Anda di halaman 1dari 23

perancangan rumah tinggal profesi kontraktor dengan konsep ramah

lingkungan

Teknologi ramah lingkungan


telah ramai dikampanyekan, masyarakat dikenalkan dengan konsep ramah lingkungan, misal
prinsip pemisahan sampah organik dan anorganik, serta penggunaan plastik dan sabun yang
bisa terdegradasi. Selain itu perusahaan-perusahaan juga mulai diwajibkan untuk
menggunakan teknologi yang ramah lingkungan dan penanganan pengolahan limbah sesuai
dengan standard yang telah ditetapkan oleh badan yang terkait, misalnya dengan adanya ISO
4001 tentang lingkungan. Kelangkaan BBM & BBG serta fenomenaglobal warming
menyebabkan setiap bidang keilmuwan berlomba untuk melakukan inovasi penggunaan
energi-energi alternatif selain minyak dan gas bumi, serta berlomba menciptakan dan
menggunakan teknologi yang ramah lingkungan Green Technology. Energi alternatif yang
banyak dieksplorasi oleh para ahli agar bisa digunakan sebagai pengganti BBM dan BBG
adalah energi matahari, angin, biofuel, biogas, dan bioetanol.
Rumah merupakan elemen terdekat dan terkecil yang merupakan tempat singgah dari subjek
(pelaku utama) pengguna energi BBM & BBG serta sebagai produsen dari limbah baik secara
langsung maupun tidak langsung. Para ahli baik itu arsitek maupun teknokrat sedang dan telah
melakukan berbagai inovasi untuk menciptakan rumah yang hemat energi dan ramah
lingkungan.
Indonesia merupakan negara tropis yang dilewati oleh garis katuliswa sehingga dilimpahi sinar
matahari yang cukup sepanjang tahun, serta suhu yang cukup stabil. Dengan memperhatikan
kondisi geografis tersebut, maka energi alternatif matahari sangat cocok diterapkan di
Indonesia. Konstruksi bangunan rumah juga harus memperhatikan unsur penggunaan
bahan/material dan bentuk bangunan yang mampu mengurangi penggunaan lampu untuk
pencahayaan, AC untuk pendingin, sistem pembuangan yang baik.
1. Konsep Green Building

Green building (juga dikenal sebagai konstruksi hijau atau bangunan yang berkelanjutan)
mengacu pada struktur dan menggunakan proses yang bertanggung jawab terhadap lingkungan
dan sumber daya yang efisien di seluruh siklus hidup-bangunan: mulai dari penentuan tapak
untuk desain, konstruksi, operasi, pemeliharaan, renovasi pembongkaran, dan. Hal ini
membutuhkan kerjasama yang erat dari tim desain, arsitek, insinyur, dan klien di semua
tahapan proyek. Praktik Green Building memperluas dan melengkapi desain bangunan klasik
keprihatinan ekonomi, utilitas, daya tahan, dan kenyamanan.
Green construction ialah sebuah gerakan berkelanjutan yang mencita-citakan terciptanya
konstruksi dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan pemakaian produk konstruksi yang ramah
lingkungan, efisien dalam pemakaian energi dan sumber daya, serta berbiaya rendah. Gerakan
konstruksi hijau ini juga identik dengan sustainbilitas yang mengedepankan keseimbangan
antara keuntungan jangka pendek terhadap resiko jangka panjang,dengan bentuk usaha saat ini
yang tidak merusak kesehatan, keamanan dan kesejahteraan masa depan.
Konsep pembangunan berkelanjutan dapat ditelusuri dengan energi (minyak terutama fosil)
krisis dan pencemaran berwawasan lingkungan pada tahun 1970. Gerakan green building di
Amerika Serikat berasal dari kebutuhan dan keinginan untuk lebih hemat energi dan ramah
lingkungan konstruksi praktek. Ada sejumlah motif untuk membangun hijau, termasuk manfaat
lingkungan, ekonomi, dan sosial. Namun, inisiatif keberlanjutan yang modern panggilan untuk
desain terpadu dan sinergis untuk kedua konstruksi baru dan dalamperkuatan struktur yang ada.
Juga dikenal sebagai desain yang berkelanjutan, pendekatan ini mengintegrasikan membangun
siklus hidup dengan setiap praktik hijau digunakan dengan tujuan desain-untuk menciptakan
sinergi antara praktek yang digunakan.
Green building menyatukan array yang luas dari praktek, teknik, dan keterampilan untuk
mengurangi dan akhirnya menghilangkan dampak bangunan terhadap lingkungan dan
kesehatan manusia. Hal ini sering menekankan mengambil keuntungan dari sumber daya
terbarukan, misalnya, menggunakan sinar matahari melalui solar pasif, surya aktif, dan
fotovoltaik teknik dan menggunakan tanaman dan pohon-pohon melalui atap hijau, taman
hujan, dan pengurangan air hujan run-off. Banyak teknik lain yang digunakan, seperti
menggunakan kayu sebagai bahan bangunan, atau menggunakan beton kerikil atau permeabel
dikemas bukan beton atau aspal konvensional untuk meningkatkan pengisian air tanah. Di sisi
estetika arsitektur hijauatau desain yang berkelanjutan adalah filosofi merancang bangunan
yang harmonis dengan fitur alam dan sumber daya sekitar situs. Ada beberapa langkah kunci
dalam merancang bangunan berkelanjutan: menentukan hijau bahan bangunan dari sumber-
sumber lokal, mengurangi beban, sistem mengoptimalkan, dan menghasilkan di tempat energi
terbarukan.
Aplikasi dari konstruksi hijau pada tahap perencanaan terlihat pada beberapa desain konstruksi
yang memperoleh award sebagai desain bangunan yang hemat energi, dimana sistem bangunan
yang didesain dapat mengurangi pemakaian listrik untuk pencahayaan dan tata udara.Selain itu
berbagai terobosan baru dalam dunia konstruksi juga memperkenalkan berbagai material
struktur yang saat ini menggunakan limbah sebagai salah satu komponennya, seperti
pemakaian flyash, silica fume pada beton siap pakai dan beton pra cetak. Selain itu terobosan
sistem pelaksanaankonstruksi juga memperkenalkan material yang mengurangi
ketergantungan dunia konstruksi pada pemakaian material kayu sebagai perancah.
Pemakaian material/bahan bangunan yang banyak digunakan seperti kaca, beton, kayu, asphalt,
baja dan jenis metal lainnya ditengarai dapat menimbulkan efek pemanasan global yang
signifikan dan menyebabkan perubahan iklim di dunia. Ingat kan penggunaan kaca gelap/ kaca
yag dapat memantulkan cahaya matahari yang biasanya digunkan pada gedung-gedung
tinggi/bertingkat yang biasa disebut dengan kaca film ribben. Jelas-jelas itu sangat merugikan
karena menghantarkan cahaya matahari kembali ke atmosfer bumi dan terjadilah penumpukan
sehingga suhu bumi semakin panas. Empat aspek utama yang perlu dipertimbangkan dalam
membangun green building yaitu:
Material
Material yang digunakan untuk membangun haruslah diperoleh dari alam, merupakan sumber
energi terbarukan yang dikelola secara berkelanjutan, atau bahan bangunan yang didapat secara
lokal untuk mengurangi biaya transportasi. Daya tahan material bangunan yang layak
sebaiknya tetap teruji, namun tetap mengandung unsur bahan daur ulang, mengurangi produksi
sampah, dan dapat digunakan kembali atau didaur ulang.
Energi
Penerapan panel surya diyakini dapat mengurangi biaya listrik bangunan. Selain itu, bangunan
juga selayaknya dilengkapi jendela untuk menghemat penggunaan energi (terutama untuk
lampu serta AC). Untuk siang hari, jendela sebaiknya dibuka untuk mengurangi pemakaian
listrik. Jendela tentunya juga dapat meningkatkan kesehatan dan produktivitas penghuninya.
Green building juga harus menggunakan lampu hemat energi, peralatan listrik hemat energi
lain, serta teknologi energi terbarukan seperti turbin angin dan panel surya.
Air
Penggunaan air dapat dihemat dengan menginstal sistem tangkapan air hujan. Cara ini akan
mendaur ulang air yang misalnya dapat digunakan untuk menyiram tanaman atau menyiram
toilet. Gunakan pula peralatan hemat air, seperti pancuran air beraliran rendah, tidak
menggunakan bathtub di kamar mandi, menggunakan toilet flush hemat air atau toilet kompos
tanpa air, dan memasang sistim pemanas air tanpa listrik.
Efisiensi PencahayaanManfaatkan semaksimal mungkin cahaya matahari sebagai sumber
cahaya di pagi hingga sore hari. Menggunakan cahaya matahari dapat menghemat energi listrik
dari lampu yang digunakan di siang hari. Pencahayaan alami bisa diperoleh melalui
pencahayaan samping yaitu dari jendela, dan pencahayaan atas yang berasal dari lubang atap.
Buatlah desain rumah yang lebih terbuka pada dinding dan atap, agar cahaya matahari dapat
masuk ke dalam rumah secara lebih maksimal. Mengurangi sekat ruangan, menyatukan fungsi
ruang, dapat memaksimalkan cahaya yang masuk ke dalam rumah.Efisiensi
RuangMenggabungkan lebih dari satu fungsi dalam satu ruangan, adalah pilihan baik,
dibanding harus memboroskan ruang. Misalnya meniadakan fungsi ruang tamu, karena kita
jarang menerima tamu, atau lebih sering menerima tamu di teras. Buat saja ruang keluarga yang
lebih besar, agar bisa nyaman dan maksimal untuk bercengkrama sekaligus menerima tamu
yang sudah kenal dekat. Dalam hal ukuran bangunan, lebih besar tidak selalu lebih baik. Karena
makin kecil (baca : sederhana) bangunan, akan makin baik control aspek lingkungan terhadap
bangunan tersebut."Bangunan ramah lingkungan, dirancang dengan massa ruang, keterbukaan
ruang, dan hubungan ruang luar-dalam yang cair, teras lebar, ventilasi bersilangan, dan void
berimbang."Pembayangan Ruang Luar, Kulit Bangunan, VentilasiPemilihan bahan dan desain
pembayangan, serta bukaan ventilasi yang baik, mempengaruhi kenyamanan dan energi dalam
rumah. Berikan secondary skin pada dinding bagian luar, terlebih jika rumah menghadap ke
arah barat. Buat teritisan di atas bukaan, yang fungsinya meredam panas matahari secara
langsung ke dalam rumah. Bangunan dirancang dengan teras lebar, ventilasi bersilangan; yaitu
membuat bukaan (jendela) pada dua dinding yang berbeda, innercourt serta void berimbang,
untuk sirkulasi udara dan cahaya alami ke seluruh ruangan, agar hemat energi.
Kesehatan
Gunakan bahan-bahan bagunan dan furnitur yang tidak beracun serta produk dapat
meningkatkan kualitas udara dalam ruangan, untuk mengurangi risiko asma, alergi, dan
penyakit lainnya. Bahan-bahan yang dimaksud adalah bahan bebas emisi, rendah atau non-
VOC, dan tahan air untuk mencegah datangnya kuman dan mikroba lainnya. Kualitas udara
dalam ruangan juga dapat ditingkatkan melalui sistim ventilasi dan alat-alat pengatur
kelembaban udara.
Pembahasan
Penggunaan Energi Matahari

