasama dengan UNDP, umumnya sedimen sungai mempunyai
tingkat keasaman yang netral, kecuali sungai-sungai yang melalui daerah batugamping (Johnson
Et Al, 1986 dalam A. Djunuddin, 1998).

2.1.4 Lingkungan Geokimia

Menurut Rose Et Al (1979), berdasarkan perbedaan tekanan, temperatur, dan sifat-


sifat kimianya, lingkungan geokimia dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, yaitu :

1. Lingkungan kedalaman (deep seated environment), yaitu lingkungan yang meluas ke arah
bawah, mulai dari level terendah yang dapat dicapai oleh sirkulasi air permukaan sampai ke
level terdalam di mana batuan biasanya terbentuk. Lingkungan ini dicirikan oleh : proses-
proses magmatik dan metamorfik yang dominan, temperatur dan tekanan yang tinggi,
sirkulasi fluida terbatas, dan kandungan oksigen bebas yang relatif kecil. Istilah-istilah sejenis
yang sering digunakan adalah : hipogen, primer, dan endogen.

2. Lingkungan permukaan (surficial environment), adalah lingkungan di mana terjadi proses-


proses pelapukan, erosi, dan sedimentasi, yaitu di permukaan bumi, yang mencakup proses-
proses yang terjadi setelah tubuh batuan terbentuk. Lingkungan ini dicirikan oleh temperatur
dan tekanan yang relatif rendah dan konstan, pergerakan solusi yang bebas, serta oksigen
bebas, air, dan CO2 yang melimpah. Istilah-istilah sejenis yang sering digunakan adalah :
supergen, sekunder, dan eksogen.

2.1.5 Mobilitas Unsur

Levinson (1974) mendefinisikan mobilitas unsur sebagai suatu kondisi dimana suatu
unsur tertentu dapat bergerak pada lingkungan tertentu pula. Dengan demikian mobilitas suatu
unsur sangat bergantung pada kondisi lingkungan maupun jenis atau sifat kimia dari unsur
tersebut.

Deskripsi dan mobilitas unsur saling berkaitan dan sangat berperan dalam mencari
anomali geokimia dimana kedua faktor tersebut akan menjelaskan keberadaan unsur, pola
anomalinya serta kondisi lingkungan pengendapannya. Tingkat mobilitas unsur yang tinggi
akan menyebabkan tingkat ketersebaran atau dispersi yang tinggi juga untuk unsur tersebut
sehingga dapat menyebar luas dan jauh. Sebaliknya jika tingkat mobilitas suatu unsur rendah
maka tingkat dispersinya pun rendah sehingga memiliki daerah penyebaran tidak luas. Selain itu
dengan mengetahui lingkungan pengendapannya, apakah bersifat asam, netral, atau basa maka
akan lebih mempermudah mengetahui tingkat mobilitas suatu unsur.

Mobilitas unsur sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.3, Emas (Au) mempunyai
mobilitas rendah, sehingga cenderung tetap tertinggal pada gosan. Mineral galena cenderung
untuk lambat pelapukannya, sehingga juga masih tertinggal pada gosan. Sulfida Cu, Ag dan Zn
cepat lapuk atau terurai serta mobilitas tinggi, sehingga mengalami migrasi ke arah bagian
bawah dari gosan membentuk zona yang semakin kaya akan Cu, Ag dan Zn atau dikenal dengan
zona pengkayaan bijih oksida atau bijih supergen.

Gambar 2.2

Diagram Profil Deposit Bijih Emas

2.1.6 Unsur Penciri

Unsur penciri atau yang sering disebut sebagai pathfinder dijelaskan oleh Warren dan
Delavault (1953;1956) dalam Levinson (1980) sebagai unsur-unsur yang relatif bergerak dan
berasosiasi atau selalu bersama sama dengan unsur-unsur yang menjadi target pencarian, akan
tetapi lebih mudah untuk ditemukan karena unsur-unsur tersebut biasanya memiliki tingkatan
mobilitas yang tinggi, sehingga akan membentuk daerah sebaran yang lebih luas dibandingkan
dengan unsur-unsur yang dicari.

Unsur-unsur penciri (pathfinder) ini dapat mempermudah dalam pencarian unsur-


unsur yang dicari karena kemampuannya untuk mengindikasi keberadaan unsur lain di sekitar
endapan. Sebagai contoh unsur As dapat digunakan sebagai unsur penciri adanya emas dan
unsur Ag dalam urat, serta dapat juga sebagai penciri adanya emas, perak, tembaga, kobalt dan
seng dalam asosiasi bijih sulfide (Tabel 2.1).
Contoh dari unsur-unsur penciri yang digunakan dalam mendeteksi mineralisasi.

(Learned dan Boissen, 1973 dalam Levinson, 1980)

ASOSIASI BIJIH UNSUR TARGET PATHFINDER ELEMENTS

Tembang Porfiri Cu, Mo Zn, Au, Re, Ag, As, F

Komplek Bijih Sulfida Zn, Cu, Ag, Au Hg, As, (sebagai SO4), SB, Se, CD, Ba,
F, Bi

Urat Logam Mulia Au, Ag As, Sb, Te, Mn, Hg, I, F, Bi, Co, Se, Ti

Endapan Skarn Mo, Zn, Cu B, Au, Ag, Fe, Be


Uranium (Batupasir) U Se, Mo, V, Rn, He, Cu, Pb
Uranium (Urat) U Cu, Bi, As, Co, Mo, Ni, Pb, F
Tubuh Bijih Ultrabasa Pt, Cr, Ni Cu, Co, Pd
Urat Flourspar F Y, Zr, Rb, Hg, Ba

2.1.7 Asosiasi Unsur

Asosiasi unsur digambarkan oleh Levison (1980) sebagai suatu asosiasi unsur yang di
dalamnya tidak terdapat satupun unsur penciri yang dapat digunakan untuk mengindikasikan
adanya suatu endapan mineral yang dicari, tapi walaupun demikian asosiasi tersebut masih dapat
digunakan sebagai indikasi kemungkinan hadirnya unsur-unsur yang dicari. Asosiasi unsur ini
terbentuk sesuai dengan kondisi lingkungan dan tingkatan mobilitasnya. Karenanya setiap
asosiasi unsur akan mencirikan suatu lingkungan dan model cebakan/deposit mineralisasi
tertentu pula. Peranan asosiasi unsur ini bukanlah yang utama dalam eksplorasi geokimia, namun
keberadaan kadang-kadang juga dibutuhkan sebagai data pendukung apabila tidak dijumpai data
utamanya.

2.1.8 Anomali Geokimia

Bijih mewakili akumulasi unsur dari satu unsur atau lebih atas kelimpahannya yang
kita anggap normal. Kelimpahan dari unsur khusus didalam batuan barren disebut backround.
Penting untuk disadari bahwa tidak ada unsur yang memiliki backround yang seragam.

Tujuan mencari nilai backround geokimia, yaitu nilai diatas backround adalah untuk
mendapatkan anomaly yang sangat diharapkan berhubungan dengan endapan bijih. Karena
sejumlah besar conto bisa saja memiliki nilai diatas backround, maka ada nilai ambang batas
yang digunakan untuk menentukan anomali , yang dikenal dengan sebutan threshold, yaitu nilai
rata-rata plus dua standar deviasi dalam suatu populasi normal.

Semua nilai diatas nilai threshold didefinikan sebagai anomal Teknik-teknik


interpretasi baru melibatkan grafik frekunsi komulatif, analisis rata-rata yang bergerak, analisis
regresi jamak banyak menggantikan konsep klasik backround dan threshold.

2.2 Perencanaan Kegiatan Eksplorasi

Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam merancang suatu kegiatan

eksplorasi adalah :

Efektifitas, yaitu mengenai sasaran dengan metoda dan strategi yang tepat.
Efisiensi, dengan usaha (biaya dan waktu) yang seminimal mungkin untuk mendapatkan
hasil yang optimal.
Unsur ekonomi, biaya eksplorasi harus sesuai dengan hasil yang diharapkan dengan
memperhitungkan resiko. Hal ini disebabkan karena lebih tinggi resiko maka keuntungan
yang dicapai makin berlipat ganda.

