Anda di halaman 1dari 27

KONSEP INDIVIDU DAN KELOMPOK

DALAM ORGANISASI

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas


MATA KULIAH : Pengembangan Organisasi
DOSEN : Ir. Soeprapto Soebijoso, MBA, MH

Disusun Oleh

DESSYA NUR ANGGRAINI


NIM. 172141004

Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kesehatan
Universitas MH. Thamrin
Jakarta
2017

Page 1 of 27
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1


Latar Belakang ......................................................................................................................... 1

Rumusan Masalah ................................................................................................................... 2

Pertanyaan Penelitian ............................................................................................................. 2

Tujuan Penelitian..................................................................................................................... 2

Manfaat Penelitian .................................................................................................................. 3

Metode Penulisan ................................................................................................................... 3

BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................................... 4


2.1 Definisi Individu Menurut Para Ahli .................................................................................. 4

2.2 Definisi Kelompok Menurut Para Ahli .............................................................................. 4

2.3 Definisi Organisasi Menurut Para Ahli .............................................................................. 5

BAB III PEMBAHASAN ............................................................................................. 7


3.1 Perilaku Individu Dalam Organisasi .................................................................................. 7

3.1.1 Pendekatan Untuk Memahami Perilaku Individu......................................... 8

3.1.2 Konsep Perilaku Individu Dalam Organisasi ............................................... 9

3.2 Teori Pembentukan Kelompok dan Tim Dalam Organisasi ............................................ 12

3.2.1 Teori Pembentukan Kelompok dan Pandangan Kelompok........................ 12

3.2.2 Ciri dan Bentuk Kelompok ......................................................................... 13

3.2.3 Perbedaan Kelompok dan Tim Dalam Konteks Pekerjaan ........................ 18

3.2.4 Jenis-Jenis Tim ........................................................................................... 18

BAB IV PENUTUP .................................................................................................... 23


4.1 Kesimpulan ..................................................................................................................... 23

4.2 Saran ............................................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 25

Page 2 of 27
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Manusia adalah salah satu dimensi penting dalam organisasi. Kinerja organisasi
sangat tergantung pada kinerja individu yang ada di dalamnya. Seluruh pekerjaan dalam
perusahaan itu, para karyawanlah yang menentukan keberhasilannya. Sehingga berbagai
upaya meningkatkan produktivitas perusahaan harus dimulai dari perbaikan produktivitas
karyawan. Oleh karena itu, pemahaman tentang perilaku organisasi menjadi sangat
penting dalam rangka meningkatkan kinerjanya.
Perilaku merupakan hal yang sangat menarik untuk dipelajari baik perilaku individu
ataupun perilaku kelompok, mungkin kedengarannya asing untuk mempelajari perilaku
itu sendiri, namun hal ini sangat penting karena dengan mengetahui arti dari perilaku kita
dapat mengetahui apa yang diinginkan oleh individu tersebut, hal ini bertujuan agar apa
yang kita harapkan dapat tercapai dengan kerjasama setiap individu dengan
keanekaragaman perilakunya. Selain itu perilaku dalam sebuah organisasi sangat
mempengaruhi jalannya suatu organisasi tersebut.
Karyawan sebagai individu ketika memasuki perusahaan akan membawa
kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan-pengharapan, kebutuhan dan pengalaman
masa lalunya sebagai karakteristik individualnya. Oleh sebab itu ada karyawan yang
terlampau aktif, maupun yang terlampau pasif. Hal ini dapat dimengerti karena karyawan
baru biasanya masih membawa sifat-sifat karakteristik individualnya.
Selanjutnya karakteristik individu ini akan berinteraksi dengan tatanan organisasi
seperti: peraturan dan hirarki, tugas-tugas, wewenang dan tanggung jawab, sistem
kompensasi dan sistem pengendalian. Hasil interaksi tersebut akan membentuk perilaku-
perilaku tertentu individu dalam organisasi. Oleh karena itu penting bagi manajer untuk
mengenalkan aturan-aturan perusahaan kepada karyawan baru. Misalnya dengan
memberikan masa orientasi. (Thoha, 2010)
Kelompok merupakan bagian dari kehidupan manusia. Tiap hari manusia akan terlibat
dalam aktivitas kelompok. Demikian pula kelompok merupakan bagian dari kehidupan
organisasi. Hampir pada umumnya manusia yang menjadi anggota dari suatu organisasi
besar atau kecil adalah sangat kuat kecenderungannya untuk mencari keakraban dalam

Page 3 of 27
kelompok-kelompok tertentu. Dimulai dari adanya kesamaan tugas pekerjaan yang
dilakukan, kedekatan tempat kerja, seringnya berjumpa, dan barang kali adanya kesamaan
kesenangan bersama, maka timbullah kedekatan satu sama lain. Mulailah mereka
berkelompok dalam organisasi tertentu. Untuk kelanjutan materi nya akan kami bahas
dengan rumusan masalah sebagai berikut.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan judul yang telah tercantum, permasalahan yang dihadapi yakni bagaimana
menjelaskan konsep individu dan kelompok dalm suatu organisasi, karena yang kita tahu
bahwa kinerja organisasi sangat tergantung pada kinerja individu yang ada di dalamnya.

1.3. Pertnnyaan Penelitian


1. Bagaimana penjelasan mengenai definisi individu, kelompok dan organisasi menurut
para ahli?
2. Bagaimana penjelasan mengenai perilaku individu dalam organisasi?
3. Bagaimana penjelasan mengenai pendekatan untuk memahami perilaku individu?
4. Bagaimana penjelasan mengenai konsep perilaku individu dalam organisasi?
5. Bagaimana penjelasan mengenai teori pembentukan kelompok dan tim dalam
organisasi?
6. Bagaimana penjelasan mengenai teori pembentukan kelompok dan pandangan
kelompok?
7. Bagaimana penjelasan mengenai ciri dan bentuk kelompok?
8. Bagaimana penjelasan mengenai perbedaan kelompok dan tim dalam konteks
pekerjaan?
9. Bagaimana penjelasan mengenai jenis-jenis tim?

