Anda di halaman 1dari 17

BAB V

ALAT-ALAT ANALISA INVESTASI

Setelah mempelajari bab ini diharapkan anda mampu :


1. Menjelaskan jenis-jenis pengeluaran biaya
2. Menjelaskan jenis-jenis penerimaan pendapatan
3. Menerangkan perkiraan arus kas
4. Menjelaskan alat atau metode analisa investasi
5. Mendeskripsikan Break Event Point (BEP) atau titik impas dalam jumlah
maupun waktu
6. Menerangkan perhitungan harga pokok barang
7. Refleksi

A. Jenis Pengeluaran Biaya


1. Biaya Tetap dan Biaya Variabel
Setiap usaha memerlukan biaya, baik ketika usaha akan dimulai maupun
ketika usaha sudah berjalan. Prasarana usaha (toko, bengkel, kios, gedung/
kantor, pabrik, warung, kandang, kolam, kebun, sarana / peralatan usaha seperti
mesin, alat transportasi, rak, etalase, meja, kursi, kompor, wadah bumbu,
tempat makan minum ternak, gerobak dorong dan lain sebagainya harus
disediakan lebih dahulu dan merupakan pengeluaran awal dan dapat dipandang
sebagai biaya investasi atau initial cost atau investment cost. Jadi biaya
investasi adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan prasarana dan
sarana suatu usaha. Apabila pra sarana dan sarana usaha bukan dibangun atau
diadakan sendiri tetapi menyewa setiap periode maka masuk biaya tetap atau
biaya tidak langsung. Akan tetapi apabila biaya itu harus dibayar di muka
dalam jumlah besar maka dapat dikategorikan biaya investasi. Biaya investasi
ini harus dipisahkan dengan biaya tetap karena sifatnya yang harus dikeluarkan
pada awal periode.
Ketika proses produksi dimulai, pengeluaran modal akan terus
dilakukan dan bisa terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah

1
produksi. Biaya-biaya ini adalah biaya untuk membeli bahan baku, bahan
penolong atau bahan mentah dan bahan-bahan lain yang dibutuhkan. Sebuah
usaha pertokoan misalnya barang-barang dagangan harus terus dibeli dan
semakin meningkat manakala tokonya semakin ramai. Bahan baku untuk usaha
batu bata adalah tanah liat dan bahan penolong adalah kayu bakar atau
berambut serta kotoran kuda. Untuk peternakan ayam, bahan baku adalah bibit
ayam (kutuk) dan bhn penolong adalah pakan dan obat-obatan. Untuk rumah
makan beras, sayur merupakan bahan mentah sekaligus bahan baku, sedangkan
bumbu-bumbu merupakan bahan penolong atau bahan pembantu merupakan
komponen yang akan bertambah seiring dengan meningkatnya jumlah output
atau produksi. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk membeli dan membiayai
bahan-bahan di atas adalah biaya variabel dan modal yang harus disediakan
adalah modal kerja. Modal kerja ditujukan untuk membiayai operasi usaha
yaitu membeli bahan mentah, bahan baku, upah tenaga kerja, membayar listrik,
air dan sebagainya.
Suatu usaha baru meskipun mungkin menghasilkan produk lama atau
produk yang umum di pasaran hingga beberapa waktu ke depan mungkin belum
mencapai titik BEP (titik impas). Bila ini terjadi usaha akan terus merugi.
Untuk mengantisipasi masa-masa belum tercapainy BEP, wirausaha perlu
menyediakan cadangan modal kerja 2-3 kali lipat dari kebutuhan. Dengan
demikian selama titik BEP belum tercapai untuk beberapa waktu, usaha masih
terus bisa berjalan.

2. Biaya Tak Langsung dan Biaya Langsung


Suatu usaha dilakukan untuk menghasilkan barang dan jasa. Semua
biaya yang dikeluarkn yang berhubungan langsung dengan besarnya jumlah
barang atau jasa yang dihasilkan disebut biaya langsung atau biaya variabel.
Disebut biaya langsung karena langsung berhubungan dengan jumlah
produksi. Disebut biaya variabel karena jumlahnya berubah-ubah sesuai
dengan jumlah produk yang dihasilkan. Adapun biaya tak langsung adalah
pengeluaran biaya yang digunakan untuk membeli semua prasarana dan

2
sarana usaha dan biaya operasional dalam bentuk penyusutan, gaji pegawai
administrasi dan pengeluaran biaya lain-lain yang tidak berhubungan dengan
besar kecilnya jumlah produksi. Biaya tidak langsung ini juga disebut biaya
tetap atau fixed cost.

