Makalah Kemiskinan
Makalah Kemiskinan
KEMISKINAN
DISUSUN OLEH :
AL-GHAZALI (170410140051)
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
JATINANGOR
2017
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Tujuan 3
1.3 Rumusan Masalah 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Kemiskinan 5
2.2. Indikator-Indikator Kemiskinan 8
2.3. Penyebab Adanya Kemiskinan 9
2.4. Upaya Mengatasi Kemiskinan 10
2.5. Bentuk dan Jenis Kemiskinan 12
DAFTAR PUSTAKA 16
BAB I
PENDAHULUAN
Pembebasan rakyat dari jeratan kemiskinan adalah tujuan yang paling fundamental
yang kita hadapi dalam pembangunan Nasional Indonesia. Orang miskin tidak memiliki akses
yang cukup terhadap sumber daya sehingga mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar
hidupnya secara memadai. Mereka kurang makan, kurang kesempatan, rawan sakit dan
bencana serta kurang memperoleh pelayanan dasar seperti pendidikan dan kesehatan. Oleh
karena itu, kemiskinan adalah musuh kolektif bangsa. Memerangi kemiskinan merupakan
satu tantangan terbesar yang dihadapi pembangunan masyarakat global dalam abad 21 ini,
memerangi kemiskinan wajib hukumnya.
Kemiskinan pada dasarnya merupakan salah satu bentuk masalah yang muncul dalam
kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat di negara-negara yang sedang berkembang.
Masalah kemiskinan ini menuntut adanya suatu upaya pemecahan masalah secara berencana,
terintegrasi dan menyeluruh dalam waktu yang singkat. Upaya pemecahan masalah
kemiskinan tersebut sebagai upaya untuk mempercepat proses pembangunan yang selama ini
sedang dilaksanakan.
Istilah kemiskinan sebenarnya bukan merupakan suatu hal yang asing dalam
kehidupan kita. Kemiskinan yang dimaksud adalah kemiskinan ditinjau dari segi materi
(ekonomi). Dari kegagalan dalam mengurangi kemiskinan, pengangguran,dan ketimpangan
pendapatan secara berarti, maka para ahli kemudian bergeser dari penciptaan lapangan kerja
yang memadai, penghapusan kemiskinan, dan akhirnya penyediaan barang-barang dan jasa
kebutuhan dasar bagi seluruh penduduk.
2.1. Kemiskinan
2.1.1. Pengertian Kemiskinan
Di dalam buku politik dan kemiskinan, Eko Suharto menulis bahwa
konsep kemiskinan masih didominasi oleh satu sudut pandang, yakni kemiskinan
pendapatan atau income poverty. Pemahaman seperti ini dikritik sebagian besar pakar
ilmu sosial. Sebab tidak bisa menggambarkan potret kemiskinan secara utuh.
Kemiskinan seakan-akan hanya masalah ekonomi yang ditunjukkan oleh rendahnya
pendapatan seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidup.
Kata miskin diartikan tidak berharta atau serba kekurangan. Sedangkan
fakir diartikan orang yang sanga tkekurangan atau sangat miskin. Akan tetapi kedua
kata miskin dan fakir telah menjadi satu istilah yang baku yaitu fakir miskin sebagai
suatu istilah yang makna sama yaitu kondisi yang serba kekurangan materi.
Menurut Levitan , kemiskinan adalah kekurangan barang dan pelayanan
yang dibutuhkan untuk mencapai standar hidup yang layak. Menurut Hall dan
Midgley, menyatakan kemiskinan dapat didefenisikan sebagai kondisi deprivasi
materi dan sosial yang menyebabkan individu hidup di bawah standar kehidupan yang
layak, atau kondisi di mana individu mengalami deprivasi relatif dibandingkan
dengan individu yang lainnya dalam masyarakat.Kemiskinan lazimnya dilukiskan
sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok.
Dikatakan berada dibawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok seperti pangan, pakaian, tempat
berteduh, dan lain-lain. (Emil Salim, 1982). Kemiskinan merupakan tema sentral dari
perjuangan bangsa, sebagai inspirasi dasar dan perjuangan akan kemerdekaan bangsa,
dan motivasi fundamental dari cita-cita menciptakan masyarakat adil dan makmur.
Garis kemiskinan, yang menentukan batas minimum pendapatan yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok, bisa dipengaruhi oleh tiga hal:
1) Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan
2) Posisi manusia dalam lingkungan sekitar
3) Kebutuhan objektif manusia untuk bisa hidup secara manusiawi.
Kesemuanya dapat tersimpul dalam barang dan jasa serta tertuangkan
dalam nilai uang sebagai patokan bagi penetapan pendapatan minimal yang
diperlukan, sehingga garis kemiskinan ditentukan oleh tingkat pendapatan minimal.
4) Ketergantungan (dependency)
Keterbatasan kemampuan pendapatan ataupun kekuatan sosial dari seseorang atau
sekelompok orang yang disebut miskin tadi menyebabkan tingkat ketergantungan
terhadap pihak lain adalah sangat tinggi. Mereka tidak memiliki kemampuan atau
kekuatan untuk menciptakan solusi atau penyelesaian masalah terutama yang
berkaitan dengan penciptaan pendapatan baru. Bantuan pihak lain sangat
diperlukan untuk mengatasi persoalan-persoalan terutama yang berkaitan dengan
kebutuhan akan sumber pendapatan.
5) Keterasingan (Isolation)
Dimensi keterasingan seperti yang dimaksudkan oleh Chambers adalah faktor
lokasi yang menyebabkan seseorang atau sekelompok orang menjadi miskin. Pada
umumnya, masyarakat yang disebut miskin ini berada pada daerah yang jauh dari
pusat-pusat pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan sebagian besar fasilitas
kesejahteraan lebih banyak terkonsentrasi di pusat-pusat pertumbuhan ekonomi
seperti di perkotaan atau kota-kota besar. Masyarakat yang tinggal di daerah
terpencil atau sulit dijangkau oleh fasilitas-fasilitas kesejahteraan relatif memiliki
taraf hidup yang rendah sehingga kondisi ini menjadi penyebab adanya
kemiskinan.
2.2. Indikator-Indikator Kemiskinan
Menurut (Emil Salim: 1928) yang dimaksud dengan kemiskinan adalah suatu keadaan
yang dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang
pokok. Atau dengan istilah lain kemiskinan itu merupakan ketidakmampuan dalam
memenuhi kebutuhan pokok, sehingga mengalami keresahan, kesengsaraan atau kemelaratan
dalam setiap langkah hidupnya. Kemiskinan lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya
pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. Dikatakan berada dibawah garis
kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling
pokok seperti pangan, pakaian, tempat berteduh, dan lain-lain. (Emil Salim, 1982).
Kemiskinan merupakan tema sentral dari perjuangan bangsa, sebagai inspirasi dasar dan
perjuangan akan kemerdekaan bangsa, dan motivasi fundamental dari cita-cita menciptakan
masyarakat adil dan makmur. Adapun Indikator utama kemiskinan menurut BAPPENAS
dapat dilihat dari;
(1) Kurangnya pangan, sandang dan perumahan yang tidak layak;
(2) Terbatasnya kepemilikan tanah dan alat-alat produktif;
(3) Kuranya kemampuan membaca dan menulis;
(4) Kurangnya jaminan dan kesejahteraan hidup;
(5) Kerentanan dan keterpurukan dalam bidang sosial dan ekonomi;
(6) Ketakberdayaan atau daya tawar yang rendah;
(7) Akses terhadap ilmu pengetahuan yang terbatas.
Negara berkembang sampai kini masih saja memiliki ciri-ciri terutama sulitnya mengelola
pasar dalam negerinya menjadi pasar persaingan yang lebih sempurna. Ketika mereka tidak
dapat mengelola pembangunan ekonomi, maka kecenderungan kekurangan kapital dapat
terjadi, diikuti dengan rendahnya produktivitas, turunnya pendapatan riil, rendahnya
tabungan, dan investasi mengalami penurunan sehingga melingkarulang menuju keadaan
kurangnya modal. Demikian seterusnya, berputar. Oleh karena itu, setiap usaha memerangi
kemiskinan seharusnya diarahkan untuk memotong lingkaran dan perangkap kemiskinan ini.
Soetrisno (1990:2-3), menguraikan bahwa munculnya kemiskinan berkaitan dengan budaya
yang hidup dalam masyarakat, ketidakadilan dalam pemilikan faktor produksi dan
penggunaan model pendekatan pembangunan yang dianut oleh suatu negara.
1) Kemiskinan Absolut
Kemiskinan absolut adalah suatu kondisi di mana pendapatan seseorang atau
sekelompok orang berada di bawah garis kemiskinan sehingga kurang mencukupi
untuk memenuhi kebutuhan standar untuk pangan, sandang, kesehatan, perumahan,
dan pendidikan yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup. Garis
kemiskinan diartikan sebagai pengeluaran rata-rata atau konsumsi rata-rata untuk
kebutuhan pokok berkaitan dengan pemenuhan standar kesejahteraan. Bentuk
kemiskinan absolut ini paling banyak dipakai sebagai konsep untuk menentukan atau
mendefinisikan kriteria seseorang atau sekelompok orang yang disebut miskin.
2) Kemiskinan Relatif
Kemiskinan relatif diartikan sebagai bentuk kemiskinan yang terjadi karena adanya
pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menjangkau ke seluruh lapisan
masyarakat sehingga menyebabkan adanya ketimpangan pendapatan atau
ketimpangan standar kesejahteraan. Daerah-daerah yang belum terjangkau oleh
program-program pembangunan seperti ini umumnya dikenal dengan istilah daerah
tertinggal.
3) Kemiskinan Kultural
Kemiskinan kultural adalah bentuk kemiskinan yang terjadi sebagai akibat adanya
sikap dan kebiasaan seseorang atau masyarakat yang umumnya berasal dari budaya
atau adat istiadat yang relatif tidak mau untuk memperbaiki taraf hidup dengan tata
cara moderen. Kebiasaan seperti ini dapat berupa sikap malas, pemboros atau tidak
pernah hemat, kurang kreatif, dan relatif pula bergantung pada pihak lain.
4) Kemiskinan Struktural
Kemiskinan struktural adalah bentuk kemiskinan yang disebabkan karena rendahnya
akses terhadap sumber daya yang pada umumnya terjadi pada suatu tatanan sosial
budaya ataupun sosial politik yang kurang mendukung adanya pembebasan
kemiskinan. Bentuk kemiskinan seperti ini juga terkadang memiliki unsur
diskriminatif.
Setelah dikenal bentuk kemiskinan, dikenal pula dengan jenis kemiskinan berdasarkan
sifatnya. Adapun jenis kemiskinan berdasarkan sifatnya adalah:
1) Kemiskinan Alamiah
Kemiskinan alamiah adalah kemiskinan yang terbentuk sebagai akibat adanya
kelangkaan sumber daya alam dan minimnya atau ketiadaan pra sarana umum (jalan
raya, listrik, dan air bersih), dan keadaan tanah yang kurang subur. Daerah-daerah
dengan karakteristik tersebut pada umumnya adalah daerah yang belum terjangkau
oleh kebijakan pembangunan sehingga menjadi daerah tertinggal.
2) Kemiskinan Buatan
Kemiskinan buatan adalah kemiskinan yang diakibatkan oleh sistem moderenisasi
atau pembangunan yang menyebabkan masyarakat tidak memiliki banyak kesempatan
untuk menguasai sumber daya, sarana, dan fasilitas ekonomi secara merata.
Kemiskinan seperti ini adalah dampak negatif dari pelaksanaan konsep pembangunan
(developmentalism) yang umumnya dijalankan di negara-negara sedang berkembang.
Sasaran untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi tinggi mengakibatkan tidak
meratanya pembagian hasil-hasil pembangunan di mana sektor industri misalnya lebih
menikmati tingkat keuntungan dibandingkan mereka yang bekerja di sektor pertanian.
BAB III
KESIMPULAN
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132316484/penelitian/Kemiskinan++Telaah+Dan+Beberapa
+Strategi+Penanggulangannya.pdf diakses Pada Selasa, 2 Mei 2017 Pukul 17.05 WIB