2.2.1 Tahapan Penyelidikan

Dalam penyelidikan geokimia diperlukan adanya beberapa penahapan yang ditujukan


untuk kepentingan efisiensi dalam hal waktu, tenaga dan biaya. Tidak semua proses pencarian
dapat menunjukkan hasil sesuai target yang hendak dicapai, maka harus ditentukan strategi
penyelidikan yang tepat sebelum proses pencarian dilakukan atau dimulai.

1.Penyelidikan Pendahuluan. Penyelidikan ini juga sering disebut sebagai survey orientasi
(orientation survey). Penyelidikan ini merupakan penyelidikan yang pertama kali dilakukan
dalam penyelidikan secara keseluruhan. Pada metode endapan sungai aktif (stream sediment
method) tahap survei orientasi ini bertujuan untuk menentukan media conto yang paling baik
untuk diambil, ukuran besar butir conto, tata cara kerja (prosedur) pengumpulan conto di
lapangan dan analisis di laboratorium sampai dengan metode pengolahan data. Pada tahapan ini
masih meliputi daerah yang sangat luas, sehingga metode yang digunakanpun masih bersifat
umum dan akan memberikan hasil dengan tingkat ketelitian yang masih sangat rendah.

2. Penyelidikan Geokimia Tinjau. Pada tahap penyelidikan ini daerah yang diselidiki masih
meliputi daerah yang luas dan conto utama yang dikumpulkan berupa endapan sungai aktif. Jenis
conto ini dapat mewakili daerah bagian hulu (cacthment area) yang luas. Maksud dari tahap
penyelidikan geokimia tinjau ini adalah untuk menentukan daerah yang beranomali dan
menentukan daerah mineralisasi.
3. Penyelidikan Geokimia Tindak Lanjut. Dalam tahapan penyelidikan ini contoh utama yang
dikumpulkan masih tetap endapan sungai aktif dan masih ditambah lagi dengan conto-conto lain
seperti endapan danau, endapan daerah mata air dan endapan sumur (Rose et al, 1979). Tingkat
kerapatan conto sudah lebih besar dibandingkan dengan tahapan sebelumnya, pengambilan conto
biasanya pada sungai orde 1, 2 dan paling besar pada sungai orde 3. Tujuan dari penyelidikan ini
adalah untuk melengkapi informasi dari daerah beranomali yang telah diselidiki sebelumnya,
selain itu juga untuk menentukan batas daerah anomali yang telah ditemukan pada penyelidikan
tingkat tinjau lebih ke arah hulu lagi (cacthment area).

4. Penyelidikan Geokimia Rinci. Pada tahapan ini penyelidikan geokimia conto yang
dikumpulkan tidak hanya endapan sungai tapi juga ditambah dengan conto tanah, batuan, dan
tumbuhan. Kerapatan pengambilan conto endapan sungai semakin besar atau jarak antar lokasi
conto semakin rapat, sedangkan pengambilan conto tanah dikerjakan secara jenjang (grid
sampling) atau punggung dan lereng perbukitan (ridge and spur). Penyelidikan ini dapat
dipadukan dengan penyelidikan geofisika yang kemudian diteruskan dengan eksplorasi secara
fisik dengan membuat parit uji, pemboran atau pekerjaan bawah tanah.

Gambar 2.3

Bagan Alir Penyelidikan Geokimia


2.2.2 Pemilihan Metode

Pemilihan teknik tergantung pada mineralogi dan geokimia daerah target. Komposisi
badan bijih akan menentukan unsure yang dapat digunakan. Misalnya Cu sangat ideal untuk
endapan tembaga, tapi As sangat berguna dalam pencarian mineralisasi emas, dll. Lebih jauh lagi
mineralogi daerah target dikombinasikan dengan lingkungan sekunder (pola dispersinya).
Misalnya dispersi Cu bias hidromorfik dan mekanis, sedangkan timah putih sangat khas, hamper
selalu mekanis sebagai butiran kasiterit, atau terdapat dalam biotit atau mineral asesoris lainnya.

Gambar 2.4

Pola Dispersi Sekunder

Gambar 2.2 diatas menggambarkan beberapa alternative pola dispersi atau migrasi

dari deposit bijih logam.

1. Pada gambar 1, tubuh bijih tersingkap dipermukaan tanah, sebagian telah tererosi. Secara
teoritis tubuh deposit akan mudah dikenali dan ditemukan. Akan tetapi ada kemungkinan
terkaburkan oleh adanya tumbuhan atau tanah, selain itu perubahan komposisi
mineraloginya juga akan mengaburkan keberadaan singkapan bijih tersebut.
2. Pada gambar 2, tubuh bijih tidak terpotong oleh zona erosi, atau tidak tersingkap, akan tetapi
berada pada zona pelapukan. Pola disperse mekanis terbentuk. Pola dispersi kimia terjadi
pada tubuh bijih dan sekitarnya selama proses pelapukan. Hanya saja migrasi unsur dari
tubuh bijih terutama hanya unsur yang sifat mobilitasnya tinggi.
3. Pada gambar 3, tubuh bijih berada sedikit dibawah zona pelapukan. Untuk mendeteksi
keberadaan tubuh bijih dapat dilakukan dengan survey batuan dasar. Zona anomali dapat
terdeteksi dengan adanya dispersi unsur yang terjadi selama pelapukan. Apabila zona
anomali tidak terbentuk maka akan sulit sekali menentukan atau menemukan keberadaan
tubuh bijih.
4. Pada gambar 4, keberadaan tubuh bijih berada cukup jauh dibawah zona pelapukan.
Identifikasi keberadaan tubuh bijih hanya dapat dilakukan dengan metode geofisika. Atau
menggunakan unsur pathfinder. Yang mobilitasnya sangat tinggi sehingga bias terdispersi
bermigrasi melewati zona batuan diatasnya. Baik yang lapuk maupun batuan yang segarnya.
Unsur dengan mobilitas yang sangat tinggi ini, seperti Hg dan Rn.

2.2.3 Optimasi Teknik Survey

Untuk optimasi survey geokimia perlu dilakukan identifikasi target yangmaksimum.


Suatu target perlu jelas terlihat dalam data geokimia, mungkindicirikan oleh adanya penambahan
atau pengurangan kelimpahan unsu tertentu atau asosiasinya. Target harus mudah dibedakan dari
data surveylainnya. Dengan kata lain perlu adanya kontras geokimia yang maksimum (anomali).
Pengambilan contoh, penyiapan contoh, dan pemilihan metodeanalitis dapat mempengaruhi
kontras.

Pengamatan kontras anomali yang optimum dimulai di lapangan melaluipengenalan


sekitar lingkungan local yang akan mempengaruhi prosesdispersi, tempat-tempat yang mungkin
mengalami pelindian ataupeningkatan akibat perembesan, kehadiran pengendapan
sekunder,perkembangan tanah yang tidak normal, dan distribusi tanah penutup yangtertranspor.
Catatan lapangan merupakan bagian survey yang penting yangdapat digunakan bersama-sama
dengan analisis data untuk interpretasi.

Pengambilan contoh merupakan hal paling penting dalam eksplorasi geokimia.


Preparasi contoh yang baik dapat juga menunjang kontras yangbaik. Thomson (1978)
mendemonstrasikan bahwa analisis Zn pada fraksi -0+35 mesh dari material tanah yang diambil
pada kedalaman 20 cm daritanah semi residu di gurun Saudi Arabia menghasilkan kontras
maksimum diatas badan mineralisasi Zn. Sebaliknya pada fraksi -150 mesh tanah yangsama
mengalami dilusi oleh material barren Aeolian sehingga kontras dandispersinya jauh berkurang.

