Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes mellitus merupakan penyakit menahun yang ditandai dengan kadar glukosa
darah yang melebihi nilai normal. Apabila dibiarkan tidak terkendali, diabetus mellitus
dapat menimbulkan komplikasi yang berakibat fatal, misalnya terjadi penyakit jantung
koroner, gagal ginjal, kebutaan dan lain-lain
Menurut data stastistik tahun 1995 dari WHO terdapat 135 juta penderita diabetes
mellitus di seluruh dunia. Tahun 2005 jumlah diabetes mellitus diperkirakan akan
melonjak lagi mencapai sekitar 230 juta. Angka mengejutkan dilansir oleh beberapa
Perhimpunan Diabetes Internasional memprediksi jumlah penderita diabetes mellitus
lebih dari 220 juta penderita di tahun 2010 dan lebih dari 300 juta di tahun 2025.
Dari data WHO di tahun 2002 diperkirakan terdapat lebih dari 20 juta penderita
diabetes mellitus di tahun 2025. tahun 2030 angkanya bisa melejit mencapai 21 juta
penderita. Saat ini penyakit diabetes mellitus banyak dijumpai penduduk Indonesia.
Bahkan WHO menyebutkan, jumlah penderita diabetes mellitus di Indonesia menduduki
ranking empat setelah India, China, dan Amerika Serikat.
Apoteker, terutama bagi yang bekerja di sektor kefarmasian komunitas, memiliki
peran yang sangat penting dalam keberhasilan penatalaksanaan diabetes. Membantu
penderita menyesuaikan pola diet sebagaimana yang disarankan ahli gizi, mencegah dan
mengendalikan komplikasi yang mungkin timbul, mencegah dan mengendalikan efek
samping obat, memberikan rekombinasi penyesuaian rejimen dan dosis obat yang harus
dikonsumsi penderita bersama-sama dengan dokter yang merawat penderita, yang
kemungkinan dapat berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan kondisi penderita,
merupakan peran yang sangat sesuai dengan kompetensi dan tugas seorang apoteker.
Apoteker dapat juga memberikan tambahan ilmu pengetahuan kepada penderita tentang
segala sesuatu yang berhubungan dengan kondisi dan pengelolaan diabetes.
Diabetes mellitus sendiri didefinisikan sebagai suatu penyakit dan gangguan
metabolisme kronis dengan multi etilogi yang ditandai dengan tingginya kadar gula
darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein sebagai
akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh
gangguan atau difisiensi produk insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas,
atau disebabkan oleh kurang reponsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (WHO, 1999).

1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah definisi DM ?
1.2.2 Bagaimanakah Etiologi DM ?
1.2.3 Bagaimanakah Manifestasi Klinis DM ?
1.2.4 Bagaimanakah Patofisiologi DM ?
1.2.5 Apa Pemeriksaan Penunjang DM ?
1.2.6 Bagaimana Komplikasi DM ?
1.2.7 Bagaimana mekanisme kerja dan golongan obat-obatan DM ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Menambah ilmu pengetahuan mengenai farmakologi khususnya dalam ilmu
keperawatan.
1.3.2 Mengaplikasikan dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien.
1.3.3 Melengkapi tugas farmakologi.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
DM adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia yang
berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang
disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sekresi insulin atau penurunan
sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular,
makrovaskular dan neuropati. ( Sukandar, 2008 )
DM adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolic akibat
gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal,
saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan
dengan mikroskop electron.( Mansjoer, 2001 )
2.2 Etiologi
Insulin Dependen Diabetes Mellitus (IDDM) atau Diabetes Melitus Tergantung
Insulin (DMTI) disebabkan oleh destruksi sel pulau Langerhands akibat proses
autoimun. Sedangkan Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus (NIDDM) atau Diabetes
Melitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI) disebabkan kegagalan relative sel dan
resistensi insulin.
Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang
pengambilan glukosa untuk jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa
oleh hati. Sel tidak mampu mengimbangi resisitensi insulin ini sepenuhnya, artinya
terjadi defisiensi relative insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi
insulin pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti
sel pancreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa. (Mansjoer, 2001 )
2.3 Manifestasi Klinis
DM tipe I
1. penderita DM tipe 1 biasanya memiliki tubuh yang lurus dan cenderung
berkembang menjadi diabetes ketoasidosis (DKA) karena insulin sangat
kurang disertai peningkatan hormone glukagon.
2. sejumlah 20-40% pasien mengalami DKA setelah beberapa hari mengalami
poliuria, polidipsia, polifagia, dan kehilangan bobot badan.
DM tipe II