3. Biaya yang Seharusnya dan Biaya Riil


Pengeluaran biaya kadang-kadang melampaui perkiraan sehingga
melebihi yang seharusnya. Biaya-biaya yang nyata-nyata dikeluarkan
merupakan biaya riil dan menjadi pedoman dalam memperhitungkan
keuntungan atau kerugian. Meskipun kadang biaya sudah distandisir sehingga
menjadi pedoman dalam mengeluarkan uang sebagai besarnya biaya.
Biaya yang melebihi dari standar ini merupakan pemborosan. Agar
tidak menimbulkan kerugian maka pengeluaran biaya yang tidak seharusnya
ini perlu dicegah sehingga memenuhi standar pengeluaran biaya.

4. Pengeluaran untuk Prive


Kadang wirausaha mengambil dari usaha untuk keperluan pribadi.
Pengeluaran untuk pribadi ini disebut prive dan harus dicatat yang
mengurangi pendapatan usaha.

5. Biaya Total Usaha


Biaya total usaha atau total biaya operasi adalah penjumlahan dari total
biaya tetap ditambah total biaya variabel atau total biaya tidak langsung
ditambah total biaya langsung.

B. Jenis-jenis Penerimaan Pendapatan


Semua pemasukan yang berasal dari hasil penjualan barang atau jasa dari
kegiatan usaha adalah pendapatan usaha. Pendapatan usaha biasanya terdiri atas 2
(dua) macam yakni :
1. Pendapatan usaha pokok atau utama yaitu pendapatan yang diperoleh dari
usaha utama

3
2. Pendapatan usaha tambahan atau pendapatan usaha sampingan merupakan
pendapatan usaha yang diperoleh sebagai tambahan atau sampingan dari
adanya kegiatan usaha pokok atau kegiatan utama.
Contohnya usaha peternakan ayam, pendapatan pokok adalah dari hasil
penjualan telur atau daging ayam sementara pendapatan tambahan atau
pendapatan sampingan berupa hasil penjualan kotoran ayam.

C. Perkiraan Arus Kas


Menurut Suad Husnan dan Suwarsono (1992: 163) aliran kas sangat
penting ketimbang laba karena beberapa hal antara lain :
1. Laba adalah pengertian akuntasi yang tidak sama dengan kas masuk bersih
2. Yang relevan bagi investor adalah aliran kas bukan laba karena dengan kas
bisa melakukan investasi, membayar kewajiban dan sebagainya.
Untuk menyusun perkiraan aliran kas bersih (net cash flow) perlu melakukan
analisa pasar berdasarkan hasil riset pasar yang memang sengaja dilakukan. Dari
karakteristik pasar yang akan dimasuki diperoleh gambaran tentang :
1. Potensi pasar yang tersedia yang meliputi besarnya jumlah permintaan
maupun penawaran yang ada
2. Besarnya peluang yang akan dihadapi
3. Celah pasar yang akan dimasuki (segmen/pasar yang masih tersedia)
a. Rata-rata daya beli (pendapatan)
b. Golongan masyarakat
c. Umur, jenis kelamin, mungkin ras / suku / agama
d. dll
Untuk menaksir besarnya arus kas masuk kita harus memprediksi atas dasar celah
pasar yang tersedia. Berapa kira-kira yang akan terjual. Selanjutnya dari jumlah
yang diperkirakan akan terjual (volume penjualan) berapa jumlah produksi yang
harus dihasilkan. Dari jumlah produksi yang akan dihasilkan dihitung jumlah total
biaya produksi baik biaya tetap maupun biaya variabel dan biaya investasi. Biaya
investasi adalah biaya yang dikeluarkan ketika mula-mula akan melakukan usaha.
Biaya ini biasanya terdiri atas biaya pembelian tanah, pendirian gedung, sewa

