1
produksi. Biaya-biaya ini adalah biaya untuk membeli bahan baku, bahan
penolong atau bahan mentah dan bahan-bahan lain yang dibutuhkan. Sebuah
usaha pertokoan misalnya barang-barang dagangan harus terus dibeli dan
semakin meningkat manakala tokonya semakin ramai. Bahan baku untuk usaha
batu bata adalah tanah liat dan bahan penolong adalah kayu bakar atau
berambut serta kotoran kuda. Untuk peternakan ayam, bahan baku adalah bibit
ayam (kutuk) dan bhn penolong adalah pakan dan obat-obatan. Untuk rumah
makan beras, sayur merupakan bahan mentah sekaligus bahan baku, sedangkan
bumbu-bumbu merupakan bahan penolong atau bahan pembantu merupakan
komponen yang akan bertambah seiring dengan meningkatnya jumlah output
atau produksi. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk membeli dan membiayai
bahan-bahan di atas adalah biaya variabel dan modal yang harus disediakan
adalah modal kerja. Modal kerja ditujukan untuk membiayai operasi usaha
yaitu membeli bahan mentah, bahan baku, upah tenaga kerja, membayar listrik,
air dan sebagainya.
Suatu usaha baru meskipun mungkin menghasilkan produk lama atau
produk yang umum di pasaran hingga beberapa waktu ke depan mungkin belum
mencapai titik BEP (titik impas). Bila ini terjadi usaha akan terus merugi.
Untuk mengantisipasi masa-masa belum tercapainy BEP, wirausaha perlu
menyediakan cadangan modal kerja 2-3 kali lipat dari kebutuhan. Dengan
demikian selama titik BEP belum tercapai untuk beberapa waktu, usaha masih
terus bisa berjalan.
2
sarana usaha dan biaya operasional dalam bentuk penyusutan, gaji pegawai
administrasi dan pengeluaran biaya lain-lain yang tidak berhubungan dengan
besar kecilnya jumlah produksi. Biaya tidak langsung ini juga disebut biaya
tetap atau fixed cost.
3
2. Pendapatan usaha tambahan atau pendapatan usaha sampingan merupakan
pendapatan usaha yang diperoleh sebagai tambahan atau sampingan dari
adanya kegiatan usaha pokok atau kegiatan utama.
Contohnya usaha peternakan ayam, pendapatan pokok adalah dari hasil
penjualan telur atau daging ayam sementara pendapatan tambahan atau
pendapatan sampingan berupa hasil penjualan kotoran ayam.
4
tempat usaha, pembelian perlengkapan usaha, mesin-mesin atau biaya pembelian
barang-barang yang akan menjadi pokok usaha. Usaha menyewakan mesin maka
pembelian mesin merupakan biaya investasi.
Biaya tetap adalah biaya untuk menghasilkan barang dan jasa yang
besarnya tidak terpengaruh oleh jumlah produksi. Misal biaya penyesuaian, biaya
tenaga kerja bagian administrasi, biaya pemeliharaan mesin dan gedung dan
sebagainya.
Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan
mentah atau bahan baku, bahan penolong, membayar biaya tenaga kerja bagian
produksi dan biaya lain yang berubah-ubah sesuai dengan besarnya jumlah
produksi.
Dari besarnya pengeluaran biaya dan penerimaan hasil penjualan dapat
diperhitungkan aliran cash bersih sehingga dapat dihitung masa pengembalian
modal (payback period). Dari perhitungan besarnya biaya variabel dapat dihitung
berapa besarnya tingkat produksi pengembangan pokok atau break event point
(BEP). Dari jumlah biaya dan besarnya jumlah produksi dapat dihitung tingkat
harga pokok penjualan (HPP). HPP merupakan harga jual terendah yang tidak
mengakibatkan adanya kerugian maupun keuntungan usaha. Jadi merupakan
harga jual BEP.
