Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENGANTAR PENDIDIKAN

PERKIRAAN DAN ANTISIPASI TERHADAP MASYARAKAT MASA


DEPAN

Disusun oleh:

KELOMPOK 6

1. Suhartatik Kuntari (1657042025)


2. Surahmi Kalsum (1657042027)
3. Nirwana (1657042001)
4. Icha Nanda (1657042020)

JURUSAN BAHASA ASING

PRODI PENDIDIKAN BAHASA MANDARIN

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2017
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan selalu bertumpu pada suatu wawasan kesejahteraan, yakni
pengalaman-pengalaman masa lampau, kenyataan dan kebutuhan mendesak masa kini,
dan aspirasi serta harapan masa depan. Melalui pendidikan setiap masyarakat akan
melestarikan nilai-nilai luhur sosial kebudayaannya yang telah terukir dengan indahnya
dalam sejarah bangsa tersebut. Serentak dengan itu, melalui pendidikan juga diharapkan
dapat ditumbuhkan kemampuan untuk menghadapi tuntutan objektif masa kini, baik
tuntutan dari dalam maupun tuntuan karena pengaruh dari luar masyarakat yang
bersangkutan. Dan akhirnya, melalui pendidikan akan ditetapkan langkah-langkah yang
dipilih masa kini sebagai upaya mewujudkan aspirasi dan harapan di masa depan.
Dalam UU-RI No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1
telah ditetapkan antara lain bahwa Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan
peserta didik melalui kegiatan bimbinga, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di
masa yang akan dating. Penekanan pada bagian terakhir tersebutlah yang menyebabkan
pendidikan itu dilukiskan sebagai merumuskan masa depan. Oleh karena itu, di samping
dimensi horizontal, pendidikan harus memperhatikan dengan sungguh-sungguh dimensi
vertikal, terutama keterkaitan antara program pendidikan yang dilaksanakan sekarang ini
dengan kehidupan peserta didik di masa depan. Peserta didik yang sedang belajar di
lembaga-lembaga pendidikan, termasuk mahasiswa yang sedang membaca paparan ini,
akan menempati kedudukannya serta memainkan peranannya kelak pada awal abad ke-21
yang akan dating. Oleh karena itu, keterkaitan program pendidikan dengan prognosis
masyarakat masa depan perlu mendapat perhatian dengan semestinya (Hameyer, 1979:
67-78; Sulo Lipu La Sulo, 1990: 28-29).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkiraan masyarakat masa depan?
2. Bagaimana upaya pendidikan dalam mengantisipasi masa depan?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkiraan Masyarakat Masa Depan


Pendidikan selalu berlangsung dalam suatu latar kemasyarakatan dan kebudayaan
tertentu. Landasan sosio-kultural merupakan salah satu dasar utama dalam menetukan
arah kepada program-program pendidikan, baik program pendidikan sekolah maupun
program pendidikan luar sekolah. Demi pemahaman dan karena adanya saling pengaruh
antara pendidikan dan latar sosio-kultural, maka perlu dikemukakan terlebih dahulu
pengertian kebudayaan. Dalam hal ini, kebudayaan dimaksudkan dalam arti luas yakni
keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang harus dibiasakannya dalam belajar,
beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu (Koentjaningrat, 1974: 19).
Kebudayaan itu dapat:
1) Berwujud ideal yakni ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan
sebagainya.
2) Berwujud kelakuan yakni kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.
3) Berwujud fisik yakni benda-benda hasil karya manusia (Koentjaningrat, 1974: 15-22).
Pengertian kebudayaan yang begitu luas seringkali dipecah lagi dalam unsur-
unsurnya, dan sering dipandang sebagai unsur-unsur universal dari kebudayaan, yakni:
a) Sistem religi dan upacara keagamaan.
b) Sistem dan organisasi kemasyarakatan.
c) Sistem pengetahuan.
d) Bahasa.
e) Kesenian.
f) Sistem mata pencarian.
g) Sistem teknologi dan peralatan.

Perubahan salah satu unsur dari unsur-unsur tersebut akan mempunyai dampak
pada keseluruhan unsur-unsur kebudayaan lainnya.

Perkembangan masyarakat beserta kebudayaannya sekarang ini makin mengalami


percepatan serta meliputi seluruh aspek kehidupan dan penghidupan manusia. Perubahan
yang cepat tersebut mempunyai beberapa karakteristik umum yang dapat dijadikan
petunjuk sebagai ciri masyarakat di masa depan. Beberapa diantaranya yang dibahas
selanjutnya adalah:

1) Kecenderungan globalisasi yang makin kuat.