3
a. pasien dengan DM tipe 2sering asimtomatik. Munculnya komplikasi dapat
mengidentifikasikan bahwa pasien telah menderita DM selama bertahun-
tahun, umumnya muncul neuropati.
b. pada diagnosis umumnya terdeteksi adanya letargi, poliuria, nokturia dan
polidipsia sedangkan penurunan bobot badan secara signifikan jarang
terjadi. ( Sukandar, 2008 )
2.4 Patofisiologi
DM Tipe 1 (IDDM) terjadi pada 10% dari kasus diabetes. Secara umum, DM tipe
ini berkembang pada anak anak atau pada awal masa dewasa yang disebabkan oleh
kerusakan sel pancreas akibat autoimun, sehingga terjadi defisiensi insulin absolute.
Reaksi autoimun umunya terjadi setelah waktu yang panjang (9-13 th) yang ditandai oleh
adanya parameter parameter sistem imun ketika terjadi kerusakan sel . Hiperglikemia
terjadi bila 80-90% dari sel rusak. Penyakit DM dapat menjadi penyakit menahun
dengan resiko komplikasi dan kematian. Factor faktor yang menyebabkan terjadinya
autoimun tidak diketahui, tetapi proses itu diperantarai oleh makrofag dan limfosit T
dengan autoantibody yang bersirkulasi ke berbagai antigen sel (misalnya antibody sel
islet, antibody insulin).
DM tipe 2 (NIDDM) terjadi pada 90 % dari semua kasus diabetes dan biasanya
ditandai dengan resistensi insulin dan defisiensi insulin relative. Resistensi insulin
ditandai dengan peningkatan lipolisis dan produksi asam lemak bebas, peningkatan
produksi glukosa hepatic, dan penurunan pengambilan glukosa pada otot skelet.
Disfungsi sel mengakibatkan gangguan pada pengontrolan glukosa darah. DM tipe 2
lebih disebabkan karena gaya hidup penderita diabetes (kelebihan kalori, kurangnya
olahraga, dan obesitas) dibandingkan pengaruh genetik.
( Sukandar, 2008 )
2.5 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko tinggi DM,
yaitu kelompok usia dewasa tua (>40 tahun), obesitas, tekanan darah tinggi, riwayat
keluarga DM , riwayat kehamilan dengan berat badan bayi lahir >4000g, riwayat DM
pada kehamilan, dan dislipidemia.
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah
sewaktu, kadar glukosa darah puasa, kemudian dapat diikuti dengan Tes Toleransi
Glukosa Oral (TTGO) standar. Untuk kelompok resiko tinggi yang hasil pemeriksaan
penyaringnya negative, perlu pemeriksaan penyaring ulangan tiap tahun. Bagi pasien

4
berusia >45 tahun tanpa factor resiko, pemeriksaan penyaring dapat dilakukan setiap 3
tahun.
Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai
patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl)
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu 110-199 >200
Plasma vena 90-199 >200
Darah kapiler 110-125 >125
Kapiler glukosa darah puasa 90-109 >110
Plasma vena
Darah kapiler
Cara pemeriksaan TTGO, adalah :
1. Tiga hari sebelum pemeriksaan pasien makan seperti biasa.
2. Kegiatan jasmani sementara cukup, tidak terlalu banyak.
3. Pasien puasa semalam selama 10-12 jam.
4. Periksa glukosa darah puasa.
5. Berikan glukosa 75 g yang dilarutkan dalam air 250 ml, lalu minum dalam waktu 5
menit.
6. Periksa glukosa darah 1 jam dan 2 jam sesudah beban glukosa.
7. Selama pemeriksaan, pasien yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok.
( Mansjoer, 2001 )
2.6 Komplikasi
1. Akut
a. Koma hiperglikemia
b. Ketoasidosis
c. Koma hiperosmolar nonketotik
2. Kronis
a. Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung,
pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak
b. Mikroangiopati, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati diabetic, nefropati,
diabetic
c. Neuropati diabetic
d. Rentan infeksi, seperti tuberculosis paru, gingivitis dan infeksi saluran kemih