4
tempat usaha, pembelian perlengkapan usaha, mesin-mesin atau biaya pembelian
barang-barang yang akan menjadi pokok usaha. Usaha menyewakan mesin maka
pembelian mesin merupakan biaya investasi.
Biaya tetap adalah biaya untuk menghasilkan barang dan jasa yang
besarnya tidak terpengaruh oleh jumlah produksi. Misal biaya penyesuaian, biaya
tenaga kerja bagian administrasi, biaya pemeliharaan mesin dan gedung dan
sebagainya.
Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan
mentah atau bahan baku, bahan penolong, membayar biaya tenaga kerja bagian
produksi dan biaya lain yang berubah-ubah sesuai dengan besarnya jumlah
produksi.
Dari besarnya pengeluaran biaya dan penerimaan hasil penjualan dapat
diperhitungkan aliran cash bersih sehingga dapat dihitung masa pengembalian
modal (payback period). Dari perhitungan besarnya biaya variabel dapat dihitung
berapa besarnya tingkat produksi pengembangan pokok atau break event point
(BEP). Dari jumlah biaya dan besarnya jumlah produksi dapat dihitung tingkat
harga pokok penjualan (HPP). HPP merupakan harga jual terendah yang tidak
mengakibatkan adanya kerugian maupun keuntungan usaha. Jadi merupakan
harga jual BEP.

Contoh : Perkirakan aliran kas (jutaan) untuk usaha Penggilingan Gabah.

5
Catatan : Biaya investasi awal Rp. 80.000.000,- dan pada tahun kelima ada
perbaikan sebesar Rp. 5.000.000,-. Pada akhir bulan ke 10 ada nilai
penjualan barang modal sebesar Rp. 20.000.000,- *) (Salvage Value)
Sumber : Sutrisno PH (1981: 51)

D. Metode atau Alat Analisa Investasi


Alat-alat analisa investasi ini digunakan untuk mengetahui apakah usaha
kita rencanakan itu layak dikerjakan atau dilakukan atau tidak. Masing-masing
alat analisa mempunyai kriteria sendiri-sendiri untuk menentukan apakah usaha
yang kita rencanakan layak dilakukan atau tidak. Yang harus diingat adalah
bahwa alat analisa tergantung keakuratan data yang digunakan. Apabila data
perkiraan penerimaan bias ke atas (dibesar-besarkan) sedangkan perkiraan biaya
bisa ke bawah (dikecil-kecilkan) sudah tentu akan menjadi sangat layak dalam
perhitungan namun tidak layak dalam kenyataan sehingga apabila dilakukan tidak
lama akan bangkrut. Beberapa alat analisa untuk menilai apakah suatu usaha atau
investasi itu layak atau tidak antara lain adalah :
1. Tingkat keuntungan absolut
Rumus tingkat keuntungan absolut adalah Total Penerimaan (TR) dikurangi
Total Biaya (TC). Atau absolut = TR TC.
Apabila absolut positif berarti usaha layak dilakukan apabila negatif tidak
layak dilakukan.
Contoh :
Seorang mahasiswi Prodi Jurusan Teknik Sipil Untidar akan mendirikan usaha
Taman Bacaan untuk masyarakat umum.
Perhitungan biaya inveastasi pada awal usaha adalah sebagai berikut :
a. Biaya pra investasi : Rp. 150.000,-
b. Peralatan dan investasi tetap : Rp. 599.000,-
c. Buku awal yang harus ada : Rp. 8.000.000,-
d. Biaya promosi : Rp. 200.000,-
e. Total : Rp. 8.949.000,-
f. Kenaikan harga 10% : Rp. 894.000,-
g. Total investasi awal : Rp. 9.843.900,-

6
Selain biaya investasi awal di atas pada awal usaha masih ditambah dengan :
a. Inventaris operasional : Rp. 585.000,-
b. Piutang dagang : Rp. -
c. Cadangan uang tunai : Rp. 2.000.000,-
d. Modal kerja bruto : Rp. 2.585.000,-
e. Utang dagang : Rp. -
f. Modal kerja netto : Rp. 2.585.000,-

Jumlah modal awal : Rp. 9.843.900,- + Rp. 2.585.000,-


: Rp. 12.408.900,-

Selanjutnya mahasiswi tersebut memperkirakan jumlah pengeluaran hingga


tahun ke-4 sebagai berikut :
Perkiraan pengeluaran untuk periode 4 tahun pertama :

Perkiraan yang dibuat untuk penerimaan dalam 4 tahun pertama adalah


sebagai berikut :

Sumber : Eva Lutfika (PBI/09202244073. UNY, 2008)

7
Apabila ditotal jumlaha pengeluaran adalah Rp. 108.000.000,- sedang total
jumlah penerimaan ada Rp. 149.950.000,-. Karena TR > TC maka usaha
Taman Bacaan yang akan dilakukan oleh mahasiswi tersebut layak untuk
dilakukan. Bila kita ambil contoh aliran kas untuk usaha penggilingan gabah
di atas maka dapat dikatakan layak juga untuk dilakukan karena TR = Rp.
405.000.000,- sedang TC = Rp. 215.000.000,-

