Anda di halaman 1dari 10

TUGAS PENDIDIKAN PANCASILA

URAIAN SILA-SILA PANCASILA

Nama Kelompok :

I Putu Gede Asrama (1315061008)


Komang Ari Satria Wibawa (1315061012)
I Putu Gede Adi Mahendra (1315061032)

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA


SINGARAJA
2013
URAIAN SILA-SILA PANCASILA
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
1.1 Manusia Mencari yang Absolut
Arisoteles menyebut manusia sebagai animal rationale yaitu
makhluk yang berpikir. Daya piker itulah yang menimbulkan
kehausan intelektual dan filosofis sehingga manusia selalu ingin
mengetahuai hal yang ingin diketahuinya. Dalam menanggapi
keerinduan manusia untuk mencari prinsip dasar yang mempersatukan
seluruh kenyataan tersebut bangsa indonesia menemukannya dalam
ketuhanan yang maha esa.
Konsep ketuhanan yme merupakan rumusan yang bersifat
umum dan abstrak sehingga mampu memuat segala macam pengertian
dan penafsiran sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing
umat dan penganut kepercayaan. Jika terus digali muatan masing-
masing agama dan kepercayaan itu maka akan diketemukan adanya
satu asal eksistensi yang disebut kenyataan tertinggi, yaitu yang
absolut. Kenyataan tertinggi itu bersifat sempurna, sehingga
merupakan satu-satunya kenyataan yang ada atau yang esa, karena
tidak ada yang lain setara dengan-nya.

1.2 Evolusi Pengertian Manusia tentang Yang Maha Kuasa


Secara historis, pengertian manusia tentang yang maha kuasa
atau tuhan mengalami evolusi sesuai dengan perkembangan daya
nalar atau pemahaman manusia dan cara hidupnya. Pada fasa hidup
pertama manusia menyembah kekuatan yang dimiliki oleh benda itu
sebagai ungkapan rasa kagum manusia
Pada fasa kedua manusia hidup pada peternakan maka yang
disembah pun berubah seperti bangsa mesir dahulu menyembah sapi
yang disebut apis atau burung yang bernama osiris.
Pada fasa ketiga manusia hidup dari pertanian, pengertian
tentang tuhan pun berubah, munculah nama dewi sri seperti kita
ketahui merupakan dewi kesuburan.
Pada fasa keempat disini tampaknya manusia mendewa-
dewakan kemampuan akalnya untuk menciptakan hal yang diperlukan
dalam hidupnya. Manusia tidak lagi memerlukan kekuasaan yang
datang dari luar dirinya dan demi kemajuan perdabannya, manusia
harus dapat menggunakan rasionya tanpa batas.
Pada fasa kelima sebagian manusia beranggapan bahwa tuhan
tidak ada bahkan ludwig feuerbach mengatakan bahwa bukan tuhan
yang menciptakan manusia, melainkan manusia yang menciptakan
tuhan.

1.3 Makna Ketuhanan Yang Maha Esa


Ketuhanan yang maha esa dapat diartikan meliputi seluruh
hidup kebatinan manusia, sehingga segala bentuk aliran keagamaan
dan kepercayaan dibulatkan menjadi satu dan ditujukan kepada suatu
bentuk kepercayaan kepada TYME. Esa artinya satu, tiada duanya
hanya satu berarti tiada lawan sehingga damai. Tuhan adalah tanpa
awal dan tanpa akhir. Selain itu, tuhan adalah yang maha kuasa, yang
maha pengasih, yang maha tahu.
Penggambaran tuhan menurut alam pikiran manusia
menyebabkan tuhan dipandang sebagai maha pendengar, maha
mengetahui, maha kuasa, maha pencipta, maha pelindung, maha
pengasih, dll, yang semua sifat itu adalah sifat yang digambarkan oleh
manusia. Tuhan hanya dalam pikiran manusia, yang tidak bisa
digambarkan atau dikatakan sehingga seakan-akan menjadi kosong.
Dalam weda disebutkan bahwa tuhan itu tidak berbentuk, tidak
bertangan maupun berkaki, tidak berpanca indria, dalam agama hindu,
untuk memudahkan sujut kehadapan tuhan, maka ia disembah melalui
berbagai sarana bhakti keagamaan. Sehingga salah besar kalau adanya
sarana pemujaan itu diartikan oleh penganut agama lain bahwa agama
hindu menyembah berhala.