5
e. Kaki diabetic
( Mansjoer, 2001 )
2.7 Mekanisme kerja dan golongan obat-obatan DM
1. INSULIN
Mekanisme kerja :
Insulin menurunkan kadar gula darah dengan menstimulasi pengambilan glukosa
perifer dan menghambat produksi glukosa hepatik.
Farmakokinetik Berbagai Insulin dan nama Sediaan :
Mulai Puncak Lama
Jenis Insulin kerja efek kerja Nama Sediaan Kekuatan
jam (jam) (jam)
Kerja singkat 0.5 1-3 8 Actrapis HM 40 UI/ml
0.5 2-4 6-8 Actrapis HM 100 UI/ml
Penfil
Kerja sedang
1-2 6-12 18-24
(NPH=isophan)
Kerja sedang 0.5 4-12 24 Insulatard HM 40 UI/ml
mulai kerja 2.5 7-15 24 Insulatard HM 100 UI/ml
singkat Penfil 40 UI/ml
Monotard HM 100 UI/ml
Kerja lama 4-6 14- 24-36 Protamind zinc
20 Sulfat
Sediaan 0.5 1.5-8 14-16 Humulin 20/80 40 UI/ml
campuran 0.5 1-8 14-15 Humulin 30/70 100 UI/ml
0.5 1-8 14-15 Humulin40/60 40 UI/ml
Mixtard 30/70 100 UI/ml
Penfil
INSULIN
Indikasi : DM tipe 1, tipe 2 yang gula darahnya tidak dapat dikendalikan dengan diet
dan antidiabetik oral, DM dengan komplikasi akut, DM paska bedah pancreas,
ketoasidosis, dan koma hiperosmolar, DM dengan kehamilan.
Peringatan : Kadar gula darah di pantau

6
Interaksi obat: Sejumlah obat dapat meningkatkan atau menurunkan efek
hipoglikemik, penyesuaian dosi insulin dapat digunakan bersamaan dengan obat ini.
Efek samping: hipoglikemia, reaksi alergi
Obat Yang Menurunkan Efek Hipoglikemik Insulin :
Kontrasepsi oral Nikotin
Kortikosteroid Fenotiazin
Siklofostamid Fenitoin
Danazol Progesterone (kontrasepsi oral)
Dekstrotirosin Inhibitor protease
Diltiazem Somatropin
Diuretika Terbutalin
Dobutamin Diuretic tiazin
Epinefrin Hormone tiroid
Obat Yang Meningkatkan efak Hipoglikemik Insulin :
ACE Inhibitor Litium karbonat
Alcohol MAO inhibitor
Anabolic steroid Mebendazol
Antidiabetik oral Pentamidin
Beta bloker Pentosifilin
Kalsium Fenilbutazon
Klorokuin Propoxiten
Klofibrat Piridoxin
Klonidin Salisilat
Disopiramid Analog somatostatin (oktreotid)
Fluoksetin Sulfin pirazon
Fibrat Sulfonamide tetrasiklin
Guanetidin
2. SULFONILUREA
Indikasi : Obat golongan sulfonylurea dengan cepat menjadi pengobatan utama
diabetes tipe 2.
Interaksi obat: Sulfonylurea bekerja merangsang sekresi insulin pada pancreas
sehingga hanya efektif bila sel beta pancreas masih dapat bereproduksi.
Peringatan : Sulfonylurea sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil atau
menyusui dan pasien-pasien yang elergi terhadap obat golongan sulfa