Jarak pengangkutan logam oleh air tanah dari pelapukan sulfida sangat bervariasi dan
dapat menghasilkan pola geokimia yang sulit untuk diinterpretasikan. Konsentrasi logam yang
tinggi karena pengendapansekunder mengikuti pola hidromorfik, scavenging dll. Sering dicirikan
oleh bentuk mineral yang lemah dan tidak stabil yang unsur-unsurnya dapat direcovery dengan
teknik analisis yang lemah.
2.2.4 Parameter Survey

Tantangan dalam survey geokimia adalah mendesign program yangefektif, pada


prakteknya adalah membuat keputusan tentang pemilihanpoint-point berikut ini :

Material Sample
Pola penyontoan
Preparasi conto
Prosedur Analitis
Kriteria Interpretasi hasil

Untuk membuat keputusan diperlukan pengetahuan atau asumsi tentang keadaan daerah survey.
Artinya diperlukan rujukan infomasi yang relevan tentang :

Dispersi dan karakter mobilitas dari unsur dalam mineral dan batuan induk.
Pengaruh lingkungan lokal pada proses dispersi.
Ukuran target, baik ukuran mineralisasi maupun ukuran yangdiharapkan dari lingkaran
dispersi sekelilingnya.
Ketersediaan material contoh
Kemampuan analitis
Kondisi logistic

Lingkungan lokal dapat mempengaruhi proses dispersi. Faktor yang paling penting
yang berhubungan dengan iklim dan topografi adalah material/tanah di daerah survey, apakah
tertranspor atau residu. Jika tertranspor, asalnya dari apa, kolovium, aluvium? Material eksotis
seperti sedimen berlapis, aluvial, pasir fluvial, abu vulkanik, menutupi batuan dasar, tetapi tidak
mengekspresikan geokimia dari batuan yang berada dibawahnya.

Ukuran target akan mempengaruhi pemilihan interval pengambilan contoh. Arah


orientasi tertentu dari target juga harus dipertimbangkan dalam lintasan dan grid pengambilan
contoh. Idealnya, grid pengambilan contoh dibuat dengan garis dasar sejajar terhadap sumbu
panjang target. Garis lintangnya tegak lurus terhadap garis dasar tadi untuk mendapatkan
kemungkinan irisan maksimum.

Survey geokimia yang ideal didasarkan pada penyontoan yang sistematis dan
beraturan untuk memperoleh database yang homogen, agar dapat dilakukan evaluasi komparatif
dari gejala geokimia. Oleh karena itu penting sekali untuk memilih medium penyontoan yang
seragam di seluruh daerah survey.Teknik preparasi dan teknik analitis harus dipilih yang dapat
menghasilkan data yang dapat dipercaya dan menunjang kontras yang optimum.
2.2.5 Studi Orientasi

Studi orientasi digambarkan sebagai suatu seri percobaan pendahuluan untuk


menentukan karakter dispersi geokimi yang berhubungan dengan mineralisasi pada daerah
tertentu. Informasi tadi digunakan untuk:

Mendefinisikan bakcground dan respon geokimia yang abnormal


Mendefinisikan prosedur survey yang optimum.
Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi dispersi dan kriteria interpretasi hasil
survey.
Mengenali gejala-gejala yang harus dicatat dan dilaporkan oleh pengambil contoh.

Orientasi sample tanah harus diambil minimal dari dua lintasan melalui mineralisasi
dan dilanjutkan ke dalam background. Spasi pengambilan contoh tergantung pada luas
mineralisasi. Minimal empat atau lima contoh di atas mineralisasi dan juga dari background.
Penting agar karakter tanah yang berbeda dievaluasi. Hasilnya, lintasan ini harus mencakup
kondisi fisiografi normal dan tipe major tanah, seperti daerah yang penirisan baik lereng curam,
daerah rembesan, dan rawa.

2.2.6 Studi Literatur

Tidak praktis untuk mengunjungi lapangan dan melakukan survey orientasi sebelum
program eksplorasi dibuat.Informsi yang berguna dapat diperoleh dari penyelidikan terdahulu
yang telah dilakukan orang. Bisa berupa paper atau dokumen intern perusahaan. Seringkali dapat
dilakukan orientasi terbalik dengan mengevaluasi survey terdahulu secara kristis. Survey literatur
sebaiknya disertakan dalam diskusi dengan orang yang mengetahui kondisi daerah survey dan
ahli geokimia yang profesional.

2.2.7 Orientasi Teoritis

Pendekatan yang sangat spekulatif ini berdasarkan pada aplikasi model teoritis,
prinsip-prinsip dasar geokimia, asumsi-asumsi geologi, geomorfologi dan iklim dari daerah yang
diselidiki.

2.3 Pengambilan Conto Geokimia

Levinson (1980) menjelaskan bahwa ada tiga hal yang mendasar dalam
melaksanakan penyelidikan geokimia, yaitu: pengambilan conto, penganalisaan conto, dan
interpretasi dari hasil analisisnya. Pengambilan conto yang benar akan sangat menentukan hasil
akhir penyelidikan, sehingga ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan pada saat
pengambilan conto dilakukan, antara lain:

1. Conto yang terbaik untuk unsur-unsur yang dicari.


2. Pola pengambilan conto yang optimal.
3. Kerapatan pengambilan conto yang berhubungan dengan adanya tubuh bijih (ore body)
dalam ukuran yang sesuai.

Pada penyelidikan geokimia yang menggunakan metode sedimen sungai aktif (stream
sediment method) conto yang sebaiknya diambil mempunyai ukuran butir lanau-lempung.

Media conto yang ideal untuk eksplorasi geokimia harus memiliki sifat-sifat seperti
yang dikemukakan oleh Lovering dan Mc. Carthy (1978) dalam Ghazali dkk. (1986) berikut ini :

1. Conto harus mengakumulasikan dan mengonsentrasikan unsur-unsur bijih atau unsur-


unsur dari senyawa lainnya yang berasosiasi dengan tubuh bijih.
2. Conto dapat diambil dengan mudah dan cepat di daerah penyelidikan.
3. Conto dapat menghasilkan lingkar penyebaran (dispersi halo) hipogen maupun supergen
atau dispersi yang panjang dari anomali unsur-unsur atau senyawa bijih dalam bentuk dan
pola yang dapat untuk memperkirakan ke arah mana lokasi terdapatnya deposit bijih.
4. Dapat mendeteksi endapan bijih yang di bawah permukaan (blind deposit).
5. Conto mudah dianalisis di laboratorium.

Conto endapan sungai aktif sedapat mungkin diambil pada bagian tengah sungai,
sehingga conto tersebut akan mewakili semua area tubuh sungai. Pengambilan conto harus
menghindari material hasil jatuhan yang berasal dari tepi sungai karena hal ini tidak mewakili
endapan sungai yang sebenarnya.

2.4 Tipe Survey Geokimia

2.4.1 Survey Sedimen Sungai Aktif (Stream Sediment)

Saigusa (1975); Rose Et Al (1979) dan Fateh Chand (1981) dalam Ghazali dkk.
(1986) dan Sabtanto dkk (2000) mengemukakan bahwa pengambilan conto endapan sedimen
sungai aktif harus mengikuti ketentuan-ketentuan seperti berikut :

1. Letak conto harus ditentukan sehingga benar-benar mewakili daerah seluas yang
ditargetkan.
2. Pengambilan conto juga harus dilakukan pada anak sungai, terutarna sungai orde 1, orde
2 dan orde 3, karena lebih dari itu sudah tidak mewakili daerah tangkapan atau cacthment
area dan tidak memberikan nilai anomali.
3. Pengambilan conto tidak boleh terlalu dekat dengan muara sungai besar, hal ini untuk
menghindari pengaruh dari sungai utama pada saat banjir (kontaminasi oleh unsur yang
bukan berasal dari hulu anak sungai tersebut).
4. Tempat Pengambilan conto sebaiknya jauh dari tepi sungai, diambil pada arus lemah dan
pada air yang dangkal. Conto tidak diambil di bagian hilir dari tempat di mana ada jalan
melintas dan longsoran. Conto tidak diambil pada tempat yang sulit ditentukan lokasinya.