5
Catatan : Biaya investasi awal Rp. 80.000.000,- dan pada tahun kelima ada
perbaikan sebesar Rp. 5.000.000,-. Pada akhir bulan ke 10 ada nilai
penjualan barang modal sebesar Rp. 20.000.000,- *) (Salvage Value)
Sumber : Sutrisno PH (1981: 51)
6
Selain biaya investasi awal di atas pada awal usaha masih ditambah dengan :
a. Inventaris operasional : Rp. 585.000,-
b. Piutang dagang : Rp. -
c. Cadangan uang tunai : Rp. 2.000.000,-
d. Modal kerja bruto : Rp. 2.585.000,-
e. Utang dagang : Rp. -
f. Modal kerja netto : Rp. 2.585.000,-
7
Apabila ditotal jumlaha pengeluaran adalah Rp. 108.000.000,- sedang total
jumlah penerimaan ada Rp. 149.950.000,-. Karena TR > TC maka usaha
Taman Bacaan yang akan dilakukan oleh mahasiswi tersebut layak untuk
dilakukan. Bila kita ambil contoh aliran kas untuk usaha penggilingan gabah
di atas maka dapat dikatakan layak juga untuk dilakukan karena TR = Rp.
405.000.000,- sedang TC = Rp. 215.000.000,-
8
Apabila net cash flow itu kita discount factor sehingga diperoleh
nilai sekarang yang besarnya 0. Apabila NPV dari aliran cash bersih
tersebut besarnya > dari 0 maka bisa dilaksanakan tetapi bila = 0 maka tidak
layak dilakukan.
Contoh : Aliran kas neto dari usaha penggilingan gabah
Tahun Penerimaan Netto Discount Factor 10% Nilai Sekarang Netto
0 - Rp. 80 1,000 - Rp. 80
1 - Rp. 25 0,909 + Rp. 22,725
2 Rp. 28 0,826 Rp. 33,040
3 Rp. 27 0,751 Rp. 20,438
4 Rp. 20 0,683 Rp. 13,680
5 Rp. 10 0,621 Rp. 6,210
6 Rp. 28 0,564 Rp. 15,792
7 Rp. 28 0,513 Rp. 14,364
8 Rp. 28 0,467 Rp. 13,876
9 Rp. 28 0,386 Rp. 11,872
10 Rp. 48 0,326 Rp. 18,528
Rp. 90,505
9
Contoh :
Nilai Nilai Nilai
Arus Kas
Tahun DF 10% Sekarang DF 15% Sekarang DF 18% Sekarang
Netto
Netto Netto Netto
0 -50.000 1,000 -50.000 1,000 -50,000 1,000 -50.000
1 10.000 0,909 9,090 8,870 8,700 0,847 8,470
2 12.000 0,826 9,912 0,756 9,072 0,718 8,616
3 13.000 0,751 9,763 0,658 8,550 0,609 7,917
4 15.000 0,683 10,243 0,572 8,580 0,516 7,740
5 15.000 0,621 9,315 0,497 7,455 0,437 6,555
6 15.000 0,564 8,460 0,432 6,480 0,370 5,550
7 20.000 0,513 10,260 0,376 7,520 0,314 6,280
5. Analisa B C Ratio
Ada kalanya usaha yang kita lakukan berkaitan dengan masyarakat umum.
Misal pembangunan gedung sekolah, jembatan atau taman. Kegiatan usaha
tersebut tidak semata-mata memberi kemanfaatan ekonomis tetapi juga sosial.
Dengan demikian manfaat yang diperoleh bisa bersifat langsung dan tidak
langsung. Sementara dari segi biaya atau pengorbanan bisa bersifat langsung
dan tidak langsung pula.