2) Perkembangan iptek yang makin cepat.
3) Perkembangan arus informasi yang semakin padat dan cepat.
4) Kebutuhan/tuntutan peningkatan layanan profesional dalam berbagai segi kehidupan
manusia.

1. Kecenderungan Globalisasi
Isitilah globalisasi (asal kata: global yang berarti secara umumnya, utuhnya,
kebulatannya) bermakna bumi sebagai satu keutuhan seakan-akan tanpa tapal bats
administrasi negara, dunia menjadi amat transparan, serta saling ketergantungan
antarbangsa di dunia semakin besar; dengan kata lain: Menjadikan dunia sebagai suatu
keutuhan, satu kesatuan. Menurut Emil Salim terdapat empat bidang kekuatan gelombang
globalisasi yang paling kuat dan menonjol daya dobraknya, yakni bidang IPTEK,
ekonomi, lingkungan hidup, dan pendidikan.
a. Bidang iptek yang mengalami perkembangan yang semakin dipercepat utamanya
dengan penggunaan berbagai teknologi canggih seperti komputer dan satelit.
b. Bidang ekonomi yang mengarah ke ekonomi regional dan atau ekonomi global tanpa
mengenal batas-batas negara.
c. Bidang lingkungan hidup telah menjadi bahan pembicaraan dalam berbagai pertemuan
tingkat Internasional.
d. Bidang pendidikan dalam kaitannya dengan identitas bangsa termasuk budaya nasional
dan budaya-budaya nusantara.

2. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek)


Perkembangan iptek yang makin cepat dalam era globalisasi merupakan salah
satu ciri utama dari masyarakat masa depan. Globalisasi perkembagan iptek tersebut
dapat berdampak positif ataupun negatif, tergantung pada kesiapan bangsa beserta
kondisi sosial-budayanya untuk menerima limpahan informasi atau teknologi tersebut.
Segi positifnya antara lain memudahkan untuk mengikuti perkembangan iptek yang
terjadi di dunia. Sedangkan segi negatifnya akan timbul apabila kondisi sosial-budayanya
belum siap menerima limpahan itu. (Pratiwi Sudarsono, 1990: 14-15).
Perkembangan iptek tersebut terkait dengan landasan ontologis, epistemologis,
dan aksiologis (Filsafat Ilmu, 1981: 9-15). Segi landasan ontologis, objek telaahan ialah
berupa pengalaman atau segenap wujud yang dijangkau lewat alat indra yang telah
mengalami perkembangan yang pesat karena didapatkannya peranti (device) yang
membantu alat indra tersebut. Selanjutnya dari segi landasan epistemologis, cara yang
dipakai untuk memperoleh pengetahuan yang disebut ilmu pengetahuan tersebut telah
mengalami perkembangan yang pesat. Dan akhirnya landasan aksiologis atau untuk apa
iptek itu dipergunkan, yang mempersoalkan tentang penggunaan iptek tersebut secara
moral tertuju pada kemaslahatan manusia. Terdapat serangkaian kegiatan pengembangan
dan pemanfaatan iptek, yakni:
1) Penelitian dasar (basic research).
2) Penelitian terapan (applied research).
3) Pengembangan teknologi (technological development).
4) Penerapan teknologi.
Masyarakat masa depan adalah masyarakat yang sangat dipengaruhi oleh iptek,
yang akan lebih membenarkan ucapan Francis Bacon bahwa ilmu adalah kekuasaan.
Dan kalau ilmu adalah kekuasaan maka teknologi merupakan alat kekuasaan atas:
a. Manusia, yakni demi kemaslahatan atau sebaliknya mengeksploitasi manusia itu.
b. Kebudayaan, yakni memperkaya dan memperkuat kebudayaan atau melunturkan nilai-
nilai budaya yang dapat menimbulkan krisis identitas budaya.
c. Alam, yakni memanfaatkan sambil menjaga kelestariannya ataukah memusnahkan
seluruh kehidupan di bumi (Filsafat Ilmu, 1981: 164-166).

