Anda di halaman 1dari 1

Disrupsi teknologi merupakan sesuatu yang menggeser teknologi yang telah mapan dan

menggoyang industri atau produk yang kemudian melahirkan industri baru (Prof Clayton M
Christensen, 1997). Di Indonesia telah lahir bank nirkantor (branchless banking). Bank
nirkantor atau Layanan Keuangan Tanpa Kantor merupakan kegiatan jasa layanan
perbankan dan jasa keuangan lainnya yang dilakukan tidak melalui jaringan kantor lembaga
keuangan secara fisik. Selain itu bank juga dihadapkan dengan adanya perusahaan teknologi
finansial (tekfin) yang memberikan kredit kepada debitor dengan lebih cepat dan mudah.

Guna menghadapi tantangan disrupsi teknologi tersebut, ada beberapa faktor kunci
keberhasilan yang harus dimiliki bank, yaitu:

1. Bank harus berani berdamai dengan tantangan disrupsi teknologi seperti munculnya
perusahaan tekfin yang terus melaju. Artinya, bank harus berbenah diri dengan meningkatkan
anggaran teknologi untuk mengembangkan sayap bisnis berbasis teknologi sehingga mampu
bersaing dengan perusahaan tekfin.

2. bank pun harus berani berubah seturut dengan sifat teknologi yang terus berubah.Tingkat
efisiensi perbankan tampak terang benderang pada rasio biaya operasional terhadap
pendapatan operasional (BOPO) yang menurun (membaik) dari 81,37 persen per Juli 2016
menjadi 78,85 persen per Juli 2017 di tengah ambang batas 70-80 persen. Hal itu menyiratkan
bank telah efisien, tetapi masih jauh jika dibandingkan dengan BOPO bank di ASEAN 40-60
persen. Artinya, bank wajib terus mengerek tingkat efisiensi supaya lebih mampu bersaing.

3. salah satu kiat jitu untuk menaikkan tingkat efisiensi adalah berinovasi dengan
memanfaatkan teknologi. Efisiensi merupakan kunci sukses menjadi pemenang dalam
persaingan yang semakin sengit.Inovasi berbasis teknologi pun menjadi kunci kelestarian
bisnis.

4. pemerintah melalui Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan wajib untuk mengawal
sektor jasa keuangan dalam menghadapi disrupsi teknologi dengan aneka aturan.Setiap
aturan wajib melindungi kepentingan konsumen, nasabah, atau investor.

5. ketika muncul ATM pertama kali di Indonesia sekitar 30 tahun lalu, banyak prediksi
mengatakan kelak tak ada lagi antrean di teller di bank. Ternyata sampai kini masih ada.Hal
itu menyiratkan bahwa budaya Eropa jauh berbeda dari budaya Indonesia. Akhir tutur,
pengurangan pegawai perbankan sebagai akibat disrupsi teknologi tak perlu terlalu
ditakutkan. Namun, tetap waspada bagai mengantisipasi dampak gunung meletus. Berbekal
aneka faktor kunci keberhasilan demikian, bank bakal tetap mampu menghadapi tantangan
disrupsi teknologi dengan trengginas.

Anda mungkin juga menyukai