Gambar 2.5

Daerah Lingkungan Berenergi Rendah dan Tinggi

5. Posisi petugas pengambil conto di bagian hilir dari conto yang akan diambil dan
diusahakan sesedikit mungkin conto teracak-acak dari endapan sungai. Sekop yang
digunakan dari aluminium atau plastik. Bagian permukaan endapan sungai yang
teroksidasi dibuang. Sebelum meletakkan di atas ayakan, air dibuang perlahan untuk
menghindari hilangnya fraksi halus. Conto yang disaring dikumpulkan dari daerah
dengan radius 20 meter.
6. Setelah setiap satu atau dua sekop conto endapan sungai telah diambil, pengayakan
Dilakukan dengan cara pengayakan basah. Dengan menuangkan air secara hati-hati,
saring conto dengan saringan 80 mesh. Air yang digunakan untuk menyaring sedikit
mungkin dan dengan hati-hati agar fraksi halus tidak banyak terbuang. Penyaringan fraksi
80 mesh berlangsung hingga terkumpul 150-200 gr berat kering conto endapan sungai.
Di basecamp conto dikumpulkan dan dikeringkan dengan cara dijemur.
7. Conto endapan sungai dimasukkan ke dalam kantong kertas kraf atau plastik rangkap dua
dan diberi nomor. Nomor conto terdiri dari empat bagian, yaitu kode daerah, kode
petugas, jenis conto, nomor conto. Penomoran dijelaskan oleh Page dkk (1975).
Survey sedimen sungai aktif banyak digunakan untuk program penyelidikan
pendahuluan, khususnya pada daerah yang medannya sulit. Di daerah tropis, pengambilan contoh
sedimen sungai dapat dilakukan bersamaan dengan pengamatan geologi dari float dan batuan
dasar yang tersingkap. Ada empat variasi dalam survey sedimen sungai aktif , yaitu:
Prospeksi mineral berat tanpa analisis kimia
Analisis konsentasi mineral berat dari sedimen sungai
Analisis fraksi halus dari sedimen sungai
Analisis beberapa fraksi selain fraksi terhalus dari sedimen sungai

2.4.2 Prospeksi Mineral Berat

Teknik ini merupakan metode prospeksi paling tua. Sampai sekarang masih banyak
digunakan untuk prospeksi endapan yang mengandung mineral resisten seperti: kromit, kasiterit,
emas, platina, mineral tanah jarang, rutil, sirkon, turmalin, garnet, silimanit, kianit dsb. Material
contoh yang optimum adalah kerakal dengan diameter rata-rata 5 cm. Untuk dapat melakukan
pembandingan antar contoh, perlu jumlah contoh yang seragam dengan teknik konsentrasi yang
standar.Metode yang paling sederhana adalah pendulangan atau dengan meja Wilfey. Spasi
contoh bervariasi antara satu per 50 100 km2 sampai l satu per 0,5 km2. Waktu yang
diperlukan tergantung ukuran butir contoh, keadaan medan dan metode konsentrasi. Identifikasi
akhir dari mineral dilakukan secara petrografis di laboratorium.

2.4.3 Analisis Konsentrat Mineral Berat Dari Sedimen

Konsentrat mineral berat yang diperoleh dianalisis unsur jejaknya untuk mengetahui
mineral asalnya. Contohnya pirit dipisahkan dari sedimen sungai dan dianalisis Cu-nya. Pirit
yang berasal dari endapan Cu dapat mengandung 11001700 ppm Cu, pirit dari endapan Au
mengandung 40480 ppm Cu, dan pirit dari batubara menandung 100 -120 ppm Cu.

Jumlah conto sari dulang dikumpulkan sebanyak 20-40% dari jumlah conto endapan
sungai. dan sebelum pengambilan conto, dilakukan pengaturan agar kerapatannya terjaga
keseragamannya.

1. Tempat. Idealnya conto saridulang dikumpulkan dari tempat dengan energy tinggi, pada
bagian sungai berarus deras (Gambar 3.4).
2. Siapkan dulang dan saringan. Perlu diperhatikan dulang dan saringan harus dalam
keadaan bersih. Saringan yang digunakan mempunyai diameter lubang 2 mm, bebas dari
kotoran. Saringan digunakan untuk memisahkan batuan dan sampah. Letakkan saringan
di atas dulang pada tempat yang stabil dan tidak terganggu arus.
3. Penyekopan endapan. Pengumpulan endapan mirip dengan cara pengumpulan endapan
sungai, hanya saja hilangnya fraksi halus tidak menjadi masalah.
4. Penyaringan. Penyaringan dengan menggunakan air sampai dulang penuh (sekitar 5 kg).
Fraksi lebih besar 2 mm dibuang ke arah hilir.
5. Pencucian dan pendulangan. Pendulangan lebih mudah apabila fraksi halus dihilangkan
terlebih dahulu. Penghilangan fraksi halus dilakukan dengan cara memutar endapan di
dulang pada arus yang lemah. Setelah air berlumpur sudah tidak ada, pendulangan sudah
bisa dilaku-kan. Pendulangan dilakukan sampai terkumpul sekitar 50 gr mineral berat.
Apabila hasil pen-dulangan belum mencapai 50 gr, dua tiga kali pendulangan bisa
dilakukan sampai terkumpul mineral berat yang mencukupi.
6. Pembungkusan. Mineral berat diamati menggunakan kaca pembesar kemudian
dimasukkan ke dalam plastik kantong conto dan diberi nomor.

Foto 2.1

Pengambilan Conto Mineral Berat Endapan Sungai Menggunakan Dulang

Pengambilan contoh sedimen sungai aktif fraksi halus banyak digunakan di daerah
yang drainagenya cukup besar dan mengalami erosi aktif. Kerapatan contoh ditentukan oleh
kerapatan drainage, namun secara kasar kerapatan contoh dapat diambil satu per 2 10 km2untuk
survey regional, kerapatan contoh satu per 0,5 2 km2 digunakan untuk penyontoan
pendahuluan yang lebih rinci.

Survey sedimen sungai aktif harus dilakukan pada sungai kecil, sedangkan sungai
yang besar dengan catchment area yang luas tidak sesuai untuk penyontoan.Interval penyontoan
tergantung pada keperluan. Teknik yang dilakukan umumnya sebagai berikut :

Contoh diambil dari muatan dasar sungai yang bergerak.


Menganalisis fraksi ukuran tertentu (umumnya fraksi pasir halus dan silt atau fraksi
mineral berat).

Deskripsi lapangan perlu dilakukan pada tiap lokasi contoh Informasi harus
mencakup: material organik, sifat sungai dan endapannya, kehadiran singkapan, apakah dijumpai
endapan besi oksida atau mangan oksida sekunder. Pengukuran pH air sungai akan sangat
berguna. Berikut ini adalah contoh lembar pengamatan lapangan.

Langkah pertama penyajian hasil survey drainage adalah mengeplot semua sungai
yang ada di daerah penyelidikan dan mengeplot nomor contoh dan nilainya.Setelah dilakukan
pengolahan data secara statistik dapat dilakukan pemilihan backgrounddan threshold.Lokasi
contoh dapat ditandai dengan titik hitam, yang ukurannya menunjukkan kandungan logamnya
atau dengan menebalkan sungai yang kandungannya logamnya lebih tinggi.

Dalam eksplorasi mineral, data sedimen sungai aktif biasanya tidak harus disajikan
dalam bentuk peta kontur, tetapi dalam survey regional bentuk peta kontur lebih praktis untuk
melihat kecenderungan geologi regional, kemungkinan daerah mineralisasi dan mendala
geokimia

Pekerjaan lanjut (Follow-up work ) biasa dilakukan dengan interval contoh yang lebih
rapat. Jika pada survey pendahuluan kerapatan contoh cukup tinggi, maka survey dapat
dilanjutkan dengan pengambilan contoh tanah. Sebagai tahap awal dari survey tanah detil dapat
dilakukan penyontoan tebing sungai dari kedua tepi sungai yang menunjukkan anomali, sehingga
dapat terlihat arah asal dari anomali. Jika singkapannya bagus, pemetaan geologi dan prospeksi
mungkin sudah cukup untuk melokalisasi sumber unsur anomali, namun umumnya memerlukan
survey tanah.

2.4.4 Survey Tanah

Warna tanah dan perbedaan komposisi dapat merupakan indikator yang penting
untuk berbagai kandungan logam. Contohnya, tanah organik dan inorganic reaksinya akan
berbeda terhadap logam (kandungan logamnya berbeda). Dari kedua tipe ini dapat diharapkan
perbedaan levelbackground yang jelas. Mengabaikan perbedaan ini akan mengakibatkan
kesalahan dalam pengambilan keputusan eksplorasi, yaitu anomali yang signifikan tidak terlihat
dan anomali yang salah.