7
Efek samping: Kenaikan berat badan, dan retensi air.
a. KLORPROPAMID
Indikasi : NIDDM ringan sedang
Kontraindikasi : Wanita menyusui, polifiria, dan ketoasidosis
Peringatan : Penggunaan harus hati hati pada pasien usia lanjut, gangguan
fungsi hati dan ginjal.
Efek Samping : Gejala saluran cerna dan sakit kepala. Gejala hematologic
termasuk trombositopenia, agranulositosis, dan anemia dapat terjadi walau
jarang sekali. Klorpropamin dapat meningkatkan Anti Diuretik Hormon (ADH)
dan dengan frekuensi sangat jarang menyebabkan hiponatremia dan
fotosensitivitas. Hipoglikemia dapat terjadi bila dosis tidak tepat atau diet terlalu
ketat : juga pada gangguan fungsi hati / ginjal atau pada orang usia lanjut.
Sediaan beredar : Diabenese Pfizer, Tesmel Phyto Kemo Agung
b. GLIKAZID
Indikasi, Kontraindikasi, Peringatan, Efek Samping : Lihat Klorpropamid.
Sediaan beredar : Diamicron Senvier Darya Varia, Glibet Dankos, GLICAB
Tempo Scan Pacific, Glidabet Kalbe Farma, Glikatab Rocella Lab, Glukodex
Dexa Medica, Glumeko Mecosin, Gored Bernofarm, Linodiab Pyridam,
Nufamicron Nufarindo, Pedab Otto, Xepabet Metiska Farma, Zibet Meprofarm,
Zumadiac Prima Hexal.
c. GLIBENKLAMID
Sinonim : Gliburid
Indikasi, Kontraindikasi, Peringatan, Efek Samping : Lihat Klorpropamid.
Sediaan beredar : Abenon Herioc, Clamega Emba Megafarma, Condiabet
Armoxindo, Daonil Aventis, Diacella Rocella, Euglucon Boehringer Manheim
Phapros, Fimediab First medipharma, Glidanil Mersi, Gluconic Nicholas,
Glimel Merk, Hisacha Yekatria Farma, Libronil Hexpharm Jaya, Latibet Ifars,
Prodiabet Bernofarm, Prodiamel Corsa, Renabetic Fahrenheit, Semi-Daonil
Aventis, Semi-Euglucon Pharpros Boehringer Mannheim.
d. GLIPIZID
Indikasi, Kontraindikasi, Peringatan, Efek Samping : Lihat Klorpropamid.
Sediaan beredar : Aldiab Merk, Glucotrol Pfizer, Glyzid Sunthi Sepuri,
Minidiab Kalbe Farma.

8
e. GLIKUIDON
Indikasi, Kontraindikasi, Peringatan, Efek Samping : Lihat Klorpropamid.
Sediaan beredar : Glurenirm Boehringer Ingelheim.
f. GLIMEPIRID
Indikasi, Kontraindikasi, Peringatan, Efek Samping : Lihat Klorpropamid.
Sediaan beredar : Amaryl Aventis
g. TOLBUTAMID
Indikasi, Kontraindikasi, Peringatan, Efek Samping : Lihat Klorpropamid.
Sediaan beredar : Recodiabet Global.
Interaksi obat golongan sulfonylurea :
Obat A Obat B Efek yang Deskripsi
terjadi
Androgen, Sulfonilurea Peningkatan Efek hipoglisemik meningkat
antikoagulan, antifungal efek akibat berbagai mekanisme
azol, kloramfenikol, sulfonilurea seperti penurunan metabolic
klofibrat, fenfluramin, hepatic, hambatan ekskresi
antagonis histamine H2, renal, pengusiran dari ikatan
garam magnesium, protein, penurunan glukosa
metildopa, inhibator darah, perubahan metabolism
MAO, probenesid, karbohidrat. Saran harus
salsilat, sulfinpirazon, dimonitor kadar gula darah.
sulfonamide,
antidepresan trisklik,
pengasam urin.
Betabloker, pemblok Sulfonilurea Penurunan Efek hipoglisemik menurun,
celah kalsium, efek akibat berbagai mekanisme
kolestiramin, sulfonilurea yaitu peningkatan metabolism
kortikosteroid, hepatic, penurunan pelepasan
diazoksid, estrogen, insulin, peningkatan ekskresi
hidantoin, isoniazid, urin.
asam nikotinat,
kontrasepsi oral,
fenotiazin, rifampim,

9
simpatomimetik,
diuretic tiazid, agen
tiroid, pembasa urin.
Karbon aktif Sulfonilurea Penurunan Karbon aktif mereduksi
efek absorpsi sulfonilurea.
sulfonilurea
Siprofloksasin Gliburid Peningkatan Terjadi potensial efek
efek hipoglikemik
Sulfonilurea
Etanol Sulfonilurea Efek Etanol memperpanjang lama
bervariasi penurunan glukosa darah oleh
glipizid ( tidak memperbesar
), etanol kronis menurunkan t
tolbutamid Etanol dengan
klorpropamid menimbulkan
reaksi seperti disulfiram.
Klorpropamid Barbiturat Peningkatan Efek barbiturat diperpanjang
efek pada uji dengan hewan.
Sulfonilurea
Gliburid Antikoagulan Peningkatan Laporan menunjukan bahwa
atau efek kumarin dapat
penurunan meningkat atau menurun jika
efek bersamaan dengan gliburid.
Sulfonilurea
Sulfonilurea Glikosida Peningkatan Kadar serum glikosida
digitalis efek digitalis meningkat.
Sulfonilurea

10
Data farmakokinetik antidiabetika oral :
Nama Generik Durasi kerja ( jam ) Metabolisme atau catatan terapi
Sulfonilurea
Asetoheksamid Sampai 16 Dimetabolisme di hati; potensi
metabolit sebanding dengan senyawa
utama; dieliminasi di ginjal
Klorpropamid Sampai 72 Dimetabolisme di hati dan
diekskresikan dalam bentuk tidak
berubah di ginjal.
Tolazamid Sampai 24 Dimetabolisme di hati; metabolit
kurang aktif dibandingkan senyawa
utama; dieliminasi di ginjal.
Glipzid Sampai 20 Dimetabolisme di hati menjadi
24 metabolit inaktif.
Bentuk lepas lambat; tablet jangan
dipotong.
Gliburid Sampai 24 Dimetabolisme di hati; dieliminasi
di ginjal dan di feses.
Gliburid, mikronais Sampai 24 Diabsorbsi lebih baik dalam bentuk
mikronize
Glinetri 24 Dimetabolisme di hati menjadi
metabolit inaktif.
Secretagogues insulin kerja pendek
Nateglinid Sampai 4 Dimetabolisme di sitokrom P450 2C9
dan 3A4 menjadi metabolit aktif
lemah, dieliminasi di ginjal.
Repaglinid Sampai 4 Dimetabolisme di CYP 3A4 menjadi
metabolit inaktif, diekskresikan di
saluran empedu.
Biguanida
Metformin Sampai 24 Tidak terjadi metabolism, disekresikan
dan diekskresikan di ginjal.
Metformin lepas Sampai 24 Diminum pada makan malam atau

11
tertunda dosis bias dibagi; bisa dicoba dosis
jika terjadi intoleransi untuk pelepasan
immediet.
Tiazolidindion
Pioglitazon 24 Dimetabolisme di CYP2C8 dan 3A4;
2 metabolit memiliki waktu paruh
lebih panjang dibandingkan senyawa
utama.
Rosiglitazon 24 Dimetabolisme di CYP2C8 dan 2C9
menjadi metabolit inaktif yang
diekskresikan di renal.
Penghambat -glukosidase
Akarbose 13 Dieliminasi di empedu
Miglitol 13 Dieliminasi di renal
Produk kombinasi
Gliburid/metformin Pengobatan Digunakan pada terapi awal 1,25/250
kombinasi mg 2 kali sehari
Glipizid/metformin Pengobatan Digunakan pada terapi awal 2,5/250
kombinasi mg 2 kali sehari
Rosiglitazon/metformin Pengobatan Disetujui oleh FDA sebagai terapi
kombinasi tahap kedua tetapi bisa digunakan
sebagai terapi utama
Dosis obat antidiabetika oral :
Dosis awal yang Dosis Dosis
direkomendasi mg/hari terapi maksimum
Nama Generik
Non-lansia Lansia ekivalen mg
mg
Sulfonilurea
Asetoheksamid 250 150 250 500 1500
Klorpropamid 250 100 250 500
Tolazamid 100 250 100 250 1000
Tolbutamid 1000 2000 500 1000 1000 3000
Glipzid 5 2,5 5 5 40