1.4 Manusia Wajib Berbakti pada Tuhan Yang Maha Esa


Mengingat Kesempurnaan Tuhan dan sebagai Maha Pencipta,
sedangkan manusia adalah makhluk yang tidak sempurna dan
diciptakan olehNya, maka manusia wajib bersyukur dan berbakti
kepadaNya. Larry Dossey menyatakan bahwa Doa diakui mempunyai
fungsi penyembuhan, baik Doa yang dilakukan dalam keadaan sadar
maupun dalam alam bawah sadar.
Doa itu sendiri mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Sebagai ungkapan rasa terimakasih dan syukur kepada Tuhan.
2. Sebagai adurasi atau pujian kepadaNya.
3. Sebagai invokasi, memohon kehadiranNya.
4. Sebagai konfesi, pengakuan atas perbuatan yang salah dan
mohon pengampunanNya.
5. Sebagai devosi, penyerahan diri kepadaNya
6. Sebagai intersesi, memohonkan keselamatan orang lain.
7. Petisi, memohon ketenangan, kesehatan dan keselamatan diri
sendiri
Doa merupan peristiwa yang sama sekali tidak terikat oleh
ruang dan waktu karena doa merupakan kegiatan rohani.

1.5 Sila Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai Dasar Spiritual dan
Moral serta Kewajiban Negara
Sila Ketuhan Yang Maha Esa harus terwujud secara jujur dan
bertanggung jawab dalam praktek kehidupan pribadi, dalam
kehidupan berkeuarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pelaksanaan kehidupan beragama dan berkepercayaan terhadap Tuhan
mempersyaratkan adanya toleransi, baik toleransi didalam kelompok
agama itu sendiri maupun antar kelompok serta antar agama. Hal ini
perlu menjadi perhatian, kesadaran dan tanggung jawab masing-
masing agama bahwa semuanya adalah menuju pada yang satu yaitu
TYME.

1.6 Religi sebagai Perwujudan dari Kepercayaan terhadap


Ketuhanan Yang Maha Esa
Kepercayaan terhadap TYME melekat pada hakikat manusia
sebagai homo religious. Oleh karena itu religi berakar pada kodrat
manusia atau karena kodratnya, manusia terdorong kearah Tuhan.
Timbulnya religi diawali oleh adanya kepercayaan terhadap jiwa atau
roh yang biasa disebut Animisme. Karena kepercayaan dan praktek
religi bisa berbeda antara yang satu dengan yang lainnya dengan
demikian religi adalah suatu pengalaman total yang mencakup
kepercayaan terhadap sumber nilai, devosi dan ekspresi. Religi
mempunyai enam dimensi yaitu :
1. doktrin, atau serangkaian kepercayaan tentang alam semesta dan
hubungannya.
2. Pengalaman atau penekanan pada adanya kejadian yang membuat
orang secara tiba-tiba tercengang dan merasakan kehadiran
Tuhan.
3. Mitos atau serangkaian cerita yang mempunyai makna suci atau
khusus seperti cerita Adam dan Hawa.
4. Ritual atau kegiatan pemujaan, doa, sakramen dan pembacaan
kitab suci.
5. Moralitas atau serangkaian peraturan yang diperintahkan untuk
dilaksanakan oleh pemeluk religi.
6. Organisasi atau kelompok sosial untuk memelihara dan
mempertahankan religi.

2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab


2.1 Hakikat Eksistensi Manusia
Manusia dikenal memiliki beberapa hakikat, pertama adalah Homo
Sapiens-man, yaitu makhluk pemikir. Kemampuan berbahasa dan
menggunakan lambing merupakan hakikat manusia yang kedua dan
ketiga. Hakikat manusia yang keempat adalah homo resentis yaitu
makhluk yang mempunyai kepekaan rasa termasuk kemampuan intuisi.
Hakikat manusia yang kelima adalah, manusia sebagai makhluk yang
mempunyai kehendak yang kuat untuk menemukan seseuatu yang baru
(Homo-Volens). Gabungan dari kelima hakikat ini menjadikan manusia
sebagai Homo Mensura.