Anomali yang salah umumnya berkaitan erat dengan komponen yang menunjukkan
konsentrasi unsur yang ekstrim, seperti pada material organik dan mineral lempung, juga unsur
jejak dalam airtanah.
Kegagalan mendefinisikan kondisi anomali (yang menunjukkan adanya mineralisasi)
dapat terjadi jika contoh tidak berhasil menembus zona pelindian.Ini sering terjadi pada
pengambilan contoh yang tergesa-gesa, sehingga bukti mineralisasi tidak terlihat.

Unsur jejak yang dikandung contoh tanah umumnya mewakili daerah terbatas.Oleh
karena itu diperlukan sejumlah contoh yang diambil secara sistematis untuk mengevaluasi sifat-
sifat mineralisasi.Perencanaan penyontoan biasanya mengikuti grid bujur sangkar atau empat
persegi panjang.Contoh tambahan diambil dari lingkungan yang berasosiasi dengan akumulasi
unsur jejak, seperti zona depresi atau rembesan untuk menguji dispersi hidromorfik dari badan
mineral yang tertimbun.

Survey tanah terdiri dari analisis contoh tanah yang biasanya diambil dari horizon
tanah khusus, kemudian diayak untuk mendapatkan ukuran fraksi tertentu. Contoh umumnya
diambil pada pola kisi (grid) yang beraturan. Di daerah yang terisolir dengan medan yang sulit,
akan sulit pula untuk membuat grid pengambilan contoh yang baik. Metode alternatif yang dapat
digunakan adalah penyontoan ridge dan spur. Metode ini sangat baik dikombinasikan dengan
survey sedimen sungai untuk medan yang sulit. Metode pengambilan contoh yang paling ideal
adalah dengan grid yang teratur.Prosedur yang normal adalah menentukan garis dasar kemudian
buat lintasan yang tegak lurus terhadap garis dasar.Penentuan garis dapat dilakukan dengan
theodolit atau kompas.

Pemilihan grid yang digunakan tergantung pada tipe target yang dicari. Jika diketahui
bahwa mineralisasi di daerah itu memiliki dimensi panjang searah dengan jurus, seperti
mineralisasi vein atau unit stratigrafi, maka garis dasar harus diletakan paralel terhadap
jurus.Contoh diambil sepanjang garis lintang yang tegak lurus pada garis dasar.Dalam kasus ini
interval antar garis bisa lebih besar dari interval contoh sepanjanggaris dasar.Jika jurusnya tidak
dikenal dan targetnya diduga equidimensional, maka pengambilan contoh dilakukan dengan grid
yang berbentuk bujur sangkar.

Untuk praktisnya sering digunakan grid segi empat panjang, karena penambahan
frekuensi smpling sepanjang garis dasar tidak membutuhkan banyak waktu. Ukuran grid yang
digunakan umumnya 500 m x 100 m atau 200 m x 200 m untuk survey pendahuluan dan 100 m x
50 m atau 50 m x 50 m untuk survey detil. Kadang-kadang digunakan juga grid jajaran genjang.

Pengambilan contoh :

Contoh tanah umumnya diambil pada horizon B, pada kedalaman 30 50 cm. Untuk
unsur tertentu seperti Ag dan Hg horizon A dapat memberikan hasil yang lebih baik.
Pada daerah yang keras dan kering contoh diambil dengan menggali lubang kecil dengan
menggunakan sekop dan cangkul. Jika tanah lunak dan lembab dapat digunakan sekop
kecil atau hand auger. Contoh ditempatkan pada kantong contoh standar, diberi nomor
dan keterangan singkat yang mencakup tipe tanah, warna, kandungan organik. Gejala
khusus sepanjang lintasan perlu dicatat, contohnya singkapan, jalan setapak, sungai.
Sistem penomoran tergantung pada pola pengambilan contoh. Untuk pola grid lebih baik
menggunakan sistem koordinat dengan mengambil titik 0 pada garis lintasan dasar, dan
memberi nomor rujukan pada tiap garis lintang. Namun penomoran alfanumerik kurang
praktis untuk analisis laboratorium. Cara penomoran lain menggunakan kode enam
sampai delapan digit yang merupakan kode proyek, daerah dan nomor contoh, misalnya
nomor 2040325 bisa berarti proyekk 2, kode daerah 04, contoh 0325. Tipe ini lebih baik
untuk pengolahan data dengan komputer.
Di daerah kering dan banyak matahari, contoh dapat dikeringkan di tempat terbuka di
camp, tapi di daerah basah dibutuhkan alat pengering. Jika contoh sudah kering, dapat
digerus dan diayak. Di daerah tropis yang didominasi tanah latosol penggerusan dapat
dilakukan dengan mortar agar agregat oksida besinya hancur. Ayakan dari stainless steel
atau dari nilon dapat digunakan Sebelum mengayak tiap-tiap sampel, ayakan harus
bersih. Ayakan dapat dibersihkan dengan kuas ukuran 3,5 cm atau 5 cm. Hasil
pengayakan dimasukkan ke dalam amplop kertas, kemudian ke dalam kantong plastik
agar tidak bocor atau terkontaminasi pada waktu pengangkutan. Fraksi ukuran yang
umum untuk contoh geokimia adalah - 80 mesh (0,2 mm), tapi ukuran yang lebih halus
atau lebih kasar dapat digunakan untuk kasus-kasus tertentu.
Pada daerah baru yang belum diselidiki dianjurkan untuk melakukan survey orientasi
untuk menentukan fraksi ukuran yang optimum untuk analisis, kedalaman penyontoan
yang terbaik , jika mungkin respons geokimia dari mineralisasi .
Hasi survey tanah biasanya disajikan dalam bentuk peta kontur yang mengacu pada
isopleth (garis yang konsentrasinya sama). Selang antar kontur dapat digambarkan
dengan warna atau arsir.Tiap titik contoh dan harganya harus diperlihatkan, tapi
nomornya tidak perlu diterakan agar tidak membingungkan.Pola pengambilan contoh
yang tidak beraturan dapat disajikan dalam peta dot, atau dengan memberikan warna
yang berbeda pada setiap titik contoh.
Survey lanjut (follow-up) dilakukan dengan spasi grid yang lebih rapat. Contohnya suatu
anomaly yang terdapat pada grid penyelidikan pendahuluan 500200 m dapat
dipenyontoan lagi dengan grid 250100 m atau lebih rapat lagi, tapi grid yang lebih rapat
dari 2525 m umumnya kurang menguntungkan, kecuali jika target yang diharapkan
berupa vein yang sangat kecil atau pegmatit. Jika hasil survey lanjut menjanjikan, maka
pada daerah anomali dapat dilnjutkan dengn survey geofisika sebelum diputuskan
dilakukan pemboran.

2.4.5 Survey Batuan

Dalam rangka mendapatkan informasi kelimpahan background dari unsur yang


dianalisis dalam survey tanah atau sedimen sungai aktif perlu dilakukan sedikitnya pengambilan
contoh batuan secara terbatas.
Dalam penyelidikan geokimia endapan sungai, conto batuan mempunyai peranan
sebagai pelengkap yang akan berguna untuk menentukan kadar unsur dalam batuan di daerah
anomali geokimia. Nilai unsur yang diperoleh dari conto batuan akan berguna sebagai nilai latar
belakang unsur-unsur guna membantu dalam mengindikasikan ada atau tidaknya mineralisasi di
daerah penelitian. Cara pengambilan conto batuan ada empat macam, yaitu :

1. Cara suban (chip sampling).


2. Cara alur (channel sampling).
3. Cara comot (grab sampling)
4. Cara meruah (bulk sampling).

Survey batuan dapat dilakukan sendiri untuk mendeteksi kemungkinan dispersi


primer yang berasosiasi dengan bijih. Survey batuan dapat digunakan untuk prospeksi
mineralisasi pada kondisi berikut:

Prospeksi bijih yang meghasilkan pola dispersi batuan dasar yang luas (contohnya seperti
Si, K, F, Cl dapat dijumpai pada lingkaran alterasi yang ekstensif mengitari bijih
hidrotermal).
Prospeksi untuk endapan yang luas berkadar rendah (contohnya endapan Cu yang
tersebar atau endapan Sn yang tersebar) yang pengenalannya tidak mungkin dilakukan
dari contoh setangan karena kadarnya rendah atau mineral yang dicari tidak terlihat.