1.4.Tujuan Masalah
Sesuai dengan permasalahan diatas, tujuan yang dicapai dalam makalah ini sebagai
berikut:
1. Mengetahui dan memahami tentang definisi individu, kelompok dan organisasi
menurut para ahli
2. Mengetahui dan memahami tentang perilaku individu dalam organisasi
3. Mengetahui dan memahami tentang pendekatan untuk memahami perilaku individu
4. Mengetahui dan memahami tentang konsep perilaku individu dalam organisasi

Page 4 of 27
5. Mengetahui dan memahami tentang teori pembentukan kelompok dan tim dalam
organisasi
6. Mengetahui dan memahami tentang teori pembentukan kelompok dan pandangan
kelompok
7. Mengetahui dan memahami tentang ciri dan bentuk kelompok
8. Mengetahui dan memahami tentang perbedaan kelompok dan tim dalam konteks
pekerjaan
9. Mengetahui dan memahami tentang jenis-jenis tim?
1.5.Manfaat Makalah
Kegunaan atau manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Kegunaan Praktis
Bagi para pembaca, penulisan makalah ini diharapkan menjadi masukan yang
berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan kita serta menambah keimanan
kita.
2. Kegunaan Teoritis
Bagi perguruan tinggi, penulisan makalah ini diharapkan dapat menjadi dokumen
akademik yang berguna untuk dijadikan bahan bacaan yang bermanfaat khususnya
dalam mata kuliah perilaku organisasi dengan materi perilaku kelompok dalam
organisasi.

1.6.Metode Penulisan
Adapun metode yang saya gunakan dalam pembuatan makalah ini yaitu dengan
1. Metode kepustakaan (Library Research).

Page 5 of 27
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Individu Menurut Para Ahli


Berikut adalah definisi individu menurut para ahli :
1. Menurut Viniagustia
Individu merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyataan suatu
kesatuan yang paling kecil dan terbatas.
2. Menurut Marthen Luter
Individu berasal dari kata individum (Latin), yaitu satuan kecil yang tidak dapat
dibagi lagi. Individu menurut konsep Sosiologis berarti manusia yang hidup berdiri
sendiri. Individu sebagai mahkluk ciptaan tuhan di dalam dirinya selalu dilengkapi
oleh kelengkapan hidup yang meliputi raga, rasa, rasio, dan rukun.
a. Raga, merupakan bentuk jasad manusia yang khas yang dapat membedakan antara
individu yang satu dengan yang lain, sekalipun dengan hakikat yang sama.
b. Rasa, merupakan perasaan manusia yang dapat menangkap objek gerakan dari
benda-benda isi alam semesta atau perasaan yang menyangkut dengan keindahan
c. Rasio atau akal pikiran, merupakan kelengkapan manusia untuk mengembangkan
diri, mengatasi segala sesuatu yang diperlukan dalam diri tiap manusia dan
merupakan alat untuk mencerna apa yang diterima oleh panca indera.
d. Rukun atau pergaulan hidup, merupakan bentuk sosialisasi dengan manusia dan
hidup berdampingan satu sama lain secara harmonis, damai dan saling
melengkapi. Rukun inilah yang dapat membantu manusia untuk membentuk suatu
kelompok sosial yang sering disebut masyarakat. (Sujatmiko, 2014)

2.2 Definisi Kelompok Menurut Para Ahli


Kelompok didefinisikan sebagai dua individu atau lebih yang berinteraksi dan saling
bargantung untuk mencapai tujuan tertentu. Besarnya anggota kelompok akan
mempengaruhi interaksi dan keputusan yang dibuat. Berikut ini definisi kelompok dikutip
dari beberapa pakar.
1. W.H.Y. Sprott
Kelompok adalah beberapa orang yang bergaul satu sama lain.

Page 6 of 27
2. H. Smith
Kelompok adalah suatu unit yang terdapat beberapa individu yang mempunyai
kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara dari atas dasar kesatuan
persepsi.

Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kelompok adalah suatu unit yang terdiri
atas sekelompok atau sekumpulan dua orang atau lebih yang satu sama lain berinteraksi
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara bersama-sama dalam satu wadah
tertentu. (Umam, 2010)

2.3 Definisi Organisasi Menurut Para Ahli


Terdapat beberapa teori dan perspektif mengenai organisasi, ada yang cocok sama
satu sama lain, dan ada pula yang berbeda. Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai
tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan
sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan
sumber daya (uang, material, mesin, metode, lingkungan), sarana-parasarana, data, dan
lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan
organisasi.
Menurut para ahli terdapat beberapa pengertian organisasi sebagai berikut (Sujatmiko,
2014).:

1. Stoner mengatakan bahwa organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang


melalui mana orang-orang di bawah pengarahan atasan mengejar tujuan bersama.
2. James D. Mooney mengemukakan bahwa organisasi adalah bentuk setiap perserikatan
manusia untuk mencapai tujuan bersama.
3. Chester I. Bernard berpendapat bahwa organisasi adalah merupakan suatu sistem
aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.
4. Stephen P. Robbins menyatakan bahwa Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial
yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat
diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai
suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.
5. Prof Dr. Sondang P. Siagian, mendefinisikan organisasi ialah setiap bentuk
persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama serta secara formal
terikat dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan yang

Page 7 of 27
mana terdapat seseorang atau beberapa orang yang disebut atasan dan seorang atau
sekelompok orang yang disebut dengan bawahan.
6. Drs. Malayu S.P Hasibuan mengatakanorganisasi ialah suatu sistem perserikatan
formal, berstruktur dan terkoordinasi dari sekelompok yang bekerja sama dalam
mencapai tujuan tertentu. Organisasi hanya merupakan alat dan wadah saja.
7. Prof. Dr. Mr Pradjudi Armosudiro mengatakanorganisasi adalah struktur pembagian
kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi
yang bekerjasama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu.
8. James D Mooney berpendapat bahwa Organization is the form of every human,
association for the assignment of common purpose atau organisasi adalah setiap
bentuk kerjasama untuk pencapaian suatu tujuan bersama.
9. Chester L Bernard (1938) mengatakan bahwa Organisasi adalah system kerjasama
antara dua orang atau lebih ( Define organization as a system of cooperative of two or
more persons) yang sama-sama memiliki visi dan misi yang sama.
10. Paul Preston dan Thomas Zimmerer mengatakan bahwa Organisasi adalah
sekumpulan orang-orang yang disusun dalam kelompok-kelompok, yang bekerjasama
untuk mencapai tujuan bersama. (Organization is a collection people, arranged into
groups, working together to achieve some common objectives).

Sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti
penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi
sekelompok orang tersebut terhadap masyarakat. Organisasi yang dianggap baik adalah
organisasi yang dapat diakui keberadaannya oleh masyarakat disekitarnya, karena
memberikan kontribusi seperti; pengambilan sumber daya manusia dalam masyarakat
sebagai anggota-anggotanya sehingga menekan angka pengangguran.

