Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PEDOMAN
PRAKTEK
KLINIS
PENYAKIT DALAM
Panduan Praktik Klinis RS Medirossa Cibarusah
DAFTAR ISI
Hal
DIABETES MELLITUS
KETO-ASIDOSIS DIABETIKUM
HIPOGLIKEMIA
DISIPLIDEMIA
DEMAM TIFOID
DISPEPSIA
INTOKSIKASI ORGANOFOSFAT
HIPERTENSI
DIARE KRONIK
HEMATEMESIS MELENA
PANKREATITIS AKUT
ILEUS PARALITIK
ULKUS PEPTIKUM
KISTA TIROID
Rumus Brocca:
Berat badan idaman + (tinggi badan 100%)-10%
Pria < 160 cm dan wanita < 150cm, tidak dikurangi 10@
lagi.
BB kurang : <90 % BB idaman
BB normal : 90 110 % BB idaman
BB lebih : 110 120 % BB idaman
Gemuk : >120 % BB idaman
13. Latihan jasmani : Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan teratur (3-4 kali
seminggu selama kurang lebih 30menit).
Prinsip : continuous rytmycal interval progressive
endurance.
14. Intervensi farmakolgis : Obat Hiplogemia Oral (OHO).
Pemicu insulin (insulin secretaogue) : sulfonilurea,
glinid.
Penambah sensitifitas terhadap insulin :
metformin,tiazolidindion
Penghambat absorpsi glukosa : penghambat,
glukosadiase alfa.
15. Insulin : Indikasi
Penurunan berat badan yang cepat
Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
Ketoasidosis diabetic.
Hiperglikemia hipersmolar non ketotik.
Panduan Praktik Klinis RS Medirossa Cibarusah
III. Kalium
Kalium (KCL) drip bersamaan dengan drip RI,
dengan dosis 50mEq/6jam. Syarat: tidak ada gagal
ginjal, tidak ditemukan gelombang T yang lancip
dan tinggi pada EKG, dan selanjutnya urin cukup
adekuat.
Bila kadar K+pada pemeriksaan elektrolit kedua:
< 3,5 drip KCL 75mEq/6jam
3,0-4,5 drip KCL 50mEq/6jam
4,5-6,0 drip KCL 25mEq/6jam
> 6,0 4 drip dihentikan
Bila sudah sadar, diberikan K+ oral selama
seminggu.
Panduan Praktik Klinis RS Medirossa Cibarusah
V. Tatalaksana umum
Oksigen bila P02 < 80 mmHg.
Antibiotika adekuat.
Heparin: bila ada KID atau hiperosmolar (> 380
mOsm/L) Terapi disesuaikan dengan pemantauan
klinis..
Tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi
pernafasan, temperatur setiap jam
Kesadaran setiap jam.
Keadaan hidrasi (tugor, lidah) setiap jam.
Produksi urin setiap jam, balans cairan.
Cairan infus yang masuk setiap jam, Dan
pemantauan laboratorik (lihat pemeriksaan
penunjang).
9. Komplikasi : Syok hipovolemik, edema paru, hipertrigliseridemia,
infark miokard akut, hipoglikemia, hipokalemia,
hiperkloremia, edema otak, hipokalsemia.
10. Prognosis : Dubia ad malam, tergantung pada usia, komorbid,
adanya infark miokard akut, sepsis, syok
11. Panduan Pelayanan Medik : 1. PERKENI. Petunjuk Praktis Pengelolaan Diabetes
PB PAPDI Melitus Tipe 2. 2002.
2. Waspdji S. Kegawatan pada Diabetes Melitus. In:
Prosiding Simposium Penatalaksanaan Kedaruratan
di Bidang llmu Penyakit dalam. Jakarta. 15 -16 April
2000: 83- 8.
3. Soewndo P. Ketoasidosis Diabetikum. In: Prosiding
Simposium Penatalaksanaan Kedaruratan di Bidang
Ilmu Penyakit dalam. Jakarta. 15 -16 April 2000: 89-
96.
4. Kitabchi AE, Umpierrez GE, Murphy MB, Barret EJ,
Kreisberg RA, Malone JL, et all Management of
Hyperglycemic Crises in Patients With diabetes.
