I. TUJUAN :
Pemeriksaan sperma penting dalam masalah fertilitas dan infertilitas. Selain itu juga untuk
postvasektomi.
II. DASAR :
Sperma yang sering disebut juga mani atau semen adalah ejakulat yang berasal dari
seorang pria berupa cairan kental dan keruh, berisi sekret dari kelenjar prostat, kelenjar2
lain dan spermatozoa. Pemeriksaan sperma merupakan salah satu elemen penting dalam
penilaian fertilitas atau infertilitas. Pemeriksaan sperma meliputi maksroskopis (hal-hal
yang terlihat dengan mata telanjang), mikrospkopis, kimia dan imunologi. Namun, di sini
yang akan kita lakukan adalah hanya pemeriksaan sperma secara makroskopis dan
mikroskopis saja.
Banyak pria yang sering merasa tidak nyaman dengan adanya pemeriksaan sperma hal ini
mengingat sperma merupakan produk cairan tubuh yang hanya bisa dikeluarkan sebagai
puncak rasa birahi (orgasme). Tidak seperti cairan tubuh lain yang biasa diperoleh dengan
cara yang menyakitkan yaitu disuntik seperti darah, cairan sumsum tulang, cairan otak
maka cairan sperma ini dikeluarkan dengan cara tidak menyakitkan. Tidak semua pria
dengan mudah bisa mengeluarkan sperma apalagi disebuah tempat yang cukup asing
seperti rumah sakit atau laboratorium. Sebenarnya hal ini tidak bisa menjadi alasan karena
saat ini rumah sakit atau laboratorium biasanya telah menyediakan tempat yang dibuat
sedemikian rupa agar pasien bisa melakukan proses mengeluarkan sperma dengan
nyaman.
III. ALAT
1. Wadah/pot dengan penutup
2. Kertas Label
3. Gelas ukur 5 atau 10 ml
4. Kertas indikator
5. Mikroskop binokuler
6. Kamar Hitung Improved Neubauer
7. Pipet Leukosit
8. Aquadestilata
9. Minyak Imersi
10. Objective dan Cover Glass
11. Gelas Bejana
REAGEN
1. Eosin 0,5%
2. Giemsa
3. Wright
4. Metil alkohol/ methanol
BAHAN PEMERIKSAAN
- Cairan Sperma segar
Pemeriksaan Makroskopis:
1. Terhadap volume, warna, pH, kekeruhan dan kentalnya air mani
2. Hitung (ukur) volume air mani dengan memindahkan ejakulat ke dalam gelas ukur 5
atau 10m dan volume baru dapat diukur setelah mani mencair
3. Catat warna dan kekeruhan air mani
4. Celupkan kertas indikator ke dalam wadah yang berisi air mani dan cocokkan de ngan
skala war pH kemudian catat pH nya.
Pemeriksaan Mikroskopis:
Uji Motilitas :
1. Teteskan air mani sebanyak 1 tetes yang sudah mencair di atas objective glass dan
tutup dengan cover glass
2. Pemeriksaan dilakukan dengan lensa objektif 40 X
3. Perhatikan berapa % spermatozoa yang bergerak aktif dan hitung pula waktu yang
sudah berlalu sejak saat ejakulasi, karena semakin banyak waktu lewat semakin
berkurang motilitas spermatozoa Berkurangnya motolitas banyak dipengaruhi oleh
cara menyimpan sampel
4. Campurlah sedikit air mani dengan larutan Eosin 0,5% dalam air, untuk membeda-kan
spermatozoa yang tidak bergerak aktif dari yang mati. Untuk spermatozoa yang mati
akan memberi warna kemerah-merahan dan yang non-aktif saja tidak berwarna
Jumlah Spermatozoa:
1. Menghitung spermatozoa dengan menggunakan kamar hitung Improved Neubauer dan
teteskanlah air mani dengan pipet leukosit
2. Untuk mengencerkan dapat digunakan aquadestilata, isilah pipet leukosit dengan air
mani yang sudah mencair dengan aquadest sampai garis bertanda 0,5 dan kemudian
aquadest sampai garis bertanda 11
3. Hitunglah spermatozoa dalam kamar hitung Improved Neubauer pada permukaan
