Anda di halaman 1dari 15

KEPERAWATAN BENCANA

oleh

Kelompok 1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2017
KEPERAWATAN BENCANA

disusun guna memenuhi salah satu tugas matakuliah keperawatan paliatif


dan menjelang ajal dengan dosen pengampu Ns. Muhammad Zulfatul Ala M.Kep

oleh

Kelompok 1

Sri Ariani NIM 14231010100-

Nanda Khoiril Mala S NIM 142310101048

Ivatul Laili Khoirunnisa NIM 142310101051

Dewi Rizki Apriliani NIM 142310101054

Klintia Dea Hendratno NIM 142310101082

Hermawan Soediono NIM 142310101130

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2017

ii
Tugas 1

Anda seorang perawat koordinator bencana rumah sakit.

a. Sebut dan jelaskan dua perencanaan yang perlu dipersiapkan oleh


anda.

Perencanaan yang perlu dipersiapkan :

1. Rencana pencegahan bencana


Bertanggung jawab penuh dalam penanganan Tanggap Darurat
sebelum Bencana secara menyeluruh di Rumah Sakit. Perawat perlu
memiliki persiapan yang cukup untuk upaya mitigasi bencana. Dalam
hal ini tentunya harus menyiapkan perawat yang trampil guna
meminimalkan trauma dan memfasilitasi penyembuhan
2. Memfasilitasi aksesibilitas penanganan tanggap darurat bencana.
Melaksanakan tugas untuk pengerahan sumber daya manusia,
peralatan, logistik dan penyelamatan serta memerintahkan yang
mewakili instansi/ lembaga/ organisasi yang terkait dalam memfasilitasi
aksesibilitas penanganan tanggap darurat bencana. Sebagai koordinator
bencana di rumah sakit, mempunyai hak untuk memerintahkan bidang
operasi agar bertugas dan bertanggung jawab atas semua pelaksanaan
operasi penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan
kebutuhan dasar, perlindungan pengurusan pengungsi, penyelamatan,
serta pemulihan prasarana dan sarana dengan cepat, tepat, efisien dan
efektif berdasarkan satu kesatuan rencana tindakan penanganan tanggap
darurat bencana.

b. Data/maping apa yang diperlukan dalam dua perencanaan tersebut.


sebut dan jelaskan.
Data/maping yang diperlukan dalam perencanaan :
1. Rencana pencegahan

3
Dalam rencana ini, diperlukan mapping wilayah rawan bencana di
Rumah sakit, data mengenai dampak-dampak bencana diperlukan
dalam menyusun rencana pencegahan, membangun prosedur reaksi
terhadap bencana, mulai dari kewaspadaan membaca signal-gejala dini
bahaya sampai prosedur evakuasi, membangun prosedur penyampaian
berita bencana kepada para pengambil keputusan, pilihan sarana
berdasar sasaran berita.
2. Memfasilitasi aksesibilitas penanganan tanggap darurat bencana.
Data/ mapping yang diperlukan dalam perencanaan ini yakni data
mengenai jumlah penduduk, peta jalur evakuasi dan administrasi untuk
menjaga keselamatan dalam penanganan tanggap darurat bencana serta
mengantisipasi hal-hal di luar dugaan atau suatu keadaan yang
berbahaya, mengidentifikasi dan menguasai medan dengan tehnik
penyelamatan yang benar dan menganilisa kebutuhan dana dalam
rangka penanganan tanggap darurat bencana yang terjadi.

c. Sebut dan jelaskan 4 macam perencanaan yang diperlukan.

