Narkoba - Setiawan
Narkoba - Setiawan
Latar Belakang
Indonesia seutuhnya dan masyarakat yang adil, makmur, sejahtera, tertib dan
Indonesia yang sejahtera tersebut perlu peningkatan secara terus menerus akan
Tunggal, 2003).
serta perhatian lebih besar kepada penduduk baik yang sakit maupun yang sehat,
lebih memperhatikan aspek tumbuh dan kembang anak mulai dari kandungan
kesehatan bangsa Indonesia secara menyeluruh dan akan membawa dampak yang
lebih nyata terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia yang sehat.
terus mengalami peningkatan yang sangat serius dan dampak yang ditimbulkanya
berbahaya lainnya).
Indonesia meningkat tajam. Data Badan Narkotika Nasional (BNN) pada Februari
1
2006 menyebutkan, dalam lima tahun terakhir jumlah kasus tindak pidana
narkoba di Indonesia rata-rata naik 51,3 persen atau bertambah sekitar 3.100
orang, dengan rincian pada tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) sebanyak
4.138 siswa, SMP dan SMA sebanyak 31.213 siswa serta Perguruan Tinggi
pesat, yaitu tercatat 3,3 juta orang. Dari jumlah itu 28% pengguna awal, 27%
pemakai, dan 45% atau sekitar 1,5 juta orang adalah pecandu narkoba, dan
ranking teratas dikosumsi para remaja 70%, dan 50% penggunanya positif
terinfeksi HIV karena jarum suntik. jumlah ini semakin menurun akibat makin
Februari 2009).
terbukti pada tahun 2007 sampai sekarang sudah banyak terbongkar pabrik yang
2
pada anak remaja sangatlah besar. Karena berdasarkan data di atas, pengguna
remaja, sehingga perlu dilakukan intervensi khususnya bagi remaja agar tidak
kelompok pendukung grup musik Iwan fals, adalah salah satu dari kelompok
kelompok ini keanggotaanya ada pada beberapa kelurahan dan desa di Kota dan
tentang narkoba dan bahayanya. Sehingga dari latar belakang tersebut penulis
di Kabupaten Tasikmalaya
3
Semakin meluasnya kasus pemakaian narkoba dikalangan remaja, yang
diperkirakan 70% dari 1,5 juta maka penulis tertarik untuk mengadakan
Tujuan Umum
X di Kabupaten Tasikmalaya.