2. Tingkat Keuntungan Relatif


Formulasi tingkat keuntungan absolut adalah = TR TC. Adapun untuk
tingkat keuntungan relatif adalah :

x 100%
TC
Jadi tingkat keuntungan absolut dari :
a. Usaha penggilingan gabah adalah Rp. 405 juta Rp. 215 juta = Rp. 190
juta
b. Usaha taman bacaan Rp. 149.950.000 Rp. 108.975.000 = Rp.
40.975.000,-
Tingkat keuntungan relatifnya adalah :

a. 190.000.000 x 100% 88,37%


215.000.000
40.975.000
b. x 100% 37,60%
108.975.000

3. Net Present Value atau Nilai Sekarang Netto


Meskipun suatu rencana usaha telah dihitung dengan menggunakan
tingkat keuntungan absolut maupun relatif sudah mencukupi namun masih
diperlukan tambahan perhitungan yang disebut NPV atau Net Present Value
atau nilai sekarang bersih. Baik semua pengeluaran maupun penerimaan
merupakan bentuk perkiraan di masa depan atau mendatang. Dengan
mengurangkan jumlah penerimaan pendapatan dengan jumlah pengeluaran
biaya akan diperoleh perkiraan keuntungan yang diperoleh setiap periode
tahun / bulan.

8
Apabila net cash flow itu kita discount factor sehingga diperoleh
nilai sekarang yang besarnya 0. Apabila NPV dari aliran cash bersih
tersebut besarnya > dari 0 maka bisa dilaksanakan tetapi bila = 0 maka tidak
layak dilakukan.
Contoh : Aliran kas neto dari usaha penggilingan gabah
Tahun Penerimaan Netto Discount Factor 10% Nilai Sekarang Netto
0 - Rp. 80 1,000 - Rp. 80
1 - Rp. 25 0,909 + Rp. 22,725
2 Rp. 28 0,826 Rp. 33,040
3 Rp. 27 0,751 Rp. 20,438
4 Rp. 20 0,683 Rp. 13,680
5 Rp. 10 0,621 Rp. 6,210
6 Rp. 28 0,564 Rp. 15,792
7 Rp. 28 0,513 Rp. 14,364
8 Rp. 28 0,467 Rp. 13,876
9 Rp. 28 0,386 Rp. 11,872
10 Rp. 48 0,326 Rp. 18,528

Rp. 90,505

Sumber : Sutrisno PH, 1981: 51


Dari perhitungan NPV untuk usaha penggilingan gabah diperoleh
angka Rp. 90.505,- yang berarti > 0 sehingga usaha penggilingan gabah
tersebut layak untuk dilakukan. Perlu dicatat tingkat discount factor adalah
10%. Apabila kita cukup sulit untuk memperoleh tingkat keuntungan 10%
dalam satu tahun maka tingkat discount factor haruslah dinaikkan misal 20%
agar nilai sekarang yang diperoleh lebih menggambarkan keadaan yang
sebenarnya.

4. Tingkat Investasi Yield atau Internal Rate of Return (IRR)


Tingkat investasi atau yield rate atau IRR adalah suatu tingkat suku
bunga yang menunjukkan di mana jumlah nilai sekarang sama dengan jumlah
seluruh ongkos investasi.

9
Contoh :
Nilai Nilai Nilai
Arus Kas
Tahun DF 10% Sekarang DF 15% Sekarang DF 18% Sekarang
Netto
Netto Netto Netto
0 -50.000 1,000 -50.000 1,000 -50,000 1,000 -50.000
1 10.000 0,909 9,090 8,870 8,700 0,847 8,470
2 12.000 0,826 9,912 0,756 9,072 0,718 8,616
3 13.000 0,751 9,763 0,658 8,550 0,609 7,917
4 15.000 0,683 10,243 0,572 8,580 0,516 7,740
5 15.000 0,621 9,315 0,497 7,455 0,437 6,555
6 15.000 0,564 8,460 0,432 6,480 0,370 5,550
7 20.000 0,513 10,260 0,376 7,520 0,314 6,280

