Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PERBAIKAN NILAI KEPERAWATAN ANAK

HOSPITALISASI PADA ANAK

DISUSUN OLEH :

ERLIN MURA NGGUNA (1301050330)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG

PRODI S1 KEPERAWATAN

2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa
kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dan kerja sama teman-teman yang
telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Makalah ini membahas
tentang Hospitalisasi pada Anak. Kami berharap makalah ini dapat membantu kita semua
dalam melengkap mata kuliah Sensori Persepsi.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekuranan seperti
pepatah Tiada Gading Yang Tak Retak, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun, dan semoga dengan selesainya makalh ini dapat bermanfaat bagi
seluruh mahasiswa.

Malang juli 2017

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latarbelakang
Permasalahan pokok yang sering dihadapi dalam dunia kesehatan tidak lain adalah
reaksi hospitalisasi serta dampak yang ditimbulkannya. Hospitalisasi merupakan suatu
proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk
tinggal di rumah sakit enjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembalike
rumah. Selama proses terebut anak dan orang tua dapat mengalami erbagai kejadian
menurut penelitian ditunjukkan dengan pengalaman yang sangat traumatik dan penuh

stress (Supartini, 2004).

Berbagai perasaan yang sering muncul pada anak yaitu cemas, marah, sedih, takut
dan rasa bersalah (wong, 2000). Perasaan tersebut dapat timbulkan karena menghadapi
sesuatu yang baru dan belum pernah dialami sebelumnya, rasa tidak aman dan tidak
nyaman, perasaan kehilangan sesuatu yang biasa dialaminya dan sesuatu yang dirasakan
menyakitkan. Apabila anak stress selama dalam perawatan, orangtua menjadi stress pula
dan stress orangtua akan meningkatkan stress anak semakin meningkat (supartini, 2000)
Berdasarkan hasil pengamatan pasien anak yang dirawat dirumah sakit masih sering
mengalami stress hospitalisasi yang berat khusunya takut terhadap pengobatan, asing
dengan lingkungan baru dan takut terhadap petugas kesehatan. Fakta tersebut
merupakan masalah penting yang harus mendapatkan perhatian perawat dalam
pengelolah asuhan keperawatan (Nursalam, 2005)
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah,sebagai berikut :
1.2.1 Apakah definisi hospitalisasi ?
1.2.2 Apa saja stressor dari hopitalisasi ?
1.2.3 Apa saja reaksi yang muncul saat dilakukan hospitalisasi pada
anak ?
1.2.4 Bagaimanakah konsep asuhan keperawatan yang dilakukan dalam
menimalkan hospitalisasi ?
1.3 T u j u a n
1.3.1 Untuk mengetahui defenisi hospitalisasi
1.3.2 Untuk mengetahui stressor dari hospitalisasi
1.3.3 Untuk mengetahui reaksi dalam hospitalisasi
1.3.4 Untuk mengetahui asuhan keperawatan dalam hospitalisasi
1.4 M a n f a a t
1.4.1 O rang tua dapat mengatasi dampak hospitalisasi bagi anak dan
dirinya sendiri.
1.4.2 Perawat dapat mengetahui cara atau langkah yang dapat dilakukan
untukmengatasi dampak dari hospitalisasi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hospitalisasi
Menurut potter dan perry (2005) hospitalisasi adalah pengalaman yang penuhtekanan,
utamanya karena perpisahan dengan lingkungan normal dimana oranglain berarti seleksi
perilaku koping terbatas dan perubahan status kesehatan. Hospitalisasi adalah kebutuhan
klien untuk dirawat karena adanya perubahan aau ganggua fisik, psikis, sosial dan
adaptasi terhadap lingkungan (parini, 1999).
Proses hospitalisasi dapat menimbulkan trauma atau dukungan bergantung pada
institusi, sikap keluarga dan teman, respon staf, dan jenis penerimaan masuk rumah sakit
(stuart, 200, hal:102).
Hospitalisasi merupakan proses karena suatu alasan yang terencana ataudarurat,
mengharuskan anak untuk tinggal di 3S, menjalani terapi dan perawatan sampai
dipulangkan kembali ke rumah. Perasaan yang sering muncul pada anak : cemas, marah,
sedih, takut dan rasa bersalah (wong, 2000). Bila anak stress maka orang tua juga
menjadi stress danakan membuat stress anak semakin meningkat(Supartini, 2000).
Hospitalisasi terjadi apabila dalam masa pertumbuhan dan perkembangan anak
mengalami suatu gangguan fsik maupun mentalnya yang memungkinkan anak untuk
mendapatkan perawatan di rumah sakit.