Diabetes Care, Jan 2001;24 (1):131-51.
Panduan Praktik Klinis RS Medirossa Cibarusah
Anamnesis
Penggunaan preparat insulin atau obat hipoglikemik
oral : dosis terakhir, waktu pemakaian terakhir,
perubahan dosis.
Waktu makan terakhir, jumlah asupan gizi.
Riwayat jenis pengobatan dan dosis sebelumnya.
Lama menderita DM, komplikasi DM.
Penyakit penyerta : ginjal, hati, dll.
Penggunaan obat sistemik lainnya : penghambat
adrenergik , dll.
10 tahun.
Ekivalen risiko PJK mengandung risiko kejadian
koroner mayor yang sebanding dengan kejadian PJK,
yakni >20% dalam 10 tahun, terdiri dari:
Bentuk klinis lain dari aterosklerosis: penyakit arteri
perifer, aneurisma aorta abdominalis, penyakit arteri
karotis yang simptomatis,
Diabetes
Faktor risiko multipel yang mempunyai risiko PJK
dalam 10 tahun >20%
Peningkatan kadar trigiliserida juga merupakan faktor
risiko independen untuk terjadinya PJK. Faktor yang
mempengaruhi tingginya trigliserida:
Obesitas, berat badan lebih
Inaktivitas fisik
Merokok
Asupan alkohol berlebihan
Diet tinggi karbohidrat (>60% asupan energi)
Penyakit DM tipe 2, gagal ginjal kronik, sindrom
nefrorik
Obat: kortikosteroid, estrogen, retinoid,
penghambatan adrenergik-beta dosis tinggi
Kelainan genetik (riwayat keluarga)
4. Klasifikasi derajat : Normal : < 150mg/dL
hipertrigliseridemia Borderline tinggi : 150-199mg/dL
Tinggi : 200-499mg/dL
Sangat tinggi : >500mg/dL
5. Diagnosis Banding : Hiperkolesterolemia sekunder, karena hipotiroidisme,
penyakit hati obstruksi, sindrom nefrotik, anoreksia
nervosa, porfiria intermiten akut, obat (progestin,
siklosporin, thiazide).
Hipertrigliseridemia sekunder karena obesitas, DM,
penyakit ginjal kronik, lipodistrofi, glycogen storage
disease, alkohol, bedah bypass ileal, stres, sepsis,
kehamilan, obat (estrogen, isotretinoin, penghambat
beta,glukokortikoid, resin peningkat bile-acid,
thiazide), hepatitis akut, lupus eritematosus sistemik,
gammopati monoklonal: myeloma multipel, limfoma
AIDS: inhibitor protease.
HDL rendah sekunder, karena malnutrisi, obesitas,
merokok, penghambat betas teroid anabolik.
6. Pemeriksaan Penunjang : Skrining dianjurkan pada semua pasien berusia 20
tahun, setiap 5 tahun sekali:
Kadar kolesterol total, LDL, HDL, trigliserida, glukosa
darah, tes fungsi hati, urin lengkap, tes fungsi ginjal,
TSH, EKG.
7. Terapi : Untuk hiperkolesterolemia:
Penatalaksanaan Non-farmakologis (Perubahan gaya
hidup):
Panduan Praktik Klinis RS Medirossa Cibarusah
Terapi farmakologis:
Golongan statin :
- Simvastatin 5 - 40 mg
- Lovastantin 10 - 80 mg
- Pravastantin 10 - 40 mg
- Fluvastantin 20 - 80 mg
- Atorvastantin 10 - 80 mg
Derajat
I. Demam disertai gejala konstitusional yang tidak
khas, manifestasi perdarahan hanya berupa uji
torniquet positif dan / atau mudah memar
II. Derajat I disertai perdarahan spontan
III. Terdapat kegagalan sirkulasi: nadi cepat dan
lemah atau hipotensi, disertai kulit dingin dan
lembab serta gelisah
IV. Renjatan: tekanan darah dan nadi tidak teratur,
DBD derajat III dan IV digolongkan dalam
sindrom renjatan dengue
4. Diagnosis Banding : Demam akut lain yang bermanifestasi trombositopenia
5. Pemeriksaan Penunjang : Hb, Ht, lokosit, trombosit, serologi dengue
6. Terapi : Non-farmakologis : tirah baring, makanan lunak
Farmakologis:
Simtomatis: antipiretik parasetamol bila demam
Tatalaksana terinci dapat dilihat pada lampiran
protokol tatalaksana DBD
- Cairan interavena : Ringer Laktat atau ringer
asetat 4-6 jam/kolf
Koloid/ plasma ekspander pads DBD stadium III
dan IV bila diperlukan
- Tranfusi trombosit dan komponen darah sesuai
indikasi
Panduan Praktik Klinis RS Medirossa Cibarusah
Hepatitis Tifosa
Bila memenuhi 3 kriteria Khosla (1990) : hepatomegali,
ikterik, kelainan laboratorium, (antara lain : bilirubin
>30,6 umol/l, peningkatan SGOT/SGPT, penurunan
indeks PT), kelainan histopatologi.