Jumlah Nilai Skrg Netto + 17,045 + 636 + 3,782

Sumber : Sutrisno PH, 1981: 53


Dari contoh di atas nampak bahwa apabila di DF dengan tingkat bunga
10% NPV adalah Rp. 17.045,- (plus). Karena masih positif cukup besar
(17.045) maka harus dinaikkan dengan DF = 15%. Hasilnya masih positif Rp.
636,- apabila dinaikkan lagi Dfnya menjadi surplus Rp. 3.872,-. Ini berarti
tingkat IRR antara 15% - 18%.
Dengan menggunakan rumus :
NPV dari '
IRR = r + " '
(NPV dari ' NPCV dari "
(636.000)
Tingkat penghasilan = 15% + 3%
636.000 3.782.000
= 15% + 0,423% = 15,423%
Menurut Suad Husnan dan Suwarsono (1992: 191) apabila tingkat IRR lebih
besar dari tingkat bunga yang relevan atau tingkat keuntungan yang
diisyaratkan maka usaha dianggap layak.

5. Analisa B C Ratio
Ada kalanya usaha yang kita lakukan berkaitan dengan masyarakat umum.
Misal pembangunan gedung sekolah, jembatan atau taman. Kegiatan usaha
tersebut tidak semata-mata memberi kemanfaatan ekonomis tetapi juga sosial.
Dengan demikian manfaat yang diperoleh bisa bersifat langsung dan tidak
langsung. Sementara dari segi biaya atau pengorbanan bisa bersifat langsung
dan tidak langsung pula.

10
Contoh : Perhitungan B.C ratio dari usaha Pembangunan Bendungan
Pengendali Banjir (diambil dari Sutrisno PH, 1981: 59)

Catatan :
a. Ongkos proyek 15.000
b. Ongkos perbaikan berat
c. Social time Preference diperkirakan 12%
d. Salvage value

Besarnya ratio manfaat pengorbanan = B adalah :


C
23.840,08
1,085
21.969,75
Karena > 1, maka usaha / proyek bisa dilaksanakan. Seandainya diperoleh
kurang dari 1 maka proyek tidak dilaksanakan.

6. Menghitung masa pengembalian modal atau Payback period


Seorang investor atau wirausahawan akan selalu memperhitungkan
berapa waktu yang dibutuhkan atau berapa lama investasi yang dikeluarkan
akan kembali.

11
Pengeluaran Penerimaan Arus Kas Jumlah
Tahun Keterangan
Rp. Rp. Netto Kumulatif
0 -100.000 -100.000 -100.000
1 -10.000 40.000 30.000 -70.000
2 -10.000 40.000 30.000 -40.000
3 -10.000 30.000 20.000 -20.000
4 -10.000 30.000 20.000 Impas Masa pembayaran kembali
5 -10.000 25.000 15.000 15.000
6 -10.000 20.000 10.000 25.000
7 -10.000 30.000 20.000 45.000
Arus kas netto 45.000 45.000

Dari contoh perhitungan masa pengembalian kembali di atas, nampak


bahwa masa pengembalian kembali dari pengeluaran investasi sebesar Rp.
100.000,- ditambah biaya operasional tahun berjalan yang masing-masing Rp.
10.000,- (Rp. 100.000 + Rp. 40.000) akan kembali selama 4 tahun. Bila misal
pada tahun ke 4 arus neto adalah Rp. 40.000,- (tidak Rp. 20.000,-) maka masa

pengembalian kembali adalah3 tahun ditambah 20.000 x 1 tahun = tahun.


40.000
Jadi masa pengembalian modal adalah 3,5 tahun. Menurut Suryana (2008: 14)
rumus menghitung Payback Period (PBP) adalah :
Nilai investasi
PBP = x tahun
Kas masuk bersih

E. Menghitung BEP
Menghitung BEP untuk jumlah produksi maupun harga ada beberapa
formulasi. Contoh menghitung BEP untuk penjualan rumah makan, rumusnya :
Total biaya per bulan
BEP =
Harga jual per porsi
Bila total biaya per bulan adalah Rp. 10.000.000,- sedang harga per porsi
makanan yang dijual adalah Rp. 5.000,- maka BEP (yang menunjukkan kondisi
tidak rugi juga tidak laba) adalah pada tingkat penjualan :

BEP = 10.000.000 2.000 porsi per bulan


5.000
(sumber : Materi pelatihan, JTIC 2008).