12
Glipzid 5 2,5 5 5 20
Gliburid 5 1,25 2,5 5 20
Gliburid,mikronais 3 1,5 3 3 12
Glimepirid 12 0,5 1 2 -
Secretagogues insulin kerja pendek
Nateglinid 120 bersama 120 bersama - 120 mg
makanan makanan 3 x sehari
Repaglinid 0,5 1 0,5 1 dengan - 16
dengan makanan
makanan
Biguanida
Metformin 500 mg, 2 x Tergantung - 2500
sehari fungsi ginjal
Metformin lepas 500 1000 Tergantung - 2500
lambat bersama fungsi ginjal
makan
malam
Tiazolidindion
Pioglitazon 15 15 - 45
Rosiglitazon 24 2 - 8 mg/hari
atau 4 mg
2xsehari
Penghambat -glukosidase
Akarbose 25 mg 1 3 25 mg 1 3 x - 25 100 mg
x sehari sehari 3 x sehari
Miglitol 25 mg 1 3 25 mg 1 3 x 25 100 mg
x sehari sehari 3 x sehari
Produk kombinasi
Gliburid/metformin 2,5 5/500, 1,25/250, 2 x - 20/2000
2 x sehari sehari
periksa
fungsi ginjal
Glipizid/metformin 2,5 5/500, 2,5/250 - -

13
2 x sehari
periksa
fungsi ginjal
Rosiglitazon/metformin 1 2/500, 2 1/500 2 x sehari - 8/2000
x sehari
3. BIGUINIDA ( METFORMIN )
Mekanisme kerja : Biguinda bekerja menghambat glukoneogenesis dan
meningkatkan penggunaan glukosa di jaringan.
Data farmakokinetik : Bioavaibilitas absolute metformin IR 500 mg yang diberikan
dalam kondisi puasa adalah sekitar 50 60 %. Makanan menghambat absorbs
metformin. Metformin diekskresikan tidak berubah ke dalam urin dan tidak
mengalami metabolism hepatic atau ekskresi melalui kantung empedu. Waktu paruh
eliminasi sekitar 17,6 jam.
METFORMIN HIDROKLORIDA
Indikasi : NIDDM yang gagal dikendalikan dengan diet dan sulfonylurea, terutama
pada pasien yang gemuk
Kontraindikasi : Gangguan fungsi ginjal atau hati, predisposisi asidosis laktat, gagal
jantung, infeksi atau trauma berat, dehidrasi, alkoholisme, wanita hamil, dan wanita
menyusui.
Peringatan : Biguinida sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil atau menyusui,
dan pasien-pasien yang elergi terhadap obat golongan sulfa
Efek samping : Mual, muntah, anoreksia dan diare yang selintas, asidosis laktat,
gangguan penyerapan vitamin B12
Sediaan beredar : Benofomis Bernofarm, Bestab Yekatria, Diabex Combiphar,
Eraphage Guardian, Formell Alpharma, Glucotica Ikapharmindo, Glucophage Merk,
Gludepatic Frahrenheit, Glumin Dexa Nedica, Methpica Tropica Mas, Neodipar
Aventis, Rodiamet Rocella, Tudiab Meprofarm, Zumamet Prima Hexal.
Interaksi obat golongan Biguanida :
Obat A Obat B Efek yang terjadi/deskripsi
Alkohol Metformin Alkohol mempotensiasi efek metformin pada
metabolism laktat. Peringatan pasien tidak
menggunakan alcohol selama menggunakan
metformin.

14
Obat kationik ( Metformin Secara teori obat kationik yang dieliminasi
amilorid, digoksin, melalui ginjal poteensial berinteraksi dengan
morfin, prokainamid, metformin dengan berkompetensi pada system
kinidin, kinin, sekresi/transport tubular, kadar metformin dapat
ranitidine, triateren, meningkat, kadar metformin harus dimonitor dan
trimetoprim, dilakukan pengaturan dosis metformin.
vankomisin )
Simetidin Metformin Simetidin meningkatkan kadar puncak plasma
metformin 60% dan AUC 40%, terjadi hambatan
ekskresi metformin.
Furosemid Metformin Furosemid meningkatkan kadar plasma
metformin, Cmax meningkat 22% dan AUC 15%,
perubahan ekskresi renal tidak signifikan. Cmax
dan AUC furosemid lebih rendah 31 dan 12%, t
terminal turun 32% tanpa perubahan signifikan
pada klirens renal furosemid.
Zat kontras iodine Metformin Zat kontras iodine parental
Nifedipin Metformin Cmax dan AUC metformin meningkat masing-
masing 20 dan 9%, jumlah metformin yang
diekskresikan ke dalam urin meningkat. Nifedipin
meningkatkan absorbs metformin.
Gliburid Metformin Pemberian tunggal metformin meningkatkan AUC
dan Cmax gliburid tetapi sangat bervariasi.
4. TIAZOLIDINDION
Mekanisme kerja : Tiazolodinion meningkatkan sensitivitas insulin pada otot dan
jaringan adipose dan menghambat glukoneogenesis hepatik.
Data farmakokinetik Tiazolidindion :
Parameter Pioglitazon Rosiglitazon
Bioavaibilitas 99 %
Cmax1 1 mg2 ; 76 ng/mL
2 mg2 ; 156 ng/mL
8 mg2 ; 598 ng/mL
8 mg3 ; 432 ng/mL

15
Tmax 2 jam2 pada kondisi puasa 1 jam
3-4 jam3 ketika ada makanan
Pengaruh makanan Menunda waktu konsentrasi 28% menurunkan Cmax dan
puncak, tetapi tidak menunda Tmax (1,75 jam);
mempengaruhi absorbs AUC tidak semua berubah
Volume distribusi 0,63 L/kg 1 17,6 L
Ikatan protein > 99% 99,8%
Mekanisme Hidroksilasi, oksidasi, CYO2C8, N-demetilasi, hidroksilasi,
CYP3A4, CYP1A1 konjugasi CYP2C8, CYP2C9
(minor)
Metabolit aktif MII (turunan hidroksi)4, MII -
(turunan keto)5, MIV (turunan
hidroksi)4
Ekskresi Urin (15-30%) Urin (64%), Feses (23%)
Waktu paruh 3-7 jam 3-4 jam
eliminasi
Bersihan oral 5-7 L/jam 1 mg2 ; 3,03 L/jam
2 mg2 ; 2,89 L/jam
8 mg2 ; 2,85 L/jam
8 mg3 ; 2,97 L/jam
1
pada dosis oral tunggal
2
pada kondisi puasa
3
pada kondisi makan
4
turunan hidroksi pioglitazon
5
turunan keto pioglitazon
a. PIOGLITAZON
Indikasi : Hiperglikemia
Kontraindikasi : Hipersensitivitas terhadap pioglitazon
Peringatan : Hentikan terapi jika ditemukan gangguan hati, gangguan jantung,
kehamilan
Interaksi obat : Atovarstatin dan ketokonazol mempengaruhi pioglitazon dan
pioglitazon mempengaruhi atovarstatin, midazolam, nifedipin,
kontrasepsi oral

16
Efek samping : Udem, sakit kepala, hipoglikemia, mialgia, faringitis, sinusitis,
gangguan hati, infeksi saluran pernafasan atas.
Sediaan beredar : Actos Takeda Pharmaceutical.
b. ROSIGLITAZON
Indikasi : Hiperglikemia
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap rosiglitazon
Peringatan : Hentikan terapi jika ditemukan gangguan hati, gangguan jantung,
kehamilan
Efek samping : Nyeri punggung, sakit kepala, hiperglikemia, luka, sinusitis,
anemia ketika digunakan bersamaan dengan insulin
Sediaan beredar : Avandia Glaxo Smith Kline.
Interaksi obat golongan Tiazodindion :
Obat A Obat B Efek yang terjadi
Atorvastatin Pioglitazon Pengguanaan bersamaan selama 7 hari dapat
meningkatkan kadar serum atorvastatin dan
pioglitazon.
Ketokonazol Pioglitazon AUC dan Cmax pioglitazon meningkat.
Midazolam Pioglitazon Penggunaan pioglitazon 15 hari diikuti dengan
midazolam dosis tunggal 7,5 mg terjadi penurunan
AUC dan Cmax midazolam sebesar 26%.
Nifedipin Pioglitazon Pengunaan pioglitazon dan nifedipin lepas lambat
meningkatkan konsentrasi nifedipin. Signifikasi klinik
belum diketahui.
Kontrasepsi Pioglitazon Penggunaan pioglitazon bersama
oral etinilestradion/norethindron selama 21 hari
menyebabkan terjadi penurunan AUC etiliestradiol
11% penurunan Cmax 11-14%. Rosiglitazon tidak
mempengaruhi efek farmakokinetik hormone tersebut
di atas.
5. PENGHAMBAT -GLIKOSIDASE
Mekanisme kerja obat : Akarbose bekerja menghambat alpha-glukosidase sehingga
mencegah penguraian sukrosa dan karbohidrat kompleks dalam usus halus dengan
demikian memperlambat dan menghambat penyerapan karbohidrat.

17
Data farmakokinetik : Konsentrasi plasma puncak akan bertahan 14-24 jam setelah
kosumsi obat, sedangkan konsentrasi plasma puncak dari zat aktif akan bertahan
sekitar 1 jam. Akarbose dimetabolisme di saluran cerna oleh bakteri intestinal dan
enzim pencernaan. Fraksi metabolit ini diabsorbsi ( 34% dari dosis ) dan
diekskresikan melalui urin.
a. Akarbosa
Indikasi : Sebagai tambahan terhadapsulforinurea pada DM yang tidak dapat
dikendalikan dengan obat dan diet.
Kontraindikasi : Anak usia di bawah 12 tahun, wanita hamil, wanita menyusui,
colitis ulse ratif, obstruksi usus, gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal
berat, hernia, riwayat bedah abdominal
Peringatan : Dapat meningkatkan efek hipoglikemik insulin, bila digunakan dosis
tinggi, transamenase hati perlu dimonitor
Efek samping : Flatulensi, diare, perut kembung dan nyeri, ikterus, hepatitis.
Sediaan beredar : Glucobay Bayer Indonesia.
b. Miglitol
Indikasi, kontraindikasi, peringatan, dan efek samping : Lihat akarbosa.
Sediaan beredar : Glyset ( di Indonesia belum ada )
Interaksi obat golongan inhibitor Glukosidase :
Obat A Obat B Efek yang terjadi
Akarbose Digoksin Konsentrasi serum digoksin menurun, efek
teraupetik digoksin menurun.
Akarbose Enzim saluran cerna Efek akarbose menurun, tidak digunakan
( amilase, pankreatin ) bersama.
Akarbose Absorben/karbon aktif Efek akarbose menurun, tidak digunakan
bersama.
Miglitol Digoksin Konsentrasi plasma digoksin menurun 19-26%
tetapi pada 1 studi pada pasien diabetes
pengguna digoksin bersamaan dengan miglitol
100 mg. 3x sehari selama 14 hari tidak terjadi
penurunan konsentrasi plasma digoksin.
Miglitol Gliburid Terjadi penurunan AUC Cmax dan AUC
gliburid walaupun secara tidak signifikan.

18
Miglitol Metformin Terjadi penurunan AUC dan Cmax metformin
12-13% pada pasien yang menggunakan
miglitol dibandingkan terhadap placebo, tetapi
secara statistic tidak signifikan.
Miglitol Propanol Ketersediaan hayati propanol menurun
signifikan 40%.
Miglitol Ranitidine Ketersediaan hayati ranitidine menurun
signifikan 60%.
Miglitol Enzim saluran cerna Efek miglitol menurun, tidak digunakan
( amilase, pankreatin ) bersama
Miglitol Absorben/karbon atif Efek miglitol menurun, tidak digunakan
bersama

19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Farmakologi pada Diabetes Melitus akan tepat digunakan jika klien mematuhi aturan
yang disarankan perawat, tapi terlebih perawat harus menjalankan 10 benar pemberian
obat.
3.2 Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca

20
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif dkk.2001.Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3.Jakarta:Media Aesculapius.


Sukandar, Elin Yulianah dkk.2008.Iso Farmako Terapi.Jakarta:PT.ISFI.
http://aliemharahap.blogspot.com/2009/02/farmakologi-diabetes-mellitus.html
http://saputra83.blog.friendster.com/diabetes-mellitus/
http://yosefw.wordpress.com/2007/12/27/penggunaan-antidiabetik-oral-gol-sulfonilurea-
pada-diabetes-mellitus/

21

Anda mungkin juga menyukai