Anda di halaman 1dari 14

Kekurangan Air, Pengungsi

Gempa Terjangkit Gatal-Gatal


Rep: Muhyiddin/ Red: Damanhuri Zuhri
Antara/Irwansyah Putra

Sejumlah korban gempa dirawat di dalam tenda darurat, di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tgk Chik Ditiro Sigli, Pidie, Aceh,
Rabu (7/12).

REPUBLIKA.CO.ID, PIDIE JAYA -- Korban gempa bumi yang tinggal di kamp


pengungsian Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh saat ini mulai kekurangan air.
Kondisi itu pun membuat para pengungsi diserang penyakit gatal-gatal.

Koordinator Pos Kesehatan Pidie Jaya, Eddye Azwar mengatakan, ada berbagai
penyakit yang kini menjangkiti para pengungsi, yaitu sakit perut, diare, ispa atau
gangguan pernafasan, termasuk penyakit gatal-gatal.

"Sekarang sudah mulai penyakit gatal-gatal karena memang akses air sekarang
agak terganggu. Kebutuhan air di kamp pengungsian itu kurang, sehingga
kebutuhan air untuk satu orang terasa kurang," ujar Eddye saat
ditemui Republika.co,id di Pos Kesehatan RSUD Pidie Jaya, Jumat (9/12) dini hari.

Menurut dia, perihal kekurangan air tersebut perlu untuk menjadi perhatian
bersama, sehingga para pengungsi dapat terlayani dengan baik dan aman dari
penyakit. "Dan ini sudah kita sampaikan juga, artinya ini perlu diantisapisasi
karena mengingat mungkin air merupakan kebutuhan yang sangat penting," ucap
dia.

Ia mengatakan, untuk memantau kesehatan para pengungsi di kamp pengungsian


pihaknnya menerjunkan 30 orang tim kesehatan. "Kita tadi udah bentuk tim gizi,
dan lain-lain, tadi udah bergerak untuk mencari tahu masalah apa yang berada di
kamp pengungsian," katanya.

http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/16/12/09/ohw0zt301-kekurangan-air-
pengungsi-gempa-terjangkit-gatalgatal
Gempa Aceh: pengungsi melampaui 45.000 orang
11 Desember 2016
Kirim

Hak atas fotoEPA/HOTLI SIMANJUNTAKImage captionSelain luka, banyak anak mulai terkena
penyakit pernafasan dan penyakit kulit, kendati belum mencemaskan.

Warga yang kehilangan rumah dan jadi pengungsi akibat gempa yang melanda Rabu
lalu, mencapai lebih dari 45.000 orang, ungkap Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB).

Kepala Staf Presiden Teten Masduki mengatakan, Presiden Joko Widodo telah meminta agar
gampong dan kecamatan diaktifkan untuk pelaporan data.
"Kemarin para gampong dan kecamatan masih bingung apa yang harus dilakukan untuk
pengorganisasian di titik pengungsian. Aktivasi posko yang paling utama adalah aktifkan
gampong dan kecamatan di titik-titik pengungsian," katanya.

Pada saatnya, rehabilitasi bangunan, rumah-rumah penduduk dan fasilitas umum serta
infrastruktur harus segera dilakukan, kata Teten pula, kepada BBC Indonesia.
Upaya pencarian korban gempa di Aceh dilanjutkan
Gempa Aceh: 'Saya katakan istighfar, istighfar...'
Gempa di Aceh, korban tewas meningkat hingga 102 orang

Sementara itu Arina Hidayati, seorang dokter dari Solo yang ditugaskan oleh Palang Merah
Indonesia (PMI) menyebut, penyakit yang mulai banyak muncul adalah penyakit kulit seperti
kudis, serta gangguan pernafasan ISPA, kendati masih dalam kategori normal, dan belum
mewabah.

Kementerian Sosial, melalui Tim Layanan Dukungan Psikososial (LDP) juga sudah
membentuk Pengkajian Cepat Bencana Aceh.

"Saat ini ada 25 orang tim Layanan Dukungan Psikososial. Sebelum mereka melaksanakan
tugas mereka harus melakukan pengkajian terlebih dahulu," kata Menteri Sosial Khofifah
Indar Parawansa.
"Untuk sementara ini tim berfokus di 4 titik pengungsian yang jumlahnya cukup
besar. Assesment utamanya dilakukan pada kelompok rentan yakni lansia, disabilitas, ibu
hamil, ibu menyusui dan anak anak. Serta warga yg ditinggalkan anggota keluarganya karena
meninggal," kata Khofifah pula.
Image captionRibuan rumah ambruk atau rusak berat, mengakibatkan 45.000 orang jadi pengungsi.

Hingga Minggu (11/12) siang, tercatat 101 orang meninggal dunia dan 857 luka-luka, 139 di
antaranya luka berat.

Jumlah pengungsi tercatat 45.329 orang mengungsi yaitu 43.613 orang di Pidie Jaya dan
1.716 orang di Bireuen, akibat rusaknya 11.668 rumah yang meliputi 2.992 rusak berat, 94
rusak sedang, dan 8.582 rusak ringan. Ratusan bangunan seperti ruko, mesjid, kantor, juga
rusak atau rubuh.

Infrastruktur yang rusak meliputi jalan sepanjang 14.800 meter dan 55 unit jembatan.

"Namun tidak ada daerah yang terisolir. Semua masih dapat dilalui kendaraan. Dan aktivitas
masyarakat sudah berjalan normal," kata Juru bicara BNPB, Sutopo Purwo Nugroho.

Hal ini dikukuhkan Arina Hidayati, seorang dokter di tim PMI, yang dari hari ke hari
berkeliling dengan Klinik Bergerak.

"Kami menggunakan ambulans merawat para korban. Dan syukurlah, tak ada masalah
dengan akses jalan. Kami masih bisa bergerak leluasa, dari desa ke desa, tanpa hambatan
berarti," katanya.
Image captionLancarnya pasokan kebutuhan pokok, khususnya makanan, juga membuat para korban
di pengungsian lebih terjaga kondisi kesehatannya.
Dokter Arina mengungkapkan, sejauh ini tak ada wabah penyakit yang berjangkit akibat
bencana ini. Mungkin karena penyelamatan dan evakuasi korban tewas berlangsung cukup
cepat.

"Ada kesulitan air bersih, namun dampaknya lebih pada penyakit kulot, khususnya kudis.
Sejauh ini tak ada wabah diarea atau disentri. Yang agak banyak ditemukan, gangguan
pernafasan yang diderita anak-anak, namun masih ringan tingkatannya," tambah Arina.

Ia menyebut, lancarnya pasokan kebutuhan pokok, khususnya makanan, juga membuat para
korban di pengungsian lebih terjaga kondisi kesehatannya

http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-38280304#share-tools

https://www.rappler.com/indonesia/berita/154780-foto-gempa-64-sr-pidie-jaya foto foto


Sabtu 10 Desember 2016, 13:04 WIB

BNPB: Pengungsi Gempa Aceh


Membutuhkan Air Bersih, MCK dan
Susu Bayi
Bartanius Dony detikNews

Pengungsi Gempa Aceh. Foto: Andhika Prasetia/detikcom

Jakarta - Total korban meninggal akibat gempa di Aceh bertambah menjadi 101 orang.
Warga yang masih berada di pengungsian pun membutuhkan air bersih khususnya untuk
membuat susu bayi.

"Data pada hari ini ada penambahan korban jiwa, ada 101 korban di Pidie, atas nama Syahrul,
23 tahun. Saat ini total ada 92 teridentifikasi," jelas Kepala Pusat Data Informasi dan Humas
BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, di Graha BNPB, Jl. Pramuka, Jakarta Timur, Sabtu
(10/12/2016).

Dia menambahkan, di hari keempat pasca gempa ini, sebanyak 857 orang mengalami luka.
Total tersebut gabungan dari lokasi terdampak paling parah.

"718 orang luka ringan. Sedangkan 139 orang luka berat," ucapnya.

Kemudian Sutopo juga mengatakan bahwa BNPB belum bisa menjelaskan ada berapa
kemungkinan korban yang hingga saat ini belum diketemukan.
"Kita belum tahu berapa yang belum terevakuasi. Kita tidak ada daftar secara pasti berapa
korban yang belum ditemukan. BNPB juga akan menurunkan tim untuk menghitung
kerusakan," kata Sutopo.

Jumlah pengungsi pun saat ini disebutnya terus bertambah. Namun ada juga beberapa
pengungsi yang memilih kembali ke rumahnya. Sebagian warga sudah mulai kembali
beraktivitas normal.

"Data pengungsi sering fluktuaktif. Beberapa pengungsi sering kembali ke rumahnya. Ada
masyarakat yang melakukan aktivitas seperti biasa," kata dia.

Total warga yang mengungsi saat ini ada 45.329 orang. Pemerintah melalui sejumlah
kementerian dan lembaga/instansi terus berupaya melakukan penanganan pasca gempa
dibantu oleh relawan. Meski begitu, masih ada beberapa kendala.

"Untuk susu, bukan hanya sekedar memberikan susu. Air terbatas, sementara bayi
membutuhkan air yang steril. Sering kali bayi malah diare," ungkap Sutopo.

Bagi masyarakat atau pihak yang hendak memberikan bantuan, dia pun menyarankan agar
susu menjadi prioritas utama. Termasuk juga disertakan dengan perlengkapan yang steril.

"Bantuan susu juga disertai dengan peralatan higienis, syukur kalau juga disertai dengan
relawan," tuturnya.

Selain itu, para pengungsi juga membutuhkan tempat MCK. Saat ini, dari data yang didapat,
Kementerian Pekerjaan Umum telah mengerahkan 80 MCK mobile, 4 tangki air kapasitas
6.000 liter, serta 70 hidran umum.

"Pengungsi masih membutuhkan MCK juga tambahan tenda pengungsian," tandas Sutopo.

https://news.detik.com/berita/d-3368051/bnpb-pengungsi-gempa-aceh-membutuhkan-air-bersih-
mck-dan-susu-bayi
Setelah dua pekan,
korban gempa Aceh
masih mengungsi
Ribuan pengungsi masih bertahan di tenda pengungsian

Habil Razali
Published 9:35 AM, December 21, 2016

Updated 9:35 AM, December 21, 2016

Warga dan pengungsi gempa mengambil air bersih yang disediakan Badan
Penanggulangan Bencana dan ormas peduli bencana di halaman masjid Desa Tijien Daboh,
Pidie Jaya, Aceh, Minggu (18/12).Foto oleh Irwansyah Putra/ANTARA

PIDIE JAYA, Indonesia - Dua pekan setelah gempa 6,5 SR menggoncang


Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, masyarakat mulai beraktivitas seperti biasa.

Reruntuhan puing telah dibersihkan, tahap rehabilitasi dan rekontruksi pun


telah dimulai. Tenda-tenda pengganti gedung-gedung sekolah yang hancur
juga telah didirikan.

Namun masih ada warga yang bertahan di tenda-tenda pengungsian


karena rumah mereka hancur, ratah dengan tanah. Sementara warga yang
sudah kembali ke rumah juga masih mengandalkan dapur umum untuk
mengambil makanan.

Sehingga bisa dibilang, meskipun aktivitas warga dan kegiatan ekonomi


sudah mulai berdenyut kembali, namun kehidupan warga di Kabupaten
Pidie Jaya, daerah yang terkena dampak gempa paling parah, belum
sepenuhnya normal.

Plt Gubernur Aceh Soedarmo mengatakan setelah masa darurat berakhir


pada Selasa, 20 Desember, kini pihaknya menetapkan masa transisi untuk
tiga bulan ke depan.

Saya putuskan status transisi darurat ini tiga bulan, sejak 21 Desember
2016 hingga 20 Maret 2017," kata Soedarmo usai rapat bersama Satuan
Kerja Pemerintah Aceh (SKPA), Selasa 20 Desember 2016.

Masa transisi tiga bulan ini akan difokuskan untuk pembangunan kembali
gedung sekolah, penyedian air bersih dan MCK, penanganan pengungsi
yang masih berada di tenda-tenda, serta pembangunan infrastruktur
fasilitas umum.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam keterangan


resmi kemarin menyebutkan gempa yang menghantam Kabupaten Pidie
Jaya pada Rabu, 7 Desember lalu, menyebabkan 104 orang meninggal
dunia.

Sebanyak 97 korban tewas tersebut di antaranya berasal dari Pidie Jaya, 5


orang di Pidie, dan 2 orang di Bireuen. Sementara korban luka berat
mencapai 267 orang dan 127 orang luka ringan.

Adapun pengungsi yang masih bertahan di tenda-tenda pengungsian


berjumlah 85.256 jiwa di Pidie Jaya. Mereka tersebar di 134 titik.
Sementara di Bireuen dan Pidie sudah tidak ada lagi pengungsi.
Rappler.com

https://www.rappler.com/indonesia/berita/156157-gempa-aceh-pengungsi
Layanan Air Bersih Untuk Korban
Gempa Aceh Ditambah
Oleh: Asep Budiman

9 Desember, 2016 - 18:35

NASIONAL

Sanitasi/ASEP BUDIMAN/PR

KEMENTERIAN Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menambah layanan air bersih dan sanitasi di
lokasi-lokasi pengungsian korban bencana gempa bumi di Kabupaten Pidie, Pidie Jaya, dan Bireuen,
Provinsi Nangroe Aceh Darussalam pada Jumat, 9 Desember 2016.*

BANDA ACEH, (PR).- Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan


Rakyat terus menambah layanan air bersih dan sanitasi di lokasi-lokasi
pengungsian korban bencana gempa bumi di Kabupaten Pidie, Pidie Jaya,
dan Bireuen, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam. Dalam kondisi darurat,
yang paling penting adalah ketersediaan prasarana dan sarana air bersih
dan sanitasi untuk keperluan sehari-hari bagi para korban dan pengungsi.
Hal itu untuk mengatasi "menghilangnya" sumur dangkal di kawasan
permukiman sehingga warga mengalami kesulitan air. Untuk itu,
Kementerian PUPR memanfaatkan instalasi pengolahan air minum
terdekat untuk menjadi sumber air bersih.
Kami sangat peduli dengan air bersih, terutama di tempat-tempat
pengungsian. Kami akan manfaatkan instalasi pengolahan air minum (IPA)
terdekat untuk menyuplai air bersih, khususnya ke posko pengungsian,
kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Jumat, 9 Desember 2016.
Salah satu sumber air bersih yang sudah difungsikan sejak tadi malam
adalah Instalasi Pengolahan Air (IPA) Meureudu, Kabupaten Pidie Jaya,
Aceh dengan kapasitas 15 liter per detik. IPA ini kembali berfungsi dengan
baik, menambah kapasitas dari IPA Bandar Dua dengan kapasitas 20 liter
per detik, setelah memperoleh bantuan dari PLN berupa genset.
Untuk distribusi air bersih dari fasilitas IPA tersebut telah disediakan
mobil tangki kapasitas 4.000 liter dan 6.000 liter sebanyak 7 unit yang
tersebar di posko induk, masjid, dan pondok pesantren yang semuanya
sudah difungsikan. Di sejumlah lokasi bencana juga telah disediakan 20
hidran umum berkapasitas 2.000 liter dengan tiga kali pengisian per hari
oleh mobil tangki.
Selain bergerak cepat menangani kebutuhan air minum bagi korban
bencana gempa bumi di Aceh, Menteri Basuki juga memastikan fasilitas
MCK darurat untuk korban bencana juga langsung tersedia. "Kami akan
memastikan juga bahwa fasilitas MCK knockdown sekitar 30 unit sudah
fungsional malam ini untuk melayani warga," ujarnya. ***

http://www.pikiran-rakyat.com/nasional/2016/12/09/layanan-air-bersih-untuk-korban-gempa-aceh-
ditambah-387383

http://aceh.co.id/2016/12/ini-kebutuhan-mendesak-pengungsi-korban-gempa-pidie-jaya/
INI KEBUTUHAN MENDESAK
PENGUNGSI KORBAN GEMPA
PIDIE JAYA
Posted by poezan aceh

You are here: Home 2016 Desember Ini kebutuhan mendesak pengungsi korban gempa pidie jaya

Meureudu | Aceh.co.id Kepala Pusat Data dan Informasi Humas


Penanggulangan Bencana Meureudu mengatakan, para pengungsi korban gempa
Aceh sangat membutuhkan MCK.

MCK sangat mendesaj. Kondisi di pos pengungsian sendiri MCK cuma ada satu
atau dua unit untuk dipakai oleh begitu banyak pengungsi ujar M.diah, di kantor
posko pusat penanganan pengungsi, Meureudu, pidie jaya, Sabtu malam 10
Desember 2016.

Selain itu, para pengungsi korban gempa Aceh sangat membutuhkan air bersih.

Air bersih sangat diperlukan. Kondisi di pos pengungsian sendiri airnya kurang
bersih, ada yang keruh, tambahnya.

Masih ada travo yang belum menyala, 52 tiang listrik juga patah tentu berpengaruh
pada air bersih yang tidak bisa dipompa.

Selain air bersih, kebutuhan mendesak lainnya yaitu:


1. Selimut.
2. Alas tidur.
3. Tenda keluarga untuk pengungsi.
4. Mandi, cuci, kakus (MCK).

Anda mungkin juga menyukai