seluas 1 mm2 Jumlah yang dihitung dikalikan 200.000 untuk mendapatkan jumlah
spermatozoa dalam1 ml mani
4. Pemeriksaan jumlah spermatozoa perlu disarankan untuk dilakukan hitung ulang pada
lain waktu karena kualitas air mani seseorang akan berbeda-beda dari satu waktu ke
waktu yang lain
Morfologi:
1. Buatlah apusan air mani seperti membuat apusan darah tepi biarkan mengering pada
hawa udara
2. Kemudian lakukan fiksasi dengan metilalkohol (methanol) selama 5 menit
3. Selanjutnya diwarnai dengan Reagen Giemsa/Wright atau lainnya
4. Periksalah morfologi spermatozoa dengan perbesaran 100 X menggunakan
minyak Imersi (kepala dan ekor spermatozoa)
5. Hitung % kelainan (abnormal) bentuk kepala (terlalu besar, terlalu kecil, terlalu
memanjang, inti terpecah dsb) dan bentuk ekor (tidak ada ekor, ada dua ekor, ekor
amat pendek dsb)
Jumlah Leukosit:
1. Hitunglah Leukosit yang ditemukan dalam kamar hitung Improved Neubauer
seperti hitung sel leukosit pada sediaan darah dan
2. Catat jumlah leukositnya
a. Pengukuran Volume
Dilakukan setelah sperma mencair, cara kerja :
Sperma ditampung seluruhnya dalam botol penampung yang bermulut lebar untuk
sekali ejakulasi
Volume diukur dengan gelas ukur yang mempunyai skala volume 0,1 ml.
Kemudian baca hasil.
Volume normal sperma belum jelas sampai sekarang, disebabkan lain bangsa lain
volume. Bagi orang indonesia volume yang normal 2 3 ml. Volume yang lebih dari
8 ml disebut Hyperspermia, Sedangkan yang kurang dari 1 ml disebut Hypospermia.
Kesan volume ini menggambarkan kerja kelenjar prostat dan vesika seminalis.
b. PH
Sperma yang normal tidak banyak berbeda dengan pH darah, untuk mengukur pH
cukup dengan menggunakan kertas pH kecuali dalam satu penelitian dapat
digunakan pH meter. Cara kerjanya :
Celupkan kertas pH dalam sperma yang homogen yang terdapat dalam botol
penampung, baca hasil. Sperma yang normal pH menunjukan sifat yang agak basa
yaitu 7,2 7,8. pengukuran sperma harus segera dilakukan segera setelah sperma
mencair karena akan mempengaruhi pH sperma. Juga bisa karena sperma terlalu
lama disimpan dan tidak segera diperiksa sehingga tidak dihasilkan amoniak (
terinfeksi oleh kuman gram (-), mungkin juga karena kelenjar prostat kecil, buntu,
dan sebagainya.
pH yang rendah terjadi karena keradangan yang kronis dari kelenjar prostat,
Epididimis, vesika seminalis atau kelenjar vesika seminalis kecil, buntu dan rusak.
c. Bau Sperma
Spermatozoa yang baru keluar mempunyai bau yang khas atau spesifik, untuk
mengenal bau sperma, seseorang harus telah mempunyai pengalaman untuk
membaui sperma. Sekali seorang telah mempunai engalaman, maka ia tidak akan
lupa akan bau sperma yang khas tersebut. Baunya Sperma yang khas tersebut
disebabkan oleh oksidasi spermin (suatu poliamin alifatik) yang dikeluarkan oleh
kelenjar prostat.
Cara pemeriksaannya :
Sperma yang baru keluar pada botol penampung dicium baunya
Dalam laporan bau dilaporkan : khas / tidak khas
Dalam keadaan infeksi sperma berbau busuk / amis. Sacara biokimia sperma
mempunyai bau seperti klor / kaporit.
d. Warna sperma
Memeriksa warna sperma sekaligus memeriksa kekeruhan, sperma yang normal
biasanya berwarna putih keruh seperti air kanji kadang-kadang agak keabu-abuan.
Adanya lekosit yang disebabkan oleh infeksi traktus genitalia dapat menyebabkan
warna sperma menjadi putih kekuningan. Adanya perdarahan menyebabkan sperma
berwarna kemerahan.