12
Menurut L. Saiman (2008: 256) BEP bisa dihitung dalam waktu dengan
rumus sebagai berikut :
Investasi awal
BEP = x tahun
Keuntungan

F. Perhitungan Harga Pokok Barang


Setiap wirausahawan harus menghitung berupa harga pokok barang yang
dijual. Penentuan HP (harga pokok) ini penting guna mengetahui apakah proses
produksi telah dilakukan dengan efisien (tidak ada pemborosan). Harga pokok
dapat dihitung dengan rumus :

HP = Biaya seluruhnya
Jumlah Produksi
(Sumber M. Manullang, 1981: 167)
Harga pokok penjualan (HPP) dapat dihitung dengan rumus :
total biaya per bulan
HPP =
total produksi per bulan
HPP menunjukkan harga terendah dari produk yang dihasilkan dan tidak
menimbulkan kerugian bagi usaha namun juga tidak untung.
Apabila jumlah biaya tetap (FC) diketahui demikian juga untuk biaya variabel per
unit dan harga jual per unit diketahui maka penentuan jumlah produksi BEP dan
harga jual BEP dapat dihitung.
Contoh : Diketahui variabel cost (VC) = Rp. 100,- Fixed Cost (FC) = Rp.
5.000.000,- dan total sales = 100.000 unit dan Price (P) = Rp. 175,- per unit maka:

Harga pokok = Rp. 100,- + 5.000.000 = Rp. 150,-/unit


100.000
Formulasi yang digunakan adalah :

Harga Pokok = VC + FC
PVC

BEP produk : 5.000.000 = 66.667 unit


175 - 100

Formulasi yang digunakan : BEP = FC


PVC
(Sumber : L. Saiman, 2009: 229)

13
Cara lain menghitung BEP adalah (Soetrisno PH, 1981: 81) dengan rumus :
F
BEP = N =
R -V
Contoh :
F (fixed cost) besarnya Rp. 200.000,-
V (Variabel Cost) per unit Rp. 2.000,- dan
R (harga jual) per unit Rp. 3.250,-
Jumlah BEP produksi adalah :
200.000
N= = 1600 aunit
3250 - 2000
Bila dikehendaki untung 10% per unit maka harga jual per unit :
110%
x Rp. 3.250,- = Rp. 3.575.50,-
100%

G. Refleksi
Untuk mengetahui sejauh mana anda memahami bab ini, jawablah pertanyaan
berikut ini :
1. Sebutkan jenis-jenis biaya usaha dan terangkan perbedaannya!
2. Apa saja penerimaan usaha itu ? Jelaskan !
3. Diketahui dari satu warung sederhana di pojok desa pengeluaran biaya dalam
satu bulan, sebagai berikut :
a. Biaya Tetap
1) Pemasaran 1 orang Rp. 250.000,-
2) Tenaga administrasi 1 orang Rp. 200.000,-
3) Listrik Rp. 150.000,-
4) Air (PDAM) Rp. 75.000,-
5) Karyawan 3 orang Rp. 200.000,-
b. Biaya Variabel
1) Ayam 20 kg Rp. 15.000,-
2) Telur 15 kg Rp. 12.500,-
3) Tepung terigu 10 kg Rp. 30.000,-
4) Minyak goreng 10 kg Rp. 15.000,-

14
5) Gula 10 kg Rp. 10.000,-
6) Bumbu-bumbu total Rp. 150.000,-
7) Lain-lain keperluan dapur Rp. 75.000,-
Pertanyaan :
a. Buatlah arus kas untuk per harinya terjual 45 porsi @ RP. 7.500,-
b. Hitunglah harga pokok penjualan !
c. Laba atau rugi usaha tersebut !
4. Jelaskan alat analisa investasi dan berikan contoh masing-masing satu contoh!
5. Hitung BEP usaha warung makan di atas !
6. Bila anda telah merencanakan usaha buatlah analisa investasi untuk
mengetahui apakah usaha anda layak atau tidak untuk dilaksanakan.
Pergunakan asumsi yang realistis agar apabila anda laksanakan tidak bangkrut
di tengah jalan.

15
KEPUSTAKAAN

Husnan, Suad : Suwarsono (1991); Studi Kelayakan Proyek. AMP YKPN :


Yogyakarta.

Manullang, M (1981). Pengantar Ekonomi Perusahaan. Liberty, Yogyakarta.

Prawirohardjono; Soetrisno (1981). Dasar-dasar Evaluasi Proyek. BPFE-UGM,


Yogyakarta.

Suryana (2008). Kewirausahaan, Kiat dan Proses menuju Sukses. Salemba Empat,
Jakarta.

Makalah Pelatihan Usaha Rumah Makan, JTTC, UGM. Yogyakarta, tidak


diterbitkan.

16
17

Anda mungkin juga menyukai