3. Perkembangan Arus Komunikasi yang Semakin Padat dan Cepat


Salah satu perkembangan iptek yang luar biasa adalah yang berkaitan dengan
informasi dan komunikasi, utamanya satelit komunikasi, komputer, dan sebagainya. Pada
umumnya bentuk komunikasi langsung (verbal ataupun non verbal) dikenal sebagai
komunikasi antarpribadi (interpersonal communication), baik komunikasi antardua orang
(dyadic communication), maupun komunikasi dalam kelompok kecil (small group
communication) dengan ciri pokok adanya dialog di antara pihak-pihak yang
berkomunikasi. Sedangkan bentuk komunikasi yang bercirikan monolog adalah
komunikasi publik, yang dibedakan atas komunikasi pembicara-pendengar (speaker-
audience communication) umpama pada suatu rapat umum, dan komunikasi massa
seperti surat kabar, televisi, dan sebagainya yang menyangkut penerima yang sangat luas.
Proses komunikasi meliputi beberapa unsur dasar, yakni:
1) Sumber pesan seperti harapan, gagasan, perasaan atau perilaku yang diinginkan oleh
pengirim pesan.
2) Penyandian (encoding),yakni pengubahan/penerjemahan isi pesan ke dalam bentuk
yang serasi dengan alat pengiriman pesan.
3) Transmisi (pengiriman) pesan.
4) Saluran.
5) Pembukasandian (deconding) yakni penerjemahan kembali apa yang diterima ke
dalam isi pesan oleh penerima.
6) Reaksi internal penerima sesuai pemahaman pesan yang diterimanya.
7) Gangguan/hambatan (noise) yang dapay terjadi pada semua unsur dasar lainnya.
Meskipun teknologi komunikasi dan informasi telah mengalami perkembangan
yang cepat, namun belum merata pada semua negara. Alih teknologi ke negara
berkembang berjalan relatif sangat lambat, dan arus informasi didominasi oleh beberapa
negara maju. Oleh karena itu, diperlukan berbagai upaya untuk merebut teknologi
tersebut.

4. Peningkatan Layanan Profesional


Salah satu ciri penting masyarakat masa depan adalah meningkatnya kebutuhan
layanan profesional dala berbagai bidang kehidupan manusia. Profesi adalah suatu
lapangan pekerjaan dengan persyaratan tertentu, suatu vokasi khusus yang mempunyai
ciri-ciri: Expertise (keahlian), responsibility (tanggung jawab), corporateness
(kesejawatan) (Huntington, 1964, dari Nugroho Notosusanto, 1984: 16). Robert W.
Richey (1974) dan D. Westy-Gibson (1965) mengemukakan ciri-ciri profesi (dari
Profesionalisasi Jabatan Guru, 1983: 4-6) yaitu:
a. Lebih mengutamakan pelayanan kemanusiaan yang ideal, dan layanan itu memperoleh
pengakuan masyarakat (harus dilakukan oleh pemangku profesi tersebut).
b. Terdapat sekumpulan bidang ilmu yang menjadi landasan dari sejumlah teknik dan
prosedur yang unik, serta diperlukan waktu yang relatif panjang untuk mempelajarinya
sebagai periode persiapan yang sengaja dan sistematis agar mampu melaksanakan
layanan itu (pendidikan/pelatihan prajabatan).
c. Terdapat suatu mekanisme saingan berdasarkan kualifikasi tertentu, sehingga hanya
yang kompeten yang diperbolehkan melaksanakan layanan profesi itu.
d. Terdapat suatu kode etik profesi yang mengatur keanggotaan, serta tingkah laku, sikap
dan cara kerja dari anggotanya itu.
e. Terdapat organisasi profesi yang akan berfungsi menjaga/meningkatkan layanan
profesi, dan melindungi kepentingan serta kesejahteraan anggotanya.
f. Pemangku profesi memandang profesinya sebagai suatu karier hidup dan menjadi
seorang yang relatif permanen, serta mempunyai kemandirian dalam melaksanakan
profesinya dan untuk mengembangkan kemampuan profesionalnya sendiri.
Mc Cully (1969, dari T. Raka Joni, 1981: 5-8) mengemukakan enam tahap dalam
proses profesinalisi, yakni:
a. Penetapan dan pemantapan layanan unik yang diberikan oleh suatu profesi sehingga
memperoleh pengakuan masyarakat dan pemerintah.
b. Penyepakatan antara kelompok profesi dan lembaga pendidikan prajabatan tentang
standar kompetensi minimal yang harus dimiliki oleh setiap calon profesi tersebut.
c. Akreditas, yakni pengakuan resmi tentang kelayakan suatu program pendidika
prajabatan yang ditugasi menghasilkan calon tenaga profesi bersangkutan.
d. Mekanisme sertifikasi dan pemberian izin praktel, yaitu merupakan pengkuan resmi
kepada seseorang yang memiliki kompetensi yang diprasyaratkan oleh profesi tertentu.
e. Baik secara perseorangan, maupun secara kelompok, pemangku profesi bertanggung
jawab penuh terhadap segala aspek peaksanaan tugasnya yakni kebebasan mengambil
keputusan secara profesional.
f. Kelompok profesional memiliki kode etik yang berfungsi ganda, yaitu:
1) Perlindungan terhadap masyarakat agar memperoleh layanan yang bermutu
2) Perlindungan dan pedoman peningkatan kualitas anggota.
B. Upaya Pendidikan dalam Mengantisipasi Masa Depan
Pendidikan berkewajiban mempersiapkan generasi baru yang sanggup
menghadapi tantangan zaman baru yang akan datang. Seperti telah dikemukakan,
manusia masa depan yang harus dihasilkan oleh pendidikan antara lain manusia yang
melek teknologi dan melek pikir yang keseluruhannya disebut melek kebudayaan, yang
mampu think globally but act locally, dan sebagainya. Pembangunan manusia masa
depan seutuhnya mempersyaratkan upaya pembaruan pendidikan.
Pengembangan pendidikan dalam masyarakat yang sedang berubah dengan cepat
haruslah dilakukan secara menyeluruh dengan pendekatan sistematis-sistematik.
Pendekatan sistematis adalah pengembangan pendidikan dilakukan secara teratur melalui
perencanaan yang bertahap; sedang sistematik menunjuk pada pendekatan sistem dalam
proses berpikir yang mengaitkan secara fungsional semua aspek dalam pembaruan
pendidikan tersebut (Depdikbud, 1991/1992a: 21). Pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya merupakan kunci keberhasilan bangsa dan negara dalam masa yang akan
datang. Oleh karena itu kajian selanjutnya akan membahas tentang tuntutan manusia
masa depan dan upaya mengantisipasi masa depan.