Pemanfaatan energi matahari saat ini telah banyak digunakan di seluruh dunia dalam bentuk
aplikasi yang beraneka ragam. Energi matahari, misalnya, digunakan untuk memanaskan air,
yang dikenal dengan nama pemanas air tenaga surya ( solar water heater). Ada juga
pengubahan cahaya matahari menjadi listrik melalui modul solar (solar Sell), yang disebut
dengan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). PLTS adalah suatu sistem yang ramah
lingkungan, tidak menimbulkan bahaya ataupun polusi, dan hemat energi karena
memanfaatkan energi matahari.
Energi matahari dapat diubah menjadi energi listrik (listrik arus searah atau lebih dikenal
dengan sebutan direct current) melalui modul surya ( solar module). Listrik yang berupa arus
searah (DC) tersebut memiliki tegangan 12 Volt. Listrik ini dapat langsung
digunakan/dimanfaatkan, atau dapat juga disimpan ke dalam media penyimpan listrik berupa
batere/aki untuk penggunaan pada malam hari. Pengisian listrik ke dalam batere/aki dan
penggunaan listrik dari batere/aki diatur dengan alat yang disebut controller untuk menghindari
overcharge (waktu pengisian yang terlalu lama) dan overdischarge (kekosongan yang terlalu
lama) pada batere/aki. Pengaturan ini membuat masa penggunaan ( life time) batere/aki lebih
lama.
Untuk aplikasi penggunaan listrik arus bolak-balik ( alternating current) dapat dilakukan
melalui alat DC/AC inverter, yang mengubah listrik berarus DC menjadi listrik berarus bolak-
balik (AC), seperti 110 Volt ataupun 220 Volt. Sedangkan kapasitas daya (Watt) ataupun
tegangan (Voltage) listriknya dapat dirancang sesuai keinginan.
Penggunaan PLTS untuk Rumah Tinggal
Secara umum, yang dapat memanfaatkan listrik tenaga surya adalah rumah tinggal, baik di
perkotaan ataupun di pedesaan. Listrik tersebut digunakan untuk kebutuhan rumah tangga,
yang meliputi penerangan, televisi, radio, setrika, kulkas, komputer, AC, pompa air, dan lain
sebagainya.
Komponen utama dari sistem PLTS adalah modul surya yang lebih dikenal dengan sebutan
solar cell atau photovoltaics. Kapasitas modul surya disebut dalam Watt peak (Wp), artinya 1
Wp identik dengan 1 Watt listrik. Jadi untuk modul surya berkapasitas 60 Wp dapat
menghasilkan energi listrik sebanyak 60 Watt per jam, apabila modul surya tersebut disinari
matahari secara terus menerus selama 1 jam. Sehingga dengan asumsi rata-rata sinar matahari
yang diserap oleh modul surya tersebut adalah 5 jam per hari, maka dapat menghasilkan listrik
sebesar 60 Watt x 5 jam = 300 Wh (Watt hour) per hari.
Sebagai ilustrasi, 300 Wh tersebut dapat dimanfaatkan untuk menghidupkan 5 lampu jenis
hemat energi ukuran 5 Watt (identik dengan lampu pijar 25 Watt) selama 12 jam non-stop
setiap harinya (5 lampu x 5 Watt x 12 jam = 300 Wh). Sehingga untuk rumah berukuran sedang
dengan jumlah titik lampu sebanyak 20 lampu, hanya membutuhkan 4 modul surya kapasitas
60 Wp yang dirangkai secara pararel ataupun serial. Meskipun nilai rupiah sistem PLTS untuk
contoh 20 lampu tersebut lumayan mahal, kurang lebih Rp 10 juta, Anda dapat melakukan
banyak penghematan energi. Ukuran modul surya yang berkapasitas 60 Wp adalah panjang 74
cm, lebar 64 cm, tebal 5 cm dengan berat yang hanya 6 kg.
Karakteristik Modul Surya
Modul surya memiliki beberapa karakteristik yang sangat istimewa selain ramah lingkungan
dan hemat energi, yaitu tahan terhadap cuaca (waterproof), sehingga Anda tidak perlu kawatir
apabila modul ini kehujanan. Anda tidak perlu repot-repot membersihkan modul surya ini
secara berkala, karena modul surya tidak memerlukan perawatan. Modul surya ini juga sangat
mudah untuk dipindahkan, bila dirasa posisi/letaknya kurang cocok, bahkan modul ini dapat
berfungsi sebagai pengganti genteng. Penambahan kapasitas daya (Watt) dapat dilakukan
kapan saja dan tidak terbatas, dengan catatan selama tempat yang ada masih memungkinkan.
Tidak ada biaya operasional, dan masa gunanya bisa lebih dari 30 tahun, dengan jaminan
penggunaan selama 25 tahun dari pihak produsen. Modul ini dapat berfungsi 24 jam sehari,
365 hari dalam setahun non-stop tanpa ada resiko listrik padam dengan kualitas output listrik
yang stabil. Selain itu, modul sur ya ini masih dapat menghasilkan listrik walau cuaca
mendung, serta tidak menimbulkan bahaya seperti radiasi dan sengatan, juga tidak
menimbulkan polusi udara dan suara.
Kekurangan dari modul surya ini adalah harganya yang lumayan mahal saat pembelian
pertama. Akan tetapi, dengan memiliki rumah ramah lingkungan dan hemat energi, maka
banyak manfaat yang dapat dinikmati termasuk ikut peduli dengan program langit biru dan
program hemat energi dari pemerintah dan dunia internasional.
Sinar dari matahari dapat diubah menjadi energi listrik menggunakan komponen yang disebut
sel surya. Sel surya merubah sinar matahari menjadi arus listrik DC. Arus yang dihasilkan
sebanding dengan intensitas sinar matahari yang diterima dan juga sebanding dengan luas
permukaan dari sel surya yang terpapar sinar matahari.
Para ahli telah berhasil memanfaatkan prinsip dari sel surya dengan menciptakan panel surya
yang dapat digunakan sebagai atap rumah. Dengan pesatnya kemajuan teknologi, para ilmuwan
juga telah menciptakan panel surya yang mampu berputar untuk menyesuaikan posisinya
mencari intensitas matahari yang tertinggi. Profesor Michael Gratzel dari Lausanne Federal
Technology Institute juga telah berhasil menemukan sel surya murah yang bisa digunakan
membangun jendela yang menghasilkan listrik dengan efisiensi yang tinggi.
Peralatan pendukung untuk bisa memanfaatkan energi matahari sebagai pengganti listrik dari
PLN, antara lain adalah controller (pengatur pengeluaran daya dari sel surya), inverter untuk
merubah arus DC menjadi arus AC karena peralatan elektronik rumah tangga sebagian besar
menggunakan sumber arus AC, dan baterai yang berguna untuk menyimpan energi yang
dihasilkan sel surya pada siang hari agar bisa dimanfaatkan oleh penghuni rumah pada malam
hari.
Kendala yang dihadapi agar bisa memanfaatkan energi matahari menggunakan panel surya
adalah dari segi biaya pemasangan/instalasi masih mahal jika dibandingkan menggunakan
energi listrik dari PLN. Biaya yang perlu dikeluarkan untuk pemasangan panel surya adalah
US$ 8-10/Watt. Jika seseorang ingin membeli sel surya untuk keperluan penerangan rumah
tangga yang sekitar 900 Watt, maka secara kasar biaya yang perlu dikeluarkan
(diinvestasikan?) sebesar 900 Watt x US$ 8 = US$ 7200. Harga ini sudah termasuk biaya
pemasangan dan beberapa komponen pendukung untuk dipasang di atap sebuah rumah.
Sedangkan pemasangan listrik PLN dengan daya 900 Watt sekitar Rp. 1.500.000,- . Hal inilah
yang menyebabkan masyarakat masih jarang menggunakan panel surya sebagai sumber
listriknya.
Tingginya biaya untuk pemasangan panel surya sebenarnya bisa diatasi jika pemerintah punya
tekad yang kuat untuk memasyarakatkan energi-energi alternatif selain BBM. Pada awalnya
pemerintah bisa memberikan subsidi-subsidi pada energi alternatif untuk mengantikan listrik
PLN, khususnya penggunaan panel surya. Sebagai contoh di Korea Selatan, harga sel surya
yang dibeli oleh konsumen setempat mampu ditekan hingga 70% sekitar US$ 3 hingga 4 per
Watt-nya. Jika diasumsikan pemerintah telah memberikan subsidi sama dengan Korea, maka
biaya pemasangan untuk daya 900 Watt adalah Rp. 27.000.000,-(dengan kurs US$ 1 sebesar
Rp. 10.000.000,-).
Selanjutnya dilakukan sosialisai besar-besaran mengenai keuntungan-keuntungan yang
diperoleh jika menggunakan panel surya, antara lain panel surya bisa digunakan sampai +/- 15
tahun. Jika dihitung biaya listrik yang harus dibayar ke PLN selama 15 tahun dengan rata-rata
pemaikaian tiap bulan Rp. 200.000,- adalah sebesar RP.36.000.000,- sehingga masih ada
selisih keuntungan sebesar Rp. 9.000.000,- ditambah lagi jika TDL naik maka nilai keuntungan
pemaikaian panel surya akan lebih besar lagi. Jika semakin banyak penguna panel surya, maka
pasar otomatis akan berusaha untuk memenuhi permintaan tersebut, dan bisaanya akan diikuti
oleh usaha inovasi-inovasi untuk bisa memproduksi dengan efisien dan murah oleh produsen-
produsen/pabrik pembuat panel surya, sehingga harga akan semkin murah, sebagai contoh
semakin murahnya harga-harga barang elektronik pada saat sekarang ini karena telah
ditemukan teknologi dan proses produksi yang efisien.
Selain keuntungan dari segi biaya jangka panjang (investasi), masih ada lagi keuntungan-
keuntungan yang diperoleh jika menggunakan panel surya. Antara lain penggunaan panel surya
akan mengurangi dampak pencemaran terhadap lingkungan, kita ketahui bahwa pembangkit
tenaga listrik masih banyak yang menggunakan proses pembakaran dari BBM, BBG, batu bara,
dan bahkan nuklir. Pembakaran bahan apapun pasti akan menghasilkan gas yang akan
mencemari udara. Keuntungan yang lain penggunaan listrik dari panel surya ini adalah tidak
akan terpengaruh oleh adanya pemadaman bergilir dari PLN, bayangkan jika tempat transaksi
ekonomi, misalnya mall ataupun perkantoran mengalami pemadaman listrik dari PLN dalam
satu jam saja berapa kerugian yang harus ditanggung.
2. Konstruksi Dan Material Rumah Ramah Lingkungan

Kampanye green technology juga telah membuat para arsitektur maupun teknokrat dibidang
konstruksi untuk melakukan berbagai inovasi untuk merancang konstruksi bangunan dan
memilih material bangunan yang sesuai dengan prinsip ramah lingkungan. Sebagai contoh,
berbagai instansi telah banyak mengadakan lomba desain rumah indah, sederhana, hemat, dan
ramah lingkungan.
Terdapat banyak aspek yang harus diperhatikan ketika merancang sebuah rumah. Berikut ini
adalah berbagai contoh yang telah ditawarkan/dicontohkan oleh para arsitektur yang peduli
akan lingkungannya. Pertama, kita bisa meniru konsep rumah pangung. Dengan adanya jarak
antara tanah dengan lantai, maka area tanah dibawah lantai masih bisa berfungsi untuk
penyerapan air. Hal ini bisa bermanfaat untuk mengurangi banjir. Kedua, harus diperhatikan
masalah pencahayaan. Jika rumah mempunyai titik-titik masuknya cahaya yang cukup, maka
akan mengurangi penggunaan lampu pada siang hari. Selanjutnya yang ketiga adalah masalah
ventilasi, jika pertukaran udara di rumah cukup, maka akan mengurangi penggunaan AC
maupun kipas angin, ditambah lagi jika rumah mempunyai ruang terbuka hijau maka udara
yang keluar masuk rumah akan lebih bersih begitupun suhu udara akan menjadi lebih rendah.
Masalah sanitasi juga harus diperhatikan, misalnya perancangan saluran pembuangan air dan
penempatan tempat sampah organic maupun anorganik.
Pemilihan material untuk membangun sebuah rumah juga akan berpengaruh terhadap efek
keramah-tamahan lingkungan yang sedang gencar-gencarnya dikampanyekan. Pertama,
gunakan sumber daya yang bisa diperbarui. Sumber daya yang bisa diperbarui misalnya
material bangunan dari kayu, bebatuan dan semacamnya yang pada umumnya adalah material
alami yang banyak terdapat di lingkungan sekitar dan mudah untuk diperbarui kembali.
Selanjutnya kita bisa menggunakan kembali material bangunan yang masih layak pakai, dan
mengolah limbah atau material sisa bangunan untuk dapat dimanfaatkan kembali.
Berikut ini adalah contoh berbagai bahan yang bisa dipilih untuk menghasilkan sebuah rumah
yang ramah lingkungan. Low E-Glass, yang bisa digunakan untuk kaca jendela yang akan
menyerap panas sehingga ruangan tidak akan terlalu panas dan berarti penggunaan AC juga
bisa dihemat. Rain Harversting yang memanfaatkan air hujan dengan cara menampungnya dan
digunakan kembali untuk kebutuhan sehari-hari seperti menyiram tanaman sampai untuk toilet.
Storage Heating adalah penyimpanan sumber panas yang nantinya akan digunakan untuk
menghangatkan ruangan pada saat suhu dingin tiba, sehingga penggunaan mesin penghangat
ruangan (heater) dapat dikurangi. Penggunaan bahan Photocatalytic pada permukaan dinding
bagian luar yang akan mengkonversi organik yang berbahaya menjadi tidak berbahaya.
Dalam penerapan green construction tentunya banyak tantangan yang harus dilalui, yaitu :
Modal atau Biaya
Tak bisa dipungkiri penggunaan design hijau ini memakan biaya yang banyak. Untuk konsep
Green Building tentunya tidak akan sama dengan gedung-gedung yang lainnya. Banyak faktor
yang membuatGreen Construction memakan modal yang cukup besar, seperti contohnya
dalam peggunaan pakar atau tenaga ahli dalam pembuatan gedung yang berkonsep Green
Building tentunya mengeluarkan biaya yang tidak sedikit.
Pembuatan design yang startegis
Setiap gedung atau suatu konstruksi dipastikan memiliki design yang berbeda-beda, tentunya
dalam prinsip Green Building design haruslah meningkatkan efesiensi penggunaan sumber
daya pelaksanaan dan pemakaian produk konstruksi yang berkonsepkan ramah
lingkungan.Tentunya hal itu menjadi tantangan utama para ahli Green Building untuk membuat
design yang cocok pada kondisi eksternal internal lingkungan sekitarnya.
Pemilihan material/bahan bangunan yang ramah lingkungan
Mayoritas rumah saat ini dibangun dengan menggunakan bingkai kayu, Gedung tradisional
Bahan dan bahan pilihan bagi banyak orang. Namun membangun rumah kayu berbingkai
membutuhkan rencana yang sangat hati-hati dirancang dan kru konstruksi dengan banyak
pengalaman dan keterampilan. Membangun rumah dengan bingkai kayu umumnya akan
menghasilkan struktur yang handal dan aman, namun juga rentan terhadap kegagalan prematur
ketika rincian kecil dibiarkan atau dibuat dengan produk kayu berkualitasburuk.Saat ini
pemilik rumah memiliki kesempatan untuk memilih dari alternatif Bahan Bangunan Hijau.
Namun dengan isu ilegal logging yang masih banyak penggunaan kayu sebagai material mulai
ditinggalakan untuk kelestarian lingkungan. Penggunaan bau alam, batu bata, gypsum, dan
alumunium serta baja ringanpun menjadi piliha yang tepat. Karena selain ramah lingkungan
tapi juga mampu menunjang ketahanan bangunan dan tentunya healthy conditional.
Pembuatan peraturan-peraturan yang sah dalam penerapan green construction
Di Indonesia saat ini , wacana konstruksi hijau mulai tampak pada penerapan beberapa proyek
seperti proyek ruas jalan tol bandara yang dikerjakan oleh PT. Pembangunan Perumahan dan
proyek Rusunami oleh PT Perumnas. Namun sayangnya hingga saat ini belum ada payung
hukum yang menaungi penerapan konstruksi hijau di Indonesia apa lagi sejumlah insentif yang
akan diberikan pada pelaksanaan proyek yang menerapkan konsep konstruksi hijau.
Penataan kota untuk mewujudkan konsep green building
Green Building pastinya harus membuat suatu area yang di tempatinya menjadi daerah yang
asri dan ramah lingkungan. Oleh karena itu diperlukan tata kota yang tepat jika kita ingin
membuat suatu Green Building di Indonesia. Letak tata kota yang sesuai dengan keseimbangan
