Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh
kuman Salmonella typhi, dengan gejala utama demam, gangguan saluran
pencernaan, serta gangguan susunan saraf pusat / kesadaran. Demam tifoid pada
anak umumnya bersifat ringan dan mempunyai potensial sembuh spontan, namun
demam tifoid yang berat / dengan komplikasi harus di tangani secara adekuat.1
Angka kejadian demam tifoid di seluruh dunia tidak diketahui dan sukar
untuk diperkirakan dengan tepat oleh karena gambaran klinis seringkali di kaburkan
oleh gejala demam penyakit lain. Di Indonesia demam tifoid merupakan penyakit
endemik yang berkaitan dengan lingkungan dan sanitasi yang buruk dengan angka
kejadian yang masih sangat tinggi.1,2
Diagnosis dini adalah suatu hal yang penting disamping tindakan
pencegahannya. Diagnosis demam tifoid dibuat berdasarkan gejala dan tanda klinis,
pemeriksaan darah lengkap dan uji serologis widal. Diagnosis pasti ditegakkan
dengan biakan untuk menemukan kuman penyebab.3
Penatalaksanaan dari demam tifoid yaitu dapat berupa medika mentosa dan
non-medika mentosa. Pemberian antibiotik perlu dilakukan untuk membunuh
kuman dan mencegah pasien menjadi karier. Tirah baring juga direkomendasikan
selama 3-5 hari setelah bebas demam.1
Komplikasi yang dapat terjadi antara lain peritonitis, perdarahan, perforasi,
gangguan kesadaran, dan lain sebagainya.3 Berikut ini kasus demam tifoid yang
terjadi di Rumah Sakit Wirabuana Palu pada tanggal 7 Desember 2015.

BAB II

1
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS
Nama Penderita : An. EF
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 7 tahun
Agama : Islam
Alamat : Jl. Undata, No. 14A
Tanggal masuk : 21 Oktober 2017

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Panas

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien anak laki-laki, usia 7 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan
panas. Panas dirasakan naik turun yang dialami sejak 4 hari yang lalu, demam
turun pada pagi hari, dan meningkat saat menjelang malam.
Pasien juga mengeluhkan buang air besar sebanyak 4 kali, berwarna
kuning dan sedikit berwarna cokelat, berbau biasa, sedikit berampas, tidak
berlendir. Sejak sakit pasien menjadi rewel dan kurang nafsu makan. Buang
air kecil lancar.
Sakit kepala (+), Batuk (-), Beringus (-), Sakit menelan (-), Mual (-),
Muntah (+) frekuensi tiap pasien selesai makan, mimisan (-), Pendarahan gusi
(-).

Riwayat Penyakit Sebelumnya:


-
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada yang mengalami keluhan yang sama di dalam keluarga. Riwayat
asma (-), Diabetes Mellitus (-), hipertensi (-).
Riwayat Sosial-Ekonomi :

2
Pasien tinggal serumah dengan orang tua. Pasien berobat menggunakan
BPJS.

Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan:


Pasien merupakan anak yang jarang jajan sembarangan, setiap harinya
pasien makan makanan Catering untuk asupan makanan di sekolah

Riwayat Kehamilan dan Persalinan :


Ibu pasien sering memeriksakan diri ke bidan selama masa kehamilan, tidak
pernah mengalami kelainan selama masa kehamilan, hipertensi (-). Pasien
lahir spontan, cukup bulan, langsung menangis dengan berat badan lahir
2800 gram, panjang badan 50 cm. Proses persalinan dibantu oleh bidan di
RSU Anutapura Palu.

Riwayat Kemampuan dan Kepandaian :


Tengkurap dan telentang : 4 bulan
Duduk : 8 bulan
Merangkak : 8 bulan
Berbicara : 1 tahun
Berjalan : 1 tahun

Anamnesis Makanan:
Pasien mengkomsumsi ASI eksklusif saat berusia 0-6 bulan. Pasien diberi
MP-ASI sejak usia 6 bulan hingga usia 1 tahun. Pasien berhenti minum ASI
saat berusia 2 tahun. Pasien mengkomsumsi susu formula dari umur 2 tahun
sampai sekarang. Pasien juga sudah makan makanan padat sejak umur 1
tahun. Pasien tidak sering pilih-pilih makanan.

Riwayat Imunisasi :

3
- Vaksin Hepatitis B : Usia 0 bulan, 1 bulan, 2 bulan, dan 6 bulan
- Vaksin Polio : Usia 0 bulan, 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan
- Vaksin BCG : Usia 3 bulan
- Vaksin DPT : Usia 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan
- Vaksin campak : Usia 9 bulan

III. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan umum : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Berat Badan : 20 kg
Tinggi Badan : 102 cm
Status Gizi : Gizi Baik
(CDC: BB/TB 93% Gizi Baik, BB/U 90%
Gizi Baik, TB/U 95% Normoheigh)
Tanda Vital
- Denyut nadi : 80 Kali/menit
- Suhu : 37,6o C
- Respirasi : 24 kali/menit
Kulit
Warna kulit kuning langsat, turgor kulit kembali cepat (<2 detik).
Kepala
Bentuk : Normocephal
Rambut : Tidak mudah tercabut, berwarna hitam
Mata : Edema palpebral (-/-), Conjungtiva anemis (-/-)
Sclera : Ikterik (-/-)
Cornea reflex : Normal
Pupil : Isokor (+/+)
Lensa : Normal
Telinga : Otorrhea (-/-)
Hidung : Rhinorrhea (-), nafas cuping hidung (-)
Mulut : Bibir: sianosis (-)

4
Gigi : Caries (-)
Selaput mulut : Normal
Lidah : Lidah kotor dengan pinggiran eritema (+)
Gusi : Perdarahan (-)
Tenggorokan : Tonsil T1/T1
Pharynx : Hiperemis (-)
Kelenjar : Pembesaran kelenjar getah bening (-); pembesaran
kelenjar tiroid (-)
Thorax
Bentuk simetris, retraksi otot dinding dada (-)
Paru-paru
- Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris bilateral, retraksi
intercostal (-)
- Palpasi : Vokal fremitus (+) normal kiri dan kanan, massa (-),
nyeri tekan (-)
- Perkusi : Sonor (+) diseluruh lapang paru
- Auskultasi : Bronchovesiculer (+/+), Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung
- Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus Cordis teraba pada SIC V linea midclavicula
sinistra
- Perkusi : Batas atas jantung SIC II, batas kanan jantung SIC V
linea parasternal dextra, batas kiri jantung SIC V linea
axilla anterior
- Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, murmur (-), gallop
(-)
Abdomen
- Inspeksi : Permukaan kesan datar
- Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
- Perkusi : Tympani (+).

5
- Palpasi : Organomegali (-), nyeri tekan (+) regio epigastrium,
lien dan hepar tidak teraba (-)
Genitalia : Tidak ada kelainan (-)
Anggota gerak : Ekstremitas atas dan bawah akral hangat, edema (-)
Punggung : Tidak ada deformitas
Otot-otot : Eutrofi, tonus otot baik
Refleks : Fisiologis (+/+), Patologis (-/-)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Darah Rutin
Jenis Hasil
Nilai Normal Interpretasi
Pemeriksaan Pemeriksaan
WBC 12,9 x 103 /uL 4,8 10,0 Normal
RBC 4.59 x 106 /uL 4,0 5,50 Normal
HGB 11,1 g/dl 12,0 18,0 Normal
HCT 33,1% 30,0 47,0 Normal
MCV 72,1 fl 80,0 100 Normal
MCH 24,2 pg 25 34 Normal
MCHC 33,5 g/dl 30 35 Normal
RDW 16,4% 10 16 Normal
PLT 175 x 103 /uL 150 450 Normal

Pemeriksaan serologi widal

Jenis Pemerikasaan Hasil


- S. Typhi O 1/160
- S. P. Thypi. H 1/320
- S. P. Thypi 1/40
- S. P. Thypi 1/40

6
V. RESUME
Pasien anak laki-laki, usia 7 tahun masuk rumah sakit dengan
keluhan panas. Panas dirasakan naik turun yang dialami sejak 4 hari yang
lalu, demam turun pada pagi hari, dan meningkat saat menjelang malam.
Pasien juga mengeluhkan buang air besar sebanyak 4 kali, berwarna kuning
dan sedikit berwarna cokelat, berbau biasa, sedikit berampas, tidak berlendir,
pasien merasakan sakit kepala, Muntah setiap pasien selesai makan. Sejak
sakit pasien menjadi rewel dan kurang nafsu makan. Buang air kecil lancar.
Pada pemeriksaan fisis didapatkan suhu badan 37,6C, denyut nadi
80 x/menit, dan respirasi 24 x/menit. Pemeriksaan pada kepala menunjukkan
adanya lidah kotor dengan pinggiran eritema. Pada pemeriksaan abdomen,
didapatkan adanya nyeri tekan pada epigastrium. Hasil pemeriksaan
penunjang untuk serologi widal menunjukkan adanya hasil Positif
Salmonella Thypi dengan hasil 1/160 dan Salmonella Para Thypi 1/360.

VI. DIAGNOSIS KERJA


Demam Tifoid.

VII. DIAGNOSIS BANDING


DBD

VIII. TERAPI
a. Medikamentosa
- IVFD RL 20 tetes/menit
- Chloramphenicol 4 x 2 Capsul
- Paracetamol 3 x 1 Tablet
- Ranitidin 2 x 1 Tablet
- Oralit tiap kali BAB cair
- Zink 1 x 1 Tablet
b. Non Medikamentosa
- Tirah baring

7
- Diet makanan biasa

IX. ANJURAN :
Pemeriksaan Widal

FOLLOW UP

8
Perawatan Hari ke-1 (22 Oktober 2017)
Subjek (S):
Demam (+) hari ke-5, Sakit kepala (+), mual (+), muntah (+), batuk (-), pilek (-),
sakit perut (-), BAB dan BAK biasa.

Objek (O):
a. Keadaan Umum : Sakit sedang
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Status gizi : Gizi (CDC BB/TB 93% Gizi Baik)
d. Tanda Vital
o Denyut Nadi : 84 kali/menit
o Respirasi : 24 kali/menit
o Suhu : 38,10C
e. Pemeriksaan Fisik
- Kulit : Ruam (-), pucat (-)
- Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
- Mulut
- Bibir : Cyanosis (-) ;
- Lidah : Kotor dengan pinggiran eritema (-).
- Sistem pernapasan : Bentuk dada normal, ekspansi simetris kiri dan
kanan, retraksi intercostal (-), vocal fremitus normal kiri dan kanan, perkusi
sonor, batas paru hepar linea midclavicularis dextra spasium intercostal VI,
bunyi auskultasi paru bronchovesiculer (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-).
- Sistem kardiovaskuler: denyut ictus cordis tidak terlihat, denyut ictus cordis
teraba di SIC V linea midclavicular sinistra, batas jantung normal, bunyi
jantung S1/S2 murni regular, bunyi tambahan (-).
- Sistem gastrointestinal: inspeksi kesan datar, ruam (-), peristaltik usus (+)
kesan normal, perkusi bunyi timpani di seluruh kuadran abdomen, palpasi
nyeri tekan (+), hepar dan limpa tidak teraba.
- Ekstremitas: akral hangat (+), edema (-), pucat (-).
- Genitalia: Tidak ada kelainan (-).

9
Assesment (A):
Demam Tifoid.

Plan (P):
c. Medikamentosa
- IVFD RL 20 tetes/menit
- Chloramphenicol 4 x 2 Capsul
- Paracetamol 3 x 1 Tablet
- Ranitidin 2 x 1 Tablet
- Oralit tiap kali BAB cair
- Zink 1 x 1 Tablet
d. Non Medikamentosa
- Tirah baring
- Diet makanan biasa

FOLLOW UP

Perawatan Hari ke-2 (23 Oktober 2017)


Subjek (S):

10
Demam (-) hari ke-6, bebas demam hari ke-1, Sakit kepala (-), mual (-), muntah (-
), batuk (-), pilek (-), sakit perut (+), BAB dan BAK biasa.

Objek (O):
f. Keadaan Umum : Sakit sedang
g. Kesadaran : Compos mentis
h. Status gizi : Gizi (CDC BB/TB 93% Gizi Baik)
i. Tanda Vital
o Denyut Nadi : 90 kali/menit
o Respirasi : 24 kali/menit
o Suhu : 36,50C
j. Pemeriksaan Fisik
- Kulit : Ruam (-), pucat (-)
- Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
- Mulut
- Bibir : Cyanosis (-) ;
- Lidah : Kotor dengan pinggiran eritema (-).
- Sistem pernapasan : Bentuk dada normal, ekspansi simetris kiri dan
kanan, retraksi intercostal (-), vocal fremitus normal kiri dan kanan, perkusi
sonor, batas paru hepar linea midclavicularis dextra spasium intercostal VI,
bunyi auskultasi paru bronchovesiculer (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-).
- Sistem kardiovaskuler: denyut ictus cordis tidak terlihat, denyut ictus cordis
teraba di SIC V linea midclavicular sinistra, batas jantung normal, bunyi
jantung S1/S2 murni regular, bunyi tambahan (-).
- Sistem gastrointestinal: inspeksi kesan datar, ruam (-), peristaltik usus (+)
kesan normal, perkusi bunyi timpani di seluruh kuadran abdomen, palpasi
nyeri tekan (-), hepar dan limpa tidak teraba.
- Ekstremitas: akral hangat (+), edema (-), pucat (-).
- Genitalia: Tidak ada kelainan (-).

Assesment (A):

11
Demam Tifoid.

Plan (P):
e. Medikamentosa
- IVFD RL 20 tetes/menit
- Chloramphenicol 4 x 2 Capsul
- Paracetamol 3 x 1 Tablet
- Oralit tiap kali BAB cair
- Zink 1 x 1 Tablet
f. Non Medikamentosa
- Tirah baring
- Diet makanan biasa

FOLLOW UP

Perawatan Hari ke-3 (24 Oktober 2017)


Subjek (S):
Demam (-) hari ke-7, bebas demam hari ke-2, Sakit kepala (-), mual (-), muntah (-
), batuk (-), pilek (-), sakit perut (-), BAB dan BAK biasa.

12
Objek (O):
k. Keadaan Umum : Sakit sedang
l. Kesadaran : Compos mentis
m. Status gizi : Gizi (CDC BB/TB 93% Gizi Baik)
n. Tanda Vital
o Denyut Nadi : 80 kali/menit
o Respirasi : 28 kali/menit
o Suhu : 36,70C
o. Pemeriksaan Fisik
- Kulit : Ruam (-), pucat (-)
- Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
- Mulut
- Bibir : Cyanosis (-) ;
- Lidah : Kotor dengan pinggiran eritema (-).
- Sistem pernapasan : Bentuk dada normal, ekspansi simetris kiri dan
kanan, retraksi intercostal (-), vocal fremitus normal kiri dan kanan, perkusi
sonor, batas paru hepar linea midclavicularis dextra spasium intercostal VI,
bunyi auskultasi paru bronchovesiculer (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-).
- Sistem kardiovaskuler: denyut ictus cordis tidak terlihat, denyut ictus cordis
teraba di SIC V linea midclavicular sinistra, batas jantung normal, bunyi
jantung S1/S2 murni regular, bunyi tambahan (-).
- Sistem gastrointestinal: inspeksi kesan datar, ruam (-), peristaltik usus (+)
kesan normal, perkusi bunyi timpani di seluruh kuadran abdomen, palpasi
nyeri tekan (-), hepar dan limpa tidak teraba.
- Ekstremitas: akral hangat (+), edema (-), pucat (-).
- Genitalia: Tidak ada kelainan (-).

Assesment (A):
Demam Tifoid.

Plan (P):

13
g. Medikamentosa
- IVFD RL 20 tetes/menit
- Chloramphenicol 4 x 2 Capsul
- Paracetamol 3 x 1 Tablet
- Oralit tiap kali BAB cair
- Zink 1 x 1 Tablet
h. Non Medikamentosa
- Tirah baring
- Diet makanan biasa

Pasien dipulangkan dan diperbolehkan rawat jalan.

DISKUSI

Diagnosis demam tifoid pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis,


pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Keluhan utama adalah badan panas
sudah 1 minggu atau lebih. Panas makin hari makin tinggi, terutama pada sore atau
malam hari, biasa disertai mengigau dan kejang. Anak mungkin mengeluh sakit
perut disertai diare dan muntah. Pada kasus ini, pasien mengalami demam setiap
hari selama 6 hari, lidah kotor dengan pinggiran eritema, disertai dengan sakit perut
yang merupakan gejala dari demam tifoid. Pada pemeriksaan laboratorium darah

14
rutin didapatkan leukositosis sebesar 12,9 x 103/uL yang menandakan adanya
infeksi bakterial.3

Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang
disebabkan oleh Salmonella typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas berkepanjangan,
ditopang dengan bacteremia tanpa keterlibatan struktur endothelial atau endocardial
dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi ke dalam sel fagosit mononuclear dari hati,
limpa, kelenjar limfe usus dan Peyers patch. Beberapa terminology lain yang erat
kaitannya adalah demam paratifoid dan demam enteric. Demam paratifoid secara
patologik maupun klinis adalah sama dengan demam tifoid namun biasanya lebih
ringan, penyakit ini disebabkan oleh Salmonella enteriditis, sedangkan demam
enteric disebabkan oleh spesies Salmonella enteriditis.6

Etiologi dari demam typhoid yaitu bakteri Salmonella typhii, family


Enterobacteriaceae. Salmonella bersifat bergerak, berbentuk batang, tidak
membentuk spora, tidak berkapsul, fakultatif anaerob dan termasuk bakteri gram
negatif. Salmonella memiliki: Antigen O (somatic), yaitu komponen dinding sel
dari lipopolisakarida yang stabil pada panas, antigen H (flagellum), yaitu protein
yang labil terhadap panas dan antigen Vi yaitu polisakarida kapsul. Mempunyai
makromolekular lipopolisakarida kompleks yang membentuk lapis luar dari
dinding sel dan dinamakan endotoksin. Salmonella typhi juga dapat memperoleh
plasmid faktor-R yang berkaitan dengan resistensi terhadap multiple antibiotik.1,6

Cara penularan Salmonella typhi pada umumnya melalui makanan atau


minuman yang terkontaminasi. Untuk menimbulkan infeksi diperlukan inokulum
sebanyak 105 - 109 kuman S.typhi. Setelah masuk secara fekal-oral lalu masuk ke
sistem pencernaan. Kuman lalu melewati lambung dan melekat pada jonjot ileum
lalu menembus epitel usus dan melewati plak Peyer. Kuman diangkut ke kelenjar
getah bening usus dan di situ memperbanyak diri di dalam sel mononukleus,
kemudian sel monosit yang mengandung kuman melalui saluran kelenjar limfe
mesenterik, dan selanjutnya duktus limfatik kuman mencapai aliran darah dan
terjadilah bakteremia pertama yang berlangsung singkat. Kuman mengikuti

15
peredaran darah dan mencapai jaringan retikuloendotelial di berbagai organ, yaitu
hati, kandung empedu, limpa, sumsum tulang, ginjal, paru, susunan saraf, dan lain-
lain. Di dinding kandung empedu kuman berkembang dalam jumlah yang sangat
banyak, kemudian bersama empedu disalurkan ke usus.1,2,3,4

Patogenesis demam tifoid melibatkan 4 proses kompleks mengikuti ingesti


organisme, yaitu: (1) penempelan dan invasi sel-sel M Peyers patch, (2) bakteri
bertahan hidup dan bermultiplikasi di makrofag Peyers patch, nodus limfatikus
mesenterikus, dan organ-organ ekstra intestinal sistem retikuloendotelial, (3)
bakteri bertahan hidup di dalam aliran darah, dan (4) produksi enterotoksin yang
meningkatkan kadar cAMP di dalam kripta usus dan menyebabkan keluarnya
elektrolit dan air ke dalam lumen intestinal.6

Pada anak, periode inkubasi demam tifoid antara 5-40 hari dengan rata-rata
antara 10-14 hari. Gejala klinis demam tifoid sangat bervariasi, dari gejala klinis
ringan dan tidak memerlukan perawatan khusus sampai dengan berat sehingga
harus dirawat. Variasi gejala ini disebabkan faktor galur Salmonella, status nutrisi
dan imunologik pejamu serta lama sakit dirumahnya. Manifestasi klinis untuk
demam typhoid yaitu demam pada awal penyakit, anoreksia, myalgia, sakit kepala,
sakit perut, mula-mula terjadi diare dengan tinja seperti sup kacang, kemudian
konstipasi mulai menonjol. Mual dan muntah dapat timbul di minggu ke 2 atau ke
3. Disorientasi, letargi, delirium dan stupor. Lidah kotor serta hepatosplenomegaly
dan distensi abdomen dan disertai nyeri yang difus.2,6

Salah satu pemeriksaan tambahan yang sering dilakukan pada demam tifoid
adalah uji widal, yaitu pemeriksaan serologi terhadap antigen O, H, dan Vi dari
Salmonella. Salmonela mempunyai antigen O (somatik), adalah komponen dinding
sel dari lipopolisakarida yang stabil pada panas, dan antigen H (flageum) adalah
protein yang labil terhadap panas. Selain itu terdapat antigen Vi yaitu polisakarida
kapsul. Nilai normal dari uji widal adalah 1/40.3,4,5

Pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan yakni:1


1. Pemeriksaan Darah Rutin

16
a. Gambaran leukopenia, limfositosis relatif dan aneosinofilia pada permulaan
sakit.
b. Mungkin terdapat pula anemia dan trombositopenia ringan.
Pada kasus ini, pemeriksaan darah rutin didapatkan leukositosis sebesar
12,9 x 103/uL yang menandakan adanya infeksi bakterial. Hal ini dikarenakan
bakteri Salmonella typhi kemungkinan sudah mencapai aliran sistemik, maka
terjadi respon imunologis peningkatan sel darah putih sebagai respons terhadap
infeksi bakteri. Sementara kadar hemoglobin 11,1 g/dl, hasil ini normal, tidak
terjadi anemia. Adapun kadar trombosit 175 x 103 /uL hasil ini normal, tidak
terjadi trombositopenia.

2. Uji Serologi Widal


a. Yaitu suatu metode serologik ysng memeriksa antibodi aglutinasi terhadap
antigen somatik (O), flagela (H) yang banyak dipakai untuk membuat
diagnosis demam tifoid.
b. Angka titer O aglutinin >1/40 dengan memakai uji widal slide aglutination
menunjukan nilai ramal postif 96%.
c. Artinya apabila hasil test postif, 96% kasus benar sakit demam tifoid, akan
tetapi bila negatif tidak menyingkirkan.
Pada kasus ini, pemeriksaan serologi widal didapatkan kenaikan titer
yaitu 1/160 pada titer O Salmonella typhi, 1/320 pada titer H Salmonella typhi,
Hal ini menandakan bahwa pasien terinfeksi bakteri Salmonella typhi atau
terkena penyakit demam tifoid.

3. Polymerase Chain Reaction (PCR)


a. Pemeriksaan untuk mendeteksi antibodi Salmonella typhi dalam serum,
antigen terhadap Salmonella typhi dalam darah, serum, urin, feses dan
DNA.
b. Hasilnya dapat diperoleh hanya dalam beberapa jam.
c. Metode ini spesifik dan lebih sensitif dibandingkan biakan darah.
Pada kasus ini, pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR) ini tidak
dilakukan.

17
Penanganan pada kasus demam tifoid berupa pemberian chloramfenicol
yang merupakan baku emas (gold standar) pada penanganan demam tifoid. Dosis
yang diberikan adalah 50 mg/kgBB/hari per os, 75 mg/kgBB/hari secara intravena,
dalam 3 kali pemberian. Chloramphenicol cepat mensterilkan darah dan pada
umumnya dalam 7 hari suhu menjadi normal, dan pemberian diteruskan selama 14
hari atau sampai 5-7 hari bebas panas.1,3

Pada kasus ini diberikan sediaan chloramphenicol capsul 250 mg, dimana
untuk anak pada kasus ini dengan BB 20 kg, didapatkan dosis 1000 mg/hari,
diberikan 4 x 1 capsul per hari. Selain itu diberikan pengobatan simtomatik yaitu
paracetamol dengan dosis 10 15 mg/kgBB/kali diberikan sebanyak 3-4 kali sehari.
Untuk anak pada kasus ini didapatkan dosis 200-300 mg/hari, Diberikan sediaan
paracetamol syrup 120 mg/5 ml, dimana untuk anak ini diberikan 4 x 2 cth per hari
bila demam.1,3,4,6

Adapun terapi medikamentosa yang dapat diberikan pada kasus demam


tifoid yaitu :3
1. Penderita yang dirawat harus tirah baring.
2. Menjaga nutrisi cairan oral dan parenteral
3. Diet harus mengandung kalori dan protein yang cukup. Sebaiknya yang rendah
selulosa (rendah serat) untuk mencegah perdarahan dan perforasi. Diet untuk
penderita tifoid, diklasifikasikan atas ; diet cair, bubur lunak, tim dan nasi biasa.
Pada kasus ini, diberikan pemberian perawatan inap dengan tirah baring dan
menjaga nutrisi cairan oral maupun parentereal. Dengan pemberian diet makanan
biasa untuk menjaga nutrisi yang optimal pada anak ini.
Pencegahan yang dapat diberikan untuk mencegah terjadinya demam tifoid
yaitu:3
1. Penyuluhan tentang kebersihan perorangan dan sanitasi lingkungan.
2. Vaksin demam tifoid yaitu berisi kuman yang dimatikan, kuman hidup dan
komponen Vi dari Salmonella typhi.

18
3. Vaksin ini diberikan per oral tiga kali dengan interval pemberian selang sehari,
memberi daya perlindungan satu tahun.
4. Vaksin ini diberikan pada anak yang berusia diatas 2 tahun.

Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada minggu ketiga demam tifoid,
yaitu:3
a. Komplikasi di dalam usus
1) Perdarahan usus
Bila sedikit hanya ditemukan jika di lakukan pemeriksaan tinja dengan
benzidin. Bila perdarahan banyak terjadi melena dan bila berat dapat disertai
perasaan nyeri perut dengan tanda-tanda renjatan.
2) Perforasi usus
Timbul biasanya pada minggu ketiga atau selain itu dan terjadi pada bagian
distal ileum.Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat disertai
ditemukan bila terdapat udara di rongga peritoneum, yaitu pekak hati
menghilang dan terdapat udara di antara hati dan diafragma pada foto
Rontgen abdomen yang dibuat dalam keadaan tegak.
3) Peritonitis
Biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus.
Ditemukan gejala abdomen akut yaitu nyeri perut yang hebat, dinding
abdomen tegang (defense muscular) dan nyeri pada tekanan. 3

b. Komplikasi di luar usus


Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakteremia) yaitu
meningitis, kolesistitis, ensefelopati dan lain-lain. Terjadi karena infeksi
sekunder, yaitu bronkopneumonia. Dehidrasi dan asidosis dapat timbul akibat
masukan makanan yang kurang dan perpirasi akibat suhu tubuh yang tinggi.3
Adapun pada kasus ini, anak tidak disertai komplikasi, baik komplikasi di
dalam usus maupun di luar usus.

19
Prognosis pada pasien ini adalah bonam karena tidak di dapatkan
komplikasi yang berat. Dengan pengobatan yang tepat dan teratur, pasien dapat
kembali beraktivitas seperti semula. Pasien juga diharapkan untuk tidak lagi makan
sembarangan untuk menghindari infeksi Salmonella kembali.3,4,5

DAFTAR PUSTAKA

1. Behrman. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi 15. Penerbit Buku

Kedokteran EGC. Jakarta.

2. Rampengan, 2008. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Edisi 2. EGC, Jakarta.

20
3. Widagdo, 2012. Masalah dan Tatalaksana Penyakit Anak dengan Demam.

Sagung Seto, Jakarta.

4. Widagdo, 2011. Masalah dan Tatalaksana Penyakit Infeksi pada Anak. Sagung

Seto, Jakarta.

5. Mansjoer A., 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III Jilid 2. Media

Aesculapius FK UI, Jakarta.

6. Sumarmo, 2010. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. Ikatan Dokter Anak

Indonesia, Jakarta.

REFLEKSI KASUS Oktober 2017

DEMAM TYPHOID

21
Nama : Ilham Armadi
No. Stambuk : N 111 17 077
Pembimbing : dr. Kartin Akune, Sp.A

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA
PALU
2017

22

Anda mungkin juga menyukai