1. Tuntutan bagi Manusia Masa Depan (Manusia Modern)


Dalam membicarakan tentang perkiraan masyarakat masa depan, secara tersirat
telah pula dibicarakan tentang tantangan-tantangan yang akan dihadapi manusia masa
depan. Tantangan tersebut merupakan gejala konstelasi dunia masa kini dan masa depan,
oleh karena itu, manusia Indonesia perlu berupaya untuk menyesuaikan diri sehingga
menjadi manusia modern. Setiap upaya manusia untuk menyesuaikan diri terhadap
konstelasi dunia pada masanya (pada masa lampau, kini, ataupun datang) adalah proses
modernisasi (Koentjaningrat, 1974: 131-136). Dalam penjelasan PP RI No: 28 Tahun
1990 tentang Pendidikan Dasar dikemukakan rincian tujuan-tujuan pendidikan dasar
tersebut (Undang-Undang, 1992: 79-80) sebagai berikut:
a. Pengembangan kehidupan siswa sebagai pribadi sekurang-kurangnya mencakup upaya
untuk:
1) Memperkuat dasar keimanan dan ketakwaan.
2) Membiasakan untuk berperilaku yang baik.
3) Memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar.
4) Memelihara kesehatan jasmani dan rohani.
5) Memberikan kemampuan untuk belajar.
6) Membentuk kemampuan untuk belajar.
b. Pengembangan kehidupan peserta didik sebagai anggota masyarakat sekurang-
kurangnya mencakup upaya untuk:
1) Memperkuat kesadaran hidup beragama dalam bermasyarakat.
2) Menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam masyarakat.
3) Memberikan pengetahuan dan keterampila dasar yang diperlukan untuk berperan
serta dalam kehidupan masyarakat.
c. Pengembangan kehidupan peserta didik sebagai warga negara sekurang-kurangnya
mencakup upaya untuk:
1) Mengembangkan perhatian dan pengetahuan tentang hak dan kewajiban seabagi
warga negara Republik Indonesia;
2) Menanamkan rasa ikut bertanggung jawab terhadap kemajuan bangsa dan negara;
3) Memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk berperan
serta dalam kehidupan berbangsa dan bernegara;
d. Pengembangan kehidupan peserta didik sebagai anggota umat manusia mencakup
upaya untuk:
1) Meningkatkan harga diri sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat;
2) Meningkatkan pengertian kesadaran tentang hak asasi manusia;
3) Memberikan pengertian tentang ketertiban dunia;
4) Meningkatkan kesadaran pentingnya persahabatan antarbangsa.
e. Mempersiapkan peserta didik untuk mengisi pendidikan menengah dalam menguasai
kurikulum yang diisyarakatkan.
Untuk jenjang pendidikan dasar hal itu berarti bahwa kemampuan dasar sebagai
manusia Pancasila yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar akan siap untuk:
i. Memasuki lapangan kerja sebagai manusia pembangunan setelah melalui orientasi dan
atau pelatihan tambahan sesuai dengan kebutuhan.
ii. Melanjutkan ke pendidikan menengah.
Tuntutan manusia Indonesia di masa depan, setelah kemampuan dasar tersebut,
terutama diarahkan kepada pembekalan kemampuan yang sangat diperlukan untuk
menyesuaikan diri dengan keadaan di masa depan tersebut. Beberapa di antaranya seperti:
a) Ketanggapan terhadap berbagai masalah sosial, politik, kultural, dan lingkungan.
b) Kreatifitas di dalam menemuka alternatif pemecahannya.
c) Efisiensi dan etos kerja yang tinggi.
Akhirnya dikemukakan pendapat Mayjen Sajidiman (1972: 10-11) yang
menekankan kemampuan yang diperlukan manusia Indonesia berdasarkan fungsinya,
yakni:
a) Pekerja yang terampil yang menjadi bagian utama dari mekanisme produksi yang
harus lebih efektif dan efisien.
b) Pemimpin dan manejer yang efektif, yang memiliki kemampuan berpikir, mengambil
keputusan yang tepat pada waktunya serta mengendalikan pelaksanaan dengan cakap
dan berwibawa.
c) Pemikir yang mampu menentukan/memelihara arah perjalanan dan melihat segala
kemungkinan di hari depan.