Faktor Internal
- Umur
- Jenis kelamin
- Pendidikan
- Sikap
Pengetahuan remaja
Faktor Eksternal terhadap bahaya
Informasi dari lingkungan sosial: narkoba
- Teman sebaya
- Orang tua
- Media cetak
- Media Elektronik
4
1.5 DEFINISI OPERASIONAL
5
Dependen Ordinal
9 Pengetahuan Tingkat pemahaman Kuesioner 1. Rendah
responden mengenai 2. Tinggi
bahaya narkoba
1.6 HIPOTESIS.
berikut :
Tasikmalaya
6
1.7 JENIS PENELITIAN
Sectional dan merupakan studi analitik, yaitu untuk mengetahui faktor-faktor apa
yang beralamat di Jl. Ranca Dulang Raya No. 27 Rt. 02/02 Kelurahan Margasari
1.9 POPULASI
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh remaja yang menjadi anggota
Dari seluruh anggota yang ada mereka ada yang tinggal di kotamadya dan juga
ada yang tinggal di kabupaten, jadi pengambilan sampel dapat mewakili anggota
yang tinggal di kotamadya maupun yang tinggal di kabupaten dan sesuai dengan
1.10 Sampel
7
Teknik pengambilan sampel yang dilakukan menggunakan formula sebagai
n = N
__________
2
1+N(d )
Keterangan :
N = Besar Populasi
n = Besar Sampel
Tasikmalaya yang tercatat adalah sebanyak 500 orang, sehingga jumlah atau
n = 374 n = 374
n = 374 n = 193,8
1,93
Jadi jumlah sampel pada penelitian ini adalah 194, ditambah 10% untuk
8
1.11 PENGUMPULAN DATA
dibagikan kepada anggota yang menjadi target sampel, kemudian diambil kembali
Tabel
Proporsi Pengambilan Sampel Penelitian
Bahaya Narkoba dikelompok organisasi Oi Kabupaten Tasikmalaya
Tahun 2009
A. Analisa Univariat
faktor yang diteliti, untuk itu penulis menggunakan tabel distribusi frekuensi,
P = F x 100%
n
9
Keterangan :
P : Presentasi
N : Jumlah sampel
B. Analisa Bivariat
variabel, maka analisis yang digunakan adalah uji beda proporsi (Chi-Square)
(O E ) 2
X
2
E
Keterangan :
X 2= statistik Chi-Square
O = Nilai observasi
E = Nilai ekspektasi
= Jumlah semua katagori
Hasil akhir uji statistik adalah untuk mengetahui apakah keputusan uji
Ho ditolak atau gagal tolak. Ketentuanya bila p-value < 0,05 maka Ho ditolak
artinya ada hubungan yang bermakna, sedangkan bila p-value > 0,05 maka Ho
gagal tolak artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel
10
1.8 PEMBAHASAN
adalah hasil dari tahu, kondisi tahu akan terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera,
sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga yaitu melalui
proses pengalaman dan proses belajar dalam pendidikan, baik yang bersifat formal
Indonesia (2005) diartikan sebagai mengetahui segala sesuatu, segala apa yang
pemahaman remaja mengenai bahaya narkoba. Semakin banyak jawaban benar yang
dikemukakan oleh remaja, semakin baik pengetahuannya. Dari hasil penelitian dapat kita
peroleh informasi bahwa remaja yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi tentang
bahaya narkoba hanya sebesar 41,6%, sedangkan sisanya yaitu 58,4% berpengetahuan
rendah. Hal tersebut menggambarkan sebagian besar remaja kurang memiliki bekal
pengetahuan yang baik tentang narkoba. Padahal menurut teori perilaku dari Green
(1980) dikemukakan bahwa pengetahuan sebagai salah satu faktor predisposisi bagi
memahami berbagai bahaya yang dapat timbul akibat narkoba. Oleh sebab itu, untuk
11
dapat meningkatkan pengetahuan remaja tentang narkoba dan bahayanya, diperlukan
berbagai upaya, seperti promosi kesehatan tentang narkoba baik secara langsung maupun
melalui media massa, kerjasama yang baik dengan berbagai lembaga yang terkait, seperti
dalam remaja akhir (18 24 tahun). Hal tersebut kita maklumi karena organisasi X di
Kabupaten Tasikmalaya tersebut banyak digemari oleh mereka yang telah berumur
dewasa. Sedangkan untuk para remaja awal (14 17 tahun), masih merasa takut jika
masing 50% remaja yang berpendidikan dasar dan tinggi. Hal tersebut terjadi karena
tidak ada batasan pendidikan bagi remaja yang ingin bergabung dengan organisasi X.
Sehingga tidak ditentukan kisaran pendidikan yang layak pada organisasi X tersebut.