Secara sederhana, hospitalisasi merupakan keadaan dimana orang sakit beada pada
lingkungan rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan dalam perawatan atau
pengobatan sehingga dapat mengatasi atau menringankan penyakitnya. Tetapi
pada umumnya hospitalisasi dapat menimbulkan ketegangan dan ketakutan serta dapat
menimbulkan gangguan emosi atau tingkah laku yang mempengaruhi kesembuhan dan
perjalanan penyakit anak selama dirawa di rumah sakit.
Suatu proses karena suatu alasan darurat atau berencana mengharuskan anak untuk
tinggal di rumah sakit menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali
kerumah. Selama proses tersebut bukan saja anak tetapi orang tua juga mengalami
kebiasaan yang asing, lingkungannya yang asing, orang tua yang kurang mendapat
dukungan emosi akan menunjukkan rasa cemas. Rasa cemas pada orang tua akan
membuat stress anak meningkat. Dengan demikian asuhan keperawatan tidak hanya
terfokus pada anak terapi juga pada orang tuanya.
2.2 Stressor umum pada hospitalisasi
1. Perpisahan
2. Kehilangan kendali
3. Perubahan gambar diri
4. Nyeri dan Rasa takut
2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi hospitalisasi pada anak
1. Berpisah dengan orang tua dan sparing.
2. Fantasi-fantasi dan unrealistic anxieties tentang kegelapan,monster,pembunuhan dan
binatang buas diawali dengan yang asing.
3. Gangguan kontak social jika pengunjung tidak diizinkan
4. Nyeri dan komplikasi akibat pembedahan atau penyakit.
5. Prosedur yang menyakitkan dan takut akan cacat dan kematian
2.4 Reaksi orang tua pada hospitalisasi anak
1. Denial tidak percaya akan penyakit anak
2. Marah/merasa bersalah, merasa bersalah karena tidak bisa merawat anaknya
3. Ketakutan, frustasi dan cemas, tingkat keseriusan penyakit, prosedur tindakan medis,
dan ketidaktahuan
4. Depresi, terjadi setelah masa
2.5 Pendekatan yang digunakan dalam hospitalisasi
1. Pendekatan Empirik
Dalam menanamkan kesadaran diri terhadap para personil yang terlibat dalam
hospitalisasi, metode pendekatan empirik menggunakan strategi, yaitu ;
a. Melalui dunia pendidikan yang ditanamkan secara dini kepada peserta didik.
b. Melalui penyuluhan atau sosialisasi yang diharapkan kesadaran diri mereka
sendiri dan peka terhadap lingkungan sekitarnya.
2. Pendekatan melalui metode permainan
Metode permainan merupakan cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik
dalam dirinya yang tidak disadari. Kegiatan yang dilakukan sesuai keinginan sendiri
untuk memperoleh kesenangan.
a. Bermain merupakan kegiatan
a) Menyenangkan / dinikmati
b) Fisik
c) Intelektual
d) Emosi
e) Sosial
f) Untuk belajar
g) Perkembangan mental
h) Bermain dan bekerja
b. Tujuan bermain di rumah sakit
1) Untuk dapat melanjutkan tumbuh kembang yang normal selama di rawat.
2) Untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan dan fantasinya melalui
permainan.
c. Prinsip bermain di rumah sakit
1) Tidak membutuhkan banyak energy
2) Waktunya singkat
3) Mudah dilakukan
4) Aman
5) Kelompok umur
6) Tidak bertentangan dengan terapi
7) Melibatkan keluarga
d. Fungsi bermain
1) Aktifitas sensori motorik
2) Perkembangan kognitif
3) Sosialisasi
4) Kreatifitas
5) Perkembangan moral therapeutic
6) Komunikasi
e. Klasifikasi bermain
1) Sosial affective play
a) Belajar memberi respon terhadap lingkungan.
b) Orang tua berbicara / memanjakan ; anak senang, tersenyum,
mengeluarkan suara, dan lain-lain.
2) Sense of pleasure play
a) Anak memperoleh kesenangan dari suatu obyek disekitarnya.
b) Bermain air / pasir.
3) Skill play
a) Anak memperoleh keterampilan tertentu.
b) Mengendarai sepeda, memindahkan balon, dan lain-lain.
4) Dramatic play / tole play
a) Anak berfantasi menjalankan peran tertentu , contohnya ; perawat,
dokter, ayah, ibu, dan lain-lain.
f. Karakteristik social
1) Solitary play
a) Dilakukan oleh balita (todler) atau pre school
b) Bermain dalam kelompok, permainan sejenis, tak ada interaksi, tak
tergantung.
c) Bermain dalam kelompok, aktivitas sama, tetapi belum terorganisasi
dengan baik
d) Belum ada pembagian tugas, bermain dengan keinginannya
e) School age / adolescent
f) Permainan terorganisasi terencana, ada aturan-aturan tertentu
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi bermain
a) Tahap perkembangan anak
b) Status kesehatan
c) Jenis kelamin
d) Alat permainan

2.6 Stressor dan Reaksi sesuai tumbuh kembang pada anak


Reaksi anak pada hospitalisasi
1. Masa bayi (0-1 tahun)
Dampak perpisahan, usia anak >6 bulan terjadi stanger anxiety (cemas)
a. Menangis keras
b. Pergerakan tubuh yang banyak
c. Ekspresi wajah yang tidak menyenangkan
2. Masa todler (2-3 tahun)
Sumber utama adalah cemas akibat perpisahan. Disini respon perilaku anak dengan
tahapnya.
a. Tahap protes menangis, menjerit, menolak perhatian orang lain
b. Putus asa menangis berkurang, anak tidak aktif, kurang menunjukkan minat
bermain, sedih, apatis\
c. Pengingkaran / denial
d. Mulai menerima perpisahan
e. Membina hubungan secara dangkal
f. Anak mulai menyukai lingkungannya
3. Masa prasekolah (3-6 tahun)
Sering kali dipersepsikan anak sekolah sebagai hukuman, sehingga menimbulkan
reaksi agresif.
a. Menolak makan
b. Sering bertanya
c. Menangis perlahan
d. Tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan
4. Masa sekolah (6-12 tahun)
Perawatan di rumah sakit memaksakan ;
a. Meninggalkan lingkungan yang dicintai
b. Meninggalkan keluarga
c. Kehilangan kelompok sosial, sehingga menimbulkan kecemasan
5. Masa remaja (12-18 tahun)
Anak remaja begitu percaya dan terpengaruh kelompok sebayanya. Reaksi yang
muncul ;
a. Menolak perawatan / tindakan yang dilakukan
b. Tidak kooperatif dengan petugas
c. Bertanya-tanya
d. Menarik diri
e. Menolak kehadiran orang lain
2.7 Gangguan peran orang tua dan keluarga
Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi
1. Perasaan yang muncul dalam hospitalisasi ;
Takut
Cemas
Perasaan sedih
Frustasi
Reaksi keluarga terhadap hospitalisasi
Marah
Cemburu
Benci
Rasa bersalah
2. Reaksi lingkungan sosial terhadap hospitalisasi
Acuh tak acuh
Terkesan menghindar
Intevensi perawatan dalam mengatasi dampak hospitalisasi Fokus intervensi
keperawatan adalah ;
Menimalkan stressor
Memaksimalkan manfaat hospitalisasi
Memberikan dukungan psikologis pada anggota keluarga
Mempersiapkan anak sebelum masuk rumah sakit
3. Upaya meminimalkan stressor atau penyebab stress
Dapat dilakukan dengan cara ;
Mencegah atau mengurangi dampak perpisahan
Mencegah perasaan kehilangan control
Mengurangi / menimalkan rasa takut terhadap perlukaan tubuh dan rasa nyeri
4. Upaya mencegah / meminimalkan dampak perpisahan
Melibatkan orang tua berperan aktif dalam perawatan anak
Modifikasi ruang perawatan
Mempertahankan kontak dengan kegiatan sekolah, surat menyurat, bertemu
teman sekolah
5. Mencegah perasaan kehilangan control
Hindarkan pembatasan fisik jika anak dapat kooperatif
Bila anak diisolasi lakukan modifikasi lingkungan
Buat jadwal untuk prosedur terapi, latihan, bermain
6. Meminimalkan rasa takut terhadap cedera tubuh dan rasa nyeri
Mempersiapkan psikologis anak dan orang tua untuk tindakan prosedur yang
menimbulkan rasa nyeri
Lakukan permainan sebelum melakukan persiapan fisik anak
Menghadirkan orang tua bila mungkin
Tunjukkan sikap empati
Pada tindakan elektif bila memungkinkan menceritakan tindakan yang dilakukan
melalui cerita dan gambar
Perlu dilakukan pengkajian tentang kemampuan psikologis anak menerima
