PENDAHULUAN
Gasifikasi adalah suatu proses perubahan bahan bakar padat secara termo kimia
menjadi gas, dimana udara yang diperlukan lebih rendah dari udara yang digunakan
untuk proses pembakaran. Selama proses gasifikasi reaksi kimia utama yang terjadi
adalah endotermis (diperlukan panas dari luar selama proses berlangsung). Media yang
paling umum digunakan pada proses gasifikasi ialah udara dan uap. Produk yang
dihasilkan dapat dikategorikan menjadi tiga bagian utama, yaitu padatan, cairan
(termasuk gas yang dapat dikondensasikan) dan gas permanen. Media yang paling
umum digunakan dalam proses gasifikasi adalah udara dan uap. Gas yang dihasilkan
dari gasifikasi dengan menggunakan udara mempunyai nilai kalor yang lebih rendah
tetapi disisi lain proses operasi menjadi lebih sederhana.
Proses gasifikasi batubara adalah proses yang mengubah batubara dari bahan
bakar padat menjadi bahan bakar gas. Dengan mengubah batubara menjadi gas, maka
material yang tidak diinginkan yang terkandung dalam batubara seperti senyawa sulfur
dan abu, dapat dihilangkan dari gas dengan menggunakan metode tertentu sehingga
dapat dihasilkan gas bersih dan dapat dialirkan sebagai sumber energi. Sebagaimana
diketahui, saat bahan bakar dibakar, energi kimia akan dilepaskan dalam bentuk panas.
Pembakaran terjadi saat Oksigen yang terkandung dalam udara bereaksi dengan karbon
dan hidrogen yang terkandung dalam batubara dan menghasilkan CO2 dan air serta
energi panas. Dalam kondisi normal, dengan pasokan udara yang tepat akan
mengkonversi semua energi kimia menjadi energi panas.
Namun kemudian, jika pasokan udara dikurangi, maka pelepasan energi kimia
dari batubara akan berkurang, dan kemudian senyawa gas baru akan terbentuk dari
proses pembakaran yang tidak sempurna ini (sebut saja pembakaran setengah
matang). Senyawa gas yang terbentuk ini terdiri atas H2, CO, dan CH4 (methana), yang
masih memiliki potensi energi kimia yang belum dilepaskan. Dalam bentuk gas, potensi
energi ini akan lebih mudah dialirkan dan digunakan untuk sumber energi pada proses
lainnya, misalnya dibakar dalam boiler, mesin diesel, gas turbine, atau diproses untuk
menjadi bahan sintetis lainnya (menggantikan bahan baku gas alam). Dengan fungsinya
yang bisa menggantikan gas alam, maka gas hasil gasifikasi batubara disebut juga
dengan syngas (syntetic gas). Dengan proses lanjutan, syngas ini dapat diproses menjadi
cairan. Proses ini disebut dengan coal liquefaction (pencairan batubara). Untuk dapat
menghasilkan gas dari batubara dengan maksimal, maka pasokan oksigen harus
dikontrol sehingga panas yang dihasilkan dari pembakaran setengah matang ditambah
energi yang terkandung pada senyawa gas yang terbentuk setara dengan energi dari
batubara yang dipasok.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui definisi dan sejarah gasifikasi batubara
2. Mengetahui tahapan proses gasifikasi batubara
3. Mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi gasifikasi batubara
4. Mengetahui aplikasi gasifikasi batubara
5. Mengetahui jenis jenis gasifer batubara
1.3 Manfaat
1. Memahami definisi dan sejarah gasifikasi batubara
2. Dapat menjelaskan tahapan proses gasifikasi batubara
3. Mampu menjelaskan faktor faktor gasifikasi batubara
4. Dapat menjelaskan aplikasi gasifikasi batubara
5. Memahami jenis jenis gasifer batubara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gasifikasi adalah proses yang menggunakan panas, uap, dan tekanan tinggi
untuk mengkonversi batubara atau bahan baku yang mengandung karbon lainnya menjadi
gas sintesis, atau syngas. Syngas utamanya terdiri dari hidrogen (H2) dan karbon
monoksida (CO), gas yang dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk produksi listrik.
Udara
Panas Pengeringan
Uap air
Batubara + Panas Batubara kering + H2O
Pirolisis
Oksidasi
C + O2 CO2 + panas
Reduksi
Panas C+CO22CO
C+H2OCO+ H2O
CO2 + H2O CO + H2
Uap air 800 - 1000 oC
Abu Syngas
Batubara char + tar + gases (CO2; CO; H2O; H2; CH4; C2H2)
Proses ini dipengaruhi oleh distribusi oksigen pada area terjadinya oksidasi
karena adanya oksigen inilah dapat terjadi reaksi eksoterm yang akan
menghasilkan panas yang dibutuhkan dalam keseluruhan proses gasifikasi ini.
Distribusi oksigen yang merata akan menyempurnakan
proses oksidasi sehingga dihasilkan temperatur maksimal. Pada daerah
pembakaran ini, sekitar 20% arang bersama volatil akan mengalami oksidasi
menjadi CO2 dan H2O dengan memanfaatkan oksigen terbatas yang disuplaikan
ke dalam reaktor (hanya 20% dari keseluruhan udara yang digunakan dalam
pembakaran dalam reaktor). Sisa 80% dari arang turun ke bawah membentuk
lapisan reduction dimana di bagian ini hampir seluruh karbon akan digunakan dan
abu yang terbentuk akan menuju tempat penampungan abu.
Proses ini dipengaruhi oleh distribusi oksigen pada area terjadinya oksidasi
karena adanya oksigen inilah dapat terjadi reaksi eksoterm yang akan
menghasilkan panas yang dibutuhkan dalam keseluruhan proses gasifikasi ini.
Distribusi oksigen yang merata akan menyempurnakan proses oksidasi sehingga
dihasilkan temperatur maksimal.
- Pembakaran sempurna
Pembakaran sempurna dari karbon dengan oksigen akan sesuai dengan
reaksi berikut :
C (char) + O2 (udara) CO2 (gas) + panas
Gas karbon dioaksida dihasilkan ketika reaksi oksidasi berjalan sesuai
dengan stoikiometri pembakaran sempurna. Reaksi pembakaran
sempurna berjalan ketika satu mol karbon dibakar dengan satu mol
oksigen dan menghasilkan satu mol gas karbon dioksida. Gas hasil
pembakaran sempurna tidak memiliki nilai bakar atau tidak mampu
bakar, sehingga reaksi ini tidak diharapkan lagi.
- Pembakaran tidak sempurna
Pembakaran tidak sempurna terjadi ketika jumlah oksigen kurang dari
nilai stoikiometri pembakaran sempurna. Reaksi oksidasi karbon dalam
batubara menjadi tidak sempurna jika satu mol karbon direaksikan
dengan oksigen yang jumlahnya kurang dari satu mol. Reaksi
pembakaran satu mol karbon dengan oksigen yang hanya memenuhi
separuh dari kebutuhan stoikiometrinya akan menghasilkan produk
berupa satu mol gas karbon monoksida sesuai dengan reaksi berikut :
C (char) + 0,5 O2 (udara) CO (gas) + panas
Persamaan reaksi di atas merupaka reaksi yang secara stoikiometrik
merubah seluruh larbon yang bereaksi dengan oksigen menjadi produk
yang hanya terdiri dari gas karbon monoksida. Setiap kelebihan oksigen
dari 0,5 mol dapat merubah reaksi dan membentuk gas karbon diokasida.
Sebaliknya, jika oksigen kurang dari 0,5 mol maka akan menyebabkan
sebagian karbon tidak bereaksi. Ada sisa karbon char. Gas hasil dari
pembakaran tidak sempurna menghasilkan gas yang memiliki nilai bakar
atau mampu bakar. Reaksi oksidasi atau pembakaran adalah reaksi yang
menghasilkan sumber panas yang dibutuhkan bagi proses gasifikasi
secara keseluruhan. Reaksi-reaksi lainnya merupakan reaksi yang dapat
diatur untuk mendapatkan gas sesuai dengan komposisi gas yang
diinginkan.
