Anda di halaman 1dari 12

Etika dan Norma Tenaga Kesehatan

Etika dan Norma Tenaga Kesehatan


Disampaikan untuk Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata Kuliah Etika Profesi dan Hukum Kesehatan
Dosen Pengasuh : Suryanto, SKM, MSc

Oleh :
1. Rossita Kurnia Rahayu G1B012015
2. Sahida Woro Palupi G1B012021
3. Anis Suryawardani G1B012073
4. Moh. Iqbal Agung Prabowo G1B012096
5. Elia Umami G1B012101

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU ILMU KESEHATAN
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
PURWOKERTO
2013
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah kesehatan merupakan kebutuhan mutlak setiap manusia dan bagian dari hak
asasi manusia, sehingga manusia berhak untuk hidup sehat dan mendapat akses
kesehatan, serta untuk tidak dihalangi mendapat kesehatannya. Upaya untuk mendapat
sehat tidak boleh dilakukan dengan sewenang-wenang dan mengorbankan kesehatan
atau bahkan keselamatan jiwa orang lain. Perbuatan untuk mendapatkan kesehatan
tersebut perlu mendapat perhatian dari aspek etika dan hukum. dimana etika
merupakan aturan bertindak atau berperilaku dalam suatu masyarakat tertentu atau
komunitas dan hukum adalah aturan berperilaku masyarakat dalam suatu masyarakat
atau negara yang ditentukan atau dibuat oleh para pemegang otoritas atau
pemerintahan negara, dan tertulis. Etika dan hukum tersebut memiliki tujuan yang
sama, yakni terciptanya kehidupan masyarakat yang tertib, aman dan damai
(Notoatmodjo, 2010).

Etika profesi merupakan prinsip-prinsip moral yang digunakan untuk menjalankan


profesi. Dengan adanya etika profesi ini diharapkan anggota profesi dapat bertindak
dengan kapasitas profesional. Untuk bisa bertindak sebagai seorang yang profesional
selain etika juga dibutuhkan ilmu dan ketrampilan sesuai dengan profesinya dan juga
kesehatan, karena tanpa kesehatan yang cukup seseorang tidak akan mampu
menjalankan profesinya dengan baik. Etika profesi juga terdapat di bidang kesehatan
dan diterapkan kepada tenaga kesehatan. Dalam pelayanan kesehatan masyarakat,
tenaga kesehatan harus tunduk pada etika profesi dan juga harus tunduk pada
ketentuan hukum, peraturan, dan perundang undangan yang berlaku. Tenaga
kesehatan yang melanggar etika dan norma profesi akan mendapat sanksi etika dari
organisasi profesinya dan juga akan mendapat sanksi hukum (Notoatmodjo, 2010).
Tenaga Kesehatan di Indonesia ternyata masih banyak yang melakukan pelanggaran
pelanggaran etika profesi, seperti : malpraktek, aborsi, sikap yang kurang sopan, tidak
ramah, dan masih banyak lagi. Di makalah ini akan dibahas mengenai perilaku tenaga
kerja yang tidak ramah dan sering terlambat masuk kerja.

B. Rumusan Permasalahan
1. Bagaimana pengertian Etika dan norma khususnya pada tenaga kesehatan?
2. Mengapa dibutuhkan etika dan norma dalam tenaga kesehatan di Indonesia?
3. Apa saja manfaat dengan adanya penerapan etika dan norma yang baik dalam
berprofesi?
4. Apa saja pelanggaran yang sering terjadi berkaitan dengan etika dan norma
kesehatan?
5. Bagaimana pemecahan masalah yang diterapkan pada pelanggaran etika dan norma
tenaga kesehatan di Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini, yaitu :
1. Menjelaskan pengertian etika dan norma secara umum dan pada tenaga kesehatan
khususnya.
2. Menjelaskan mengapa etika dan norma dibutuhkan dalam tenaga kesehatan di
Indonesia.
3. Menjelaskan manfaat adanya penerapan etika dan norma tenaga kesehatan yang
baik dalam berprofesi.
4. Menjelaskan pelanggaran pelanggaran etika dan norma kesehatan yang sering
terjadi.
5. Mencari pemecahan masalah dalam menangani pelanggaran etika dan norma yang
terjadi di Indonesia.

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah ini, yaitu :
1. Mengetahui pengertian etika dan norma secara umum dan pada tenaga kesehatan
khususnya.
2. Mengetahui alasan dibutuhkannya etika dan norma dalam tenaga kesehatan di
Indonesia.
3. Mengetahui manfaat adanya penerapan etika dan norma tenaga kesehatan yang
baik dalam berprofesi.
4. Mengetahui apa saja pelanggaran etika dan norma tenaga kesehatan yang sering
dilakukan.
5. Mengetahui pemecahan masalah dalam menangani pelanggaran etika dan norma
yang terjadi di Indonesia.

BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA

A. Etika dan Norma Tenaga Kesehatan


Istilah etika berasal dari bahasa yunani ethos yang artinya cara berpikir, kebiasaan
adat, perasaan, sikap, kerakter, watak kesusilaan atau adat. Dalam kamus bahasa
Indonesia, ada 3 (tiga) arti yang dapat dipakai untuk kata etika, antara lain etika
sebagai sistem nilai atau sebagai nilai-nilai atau norma moral yang menjadi pedoman
bagi seseorang atau kelompok untuk bersikap dan bertindak. Etika merupakan salah
satu macam norma. Etika juga bisa diartikan sebagai kumpulan azas atau nilai yang
berkenaan dengan akhlak atau moral. Selain itu, etika juga bisa doartikan sebagai ilmu
tentang yang baik dan yang buruk yang diterima dalam suatu masyarakat, menjadi
bahan refleksi yang di teliti secara sistemasis dan metodis ( Notoatmodjo,2010).
Perlu dijelaskan di sini, bahwa dalam kehidupan dimasyarakat, kita sering terjadi
kekeliruan penggunaan dua kata yang hampir sama tetapi mempunyai pengertian yang
berbeda, yakni kata etika dan etiket. Etika atau moral, adalah cara yang dilakukan
atau tidak dilakukan secara umum dan yang berlaku pada kelompok masyarakat
tertentu. Sedangkan etiket, sesuatu cara atau ketentuan yang dilakukan atau tidak
dilakukan oleh suatu anggota masyarakat tertentu, dimana cara atau ketentuan
tersebut ditentukan oleh kelompok masyarakat tertentu tersebut. Etiket atau sopan
santun hanya berlaku pada masyarakat tertentu yang menyepakati tindakan atau
perilaku tersebut (Notoatmodjo, 2010).
Norma sebenarnya merupakan pokok dasar dari norma. Dari segi bahasa Norma berasal
dari bahasa inggris yakni norm. Dalam kamus oxford norm berarti usual or expected
way of behaving yaitu norma umum yang berisi bagaimana cara berprilaku (Oxford,
2008). Norma adalah patokan prilaku dalam satu kelompok tertentu, norma
memungkinkan sesorang untuk menentukan terlebih dahulu bagaimana tindakannya itu
akan dinilai oleh orang lain, norma juga merupakan kriteria bagi orang lain untuk
mendukung atau menolak prilaku seseorang. Norma juga merupakan sesuatu yang
mengikat dalam sebuah kelompok masyarakat, yang pada keselanjutannya disebut
norma sosial, karena menjaga hubungan dalam bermasyarakat. Norma pada dasarnya
adalah bagian dari kebudayaan, karena awal dari sebuah budaya itu sendiri adalah
interaksi antara manusia pada kelompok tertentu yang nantinya akan menghasilkan
sesuatu yang disebut norma (Stewart et al, 2005).
Hati nurani adalah merupakan sifat dasar manusia, kesadaran mengenal diri sendiri,
yang pada hakikatnya manusia cenderung mengiyakan perbuatan-perbuatan yang
baik, yang jujur yang adil, dan sebaiknya. Tetapi sebaliknya, manusia tidak
mengiyakan atau tidak setuju, tidak memihak terhadap hal-hal seperti tersebut
sebenarnya adalah sejalan dengan etika dan moral. Oleh sebab itu, apabila orang
bertindak sesuai dengan hati nurani yang paling dalam, sudah barang tentu tindakan
tersebut adalah sesuai dengan etika atau moral. Sebaliknya, apabila bertindak melawan
hati nuraninya, dapat dipastikan bahwa tindakan tersebut tidak bermoral atau tidak
etis ( Notoatmodjo, 2010 ).
Hati nurani dibedakan menjadi dua , yaitu :
Hati nurani retrospektif. Apabila seseorang membuat keputusan-keputusan dan
melaksanakan putusan tersebut atau bertindak , biasanya orang berpikir ulang atau
membuat semacam penilaian terhadap apa yang telah dilakukan tersebut. Apabila
seseorang bertindak yang tidak etis dan bertentangan dengan hati nuraninya, maka
akan menyadari bahwa tindakannya tersebut tidak benar, dan menyesalinya. Jadi dapat
dikatakan atau disimpulkan bahwa hati nurani sesorang atau batin seseorang
memberikan penilaian-penilaian terhadap perbuatannya sendiri yang telah lampau.
Setelah seseorang bertindak untuk menilai tindakan tersebut orang menggunakan hati
nuraninya, inilah yang disebut hati nurani restrospektif (Notoatmodjo, 2010).
Hati nurani prospektif. Sebelum orang membuat keputusan dan bertindak, biasanya ia
juga menilai dan mempertimbangkan terhadap apa yang akan diputuskan dan dilakukan
dengan menggunakan hati nurani atau suara batinnya. Dengan kata lain, batin akan
menilai perbuatan-perbuatan seseorang mendatang. Sebelum orang bertindak, batinn
memberikan pertimbangan-pertimbangan. Inilah yang dimaksud dengan hati nurani
prospektif. Pertimbangan itu terwujud dalam bentuk larangan untuk berbuat jelek, dan
anjuran untuk berbuat baik. Oleh sebab itu, hati nurani prospektif adalah tuntunan
seseorang untuk berperilaku (Notoatmodjo, 2010).
Etika sebagai ilmu tingkah laku etis atau moral mempunyai berbagai cara pendekatan
atau cara mempelajarinya. Dengan kata lain ada berbagai pendekatan etika, antara
lain:
1. ETIKA DESKRIPTIF, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional
sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai
sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk
mengambil keputusan tentang prilaku atau sikap yang mau diambil.
2. ETIKA NORMATIF, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola
prilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu
yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar
dan kerangka tindakan yang akan diputuskan lebih lanjut lagi , etika normatif ini
dibedakan menjadi : a. ETIKA UMUM, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar
bagaimana manusia bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan
etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi
manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu
tindakan. Etika umum dapat di analogkan dengan ilmu pengetahuan, yang membahas
mengenai pengertian umum dan teori-teori. b. ETIKA KHUSUS, merupakan penerapan
prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa
berwujud : Bagaimana saya mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang
kehidupan dan kegiatan khusus yang saya lakukan, yang didasari oleh cara, teori dan
prinsip-prinsip moral dasar. Namun, penerapan itu dapat juga berwujud : Bagaimana
saya menilai perilaku saya dan orang lain dalam bidang kegiatan dan kehidupan khusus
yang dilatarbelakangi oleh kondisi yang memungkinkan manusia bertindak etis : cara
bagaimana manusia mengambil suatu keputusan atau tidaakan, dan teori serta prinsip
moral dasar yang ada dibaliknya (Notoatmodjo, 2010).
Etika (moral) dan agama mempunyai hubungan yang sangat erat. Seperti telah
diuraikan tadi bahwa etika atau moral adalah merupakan aturan atau rambu-rambu
perilaku dalam hubungan antara manusia yang satu dengan yang lain dalam konteks
sosiobudayanya. Sedangkan agama adalah lebih dari etika, karena disamping mengatur
hubungan antar manusia, agama juga mengatur hubungan antara manusia dengan
Tuhan Sang Pencipta alam seisinya , termasuk manusia. Apabila manusia benar-benar
memegang teguh rambu-rambu moral, sebenarnya secara implisit juga sudah menjalin
hubungan baik dengan Tuhan pencipta ala mini. Karena orang mempunyai moral yang
baik , sudah tentu akan berperilaku di dalam aturan-aturan agama yang diperintahkan
Tuhan kepada umat manusia. Oleh sebab itu, melanggar moral berarti melanggar
hubungan dengan Allah, dan juga melanggar hubungan dengan manusia lain. Melanggar
hukum Allah berarti juga melanggar hukum manusia, dan sebaliknya (Notoatmodjo,
2010).
Dalam bidang kesehatan, ada suatu etika dan norma yang berlaku pada tenaga medis.
Etika dalam pelayanan kesehatan berkembang secara dinamis mengikuti perkembangan
masyarakat dan teknologi kesehatan. Etika dan norma tenaga kesehatan masuk dalam
etika profesi. Tenaga kesehatan bekerja tetap sebagai pelaksanaan fungsi
pemasyarakatan berupa karya pelayanan yang pelaksanaannya dijalankan secara
mandiri dengan komitmen dan keahlian berkeilmuan dalam bidang tertentu yang
pengembangannya dihayati sebagai panggilan hidup dan terikat pada etika umum dan
etika khusus (profesi) yang bersumber pada semangat pengabdian terhadap
kepentingan umum. Pada tenaga kesehatan, mereka mengabdikan hidup mereka dalam
melakukan tugas mereka sebagai tenaga kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat (
Sidharta, 2004 ).
Etika profesi disusun dalam sebuah kode etik profesi. Kode etik profesi adalah pedoman
sikap, tingkah laku, dan perbuatan dalam melaksanakan tugas dan dalam kehidupan
sehari-hari. Kode etik dalam sebuah profesi berhubungan erat dengan nilai sosial
manusia yang dibatasi oleh norma norma yang mengatur sikap dan tingkah laku
manusia itu sendiri, agar terjadi keseimbangan kepentingan masing masing di dalam
masyarakat. Norma etik tenaga kesehatan menggariskan kelakuan orang yang
mengobati terhadap orang yang diobati. Norma adalah aturan atau kaidah yang dipakai
untuk menilai sesuatu. Maka dari itu, etika dan norma sangat penting adanya dalam
suatu kehidupan bermasyarakat di Indonesia khususnya. Agar tidak terjadi suatu
penyimpangan penyimpangan yang dapat merugikan pihak pihak terkait. Etika
menjadi sebuah pengatur yang membatasi tingkah laku masyarakat yang ada
(Wiradharma, 1996).
B. Manfaat Etika dan Norma Tenaga Kesehatan
Adapun manfaat dari adanya etika tenaga kesehatan yaitu :
1. Adanya sebuah pertanggungjawaban dari pihak tenaga kesehatan untuk pasien
mendapatkan kesehatan.
2. Mengurangi terjadinya pelanggaran pelanggaran yang merugikan masyarakat.
3. Dihasilkan sebuah keputusan etis dari tenaga kesehatan dalam melakukan
penanganan medis, dimana keputusan etis ini memiliki manfaat untuk mencapai suatu
pendirian moral dalam pergolakan pandangan (tentang penggunaan obat tradisional),
menbantu agar tidak kehilangan orientasi (tujuan utama menolong), tidak naif/ tidak
ekstrem (merawat pasien tidak diskriminasi), dan menemukan dasar kemantapan dalam
iman dan kepercayaan ( dalam melakukan aborsi ).
(Aristya, 2012).
C. Pelanggaran Etika dan Norma Kesehatan
Etika dan norma kesehatan seringkali dilanggar oleh para tenaga kesehatan
yang tidak sungguh-sungguh dalam menjalani profesinya sebagai tenaga kesehatan.
Tenaga kesehatan tersebut tidak mematuhi kode etik yang telah disepakati oleh
anggota perkumpulan tenaga kesehatan. Hal ini terjadi karena banyak faktor pendorong
terjadinya pelanggaran. Adapun pelanggaran/ penyimpangan etik tenaga kesehatan
yang sering terjadi, yaitu :
1. Indikasi medik tidak jelas. Hal ini dapat mengakibatkan kesalahan untuk mengambil
tindak lanjut penanganan penyakit pasien atau akan mengakibatkan kesalahan
mengonsumsi obat dan paling fatal akan berakibat kematian.
2. Tindakan medik yang menyimpang dari pedoman baku pelayanan medik. Hal ini juga
dapat menyebabkan kematian pasien. Contoh dari pelanggaran ini, seperti :
malpraktek, aborsi.
3. Pasien tidak diberitahu mengenai tindakan yang akan dilakukan. Hal ini akan
membuat pasien syok setelah tindakan medik dilakukan, apalagi jika terjadi hal yang
tidak diinginkan akan membuat rugi pasien.
4. Persetujuan tindak medik tidak dibuat. Hal ini akan merugikan pihak terkait ketika
terjadi suatu hal yang diluar perkiraan. Bisa pasien menuntut tenaga medis, maupun
sebaliknya.
5. Sikap acuh tak acuh terhadap masyarakat miskin yang berobat dan ketidak
ramahan tenaga kesehatan terhadap pasien.
(Darwin, 2011)
D. Sanksi Pelanggaran Etika dan Norma Kesehatan
Pelanggaran etika dan norma kesehatan yang terjadi pasti akan ada sanksi yang
dikenakan. Adapun sanksi yang diterapkan biasanya berupa hukum pidana, ketika
pasien / keluarga pasien menuntut ke pengadilan yang melanggar tersebut. Hal ini akan
dikenai pasal pasal KUHP yang terkait dengan pelanggaran yang dilakukan. Namun,
ada juga yang berpendapat sanksi pelanggaran yang dikenakan, yaitu :
a. Sanksi moral. Dapat berupa teguran dari atasan maupun bahan gunjingan dari
masyarakat sekitar.
b. Sanksi dikeluarkan dari organisasi. Tenaga kesehatan yang melanggar bisa saja
dikeluarkan dari organisasi profesi mereka, tetapi hal ini juga ada pertimbangan dari
anggota lain berdasarkan besarnya pelanggaran yang dilakukan.
(Isnanto, 2009)

BAB III
TINJAUAN KASUS
Etika kesehatan di Indonesia sudahlah baik. Namun ada beberapa kasus yang
mengenai etika dunia kesehatan di Indonesia yang sering kali menjadi buah bibir
masyarakat di Indonesia. Seperti pelayanan tenaga kesehatan yang kuramg ramah dan
terkesan jutek dimata pasien. Hal ini terdengar sepele, namun pada kenyataannya
banyak pasien yang mengeluhkan masalah ketidak ramahan para tenaga kesehatan di
rumah sakit. Sikap petugas yang tidak ramah dan terkesan jutek membuat pasien
merasa terganggu dan tidak leluasa dalam menyampaikan keluhan.
Di dalam kasus pertama,tertuliskan Dokter harus ramah terhadap pasien, hal ini
sepele namun apabila seorang dokter tidak menerapkan keramahan pada pasiennya
maka apa yang akan terjadi? Tentu pasien akan tidak leluasa dalam menyampaikan
keluhannya. Begitu juga dengan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Setiap pasien
mendapatkan hak dan kewajiban yang sama untuk memperoleh pelayanan yang
maksimal. Berikut ini adalah hak dan kewajiban pasien di rumah sakit :
1. Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang
berlaku di rumah sakit.
2. Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi, adil, dan jujur.
3. Pasien berhak memperoleh pelayanan medis yang bermutu sesuai dengan standar
profesi kedokteran/kedokteran gigi dan tanpa diskriminasi
4. Pasien behak memperoleh asuhan keperawatan sesuai dengan standar profesi
kesehatan.
5. Pasien berhak memilih dokter dan kelas keperawatan sesuai dengan keinginannya
dan sesuai dengan peraturan yang berlaku dirumah sakit.
6. Pasie berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat klinis
dan etiknya tanpa campur tangan dari pihak luar.
7. Pasien berhak meminta konsultasi kepada dokter lai yang terdaftar di rumah sakit
tersebut terhadap penyakit yang dideritanya , sepengetahuan dokter yang merawat.
8. Pasien berhak menerima informasi yang meliputi :
a. Penyakit yang diderita
b. Tindakan medis apa yang hendak dilakukan
c. Kemungkinan penyulit sebagai akibat tindakan tersebut dan tindakan untuk
mengatasinya
d. Alternative terapi lainnya
e. Prognosisnya
f. Perkiraan biaya lainnya
9. Pasien berhak menyetujui/memberikan izin atas tindakan yang akan dilakukan oleh
dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritnya.
(Soeparto et al,2006).
Dari uraian hak-hak pasien diatas terbukti bahwa setiap pasien berhak untuk
memperoleh pelayanan yang maksimal dan nyaman agar pasien tersebut bisa cepat
sembuh dan sehat kembali. Setiap pekerjaan mempunyai kode etik msing-masing. Kode
etik merupakan pedoman perilaku yang berisi garis-garis besar. Kode etik juga
merupakan pemandu sikap dan perilaku. Kode etik ini dibuat supaya tenaga kerja bisa
bekerja sesuai dengan keahlian dan peraturan yang sudah ditentukan. Begitu juga
dengan para tenaga kesehatan seperti dokter,perawat,bidan dan sebagainya. Bagi siapa
saja yang melanggar kode etik maka akan dikenai sanksi yang sesuai dengan kesalahan
yang telah dilakukannya. Lalu bagaimana jika ingin mengadukan atas sikap tenaga
kesehatan yang kurang menyenangkan? Biasanya setiap klinik kesehatan atau rumah
sakit menyediakan kotak saran bagi para pasien yang ingin menyalurkan aspirasinya
atau menyampaikan complain tentang pelayanan kesehatan yang diperoleh, dari kotak
saran itu pasien dapat mengisinya dengan menulis saran atau complain sehingga
diharapkan para tenaga kesehatan bisa merubah sikapnya agar lebih ramah dan
menyenangkan dalam melayani pasien. Sehingga pasien bisa lebih leluasa dalam
menyampaikan keluhannya tanpa merasa risih atau kurang nyaman. Karena sikap
ramah seorang dokter merupakan kunci kenyamanan seorang pasien. Dengan adanya
rasa nyaman tersebut maka pasien bisa ada rasa ingin segera cepat sembuh. Selain
kotak saran ada juga prosedur dalam melaporkan tindakan dokter atau tenaga
kesehatan yang menurut anda melanggar kode eik dalam melayani pasien.
Prosedur pengaduan permasalahan etik
1. Setiap pengaduan permasalahan etik yang diajukan oleh siapa saja paa dasaranya
ditujuka kepada direktur RSU Dr.Soetomo.
2. Pengaduan dapat dilakukan baik secara lisan, maupun tertulis dan dapat
disampaikan, dan melalui kotak saran, pimpinan unit terkait sampai ke direktur RSU
Dr.Soetomo
3. pengaduan yang disampaikan melalui kotak saran atau kepal unit terkait atau
siapapun harus diteruskan kepada direktur.
4. Direktur RSUD Dr. Soetoomomempelajari pengaduan tersebut, dan mengambil
langkah sesuai dengan wewenang serta kebijaksanaan sebagai direktur.
5. Bila dianggap perlu diektur meneruskan permasalahan pengaduan tersebut kepada
Ketu Etik Rumsah Sakit RSU Dr.Soetomo untuk memberikan pertimangan.
(Soeparto et al,2006).
Dua kasus ketidak ramahan tenaga kesehatan masih terbilang ringan, adapun kasus
lain yang sudah bisa dikatakan pelanggaran berat hingga dapat menimbulkan kematian,
yaitu tindakan pelanggaran seperti aborsi dan malpraktek.
Kasus Malpraktek
Kasus malpraktek dialami Fidri Adrianoor, bocah berusia empat tahun, mengalami
luka benjolan di bagian perutnya setelah menjalani operasi di Rumah Sakit Umum (RSU)
Kotabatu, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, beberapa waktu lalu. Tidak terima dengan
keadaan Fidri, keluarga pun melaporkan kasus ini ke Komisi Nasional Perlindungan Anak
(Komnas PA). Paman korban, Muhammad Hafidz Halim, menceritakan peristiwa itu
berawal saat Fiqri mengalami demam tinggi. Keluarga kemudian membawa Fiqri ke
RSUD Kotabatu pada 22 Juni 2013. Saat dibawa ke RSUD Kotabatu, dr Jon Kenedy
memeriksa dan mendiagnosis usus Fiqri terbelit karena makanan dan harus dioperasi.
"Keluarga menyetujui dan dilakukan operasi pada tanggal 23 Juni 2013," katanya kepada
wartawan saat ditemui di Komnas PA, Jalan TB Simatupang, Pasar Rebo, Jakarta Timur,
Kamis (11/7). Setelah dioperasi, bocah tersebut mengalami kejang-kejang sampai hari
ketiga yang dirawat di ruang ICU. Melihat kondisi yang tak kunjung membaik, pihak
keluarga mempertanyakan gejala kejang-kejang tersebut kepada dokter yang
menangani operasi tersebut. "Dokternya malah bilang gak apa-apa, nanti juga
sembuh,"kata Hafidz. Dan akhirnya dokter justru meninggalkan pasiennya dengan pergi
ke Australia.
Adapun upaya upaya pencegahan malpraktek, yaitu :
Dengan adanya kecenderungan masyarakat untuk menggugat tenaga kesehatan karena
adanya malpraktek diharapkan para tenaga kesehatan menjalankan tugasnya selalu
bertindak hati hati, yakni :
1. Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan keberhasilan upayanya, karena
perjanjian berbentuk daya upaya (inspaning verbintanis) bukan perjanjian akan berhasil
(resultaat verbintanis).
2. Sebelum melakukan intervensi agar selalu dilakukan informed consent.
3. Mencatat semua tindakan yang dilakukan dalam rekam medis.
4. Apabila terjadi keragu-raguan, konsultasikan kepada senior atau dokter.
5. Memperlakukan pasien secara manusiawi dengan memperhatikan segala
kebutuhannya.
6. Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, keluarga dan masyarakat sekitarnya.
(Kasimin, 2011 )

BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Etika atau moral, adalah cara yang dilakukan atau tidak dilakukan secara umum dan
yang berlaku pada kelompok masyarakat tertentu. Etika yang dimiliki oleh tenaga
kesehatan yaitu etika profesi. Etika profesi merupakan prinsip-prinsip moral yang
digunakan untuk menjalankan profesi. Sedangkan, norma adalah patokan prilaku dalam
satu kelompok tertentu, norma memungkinkan sesorang untuk menentukan terlebih
dahulu bagaimana tindakannya itu akan dinilai oleh orang lain, norma juga merupakan
kriteria bagi orang lain untuk mendukung atau menolak prilaku seseorang.
Etika dan norma sangat penting adanya dalam suatu kehidupan bermasyarakat di
Indonesia khususnya. Agar tidak terjadi suatu penyimpangan penyimpangan yang
dapat merugikan pihak pihak terkait. Etika menjadi sebuah pengatur yang membatasi
tingkah laku masyarakat yang ada.
Manfaat adanya etika dan norma tenaga kesehatan yang baik sesuai profesi yaitu
adanya sebuah pertanggungjawaban dari pihak tenaga kesehatan untuk pasien
mendapatkan kesehatan, mengurangi terjadinya pelanggaran pelanggaran yang
merugikan masyarakat, dihasilkan sebuah keputusan etis dari tenaga kesehatan dalam
melakukan penanganan medis.
Pelanggaran-pelanggaran etika dan norma kesehatan yang sering terjadi yaitu
indikasi medik tidak jelas, tindakan medik yang menyimpang dari pedoman baku
pelayanan medik, pasien tidak diberitahu mengenai tindakan yang akan dilakukan,
persetujuan tindak medik tidak dibuat, sikap acuh tak acuh terhadap masyarakat miskin
yang berobat dan ketidak ramahan tenaga kesehatan terhadap pasien.
Solusi yang dapat dilakukan yaitu dapat diberikan sanksi yang sesuai dengan
pelanggaran etika dan norma kesehatan yang telah dilakukan oleh tenaga kesehatan.
B. Saran
Para tenaga kesehatan baik itu dokter, perawat, dan tenaga kesehatan yang lainnya
sebaiknya memiliki etika dan norma kesehatan yang baik sesuai profesinya. Hendaknya
memiliki rasa profesionalitas dalam menjalankan profesinya. Memiliki hubungan yang
baik terhadap pasiennya. Sehingga dapat membuat pasiennya lebih nyaman terhadap
pelayanan kesehatan, dan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Aristya, sandra. 2012. Mengenal Etika dan Hukum (Dalam Etika Profesi Kesehatan).
Yogyakarta : KMPK-IKM FK UGM.
Kasimin. 2011. Modul Hukum Kesehatan Pokok Bahasan : Malpraktek Tenaga Perawatan.
Magelang : Balai Pelatihan Kesehatan.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Etika dan Hukum Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Oxford Advanced Learners Dictionary. 2008. Oxford : Oxford University Press
Sidharta Arief. B. 2004. Pelaksanaan Kode Etik Profesi Hukum di Indonesia: Rekaman
Proses Workshop Kode Etik Advokat Indonesia. Jakarta : Pusat Studi Hukum dan
Kebijakan Indonesia.
Soeparto, Pitono., dkk. 2006. Etika dan Hukum di Bidang Kesehatan Edisi Kedua.
Surabaya : Airlangga University Press.
Stewart, Tubs dan Sylvia Moss. 2005. Human Communications, Prinsip Prinsip Dasar.
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Wiradharma. 1996. Penuntun Kuliah Hukum Kedokteran. Yogyakarta : Bina Rupa Aksara.

LAMPIRAN BERITA
BERITA 1 SIKAP TENAGA KESEHATAN
Yankes Ramah Percepat Kesembuhan Pasien
Senin, 23 September 2013 - 14:40:17 WIB
PARIT MALINTANG, SO -- Sekretaris Daerah Kabupaten (Sekdakab) Padang Pariaman H
Jon Priadi SE MM meminta kepada seluruh tenaga medis di daerah itu untuk
memberikan pelayanan kesehatan (yankes) yang ramah, sepenuh hati dan berkualitas.
Sebab, dengan pelayanan yang baik akan mempercepat penyembuhan pasien.
Penegasan itu dikemukakan Jon Priadi dalam pengarahan sewaktu membuka secara
resmi Pertemuan Gerakan Peduli Ibu Hamil dan Hak Anak di Kantor Bupati di
Paritmalintang. Gerakan dengan misi percepatan pencapaian Tujuan Pembangunan
Millenium atau Millennium Development Goals (MDGs) itu diikuti sekitar 50 peserta.
Ia mengungkapkan, Padang Pariaman masih merupakan bagian dari 183 daerah
tertinggal di Indonesia. Kita berharap, awal tahun 2014 kabupaten ini sudah bisa
keluar dari status daerah tertinggal. Untuk itu diperlukan kerja keras dan sungguh-
sungguh seluruh aparatur, termasuk tenaga kesehatan, kata Jon.
Untuk itu, ia meminta seluruh jajaran Dinas Kesehatan Padang Pariaman hingga ke
puskesmas dan bidan desa memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang
bagaimana berperilaku hidup bersih dan sehat. Dalam hal ini ia mengingatkan agar
mengaktifkan kegiatan pos pelayanan terpadu (posyandu) di setiap korong atau nagari
secara berkala dan berkelanjutan.
Pemkab Padang Pariaman terus berupaya melengkapi dan memperbaiki fasilitas
layanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat. Di antaranya dengan melakukan
peremajaan mobil ambulan puskesmas, papar Sekdakab Jon Priadi. Pertemuan itu
dipimpin Sekretaris Dinas Kesehatan Muhammad Hanif SKM mewakili kepala dinas
Dokter Zunirman yang sedang mengikuti Diklatpin II. Sumber :
http://www.sumbaronline.com/berita-16825-yankes-ramah-percepat-kesembuhan-
pasien.html
Dokter Harus Ramah terhadap Pasien
Rabu, 26 Juni 2013, 14:21 WIB

medicalcareers.nhs.uk
Konsultasi dokter/ilustrasi
A+ | Reset | A-
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sikap ramah dokter terhadap pasien merupakan
kunci kenyamanan dan kepuasan pasien. Bahkan bisa menjadi obat yang paling mujarab
untuk mengobati penyakit.

Demikian dikatakan Dekan Fakultas Kedokteran UII, Isnatin Miladiyah pada Sumpah
Dokter 21 FK UII di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Rabu (26/6). Ada 12
dokter baru yang diambil sumpahnya, kemarin, dan hingga kini FK UII telah
menghasilkan sebanyak 623 dokter.

Layanan kesehatan, lanjut Isnatin, bukan lagi hanya pemeriksaan kesehatan dan
pengobatan saja. Namun sudah harus menyesuaikan dengan layanan industri jasa. "Saat
ini, pasien menuntut layanan prima yang bisa memberikan kepuasan dan kenyamanan,"
kata Isnatin.

Karena itu, kata Isnatin, dokter dituntut mengutamakan profesionalitas dalam bekerja.
Untuk bisa profesional, bisa dimulai dengan sesuatu yang sederhana, misalnya, bersikap
ramah, santun, serta menghormati pasien dan keluarganya," katanya.

Dijelaskan Isnatin, penanggulangan masalah kesehatan saat ini mengalami beban ganda
(double burden). Di satu sisi, menanggulangi penyakit menular dan infeksi seperti
tuberkulosis paru, kolera, HIV/AIDS, DBD dan lain-lain. Penyakit ini belum dapat diatasi
secara tuntas, sedang di sisi lain, sudah muncul penyakit baru atau penyakit modern
sebagai akibat perubahan gaya hidup dan kemajuan zaman.

Masalah tersebut masih ditambah dengan masalah pengelolaan dan manajemen


kesehatanm Sehingga kondisi ini memaksa tenaga kesehatan harus bekerjasama dengan
berbagai pihak.
Sumber : http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/06/26/mozofw-
dokter-harus-ramah-terhadap-pasien

Tenaga Kesehatan Judes & Sering Telat: Itu Biasa?


Tenaga Kesehatan Judes & Sering Telat: Itu Biasa?
Billy N. <billy@hukum-kesehatan.web.id>
Di beberapa media cetak diberitakan hasil survey yang menunjukkan bahwa para tenaga
kesehatan salah satu RSUD di Jabar sering telat datang ke rumah sakit (RS) & judes. Ini
menjadi keluhan bagi banyak pasien yang sedang sakit tetapi malah menerima
perlakuan yang buruk & tidak bisa cepat ditangani sehingga harus lebih lama lagi
menderita. Hal ini bukan hanya dikeluhkan di RS tersebut tetapi menjadi keluhan
sehari-hari dari banyak pasien di seluruh Indonesia.
Kasus Prita Mulyasari yang baru saja berlalu menjadi contoh lain dari buruknya
hubungan tenaga kesehatan dengan pasien sehingga pasien yang mengeluh & merasa
tidak puas atas pelayanan tenaga kesehatan malah berbalik dituntut atas pencemaran
nama baik terhadap dokter yang pernah menanganinya. Dunia pelayanan kesehatan
sekarang ini telah berubah menjadi bisnis jasa yang seharusnya mengutamakan kualitas
pelayanan, keramahan, & ketepatan termasuk tepat waktu. Namun sepertinya hal ini
belum dapat dinikmati masyarakat. Sikap judes yang dirasakan pasien adalah salah satu
bukti bahwa komunikasi tidak berjalan dengan baik & menunjukkan bahwa RS yang
dalam B.Inggris disebut hospital ternyata tidak memiliki hospitality (ramah-tamah)
bagi para pasien sehingga mereka dapat kembali sehat. Sementara seringnya dokter
terlambat datang menunjukkan bahwa dokter kurang menghargai pasien.
Sikap judes & sering telat bukanlah hal yang diajarkan pada para tenaga kesehatan
selama mereka kuliah. Ungkapan ramahlah pada pasien karena mereka itu gurumu
maupun kata-kata banyak pasien bisa meninggal karena telat 5 menit saja sering
diucapkan oleh para dosen ketika ada mahasiswa yang terlambat datang atau judes
pada pasien.
Tidak heran banyak pasien yang mampu secara finansial akhirnya memilih berobat ke
luar negeri demi mendapatkan pelayanan kesehatan yang dianggap komunikatif, lebih
baik, ramah, & manusiawi. Ada pula yang pergi berobat ke pengobatan non-medis yang
tidak rasional & kurang aman. Sayangnya banyak tenaga kesehatan sendiri tidak sadar
akan kesalahannya & menyalahkan bahwa pasien banyak berobat ke luar negeri atau ke
pengobatan non-medis karena peralatan kedokteran di Indonesia tidak lengkap & kalah
canggih.
Sikap judes & sering telat lebih sering dikeluhkan oleh mereka yang berobat ke institusi
milik pemerintah yang pelayanannya mayoritas diberikan oleh para pegawai negeri sipil
(PNS). Banyak PNS bekerja paruh waktu di institusi swasta yang memberikan imbalan
lebih besar sehingga lebih diutamakan lalu datang terlambat ke tempat tugas tetapnya.
Seringkali para PNS datang ke tempat tugas tetapnya dengan tenaga sisa atau
kelelahan setelah bekerja di tempat lain & memberikan pelayanan seadanya yang
disebut judes oleh para pasien.
Institusi milik pemerintah dikenal biayanya relatif lebih rendah dibandingkan institusi
milik swasta karena tarifnya diatur oleh peraturan daerah (perda) yang relatif pro-
rakyat. Sedangkan masyarakat miskin dilayani secara gratis melalui program
Jamkesmas. Karena murah atau gratis, banyak tenaga kesehatan yang
menggampangkannya & menganggap wajar jika judes atau datang terlambat. Slogan
ada uang ada barang mungkin dianut oleh para tenaga kesehatan tersebut sehingga
jika masyarakat ingin pelayanan yang baik maka harus membayar mahal.
Dengan berbagai faktor tersebut, tetapl tidak ada alasan bagi para tenaga kesehatan
untuk menurunkan kualitas pelayanan seperti berlaku judes atau sering datang
terlambat. Pelayanan kesehatan memang telah menjadi bisnis jasa, tetapi profesi
tenaga kesehatan yang seharusnya luhur & mulia bukanlah bisnis. Harga bukanlah
penentu profesionalitas atau kualitas pelayanan tenaga kesehatan. Menurut penelitian,
hubungan antara kualitas pelayanan kesehatan dengan mahalnya biaya adalah lemah.
Agar ini tidak terus terjadi, perlu banyak perbaikan mendasar. Mulai dari mentalitas
para tenaga kesehatan yang seharusnya memiliki mental melayani & menolong sesuai
panggilan profesi. Pemerintah seharusnya mengalokasikan dana untuk memperbaiki
kualitas pelayanan & melatih para tenaga kesehatan untuk dapat berkomunikasi dengan
baik/efektif yang selama ini belum diberikan, bukan sekadar menambah ilmu
pengetahuan & keterampilan dari para tenaga kesehatan saja.
Selain itu perlu dilakukan usaha peningkatan kesejahteraan para tenaga kesehatan yang
berdampak langsung pada kualitas pelayanan kesehatan pada masyarakat, bukan hanya
banyak menganggarkan pembangunan gedung atau pembelian peralatan canggih yang
lebih terkesan kosmetik & tidak berkaitan langsung dengan kualitas pelayanan.
Masyarakat menanti pelayanan kesehatan yang berkualitas & membanggakan dari para
tenaga kesehatan Indonesia. Jangan sampai mereka yang sakit akan semakin menderita
akibat terlambat ditangani atau diperlakukan kurang ramah. Bagi para tenaga
kesehatan, ingatlah tanpa pasien yang menjadi guru maka semua tenaga kesehatan
tidak akan dapat belajar untuk memperoleh ilmu & keterampilan. Murid yang baik
akan memperlakukan para guru-nya dengan hormat.
(c)Hukum-Kesehatan.web.id
Sumber : http://yahrapha.wordpress.com/2010/01/15/tenaga-kesehatan-judes-sering-
telat-itu-biasa/

KASUS MALPRAKTEK
Diduga malpraktik, bocah 4 tahun alami benjolan di perut
Reporter : Laurel Benny Saron Silalahi
Kamis, 11 Juli 2013 15:59:10

Kategori Peristiwa
Berita tag terkait Selidiki dugaan malpraktik, Polres Bekasi bentuk timsus Dugaan
malpraktik, Dirut RS Persahabatan juga dipolisikan

Ilustrasi dokter. 2012 Merdeka.com


0

Fidri Adrianoor, bocah berusia empat tahun, mengalami luka benjolan di bagian
perutnya setelah menjalani operasi di Rumah Sakit Umum (RSU) Kotabatu, Banjarmasin,
Kalimantan Selatan, beberapa waktu lalu. Tidak terima dengan keadaan Fidri, keluarga
pun melaporkan kasus ini ke Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA).

Paman korban, Muhammad Hafidz Halim, menceritakan peristiwa itu berawal saat Fiqri
mengalami demam tinggi. Keluarga kemudian membawa Fiqri ke RSUD Kotabatu pada
22 Juni 2013. Saat dibawa ke RSUD Kotabatu, dr Jon Kenedy memeriksa dan
mendiagnosis usus Fiqri terbelit karena makanan dan harus dioperasi.

"Keluarga menyetujui dan dilakukan operasi pada tanggal 23 Juni 2013," katanya kepada
wartawan saat ditemui di Komnas PA, Jalan TB Simatupang, Pasar Rebo, Jakarta Timur,
Kamis (11/7).

Hafidz melanjutkan, setelah dioperasi, keponakannya itu mengalami kejang-kejang


sampai hari ketiga yang dirawat di ruang ICU. Melihat kondisi yang tak kunjung
membaik, pihak keluarga mempertanyakan gejala kejang-kejang tersebut kepada
dokter yang menangani operasi tersebut.

"Dokternya malah bilang gak apa-apa, nanti juga sembuh," ucap Hafidz.

Menurut Hafidz, pihak keluarga sempat meminta rujukan agar balita tersebut
dipindahkan ke Rumah Sakit Ulin, Banjarmasin. Saat itu dokter tidak mengizinkan. Akan
tetapi balita tersebut ditinggalkan tanpa kontrol dokter yang bersangkutan.

Hafidz mengatakan kalau dokter justru meninggalkan pasiennya dengan pergi ke


Australia. "Akhirnya permintaan kami dikabulkan, ponakan saya dirujuk ke rumah sakit
di Banjarmasin," katanya.
Selama dipindah ke Rumah Sakit Ulin Banjarmasin, Fiqri mengalami koma selama 11
hari. Singkat cerita, setelah sadar keluarga membawa Fiqri ke pengobatan akupuntur.
Sekitar dua bulan kemudian timbul benjolan sebesar biji kacang di sekitar tempat
operasinya. Hafidz mengatakan pihak keluarga kembali mendatangi dokter yang
menangani operasi di Kota Baru.

"Dokter cuma meminta kamu untuk menempel uang benggolan (uang koin) logam, atau
nggak dioperasi aja lagi. Tapi kami tidak mau di operasi karena takut semakin parah,"
lanjutnya.

Seiring berjalan waktu, bekas benjolan kecil tersebut berubah menjadi sebesar
genggaman tangan. Benjolan pada perut pasien akan timbul bila batuk atau diduga
mengalami hernia incisional yang terjadi pada tempat operasi.

"Nah maka itu kami minta bantuan Komnas PA untuk membantu masalah kami, dan
menuntut rumah sakit itu," jelasnya.

Sementara itu, Ketua Komnas PA Aris Merdeka Sirait mengatakan jika melihat dari
runutan kronologi, pihaknya menduga rumah sakit tersebut melakukan pelanggaran
kode etik kedokteran.

"Itu rumah sakit dibiayai dengan APBD tetapi bisa teledor seperti itu, kalau kita lihat
dokter tersebut dapat dipidanakan karena telah terjadi malpraktik, karena menurut
orang tuanya anak tersebut sampai tidak bisa operasi," tandasnya.
[ren]
Sumber : http://www.merdeka.com/peristiwa/diduga-malpraktik-bocah-4-tahun-
alami-benjolan-di-perut.html

Anda mungkin juga menyukai