informasi ini dengan terbuka
7. Memaksimalkan manfaat hospitalisasi anak
Membantu perkembangan anak dengan memberi kesempatan orang tua untuk
belajar
Memberi kesempatan pada orang tua untuk belajar tentang penyakit anak
Meningkatkan kemampuan kontrol diri
Memberi kesempatan untuk sosialisasi
Memberi support kepada anggota
8. Mempersiapkan anak untuk mendapat perawatan di rumah sakit
Kenalkan perawat dan dokter yang merawatnya
Kenalkan pada pasien yang lain
Berikan identitas pada anak
Jelaskan aturan rumah sakit
Laksanakan pengkajian
Lakukan pemeriksaan fisik
Adapun dampak yang akan dialami bagi anak dan keluarga akan menimbulkan
stressdan tidak merasa aman. Jumlah dan efek stress tergantung pada persepsi
anak keluarga terhadap kerusakan penyaklit dan pengobatan.
2.8 Asuhan keperawatan anak dengan hospitalisasi
Menejemen asuhan keperawatan untuk balita
1. Berikan asuhan keperawatan yang konsisten
2. Menyayi dan berbicara dengan bayi
3. Sentuh, pegang, gendong bayi dan terus berinteraksi selama prosedur
4. Anjurkan interaksi dengan orang tua : rooming in, orang tua bicara dengan anak
dan ijin apabila mau pergi
5. Biarkan mainan yang membuat rasa nyaman dan aman
6. Anjurkan orang tua berada disamping anak saat prosedur invasive yang
menyakitkan
7. Dekatkan mainan faforit anak
8. Pertahankan kontak maksimal dengan beberapa perawata, kenalkan perawata
disamping orang tua, ijinkan anak bertemu perawata sebelum prosedur dilakukan
9. Bantu kunjungan saudara kandung
Manajemen asuhan keperawatan untuk anak sekolah
1. Batasi aturan dan dorongan pada perilaku
2. Anjurkan orang tua merencanakan kunjungan dengan anak
3. Ijinkan anak memilih dalam batasan yang yang dapat diterima
4. Berikan cara-cara anak dapat membantu pengobatan dan uji atas kerjasama anak
Permasalannya :
a. Rasa takut : pahami penyebab penyakit, dan lihat ekspresi verbal dan non
verbal
b. Ansietas : pahan alasan dipisahkan tetapi masih butuk keberadaan orang tua
dan lebih peduli terhadap rutinitas sekolah dan teman-teman
c. Tidak berdaya : anak marah dan frustasi, lamanya imobilisasi dihubungkan
dengan menarik diri, bosan, perasaan antipasti. Peduli terhadap kehilangan
control emosi, menangis karena malu yang berlebihan karena pengobatan.
d. Gangguan citra diri: peduli terhadap perubahan tubuh, dapat mengalihkan
rasa nyeri dengan alihkan perhatian, takut terhadap pembedahan di area
genital.
Menejemen pada anak usia sekolah
1. Monitor perilaku untuk menentukan kebutuhan emosi terutama pada anak yang
menarik diri dan tidak berespon
2. Jelaskan prosedur rinci (jika anak meminta)
3. Anjurkan kunjungan teman sebaya
4. Diskusikan respon thd pertanyaan ttg penyakit dan perubahan tubuh
5. Berikan waktu diskusi
6. Biarkan anak memilih, partisipasi, privasi,
7. Ikuti kenginan anak ttg keberadaan ortu
Permasalahan :
a. Rasa takut : paham bahwa penyakit beragam, menunjukkan sedikit rasa takut
tetapi bisa ketakutan kalau pengalaman lalu menyakitkan.
b. Ansietas : pada orang tua penting tetapi tidak harus, peduli atas perpisahan
dengan guru dan teman, cemas terhadap PR sekolah dan perubahan peran
dalam kelompok.
c. Tidak berdaya : anak berusaha mandiri, mencoba berani selama prosedur
medis, kasar pada orang tua saat berusaha mandiri membuat stress, peduli
dengan cara mengekspresikan perasaan dan malu terhadap perilaku yang
berlebihan, merasa tidak pasti tentang masa depan karena penyakit atau
hospitalisasi.
Manajemen pada anak usia remaja
1. Fasilitasi perencanaan aktifasi (peer)
2. Menjelaskan kepada orang tua tentang kebutuhan mandiri
3. Monitor perilaku anak apabila ingin bicara
4. Berikan permainan dan aktifitas lain yang membantu untuk dapat diskusi
5. Berika npenyuluhan rinci tentang prosedur pengobatan, terapi yang menyangkut
area genital
6. Berikan privasi setiap prosedur tindakan
Permasalahan:
a. Rasa takut ; anak dapat berfikir hipotesis tentang penyakitnya, banyak
bertanya dan mengekspresikan rasa takut secara verbal tentang konsekuensi
penyakit
b. Ansietas : perpisahan dengan sekolah dan teman lebih bermakna dari pada
orang tua, menarik diri dikarenakan perubahan penampilan
c. Tidak berdaya : peduli terhadap kehilangan fungsi mandiri, sulit mengijinkan
bantuan secara fisik dan emosi saat marah, menarik diri atau frustasi.
d. Gangguan citra diri : peduli dengan ancaman terhadap perubahan terhadap
perkembangan identitas seksualitas dan peran sesuai gender, sangat
peduliterhadap perubahan citra diri, kuatir tentang tanggapan orang
lain/dikasihi, sulit bekerja sama jika pengobatan yang berhubungan dengan
perubahan citra diri
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Hospitalisasi merupakan keadaan dimana orang sakit berada pada lingkungan
rumah sakit untuk mendapatkan pertolongandalam perawatan atau
pengobatan sehingga dapat mengatasi atau meringankan penyakitnya.tetapi pada
umumnya hospitalisasi dapat menimbulkan ketegangan tingkah laku dan
mempengaruhi kesembuhan dan perjalanan penyakit klien selama dirawat dirumah
sakit. Reaksi hospitalisasi bersifat individual. Perawat berperan penting dalam
memberikan respon positif untuk keluarga dan pasien dalam hospitalisasi agar tidak
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
3.2 SARAN
Perawat sebaiknya sudah harus memahami dan mengerti tentang hospitalisasi
agar dapat menerapkannya dan dapat memberikan pelayanan ruangannya agar pasien
tidak merasa takut dan gelisah berada di rumah sakit dan ruangan handaklah di desain
untuk memberikan kenyamanan bagi pasien
DAFTAR PUSTAKA

Aizah S, Wati E. 2014. upaya menurunkan tingkat stres hospitalisasi dengan aktifitas
mewarnai gambar pada anak usia 4-6 tahun di ruang anggrek RSUD gambiran
kediri. Jurnal nomor 25 vol. 01. Desember tahun 2014
Utami Y. 2014. dampak hospitalisasi terhadap perkembangan anak. Sekolah tinggi ilmu
kesehatan binawan. Jurnal ilmiah widya vol. 2 nomor 2 mei-juli-2014
Setyawan, Dwi bodhi. 2011. Hospitalisasi pada anak.diakses pada tanggal 24 0ktober 2015
dari http://kumpulan-askep-blogspot.co.ic/2011/03/hospitalisasi-pada-anak.html
Anonim. 2011. Hospitalisasi. Diakses pada tanggal 24 oktober 2015

Anda mungkin juga menyukai