Properties Batubara
Setiap batubara padat memiliki sifat-sifat fisik maupun kimia yang dapat
menentukan bahan baku batubara tersebut dapat dikategorikan baik atau kurang
baik, mulai dari segi energi yang dihasilkan maupun heat loss-nya. Sifat-sifat
tersebut meliputi :
2. Kandungan Moisture
Untuk proses gasifikasi batubara, umumnya dipilih batubara yang memiliki
kandungan moisture yang rendah. Karena kandungan moisture yang tinggi
akan menyebabkan heat loss yang berlebihan dan beban pendinginan semakin
tinggi karena pressure drop yang terjadi juga meningkat. Idealnya kandungan
moisture yang sesuai untuk bahan baku gasifikasi tidak lebih dari 20%.
3. Kandungan Tar
Tar merupakan salah satu kandungan yang paling merugikan dan harus
dihindari. Tar adalah cairan hitam kental yang terbentuk dari destilasi
destruktif pada material organik. Tar yang terbentuk dari batubara atau
minyak bumi diperkirakan bersifat racun karena kandungan benzena di
dalamnya. Selain itu, tar memiliki bau yang tajam sehingga dapat
mengganggu pernapasan. Pada reaktor gasifikasi, terbentuknya tar, yang
memiliki bentuk approximate atomic CH 1,2O0,5, terjadi pada temperatur
pirolisis yang kemudian terkondensasi dalam bentuk asap, namun pada
beberapa kejadian tar dapat berupa zat cair pada temperatur yang lebih
rendah. Apabila hasil gas yang mengandung tar relatif tinggi dipakai
pada kendaraan bermotor, dapat menimbulkan deposit pada karburator
dan intake valve sehingga menyebabkan gangguan. Desain gasifier
yang baik setidaknya menghasilkan tar tidak lebih dari 1 g/m.
Gas sintetik hasil gasifikasi batubara dapat diproses lebih lanjut atau
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, Pemanfaatan gas hasil gasifikasi batu
bara bergantung pada pereaksi yang digunakan atau gas yang dihasilkan
diantaranya adalah sebagai berikut:
Gambar 2.4.1 Skema Pemanfaatan Gas Hasil Gasifikasi Batu bara
- Hidrogen
Kebanyakan penggunaan syngas dari gasifikasi batu bara
memerlukan kadar H2 yang tinggi atau rasio H2/CO yang tinggi
dibandingkan komposisi syngas yang dihasilkan sebuah gasifier.
Rasio H2/CO tergantung teknologi gasifikasi (gasifier) yang
digunakan. Oleh karena itu, perlu peningkatan kadar H2 dan
pemisahan gas pengotor diantaranya dengan shift reaction:
CO + H2O CO2 + H2
Penggunaan gas hidrogen: sintesa amonia, fuel cell, hidrogenasi
petroleum, methanol, SNG, sintesa Fischer-Tropsch. Penggunaan H
dengan kemurnian tinggi (hampir H2 murni) adalah sintesa amonia
dan fuel cell.
- Synthetic Natural Gas
Synthetic Natural Gas (SNG) atau dikenal juga sebagai Substitute
Natural Gas adalah gas metan (CH4) yang disintesa dari syngas
melalui reaksi CO dan H2 (dari syngas) dengan perbandingan 1 : 3
sebagai berikut:
CO + 3H2 CH4 + H2O
Persaingan antara gasifikasi batu bara dan gas alam merupakan
sejarah yang panjang. Pabrik-pabrik gas (menggunakan proses
karbonisasi batu bara) yang memproduksi gas kota untuk energi.
Pabrik-pabrik tersebut sudah ditutup karena ketika gas alam dan
energi listrik tersedia secara luas. Pabrik-pabrik ammonia dan
methanol awalnya dirancang untuk menggunakan syngas dari batu
bara. Sekarang kebanyakan amonia dan metanol dibuat dari syngas
dari gas alam.
Pada masa akhir 1960-an sampai awal 1980-an terdapat
kekhawatiran di Amerika Utara bahwa cadangan gas alam mulai
berkurang. Hal ini menyebabkan dibangunnya Great Plains Synfuels
plant. Tetapi pada pertengahan 1980-an ternyata harga gas alam
turun. Pada saat itu plant gasifikasi tersebut menjadi tidak ekonomis
sehingga pemerintah USA campur tangan agar tetap beroperasi.
Kemudian pada awal 2000-an terdapat kenaikan harga gas sehingga
banyak perusahaan mempertimbangkan produksi amonia dan
methanol dari batu bara, tetapi kemudian harga gas alam turun lagi.