Perencanaan yang diperlukan :

1. Perencanaan Mitigasi
Perencanaan mitigasi merupakan perencanaan yang disusun pada
kondisi normal atau belum terjadinya bencana dimana rencana ini berisikan
tentang berbagai ancaman, kerentanan, sumber daya yang dimiliki,
pengorganisasian, dan peran/fungsi dari masing-masing petugas yang telah
dibentuk. Dalam hal ini perawat harus memiliki kesiapan yang cukup
dengan cara melakukan pelatihan-pelatihan kesiapsiagaan bencana.
2. Perencanaan Kontingensi
Perencanaan kontingensi merupakan proses perencanaan ke depan,
dalam keadaan tidak menentu, dimana skenario dan tujuan disetujui,
tindakan manajerial dan teknis ditentukan, dan sistem untuk menanggapi
bencana disusun agar dapat mencegah atau mengatasi secara lebih baik

4
dalam keadaan darurat yang dihadapi. Perencanaan kontingensi merupakan
perencanaan yang disusun sebelum terjadinya kegawatdaruratan/kejadian
bencana atau biasanya disebut dengan peringatan dini.
3. Perencanaan Operasi
Perencanaan operasi merupakan tindak lanjut dari perencanaan
kontingensi dimana perencanaan ini di titik beratkan pada keiatan tanggap
darurat atau biasanya disebut dengan pemulihan darurat. Pada perencanaan
operasi ini dilakukan ketika terjadinya bencana. Pada perencanaan ini
perawat sebagai koordinator harus benar-benar membagi tugas kerja tim
dengan baik.
4. Perencanaan Pemulihan
Perencanaan pemulihan merupakan perencanaan yang di buat pasca
bencana dimana cakupan kegiatan adalah pemulihan awal (early recovery)
rehabilitasi dan rekonstruksi yang digunakan untuk keperluan jangka
menengah/panjang tergantung dari luasnya dampak bencana. Dalam
perencanaan pemulihan ini koordinator perlu menyusun sumberdaya yang
diperlukan untuk proses rehabilitasi ataupun rekonstruksi.

Tugas 2

Anda sebagai koordinator penanganan bencanakebakaran di rumah sakit

a. Sebutkan sarana yang dipersiapkan untuk menanggulangi kebakaran


rumah sakit.

Sarana yang dipersiapkan untuk menanggulangi kebakaran di RS

Berdasarkan ketentuan Pedoman Teknis Prasarana Rumah Sakit Sistem


Proteksi Kebakaran Aktif dari Kementerian Kesehatan Tahun 2007 dalam Sanjaya
dan Ulfa, menyebutkan bahwa sarana menghadapi bencana kebakaran di rumah
sakit meliputi tanda dilarang merokok, tanda/ petunjuk keluar, alarm kebakaran,
alat detektor panas, alat detekror asap, alat pemadam kebakaran api ringan (APAR),
selang air dan/atau hidran, serta saluran telepon khusus keadaan darurat.

5
b. Sebutkan dan jelaskan 5 upaya pencegahan dalam penanggulangan
kebakaran di RS

Upaya pencegahan dalam penaggulangan kebakaran di Rumah Sakit :

1) Pencegahan kecelakaan sebagai akibat kecelakaan atau keadaan panik


Ketika terjadi kebakaran, jangan panik. Hal itu untuk mengurangi
kecelakaan yang lebih akibat dari kepanikan. Sehingga jika terjadi
kebakaran, harus tenang dan berfikir jernih untuk terbebas dari kebakaran
dan mencari pertolongan.
2) Pembuatan bangunan yang tahan api
Bangunan RS seharusnya terbuat dari materian anti api seperti, bata, semes,
dll. Material bangunan yang gampang terbakar seperti kayu, bambu, harus
dihindari dan dinimalkan utnuk mencegah trjadinya kebakaran dan
kebakaran yang lebih parah.
3) Pengawasan yang teratur dan berkala.
Pengecekan dan pengawasan terhadap listrik dan bahan-bahan atau alat
mudah terbakar yang ada di RS.
4) Penemuan kebakaran pada tingkat awal dan pemadamannya
Ketika ada tanda-tanda adanya kebakarang seperti bau material terbakar dan
adanya asap, segera dicek.
5) Pengendalian kerusakan untuk membatasi kerusakan sebagai akibat
kebakaran dan tindakan-tindakannya
Jika ada kebakarang segera mungkin menghentikan kebakaran dengan alat
pemadam kebakaran yang tersedia di RS.