2. Upaya Mengantispasi Masa Depan


Sesuai dengan penjelasan UU RI No. 2 Tahun 1989, fungsi pendidikan diarahkan
bukan hanya untuk pembangunan manusia saja tetapi juga ikut serta dalam pembangunan
masyarakat. Oleh karena itu, upaya untuk mengantisipasi masa depan melalui pendidikan
akan diarahkan pada:
a. Perubahan Nilai dan Sikap
Nilai dan sikap memegang peranan penting dalam menentukan wawasan dan
perilaku manusia. Nilai merupakan norma, acuan yang seharusnya, dan atau kaidah
yang akan menjadi rujukan perilaku. Nilai-nilai tersebut dapat bersumber dari berbagai
hal, seperti agama, hukum, adat-istiadat, moral dan sebagainya. Dalam sikap dapat
dibedakan tiga aspek, yaitu:
1) Aspek kognitif seperti pemahaman tentang objek sikap.
2) Aspek afektif yang sangat dipengaruhi oleh nilai dan dapat sangat subjektif seperti
setuju atau tak setuju, suka atau benci, dan sebagainya.
3) Aspek konatif yang mendorong untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek
tersebut.
Pembentukan/pengubahan nilai dan sikap dalam diri seseorang dapat dilakukan
dengan berbagai cara seperti pembiasaan, internalisasi nilai melalui ganjaran hukuman,
keteladanan, teknik klarifikasi nilai, dan sebagainya. Hasil belajar berupa nilai dan
sikap dapat dikategorikan dalam kawasan (ranah) afektif. Tujuan taksonomi
pendidikan dalam ranah afektif tersebut dikemukakan antara lain oleh Krathwohl,
Bloom, dan Masia (1964, dari Bloom, Hastings, dan Madaus, 1971:229) yang
menekankan proses internalisasi yang kontinu dari yang rendah sampai yang tertinggi
sebagai berikut:
1) Penerimaan (receving, attending).
2) Penanggapan (responding).
3) Penilaian, peyakinan (valuing).
4) Pengorganisasian, konseptualisasi (organization).
5) Perwatakan, pameran (characterization).
Perubahan nilai dan sikap dalam rangka mengantisipasi masa depan haruslah
diupayakan sedemikian rupa sehingga dapat diwujudkan keseimbangan dan keserasian
antara aspek pelestarian dan aspek pembaruan. Pendidikan harus selalu menjaga secara
seimbang pembentukan kemampuan mempertanyakan, disamping kemampuan
menerima dan mempertahankan. Keserasian dan keselarasan antara pelestarian dan
pembaruan nilai dan sikap akan memberi peluang keberhasilan menjemput masa
depan itu.