Notoatmodjo (2003) sikap adalah menggambarkan suka atau tidak suka seseorang
terhadap suatu obyek, sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain
yang paling dekat. Dari kondisi tersebut, dapat kita prediksi bahwa banyaknya responden
yang menyatakan adanya bahaya narkoba, hal tersebut terjadi karena paparan informasi
Sebagian besar responden terpapar oleh informasi yang berasal dari teman sebaya
yaitu 66,8%. Dalam kehidupan para remaja terhadap berbagai jenis kelompok
sepermainan. Yang pertama terdiri dari teman-teman sebaya sejak kecil, biasanya mereka
12
inilah disebut sahabat dan terdiri dari dua atau tiga orang yang sejenis. Jenis kelompok
tersebut mempunyai pengaruh yang besar terhadap pola kehidupan remaja. Remaja akan
merasa lebih aman dan terlindungi jika berada dalam kelompoknya, oleh karena itu ia
berusaha keras untuk diukui oleh kelompoknya dengan cara menyamakan dirinya dengan
(52,3%). Orangtua merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi pengetahuan dan
lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar yang pada akhirnya
Sebagian besar responden terpapar oleh informasi media cetak (82,7%). Hal
tersebut terjadi karena saat ini kita lebih mudah untuk memperoleh berbagai informasi
melalui media, baik cetak maupun elektronik. Seperti halnya koran, majalah, tabloid,
yang secara langsung dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang karena rajin
elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas
pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data interchange (EDI),
surat elektronik (electronic mail), telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda,
angka, kode akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat
13
6.1 Hasil Analisis Bivariat
Tabel 6.3
Hubungan Antara Umur Responden Dengan Pengetahuan Remaja Tentang
Bahaya Narkoba Pada Salah Satu Organisasi X Di Kabupaten Tasikmalaya
Tahun 2009
Interpretasi
narkoba, diketahui dari 99 orang remaja yang termasuk remaja awal, ada sebanyak 30
orang (30,3%) yang mempunyai pengetahuan tinggi, sedangkan dari 115 orang remaja
yang termasuk remaja akhir, ada sebanyak 59 orang (51,3%) yang mempunyai
penegtahuan tinggi. Proporsi pengetahuan rendah, lebih banyak ditemukan pada remaja
awal (69,7%), dibandingkan dengan remaja akhir (48,7%). Hasil uji statistik diperoleh
nilai p = 0,003, artinya p < alpha (0,05) sehingga dapat disimpulkan ada hubungan yang
Dari hasil analisis didapatkan pula nilai OR = 2,423, yang artinya responden
remaja awal akan mempunyai peluang 2,423 kali untuk berpengetahuan rendah
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Gibson (2002), yang mengemukakan
bahwa umur sebagai sub variabel demografik mempunyai efek tidak langsung pada
14
perilaku individu. Selain itu, umur juga menggambarkan pengalaman hidup seseorang.
Semakin dewasa umur seseorang, semakin banyak pengalaman hidup yang ia jalani. Dan
Dalam penelitian ini ternyata pengetahuan tinggi lebih banyak dimiliki oleh para
remaja akhir dibandingkan dengan remaja awal. Hal tersebut dapat terjadi karena
pengalaman hidup yang lebih banyak pada remaja akhir, apalagi didukung oleh seringnya
sedangkan remaja akhir berusia 18 24 tahun. Pada remaja awal, masih dalam proses
remaja akhir, karena usia remaja awal lebih banyak ditemukan pada mereka yang sedang
mengenyam bangku pendidikan dasar dan menengah setingkat SMP dan SMU. Oleh
sebab itu informasi tentang narkobapun juga sangat terbatas diperoleh. Berbeda dengan
para remaja akhir yang ditemukan pada mereka yang telah selesai mengenyam
pendidikan SMU, sehingga pergaulan dan pengalamannya lebih luas, mereka cenderung
lebih banyak memperoleh informasi tentang hal-hal baru, seperti halnya narkoba. Kondisi
inilah yang membuat adanya perbedaan tingkat pengetahuan antara remaja awal dan
Tabel 6.4
Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Pengetahuan Remaja Terhadap Bahaya
Narkoba Pada Salah Satu Organisasi X Di Kabupaten Tasikmalaya
Tahun 2009
15
Interpretasi
Hasil analisis hubungan antara jenis kelamin dengan pengetahuan tentang bahaya
narkoba, diketahui dari 141 orang remaja pria, ada sebanyak 71 orang (50,4%) yang
mempunyai pengetahuan tinggi, sedangkan dari 73 orang remaja wanita, ada sebanyak 18
orang (24,7%) yang mempunyai penegtahuan tinggi. Proporsi pengetahuan rendah, lebih
banyak ditemukan pada remaja wanita (75,3%), dibandingkan dengan remaja pria
(49,6%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,001, artinya p < alpha (0,05) sehingga
dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan
Dari hasil analisis didapatkan pula nilai OR = 0,323, yang artinya responden pria
akan mempunyai peluang 0,323 kali untuk berpengetahuan rendah dibandingkan dengan
responden wanita.