Orang-orang yang ada di dalam suatu organisasi mempunyai suatu keterkaitan yang
terus menerus. Rasa keterkaitan ini, bukan berarti keanggotaan seumur hidup. Akan tetapi
sebaliknya, organisasi menghadapi perubahan yang konstan di dalam keanggotaan
mereka, meskipun pada saat mereka menjadi anggota, orang-orang dalam organisasi
berpartisipasi secara relatif teratur. (Sujatmiko, 2014)

Page 8 of 27
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Perilaku Individu Dalam Organisasi


Perilaku Keorganisasian merupakan bidang studi yang mempelajari tentang interaksi
manusia dalam organisasi, meliputi studi secara sistimatis tentang prilaku, struktur dan
proses dalam Organisasi. Sedangkan Perilaku individu adalah sebagai suatu fungsi dari
interaksi antara individu dengan lingkungannya. Individu membawa tatanan dalam
organisasi berupa kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan, kebutuhan, dan
pengalaman masa lainnya.
Perilaku individu juga dapat disebut sebagai perilaku atau interaksi yang dilakukan
oleh manusia atau individu di lingkungannya, perilaku setiap individu sangatlah berbeda
dan hal ini dipengaruhi oleh lingkungan dimana individu tersebuut tinggal, perilaku yang
berbeda mengakibatkan berbedanya kebutuhan setiap individu, untuk itu perlunya suatu
organisasi agar kebutuhan yang berbeda tersebut dapat terpenuhi dengan bekerja sama
antar individu. Perilaku individu akan membentuk pada perilaku organisasi.
Organisasi diciptakan oleh manusia untuk mencapai suatu tujuan, dan pada saat yang
sama manusia juga membutukan Organisasi untuk mengembangkan dirinya. Oleh sebab
itu antara organisasi dengan manusia memiliki hubungankan yang saling membutuhkan
dan menguntungkan. Berikut faktor- faktor yang mempengaruhi produktivitas yaitu:
1. Kemampuan, adalah kecakapan yang dimiliki berdasarkan pengetahuan, lingkungan
kerja yang menyenangkan akan menambah kemampuan tenaga kerja.
2. Sikap, sesuatu yang menyangkut perangai tenaga kerja yang banyak dihubungkan
dengan moral dan semangat kerja.
3. Situasi dan keadaan lingkungan, faktor ini menyangkut fasilitas dan keadaan dimana
semua karyawan dapat bekerja dengan tenang serta sistim kompensasi yang ada.
4. Motivasi, setiap tenaga kerja perlu diberikan motivasi dalam usaha meningkatkan
produktivitas.
5. Upah, upah atau gaji minimum yang tidak sesuai dengan peraturan pemerintah dapat
menyebabkan penurunan produktivitas kerja.
6. Tingkat pendidikan, latar belakang pendidikan dan latihan dari tenaga kerja akan
mempengaruhi produktivitas, karenanya perlu diadakan peningkatan pendidikan dan
latihan bagi tenaga kerja.

Page 9 of 27
7. Perjanjian kerja, merupakan alat yang menjamin hak dan kewajiban karyawan.
Sebaiknya ada unsur-unsur peningkatan produktivitas kerja.
8. Penerapan teknologi, kemajuan teknologi sangat mempengaruhi produktivitas, karena
itu penerapan teknologi harus berorientasi mempertahankan produktivitas.
3.1.1. Pendekatan Untuk Memahami Perilaku Individu
Perilaku manusia adalah sebagai suatu fungsi dari interaksi antara person atau individu
dengan lingkungannya. Sebagai gambaran dari pemahaman ungkapan ini, misalnya:
seorang tukang parker Yang melayani memperkir mobil, seorang tukang pos yang
mengantarkan surat-surat ke alamat, seorang mekanik yang bekerja dalam bengkel, dan
seorang manajer dikantor yang membuat keputusan.
Ada sebuah formula yaitu :
P = F(I,L)
Keterangan :
P adalah perilaku
F adalah fungsi
I adalah individu
L adalah lingkungan

Ungkapan tersebut dapat dibaca sebagai berikut : Perilaku adalah suatu fungsi dari
interaksi antara seseorang individu dengan lingkungannya.

Karakteristik Individu
Kemampuan
Kebutuhan
Kepercayaan
Pengalaman
Penghargaan dan lainnya

PERILAKU INDIVIDU
DALAM ORGANISASI
Karakteristik Organisasi
Hierarki
Tugas-tugas
Wewenang
Tanggung Jawab
Sistem Reward
Sistem Kontrol

Bagan 3.1.1 Model umum perilaku dalam organisasi


David A. Nadler; J. Richard Hackman; Edward E. Lawler III Managing Organizational
Behavior, Boston, Toronto, Little Brown and Company, 1979, hlm 27-28.

Page 10 of 27
Salah satu cara untuk memahami sifat-sifat manusia ini ialah dengan menganalisisnya
kembali prinsip-prinsip dasar yang dapat dikemukakan sebagai berikut :

1. Manusia berbeda perilakunya, karenan kemampuannya tidak sama


2. Manusia mempunyai kebutuhan yang sama
3. Orang berfikir tentang masa depan, dan membuat pilihan tentang bagaimana
bertindak
4. Seseorang memahami lingkungannya dalam hubungannya dengan pengalaman masa
lalu dan kebutuhannya
5. Seseorang itu mempunyai reaksi-reaksi senang atau tidak senang (affective)
6. Banyak Faktor yang menentukan sikap dan perilaku seseorang

Untuk memahami perilaku individu dapat menggunakan pendekatan yang dikelompokan


menjadi tiga pendekatan, yaitu:

1. Pendekatan kognitif adalah bahwa suatu perilaku oleh suatu rangsangan, dimana
perilaku individu terjadi atau timbul dikarenakan adanya rangsangan sehingga
timbulah respon atas rangsangan tersebut, contohnya jika kita bertemu dengan
teman dan kemudian dia bersikap baik terhadap kita tentu saja kitapun akan
bersikap baik pula.
2. Pendekatan penguatan adalah bahwa suatu perilaku dipengaruhi oleh gerakan
reflex yang digerakan oleh system syaraf motorik yang ada di otak kita, contohnya
jika tangan kita terkena api maka secara otomatis kita menjauhkan atau menarik
tangan dari api tersebut.
3. Pendekatan psikoanalitis adalah bahwa perilaku dipengaruhi oleh kepribadiannya,
sedangkan individu yang memiliki pribadi yang baik adalah individu yang telah
matang yaitu orang yang dapat membedakan mana yang baik dan tidak baik bagi
dirinya dan lingkungannya, orang yang tidak semata-mata mementikngkan
kepentingan pribadinya saja melainkan mementingkan kepentingan lingkungannya.

3.1.2.Konsep Perilaku Individu Dalam Organisasi


Berikut beberapa konsep perilaku individu :
1. Konsep Persepsi
Persepsi (perception) diartikan sebagai cara individu menganalisis dan
mengartikan pengamatan indrawi mereka dengan tujuan untuk memberikan makna
terhadap lingkungan sekitar mereka. Seorang individu akan memandang segala

Page 11 of 27
sesuatu dengan persepsi mereka sendiri yang mungkin saja berbeda dengan
persepsi orang lain.
Ada beberapa faktor yang dianggap mempengaruhi pembentukan persepsi
seseorang, yaitu :
a. Faktor Penerima Persepsi (receiver), berupa sikap individu, kesukaan, motif
individu, pengalaman, dan penghargaan.
b.Faktor Target yang dipersepsikan, berupa suara, ukuran, gerakan, latar belakang,
dan kesamaan.
c. Faktor Situasi, berupa waktu, tempat, dan kondisi social ketika proses
penganalisaan terjadi.
Salah satu teori yang mencoba menjelaskan mengapa persepsi manusia berbeda-
beda terhadap suatu hal adalah teori atribusi (attribution theory). Teori ini
menjelaskan ketika seorang individu mengamati sebuah perilaku, mereka mencoba
menentukan apakah perilaku tersebut disebabkan oleh internal diri si individu
ataukah disebabkan oleh factor eksternal. Dari sinilah kemudian seseorang
mendasarkan penilaian terhadap perilaku individu.
2. Konsep Nilai
Nilai adalah keyakinan dasar akan segala sesuatu yang dianggap baik dan benar.
Robbins dan Judge (2009) membagi nilai menjadi dua, yaitu nilai instrumental dan
nilai terminal. Nilai instrumental adalah nilai-nilai yang dianut dalam berperilaku
untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sementara nilai terminal adalah nilai-nilai
dari suatu tujuan yang dianggap baik dan ingin dicapai. Contoh nyatanya misalkan
: saya ingin menjadi pintar (nilai terminal), oleh karena itu saya harus rajin belajar
(nilai instrumental).
3. Konsep Sikap (Attitude)
Sikap atau attitude diartikan sebagai pernyataan evaluasi atau penilaian terhadap
suatu objek, orang atau peristiwa. Sikap berbeda dari perilaku. Sikap masih berupa
penilaian abstrak. Penilaian tersebut menjadi kongkrit dalam perilaku. Misal kita
mempunyai sikap bahwa korupsi itu tidak baik, penilaian kita tersebut menjadi
nyata ketika kita mewujudkan sikap tersebut ke dalam perilaku tidak melakukan
korupsi. Robbins dan Judge (2009) mengungkapkan ada tiga komponen yang
membangun sikap, yaitu (Toha, 2010) :
a. Komponen Kognitif, komponen ini merupakan komponen inti dari sikap yang
berupa penjelasan atau kepercayaan tentang suatu hal.

Page 12 of 27
b. Komponen Afektif, merupakan komponen sikap yang bersifat emosional atau
bagaimana seseorang merasakan sesuatu hal. Seperti apakah ia merasa senang
atau tidak.
c. Komponen Perilaku, yaitu intense untuk berperilaku tertentu terhadap
seseorang atau suatu hal yang didasarkan pada keyakinan dan perasaan yang
dimiliki individu terhadap seseorang atau suatu hal tersebut.
Tiga komponen sikap tersebut memberikan pemahaman bahwa sikap individu
dibentuk oleh kognisi dalam menggunakan rasio yang dikombinasikan dengan
kekuatan emosi yang akan mendorong seseorang individu untuk menunjukkan
perilaku tertentu.
4. Konsep Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja diartikan sebagai sikap individu terhadap pekerjaannya. Seseorang
yang memiliki kepuasan kerja tinggi akan memiliki sikap yang positif terhadap
pekerjaannya. Begitu pula sebaliknya, orang yang tidak puas akan memiliki sikap
yang negative terhadap pekerjaannya. Kepuasan kerja seseorang dapat diukur
dengan menggunakan pendekatan summation score. Pendekatan ini mencoba
mengukur kepuasan kerja seseorang dilihat dari enam elemen kunci pekerjaan,
yaitu pekerjaan saat ini, atasan, teman sekerja, gaji yang diperoleh, kesempatan
promosi dan pekerjaan secara umum. Individu diminta merespon keenam hal
tersebut apakah ia merasa puas ataukah tidak. Respon-respon tersebut kemudian
dijumlahkan untuk mengetahui tingkat kepuasan kerja secara keseluruhan.
Kepuasan kerja memiliki pengaruh dan dampak-dampak terhadap tingkat
produktivitas, tingkat absensi dan tingkat turnover.
5. Konsep Stress
Stress adalah suatu perasaan tertekan yang dialami seseorang karena adanya
Ketidakpastian atau Opportunity. Hal ini akan disertai dengan suatu kegagalan
(frustrasi) atau keberhasilan (sukses). Pengaruh Stress :
a. Kontruktif adalah stress yang memberikan dampak positif atau yang bersifat
membangun seperti kemampuan adaptasi, tingkat performance yang tinggi.
b. Destruktif adalah stress yang memberikan dampak negatif atau merusak jika
tidak adanya daya tahan mental individu terhadap beban yang dirasakan.
Sumber Stres Ditempat Kerja :
a. Kondisi dan situasi pekerjaan
b. Pekerjaannya (faktor yang berkaitan dengan tugas)

Page 13 of 27
c. Job requirement seperti status pekerjaan dan karir yang tidak jelas
d. Hubungan interpersonal