ekosistem lingkungan, jangan sampai pembuatan Green Building malah merusak area hijau,
atau siklus udara dan hidrologi yang dipengaruhi oleh hilangnya area resapan air. Untuk di
daerah Indonesia sendiri, bila kita ambil contoh jakarta mungkin pembangunan Green Building
susah untuk dilaksanakan, dikarenakan tata letak kota jakarta yang memang sudah padat untuk
bangunan-bangunan bersifat kepentinan komersial ataupun bangunan hunian tempat tinggal.
Pembiayaan serta perawatan green building
Tidak mudah merawat suatu gedung atau bangunan apalagi bangunan dengan konsep Green
Building, yang harus mempertahankan manfaatnya untuk lingkungan sekitar.
Faktor kesehatan
Menggunakan material & produk-produk yang non-toxic akan meningkatkan kualitas udara
dalam ruangan, dan mengurangi tingkat asma, alergi dan sick building syndrome. Material
yang bebas emisi, dan tahan untuk mencegah kelembaban yang menghasilkan sporadan
mikroba lainnya. Kualitas udara dalam ruangan juga harus didukung menggunakan sistem
ventilasi yang efektif dan bahan-bahan pengontrol kelembaban yang memungkinkan bangunan
untuk bernapas. Bahan-bahan alami atau natural sudah diketahui memang cukup rentan
terhadap gangguan lingkungan itu sendiri seperti keberadaan mikroorganisme ,serta
kelembaban udara dan suhu diluar maupun didalam ruangan yang harus diseimbangkan untuk
meminimalisasi kerusakan bangunan.
Membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya green building
Tantangan ini juga cukup penting untuk dipecahkan, Banyak masyarakat Indonesia yang
tentunya belum tahu akan makna Green Building. Mulai dari konsep,manfaatnya dalam jangka
panjang serta aplikasinya. Penyuluhan akan Green Building seharusnya juga diberikan kepada
masyarakat Indonesia agar lebih mengetahui peranan Green Building dalam dunia
pembangunan di Indonesia. Apalgi dengan ekonomi masyarakat Indonesia yang minim
membuat rencana ini hanya terbatas kepada pengembang bangunan dengan modal besar dan
kalangan menegah ke atas.
Green Building lebih dari sebuah konsep untuk hidup berkelanjutan, tetapi bisa membangun
harapan untuk masa depan. Oleh karena itu, kesadaran masyarakat Indonesia harus
ditingkatkan untuk mengetahui pentingnya membuat bangunan dengan konsep Green
Construction. Apapun yang dilakukan manusia untuk pelestarian lingkungan dan perbaikan
lingkungan mau sekecil apapun memang sangat berarti seperti membuang sampah pada
tempatnya, itu pun masih belum tercapai sempurna. Dengan usia yang menipis karena
perubahan iklim, kekurangan energi yang semakin meningkat dan masalah kesehatan, memang
masuk akal untuk membangun gedung yang tahan lama,menghemat energi, mengurangi limbah
dan polusi, dan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan. Upaya-Upaya untuk mewujudkan
Green Construction:
1) Membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya Green Construction bagi dunia
pembangunan di Indonesia.
2) Membuat bangunan-bangunan yang berbahan dasar ramah lingkungan.
3) Mengatur tata letak kota yang sesuai dengan konsep Green Construction yang
berwawasan lingkungan.
4) Membangun sistem bangunan yang effisien dalam menggunakan energi.
5) Membangun Green Construction dengan menggunakan material yang dapat di
perbaharui, didaur ulang, dan digunakan kembali serta mendukung konsep efisiensi energi.
6) Mengolah limbah-limbah yang bermanfaat untuk dijadikan material bahan dasar.
7) Membangun Green Construction yang sesuai dengan kondisi alam, dan iklim wilayah
Indonesia.
8) Inovasi untuk mengembangkan green building terus dilakukan sebagai upaya untuk
menghemat energi dan mengurangi masalah-masalah lingkungan.
9) Pemilihan material yang pas agar Green Building bisa bertahan lebih lama.
10) Penggunaan teknologi-teknologi yang sesuai dan ramah lingkungan agar tidak merusak
ekosistem sekitar.
3. Rumah Tinggal Dan Kebutuhan Energi
Indonesia adalah sebagai negara yang seluruh wilayahnya dikawasan equator, merupakan
keuntungan namun juga menjadi suatu kerugian yang sangat besar. Sebagai keuntungan, karena
sebenarnya iklim tropis membuat kekayaan alam semakin berlimpah, namun menjadi kerugian
karena iklim tropis menjadikan tingginya irradiance matahari, yakni rata-rata 200-250 W/m2
selama setahun atau 850-1100 W/m2 selama masa penyinaran. Hal ini menyebabkan suhu
permukaan akan naik lebih tinggi dari daerah lain di dunia. Irradiance yang sangat besar ini
bisa dimanfaatkan menjadi sebuah sumber energi yang luar biasa atau juga bisa menjadi
kendala yang sangat besar sebab dengan tingginya suhu permukaandi kawasan Indonesia, akan
dibutuhkan energi yang besar pula untuk menyejukan rumah. (Daryono, 2008) Pada
kenyataannya kondisi iklim tropis di Indonesia sering dianggap sebagai masalah.
Tidak tercapainya kenyamanan penghawaan dalam rumah tinggal, membuat berputus asa
dalam mencari penyebabnya. Dan umumnya langsung dicarikan solusi atau dikatakan sebagai
jalan pintas, dengan penggunaan alat pengkondisian udara atau air conditioner (AC). Prinsip
kerja AC memang menurunkan suhu udara untuk penyegaran ruang. Prinsip kerja ini yang
diakui dapat menjamin kenyamanan ruang. Namun apabila diperhatikan dengan seksama
sebenarnya penggunaan AC adalah pemborosan energi yang berasal dari sumber daya yang
tidak terbaharukan (non-renewable resources). Dan proses kerja AC akan menghasilkan zat
emisi karbon CFC (klorofluorokarbon), yang akan membentuk efek rumah kaca dan merusak
lapisan ozon. (Frick, 2006) Seluruh permukaan bangunan harus terlindungi dari sinar matahari
secara langsung.
Dinding dapat dibayangi oleh pepohonan. Atap perlu diberi isolator panas atau penangkal