SNG juga dapat berfungsi sebagai pembawa energi batu bara;
daripada harus dikapalkan, batu bara dapat dapat dikonversikan ke
SNG dalam pabrik gasificationplant dekat tambang batu bara. Hasil
samping CO2 dapat disimpan secara lokal. SNG kemudian
dikapalkan atau dipipakan ke konsumen sehingga mengurangi biaya
transportasi dan gas rumah kaca.
- Sintesa Fischer-Tropsch
Sintesa Fischer-Tropsch digunakan terutama untuk memproduksi
bahan bakar cair dan dengan hasil samping berupa bahan kimia.
Batu bara digasifikasi dengan oksigen/uap air sehingga dihasilkan
gas wantah (crude gas); kondensat dari pendinginan gas wantah
menghasilkan hasil samping berupa ter dan minyak. Hasil samping
lain seperti senyawa-senyawa nitrogen, senyawa-senyawa sulfur dan
senyawa-senyawa fenolat diproses lebih lanjut menjadi amonia,
sulfur, kresol dan fenol.
Produk gas dimurnikan sehingga menjadi syngas yang siap sebagai
umpan sintesa Fischer-Tropsch sbb:
Konversi Fischer-Tropsch suhu tinggi: syngas dikirim
ke reaktor Sasol Advanced Synthol (SAS) dimana H2
dan CO berreaksi di bawah tekanan dengan fluidisasi
katalis besi pada tekanan moderat sehingga
menghasilkan hidrokarbon kisaran C1 C15. Proses ini
dipakai terutama untuk memproduksi bahan bakar cair,
meskipun Sasol mengekstraksi sejumlah bahan kimia
berguna, misalnya alpha olefins dari synthetic crude oil.
Senyawa teroksigenasi (oksigenat) dari aliran buangan
proses SAS dipisahkan dan dimurnikan untuk
menghasilkan senyawa-senyawa alkohol, asam asetat
dan keton termasuk metil etil keton (MEK) dan metil iso
butil keton (MIBK).
Konversi Fischer-Tropsch suhu rendah: Alternatif
pemakaian syngas adalah Sasol Slurry Phase Fischer-
Tropsch technology suhu rendah, yang dikembangkan
oleh Sasol Technology (PTY) LTD. Proses ini dilakukan
di Sasolburg, Afrika Selatan, yakni syngas direaksikan
pada suhu lebih rendah dibanding proses SAS. Malam
(wax) hidrokarbon rantai lurus dan parafin diproduksi.
Selain malam keras, lilin dan malam Fischer- Tropsch,
solar kualitas tinggi juga diproduksi pada proses ini.
Malam tersebut dapat di-hydrocracking menjadi produk
solar bebas sulfur. Hidrokarbon-hidrokarbon ringan di-
hydrotreated untuk menghasilkan kerosen atau fraksi
parafin. Amonia juga diproduksi dan dijual untuk
industri pupuk dan bahan peledak.
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil diksusi kami dapat disimpulkan bahwa :
1) Gasifikasi adalah proses yang menggunakan panas, uap, dan tekanan
tinggi untuk mengkonversi batubara menjadi gas sintesis, atau syngas.
2) Tahapan proses gasifikasi yaitu :
a. Pengeringan
b. Pirolisis
c. Oksidasi
d. Reduksi
3) Faktor faktor yang mempengaruhi gasifikasi :
a. Kandungan energi dan ukuran batubara
b. Kandungan Moisture
c. Kandungan tar
d. Ash dan Slag
4) Penggunaan produk gassifikasi batubara :
a. Penggunaan gas bakar
- Hot gas untuk industri logam, mineral, dan pertanian
- Cold gas untuk Industri keramik, makanan, Pembangkit Listrik
b. Pemanfaat Syngas
- Hidrogen untuk fuelcell dan sistesa amoniak
- Karbon monoksida direaksikan dengan Hidrogen untuk
membentuk metanol sebagai bahan bakar
5) Jenis jenis gasifer berdasarkan kontak batubara dengan oksigen
- Fixed bed (unggun tetap)
- Moving bed (unggun bergerak)
- Fluidized bed (unggun mengambang)
- Entrained flow (unggun semburan)
Daftar Pustaka