Pengambilan contoh batuan bisa dilakukan dengan chip sampling secara acak pada
singkapan atau dengan pemboran dengan pola grid (bor auger untuk kedalaman yang kecil, atau
denganrotary percussion untuk daerah yang overburdennya tebal). Contoh batuan, yang
diperoleh digerus dan diayak. Fraksi 80 mesh dianalisis.

2.4.6 Survey Air

Analisis air dari sungai, mata air, danau, rawa sumur, dan sumur bor, dapat dilakukan
dalam prospeksi, tetapi kesulitan analisis sehubungan dengan rendahnya konsentrasi, ditambah
lagi fluktuasi yang cepat akibat variasi musim menghambat meluasnya penggunaan metode ini.

Air tanah bisa kontak dengan batuan dan melarutkan unsur-unsur dan terjadi
kesetimbangan kimia yang erat kaitannya dengan kimia yang dikandung oleh akifer.Airtanah
mengandung padatan terlarut yang bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya. Contohnya air
dari ladang minyak dengan endapan halit dapat mengandung padatan terlarut yang lebih banyak
dari air laut atau air tanah biasa.Namun airtanah digunakan juga dalam eksplorasi mineral,
umumnya dari sumber yang dangkal.

Air sungai dan danau umumnya berasal dari air permukaan, tapi air tanah dapat
memberi kontribusi melalui mata air dan sungai bawah tanah. Air danau dan sungai
memperlihatkan kandungan padatan terlarut yang lebih bervariasi, karena adanya variasi
penambahan air permukaan yang besar dan tiba-tiba, yang akan merubah pH, Eh, dan lingkungan
kimia dalam jarak yang sangat pendek. Contoh diambil di lapangan dengan botol plastik yang
bersih (250 500 ml) yang telah dicuci dua sampai tiga kali.Agar bebas kontaminasi botol harus
dibersihkan dengan asam yang bebas logam sebelum dibawa ke lapangan.Untuk praktisnya,
contoh diasamkan dengan dua atau tiga tetes asam nitrit bebas logam untuk mencegah
pengendapan logam yang ada.Jika diperlukan pengukuran pH dan Eh atau penentuan substansi
yang mungkin dipengaruhi oleh asam, maka perlu diambil contoh duplikat atau melakukan
pengukuran ditempat.Jika contoh mengandung padatan suspensi, maka perlu dilakukna filtrasi,
tapi biasanya dilakukan di laboratorium sebelum analisis.

2.4.7 Survey Biogeokimia

Filosofinya adalah, bahwa akar tanaman menunjam jauh ke dalam tanah dan
mengambil makanan dari batuan dasar yang lapuk.Contohnya tanaman the telah memperlihatkan
batas-batas anomali Ni di Australia Barat. Keuntungan metode ini dibandingkan dengan metode
lainnya, yaitu dapat dilakukan untuk:

Prospeksi di daerah yang tanah penutupnya tertranspor.


Prospeksi di daerah berawa.
Prospeksi di daerah yang vegetasinya sangat rapat.

Tanaman mengambil makanan dari tanah melalui akarnya.Dengan membandingkan


konsentrasi unsur dalam jaringan tanaman dengan konsentrasi unsur dalam tanah, unsur-unsur
dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok.Kelompok pertama terdiri dari unsur
biogenicmencakup H, C, N, P, dan S, merupakan unsur pembangun jaringan tanaman,
konsentrasinya di atas konsentrasi unsur-unsur tersebut dalam tanah. Kelompok kedua berupa
unsur yang jejak yang diperlukan utuk pertumbuhan yang sehat, terdiri dari B, Mg, K, Ca, Mn,
Fe, Cu dan Zn yang konsentrasinya dalam tanaman hampir sama dengan dalam tanah.

Kelompok ke tiga adalah unsur yang tidak diperlukan atau unsur toksik, antara lain
Pb, Sr, HG, Be, U, NI, Cr, Ag, Sn,dan Se. Unsur toksik mungkin diperlukan dalam jumlah yang
sangat sedikit, sedangkan unsur yang diperlukan bisa menjadi toksik jika hadir dalam konsentrasi
yang tinggi.

Pada tanah dengan konsentrasi Pb, Cu, Hg dan Ni tinggi, pertumbuhan vegetasi
terhambat atau terbatas pada jenis tertentu.Ada tanaman yang toleran terhadap konsentrasi toksik
yang tinggi, adapula yang seolah-olah membutuhkan unsur toksik untuk dapat mulai
tumbuh.Tanaman yang demikian disebut tanaman indikator.Yang paling dikenal adalah bunga
tembaga di Zambia dan tanaman Selenium di Amerika
.Kehadiran bunga tembaga menjadi indikasi konsentrasi Cu ratusan sampai ribuan
ppm.Tanaman selenium menjadi indikator yang baik untuk mineralisasi uranium karena Se
sering menyertai U. Daun yang menguning (chlorosis) dapat disebabkan oleh konsentrasi unsur
Cu, Zn, Mn dan Ni.Penelitian biogeokimia dalam prospeksi dilakukan sejah tahun 1930. Material
tanaman yang dikumpulkan dijadikan abu, untuk menghilangkan unsur biogenik penyusun
jaringan, unsur yang dicari akan dijumpai dalam residu (abu). Abu umumnya mencapai 1-3%
berat, sehingga unsur yang dicari akan terkonsentrasi sampai 100 kalinya dari unsur asal dalam
jaringan.

Untuk melakukan survey biogeokimia, sedikitnya diperlukan 300 gram material dari
tiap tanaman.Tanaman muda dan kurus umumnya memberikan hasil yang paling baik.Contoh
dapat divariasikan dengan spesies yang berbeda, tapi menggunakan satu spesies lebih
praktis.Pengambilan contoh harus sedekat mungkin pada gridnya.Setelah contoh dimasukkan ke
dalam kantung, material dikeringkan dan dapat dikirim ke laboratorium untuk dijadikan abu dan
dianalisis, atau dapat dibiarkan hangus di udara atau dalam oven, kemudian masukan ke dalam
kantung contoh dan dikirim ke laboratorium. Sebelum contoh dianalisis, dilakukan pengabuan
terlebih dulu pada temperatur 450 500 C. Temperatur ini terlalu tinggi untuk Sb, Hg , Se, dan
Te, sehingga perlu menggunakan metode pengabuan basah.

2.4.8 Survey Gas

Suatu teknik yang masih sedang dikembangkan adalah pengambilan contoh gas untuk
mencari anomali unsur volatil di sekitar bijih. Saat ini perhatian difokuskan pada pendeteksian
gas Hg di sekitar berbagai endapan bijih. Sejumlah volume udara dilewatkan melalui suatui filter
yang dapat menangkap uap Hg untuk dianalisis kemudian.

Pengambilan contoh dapat dilakukan dekat permukaan (misalnya melalui satu unit
perangkat yang dipasang pada kendaraan beroda empat), dalam tanah, atau dengan pesawat yang
terbang rendah. Keterbatasan metode ini adalah:

Konsentrasi gas yang diukur umumnya rendah.


Sulit menentukan lokasi anomali yang akurat.
Peka terhadap kondisi cuaca.
Memelukan endapan bijih yang mengandung Hg yang cukup.

Tipe penyelidikan lain adalah inderaja digunakan untuk mendeteksi hidrokarbon


dalam prospeksi minyak dan untuk mendeteksi gas-gas radiogenic seperti Rn, He, dan Xe dalam
prospeksi U dan Th. Gas radiogenik ini luruh dalam paruh waktu yang pendek (Rn220 54 jam,
Rn222 4 hari) yang membatasi ukuran pola dispersi yang dapat dikenal. Walau begitu
Rn222banyak digunakan dalam prospeksi uranium, dan kadang-kadang berhasil.Gas seperti
H2S, SO2, I2, CO2, N2 dan O2 memiliki potensi dalam prospeksi, tetapi pada saat ini banyak
yang belum dieksploitasi.

2.5 Metode Analitis

Dalam eksplorasi geokimia tidak perlu mengutamakan akurasi yang tinggi, yang
penting cepat, tidak mahal dan sederhana.Metode yang banyak digunakan dalam prospeksi
geokimia adalah kromatografi, kolorimetri, spektroskopi emisi, XRF, dan AAS. Metode lain
yang juga digunakan dalam kasusu khusus adalah aktivasi neutron, radiometri dan potensiometri.

2.5.1 AAS (Atomic absorption spectroscopy)

Atomic absorption spectroscopy (AAS) adalah prosedur spectroanalytical untuk


penentuan kuantitatif unsur kimia menggunakan penyerapan radiasi optic (cahaya) oleh atom-
atom bebas dalam keadaan gas. Dalam kimia analitik teknik ini digunakan untuk menentukan
konsentrasi elemen tertentu (analit) dalam sampel yang akan dianalisis. AAS dapat digunakan
untuk menentukan lebih dari 70 elemen yang berbeda dalam larutan atau langsung dalam sampel
padat digunakan dalam farmakologi, biofisika dan penelitian toksikologi.

Foto 2.2

Alat yang di gunakan dalam metode AAS (Atomic absorption spectroscopy)

Spektrometri serapan atom pertama kali digunakan sebagai teknik analitis, dan
prinsip-prinsip dasar yang didirikan pada paruh kedua abad ke-19 oleh Robert Wilhelm Bunsen
dan Gustav Robert Kirchhoff, baik profesor di Universitas Heidelberg, Jerman. Bentuk modern
AAS sebagian besar dikembangkan selama tahun 1950 oleh sebuah tim ahli kimia Australia.
Mereka dipimpin oleh Sir Alan Walsh pada CSIRO (Commonwealth Scientific and Industrial
Research Organization), Divisi Kimia Fisika, di Melbourne, Australia.

Teknik ini memanfaatkan spektrometri serapan untuk menentukan konsentrasi suatu


analit dalam sampel.Hal ini membutuhkan standar dengan kandungan analit dikenal untuk
membangun hubungan antara absorbansi diukur dan konsentrasi analit dan karenanya bergantung
pada hukum Beer-Lambert. Singkatnya elektron dari atom dalam alat penyemprot dapat
dipromosikan ke orbital yang lebih tinggi (keadaan tereksitasi) untuk waktu singkat (nanodetik)
dengan menyerap kuantitas didefinisikan energy (radiasi dari panjang gelombang tertentu).Ini
jumlah energi, yaitu panjang gelombang, adalah khusus untuk transisi elektron tertentu dalam
elemen tertentu.

Secara umum, setiap panjang gelombang sesuai dengan hanya satu elemen, dan lebar
jalur penyerapan hanya dari urutan dari beberapa picometers (pm), yang memberikan teknik
selektivitas unsurnya. Radiasi fluks tanpa sampel dan dengan sampel dalam atomizer yang
diukur dengan menggunakan detektor, dan rasio antara dua nilai (absorbansi) dikonversi menjadi
analit konsentrasi atau massa menggunakan hukum Beer-Lambert.

2.5.2 XRF (X-ray fluorescence)

X-ray fluorescence (XRF) adalah emisi karakteristik "sekunder" (atau neon) sinar-X
dari materi yang telah gembira dengan membombardir dengan sinar-X berenergi tinggi atau sinar
gamma. Fenomena ini banyak digunakan untuk analisis unsur dan analisis kimia, terutama dalam
penyelidikan logam, kaca, keramik dan bahan bangunan, dan untuk penelitian dalam geokimia,
ilmu forensik dan arkeologi.

Foto 2.3

Alat yang di gunakan dalam metode XRF (X-ray fluorescence)

Dalam analisis energi dispersif, dispersi dan deteksi adalah operasi tunggal, seperti
yang sudah disebutkan di atas. Counter proporsional atau berbagai jenis solid-state detektor
(dioda PIN, Si (Li), Ge (Li), Silicon Drift Detector SDD) digunakan. Mereka semua berbagi
sama deteksi prinsip: An X-ray foton masuk ionises sejumlah besar atom detektor dengan jumlah
muatan yang dihasilkan yang sebanding dengan energi foton yang masuk. Tuduhan ini kemudian
dikumpulkan dan proses berulang untuk foton berikutnya. Kecepatan Detector jelas penting,
karena semua pembawa muatan diukur harus datang dari foton yang sama untuk mengukur
energi foton dengan benar (diskriminasi panjang puncak digunakan untuk menghilangkan
peristiwa yang tampaknya telah diproduksi oleh dua foton sinar-X tiba hampir bersamaan).

Spektrum ini kemudian dibangun dengan membagi spektrum energi ke sampah diskrit
dan menghitung jumlah pulsa yang terdaftar dalam setiap bin energi. Jenis detektor EDXRF
bervariasi dalam resolusi, kecepatan dan sarana pendingin (rendahnya jumlah pembawa muatan
bebas sangat penting dalam detektor solid state): counter proporsional dengan resolusi beberapa
ratus eV menutupi low end dari spektrum kinerja, diikuti dengan PIN detektor dioda, sedangkan
Si (Li), Ge (Li) dan Detektor Drift Silicon (SDD) menduduki high end dari skala kinerja.

Dalam analisis dispersif gelombang, radiasi panjang gelombang tunggal yang


dihasilkan oleh monokromator dilewatkan ke photomultiplier, detektor mirip dengan Geiger
counter, yang menghitung foton individu ketika mereka melalui. Counter adalah ruang yang
berisi gas yang terionisasi oleh X-ray foton. Sebuah pusat elektroda dikenakan biaya (biasanya)
1700 V sehubungan dengan dinding ruang melakukan, dan masing-masing foton memicu
kaskade pulsa-seperti saat ini di bidang ini.Sinyal diperkuat dan diubah menjadi mengumpulkan
hitung digital.Hitungan ini kemudian diproses untuk mendapatkan data analitis.

EDX spektrometer lebih unggul spektrometer WDX dalam bahwa mereka lebih kecil,
sederhana dalam desain dan memiliki bagian rekayasa sedikit.Mereka juga dapat menggunakan
tabung sinar-X miniatur atau sumber gamma.Hal ini membuat mereka lebih murah dan
memungkinkan miniaturisasi dan portabilitas.Jenis instrumen ini umumnya digunakan untuk
aplikasi penyaringan kontrol kualitas portabel, seperti pengujian mainan untuk timbal (Pb),
menyortir potongan logam, dan mengukur kandungan timbal cat perumahan. Di sisi lain, resolusi
rendah dan masalah dengan menghitung tingkat rendah dan lama mati-waktu membuat mereka
rendah untuk analisis presisi tinggi. Mereka adalah, bagaimanapun, sangat efektif untuk
kecepatan tinggi, analisis multi-unsur. Lapangan portabel XRF analisis saat ini di pasar berat
kurang dari 2 kg, dan memiliki batas deteksi pada urutan 2 bagian per juta timbal (Pb) dalam
pasir murni.

2.5.3 XRD (X-ray Diffraction)

X-ray Diffraction adalah metode yang digunakan untuk menentukan struktur atom
dan molekul kristal, di mana atom kristal menyebabkan berkas sinar-X untuk lentur ke banyak
arah tertentu. Dengan mengukur sudut dan intensitas dari berkas difraksi, crystallographer dapat
menghasilkan gambar tiga dimensi kepadatan elektron dalam kristal. Dari kerapatan elektron ini,
posisi rata-rata dari atom dalam kristal dapat ditentukan, serta ikatan kimia mereka, gangguan
mereka dan berbagai informasi lainnya.

Foto 2.4

Alat yang di gunakan dalam metodeXRD (X-ray Diffraction)

Karena banyak bahan dapat membentuk kristal-seperti garam, logam, mineral,


semikonduktor, serta berbagai anorganik, organik dan biologi molekul-kristalografi sinar-X telah
mendasar dalam pengembangan berbagai bidang ilmiah.Pada dekade pertama penggunaan,
metode ini menentukan ukuran atom, panjang dan jenis ikatan kimia, dan perbedaan skala atom
antara berbagai bahan, terutama mineral dan paduan.Metode ini juga mengungkapkan struktur
dan fungsi dari banyak molekul biologis, termasuk vitamin, obat-obatan, protein dan asam
nukleat seperti DNA. X-ray kristalografi masih merupakan metode utama untuk mencirikan
struktur atom bahan baru dan bahan cerdas yang muncul mirip dengan eksperimen lain. X-ray
struktur kristal juga dapat menjelaskan sifat elektronik atau biasa elastis material, menjelaskan
interaksi dan proses kimia, atau melayani sebagai dasar untuk merancang obat-obatan terhadap
penyakit.