Dalam penelitian ini ternyata pengetahuan tinggi lebih banyak ditemukan pada
remaja laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Hal tersebut dapat terjadi karena
menurut Robbins (2003) pria cenderung lebih agresif, dan lebih menyukai hal-hal yang
menantang. Sedangkan wanita lebih bersikap pasif, keberanian wanita relatif lebih rendah
remaja pria dan wanita. Remaja pria lebih agresif dan berani, oleh sebab itu, mereka
cenderung untuk mencari tahu lebih banyak tentang sesuatu hal, termasuk juga narkoba,
apalagi didukung oleh berbagai sumber informasi, seperti dari teman, media massa, dan
sebagainya. Berbeda dengan remaja wanita, keberaniannya yang lebih rendah, apalagi
16
jika berhubungan dengan narkoba, hal tersebut yang menjadikan wanita memiliki
Tabel 6.5
Hubungan Antara Pendidikan Dengan Pengetahuan Remaja Terhadap Bahaya
Narkoba Pada Salah Satu Organisasi X Di Kabupaten Tasikmalaya
Tahun 2009
Interpretasi
narkoba, diketahui dari 107 orang remaja yang berpendidikan dasar, ada sebanyak 36
orang (33,6%) yang mempunyai pengetahuan tinggi, sedangkan dari 107 orang remaja
penegtahuan tinggi. Proporsi pengetahuan rendah, lebih banyak ditemukan pada remaja
(50,5%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,026, artinya p < alpha (0,05) sehingga
dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan pengetahuan
Dari hasil analisis didapatkan pula nilai OR = 1,936, yang artinya responden yang
berpendidikan dasar akan mempunyai peluang 1,936 kali untuk berpengetahuan rendah
17
Pendidikan pada hakekatnya bertujuan mengubah tingkah laku sasaran
pendidikan. Tingkah laku baru (hasil perubahan) itu dirumuskan dalam suatu tujuan
suatu deskripsi dari pengetahuan, sikap, tindakan, penampilan dan sebagainya yang
diharapkan akan dimiliki sasaran pendidikan pada periode tertentu (Notoatmodjo, 2003).
diperoleh melalui mata dan telinga yaitu melalui proses pengalaman dan proses belajar
Oleh sebab itu, berdasarkan teori tersebut dapat kita kemukakan bahwa semakin
tinggi pendidikan seseorang, akan semakin baik tingkat pengetahuannya. Karena orang
yang berpendidikan tinggi, lebih mudah untuk menerima hal-hal baru dibandingkan
Tabel 6.6
Hubungan Antara Sikap Dengan Pengetahuan Remaja Terhadap Bahaya
Narkoba Pada Salah Satu Organisasi X Di Kabupaten Tasikmalaya
Tahun 2009
Interpretasi
18
Hasil analisis hubungan antara sikap dengan pengetahuan tentang bahaya
narkoba, diketahui dari 19 orang remaja yang bersikap negatif, ada sebanyak 10 orang
(52,6%) yang mempunyai pengetahuan tinggi, sedangkan dari 195 orang remaja yang
bersikap positif, ada sebanyak 79 orang (40,5%) yang mempunyai pengetahuan tinggi.