Berdasarkan Kepmenaker RI No. Kep. 186/ MEN/ 1999 dalam Mulyantyo,


2011, pengurus wajib mencegah, mengurangi, dan memamdamkan kebakaran,
mengikuti pelatihan penanggulangan kebakaran ditempat kerja. Upaya-upaya
tersebut meliputi:

1) Pengendalian setiap bentuk energi


2) Penyediaan alat pemadam kebakaran

6
3) Pengendalian penyebaran asap, panas, dan gas
4) Pembentukan unit penanggulangan kebakaran ditempat kerjat kebakaran
dan sarana evakuasi serta pengendalian penyebaran asap, panas, dan gas.
5) Penyelenggaraan latihan dan gladi penangulangan secara berkala
6) Memiliki buku rencana penanggulangan keadaan darurat

c. Sebut dan jelaskan 3 perencanaan utama dalam penanganan korban


kebakaran
Kriteria perencanaan utama dalam penanganan korban kebakaran yaitu,
Waktu tanggap tidak melebihi 15 menit, pembagian waktu tanggap sebagai
berikut:
1. Waktu dimulai sejak diterimanya pemberitahuan kejadian kebakaran disuatu
tempat, interpretasi penentuan lokasi dan penyiapan pasukan serta sarana
pemadaman selama 5 menit.
2. Waktu perjalanan dari pos pemadaman menuju lokasi selama 5 menit
3. Waktu gelar peralatan dilokasi sampai dengan siap operasi penyemprotan
selama 5 menit.

d. Sebut dan jelaskan 6 kode yang digunakan sebagai alarm sistem di RS

Kode yang digunakan sebagai alarm sistem di Rumah Sakit :

1. Code Red, kode ini digunakan untuk mengumumkan adanya ancaman


kebakaran di lingkungan RS (api maupun asap), sekaligus mengaktifkan tim
siaga bencana RS untuk kasus kebakaran
2. Code Blue, kode ini digunakan untuk mengumumkan adanya pasien, keluarga
pasien, pengunuung dan karyawan yang mengalami henti jantung dan
membutuhkan tindakan resusitasi segera.
3. Code Pink, kode ini digunakan untuk mengumumkan adanya penculikan
bayi/anak atau kehilangan bayi/anak di lingkungan RS.
4. Code Black, kode ini digunakan untuk mengumumkan adanya ancaman orang
yang membahayakan (ancaman orang bersenjata atau tidak bersenjata yang

7
mengancam akan melukai seseorang atau melukai dirisendiri), ancaman bom
atau ditemukan benca yang dicurigai bom di lingkungan RS dan ancaman lain.
5. Code Orange, kode ini digunakan untuk mengumumkan adanya insiden yang
terjadi diluar RS (emergensi eksternal misalnya kecelakaan missal lalulintas
darat, laut dan udara; ledakan, banjir, kebakaran, gempa bumi, tsunami, dll.
6. Code Brown, kode ini digunakan untuk mengumumkan pengaktifan evakuasi
pasien, pengunjung dan karyawan RS pada titik-titik yang telah ditentukan.

Tugas 3

Anda sebagai koordinator tim yang akan berangkat ke tempat bencana . sebut
dan jelaskan 5 tahapan yang harus anda lakukan dalam penanganan bencana
di lapangan?

5 tahap koordinasi tim yang harus di lakukan dalam penanganan bencana di


lapangan :

1. Pencarian korban (Search)


2. Penyelamatan korban (Rescue)
3. Pertolongan pertama (Live Saving)
4. Stabilisasi korban
5. Evaluasi dan rujukan

Langkah-langkah :

Pada tahap 1 (pencarian) dan tahap 2 (penyelamatan)

Korban dilakukan triase, pemitaan. Triase bertujuan untuk melakukan


seleksi korban berdasarkan tingkat kegawat daruratan untuk memberikan prioritas
pertolongan. Upaya yang dilakukan dalam penanganan korban adalah untuk
menyelamatkan korban sebanyak-banyaknya sehingga diharapkan angka
morbiditas dan mortalitas rendah. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah korbannya,
keadaan korban, geografis lokasi, fasilitas yang tersedia dilokasi dan sumber daya

8
manusia yang ada dilokasi. Selain itu juga tergantung dari organisasi, fasilitas,
komunikasi, dokumen dan tata kerja. Yang dimaksud dengan fasilitas adalah sarana
dan prasarana yang berguna sebagai pendukung pelaksanaan pelayanan medik
dilapangan, selama perjalanan dan di puskesmas atau rumah sakit terdekat
(Pedoman Penanggulangan Masalah Kesehatan Akibat Kedaruratan Kompleks,
2001).

Search And Rescue (SAR) juga mempunyai beberapa tahapan dalam


penyelenggaraan operasi yaitu :

1. Tahap menyadari (awareness stage) merupakan saat diketahui, disadari


terjadinya keadaan darurat musibah, kegiatannya meliputi :
a. Menerima laporan ttng terjadinya suatu bencana / musibah yang
membutuhkan pelaksanaan oprasi SAR.
b. Mencari informasi tentang peristiwa yang terjadi, meliputi:
1). Jenis musibah terjadi.
2). Posisi atau tempat kejadian.
3). Waktu kejadian.
4). Kemungkinan korban yang ditimbulkan.
c. Mencari informasi tentang data - data pendukung operasi SAR seperti:
1). Keadaan cuaca.
2). Arah dan kecepatan angin.
3). Jarak pandang yg dipengaruhi oleh adanyapenghalang, seperti kabut,
asap dan sejenisnya.
4). Kemungkinan adanya gas beracun.
5).Tanda-tanda medan.
2. Tahap persiapan (initial action stage), merupakan saat dilakukan suatu
tindakan sebagai tanggapan (respons) adanya musibah yang terjadi.
Kegiatan tersebut meliputi:
a. Menggolongkan keadaan darurat yang terjadi.
b. Menyiapkan Tim, Unit,/ Satuan SAR Polri yg akan ditugaskan.

9
c. Menyiagakan peralatan & perlengkapan perorangan, Tim, Unit / Satuan
SAR Polri.
d. Mencari data data tambahan, seperti perkembangan situasi terakhir dari
musibah atau bencana yg terjadi, perkembangan keadaan cuaca terakhir
serta kondisi medan, dan lingkungan pd lokasi musibah.
3. Tahap perencanaan (planning stage), merupakan pembuatan rencana
operasi yang efektif berupa :
a. Penentuan titik duga.
b. Penghitungan luas area musibah.
c. Pemilihan & penggunaan peralatan & perlengkapan.
d. Cara bertindak.
e. Pelaksanaan koordinasi dg pihak terkait, seperti mengevaluasi seluruh
data yang telah didapat baik data awal maupun data akhir yang berkaitan
dengan musibah yang terjadi dan membuat rencana pencarian yang
meliputi :
1) Perkiraan kemungkinan posisi musibah atau MPP (The Mt Probable
Position).
2) Luas area pencarian.
3) Pola pencarian.
4) Menentukan peralatan dan perlengkapan yang diperlukan.
4. Tahap pelaksanaan/Operasi , merupakan saat dilakukannya operasi
pencarian, pertolongan atau pencarian & pertolongan serta penyelamatan
korban manusia, harta benda, kerusakan lingkungan dan psikologis akibat
bencana / musibah, sekaligus menganalisa dan mengevaluasi informasi
perkembangan dari lapangan hingga operasi SAR mencapai tujuan.
Kegiatannya yaitu :
a. Menyiapkan dan memberi briefing kepada personel, meliputi :
1) Informasi tentang peristiwa yang terjadi, dan gambaran permasalahan
yang dihadapi.
2) Pembagian tugas.
3) Cara bertindak :

10
- Melakukan pengecekan peralatan dan perlengkapan.
- Operasi sesuai denag tugas dan cara bertindak yang telah direncanakan dan
disesuaikan dengan keadaan medan yang dihadapi.
b. Setelah menemukan lokasi korban, langkah-langkah yang perlu dilakukan
adalah sebagai berikut :
1) Pemeriksaan keadaan terakhhir korban
2) Menstabilkan kondisi korban yang masih hidup sebelum dilakukan
prosedur berikutnya
3) Identifikasi terhadap korban meninggal dengan bantuan ahli
4) Evakuasi terhadap korban hidup maupun yang meninggal dunia
5) Jika korban dalam jumlah banyak, maka dilakukan proses pemilahan
korban (triage) berdasarkan tingkat kegawatan, dengan tujuan untuk
memberikan prioritas pemberian tindakan medis awal.
6) Melaporkan hasil yang didapat kepada OSC oleh pimpinan lapangan
(Katim,Kanit, atau Kasat), tentang tindakan yang telah dilakukan dan
langkah-lamgkah yang akan diambil berikutnya seperti jumlah
korban, kondisi korban, permintaan bantuan jika diperlukan, baik
dukungan medis lanjutan maupun bantuan sementara kemudian
pimpinan lapangan bertanggung jawab penuh atas teknis pelaksanaan
dilapangan, teknik manuver yang akan dilakukan, dan berwenang utk
memutuskan perubahan cara bertindak yang akan dilaksanakan untuk
menjamin keberhasilan operasi SAR. Setelah tugas selesai
dilaksanakan, maka pimpinan lapangan memerintahkan anggotanya
untuk menuju kedaerah yang telah ditentukan untuk konsolidasi pers,
peralatan & perlengkapan yang digunakan & koordinasi dengan OSC
untuk kegiatan selanjutnya.
5. Tahap akhir pelaksanaan tugas, dilakukan pada saat operasi SAR
dinyatakan selesai yang kegiatannya meliputi :
a. Menarik personil,peralatan & perlengkapan dari lapangan.
b. Pimpinan lapangan melakukan konsolidasi dan pemeriksaan terhadap
keadaan pers, peralatan & perlengkapan yg telah dgunakan.

11
c. Pimpinan lapangan membuat laporan akhir tugas secara tertulis dan
melaporkan kepada kesatuan sebagai pertanggung jawaban pelaksanaan
tugas.
d. Mengadakan pemberitaan (public inform) oleh SMC
e. Melakukan anev terhadap giat.Ops.SAR yg telah dilaksanakan
f. SMC mengembalikan pers. peralatan dan perlengkapan SAR Polri
kepada instansi Polri, dalam hal SAR Polri bertugas secara gabungan
dengan SAR lain dibawah kendali SMC

Tahap 3 pertolongan pertama (Live Saving)

Prinsip Utama Prinsip Utama Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD)


adalah menyelamatkan pasien dari kematian pada kondisi gawat darurat. Kemudian
filosofi dalam PPGD adalah Time Saving is Life Saving,dalam artian bahwa
seluruh tindakan yang dilakukan pada saat kondisi gawat darurat haruslahbenar-
benar efektif dan efisien. Langkah-langkah Dasar Langkah-langkah dasar dalam
PPGD dikenal dengan singkatan A-B-C-D-E ( Airway - Breathing - Circulation
Disability-Exposure ). Kelima poin tersebut adalah poin-poin yang sangat
diperhatikan dalam penanggulangan pasiendalam kondisi gawat darurat. Pola
pertolongan yang akan, diberikan dibagi menjadi dua tahap yaitu;
1) Primery Survey
Mengamati fungsi vital berupa kesadaran, pernafasan serta denyul: jantung.
Hal ini merupakan -kunci dalam menolong kelangsungan hidup korban.
Langkah ini disebut sebagai bantuan dasar yang dikenal dengan istilah
resusitasi jantung paru.
2) Secondary Survey
Dilakukan jika tahap I telah dilaksanakan. Pada tahap dua ini, korban
diamati dari kepala sampai kaki untuk mengetahui adanya luka atau cidera.
Pertolongan diberikansesuai dengan kelainan yang ada.

