Anda di halaman 1dari 16

TUGAS PEMBANGUNAN LOKAL

KEMISKINAN

DISUSUN OLEH :

FANNY EKA P (170410140009)

RICHA CHINTIA (170410140027)

JUNDI RAHMAN (170410140033)

AL-GHAZALI (170410140051)

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
JATINANGOR
2017
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Tujuan 3
1.3 Rumusan Masalah 4

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Kemiskinan 5
2.2. Indikator-Indikator Kemiskinan 8
2.3. Penyebab Adanya Kemiskinan 9
2.4. Upaya Mengatasi Kemiskinan 10
2.5. Bentuk dan Jenis Kemiskinan 12

BAB III PENUTUP


Kesimpulan 15

DAFTAR PUSTAKA 16
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembebasan rakyat dari jeratan kemiskinan adalah tujuan yang paling fundamental
yang kita hadapi dalam pembangunan Nasional Indonesia. Orang miskin tidak memiliki akses
yang cukup terhadap sumber daya sehingga mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar
hidupnya secara memadai. Mereka kurang makan, kurang kesempatan, rawan sakit dan
bencana serta kurang memperoleh pelayanan dasar seperti pendidikan dan kesehatan. Oleh
karena itu, kemiskinan adalah musuh kolektif bangsa. Memerangi kemiskinan merupakan
satu tantangan terbesar yang dihadapi pembangunan masyarakat global dalam abad 21 ini,
memerangi kemiskinan wajib hukumnya.
Kemiskinan pada dasarnya merupakan salah satu bentuk masalah yang muncul dalam
kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat di negara-negara yang sedang berkembang.
Masalah kemiskinan ini menuntut adanya suatu upaya pemecahan masalah secara berencana,
terintegrasi dan menyeluruh dalam waktu yang singkat. Upaya pemecahan masalah
kemiskinan tersebut sebagai upaya untuk mempercepat proses pembangunan yang selama ini
sedang dilaksanakan.
Istilah kemiskinan sebenarnya bukan merupakan suatu hal yang asing dalam
kehidupan kita. Kemiskinan yang dimaksud adalah kemiskinan ditinjau dari segi materi
(ekonomi). Dari kegagalan dalam mengurangi kemiskinan, pengangguran,dan ketimpangan
pendapatan secara berarti, maka para ahli kemudian bergeser dari penciptaan lapangan kerja
yang memadai, penghapusan kemiskinan, dan akhirnya penyediaan barang-barang dan jasa
kebutuhan dasar bagi seluruh penduduk.

1.2. Rumusan Masalah

1) Apa yang dimaksud dengan Kemiskinan?


2) Apa saja Indikator Indikator dari Kemiskinan?
3) Apa Upaya-Upaya untuk Mengurangi Kemiskinan?
4) Apa saja Bentuk dan Jenis dari Kemiskinan?
1.3. Tujuan