Proporsi pengetahuan rendah, lebih banyak ditemukan pada yang bersikap positif
(59,5%), dibandingkan dengan remaja yang bersikap positif (59,5%). Hasil uji statistik
diperoleh nilai p = 0,436, artinya p > alpha (0,05) sehingga dapat disimpulkan tidak ada
hubungan yang bermakna antara sikap dengan pengetahuan remaja tentang bahaya
narkoba.
Dari hasil analisis didapatkan pula nilai OR = 0,613, yang artinya responden yang
bersikap bahaya narkoba tidak ada akan mempunyai peluang 0,613 kali untuk
Menurut Notoatmodjo (2003) sikap adalah menggambarkan suka atau tidak suka
seseorang terhadap suatu obyek, sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari
orang lain yang paling dekat. Dan sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang
masih tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek, Sikap juga membuat seseorang dekat
atau menjauhi obyek. Serta sikap juga dapat dipengaruhi oleh kepercayaan seseorang
terhadap sesuatu obyek, baik dari orang lain dan pengalamannya sendiri.
tentang bahaya narkoba. Hal tersebut dapat terjadi karena sikap masih merupakan respon
tertutup dari seseorang. Sehingga meskipun remaja bersikap dan menyatakan tidak
adanya bahaya narkoba, tidak menjamin ia akan memiliki pengetahuan rendah tentang
19
narkoba, begitu pula sebaliknya. Hal tersebut dapat terjadi karena kemungkinan ada
faktor lain yang lebih dominan mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang narkoba
sebagainya.
Tabel 6.7
Hubungan Antara Informasi Teman Sebaya Dengan Pengetahuan Remaja
Terhadap Bahaya Narkoba Pada Salah Satu Organisasi X
Di Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009
Interpretasi
tentang bahaya narkoba, diketahui dari 71 orang remaja yang tidak terpapar informasi
teman sebaya, ada sebanyak 44 orang (62,0%) yang mempunyai pengetahuan tinggi,
sedangkan dari 143 orang remaja yang terpapar informasi teman sebaya, ada sebanyak 45
orang (31,5%) yang mempunyai pengetahuan tinggi. Proporsi pengetahuan rendah, lebih
banyak ditemukan pada remaja yang terpapar informasi (68,5%), dibandingkan dengan
remaja yang tidak terpapar (38,0%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,000, artinya p
< alpha (0,05) sehingga dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara
20
Dari hasil analisis didapatkan pula nilai OR = 0,282, yang artinya responden yang
tidak terpapar informasi teman sebaya akan mempunyai peluang 0,282 kali untuk
Teman sebaya merupakan salah satu sumber informasi yang dipercaya oleh
kelompoknya. Menurut Davis dalam Abdul Kadir (2003) Informasi adalah data yang
telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat bagi
pengambilan keputusan saat ini atau saat mendatang. Informasi merupakan kumpulan
data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang
Informasi yang diperoleh remaja dari teman-teman sebayanya, akan diolah dan
teman sebaya berbanding terbalik dengan kenyataan yang ada, justru remaja yang
berpengetahuan tinggi lebih banyak ditemukan pada mereka yang tidak terpapar
informasi dari teman sebaya. Hal tersebut dapat dijadi karena kadang-kadang teman
sebaya tidak memberikan informasi yang benar dan baik, khususnya tentang narkoba,
mereka lebih suka temannya bergabung bukan untuk mencari pengetahuan, tetapi justru
besar juga menggunakan obat-obatan. Tekanan negatif dari teman sebaya dapat menjadi
21
resiko tersendiri. Contoh anak yang sebenarnya berasal dari keluarga baik-baik, mendapat
nilai baik di sekolah dan tinggal di lingkungan yang baik pula, namun akhirnya
(http://www.indomp3z.us)
Tabel 6.8
Hubungan Antara Informasi Orangtua Dengan Pengetahuan Remaja Terhadap
Bahaya Narkoba Pada Salah Satu Organisasi X Di Kabupaten Tasikmalaya
Tahun 2009
Interpretasi
bahaya narkoba, diketahui dari 102 orang remaja yang tidak terpapar informasi orangtua,
ada sebanyak 5 orang (4,9%) yang mempunyai pengetahuan tinggi, sedangkan dari 112
orang remaja yang terpapar informasi orangtua, ada sebanyak 84 orang (75,0%) yang
pada remaja yang tidak terpapar informasi (95,1%), dibandingkan dengan remaja yang
terpapar (25,0%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,000, artinya p < alpha (0,05)
sehingga dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara informasi orangtua
22
Dari hasil analisis didapatkan pula nilai OR = 58,2, yang artinya responden yang
tidak terpapar informasi dari orangtua akan mempunyai peluang 58,2 kali untuk
lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar yang pada akhirnya
diterapkan orangtua mahasiswa dalam mengelola keluarga yang keliru, seperti kelalaian
orangtua dalam memonitor kegiatan anak, dapat menimbulkan dampak lebih buruk lagi.