panas. Langit-langit umum dipergunakan untuk mencegah panas dari atap merambat langsung
ke bawahnya (Satwiko, 2005). Desain sadar energi (energy conscious design)merupakan salah
satu paradigma arsitektur yang menekankan pada konservasi lingkungan global alami
khususnya pelestarian energi yang bersumber dari bahan bakar tidak terbarukan (non
renewable energy) dan yang mendorong pemanfaatan energi terbarukan(renewable energy).
Dalam desain sadar energi mutlak diperlukan pemahaman kondisi dan potensi iklim setempat
untuk mempertimbangkan keputusan-keputusan desain yang akan berdampak pada konsumsi
energi baik pada tahap pembangunan maupun pada tahap operasional bangunan.
Pada skala lingkungan mikro, fenomena radiasi matahari ini mempengaruhi laju peningkatan
suhu lingkungan. Kondisi demikian mempengaruhi aktivitas manusia di luar ruangan, untuk
mengatasi fenomena ini ada tiga hal yang bisa dikendalikan yaitu durasi penyinaran matahari,
intensitas matahari, dan sudut jatuh matahari (Satwiko, 2003).
4. Konsep Hemat Energi Atau Sadar Energi
Sebaran penggunaan energi dalam rumah tinggal lebih banyak pada aspek fungsi penghawaan
atau penyegaran udara dan aspek fungsi pencahayaan, sehingga kedua hal ini penting untuk
menjadi fokus dalam pembahasan konsep penghematan energi ini. Pembahasan tentang
penghematan energi ditekankan pada langkah ekologis, yaitu dengan menciptakan
kesinambungan antara rumah tinggal dengan lingkungannya atau adanya interaksi dengan
alam.
Di samping dua hal tersebut terdapat aspek penting lainnya untuk rumah tinggal, adalah
pemanfaatan air sebagai sumber daya penunjang kualitas hidup, dengan sistem reduce, reuse,
recycle. Sistim Surya Pasif (passive solar system) merupakan suatu teknik pemanfaatan energi
surya secara langsung dalam bangunan tanpa atau seminimal mungkin menggunakan peralatan
mekanis, melalui perancangan elemen elemen arsitektur (lantai, dinding, atap, langit langit,
aksesoris bangunan) untuk tujuan kenyamanan manusia (mengatur sirkulasi udara alamiah,
pengaturan temperatur dan kelembaban, kontrol radiasi matahari, penggunaan insulasi termal).
Pertukaran udara alami naiknya suhu dalam rumah menyebabkan panas dan hal ini sangat
terkait dengan kondisi iklim mikro skala rumah dan kawasan sekitarnya. Untuk menurunkan
suhu sekaligus memberikan kenyamanan penghawaan diperlukan aliran udara yang cukup.
Prinsip aliran udara adalah adanya perbedaan suhu dan tekanan antara dua atau lebih space,
baik space antar ruang maupun antara ruang dalam dan ruang luar. Oleh sebab itu perlu
diciptakan bidang-bidang bangunan yang dapat membuat perbedaan suhu dan tekanan udara.
Beberapa aplikasi konsep penyegaran udara adalah :
Ventilasi Atap
Angin akan mengalir dari suhu rendah menuju suhu yang lebih tinggi. Ruang bawah atap
merupakan bagian yang menerima radiasi terbesar, sehingga memiliki suhu yang panas.
Sebaiknya ruang bawah atap dilengkapi lubang ventilasi, sehingga akan menarik udara dari
dalam ruang untuk dialirkan ke luar bangunan.
Melalui lubang ventilasi yang terletak di bagian atap, maka tekanan udara panas di dalam ruang
akan tertarik dan terbuang ke luar melalui atap. Untuk mendapatkan efek cerobong (stack
effect), maka menara angin dibuat dengan bentuk penutup menghadap arah datang angin, dan
lebih baik lagi adanya void. Efek cerobong akan optimal bila rumah tinggal/bangunan memiliki
plafon tinggi atau minimal dua lantai. Semakin tinggi plafon, maka semakin baik ventilasinya
(aliran angin).
Teras dan teritisan
Teras berfungsi sebagai ruang peralihan antara ruang luar dan ruangdalam.Pada daerah
beriklim panas, seperti di Indonesia, kehadiran teras dapat menciptakan iklim mikro yang
memberikan kenyamanan di dalam bangunan dan sekitarnya. Hal ini disebabkan tekanan udara
yang ada di halaman menjadi mengembang karena suhu yang panas, sementara itu teras
merupakan daerah hisapan angin yang bertekanan lebih tinggi dan bersuhu lebih dingin.
Perbedaan suhu dan tekanan menyebabkan udara mengalir, dari suhu dingin ke suhu yang lebih
panas, atau dari tekanan tinggi ke tekanan yang lebih rendah. Udara di dalam ruang akan
tertarik ke luar dan segera berganti. Seperti juga teras, fungsi teritisan akan mendinginkan suhu
udara lebih dulu, sebelum masuk ke dalam ruang. Semakin lebar teritisan, maka suhu ruangan
akan semakin dingin.
Vegetasi Lingkungan
Vegetasi berfungsi sebagai climate regulator atau pengatur iklim (suhu, kelembaban dan laju
angin), baik untuk lingkup tapak rumah tinggal maupun untuk skala kawasan. Penyediaan
vegetasi yang sesungguhnya (terbukanya tapak untuk vegetasi) berarti juga penyediaan ruang
terbuka hijau (RTH), yang berarti juga sebagai pengendali tata air. Ketersediaan ruang terbuka
dan vegetasi akan menyuplai oksigen dan akan mengalirkannya ke dalam rumah, ditambah
dengan adanya air (alternatif berbentuk kolam) yang akan menurunkan suhu udara yang panas.
Oksigen dan suhu dingin mengalir ke dalam rumah dan akan memberikan kenyamanan.
Vegetasi di atap rumah (greenroof) dapat menahan radiasi matahari, sehingga mengkondisikan
ruang di bawahnya bersuhu lebih dingin. Unsur hijau yang diidentikkan dengan vegetasi
ditunjukkan dengan menambahkan elemen-elemen penghijauan tidak hanya pada lansekap saja
tetapi juga dalam bangunan, seperti pemberian roof garden, pemberian vegetasi rambat pada
dinding bangunan dan lain sebagainya.
Pencahayaan alami
Tujuan dari pencahayaan adalah disamping mendapatkan kuantitas cahaya yang cukup
sehingga tugas visual mudah dilakukan, juga u ntuk mendapatkan lingkungan visual yang