3.2 Teori Pembentukan Kelompok dan Tim dalam Organisasi


3.2.1 Teori Pembentukan Kelompok dan Pandangan Kelompok Dalam Organisasi
Teori pembentukan kelompok yang lebih komprehensif adalah suatu teori yang
berasal dari George Homans. Teorinya berdasarkan pada aktifitas-aktifitas, interaksi-
interaksi dan sentimen-sentimen (perasaan atau emosi). Tiga elemen ini satu sama lain
berhubungan secara langsung dan dapat dijelaskan sebagai berikut (Toha, 2007) :
1. Semakin banyak aktifitas-aktifitas seseorang dilakukan dengan orang lain (Shared),
semakin beraneka interaksi-interaksinya dan juga semakin kuat tumbuhnya sentimen-
sentimen mereka.
2. Semakin banyaknya interaksi-interaksi di antara orang-orang, maka semakin banyak
kemungkinan aktifitas-aktifitas dan sentiment yang ditularkan (shared) pada orang
lain.
3. Semakin banyak aktifitas dan sentimen yang ditularkan pada orang lain dan semakin
banyak sentimen seseorang dipahami oleh orang lain, maka semakin bnayak
kemungkinan ditularkannya aktifitas dan interaksi-interaksi.
Banyak teori lain yang berusaha untuk menjelaskan tentang pembentukan kelompok.
Pada umumnya teori-teori tersebut saling melengkapi, karena teori yang satu
menerangkan dari sisi yang berbeda dari teori yang lain sehingga perbedaan sisi tadi
membuat teori-teori pembentukan kelompok tersebut saling melengkapi.
Salah satu teori yang agak menyeluruh (comprehensive) penjelasannya tentang
pembentukan kelompok ialah teori keseimbangan (a balance theory of group formation),
yang dikembangkan oleh Theodore Newcomb. Teori ini menyatakan bahwa seseorang
tertarik kepada yang lain adalah didasarkan atas kesamaan sikap di dalam menanggapi
suatu tujuan yang relevan satu sama lain. (Toha, 2007)
Teori lain yang sekarang ini sedang mendapat perhatian betapa pentingnya di dalam
memahami terbentuknya kelompok, ialah Teori Pertukaran (exchange theory). Teori ini
ada kesamaan fungsinya dengan teori motivasi dalam bekerja.
Dari pemahaman beberapa teori pembentukan kelompok seperti yang diuraikan di
atas, dapat kemudian diidentifikasikan karakteristik dari suatu kelompok itu. Menurut
Reitz, karakteristik yang menonjol dari suatu kelompok itu, antara lain (Toha, 2007) :
1. Adanya dua orang atau lebih;

Page 14 of 27
2. Yang berinteraksi satu sama lainnya;
3. Yang saling membagi beberapa tujuan yang sama;
4. Dan melihat dirinya sebagai suatu kelompok.
Berikut pandangan kelompok dalam organisasi menurut para ahli sosiologi yang
melihat kelompok terutama dari karakteristik keorganisasian. Salah satu definisi
semacam itu adalah berikut ini:
Kelompok adalah suatu sistem yang terorganisasi yang terdiri dari dua orang atau lebih
yang saling berhubungan sedemikian rupa sehingga sistem tersebut melakukan fungsi
tertentu, mempunyai serangkaian peran hubungan antara para anggotanya dan
mempunyai serangkaian norma yang mengatur fungsi kelompok dari tiap-tiap
anggotanya. Definisi ini menekankan beberapa ciri penting dari kelompok, seperti peran
dan norma. (Manahan, 2004)
Berikut adalah alasan mengapa orang bergabung ke dalam kelompok :

Gambar 3.2.1 Alasan mengapa orang bergabung ke dalam kelompok (Robbins, 2003)

3.2.2 Ciri dan Bentuk Kelompok


Untuk memahami perilaku kelompok, kita perlu mengetahui ciri-ciri umum
kelompok, mulai dari urutan berikut ini.
1. Struktur
Dalam setiap kelompok berkembang beberapa tipe struktur; para anggota kelompok
dibedakan atas dasar faktor-faktor seperti keahlian, kekuasaan, status dan sifat agresif.

Page 15 of 27
Tiap anggota menduduki posisi tertentu dalam kelompok. Pola hubungan antara posisi
ini merupakan struktur kelompok.
2. Hirarki Status
Istilah status sangat mirip dengan posisi, sehingga kedua istilah itu sering digunakan
dalam arti yang merupakan konsekuensi dari karakteristik tertentu yang membedakan
posisi yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan status memiliki pengaruh yang
sangat besar atas pola dan isi komunikasi yang cenderung lebih bersifat positif
daripada yang diprakarsai oleh orang-orang yang berstatus tinggi terhadap orang-
orang yang berstatus lebih rendah.
3. Peran
Setiap posisi dalam kelompok mempunyai peran yang saling berhubungan, yang
terdiri dari perilaku yang diharapkan dari mereka yang menduduki posisi tersebut.
Perilaku yang diharapkan umumnya sudah disetujui tidak hanya oleh mereka yang
menduduki posisi tersebut, tetapi juga oleh anggota lain dalam kelompok itu.
4. Norma atau Peraturan
Norma adalah standar yang diterima oleh anggota kelompok yang mempunyai
karakteristik tertentu atau suatu peraturan yang tidak tertulis. Pertama, norma hanya
dibentuk sehubungan dengan hal-hal yang penting bagi kelompok. Jika dapat
membantu anggota lain dalam kelompok untuk menyelesaikan suatu tugas merupakan
hal yang paling penting, maka akan berkembanglah suatu norma. Kedua, norma
diterima dalam berbagai macam tingkat oleh para anggota kelompok, ada beberapa
norma diterima oleh para anggota secara lengkap, sedangkan norma lain hanya
diterima sebagian. Dapat dikatakan bahwa norma merupakan kesepakatan yang
menjadi aturan yang tidak tertulis, tetapi tersirat dan dipahami sesama anggota
kelompok.
5. Kepemimpinan
Peran kepemimpinan dalam kelompok merupakan suatu karakteristik penting dalam
kelompok. Dalam kelompok formal, pemimpin dapat menjalankan kekuasaannya
secara resmi. Dalam kelompok informal pemimpin dianggap sebagai orang yang
berwibawa dan dihormati karena dianggap dapat membantu kelompok mencapai
tujuannya, sebagai fasilitator yang dapat menyelesaikan konflik di antara kelompok
dan anggotanya. Pemimpin informal seringkali dapat berganti-ganti karena situasi
yang berbeda-beda, juga karena alasan kaderisasi (senority menghargai juniority),
sehingga kesinambungan kepemimpinan dapat berjalan terus.

Page 16 of 27
6. Kesatupaduan
Kesatupaduan dipandang sebagai suatu kekuatan yang memaksa para anggota untuk
tetap berada dalam satu kelompok. Dengan kekuatan yang terpadu dari masing-
masing anggota kelompok akan merupakan efek berganda dari potensi yang ada
(multiplier effect).
7. Kesatupaduan dan Hasil Karya
Konsep ini merupakan konsep yang penting memahami kelompok dan organisasi.
Karena dapat menciptakan pengaruh yang positif atau negatif, tergantung sampai
seberapa jauh kesamaan tujuan kelompok dan organisasi formal. Hubungan dari
kesatupaduan kelompok dengan tujuan organisasi dan dapat dilihat pada gambar
berikut ini (Manahan, 2004) :
Kesesuaian dengan Tujuan Organisasi

Rendah Tinggi

Berorientasi pada hasil Hasil karya berorientasi pada


Tingkat karya yang menyimpang pencapaian tujuan organisasi
Rendah
Kesatupaduan dari tujuan organisasi formal.
Kelompok formal.

Hasil karya mungkin akan Berorientasi pada hasil karya

Tinggi menyimpang dari tujuan ke arah pencapaian tujuan

organisasi formal. organisasi formal.

Tabel 3.2.2 Hubungan antara Kesatupaduan Kelompok dengan Tujuan Organisasi


(Manahan, 2004)

Kesatupaduan kelompok dengan tujuan organisasi dapat dilihat dari beberapa


alternative :

1. Apabila tingkat kesatupaduan rendah dan tujuan organisasi rendah, maka hasil karya
yang diperoleh organisasi akan rendah dan sangat menyimpang dari tujuan resmi
organisasi. Keadaan ini bisa terjadi karena tidak adanya koordinasi yang baik di
antara anggota kelompok, atau akibat tidak jelasnya tujuan organisasi dijabarkan
kepada kelompok dan anggotanya.
2. Tingkat kesatupaduan rendah dan kesesuaian dengan tujuan organisasi tinggi,
menggambarkan kurangnya koordinasi antaranggota kelompok sebagai akibat

Page 17 of 27
perbedaan keterampilan dan kemampuan di antara anggota kelompok, walaupun
kesesuaian dengan tujuan organisasi tinggi. Keadaan ini akan menciptakan
kelompok hanya berusaha memenuhi hasil karya yang sesuai dengan tujuan
organisasi formal saja.
3. Apabila tingkat kesatupaduan tinggi, tetapi kesesuaian dengan tujuan organisasi
rendah, artinya kelompok dapat menciptakan koordinasi antaranggotanya secara
baik, tetapi kesesuaian dengan tujuan organisasi tidak ada. Keadaan ini bisa terjadi
apabila organisasi harus memperhatikan keadaan secara menyeluruh sumber daya
dan kepentingan secara merata antarkelompok yang ada, walaupun hasil karya akan
menyimpang dari tujuan organisasi formal. (Manahan, 2004)

Terdapat banyak bentuk-bentuk kelompok. Teori-teori yang mencoba melihat asal


mula terbentuknya kelompok seperti yang diuraikan diatas menyatakan betapa
banyaknya pola bentuk kelompok tersebut. Sosiolog dan psikolog yang mempelajari
prilaku sosial dari orang-orang didalam organisasi mengidentifikasikan beberapa
perbedaan dari tipe suatu kelompok. Dari perbedaan dan banyaknya bentuk kelompok
tersebut, dapat kiranya berikut ini dikemukakan beberapa dari antaranya (Thoha,
2007:85).

1. Kelompok Primer (Primary Group)


Seringkali istilah kelompok kecil (small group) dan kelompok primer (primary
group) dipakai silih berganti. Secara teknis ada bedanya. Suatu kelompok kecil
dijumpai hanya untuk 50 dihubungkan dengan suatu kriteria ukuran jumlah anggota
kelompoknya, yakni kecil. Dan pada umumnya tidak diikuti dengan spesifikasi berupa
jumlah yang tepat untuk kelompok kecil tarsebut.Tetapi kriteria yang dapat diterima
ialah bahwa kelompok tersebut haruslah sekecil mungkin untuk berhubungan dan
berkomunikasi secara tatap muka. Suatu kelompok kelompok primer haruslah
mempunyai suatu perasaan keakraban, kebersamaan, loyalitas, dan mempunyai
tanggapan yang sama atas nilai dari para anggotanya. Dengan demikian, semua
kelompok primer adalah kelompok yang kecil ukurannya, tetapi tidak semua
kelompok kecil adalah primer.
2. Kelompok Formal
Kelompok formal adalah suatu kelompok yang sengaja dibentuk untuk
melaksanakan suatu tugas tertentu. Anggota anggotanya biasanya diangkat oleh
organisasi. Tetapi itu tidak harus sedemikian pada setiap kasus. Sejumlah orang yang

Page 18 of 27
ditetapkan untuk melaksanakan suatu tugas tertentu merupakan bentuk dari kelompok
formal ini.
3. Kelompok Informal
Adapun kelompok informal adalah suatu kelompok yang tumbuh dari proses
interaksi, daya tarik, dan kebutuhan-kebutuhan seseorang. Anggota kelompok tidak
diatur dan diangkat, keanggotaan ditentukan oleh daya tarik bersama dari individu dan
kelompok. Kelompok informal ini sering timbul berkembang dalam kelompok formal,
karena adanya beberapa anggota yang secara tertentu mempunyai nilai-nilai yang
sama yang perlu ditularkan sesama anggota lainnya. Kadangkala kelompok informal
berkembang atau keluar dari organisasi formal. (Tahir, 2014)
Fungsi Kelompok Informal menurut Robbins, kelompok informal punya
beberapa fungsi berikut (Robbins, 2003) :
1. Pelestarian budaya kelompok informal. Budaya dalam konteks ini berarti
seperangkat nilai, norma, dan keyakinan yang menciptakan pedoman penerimaan
dan perilaku kelompok. Seseorang hanya bisa menjadi anggota suatu kelompok
infomal hanya jika mau menerima budaya ini. Jika tidak mau menerima budaya,
maka seseorang akan dianggap orang luar atau diisolasi.
2. Pemeliharaan sistem komunikasi. Kelompok menginginkan seluruh informasi yang
berdampak pada kesejahteraan mereka, baik positif ataupun negatif. Jika kelompok
menentang suatu kebijakan atau motif di belakang suatu tindakan manajemen,
maka mereka akan mencari gantungan lewat saluran komunikasi formal dan
menyebarkan informasi tersebut ke tiap-tiap anggota organisasi.
3. Pelaksanaan kontrol sosial. Konformitas atas suatu budaya kelompok informal
dikuatkan melalui pemberlakkuan teknik-teknik kendali sosial dari yang bersifat
halus seperti teguran atau isolasi sementara ataupun yang konyol seperti penjegalan
ataupun tindak kekerasan.
4. Profesi minat dan kesenangan di dalam kehidupan kerja. Banyak pekerjaan sifatnya
monoton sehingga gagal meraih atensi dari para pekerja. Pekerjaan juga dianggap
sedikit menawarkan prospek masa depan yang baik. Atas kondisi ini, para pekerja
mencoba melakukan kompensasi lewat hubungan interpersonal yang disediakan
oleh kelompok dan di dalam aktivitas tersebut, waktu luang digunakan untuk
gosip, canda, dugem dan bahkan hal yang negatif seperti berjudi,
mencari keributan atau mabuk-mabukan.

Page 19 of 27
3.2.3 Perbedaan Kelompok dan Tim dalam Konteks Pekerjaan
Stephen P. Robbins melakukan pembedaan antara Kelompok Kerja dengan Tim Kerja
berdasarkan 4 variabel yaitu: Sasaran, Sinergi, Akuntabilitas, dan Keahlian.
Perbedaannya dapat dilihat dalam skema-skema berikut (Robbins, 2003) :

Gambar 3.2.3 Beda Kelompok Kerja vs. Tim Kerja versi Robbins

3.2.4 Jenis-jenis Tim


Tim dapat diklasifikasikan berdasar tujuannya. Terdapat 4 bentuk umum dari tim
yang biasa kita temukan sehari-hari yaitu : Tim Problem-Solving, Tim Self-Managed
Work, Tim Cross-Functional, dan Tim Virtual. (Robbins, 2003)
1. Tim Problem Solving

Gambar 3.2.4.1 Tim Problem Solving versi Robbins

Page 20 of 27
Kata tim mulai populer sejak 1980-an. Bentuk tim awalnya serupa satu sama lain.
Mereka umumnya terdiri atas 4 hingga 12 pekerja yang dibayar per jam dari
departemen yang sama yang saling bertemu sekian jam setiap minggu untuk
membahas peningkatan kualitas, efisiensi, dan lingkungan kerja. Tim seperti ini
disebut Tim Problem-Solving.
Dalam tim jenis ini, para anggota saling berbagi gagasan dan menawarkan saran
seputar proses dan metode kerja seperti apa yang perlu dilakukan agar produktivitas
dapat ditingkatkan. Jarangkali tim-tim ini diberikan otoritas untuk secara unilateral
(sendirinya) menerapkan saran mereka ke dalam tindakan. Satu hal yang dikenal
sebagai bentuk Tim Problem-Solving adalah Lingkaran Kualitas. Ini merupakan tim
kerja terdiri atas gabungan 8 hingga 10 pekerja dan supervisor yang saling berbagi
gagasan wilayah kewenangan dan bertemu secara teratur guna mendiskusikan
masalah kualitas pekerjaan mereka, menyelidiki sebab-sebab masalah, dan
merekomendasikan penyelesaian.
2. Tim Self-Managed Work

Gambar 3.2.4.2 Tim Self-Managed Work versi Robbins


Tim Work Self-Managed umumnya terdiri atas 10 hingga 15 orang yang
mengambil alih tanggung jawab dari para supervisor. Tanggung jawab ini termasuk
kendali menyeluruh atas kecelakaan kerja, penentuan penilaian pekerjaan, pemecahan
masalah organisasi, dan pilihan prosedur-prosedur pemeriksaan yang dilakukan secara
kolektif. Tim ini bahkan memilih sendiri anggotanya. Robbins mencontohkan Xerox,
General Motors, Coors Brewing, PepsiCO, Hewlett-Packard, Honeywell,
M&M/Mars, dan Aetna Life sebagai contoh sejumlah nama perusahaan populer yang
telah mengimplementasikan konsep tim self-managed work. Perkiraan menyebut

Page 21 of 27
sekitar 30% pekerja Amerika Serikat menggunakan bentuk tim, dan diantara firma-
firma besar, jumlah tersebut mendekati angka 50%.

3. Tim Cross-Functional

Gambar 3.2.4.3 Tim Cross-Functional versi Robbins

Menurut Robbins, Custom Research, Inc, firma riset pemasaran di Minneapolis,


Amerika Serikat secara historis telah mengorganisir departemen-departemen yang
bersifat fungsional, tetapi manajemen senior menyimpulkan bahwa departemen-
departemen tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan yang berubah-ubah dari
klien-klien firma. Akibat dari hal tersebut, firma ini menggagas dibentuknya satu tim
lintas departemen yang bertujuan meningkatkan komunikasi dan penelusuran catatan
kerja, yang akan membawa pada peningkatan produktivitas dan kepuasan klien.
Organisasi ini mencerminkan Tim Cross-Functional. Tim ini terdiri atas pekerja-
pekerja dari tingkat hirarki yang serupa tetapi beda wilayah pekerjaannya. Mereka
bergabung bersama guna menyelesaikan suatu pekerjaan.

Robbins menyebutkan, banyak organisasi sudah menggunakan Tim Cross-


Functional seperti ini semisal IBM membentuk gugus tugas tahun 1960-an yang
terdiri atas pekerja lintas departemen dalam perusahaan guna mengembangkan Sistem
360 yang terbukti sukses. Gugus tugas tiada lain melainkan Tim Cross-Functional
yang sifatnya temporer. Namun, Robbins mencatat bahwa ledakan penggunaan Tim
Cross-Functional kemudian juga terjadi di tahun 1980-an yang dilakukan oleh
Toyota, Honda, Nissan, BMW, General Motors, Ford, dan Daimler Chrysler.

Page 22 of 27
Sebagai contoh, masih menurut Robbins, antara tahun 1999 hingga Juni 2000
manajemen senior IBM menarik 21 pekerja dari sekitar 100 ribu staf teknologi
informasinya guna meminta saran bagaimana perusahaan bisa cepat menyelesaikan
proyek dan memasarkan produk secara cepat ke pasar. Ke-21 anggota dipilih karena
mereka punya karakteristik yang serupa dimana mereka pernah berhasil memimpin
proyek-proyek berjangka cepat. Speed Team, demikian julukan tim tersebut, bekerja
selama 8 bulan saling berbagi informasi, menguji perbedaan antara proyek-proyek
berjangka cepat dan lambat, dan mereka mampu melahirkan rekomendasi-
rekomendasi seputar bagaimana IBM bisa mempercepat produksinya.

4. Tim Virtual

Gambar 3.2.4.4 Tim Virtual versi Robbins


Tim-tim yang telah dibahas melakukan pertemuan face-to-face. Tim Virtual
menggunakan teknologi komputer guna menghubungkan orang-orang yang terpisah
secara fisik guna mencapai sasaran bersama.Teknik tersebut memungkinkan orang
saling bekerjasama lewat metode online, kendati mereka dipisahkan yuridiksi negara
bahkan benua.
Tim Virtual dapat melakukan lebih banyak hal ketimbang tim-tim lainnya,
terutama dalam hal berbagi informasi, pembuatan keputusan, dan perampungan
pekerjaan. Mereka terdiri atas para anggota dari organisasi yang sama ataupun
hubungan anggota organ dengan para pekerja dari organisasi lain semisal supplier
ataupun partner perusahaan.
Terdapat 3 faktor utama yang membedakan Tim Virtual dengan tim-tim lain yang
face-to-face, yaitu : (1) Ketiadaan komunikasi lisan-fisik; (2) terbatasnya konteks

Page 23 of 27
sosial, dan (3) kemampuan mengatasi masalah waktu dan hambatan tempat. Dalam
komunikasi face-to-face, orang menggunakan paraverbal seperti nada suara, intonasi,
dan volume suara serta nonverbal seperti gerak mata, roman muka, gerak tangan, dan
bahasa tubuh lainnya. Keduanya semakin menjelaskan komunikasi, tetapi kini hal-hal
tersebut nihil di dalam Tim Virtual. Tim Virtual menderita kekuarangan laporan sosial
yang manusiawi akibat interaksi langsung yang kecil diantara para anggotanya
(Robbins, 2003).