kontribusi yang bermakna terhadap tingkat pengetahuan remaja. Semakin sering orangtua
orangtua adalah salah satu sumber informasi yang baik dan berguna bagi remaja,
Tabel 6.9
Hubungan Antara Informasi Media Cetak Dengan Pengetahuan Remaja
Terhadap Bahaya Narkoba Pada Salah Satu Organisasi X
Di Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009
Interpretasi
23
Hasil analisis hubungan antara informasi media cetak dengan pengetahuan
tentang bahaya narkoba, diketahui dari 37 orang remaja yang tidak terpapar informasi
media cetak, ada sebanyak 3 orang (6,1%) yang mempunyai pengetahuan tinggi,
sedangkan dari 177 orang remaja yang terpapar informasi media cetak, ada sebanyak 86
orang (48,6%) yang mempunyai pengetahuan tinggi. Proporsi pengetahuan rendah, lebih
banyak ditemukan pada remaja yang tidak terpapar informasi (91,9%), dibandingkan
dengan remaja yang terpapar (51,4%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,000, artinya
p < alpha (0,05) sehingga dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara
Dari hasil analisis didapatkan pula nilai OR = 10,711, yang artinya responden
yang tidak terpapar informasi dari media cetak akan mempunyai peluang 10,711 kali
seseorang tentang sesuatu hal adalah banyaknya informasi yang pernah diperoleh
mengenai sesuatu hal tersebut. Adapun sumber informasi dapat diperoleh melalui media
massa, seperti media cetak (Koran, majalah, buku, tabloid, dan sebagainya).
kertas, dengan maksud untuk mencapai tujuan seperti memotivasi tingkat perhatian dan
instruksi. Kelebihan yang menonjol dari media cetak adalah praktis penggunaannya dan
lebih ekonomis. Sedangkan kelemahan media cetak adalah tidak dapat menampilkan
gerak dan suara seperti halnya pada media audio-video dan kelemahan lain yaitu
24
dimiliki oleh pembaca. Secara umum fungsi media cetak dapat dibagi menjadi tiga
klasifikasi yaitu sebagai alat bantu belajar, bahan pelatihan, dan bahan informasi.
Dalam penelitian ini, semakin sering remaja terpapar informasi tentang bahaya
narkoba dari media cetak, akan semakin baik tingkat pengetahuannya. Karena frekuensi
paparan juga dapat mempengaruhi pemahaman seseorang terhadap hal yang ia pelajari.