10
Contoh : Perhitungan B.C ratio dari usaha Pembangunan Bendungan
Pengendali Banjir (diambil dari Sutrisno PH, 1981: 59)
Catatan :
a. Ongkos proyek 15.000
b. Ongkos perbaikan berat
c. Social time Preference diperkirakan 12%
d. Salvage value
11
Pengeluaran Penerimaan Arus Kas Jumlah
Tahun Keterangan
Rp. Rp. Netto Kumulatif
0 -100.000 -100.000 -100.000
1 -10.000 40.000 30.000 -70.000
2 -10.000 40.000 30.000 -40.000
3 -10.000 30.000 20.000 -20.000
4 -10.000 30.000 20.000 Impas Masa pembayaran kembali
5 -10.000 25.000 15.000 15.000
6 -10.000 20.000 10.000 25.000
7 -10.000 30.000 20.000 45.000
Arus kas netto 45.000 45.000
E. Menghitung BEP
Menghitung BEP untuk jumlah produksi maupun harga ada beberapa
formulasi. Contoh menghitung BEP untuk penjualan rumah makan, rumusnya :
Total biaya per bulan
BEP =
Harga jual per porsi
Bila total biaya per bulan adalah Rp. 10.000.000,- sedang harga per porsi
makanan yang dijual adalah Rp. 5.000,- maka BEP (yang menunjukkan kondisi
tidak rugi juga tidak laba) adalah pada tingkat penjualan :
12
Menurut L. Saiman (2008: 256) BEP bisa dihitung dalam waktu dengan
rumus sebagai berikut :
Investasi awal
BEP = x tahun
Keuntungan
HP = Biaya seluruhnya
Jumlah Produksi
(Sumber M. Manullang, 1981: 167)
Harga pokok penjualan (HPP) dapat dihitung dengan rumus :
total biaya per bulan
HPP =
total produksi per bulan
HPP menunjukkan harga terendah dari produk yang dihasilkan dan tidak
menimbulkan kerugian bagi usaha namun juga tidak untung.
Apabila jumlah biaya tetap (FC) diketahui demikian juga untuk biaya variabel per
unit dan harga jual per unit diketahui maka penentuan jumlah produksi BEP dan
harga jual BEP dapat dihitung.
Contoh : Diketahui variabel cost (VC) = Rp. 100,- Fixed Cost (FC) = Rp.
5.000.000,- dan total sales = 100.000 unit dan Price (P) = Rp. 175,- per unit maka:
Harga Pokok = VC + FC
PVC
13
Cara lain menghitung BEP adalah (Soetrisno PH, 1981: 81) dengan rumus :
F
BEP = N =
R -V
Contoh :
F (fixed cost) besarnya Rp. 200.000,-
V (Variabel Cost) per unit Rp. 2.000,- dan
R (harga jual) per unit Rp. 3.250,-
Jumlah BEP produksi adalah :
200.000
N= = 1600 aunit
3250 - 2000
Bila dikehendaki untung 10% per unit maka harga jual per unit :
110%
x Rp. 3.250,- = Rp. 3.575.50,-
100%
G. Refleksi
Untuk mengetahui sejauh mana anda memahami bab ini, jawablah pertanyaan
berikut ini :
1. Sebutkan jenis-jenis biaya usaha dan terangkan perbedaannya!
2. Apa saja penerimaan usaha itu ? Jelaskan !
3. Diketahui dari satu warung sederhana di pojok desa pengeluaran biaya dalam
satu bulan, sebagai berikut :
a. Biaya Tetap
1) Pemasaran 1 orang Rp. 250.000,-
2) Tenaga administrasi 1 orang Rp. 200.000,-
3) Listrik Rp. 150.000,-
4) Air (PDAM) Rp. 75.000,-
5) Karyawan 3 orang Rp. 200.000,-
b. Biaya Variabel
1) Ayam 20 kg Rp. 15.000,-
2) Telur 15 kg Rp. 12.500,-
3) Tepung terigu 10 kg Rp. 30.000,-
4) Minyak goreng 10 kg Rp. 15.000,-
14
5) Gula 10 kg Rp. 10.000,-
6) Bumbu-bumbu total Rp. 150.000,-
7) Lain-lain keperluan dapur Rp. 75.000,-
Pertanyaan :
a. Buatlah arus kas untuk per harinya terjual 45 porsi @ RP. 7.500,-
b. Hitunglah harga pokok penjualan !
c. Laba atau rugi usaha tersebut !
4. Jelaskan alat analisa investasi dan berikan contoh masing-masing satu contoh!
5. Hitung BEP usaha warung makan di atas !
6. Bila anda telah merencanakan usaha buatlah analisa investasi untuk
mengetahui apakah usaha anda layak atau tidak untuk dilaksanakan.
Pergunakan asumsi yang realistis agar apabila anda laksanakan tidak bangkrut
di tengah jalan.
15
KEPUSTAKAAN
Suryana (2008). Kewirausahaan, Kiat dan Proses menuju Sukses. Salemba Empat,
Jakarta.
16
17