Tahap 4 Stabilisasi korban

12
Stabilisasi merupakan proses untuk menjaga kondisi dan posisi penderita atau
pasien tetap stabil selama pertolongan pertama. Prinsip stabilisasi yaitu :

1) Menjaga korban supaya tidak banyak bergerak sehubungan dengan keadaan


yang dialami
2) Menjaga korban agar pernafasannya tetap stabil
3) Menjaga agar perdarahan tidak bertambah
4) Menjaga agar posisi patah tulang yang telah dipasang bidai tidak berubah
5) Menjaga agar tingkat kesadaran korban tidak jatuh pada keadaan keadaan
yang lebih

Tahap 5 Evaluasi dan rujukan

Evaluasi dilakukan terhadap upaya penanggulangan masalah kesehatan yang


sudah berjalan serta perencanaan tindak lanjutnya agar efektif dan efisien. Pada
tahap evaluasi pasca bencana dilakukan rehabilitasi dan rekontruksi. Rehabilitasi
yaitu perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan masyarakat sampai tingkat
yang memadai pada wilayah pasca bencana. Sedangkan rekonstruksi merupakan
perumusan kebijakan dan usaha serta langkah-langkah nyata yang terencana baik,
konsisten dan berkelanjutan untuk membangun kembali secara permanen semua
prasarana, sarana dan sistem kelembagaan.

Untuk pelayanan kesehatan rujukan diberikan melalui pos-pos kesehatan dan


puskesmas, rumah sakit rujukan yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan
diberikan secara Cuma-Cuma kepada para korban bencana baik yang rawat inap
maupun rawat jalan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. 2008. Stabilisasi dan Transportasi.


Puskesmas Mojoagung.

Mulyantyo, A. S. 2011. Penyediaan Alat Pemadam Kebakaran Sebagai Upaya


Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran di RSU Moewardi Surakarta. Tugas
Akhir. Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Prihanto, heri. 2016. Standar Oprasional Prosedur (SOP) SAR


SAT Sabhara Polres Mataram. Nusa Tenggara Barat Resort Mataram : Kepolisian
Negara Republik Indonesia.

Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan (PPMK). 2001. Pedoman


Penanggulangan Masalah Kesehatan Akibat Kedaruratan Kopleks. Sekretariat
Jenderal Departemen Kesehatan : Bakti Husada

Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan (PPMK). _____.Pedoman Koordinasi


Penanggulangan Bencana di Lapangan. Sekretariat Jenderal Departemen
Kesehatan

14
Sanjaya, M., dan M. Ulfa. (tanpa tahun). Evaluasi Sarana Dan Prasarana Rumah
Sakit Dalam Menghadapi Bencana Kebakaran (Studi Kasus Di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II).
https://media.neliti.com/media/publications/113890-ID-evaluasi-sarana-dan-
prasarana-rumah-saki.pdf. [Diakses pada 24 Oktober 2017].

Setiawaty, Aldiani. 2017. Program Pemantauan dan Evaluasi Pasca Bencana.


Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Gorontalo.

Waelah, Hunger. 2013. Pertolongan Pertama Pada Gawat Darurat. [Serial Online]
: https://www.scribd.com/document/120597576/Pertolongan-Pertama-Pada-
Gawat-Darurat [Diakses Rabu, 25 Oktober 2017]

15

Anda mungkin juga menyukai