Dalam pengukuran difraksi sinar-X, kristal dipasang pada goniometer dan secara
bertahap diputar ketika dibombardir dengan sinar-X, menghasilkan pola difraksi bintik-bintik
jarak teratur dikenal sebagai refleksi. Gambar dua dimensi yang diambil pada rotasi yang
berbeda diubah menjadi model tiga dimensi dari kepadatan elektron dalam kristal menggunakan
metode matematika transformasi Fourier, dikombinasikan dengan data kimia yang dikenal
sebagai sampel. Resolusi miskin (ketidakjelasan) atau bahkan kesalahan dapat terjadi jika kristal
terlalu kecil, atau tidak cukup seragam dalam riasan internal mereka.

X-ray kristalografi berhubungan dengan beberapa metode lain untuk menentukan


struktur atom. Pola difraksi yang serupa dapat diproduksi oleh hamburan elektron atau neutron,
yang juga diartikan sebagai Transformasi Fourier. Jika kristal tunggal ukuran yang cukup tidak
dapat diperoleh, berbagai metode X-ray lainnya dapat digunakan untuk memperoleh informasi
lebih rinci, metode tersebut meliputi difraksi serat, difraksi bubuk dan kecil-sudut hamburan
sinar-X (SAXS). Jika bahan dalam penyelidikan hanya tersedia dalam bentuk bubuk
nanokristalin atau menderita kristalinitas miskin, metode kristalografi elektron dapat diterapkan
untuk menentukan struktur atom.

Untuk semua metode difraksi sinar-X yang disebutkan di atas, hamburan elastis, yang
tersebar sinar-X memiliki panjang gelombang yang sama dengan masuk X-ray. Sebaliknya,
metode hamburan sinar-X inelastis berguna dalam mempelajari Eksitasi sampel, daripada
distribusi atom nya.

2.5.4 ICP-MS (Inductively couple plasma mass spectrometry)

Inductively couple plasma mass spectrometry (ICP-MS) adalah jenis spektrometri


massa yang mampu mendeteksi logam dan beberapa non-logam pada konsentrasi rendah sebagai
salah satu bagian dalam 1012 (bagian per triliun). Hal ini dicapai dengan ionisasi sampel dengan
coupled plasma induktif dan kemudian menggunakan spektrometer massa untuk memisahkan
dan mengukur ion tersebut.

Foto 2.5

Alat yang di gunakan dalam metodeICP-MS (Inductively couple plasma mass

spectrometry)

Dibandingkan dengan teknik serapan atom, ICP-MS memiliki kecepatan yang lebih
besar, presisi, dan sensitivitas. Namun, analisis dengan ICP-MS juga lebih rentan untuk melacak
kontaminan dari gelas dan reagen.Selain itu, keberadaan beberapa ion dapat mengganggu deteksi
ion lainnya.Berbagai aplikasi melebihi ICP-OES dan termasuk spesiasi isotop.Karena
kemungkinan aplikasi dalam teknologi nuklir, hardware ICP-MS adalah subjek untuk peraturan
ekspor khusus.

Sebuah induktif ditambah plasma plasma yang mendapatkan energy (terionisasi) oleh
induktif memanaskan gas dengan kumparan listrik, dan mengandung konsentrasi yang cukup ion
dan elektron untuk membuat gas konduktif secara elektrik. Bahkan gas terionisasi sebagian yang
sesedikit 1% dari partikel terionisasi dapat memiliki karakteristik plasma (yaitu, respon terhadap
medan magnet dan konduktivitas listrik tinggi). Plasma yang digunakan dalam analisis
Spektrokimia dasarnya elektrik netral, dengan masing-masing muatan positif pada ion seimbang
dengan elektron bebas. Dalam plasma ini ion positif hampir semua bermuatan tunggal dan ada
beberapa ion negatif, sehingga ada jumlah yang hamper sama ion dan elektron di setiap satuan
volume plasma.

Sebuah coupled plasma induktif (ICP) untuk spektrometri ditopang dalam obor yang
terdiri dari tiga tabung konsentris, biasanya terbuat dari kuarsa. Akhir dari obor ini ditempatkan
di dalam sebuah kumparan induksi diberikan dengan arus listrik frekuensi radio.Aliran gas argon
(biasanya 14 sampai 18 liter per menit) diperkenalkan antara dua tabung terluar obor dan
percikan listrik diterapkan untuk waktu yang singkat untuk memperkenalkan elektron bebas ke
dalam aliran gas. Elektron ini berinteraksi dengan medan magnet frekuensi radio dari kumparan
induksi dan dipercepat pertama dalam satu arah, kemudian yang lain, karena perubahan bidang
pada frekuensi tinggi (biasanya 27.120.000 siklus per detik). Dipercepat elektron bertabrakan
dengan atom argon, dan kadang-kadang menyebabkan tabrakan atom argon untuk berpisah
dengan salah satu elektron. Dirilis elektron pada gilirannya dipercepat oleh medan magnet yang
berubah dengan cepat. Proses berlanjut sampai tingkat pelepasan elektron baru dalam tabrakan
diimbangi oleh laju rekombinasi elektron dengan ion argon (atom yang telah kehilangan
elektron). Ini menghasilkan 'bola api' yang sebagian besar terdiri dari atom argon dengan fraksi
agak kecil dari elektron bebas dan ion argon. Suhu plasma sangat tinggi, dari urutan 10.000 K.

ICP dapat dipertahankan dalam obor kuarsa karena aliran gas antara dua tabung
terluar membuat plasma jauh dari dinding obor.Aliran kedua argon (sekitar 1 liter per menit)
biasanya diperkenalkan antara tabung pusat dan tabung menengah untuk menjaga plasma jauh
dari ujung tabung pusat.Aliran ketiga (lagi biasanya sekitar 1 liter per menit) gas dimasukkan ke
dalam tabung pusat obor. Ini aliran gas melewati pusat plasma, di mana ia membentuk saluran
yang lebih dingin dari plasma sekitarnya tapi masih jauh lebih panas dari api kimia. Sampel yang
akan dianalisis yang diperkenalkan ke saluran pusat ini, biasanya sebagai kabut cairan dibentuk
oleh melewati sampel cairan ke dalam nebulizer. Sebagai tetesan sampel nebulasi memasuki
saluran sentral dari ICP, menguap dan setiap padatan yang terlarut dalam cairan menguap dan
kemudian terurai menjadi atom. Pada suhu yang berlaku dalam plasma proporsi yang signifikan
dari atom banyak unsur kimia yang terionisasi, setiap atom kehilangan elektron yang paling
longgar terikat untuk membentuk ion bermuatan tunggal.
BAB III

KESIMPULAN

1. Prinsip dasar prospeksi eksplorasi geokimia ada 2 metode yaitu mtode menggunakan pola
dispersi mekanis dan dispersi kimiawi.
2. Parameter survey geokimia yaitu mendisign program yang efektif, pada prakteknya
adalah membuat keputusan tentang pemilihan material sampel, pola penyontoan,
preparasi conto, prosedur analitis dan criteria interpretasi hasil.
3. Tipe survey geokimia dibagi menjadi 6 yaitu survey sedimen sungai aktif (prospeksi
mineral berat, analisis konsentrat mineral berat, analisy fraksi halus sedimen sungai aktif)
survey tanah, survey batuan, survey biokimia, dan survey gas.
4. Interpretasi dari data geokimia melibatkan kesimpulan statistic dan geologi dimana
didalamnya mencangkup pengelolahan data geokimia strategis dan geokimia taktis.
DAFTAR PUSTAKA

Chausier, J.B, and Jean Morer., 1987 Mineral Prospecting Manual., North

Oxford AcedemicnPublisher Ltd.,

Fletcher, W.K, S.J Hoffman., M.B Mehtens., 1986 Exploration Geochemistery

: Design and Interpretation of Soil Surveys., Society of Economic

Geology.

Joyce, A.S., 1974 Exploration Geochemistery., Techpress, Australia,

Reedman, J.H., 1979 Techniques in Mineral Exploration., Applied Science

Publisher Ltd.,

Anda mungkin juga menyukai