Page 24 of 27
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Perilaku adalah suatu fungsi dari interaksi antara seseorang individu dengan
lingkungannya. Perilaku individu adalah sebagai suatu fungsi dari interaksi antara
individu dengan lingkungannya. Individu membawa tatanan dalam organisasi berupa
kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan, kebutuhan, dan pengalaman masa
lainnya. Organisasi diciptakan oleh manusia untuk mencapai suatu tujuan, dan pada saat
yang sama manusia juga membutukan Organisasi untuk mengembangkan dirinya. Oleh
sebab itu antara organisasi dengan manusia memiliki hubungankan yang saling
membutuhkan dan menguntungkan. Berikut faktor- faktor yang mempengaruhi
produktivitas yaitu: kemampuan, sikap, situasi dan keadaan lingkungan, motivasi, upah,
tingkat pendidikan, perjanjian kerja, penerapan teknologi.
Berikut beberapa konsep perilaku individu : konsep persepsi, konsep nilai, konsep
sikap (attitude), konsep kepuasan kerja, konsep stress. Sumber stres ditempat kerja :
kondisi dan situasi pekerjaan, pekerjaannya (faktor yang berkaitan dengan tugas), job
requirement seperti status pekerjaan dan karir yang tidak jelas, hubungan interpersonal.
Teori pembentukan kelompok yang lebih komprehensif adalah suatu teori yang
berasal dari George Homans. Teorinya berdasarkan pada aktifitas-aktifitas, interaksi-
interaksi dan sentimen-sentimen (perasaan atau emosi). Tiga elemen ini satu sama lain
berhubungan secara langsung dan dapat dijelaskan sebagai berikut (Toha, 2007) :
1. Semakin banyak aktifitas-aktifitas seseorang dilakukan dengan orang lain (Shared),
semakin beraneka interaksi-interaksinya dan juga semakin kuat tumbuhnya sentimen-
sentimen mereka.
2. Semakin banyaknya interaksi-interaksi di antara orang-orang, maka semakin banyak
kemungkinan aktifitas-aktifitas dan sentiment yang ditularkan (shared) pada orang
lain.
3. Semakin banyak aktifitas dan sentimen yang ditularkan pada orang lain dan semakin
banyak sentimen seseorang dipahami oleh orang lain, maka semakin bnayak
kemungkinan ditularkannya aktifitas dan interaksi-interaksi.
Sedangkan menurut Reitz, karakteristik yang menonjol dari suatu kelompok itu,
antara lain (Toha, 2007) : adanya dua orang atau lebih, yang berinteraksi satu sama

Page 25 of 27
lainnya, yang saling membagi beberapa tujuan yang sama dan melihat dirinya sebagai
suatu kelompok.
Kelompok adalah suatu sistem yang terorganisasi yang terdiri dari dua orang atau
lebih yang saling berhubungan sedemikian rupa sehingga sistem tersebut melakukan
fungsi tertentu, mempunyai serangkaian peran hubungan antara para anggotanya dan
mempunyai serangkaian norma yang mengatur fungsi kelompok dari tiap-tiap
anggotanya. Untuk memahami perilaku kelompok, kita perlu mengetahui ciri-ciri umum
kelompok, mulai dari urutan berikut ini : struktur, hirarki status, peran, norma atau
peraturan, kepemimpinan, kesatupaduan dan kesatupaduan dan hasil karya. Terdapat
banyak bentuk-bentuk kelompok yaitu : kelompok primer (primary group) , kelompok
formal, kelompok informal.
Perbedaan antara Kelompok Kerja dengan Tim Kerja berdasarkan 4 variabel yaitu:
sasaran, sinergi, akuntabilitas, dan keahlian. Sedangkan tim dapat diklasifikasikan
berdasar tujuannya. Terdapat 4 bentuk umum dari tim yang biasa kita temukan sehari-
hari yaitu : Tim Problem-Solving, Tim Self-Managed Work, Tim Cross-Functional, dan
Tim Virtual.

4.2 Saran
Sebagai mahasiswa hendaknya tidak hanya sekedar mengerti akan teori-teori yang
dijelaskan sebelumnya, akan lebih baik jika kita dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari dimulai dari hal terkecil dalam sebuah organisasi yang dapat
menjadi sebuah bekal untuk masa depan mengahadapi situasi sesungguhnya. Maka
sebagai Agent Of Change kita harus memaknai setiap kalimat yang tertulis didalam
makalah yang telah dijelaskan sebelumnya untuk mendapatkan manfaat dari kegiatan
membaca makalah ini dan dapat menerapkannya dikehidupan yang sesungguhnya. Dan
tidak hanya menguasai materi akan tetapi sulit untuk membawanya didunia kerja kelak
saat menghadapi masa kerja setelah lulus dari perguruan tinggi.

Page 26 of 27
DAFTAR PUSTAKA

Robbins, Stephen P. 2002. Essential Of Organization Behaviour 5th Edition , Jakarta:


Erlangga

Robbins, Stephen P. 2003. Organizational Behavior, Thent Edition. New Jersey: Pearson
Education, Inc. alih bahasa: Molan, Benyamin. (2006). Perilaku Organisasi. Jakarta:
Gramedia

Robbins, Stephen P.2003. Essentials of Organization Behavior, 7th Edition (Upper Saddle
River, New Jersey: Prentice Hall)

Sujatmiko, Eko. 2014. Kamus IPS , Surakarta: Aksara Sinergi Media Cetakan I

Tahir, Arifin, 2014. Buku Ajar Perilaku Organisasi, Yogyakarta: Deepublish,

Manahan, Tampubolon, P., 2004 . Perilaku Keorganisasian (Organization Behavior),


Jakarta: Ghalia Indonesia,

Toha, Miftah, 2007. Perilaku Oganisasi (Konsep Dasar dan Aplikasinya), Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada,

Toha, Miftah, 2010. Perilaku Oganisasi (Konsep Dasar dan Aplikasinya), Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada,

Umam, Khaerul,2010. Perilaku Organisasi, Bandung: Pustaka Setia

Page 27 of 27

Anda mungkin juga menyukai