Cara kerja :
Sperma yang ada dalam tabung reaksi diamati dengan menggunakan latar belakang
warna putih menggunakan penerangan yang cukup.
e. Liquefection
Liquefaction dicheck 20 menit setelah ejakulasi (setelah dikeluarkan). Dapat dilihat
dengan jalan melihat coagulumnya.
Bila setelah 20 menit belum homogen berarti kelenjar prostat ada gangguan
(semininnya jelek).
Bila sperma yang baru diterima langsung encer mungkin :
Tak mempunyai coagulum oleh karena saluran pada kelenjar vesica seminalis buntu
atau memang tak mempunyai vesika seminalis.
f. Viskositas (Kekentalan)
Kekentalan atau viskositas sperma dapat diukur setelah likuifaksi sperma sempurna.
Pemeriksaan viskositas ini dapat dilakukan dengan dua cara :
Cara subyektif
Dengan menyentuh permukaan sperma dengan pipet atau batang pengaduk,
kemudian ditarik maka akan terbentuk benang yang panjangnya 3 5 cm. Makin
panjang benang yang terjadi makin tinggi viskositasnya.
g. Fruktosa Kualitatif
Fruktosa sperma diproduksi oleh vesica seminalis. Bila tidak didapati fruktosa dalam
sperma, hal ini dapat disebabkan karena
- Azospermia yang disebabkan oleh agenesis vas deferens
- Bila kedua duktus ejakulatorius tersumbat
- Kelainan pada kelenjar vesika seminalis
Cara pemeriksaan fruktosa :
- 0.05 ml sperma + 2 ml larutan resolsinol ( 0.5 % dalam alkohol 96% ) campur
sampai rata.
- Panaskan dalam air mendidih 5 menit.
- Bila sperma mengandung fruktosa maka campuran diatas menjadi merah coklat
atau merah jingga.
- Bila tidak ada fruktosa maka tidak menjadi perubahan warna.
Pemeriksaan fruktosa kualitatif ini harus merupakan pemeriksaan rutin pada sperma
azoospermia
2. Pergerakan Sperma
Pada pemeriksaan perlapang pandang sekaligus kita memeriksa pergerakan
spermatozoa dalam memeriksa pergerakan spermatozoa sebaiknya diperiksa
setelah 20 menit karena dalam waktu 20 menit sperma tidak kental sehingga
spermatozoa mudah bergerak akan tetapi jangan lebih dari 60 menit setelah
ejakulasi sebab dengan bertambahnya waktu maka :
- spermatozoa akan memburuk pergerakannya.
- pH dan bau mungkin akan berubah .
spermatozoa yang bergerak baik adalah gerak kedepan dan arahnya lurus, gerak
yang kurang baik adalah gerak zig-zag, berputar-putar dan lain-lain
- Jangan sekali-kali menyebut spermatozoa itu mati yang betul adalah spermatozoa
tidak bergerak
- Pemeriksaan sebaiknya dilakukan pada suhu kamar (20OC - 25 OC).
Perhitungan :
Dihitung dulu spermatozoa yang tidak bergerak kemudian dihitung yang bergerak
kurang baik, lalu yang bargerak baik misal :
- yang tidak bergerak = 25%
- yang bergerak kurang baik = 50%
- yang bergerak baik = 100% - 25% - 50% = 25%
Prosentase pergerakan cukup ditulis dengan angka bulat (umumnya kelipatan 5
misalnya : 10%,15%, 20%)
Kalau sperma yang tidak bergerak > 50% maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut guna mengetahui viabilitas sperma (banyaknya sperma yang hidup) sebab
sprermatozoa yang tidak bergerakpun kemungkinan masih hidup.
Sebab menurunnya motilitas spermatozoa
Dilakukan pemeriksaan yang terlalu lama sejak sperma dikeluarkan.
Cara penyimpanan sampel yang kurang baik.
Perhitungan :
Luas = 1 mm2
Tinggi = 0,1 mm
Vol = 0,1 mm3
Jumlah sperma dalam 1 mm3 = 1/0,1 X pengenceran X N
= 10 X N X pengenceran
= 10 N X Pengenceran /mm3
Jumlah spermatozoa / cc = 10 N X Pengenceran x 1000
4. Morfologi
Pemeriksaan morfologi berdasarkan kepala dari spematozoa dapat dilakukan
dengan cara :
Membuat preparat hapusan diatas obyek glass keringkan selama 5 menit, lalu di
fixasi dengan larutan metilalkohol selama 5 menit, kemudian selanjutnya dilakukan
pewarnaan dengan larutan giemsa, wright, atau zat warna yang lain menurut
kesukaan sendiri.