Mengetahui apa yang dimaksud dengan Kemiskinan


Mengetahui apa saja Indikator-Indikator dari Kemiskinan
Mengetahui Solusi-Solusi dalam Mengurangi Kemiskinan
Mengetahui Bentuk dan Jenis Kemiskinan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Kemiskinan
2.1.1. Pengertian Kemiskinan
Di dalam buku politik dan kemiskinan, Eko Suharto menulis bahwa
konsep kemiskinan masih didominasi oleh satu sudut pandang, yakni kemiskinan
pendapatan atau income poverty. Pemahaman seperti ini dikritik sebagian besar pakar
ilmu sosial. Sebab tidak bisa menggambarkan potret kemiskinan secara utuh.
Kemiskinan seakan-akan hanya masalah ekonomi yang ditunjukkan oleh rendahnya
pendapatan seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidup.
Kata miskin diartikan tidak berharta atau serba kekurangan. Sedangkan
fakir diartikan orang yang sanga tkekurangan atau sangat miskin. Akan tetapi kedua
kata miskin dan fakir telah menjadi satu istilah yang baku yaitu fakir miskin sebagai
suatu istilah yang makna sama yaitu kondisi yang serba kekurangan materi.
Menurut Levitan , kemiskinan adalah kekurangan barang dan pelayanan
yang dibutuhkan untuk mencapai standar hidup yang layak. Menurut Hall dan
Midgley, menyatakan kemiskinan dapat didefenisikan sebagai kondisi deprivasi
materi dan sosial yang menyebabkan individu hidup di bawah standar kehidupan yang
layak, atau kondisi di mana individu mengalami deprivasi relatif dibandingkan
dengan individu yang lainnya dalam masyarakat.Kemiskinan lazimnya dilukiskan
sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok.
Dikatakan berada dibawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok seperti pangan, pakaian, tempat
berteduh, dan lain-lain. (Emil Salim, 1982). Kemiskinan merupakan tema sentral dari
perjuangan bangsa, sebagai inspirasi dasar dan perjuangan akan kemerdekaan bangsa,
dan motivasi fundamental dari cita-cita menciptakan masyarakat adil dan makmur.
Garis kemiskinan, yang menentukan batas minimum pendapatan yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok, bisa dipengaruhi oleh tiga hal:
1) Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan
2) Posisi manusia dalam lingkungan sekitar
3) Kebutuhan objektif manusia untuk bisa hidup secara manusiawi.
Kesemuanya dapat tersimpul dalam barang dan jasa serta tertuangkan
dalam nilai uang sebagai patokan bagi penetapan pendapatan minimal yang
diperlukan, sehingga garis kemiskinan ditentukan oleh tingkat pendapatan minimal.

2.1.2. Pengertian Kemiskinan Secara Umum


Secara umum, kemiskinan diartikan sebagai kondisi ketidakmampuan
pendapatan dalam mencukupi kebutuhan pokok sehingga kurang mampu untuk
menjamin kelangsungan hidup (Suryawati, 2004: 122). Kemampuan pendapatan
untuk mencukupi kebutuhan pokok berdasarkan standar harga tertentu adalah rendah
sehingga kurang menjamin terpenuhinya standar kualitas hidup pada umumnya.
Berdasarkan pengertian ini, maka kemiskinan secara umum didefinisikan sebagai
suatu kondisi ketidakmampuan pendapatan dalam memenuhi kebutuhan pokok dan
kebutuhan lainnya yang dapat menjamin terpenuhinya standar kualitas hidup.
Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2004, kemiskinan adalah
kondisi sosial ekonomi seseorang atau sekelompok orang yang tidak terpenuhinya
hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang
bermartabat. Kebutuhan dasar yang menjadi hak seseorang atau sekelompok orang
meliputi kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih,
pertanahan, sumber daya alam, lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan atau
ancaman tindak kekerasan, dan hak untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan
kehidupan sosial dan politik. Laporan Bidang Kesejahteraan Rakyat yang dikeluarkan
oleh Kementrian Bidang Kesejahteraan (Kesra) tahun 2004 menerangkan pula bahwa
kondisi yang disebut miskin ini juga berlaku pada mereka yang bekerja akan tetapi
pendapatannya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pokok/dasar.
Pandangan yang dikemukakan dalam definisi kemiskinan dari Chambers
menerangkan bahwa kemiskinan adalah suatu kesatuan konsep (integrated concept)
yang memiliki lima dimensi, yaitu:
1) Kemiskinan (Proper)
Permasalahan kemiskinan seperti halnya pada pandangan semula adalah kondisi
ketidakmampuan pendapatan untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan pokok.
Konsep atau pandangan ini berlaku tidak hanya pada kelompok yang tidak
memiliki pendapatan, akan tetapi dapat berlaku pula pada kelompok yang telah
memiliki pendapatan.
2) Ketidakberdayaan (Powerless)
Pada umumnya, rendahnya kemampuan pendapatan akan berdampak pada
kekuatan sosial (social power) dari seseorang atau sekelompok orang terutama
dalam memperoleh keadilan ataupun persamaan hak untuk mendapatkan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

3) Kerentanan menghadapi situasi darurat (State of emergency)


Seseorang atau sekelompok orang yang disebut miskin tidak memiliki atau
kemampuan untuk menghadapi situasi yang tidak terduga di mana situasi ini
membutuhkan alokasi pendapatan untuk menyelesaikannya. Misalnya, situasi
rentan berupa bencana alam, kondisi kesehatan yang membutuhkan biaya
pengobatan yang relatif mahal, dan situasi-situasi darurat lainnya yang
membutuhkan kemampuan pendapatan yang dapat mencukupinya. Kondisi dalam
kemiskinan dianggap tidak mampu untuk menghadapi situasi ini.

4) Ketergantungan (dependency)
Keterbatasan kemampuan pendapatan ataupun kekuatan sosial dari seseorang atau
sekelompok orang yang disebut miskin tadi menyebabkan tingkat ketergantungan
terhadap pihak lain adalah sangat tinggi. Mereka tidak memiliki kemampuan atau
kekuatan untuk menciptakan solusi atau penyelesaian masalah terutama yang
berkaitan dengan penciptaan pendapatan baru. Bantuan pihak lain sangat
diperlukan untuk mengatasi persoalan-persoalan terutama yang berkaitan dengan
kebutuhan akan sumber pendapatan.

5) Keterasingan (Isolation)
Dimensi keterasingan seperti yang dimaksudkan oleh Chambers adalah faktor
lokasi yang menyebabkan seseorang atau sekelompok orang menjadi miskin. Pada
umumnya, masyarakat yang disebut miskin ini berada pada daerah yang jauh dari
pusat-pusat pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan sebagian besar fasilitas
kesejahteraan lebih banyak terkonsentrasi di pusat-pusat pertumbuhan ekonomi
seperti di perkotaan atau kota-kota besar. Masyarakat yang tinggal di daerah
terpencil atau sulit dijangkau oleh fasilitas-fasilitas kesejahteraan relatif memiliki
taraf hidup yang rendah sehingga kondisi ini menjadi penyebab adanya
kemiskinan.
2.2. Indikator-Indikator Kemiskinan

Sejumlah indikator ekonomi yang dapat digunakan oleh lembaga-lembaga internasional


antara lain:
1) Pendapatan Perkapita (GNP atau PDB)
2) Struktur Ekonomi
3) Urbanisasi
4) Indeks Kualitas Hidup (IKH)
5) Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index)

Menurut (Emil Salim: 1928) yang dimaksud dengan kemiskinan adalah suatu keadaan
yang dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang
pokok. Atau dengan istilah lain kemiskinan itu merupakan ketidakmampuan dalam
memenuhi kebutuhan pokok, sehingga mengalami keresahan, kesengsaraan atau kemelaratan
dalam setiap langkah hidupnya. Kemiskinan lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya
pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. Dikatakan berada dibawah garis
kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling
pokok seperti pangan, pakaian, tempat berteduh, dan lain-lain. (Emil Salim, 1982).
Kemiskinan merupakan tema sentral dari perjuangan bangsa, sebagai inspirasi dasar dan
perjuangan akan kemerdekaan bangsa, dan motivasi fundamental dari cita-cita menciptakan
masyarakat adil dan makmur. Adapun Indikator utama kemiskinan menurut BAPPENAS
dapat dilihat dari;
(1) Kurangnya pangan, sandang dan perumahan yang tidak layak;
(2) Terbatasnya kepemilikan tanah dan alat-alat produktif;
(3) Kuranya kemampuan membaca dan menulis;
(4) Kurangnya jaminan dan kesejahteraan hidup;
(5) Kerentanan dan keterpurukan dalam bidang sosial dan ekonomi;
(6) Ketakberdayaan atau daya tawar yang rendah;
(7) Akses terhadap ilmu pengetahuan yang terbatas.

Menurut Bank Dunia indikator kemiskinan yaitu:

a) Kepemilikan tanah dan modal yang terbatas


b) Terbatasnya sarana dan prasarana yang dibutuhkan, pembangunan yang biaskota
c) Perbedaan kesempatan di antara anggota masyarakat
d) Perbedaan sumber daya manusia dan sektor ekonomi
e) Rendahnya produktivitas
f) Budaya hidup yang jelek
g) Tata pemerintahan yang buruk
h) Pengelolaan sumber daya alam yang berlebihan

BPS mengartikan kemiskinan sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi standar


minimum kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan makanan maupun non-makanan .Dari
sisi makanan, BPS menggunakan indikator yang direkomendasikan oleh Widyakara Pangan
dan Gizi tahun 1998 yaitu kebutuhan gizi 2.100 kalori per orang per hari, sedangkan dari sisi
kebutuhan non-makanan tidak hanya terbatas pada sandang dan papan melainkan termasuk
pendidikan dan kesehatan. Model ini pada intinya membandingkan tingkat konsumsi
penduduk dengan suatu garis kemiskinan (GK), yaitu jumlah rupiah untuk konsumsi per
orang per bulan. Sedangkan data yang digunakan adalah data makro hasil Survei Sosial dan
Ekonomi Nasional (Susenas).
Dalam kehidupan masyarakat yang tergolong klarifikasi penduduk miskin berdasarkan
kemampuannya memenuhi kebutuhan hidupnya, menurut Badan Pusat Statistik :
* Penduduk dikatakan sangat miskin apabila kemampuan memenuhi konsumsi makanan
hanya mencapai 900/kalori/orang/hari ditambah kebutuhan dasar atau setara dengan Rp.
120.000/orang/hari.
* Penduduk dikatakan miskin apabila kemampuan memenuhi konsumsi makanan hanya
mencapai antara 1900/2100 kalori/orang/hari ditambah kebutuhan dasar atau setara dengan
Rp. 120.000-Rp. 150.000/orang/bulan.
* Penduduk dikatakan mendekati miskin apabila kemampuan memenuhi konsumsi makanan
hanya mencapai 2100/23000 kalori/orang/hari dan kebutuhan dasar atau setara dengan Rp.
150.000-Rp. 175.000/orang/bulan.

2.3. Penyebab Adanya Kemiskinan

Beberapa faktor kemiskinan diantaranya pendidikan yang rendah dipandang sebagai


penyebab kemiskinan. Dari dimensi kesehatan, rendahnya mutu kesehatan masyarakat
menyebabkan terjadinya kemiskinan. Dari dimensi ekonomi, kepemilikan alat-alat produktif
yang terbatas, penguasaan teknologi dan kurangnya keterampilan, dilihat sebagai alasan
mendasar mengapa terjadi kemiskinan. Faktor kultur dan struktual juga kerap kali dilihat
sebagai elemen penting yang menentukan tingkat kemakmuran dan kesejahteraan
masyarakat. Penyebab kemiskinan menurut Kuncoro (2000: 107) sebagai berikut:
1. Secara makro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan
sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan timpang, penduduk miskin
hanya memiliki sumber daya dalam jumlah yang terbatas dan kualitasnya rendah.
2. Kemiskinan muncul akibat perbedaan kualitas sumber daya manusia karena kualitas
sumber daya manusia yang rendah berarti produktivitas juga rendah, upahnya pun
rendah.
3. Kemiskinan muncul sebab perbedaan akses modal.
Ketiga penyebab kemiskinan ini bermuara pada teori lingkaran setan kemiskinan (vicious
circle of poverty) menurut Nurkse (dalam Kuncoro, 1997:132): adanya keterbelakangan,
ketidaksempumaan pasar, dan kurangnya modal menyebabkan rendahnya produktifitas.
Rendahnya produktivitasnya mengakibatkan rendahnya pendapatan yang mereka terima.
Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya tabungan dan investasi. Rendahnya
investasi berakibat pada keterbelakangan, dan seterusnya.

Negara berkembang sampai kini masih saja memiliki ciri-ciri terutama sulitnya mengelola
pasar dalam negerinya menjadi pasar persaingan yang lebih sempurna. Ketika mereka tidak
dapat mengelola pembangunan ekonomi, maka kecenderungan kekurangan kapital dapat
terjadi, diikuti dengan rendahnya produktivitas, turunnya pendapatan riil, rendahnya
tabungan, dan investasi mengalami penurunan sehingga melingkarulang menuju keadaan
kurangnya modal. Demikian seterusnya, berputar. Oleh karena itu, setiap usaha memerangi
kemiskinan seharusnya diarahkan untuk memotong lingkaran dan perangkap kemiskinan ini.
Soetrisno (1990:2-3), menguraikan bahwa munculnya kemiskinan berkaitan dengan budaya
yang hidup dalam masyarakat, ketidakadilan dalam pemilikan faktor produksi dan
penggunaan model pendekatan pembangunan yang dianut oleh suatu negara.

2.4. Upaya Mengatasi Kemiskinan


Dari kegagalan kebijaksanaan konvesional mengenai pertumbuhan ekonomi di
banyak Negara berkembang dalam mengurangi kemiskinan, pengangguran dan disparitas
(ketimpangan) pendapatan secara berarti telah memaksa baik para perencana ekonomi dan
teknokrat maupun para peneliti ekonomi untuk kembali mempelajari secara sunguh-sunguh
kebijaksanaan tersebut,serta mendorong mereka untuk mempelajari alternatif-alternatif yang
realistis bagi kebijaksanaan pertumbuhan ekonomi yang konvensional. Dalam hal ini
pendekatan kebutuhan dasar dalam perencanaan pembangunan merupakan hasil yang logis
dari suatu proses reorientasi yang panjang dalam pemikiran tentang pembangunan.
Dari hasil-hasil penelitian kemudian pusat perhatian para ahli lambat laun mulai
bergeser dari tekanan pada penciptaan lapangan kerja yang memadai ke penghapusan
kemiskinan, dan akhirnya ke penyediaan barang-barang dan jasa-jasa kebutuhan dasar bagi
seluruh penduduk, yang berupa dua perangkat, yaitu:
1. Perangkap kebutuhan konsumsi perorangan akan pangan ,sandang , dan
pemukiman.
2. Perangkap yang mencakup penyediaan jasa umum dasar ,seperti fasilitas
kesehatan,pendidikan ,saluran air minum ,pengangkutan ,dan kebudayaan.
Di samping kedua perangkat tersebut ,kebutuhan dasar atau kebutuhan dasar manusiawi
kadang-kadang juga digunakan untuk mencakup tiga sasaran lain, yaitu :
1. Hak atas pekerjaan produktif dan yang memberikan imbalan yang layak, sehingga
cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar setiap rumah tangga atau perorangan .
2. Prasarana yang mampu menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa yang dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan dasar penduduk.
3. Partisipasi seluruh penduduk ,baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam
pelaksanaan proyek-proyek yang berhubungan dengan penyediaan barang-barang
dan jasa-jasa kebutuhan dasar.
Untuk menanggulangi masalah kemiskinan diperlukan upaya yang memadukan
berbagai kebijakan dan program pembangunan yang tersebar di berbagai sektor. Kebijakan
pengentasan kemiskinan menurut Gunawan Sumodiningrat (1998) dapat dikategorikan
menjadi 2 (dua), yaitu kebijakan tidak langsung, dan kebijakan yang langsung. Kebijakan
tidak langsung meliputi (1) upaya menciptakan ketentraman dan kestabilan situasi ekonomi,
sosial dan politik; (2) mengendalikan jumlah penduduk; (3) melestarikan lingkungan hidup
dan menyiapkan kelompok masyarakat miskin melalui kegiatan pelatihan. Sedangkan
kebijakan yang langsung mencakup: (1) pengembangan data dasar (base data) dalam
penentuan kelompok sasaran (targeting); (2) penyediaan kebutuhan dasar (pangan, sandang,
papan, kesehatan, dan pendidikan); (3) penciptaan kesempatan kerja; (4) program
pembangunan wilayah; dan (5) pelayanan perkreditan. Untuk menanggulangi masalah
kemiskinan harus dipilih strategi yang dapat memperkuat peran dan posisi perekonomian
rakyat dalam perekonomian nasional, sehingga terjadi perubahan struktural yang meliputi
pengalokasian sumber daya, penguatan kelembagaan, pemberdayaan sumber daya manusia
(Sumodiningrat, 1998). Program yang dipilih harus berpihak dan memberdayakan
masyarakat melalui pembangunan ekonomi dan peningkatan perekonomian rakyat. Program
ini harus diwujudkan dalam langkah-langkah strategis yang diarahkan secara langsung pada
perluasan akses masyarakat miskin kepada sumber daya pembangunan dan menciptakan
peluang bagi masyarakat paling bawah untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan,
sehingga mereka mampu mengatasi kondisi keterbelakangannya. Selain itu upaya
penanggulangan kemiskinan harus senantiasa didasarkan pada penentuan garis kemiskinan
yang tepat dan pada pemahaman yang jelas mengenai sebab-sebab timbulnya persoalan itu.
Beberapa langkah konkrit yang dilakukan pemerintah sebagai upaya untuk percepatan
penanggulangan kemiskinan dan pengurangan pengangguran, dijabarkan dalam berbagai
program yang diharapkan menjadi instrumen utama kegiatan tersebut. Berbagai program
yang dilaksanakan diantaranya :
1. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-MANDIRI)
merupakan ekspansi dan integrasi program-program penanggulangan kemiskinan.
2. Program Keluarga Harapan (PKH), berupa bantuan khusus untuk Pendidikan dan
Kesehatan;
3. Program pemerintah lain yang bertujuan meningkatkan akses masyarakat miskin
kepada sumber permodalan usaha mikro dan kecil, listrik perdesaan, sertifikasi tanah,
kredit mikro, dan lain-lain. PNPM-Mandiri merupakan program andalan pemerintah
dalam percepatan penanggulangan kemiskinan serta perluasan kesempatan kerja.
Disadari bahwa penanggulangan kemiskinan akan dapat mencapai hasil yang optimal jika
telah mampu melibatkan partisipasi dari masyarakat. Oleh karena itu program yang akan
dijalankan didasarkan pendekatan yang mampu mendorong masyarakat untuk turut serta
secara proaktif dalam program tersebut. Untuk mendukung upaya tersebut maka pendekatan
yang ditempuh adalah berbasis kecamatan sebagai lokus program Masyarakat sebagai pelaku
utama, memberikan kewenangan yang lebih luas kepada masyarakat dalam pengambilan
keputusan pembangunan, sinergi masyarakat dengan pemerintah dalam penanggulangan
kemiskinan, mendayagunakan potensi dan sumberdaya lokal sesuai karakteristik wilayah
serta menerapkan pendekatan budaya lokal dalam proses pembangunan.

2.5. Bentuk dan Jenis Kemiskinan


Berdasarkan kondisi kemiskinan yang dipandang sebagai bentuk permasalahan
multidimensional, kemiskinan memiliki 4 bentuk. Adapun keempat bentuk kemiskinan
tersebut adalah (Suryawati, 2004):

1) Kemiskinan Absolut
Kemiskinan absolut adalah suatu kondisi di mana pendapatan seseorang atau
sekelompok orang berada di bawah garis kemiskinan sehingga kurang mencukupi
untuk memenuhi kebutuhan standar untuk pangan, sandang, kesehatan, perumahan,
dan pendidikan yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup. Garis
kemiskinan diartikan sebagai pengeluaran rata-rata atau konsumsi rata-rata untuk
kebutuhan pokok berkaitan dengan pemenuhan standar kesejahteraan. Bentuk
kemiskinan absolut ini paling banyak dipakai sebagai konsep untuk menentukan atau
mendefinisikan kriteria seseorang atau sekelompok orang yang disebut miskin.

2) Kemiskinan Relatif
Kemiskinan relatif diartikan sebagai bentuk kemiskinan yang terjadi karena adanya
pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menjangkau ke seluruh lapisan
masyarakat sehingga menyebabkan adanya ketimpangan pendapatan atau
ketimpangan standar kesejahteraan. Daerah-daerah yang belum terjangkau oleh
program-program pembangunan seperti ini umumnya dikenal dengan istilah daerah
tertinggal.

3) Kemiskinan Kultural
Kemiskinan kultural adalah bentuk kemiskinan yang terjadi sebagai akibat adanya
sikap dan kebiasaan seseorang atau masyarakat yang umumnya berasal dari budaya
atau adat istiadat yang relatif tidak mau untuk memperbaiki taraf hidup dengan tata
cara moderen. Kebiasaan seperti ini dapat berupa sikap malas, pemboros atau tidak
pernah hemat, kurang kreatif, dan relatif pula bergantung pada pihak lain.

4) Kemiskinan Struktural
Kemiskinan struktural adalah bentuk kemiskinan yang disebabkan karena rendahnya
akses terhadap sumber daya yang pada umumnya terjadi pada suatu tatanan sosial
budaya ataupun sosial politik yang kurang mendukung adanya pembebasan
kemiskinan. Bentuk kemiskinan seperti ini juga terkadang memiliki unsur
diskriminatif.

Setelah dikenal bentuk kemiskinan, dikenal pula dengan jenis kemiskinan berdasarkan
sifatnya. Adapun jenis kemiskinan berdasarkan sifatnya adalah:

1) Kemiskinan Alamiah
Kemiskinan alamiah adalah kemiskinan yang terbentuk sebagai akibat adanya
kelangkaan sumber daya alam dan minimnya atau ketiadaan pra sarana umum (jalan
raya, listrik, dan air bersih), dan keadaan tanah yang kurang subur. Daerah-daerah
dengan karakteristik tersebut pada umumnya adalah daerah yang belum terjangkau
oleh kebijakan pembangunan sehingga menjadi daerah tertinggal.

2) Kemiskinan Buatan
Kemiskinan buatan adalah kemiskinan yang diakibatkan oleh sistem moderenisasi
atau pembangunan yang menyebabkan masyarakat tidak memiliki banyak kesempatan
untuk menguasai sumber daya, sarana, dan fasilitas ekonomi secara merata.
Kemiskinan seperti ini adalah dampak negatif dari pelaksanaan konsep pembangunan
(developmentalism) yang umumnya dijalankan di negara-negara sedang berkembang.
Sasaran untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi tinggi mengakibatkan tidak
meratanya pembagian hasil-hasil pembangunan di mana sektor industri misalnya lebih
menikmati tingkat keuntungan dibandingkan mereka yang bekerja di sektor pertanian.
BAB III
KESIMPULAN

Kemiskinan sering diidentifikasikan dengan kekurangan terutama kekurangan bahan


pokok seperti pangan, kesehatan, sandang, papan dan sebagainya. Dengan kata lain,
kemiskinan merupakan ketidak mampuan memenuhi kebutuhan pokok, sehingga ia
mengalami keresahan, kesengsaraan atau kemelaratan dalam setiap langkah hidupnya
(Siswanto, 1998).Kemiskinan bagaikan penyakit yang diberantas. Namun upaya
memberantas tidak selalu membawa hasil karena masalah memang kompleks.
Untuk mengatasi kemiskinan, paling tidak harus dilihat dari konteks masalahnya.
Kemiskinan timbul dari berbagai faktor yang setiap faktornya memerlukan penanganan
khusus.Pembangunan membawa perubahan dalam diri manusia, masyarakat dan lingkungan
hidupnya. Serentak dengan laju pembangunan, terjadi pula dinamika masyarakat. Terjadi
perubahan sikap terhadap nilai-nilai budaya yang sudah ada. Terjadilah pergeseran sistem
nilai budaya yang membawa perubahan pula dalam hubungan interaksi manusia dalam
masyarakatnya. Walaupun kata pembangunan memiliki makna yang berbeda-beda, namun
satu makna yang diterima oleh masyarakat umum adalah perubahan.
DAFTAR PUSTAKA

Hasfah, Mohammad Jafar. 2008. Pengentasan Kemiskinan Melalui Pemberdayaan


Masyarakat. Bandung : Iris Press

Supriatna, Tjahya. 1997. Birokrasi Pemberdayaan Pengentasan Kemiskinan. Bandung :


Humaniora Utama Press

Kadji,Yulianto. Kemiskinan dan Konsep Teoritisnya diakses dari


http://repository.ung.ac.id/get/simlit_res/1/318/Kemiskinan-dan-Konsep-Teoritisnya.pdf Pada
Sabtu, 6 Mei 2017 Pukul 16.42 WIB

Wini,H. 2010. Diakses dari http://e-journal.uajy.ac.id/1756/3/2EP15294.pdf , pada Minggu,


30 April 2017 Pukul 12.05 WIB

http://staffnew.uny.ac.id/upload/132316484/penelitian/Kemiskinan++Telaah+Dan+Beberapa
+Strategi+Penanggulangannya.pdf diakses Pada Selasa, 2 Mei 2017 Pukul 17.05 WIB

www.bps.go.id diakses Pada Senin, 1 Mei 2017 Pukul 15.36 WIB

Anda mungkin juga menyukai