b. Pengembangan Kebudayaan
Salah satu upaya penting dalam mengantisipasi masa depan adalah upaya yang
berkaitan dengan pengembangan kebudayaan dalam arti luas, termasuk hal-hal yang
berkaitan dengan sarana kehidupan manusia. Dewasa ini, kita tidak mungkin menutup
diri terhadap pengaruh kebuayaan lain. Oleh karena itu, yang dibutuhkan adalah
memperkuat ketahanan budaya, sehina dapat memanfaatkan pengaruh positif serta
menghindar pengaruh negatif dari kebudayaan tersebut. Peranan pendidikan
merupakan faktor menentukan dalam membangun dan memperkuat ketahanan budaya
tersebut. UNESCO telah menetapkan konsep dasawarsa kebudayaan sedunia yang
menekankan bahwa pengembangan kebudayaan dunia masa kini harus meliputi empat
dimensi (Makaminan Makagiansar, 2990: 7) yakni:
1) Afirmasi atau penegasan budaya dalam proses pembangunan, karena pembangunan
akan hampa jika tidak diilhami oleh kebudayaan masyarakat/bangsa yang
bersangkutan.
2) Merearfimasi dan mengembangkan identitas budaya, dan setiap kelompok manusia
berhak diakui identitas budayanya.
3) Partisipasi, yakni dalam pembangunan suatu bangsa adalah mutlak perlu.
4) Memajukan kerja sama budaya antarbangsa yang merupakan tuntutan mutlak dalam
era globalisasi.

c. Pengembangan Sarana Pendidikan


Khusus untuk menyongsong era globalisasi yang makin tidak terbendung,
terdapat beberapa hal yang secara khusus memerlukan perhatian dalam bidang
pendidkan. Santoso S. Hamijoyo mengemukakan lima strategi dasar dalam era
globalisasi tersebut, yaitu:
1) Pendidikan untuk pengembangan iptek dipilih terutama dalam bidang yang vital
seperti manufakturing pertanian, sebagai modal utama menghadapi globalisasi.
2) Pendidikan untuk pengembanagan keterampilan manajemen, termasuk penguasaan
bahasa asing yang relevan untuk hubungan perdagangan dan politik, sebagai
instrumen operasional untuk berkiprah dalam globalisasi.
3) Pendidikan untuk pengolahan kependudukan, lingkungan, keluarga berencana, dan
kesehatan sebagai penangkal terhadap menurunnya kualitas hidup dan hancurnya
sistem pendukung kehidupan manusia.
4) Pendidikan untuk pengembangan sistem nilai, termasuk filsafat, agama dan ideologi
demi ketahanan sosial-budaya termasuk persatuan dan kesatuan bangsa.
5) Pendidikan untuk mempertinggi mutu tenaga kependidikan dan pelatihan, termasuk
pengelola sistem pendidikan formal dan non-formal, demi penggalakan peningkatan
pemerataan mutu, relevansi, dan efisiensi sumber daya manusia secara keseluruhan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan akan menyiapkan peserta didik termasuk masyarakat di masa depan.
Oleh karena itu, keputusan dan tindakan dalam bidang pendidikan seharusnya
berorientasi ke masyarakat masa depan tersebut. Ciri masyarakat masa depan antara lain
adalah:
1) Globalisasi, utamanya dalam iptek, ekonomi, lingkungan hidup, pendidikan, dan
sebagainya.
2) Perkembangan iptek yang makin cepat.
3) Arus komunikasi yang semakin padat dan cepat yang mengubah masyarakat menjadi
masyarakat informasi.
4) Peningkatan layanan profesional dalam berbagai segi kehidupan manusia.
Berdasakan perkiraan masyarakat di masa depan tersebut, pendidikan telah/sedang
mengambil langkah-langkah mengantisipasinya, baik pada lapis sistem maupun
institusional dan individual. Secara khusus dapat dikemukakan beberapa upaya
anstisipasi masa depan itu antara lain: Perubahan nilai dan sikap, pengembangan
kebudayaan, dan pengembangan sarana pendidikan.
B. Saran
Pemahaman tentang keadaan masyarakat masa depan tersebut akan sangat penting
sebagai latar depan segala kebijakan dan upaya pendidikan masa kini dan masa yang
akan datang. Kajian masyarakat masa depan itu semakin penting jika diingat bahwa
pendidikan selalu merupakan penyiapan peserta didik bagi peranannya di masa yang akan
datang.
DAFTAR PUSTAKA

Tirtarahardja U dan La Sulo. 2010. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai