BAB 1. PENDAHULUAN
BAB 2. GAGASAN
Dari siklus ini, kadar CO2 di atmosfer nyaris konstan dan Suhu atmosfer
juga tetap. Selama 800 ribu tahun, kadar CO2 di atmosfer kira-kira 250-280 ppm,
seperti terlihat pada Gambar 1.
bumi semata. Sejak revolusi industri, kelebihan CO 2 ini berasal dari bahan fosil
(minyak bumi dan batu bara) yang dijadikan sebagai sumber energi utama.
Sehingga kecepatan dan besaran emisi CO2 ke atmosfer melalui pengunnaan
bahan bakar fosil ini tidak diimbangi dengan kecepatan penyerapan CO2 oleh
lautan, tanah, dan tumbuhan apalagi dengan terjadinya penggundulan dan
pembakaran hutan. akibatnya, kadar karbon yang ditambahkan ke dalam siklus
karbon alamiah tidak mampu diproses lebih lanjut oleh tetumbuhan dan
menumpuk di atmosfer dan menyebabkan global warming dan perubahan iklim
(Huang dkk,2013)
Emisi CO2 Indonesia
Emisi Gas rumah kaca (CO2 dan gas lain) Indonesia dapat dilihat pada
Gambar 2. Emisi gas buang hasil pembakaran berupa CO2dari 183,1 juta Ton pada
tahun 2002 menjadi 584,9 juta Ton pada tahun 2020 (3,2 kali lipat). Jika ditelaah
lebih lanjut, data Buku Putih ini tidak berbeda jauh dari data IEA untuk tahun
2011 (lihat Gambar 6) yakni berkisar pada 430-440 juta Ton,. Sedangkan emisi
CO2 Indonesia ditaksir sebesar 820-830 juta Ton pada tahun 2035 menurut IEA.
Gambar 2. Emisi GHG Indonesia hingga 2020 (kiri, dalam satuan ribu Ton,
Sumber : Buku Putih Energi) dan 2035 dalam Mt (metric Ton) (kanan, Sumber:
IEA)
Menurut buku putih energy 2005-2025 tiga sumber enegi utama emisi CO2
di Indonesia yaitu, minyak bumi, batu bara, dan gas alam. Seperti yang telihat
pada gambar 3.
4
Salah satu metode pengendalian emisi CO2 adalah Carbon Capture Store
(CCS). Yaitu suatu metode menangkap dan menyimpan CO2 yang meliputi
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Langkah pertama, CO2 ditangkap dari penghasil CO2 yang besar misalnya
pembangkit listrik berbahan bakar fosil.
2. Langkah kedua, Transport CO2 (pemindahan CO2). Setelah ditangkap,
milyaran ton emisi CO2 dikompresi menjadi cair agar mudah diangkut ke
tempat penyimpanan yang sesuai. Untuk penyimpanan di tambang migas
offshore. CO2 diangkut melalui jalur pipa offshore, menggunakan kapal
atau kombinasi keduanya.
3. Langkah ketiga adalah penyimpanan CO2. Tempat penyimpanan paling
praktis untuk menyimpan emisi karbon dalam jumlah banyak biasanya
reservoir minyak atau gas yang sudah tua. Professor Geologi Universitas
Edinburgh, Stuart Haszeldine mengungkapkan bahwa Saline aquifers
merupakan batuan berpori berisi air yang sangat asin. Lapisan ini dapat
menjadi tempat untuk menyimpan CO2.
4. Langkah keempat adalah monitoring (pemantauan). Memantau dan
memverifikasi jumlah CO2 yang tersimpan sangatlah penting jika
penyimpanan CO2 digunakan untuk memenuhi komitmen nasional dan
atau internasional sebagai dasar perdagangan emisi. Setiap tempat
penyimpanan CO2 harus diperiksa untuk mengetahui ada tidaknya
kebocoran CO2 dari tempat penyimpanan.
(Sumber: Gadipelli dkk,2015)
Selama ini, teknik yang umum digunakan untuk menangkap CO2 dari
bahan bakar fosil yaitu, Teknik post-combustion, pre-combustion dan oxyfuel
combustion capture.
5
BAB 3. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA