PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Di industri kimia proses pengeringan adalah salah satu proses yang penting.
Proses pengeringan ini dilakukan sebagai tahap akhir sebelum dilakukan
pengepakan suatu produk ataupun proses pendahuluan agar proses selanjutnya
lebih mudah, mengurangi biaya pengemasan dan transportasi suatu produk dan
dapat menambah nilai guna dari suatu bahan.
Kandungan zat cair dalam bahan yang dikeringkan berbeda dari satu bahan
ke bahan lain. Ada bahan yang tidak mempunyai kandungan zat cair sama sekali
(bone dry). Pada umumnya zat padat selalu mengandung sedikit fraksi air sebagai
air terikat. Kandungan air dalam suatu bahan dapat dinyatakan atas dasar basah
(% berat) atau dasar kering, yaitu perbandingan jumlah air dengan jumlah bahan
kering.
1
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengeringan
Pengeringan adalah suatu proses untuk mengeluarkan atau menghilangkan
sebagian air dari suatu bahan, dengan cara menguapkan sebagian besar air yang
dikandungnya dengan menggunakan enersi panas. Biasanya kandungan air bahan
dikurangi sampai batas dimana mikroba tidak dapat tumbuh lagi di dalamnya.
Pengeringan dapat pula diartikan sebagai suatu penerapan panas dalam kondisi
terkendali , untuk mengeluarkan sebagian besar air dalam bahan pangan melalui
evaporasi (pada pengeringan umum) dan sublimasi (pada pengeringan beku)
(Hardjono, 1989).
Pengeringan baik parsial maupun penuh tidak membunuh semua mikroba
yang ada dalam bahan pangan yang dikeringkan. Pengeringan ternyata dapat
mengawetkan mikroba, seperti halnya mengawetkan bahan pangan. Selain itu,
produk pangan kering umumnya tidak steril. Oleh karena itu, meskipun bakteri
tidak dapat tumbuh pada makanan kering, tetapi jika makanan tersebut dibasahkan
kembali, maka pertumbuhan mikroba akan kembali terjadi, kecuali jika makanan
tersebut segera dikonsumsi atau segera disimpan pada suhu rendah.
Ada 2 istilah yang dipakai untuk pengeringan yaitu (Hardjono, 1989) :
Drying : suatu proses kehilangan air yang disebabkan oleh daya atau
kekuatan alam, misalnya matahari (dijemur) dan angin (diangin-anginkan).
Dehydration (dehidrasi) : suatu proses pengeringan dengan panas buatan,
dengan menggunakan peralatan/alat-alat pengering.
2.2 Kelembaban
Pada proses pengeringan biasanya cairan yang diuapkan adalah air dan gas
yang digunakan adalah udara. Kelembaban untuk sistem udara air dibedakan
menjadi dua yaitu:
W A kg air
1. Kelembaban absolut massa : Y ' ..............................
W B kg udara
(1)
n A mol air
2. Kelembaban absolut molar : Y .............................
n B mol udara
(2)
2
Untuk mengetahui harga kelembaban udara, dapat diukur dengan
menggunakan psikrometer. Dimana akan didapatkan temperatur bola basah (tw)
dan temperatur bola kering (tg).
w
t g tw (Y ' w Y ' ) ...........................................................
0,236
(3)
Dimana;
tg = suhu udara (oF)
tw = suhu bola basah (oF)
w = entalpi penguapan air pada tw
Y = kelembaban jenuh udara pada tw
PH 2O kg air ..........................................
Y ' w 0.622
760 PH 2O kg udara
(4)
Dimana;
PH2O = tekanan uap jenuh air pada suhu tw, dapat didekati dengan
persamaan Antoine sebagai berikut:
3816,44 .....................................................
ln PH 2O 18,3036
T 46,13
(5)
PH2O dalam mmHg, dan T dalam derajat Kelvin.
3
tray) sedang gas (biasanya digunakan udara) mengalir secara terus-menerus
melalui bahan yang dikeringkan dan menguapkan airnya. Operasi secara batch ini
di industri merupakan proses yang relatif mahal dan hanya sesuai dengan bahan
tertentu saja. Tetapi untuk skala laboratorium alat ini sangat bermanfaat untuk
mempelajari pengetahuan fundamental tentang pengeringan seperti misalnya
mekanika fluida, kimia permukaan, struktur padatan, perpindahan massa dan
panas yang kesemuanya itu sangat berpengaruh terhadap proses pengeringan.
Contoh tray dryer ditunjukkan pada Gambar 1.1 Pengering ini terdiri dari
sebuah ruang dari logam lembaran yang berisi dua buah truk yang mengandung
rak-rak H. Setiap rak mempunyai sejumlah piringan sebagai penapis tempat bahan
yang akan dikeringkan diletakkan. Piringan ini umumnya berukuran 30 in2,
dengan ketebalan 2 sampai 6 in. Udara panas disirkulasikan pada kecepatan 7
sampai 15 ft/detik di antara piringan dengan bantuan kipas C dan motor D,
mengalir melalui pemanas E. Sekat-sekat G membagi udara tersebut secara
seragam di atas susunan talam tadi. Sebagian udara basah diventilasikan keluar
melalui talang pembuang B; sedangkan udara segar masuk melalui pemasuk A.
Rak-rak itu disusun di atas roda truk I sehingga pada akhir siklus pengeringan truk
itu dapat ditarik keluar dari ruang pengering dan dibawa ke bagian akhir untuk off
loading bahan yang selesai dikeringkan.
Tray dryer dapat beroperasi dalam vakum, terkadang dengan pemanasan
tidak langsung. Masing-masing tray terdiri atas pelat-pelat logam bolong yang
dilalui uap atau air panas atau terkadang dilengkapi ruang khusus untuk fluida
pemanas. Uap dari zat padat dikeluarkan dengan ejektor atau pun pompa vakum.
Pengering beku (freeze drying) terdiri dari sublimasi es dari es pada tekanan
vakum dan pada temperatur di bawah 0oC. Freeze drying dilakukan khusus untuk
mengeringkan vitamin dan berbagai bahan yang peka terhadap panas (Fadilah,
2010).
Keunggulan Kelemahan
Sederhana dan biaya instalasi rendah Kecenderungan try terbawah panas dan
tray teratas kurang pans
Biaya operasional rendah Efsisensi Rendah
4
Contoh umum Screen Conveyor Dryer dengan sirkulasi tembus
ditunjukkan pada Gambar 1.2. Lapisan bahan yang akan dikeringkan setebal 1
sampai 6 in diangkut perlahan di atas lapisan screen logam melalui ruang lurus
seperti pengering. Selama pergerakan itu bahan dikeringkan. Ruang/ terowongan
tersebut terdiri dari sederetan bagian terpisah, yang masing-masing mempunyai
kipas dan pemanas udaranya sendiri. Pada ujung masuk ke perngering itu, udara
biasanya mengalir ke atas melalui lapisan screen dan zat padat. Di dekat ujung
keluar dimana bahan sudah kering dan umumnya jadi berdebu, udara dialirkan ke
bawah melalui screen tersebut.
5
piringan, di atas elemen pemanas, dan ke arah dalam di antara piringan-piringan
lain. Kecepatan gas biasanya 2 sampai 8 ft/detik. Dua piringan terbawah pada
pengering merupakan bagian pendinginan untuk zat padat kering. Udara yang
dipanaskan terlebih dahulu biasanya masuk dari bawah menara dan keluar dari
atas sehingga terdapat aliran berlawanan arah. Turbo dryer berfungsi sebagian
dengan pengeringan sirkulasi silang, seperti pada tray dryer dan sebagian dengan
mengontakkan partikel-partikel melalui gas panas pada waktu partikel itu jatuh
dari piringan yang satu ke piringan berikutnya (Fadilah, 2010).
6
1. Dapat mengeringkan baik lapisan luar ataupun dalam dari suatu
padatan
2. Penanganan bahan yang baik sehingga menghindari terjadinya atrisi
3. Proses pencampuran yang baik, memastikan bahwa terjadinya proses
pengeringan bahan yang seragam/merata
4. Efisiensi panas tinggi
5. Operasi sinambung
6. Instalasi yang mudah
7. Menggunakan daya listrik yang sedikit
Kekurangan dari penggunaan pengering drum diantaranya adalah :
1. Dapat menyebabkan reduksi kuran karena erosi atau pemecahan
2. Karakteristik produk kering yang inkonsisten
3. Efisiensi energi rendah
4. Perawatan alat yang susah
5. Tidak ada pemisahan debu yang jelas
7
conveyor. Nilainya untuk kebanyakan zat padat berkisar antara 17 sampai 57
W/m2.0C. Screw conveyor dryer dapat menangani zat padat yang terlalu halus atau
terlalu lengket bila dikeringkan pada rotary dryer. Pengering ini tertutup
seluruhnya, dan memungkinkan recovery uap zat pelarut tanpa terlalu banyak
pengenceran oleh udara atau bahkan tanpa pengenceran sama sekali. Bila
dilengkapi dengan pengumpan yang sesuai, pengering ini dapat dioperasikan
dalam vakum. Jadi sangat sesuai untuk mengeluarkan zat pelarut yang mudah
menguap dari zat padat yang basah dengn pelarut, seperti sisa dari operasi
pengurasan (Fadilah, 2010).
8
Dari data tersebut dapat diubah ke kecepatan pengeringan, N kg air/jam m2
sebagai fungsi dari kandungan air (X) seperti Gambar 1.3 dengan menentukan
perubahan X dalam waktu t (Geankoplis, 1993).
Ls X
N ............................. (6)
At
Dimana;
N = Kandungan air (kg air/jam m2)
Ls = berat padatan kering (kg)
A = luas padatan (m2).
X = kadar air bahan (kg air/kg padatan kering)
t = waktu (menit)
c b
9
Setelah mencapai kadar air kritis Xc, kecepatan difusi air dari dalam padatan
tidak bisa mengimbangi kecepatan penguapan di permukaan padatan. Dengan
demikian akan terjadi tempat-tempat kering (dry spot). Ini akan mengurangi
kecepatan pengeringan dan disebut periode kecepatan menurun yang pertama
(CD).
Persamaan perpindahan massa dari fasa padat ke fasa gas dapat dituliskan
sebagai berikut:
N = Ky (Y*-Y) ............................(7)
Dimana;
Ky = koefisien perpindahan massa
Y* = kelembaban udara pada permukaan padatan, pada keadaan relatif
basah didekati dengan Y (kelembaban jenuh pada suhu padatan).
Ditinjau dari perpindahan panasnya, maka panas yang diterima padatan akan
digunakan untuk menguapkan air. Untuk kasus pengeringan pada suhu relatif
10
rendah maka perpindahan panas yang terjadi dianggap hanya melalui mekanisme
konveksi. Sehingga dapat dituliskan persamaan:
h
N (Tg Ts ) ............................(8)
w
Dimana;
Btu
h = koefisien transfer panas konveksi
jam. ft 2 .o F
lb
G = kecepatan massa udara pengering untuk kecepatan
jam. ft 2
11
mengurangi jarak melalui massa air dari pusat bahan yang harus keluar ke
permukaan bahan dan kemudian keluar dari bahan tersebut.
2. Perbedaan Suhu dan Udara Sekitarnya
Semakin besar perbedaan suhu antara medium pemanas dengan bahan,
makin cepat pemindahan panas ke dalam bahan dan makin cepat pula
penghilangan air dari bahan. Air yang keluar dari bahan yang dikeringkan akan
menjenuhkan udara sehingga kemampuannya untuk menyingkirkan air berkurang.
Jadi dengan semakin tinggi suhu pengeringan maka proses pengeringan akan
semakin cepat. Akan tetapi bila tidak sesuai dengan bahan yang dikeringkan,
akibatnya akan terjadi suatu peristiwa yang disebut "Case Hardening", yaitu suatu
keadaan dimana bagian luar bahan sudah kering sedangkan bagian dalamnya
masih basah.
3. Kecepatan Aliran Udara
Udara yang bergerak dan mempunyai gerakan yang tinggi selain dapat
mengambil uap air juga akan menghilangkan uap air tersebut dari permukaan
bahan, sehingga akan mencegah terjadinya atmosfir jenuh yang akan
memperlambat penghilangan air. Apabila aliran udara disekitar tempat
pengeringan berjalan dengan baik, proses pengeringan akan semakin cepat, yaitu
semakin mudah dan semakin cepat uap air terbawa dan teruapkan.
4. Tekanan Udara
Semakin kecil tekanan udara akan semakin besar kemampuan udara untuk
mengangkut air selama pengeringan, karena dengan semakin kecilnya tekanan
berarti kerapatan udara makin berkurang sehingga uap air dapat lebih banyak
tetampung dan disingkirkan dari bahan. Sebaliknya, jika tekanan udara semakin
besar maka udara disekitar pengeringan akan lembab, sehingga kemampuan
menampung uap air terbatas dan menghambat proses atau laju pengeringan
(Irawan, 2011).
6.7 Gerakan Cairan dalam Zat Padat
Apabila penguapan permukaan terjadi, haruslah ada gerakan cairan dari
dalam zat padat menuju ke permukaan. Sifat gerakan cairan ini akan
mempengaruhi pengeringan selama periode kecepatan menurun. Berikut akan
ditinjau secara singkat beberapa teori yang telah diajukan mengenai gerakan
12
cairan pada pengeringan sirkulasi melintang dan hubungannya dengan kurva
kecepatan menurun (Treybal, 1984).
6.1 Difusi cairan
Difusi cairan terjadi karena ada perbedaan konsentrasi cairan antara di dalam
dengan di permukaan zat padat. Perpindahan cairan dengan jalan difusi ini boleh
jadi hanya dapat terjadi dalam zat padat yang membentuk larutan zat padat fase
tunggal dengan cairan misalnya sabun, lem, dan bahan-bahan lain yang sejenis,
atau untuk keadaan tertentu dimana cairan terikat yang akan dikeringkan, seperti
pada pengeringan air bagian akhir dari lempung, tepung, tekstil, kertas dan kayu.
Ternyata bahwa difusivitas cairan biasanya turun dengan cepat dengan turunnya
kandungan cairan.
Selama periode laju pengeringan konstan, konsentrasi cairan permukaan
berkurang, tetapi konsentrasi cairan di dalam zat padat masih tinggi. Karena
difusivitas cairan dalam zat padat masih tinggi, maka kecepatan penguapan dari
permukaan zat padat masih dapat diimbangi oleh gerakan cairan dari dalam zat
padat ke permukaan. Apabila tempat-tempat kering mulai tampak pada permukaan
zat padat yang dikeringkan, mulailah terjadi penguapan permukaan yang tidak
jenuh. Laju pengeringan selanjutnya akan ditentukan oleh kecepatan difusi dalam
zat padat. Apabila laju pengeringan konstan awalnya sangat cepat, periode
penguapan permukaan tidak jenuh dapat tidak terlihat, dan kecepatan menurun
dimana difusi memegang peranan segera akan terjadi setelah periode laju
pengeringan konstan berakhir.
13
lubang dan retakan-retakan. Cairan permukaan akhirnya akan tertarik ke dalam
ruangan-ruangan antara butiran-butiran, permukaan basah pada permukaan akan
berkurang, dan selanjutnya akan terjadi periode pengeringan permukaan yang
tidak jenuh. Reservoir di bawah permukaan akhirnya mengering, dan cairan akan
tinggal di dalam kapiler dan penguapan akan terjadi di bawah permukaan pada
zona atau bidang yang makin lama makin dalam dan periode laju pengeringan
menurun kedua akan terjadi. Selama periode ini, difusi uap di dalam zat padat
akan terjadi dari bidang dimana penguapan terjadi ke permukaan.
6.4 Tekanan
Karena pengkerutan zat padat selama pengeringan, cairan di dalam zat padat
dapat terperas keluar karena tekanan yang timbul karena proses pengkerutan
(Treybal, 1984).
14
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
15
Lalu diukur laju, suhu dan suhu bola basah udara pengering, dipastikan
sesuai dengan yang ditugaskan.
7. Tray disiapkan, dibersihkan dan dikeringkan. Diukur panjang dan
lebarnya, dicatat luas tray (A) m2 lalu ditimbang dan dicatat massanya
(WT) kg.
8. Kemudian dimasukkan pasir basah kurang lebih 250 gram (Wm) dan
diratakan di tray, diusahakan ketebalan pasir di tray seragam. Lalu
diukur ketebalan pasir catat (x).
9. Sesaat sebelum masuk ke dalam tray ditimbang pasir basah + tray
dicatat massanya sebagai WO, dimasukkan ke dalam tray. Pada setiap 10
menit dikeluarkan tray dari pengering, ditimbang dan dicatat massanya.
Diusahakan tray berisi pasir berada di luar sesingkat mungkin.
10. Dilakukan pengecekan setiap saat laju udara pengering dengan variasi laju
pengeringan 1 m/s dan 1,3 m/s.
16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada percobaan ini menggunakan laju alir udara 1 m3/s dan 1,3 m3/s.
Dalam proses pengeringan, laju alir udara sangat berpengaruh terhadap laju
pengeringan karena udara akan membawa uap air yang terkandung di dalam pasir.
Pengaturan kontrol harus dilakukan dengan teliti, karena aliran yang tinggi dapat
menyebabkan bahan terlalu cepat kering, tidak merata dan merusak bahan.
Sedangkan jika terlalu rendah menyebabkan proses pengeringan yang lama dan
kurang optimal.
4.1 Kadar air dan Laju pengeringan pada T=47oC dan v=1m3/s
Hasil yang didapat dari percobaan ini adalah penentuan kadar air yang
terkandung didalam pasir basah dan laju pengeringan pasir basah dengan jalan
melewatkan udara pengering dengan variasi laju alir udara pengering. Udara yang
dilewatkan mengenai tray pada aliran sejajar sehingga akan menyentuh semua sisi
tray karena udara yang mengalir didalam alat tray dryer akan memenuhi ruang
alat dan akan mengenai sisi-sisi tray sehingga akan mengangkat air yang terdapat
didalam pasir basah.
Tabel 4.1 Kadar air dan Laju pengeringan pasir basah pada T=47oC dan v=1m3/s
17
B
C
D
Gambar 4.1 Grafik hubungan Laju pengeringan dan kadar air pada v = 1m3/s
Pada Tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa berat pasir basah semakin
menurun seiring semakin lamanya waktu proses pengeringan. Hal ini disebabkan
karena pasir basah yang ditempatkan didalam tray dilewatkan udara pengering
dengan laju alir yang sudah ditentukan sehingga dengan adanya udara yang lewat
diatas tray, maka air yang terkandung didalam pasir akan terangkat ke permukaan
pasir dan berdifusi ke udara kering yang lewat diatas tray.
Untuk penentuan laju pengeringan, dapat di plotkan pada grafik sehingga
didapatkan periode-periode laju pengeringan yang terdiri dari periode penyesuaian
awal, periode laju pengeringan konstan, periode laju pengeringan menurun
pertama, dan periode laju pengeringan menurun yang kedua. Nilai laju
pengeringan juga dihitung dari rumus yang tercantum pada Lampiran. Hal ini
dikarenakan semakin tinggi laju alir udara, maka semakin tinggi nilai laju
pengeringan.
18
Gambar 4.2 Grafik hubungan kadar air dan waktu pada v = 1 m3/s
Dari grafik hubungan kadar air dan waktu, dapat dilihat bahwa semakin
lama waktu pengeringan maka kadar air akan semakin berkurang. Hal tersebut
sesuai dengan persamaan laju pengeringan dimana kadar air berbanding terbalik
dengan waktu sesuai dengan persamaaan laju pengeringan.
19
suhu dan laju udara. Suhu diukur dengan termometer dan laju udara diukur
dengan anemometer sehingga data yang didapat lebih akurat dan laju pengeringan
yang didapatkan lebih besar. Namun pada percobaan, laju pengeringan datanya
diambil dengan penimbangan pasir setiap 10 menit. Hal ini dapat menyebabkan
kurang akuratnya data yang didapatkan karena lamanya pasir berkontak dengan
udara sehingga dapat mempengaruhi kadar air dan laju pengeringan.
4.2 Kadar air dan Laju pengeringan pada T= 47oC dan v= 1,3m3/s
Tabel 4.2 Kadar air dan Laju pengeringan pasir basah pada T=47 oC dan v=1,3
m3/s
Gambar 4.4 Grafik hubungan Laju pengeringan dan kadar air pada v = 1,3 m3/s
Pada Tabel 4.2 didapat bahwa berat pasir basah semakin menurun seiring
semakin lamanya waktu proses pengeringan. Dari grafik diatas dapat dilihat
periode-periode laju pengeringan, dimana garis A-B adalah periode penyesuaian
20
awal, yaitu keadaan dimana proses pengeringan pasir dimulai sehingga laju
pengeringan meningkat karena kandungan air didalam pasir akan berkurang. Garis
B-C adalah periode laju pengeringan konstan, yaitu keadaan dimana proses
pengeringan pasir berlangsung konstan karena air yang berdifusi ke udara
pengering semakin sedikit sehingga perubahan laju pengeringan semakin kecil
pada periode laju pengeringan konstan. Tetapi hasil yang didapat pada percobaan
ini tidak konstan karena penimbangan berat pasir berbeda pada tiap waktu 10
menit. Garis C-D adalah periode laju pengeringan menurun yang pertama, yaitu
keadaan dimana laju pengeringan pasir sudah mulai menurun akibat difusi air ke
udara semakin kecil sehingga udara pengering yang lewat diatas tray tidak dapat
mengangkat air lebih banyak seperti pada saat periode awal dan periode konstan.
Pada percobaan ini garis D-E yang merupakan periode laju pengeringan menurun
kedua. Titik kritis merupakan suhu dimana fasa cair dan uap tidak bisa dibedakan.
Titik kritis terjadi pada garis C-D yang mengakibatkan laju pengeringan tidak bisa
diimbangi oleh difusi air dari dalam padatan ke permukaan padatan, sehingga
pada permukaan padatan terbentuk tempat-tempat kering (dry spot) yang makin
lama makin meluas. Akibat adanya dry spot ini maka luas permukaan pengeringan
akan menurun dan menyebabkan laju pengeringan menurun pertama.
Gambar 4.5 Grafik hubungan kadar air dan waktu pada v = 1,3 m3/s
Dari grafik 4.4 dapat dilihat bahwa semakin lama waktu pengeringan
maka kadar air akan semakin berkurang. Hal tersebut sesuai dengan persamaan
21
laju pengeringan dimana kadar air berbanding terbalik dengan waktu sesuai
dengan persamaan laju pengeringan dibawah ini.
Laju pengeringan sebanding dengan kadar air (x), dimana laju pengeringan
akan menurun seiring dengan penurunan kadar air pada bahan. Hal tersebut sesuai
dengan persamaan laju pengeringan menurut Geankoplis, 1993 :
Jumlah air yang terikat semakin lama akan semakin berkurang. Pada bahan
yang berbeda akan menyebabkan perubahan dari laju pengeringan tetap menjadi
laju pengeringan menurun dengan kadar air yang berbeda. Pada periode
pengeringan laju menurun, permukaan partikel bahan yang dikeringkan tidak lagi
ditutupi oleh lapisan air. Selama periode pengeringan laju menurun energi panas
yang terdapat didalam bahan akan digunakan untuk menguapkan sisa air bebas.
Gambar 4.6 perbandingan laju pengeringan percobaan dan teoritis pada v = 1,3
m3/s
Dari hasil praktikum, didapatkan laju pengeringan pada laju alir udara 1,3
m3/s adalah 0,2175 kg air/m2jam dan kadar air yang didapatkan adalah 0,2088%.
Sedangkan pada laju pengeringan teoritisnya didapatkan 1,276 kg air/m2jam. Laju
pengeringan teoritis didapat dari persamaan :
Nc = (3600 m) /A
. Laju pengeringan teoritis lebih besar dibandingkan dengan laju
pengeringan percobaan, hal ini disebabkan Karena pada perhitungan laju
22
pengeringan teoritis melibatkan suhu dan laju udara. Suhu diukur dengan
termometer dan laju udara diukur dengan anemometer sehingga data yang didapat
lebih akurat dan laju pengeringan yang didapatkan lebih besar. Namun pada
percobaan laju pengeringan data diambil dengan penimbangan pasir setiap 10
menit. Hal ini dapat menyebabkan kurang akuratnya data yang didapatkan karena
lamanya pasir kontak dengan udara dapat mempengaruhi kadar air dan laju
pengeringan.
23
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Mekanisme pengeringan dibagi atas 4 mekanisme yaitu penyesuaian awal,
laju pengeringan konstan, periode laju pengeringan menurun pertama dan
periode laju pengeringan menurun kedua.
2. Titik kritis terjadi pada garis C-D yang mengakibatkan laju pengeringan
tidak bisa diimbangi oleh difusi air dari dalam padatan ke permukaan
padatan.
3. Periode pengeringan pada garis A-B adalah periode penyesuaian awal,
garis B-C adalah periode laju pengeringan konstan, garis C-D adalah
periode laju pengeringan menurun yang pertama, dan garis D-E yang
merupakan periode laju pengeringan menurun kedua.
4. Pada percobaan dengan laju alir udara 1 m3/s didapatkan kadar air 0,212%,
laju pengeringan percobaan 0,1621 kg air/m2jam dan laju pengeringan
teoritisnya 1,175 kg air/m 2 jam. Sedangkan pada laju pengeringan dengan
laju alir udara 1,3 m3/s didapatkan kadar air 0,2088% , laju pengeringan
percobaan 0,2175 kg air/m2jam dan laju pengeringan teoritisnya 1,276 kg
air/m2 jam.
5. Laju udara pengering sebanding dengan laju pengeringan pada periode
pengeringan konstan, dimana dengan naiknya laju udara pengering maka
laju pengeringan akan semakin cepat.
5.2 Saran
1. Praktikan sebaiknya hati hati saat memasukkan tray kedalam rotary
drier yang terhubung dengan listrik.
2. Sebaiknya rotary drier yang ada di laboratorium diperbaiki atau diservis
supaya hasil praktikumnya lebih akurat, seperti suhu.
24