Tifoid Karier
Ditemukannya kuman Salmonella typhi dalam biakan
feses atau urine pada seseorang tanpa tanda-tanda klinis
infeksi atau pada seseorang setelah I tahun pasca-
demam tifoid.
4. Diagnosis Banding : Infeksi virus, malaria
5. Pemeriksaan Penunjang : Darah perifer lengkap, tes fungsi hati, serologi, kultur
darah (biakan empedu)
6. Terapi : Non-farmakologis :
tirah baring, makanan lunak rendah serat
Farmakologis:
Simtomatis
Antimikroba:
- Pilihan utama: kloramfenikol 4x 500 mg sampai
dengan 7 hari bebas demam.
Panduan Praktik Klinis RS Medirossa Cibarusah
Alternatif lain:
- Tiamfenikol 4x 500 mg (komplikasi hematologi
lebih rendah dibandingkan kloramfenikol)
- Kotrimoksasol 2x2 tablet selama 2 minggu.
- Ampisilin dan amoksisilin 54-150 mg/KgBB
selama 2 minggu
- Sefalosporin generasi III; yang terbukti efektif
adalah seftriakson 3-4 gram dalam dekstrose 100
cc selama jam per-infus sekali sehari, selama 3-
5 hari dapat pula diberikan sefotaksim 2-3 x 1
gram, sefoperazon 2 x 1 gram
- Flurokuinolon (demam umumnya lisis pada hari
III atau menjelang hari IV)
Norfloksasin 2x 400 mg/hari selama 14 hari
Ciproflolsasin 2x 500 mg/hari selama 6 hari
Ofloksasin 2x 400 mg/hari selama 7 hari
Pefloksasin 400 mg/hari selama 7 hari
Fleroksasin 400 mg/hari selama 7 hari
Pada kasus toksik tifoid (demam tifoid disertai
gangguan kesadaran dengan atau tanpa kelainan
neurologis lainnya dan hasil pemeriksaan cairan otak
masih dalam batas normal) langsung diberikan
kombinasi kloramfenikol 4x500 mg dengan ampisilin
4x1 gram dan deksametason 3x5 mg.
Kombinasi antibiotika hanya diindikasikan pads
toksik tifoid, peritonitis atau perforasi, renjatan
septik.
Steroid hanya diindikasikan pada toksik tifoid atau
demam tifoid yang mengalami renjatan septik
dengan dosis 3x3 mg
.
Panduan Praktik Klinis RS Medirossa Cibarusah
Pasca infark
miokard
Risiko tinggi
Peny. Koroner
DM
Penyakit ginjal
kronik
Pencegahan
stroke berulang
Farmakologis:
Analgesik dan sedative, infuse cairan, pasang selang
lambung.
Antibiotik bila ada infeksi.
Penghambat sekresi enzim pancreas.
Prosedur pembedahan pada infeksi berat berupa
drainase cairan.
7. Komplikasi : Pseudokista pancreas, abses pancreas, peradangan
hemoragik, nekrosisi organ sekitar, pembentukan fistel,
ulkus duodenum, ikterus obstruksi, asites, sepsis.
8. Prognosis : Dubia ad bonam (tergantung berat ringannya
pankreatitis akut, gangguan kriteria RANSON)
.