menyenangkan atau mempunyai kualitas cah aya yang baik. Dalam pencahayaan alami, yang
sangat mempengaruhi kualitas pencah ayaan adalah terjadinya penyilauan. Pencahayaan alami
siang hari dapat dikatakan baik apabila : pada siang hari antara jam 08.00 sampai dengan jam
16.00 waktu setempat, terdapat cukup banyak cahaya yang masuk ke dalam ruangan. Distribusi
cahaya di dalam ruangan cukup merata dan atau tidak menimbulkan kontras yang mengganggu.
Penyilauan adalah kondisi penglihatan dimana terdapat ketidaknyamanan atau pengurangan
dalam kemampuan melihat suatu obyek, karena luminansi obyek yang terlalu besar, distribusi
luminansi yang tidak merata atau terjadinya kontras yang berlebihan. Ada dua jenis penyilauan
:
1) penyilauan yang menyebabkan ketidakmampuan melihat suatu obyek (disability glare),
2) penyilauan yang menyebabkan ketidaknyamanan melihat suatu obyek tanpa perlu
menimbulkan ketidakmampuan melihat (discomfort glare). Prinsip pencahayaan alami adalah
memanfaatkan cahaya matahari semaksimal mungkin dan mengurangi panas matahari
semaksimal mungkin. Pemanfaatan cahaya alami jelas akan menghemat listrik.
Orientasi Bangunan
Orientasi bangunan bertujuan untuk mendapatkan kantong cahaya matahari (sun pocket), yaitu
kondisi di mana cahaya matahari berada pada intensitas radiasi paling rendah, sesuai siklus
terbit dan tenggelamnya, dan matahari memiliki sudut jatuh cahaya yang kecil. Dengan
demikian area yang tercahayai akan lebih besar dan cahaya matahari tidak panas.
Orientasi bangunan terbaik adalah memiliki sudut kemiringan 20 terhadap sumbu barat-timur
dengan bidang permukaan fasade terluas pada sumbu utara-selatan. Apabila kondisi ideal
orientasi bangunan tidak memungkinkan, dapat dilakukan dengan memperluas bukaan untuk
masuknya cahaya atau mengurangi pembatasan ruang, agar cahaya dapat memasuki ruang-
ruang dalam. Bila diperlukan pembatas, maka gunakan material transparan Pemanfaatan
material lokal Selubung bangunan yang memperoleh radiasi matahari terbesar adalah atap dan
kemudian dinding. Agar penghematan energi dapat dilakukan, maka harus dihindari radiasi
matahari yang optimal pada siang hari, karena akan meningkatkan suhu ruangan.
Pemanfaatan material alami dari vegetasi dapat didisain menyatu dengan konstruksi selubung
bangunan. Belajar dari dusun Ngibikan yang mencoba memanfaatkan potensi lokal dengan
memanfaatkan kayu dari batang kelapa, dan bambu.
Berdasarkan pembahasan di atas maka diambil simpulan sebagai berikut:
Green building (juga dikenal sebagai konstruksi hijau atau bangunan yang berkelanjutan)
mengacu pada struktur dan menggunakan proses yang bertanggung jawab terhadap lingkungan
dan sumber daya yang efisien di seluruh siklus hidup-bangunan: mulai dari penentuan tapak
untuk desain, konstruksi, operasi, pemeliharaan, renovasi pembongkaran, dan. Hal ini
membutuhkan kerjasama yang erat dari tim desain, arsitek, insinyur, dan klien di semua
tahapan proyek.
Energi matahari sebagai alternatif energi selain BBM & MIGAS dapat diterapkan dalam
membangun rumah yang hemat energi dalam bentul panel surya untuk atap maupun dalam
bentuk sel gratzel yang bisa digunakan sebagai jendela.
Tingginya biaya instalasi panel surya dapat diatasi jika ada kemauan dari pihak pemerintah
misalnya dengan memberikan subsidi, sosialisasi besar-besaran mengenai keuntungan
penggunaan sel surya, serta kemauan dari pihak industri bersama teknokrat untuk menciptakan
sel surya yang murah dan efisien.
Pada skala lingkungan mikro, fenomena radiasi matahari ini mempengaruhi laju peningkatan
suhu lingkungan. Kondisi demikian mempengaruhi aktivitas manusia di luar ruangan, untuk
mengatasi fenomena ini ada tiga hal yang bisa dikendalikan yaitu durasi penyinaran matahari,
intensitas matahari, dan sudut jatuh matahari
Pemilihan material untuk membangun sebuah rumah juga akan berpengaruh terhadap efek
keramah-tamahan lingkungan yang sedang gencar-gencarnya dikampanyekan. gunakanlah
sumber daya yang bisa diperbarui. Sumber daya yang bisa diperbarui misalnya material
bangunan dari kayu, bebatuan dan semacamnya yang pada umumnya adalah material alami
yang banyak terdapat di lingkungan sekitar dan mudah untuk diperbarui kembali. Selanjutnya
bisa menggunakan kembali material bangunan yang masih layak pakai, dan mengolah limbah
atau material sisa bangunan untuk dapat dimanfaatkan kembali.
Perancangan rumah yang hemat energi dan ramah lingkungan harus memperhatikan aspek
kecukupan cahaya, ventilasi, dan sanitasi.
Sebaran penggunaan energi dalam rumah tinggal lebih banyak pada aspek fungsi penghawaan
atau penyegaran udara dan aspek fungsi pencahayaan, sehingga kedua hal ini penting untuk
menjadi fokus dalam pembahasan konsep penghematan energi ini. Pembahasan tentang
penghematan energi ditekankan pada langkah ekologis, yaitu dengan menciptakan
kesinambungan antara rumah tinggal dengan lingkungannya atau adanasya interaksi dengan
alam.
Pemilihan bahan material untuk bangunan hendaknya juga memperhatikan aspek keberlanjutan
dan ramah lingkungan.
Tahap perancangan

1. membuat bagan alur pikir metode perancangan sederhana

2. menyusun program ruang


3. membuat tor

4. membuat statement
5. menampilkan site

6. membuat sirkulasi ruang


7. membuat besaran ruang

8. memberi hubungan ruang


9. organisasi ruang

10. konsep ramah lingkungan serta gubahan massa


11. situasi

12. denah
13. tampak depan

14. tampak belakang

15. potongan 1
16. potongan 2

17. potongan 3
18. prespektif

19. desain interior


20. desain eksterior tambahan

Anda mungkin juga menyukai