Bentuk Normal :
Bentuk oval
Cytoplasmic droplet
Arti klinik
1. Banyak kepala normal / oval berarti fungsi testis baik
2. banyak bentuk bukan oval fungsi testis jelek
3. banyak sel imatur, epidemis banyak gangguan.
Misalnya : radang varicocle atau abstinensia seksualitasnya kurang lama.
5. Lekosit
Leukosit di laporkan per lapang pandang seperti halnya dalam sedimen urin,
misalnya 3 8 perlapang pandang. Jumlah lekosit yang besar erat hubunganya
dengan infeksi organ organ spermiogenesis.
Regensia :
1. Larurtan Ba(OH)2 0,3N
2. Larutan Zn SO4 0,175M
3. Larutan Resorcinol 0,1% dalam 100ml alkhohol 95%.
4. Standar fruktosa stock 50 mg fruktosa larut dalam 100 ml asam benzoat 0,2 %
Standar fruktosa 1 ml standar fruktosa stock diencerkan dengan H2O 100ml.
Konsentrasi 200 mg fruktosa / dalam mani.
Prosedur Kerja
1. Lakukan diproteinsasi mani yang akan diperiksa dengan terlebih dahulu
mengencerkan 0.1 ml mani dengan 2.9 ml air. Kemudian tambah 0.5 ml larutan
Ba(OH)2 campur tambahan 0.5 ml Zn SO4. kemudian dicentrifuqe.
2. Sediakan 3 tabung , satu tabung Tt (test) S (standar) dan B (banko)
Tabung T diisi 2 ml cairan pada langkah 1
Tabung S diisi 2 ml sebagai fruktosa
Tabung B diisi 2 ml aquadest
3. Ketiga tabung ditambah masing - masing 2 ml recorcinol dan 6 ml HCl
4. Campur isi tabung, panasi dalam weter bath 900 C selama 10 menit
5. Baca aboubusi T terhadap S pada 490 mm dengan spektrofotometer
6. Hitung kadar fruktosa dengan rumus AT / AS x 200 = mg/dl
Kadar Fruktosa sperma normal : 120 450 mg/dl
NO
ISTILAH Jumlah
Spermatozoa
(juta/ml) Motil
Normal
(%) Morfologi
Normal
(%)
1 Normozoospermia > 20 > 80 > 50
2 Oligozoospermia < 20 > 50 > 50
3 Ekstrim Oligozoospermia < 50 > 50 > 50
4 Asthenozoospermia > 20 < 50 > 50
5 Teratozoospermia > 20 > 50 < 50
6 Oligo Asthenozoospermia < 20 < 50 > 50
7 Oligi Astheno Teratozoospermia < 20 < 50 < 50
8 Oligo Teratozoospermia < 20 > 50 < 50
9 Astheno Teratozoospermia > 20 < 50 < 50
10 Polizoospermia > 250 > 50 > 50
11 Azoospermia Bila tidak ada spermatozoa dalam cairan sperma
12 Nekrozoospermia Bila semua sperma tidak ada yang hidup
13 Aspermia Tidak ada cairan semen yang keluar saat ejakulasi
MORFOLOGI SPERMA
Makna klinis :
Jika semen terlalu kental (panjang benang > 5 cm) maka enzim likuefaksi dari prostat kurang
berfungsi.
Jika terlalu encer (panjang benang <8 maka radang akut pada kelenjar genitalia tambahan atau
epiddiymitis.
Hypospermia disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
- Sampel tumpah karena tidak hati-hati, ini disebut kesalahan tehnis.
- Gangguan patologis dan genetis pada organ genitalia
- Vesicula seminalis tidak berfungsi
- Gangguan hormonal atau akibat radang.
Hyperspermia disebabkan oleh abstinensi yang terlalu lama dan kelenjar genitalia tambahan
terlalu aktif.
3. Koagulan (gumpalan) : ada atau tidak.
Normal : ada koagulum
Abnormal : tidak ada koagulum
4. Warna : lihat dengan mata telanjang dengan latar belakang putih
Normal : transluen (putih kanji) sampai putih keabu-abuan atau putih
kekuningan koagulum.
Abnormal : kemarahan / merah darah disebut hemospermia, sedangkan
putih susu disebut lekospermia.
5. Bau : dengan penciuman apakah baunya khas atau tidak.
Normal : bau khas seperti bunga akasia (langu).
Abnormal : tidak khas, misal amis, pesing atau bau obat.
Setelah likuefaksi selesai, periksa :
6. Volume : masukkan sperma ke dalam gelas ukur dan amati tinggi lapisan atas,
tulis volume menunjuk angka berapa sampai satu angka di belakang koma.
Normal : 2 6 cc.
Abnormal : apabila <1,0 cc disebut hipospermia
apabila >6,0 cc disebut hiperspermia
B. Pemeriksaan Mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis dilakukan setelah sperma mengalami liquefaction. Jadi kira-kira 20
menit setelah dikeluarkan. Adapun pemeriksaan mikroskopis yang umum dilakukan meliputi:
1. Pergerakan (Motilitas) Spermatozoa
a. Mekanisme pergerakan
Spermatozoa bergerak (Motil), dengan maksud agar sampai dialat reproduksi wanita untuk
pembuahan. Energi untuk motilitas bersumber pada bagian tengah spermatozoa. Dibagian
tengah itu dapat diibaratkan generator spermatozoa. Energi dari bagian tengah disalurkan
kebagian distal, yaitu ke ekor, kemudian ekor bergerak. Jadi ekor dapat diibaratkan sebagai
kemudi juga sebagai pendorong spermatozoa.
Energi yang keluar menyebabkan dua macam gerakan. Pertama, gerakan bergelombang
keujung ekor. Gelombang itu makin ke ekor makin lemah. Gerakan kedua bersifat sirkuler.
Energi yang keujung ekor itu tidak lurus kebelakang tapi arahnya melingkari batang tubuh
bagian tengah, terus keujung ekor.
Maka dari itu dapat dibayangkan bahwa hanya spermatozoa yang normal saja yang dapat
bergerak normal pula. Sebab andaikata bentuk kepala spematozoa tak normal katakanlah
bentuk terato maka arah gerakan tak mungkin lurus ke depan sebab bagian depan sedemikian
tak ideal untuk memperoleh gerak lurus . Demikian pula andaikata terdapat bagian tengah
yang bengkok, bagian ekor yang melingkar, bagian kepala yang masih tertempel oleh sisa
sitoplasma (imatur) kesemuanya mengakibatkan terganggunya gerak lurus ke depan dan
lincah.
b. Macam Motilitas spermatozoa
Berdasarkan mekanisme motilitas tersebut dapat dibedakan dua macam motilitas
spermatozoa, yaitu :
Spermatozoa Motilitas Baik.
Spermatozoa bergerak lurus kedepan, lincah, cepat dengan beat ekor yang berirama.
Spermatozoa Motilitas Kurang Baik.
Semua motilitas spermatozoa kecuali yang tersebut spermatozoa motilitas baik, dianggap
spermatozoa dengan motilitas kurang baik atau jelek.
Yang termasuk motilitas spermatozoa kurang baik ialah :
- Motilitas bergetar atau berputar
Spermatozoa hanya bergetar dalam satu bidang saja dan kadang-kadang berhenti. Ekor hanya
bergetar kekiri atau ke kanan tak bergetar rotasi meskipun frekuensi getarnya dapat tinggi.
Karena terdapat kelainan morfologis atau kelainan pengantaran energi gerak melingkar maka
spermatozoa dapat menempuh gerakkan kurva, spematozoa motilitasnya berputar-putar saja.
- Motilitas tanpa arah
Pada keadaan ini ekor spermatozoa dapat bergetar tinggi atau rendah. Kepala bergerak tak
teratur. Kelainan ini disebabkan adanya bentuk spermatozoa abnormal maupun distribusi dan
pengantaran energi tak normal pada spermatozoa.
- Motilitas karena asimetri kepala atau ekor
Motilitas jenis ini disebabkan karena kelainan morfologi spermatozoa sehingga
memyebabkan motilitasnya melingkar baik searah maupun berlawanan dengan jarum jam.
Kalau morfologi ekor spermatozoa asimetri, amplitudo getaran juga tidak teratur. Kalau
pengantaran energi rotasi ada atau tak teratur sedang ekor asimetri terjadi motilitas dengan
arah melingkar.
- Motilitas spermatozoa imatur
Spermatozoa imatur mungkin berbentuk normal dan mungkin pula tidak normal karena
adanya beban droplet (sisa) sitoplasma maka arah gerak kepala berat sebelah. Kalau sistem
pengantaran energi belum masak pula dapat terjadi motilitas yang bemacam-macam
rocking melingkar dan gerak tak teratur. Demikian pula andaikata sisa sitoplasma terletak
dibagian tengah atau ekor spermatozoa motilitas yang timbul akan bermacam-macam.
- Motilitas spermatozoa teraglutinasi
Motilitas spermatozoa ini terbatas karena spermatozoa melekat satu dengan yang lain
(aglutinasi sejati) atau karena melekat pada benda lain (sel bulat, kristal, bakteri, protozoa dll)
bila terdapat aglutinasi palsu. Tergantung macam aglutinasi (kepala-kepala, ekor-ekor, dan
ekor-kepala) motilitas yang terjadi akan berlainan pula.
- Motilitas spermatozoa terperangkap
Motilitas jenis ini terbatas karena terperangkap oleh sperma yang belum mengalami
likuefaksi total, meskipun telah melewati batas normal waktu likuefaksi. Hal ini akan terlihat
kalau sperma diperiksa motilitas berurutan yaitu langsung setelah ejakulasi dan setiap
setengah jam setelah ejakulasi.
- Motilitas spermatozoa yang lemah
Spema yang kekurangan energi mempunyai gerakan lemah, meskipun arahnya ke depan beat
ekor teratur, lurus namun tak lincah. Hal ini dapat disebabkan karena sperma telah lama tak
diperiksa, sehingga energi untuk motilias berkurang. Dalam hal ini fruktosa telah banyak
dipecah (fruktolisis). Penyebab lain ialah memang cadangan energi berkurang sejak awal
misalnya pada kelainan vesika seminalis.
- Spermatozoa yang tidak bergerak
Spermatozoa yang sama sekali tidak bergerak dan tetap diam ditempat.
c. Pemeriksaan motilitas spermatozoa :
Pemeriksaan motilitas spermatozoa dilakukan dengan cara meneteskan setetes sperma pada
gelas obyek. Tetesan diusahakan sama besarnya untuk setiap pemeriksaan. Bilamana tetesan
tidak sama besarnya pengamatan spermatozoa secara prosentase dan kuantitatif akan berbeda.
Terdapat beberapa cara untuk mendapatkan tetesan sperma yang sama, yaitu :
- Sperma diteteskan dengan pipet
Diharapkan dengan tetesan pipet volume sperma yang diteteskan sama. Dalam hal ini untuk
setiap sperma harus memakai pipet yang berbeda dan harus baru/bersih benar. Sebab kalau
sebuah pipet telah pernah digunakan untuk satu sperma, kemudian dipergunakan untuk
sperma lainnya akan ada unsur pada sperma pertama yang terpindahkan ke sperma kedua.
Kalau misalnya sperma yang kedua azoospermi maka kemungkinan akan dinilai tidak
azoospermi sebab telah tercampur oleh spermatozoa dari sampel pertama.
- Sperma diteteskan dengan batang pangaduk terbuat dari pada gelas
Cara ini kebanyakan akan memperoleh tetesan yang sama besar. Apalagi kalau ujung batang
gelas tidak sama besarnya. Keadaan yang mempengaruhi ialah kekentalan sperma . Bila
sperma kental tetesan akan berbeda bilamana sperma encer. Perbedaan-perbedaan ini dapat
diatasi kalau para pemeriksa sperma banyak pengalaman meneteskan sperma pada gelas
objek.
- Sperma diteteskan dengan batang kawat baja berujung bulat
Dengan cara ini memang diperoleh ukuran tetesan yang sama. Untuk menghindari
kontaminasi sperma lain maka setelah loop dipakai untuk satu spesimen sperma, kemudian
dibakar, setelah itu dapat dipergunakan untuk memeriksa sperma yang lain.
Tujuan : untuk mengetahui dan menentukan baik tidaknya pergerakan (motilitas)
spermatozoa dan jumlah prosentase yang bergerak.
Prinsip : Sperma dengan zat tambahan atau tidak dilihat pergerakannya dibawah mikroskop
dengan perbesaran 10x45 dan hasilnya dilaporkan dalam persen ( % ).
Alat : - Objek Glass - Pipet tetes
- Cover glass Mikroskop
Prosedur :
- Ambil 1 tetes sperma letakkan diatas objek glass.
- Tutup dengan cover glass.
- Periksa dibawah mikroskop perbesaran objektif 40-45x.
- Periksa adanya spermatozoa yang :
Bergerak aktif (%)
Bergerak tidak aktif (%)
Tidak bergerak (%)
d. Penilaian motilitas spermatozoa
Penilaian motilitas spermatozoa dilakukan sebagai berikut :
Spermatozoa yang bergerak aktif adalah spermatozoa yang bergerak cepat ke
depan, lincah dan aktif (%)
Spermatozoa yang kurang aktif bergerak adalah spermatozoa yang bergerak
berputar di tempat (%)
Spermatozoa tidak bergerak (%).
Jumlah spermatozoa yang aktif ditentukan dalam persen (%). Misalnya :
jumlah spermatozoa 110 yang bergerak aktif 50 maka spermatozoa yang aktif
adalah 50/110 x 100% = 45,5%
Besar kecilnya tetesen dan berat ringannya gelas penutup berpengaruh pada
motilitas spermatozoa. Sebelum diteteskan sperma terlebih dahulu diaduk rata
sehingga homogen. Motilitas spermatozoa biasanya dilihat setelah terjadi
likuefaksi lengkap.
Pemeriksaan harus segera dilakukan setelah gelas obyek ditempelkan. Bila
terlalu lama dibiarkan baru kemudian diperiksa akan terjadi perbedaan dalam
motilitas spermatozoa.
Untuk tahap permulaan sediaan diperiksa dengan pembesaran objektif 10 x.
Setelah itu diganti dengan pembesaran objektif 40 x
Dalam keadaan normal yang motil aktif harus diatas 70%, yang motil lemah
dibawah 20% dan tidak motil dibawah 0%.
e. Berkurangnya derajat motilitas
Spermatozoa akan berkurang motilitasnya bila dibiarkan setelah ejakulasi. Angka yang
dilaporkan perlu dihubungkan dengan waktu yang sudah berlalu sejak saat ejakulasi, semakin
banyak waktu lewat, semakin berkurang motilitas spermatozoa. Penilaiannya :
- Biasanya didapat bahwa sampai 1 jam setelah dikeluarkan, mani berisi 70% atau lebih
spermatozoa aktif, angka itu terus menerus menurun sehingga menjadi 50% sekitar 5 jam
lewat ejakulasi.
- Pada keadaan normal kemunduran motilitas terjadi kira-kira 10-20% dalam waktu 2-3 jam.
- Dalam melaksanakan pemeriksaan motilitas berurutan ini temperatur laboratorium harus
dijaga agar konstan, sebab perbedaan suhu juga berpengaruh terhadap motilitas spermatozoa.
Dalam pemeriksaan rutin tidak banyak gunanya mengikuti penyusutan motilitas dari jam ke
jam, berkurangnya motilitas banyak dipengaruhi oleh cara menyimpan sampel.
Hal-hal yang harus diperhatikan pada pemeriksaan motilitas sperma :
Tetesan pada objek glass diusahakan sama besarnya untuk setiap
pemeriksaan. Bilamana tetesan tidak sama besarnya pengamatan spermatozoa
secara prosentase dan kuantitatif akan berbeda
Tekanan gelas penutup pada tetesan sperma harus rata dan sama bagi tiap
sampel sperma untuk memperoleh hasil pemeriksaan yang cermat, sebab besar
kecilnya tetesan dan berat ringannya gelas penutup berpengaruh pada motilitas
spermatozoa.
Pemeriksaan harus dilakukan setelah gelas objek ditempelkan. Bila terlalu
lama dibiarkan, baru kemudian diperiksa, akan terjadi perbedaan dalam
motilitas spermatozoa.
Pemeriksaan motilitas sperma biasanya dilaksanakan setelah liquefaksi terjadi
keseluruhan. Pada saat itu sperma telah homogen, sehingga spermatozoa dapat
lebih bebas. Liquefaksi sempurna biasanya terjadi 15- 30 menit setelah
ejakulasi.
Pemeriksaan motilitas berurutan sampai 2-3 jam seteleh ejakulasi
dimaksudkan untuk mengetahui derajat penurunan motilitas spermatozoa.
Sebab pada keadaan normal, kemunduruan motilitas terjadi kira-kira 10-20 %
dalam waktu 2 3 jam. Tetapi kalau dalam waktu tersebut turunnya motilitas
lebih dari 20 %, berarti daya tahan motilitas spermatozoa itu berkurang.
Dalam melaksanakan pemeriksaan motilitas berurutan ini, temperatur
laboratorium harus dijaga agar konstan, sebab perbedaan suhu juga
berpengaruh terhadap motilitas spermatozoa.
Sperma yang diteteskan pada gelas obyek kemudian ditutup dengan gelas
penutup. Menutupnya harus baik agar jangan sampai ada gelembung udara di
dalamnya atau jangan sampai tetesan sperma luber keluar gelas penutup.
Tekanan gelas penutup pada tetesan sperma harus rata dan sama bagi setiap
sampel sperma. Untuk maksud itu tidak boleh sembarang ukuran gelas
penutup dipergunakannya. Gelas penutup harus yang sama ukurannya yaitu 18
mm x 18 mm.
2. Pemeriksaan Vitalitas Spermatozoa
Spermatozoa yang tidak bergerak, belum tentu mati. Adakalanya lingkungannya tidak cocok,
spermatozoa tidak bergerak. Tetapi kalau keadaan lingkungannya suatu ketika baik, ada
kemungkinan spermatozoa bergerak lagi. Maka dari itu perlu dibedakan lagi antara
spermatozoa yang hidup dengan spermatozoa yang mati. Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan
vitalitas spermatozoa.
Untuk memeriksa vitalitas spermatozoa, dilakukan pengecatan vital atau vital staining. Cara
ini digunakan untuk memastikan diagnosa nekrozoospermia.
Metode : Eosin-Nigrosin Supravital Stainning Sperma Viability
Tujuan : Untuk membedakan dan mengetahui sperma yang hidup dan yang mati.
Prinsip : Sampel sperma dibuat hapusan, diwarnai, dikeringkan dan diperiksa sperma yang
mati dan yang hidup dibawah mikroskop perbesaran 10 x 100.
Alat :
- Pipet tetes - Rak dan bak pewarnaan
- Objek glass - Tabung reaksi
- Mikroskop - Botol semprot
Reagensia :
- Eosin 5 %
- Negrosin 10 %
Cara Kerja :
- Sampel sperma diteteskan kedalam tabung reaksi kecil
- Ditambahkan 1 tetes eosin 5 % dan 1 tetes negrosin 10 %, di aduk
- Diambil 1 tetes, dibuat hapusan diatas objek glass, dikeringkan.
- Diperiksa dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x100 pada 100 lapang pandang dan
hasil dinyatakan dalam persen ( % ).
Penilaian :
Spermatozoa yang mati akan berwarna merah
Spermatozoa yang hidup akan terlihat tidak berwarna
Nilai Normal : 75 % atau lebih spermatozoa yang hidup.
Hal hal yang harus diperhatikan pada pemeriksaan vitalitas :
Spermatozoa yang hidup (Viable) tidak berwarna, dengan latar belakang kemerahan,
sedangkan spermatozoa yang mati berwarna kemerahan karena dinding spermatozoa rusak,
zat warna masuk kedalam sel, sel berwarna merah. Spermatozoa hidup tetap tak berwarna
karena dinding sel masih utuh, tidak dapat ditembus zat warna.
Untuk membuat pengecatan vitalitas yang baik, zat warna harus baru jangan terlalu kental
dan jangan banyak endapan.
TERMINOLOGI
DAFTAR PUSTAKA
Penuntun Laboratorium Klinik, R.Gandasoebrata, Penerbit Dian Rakyat, Jakarta, 1989
Tinjauan Klinis atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Frances.K.Widmann, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, 1995
Ronald A.Sacher, Richard A. Mc.Pharson, Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium,
Edisi 11, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Depkes RI, PusLabkes, Petunjuk Pelaksanaan Pemantapan Mutu Internal Lab.kes,1997.