Panduan Praktik Klinis RS Medirossa Cibarusah
Dengan komplikasi
Pada tukak peptic yang berdarah dilakukan
penatalaksanaan umum atau suportif sesuai dengan
penatalaksanaan hematemesis melena secara umum.
Pemeriksaan fisik
Umum
Lokal:
Nodul tunggal atau majemuk,atau difus
Nyeri tekan
Konsistensi: kistik
Permukaan
Perlengketan pada jaringan sekitarnya
Pendesakan atau pendorongan trakea
Pembesaran kelenjar getah bening regional
Pembertons signa
Penilaian risiko keganasan:
Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang mengarahkan
diagnostic penyakit timid jinak, tetapi tak sepenuhnya
menyingkirkan kemungkinan kanker tiroid.
Riwayat keluarga dengan struma nodosa atau difusa
jinak
Riwayat keluarga dengan tiroiditas Hashimoto atau
penyakit tiroid autoimum
Gejala hipotiroidisme
Nyeri berhubungan dengan nodul
Nodul lunak,mudah digerakkan
Multi nodul tanpa nodul yang dominan,dan konsisten
Panduan Praktik Klinis RS Medirossa Cibarusah
sama.
Farmakologis :
Antispasmodik bila ada kolik
Antimikroba bila ada infeksi
Batu kalsium : kalium sitrat
Batu urat : alupurinol
Bedah
Pielotomi
ES WL
Nefrostomi
7. Komplikasi : Kolik, obstruksi, infeksi saluran kemih, gangguan
fungsi ginjal
8. Prognosis : Bonam
Panduan Praktik Klinis RS Medirossa Cibarusah
ISK sederhana/takberkomplikasi
ISK yang terjadi pada perempuan yang tidak hamil dan
tidak terdapat disfungsi structural ataupun ginjal
ISK Berkomplikasi
ISK yang berlokasi selain di vesika urinaria, ISK pada
anak-anak, laki-laki, atau ibu hamil
4. Diagnosis : Anamnesis : ISK bawah: frekuensi, disuria terminal,
polakisuria, nyeri suprapibik. ISK atas : nyeri pinggang,
demam, menggigil, mual, muntah, hematuri.
Pemeriksaan Fisik : febris, nyeri tekan suprapubik,
nyeri ketok sudut kostoveterbra.
Laboratorium : lekositosis, lekosituria, kultur urin
(+), bakteriuria .
5. Diagnosis Banding : ISK sederhana, ISK berkomplikasi Pemeriksaan
Penunjang
DPL, urinalis, kultur urin dan tes resistensi kuman,
fungsi ginjal, gula darah.
BNO-IVP
USG Ginjal
6. Terapi : Nonfarmakologis
Banyak minum bila fungsi ginjal masih baik
Menjaga hygiene genetalia eksretna Farmakologis
Antimikroba berdasarkan pola kuman yang ada; Bila
hasil tes resistensi kuman sudah ada, pemberian
antimikroba disesuaikan.
ISK tak bergejala pada perempuan menopause tidak
perlu pengobatan
ISK pads perempuan hamil tetap diberikan
pengobatan meski tidak bergejala
Pengobatan untuk ISK pads laki-laki usia < 50 tahun
harus di berikan selama 14 hari; usia > 50 tahun
pengobatan selama 4 - 6 minggu
Infeksi jamur kandida diberikan flukonazol 200-400
mg/hari selama 14 hari.Bila infeksi dapat terjadi pads
Panduan Praktik Klinis RS Medirossa Cibarusah
Terapi suportif
Terapi infeksi oportunistik dan pencegahan infeksi
oportunistik
Terapi antiretrovirus kombinasi,efek samping dan
penanganannya
Vaksinasi pada penderita HIV/AIDS
Terapi pasca paparan HIV (post exposure
prophylaxis)
Penatalaksanaan infeksi HIV pada kehamilan
Penatalaksanaan koinfeksi HIV dengan hepatitis C
dan hepatitis B
7. Komplikasi : Infeksi oportunistik, kanker terkait HIV, dan
manifestasi HIV pada organ lain
8. Prognosis : Tergantung stadium penyakit
Panduan Praktik Klinis RS Medirossa Cibarusah