Oleh sebab itu, diperlukan berbagai informasi melalui media cetak, seperti melalui koran,
Tabel 6.10
Hubungan Antara Informasi Media Elektronik Dengan Pengetahuan Remaja
Terhadap Bahaya Narkoba Pada Salah Satu Organisasi X
Di Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009
tentang bahaya narkoba, diketahui dari 85 orang remaja yang tidak terpapar informasi
teman sebaya, ada sebanyak 44 orang (51,8%) yang mempunyai pengetahuan tinggi,
sedangkan dari 129 orang remaja yang terpapar informasi media elektronik, ada sebanyak
lebih banyak ditemukan pada remaja yang terpapar informasi (65,1%), dibandingkan
dengan remaja yang tidak terpapar (48,2%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,000,
25
artinya p < alpha (0,05) sehingga dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara
Dari hasil analisis didapatkan pula nilai OR = 0,499, yang artinya responden yang
tidak terpapar informasi media elektronik akan mempunyai peluang 0,499 kali untuk
pengetahuan seseorang tentang sesuatu hal adalah banyaknya informasi yang pernah
diperoleh mengenai sesuatu hal tersebut. Adapun sumber informasi dapat diperoleh salah
Informasi elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi
tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data
interchange (EDI), surat elektronik (electronic mail), telegram, teleks, telecopy atau
sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah yang
memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.
Dalam penelitian ini, ternyata remaja yang berpengetahuan tinggi lebih banyak
ditemukan pada mereka yang tidak terpapar informasi dari media elektronik. Hal tersebut
dapat terjadi karena keterbatasan informasi yang diperoleh remaja tentang bahaya
narkoba dari media elektronik. Apalagi pesan kesehatan yang disampaikan melalui media
elektronik seperti televisi dan radio lebih mengarah pada larangan terjerumus narkoba,
bukan hal-hal yang berhubungan dengan narkoba. Selain itu, ada faktor lain yang lebih
26
1.10 KESIMPULAN
sebanyak 41,6%.
faktor internal (umur, jenis kelamin, dan pendidikan), dan faktor eksternal
(informasi teman sebaya, orangtua, media cetak, dan media elektronik) dengan
bahaya narkoba dengan nilai p < 0,05, yaitu 0,003 dan nilai OR = 2,423.
terhadap bahaya narkoba dengan nilai p < 0,05, yaitu 0,001 dan nilai OR =
0,323.
bahaya narkoba dengan nilai p < 0,05, yaitu 0,026 dan nilai OR = 1,936.
terhadap bahaya narkoba dengan nilai p < 0,05, yaitu 0,000 dan nilai OR =
0,282.
terhadap bahaya narkoba dengan nilai p < 0,05, yaitu 0,000 dan nilai OR =
58,2.
27
f. Informasi media cetak ada hubungan bermakna dengan pengetahuan terhadap
bahaya narkoba dengan nilai p < 0,05, yaitu 0,000 dan nilai OR = 10,711.
terhadap bahaya narkoba dengan nilai p < 0,05, yaitu 0,021 dan nilai OR =
0,499.
sikap dengan pengetahuan responden terhadap bahaya narkoba, dengan nilai p >
1.11Saran
1.11.1 Hendaknya para remaja lebih dapat mencari informasi yang akurat dan
1.11.3 Agar para orangtua remaja dapat memberikan informasi jelas pada anak-
content/makna-balik-definisi-informasi-etronik
Dinas Kesehatan Kabupaten Kabupaten Tasikmalaya, Sub. Din PKM, Napza Be Free To
Be You Without napza,2003.
28
Gibson, James L. et. all. 1997. Organisasi Perilaku, Struktur Dan Proses. Erlangga,
Jakarta.
http://www.indomp3z.us
http://blog.re.or.id
http;//www.diet.net.id
http;//www.pelita.or.id
Karsono Edy, Mengenal Kecanduan Narkoba, Minuman Keras, Irama Widya, Bandung,
2004.
Syah, Muhibbin. 2007. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. PT. Remaja
Rosdakarya. Bandung
Tunggal, H Setia. Undang-undang Perlindungan Anak No.23 Tahun 2003. Jakarta :
Harvarindo, 2003.
29
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (edisi 3), balai Pustaka,Jakarta, 2005.
www.mabesad.mil.id
30
31