2.2 Makna Kemanusiaan yang Adil dan Beradab


Kemanusiaan merupakan pengertian abstrak manusia dalam arti
hakikatnya. Kemanusiaan juga mengalami evolusi, sebab alam pikiran
manusia dipengaruhi oleh cara hidupnya, mempertahankan dan
memelihara hidupnya. Setiap manusia selalu menambakan adanya
perlakuan yang adil sangatlah sesuai dengan kodratnya yang diciptakan
oleh yang Maha Adil. Jadi rasa keadilan itu melekat pada kodrat
manusia, oleh karena itu tiap orang wajib memperlakukan sesamanya
dengan adil, disamping secara konsisten membela keadilan dan
menentang ketidakadilan. Untuk menegakan keadilan agar norma-
norma hokum efektif, para penegak hokum, termasuk juga pimpinan
organisasi dan masyrakat luas haruslah mempunyai 3N yang kuat.
1. N pertama adalah nalar, artinya kemampuan membedakan mana
yang benar dan mana yang salah.
2. N kedua adalan nurani, artinya percikan cahaya dari yang maha
kuasa.
3. N ketiga adalah nyali, artinya pemimpin didalam mengambil
keputusan dan tindakan haruslah berani, sigap, tangkas, tegas, dan
tepat.

3. Persatuan Indonesia
3.1 Bhineka Tunggal Ika
Semboyan Bhineka Tunggal Ika merupakan semboyan yang
dipegang erat oleh kedua kaki Garuda. Kebinekaan merupakan
karakteristik bangsa Indonesia, baik dilihat dari sudut ras, suku, agama,
sosial, maupun seni dan budaya. Kebinekaan adalah berkah dan nikmat,
hal ini semestinya tetap menjadi pegangan dalam hati sanubari, sikap dan
perilaku bangsa Indonesia, bukan hanya secara formal atau verbal
melainkan secara aktual dalam praktik kehidupan keseharian. Ini berarti,
apabila terjadi pelecehan atau rongrongan, apalagi hendak mengubah
prinsip Bhineka Tunggal Ika, maka tiap insan Indonesia wajib melawan
dan menindaknya. Karena dengan adanya semboyan Bhineka Tunggal
Ika perbedaan yang ada di Negara kita ini tidak menjadi halangan untuk
kita tetap bersatu.

3.2 Nasionalisme
Rasa kebangsaan atau nasionalisme terbentuk karena adanya unsur,
yaitu adanya kedekatan perasaan senasib, kedekatan fisik atau non-fisik,
terancam dari musuh yang sama dan tujuan bersama dengan satu jiwa,
kehendak untuk bersatu dan tanah air. Faktor-factor inilah yang
melatarbelakangi lahirnya nasionalisme di Indonesia, yang merupakan
senjata untuk menentang penjajahan dan selanjutnya untuk mengisi
kemerdekaan. Nasionalisme Indonesia menurut Bung Karno, timbul dari
rasa cinta akan manusia dan kemanusiaan sehingga menolak segala
bentuk paham yang sempit, eksklusif, dan bukan tiruan dari nasionalisme
barat.
Nasionalisme seharusnya juga terwujud dalam pola piker, pola
sikap dan pola prilaku tiap warga negara. Hal ini dapat direalisasikan
oleh tiap warga Negara dengan memiliki semangat dan jiwa Pancasila,
siap membela bangsa dan tanah air kapanpun diperlukan demi kebutuhan
NKRI, siap berjuang, bekerja keras, disiplin, dan jujur untuk mencapai
prestasi puncak sesuai dengan kepentingan bangsa dan tanah air.

3.3 Pengalaman Perjuangan Kemerdekaan dan Mempertahankan


Kemerdekaan
Timbulnya pergerakan nasional untuk memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia didorong oleh factor eksternal dan internal.
Peristiwa penting yang terjadi dalam rangka perjuangan kemerdekaan
adalah Kongres Pemuda Indonesia II, yang melahirkan Sumpah Pemuda.
Ternyata diperlukan waktu 18 tahun mulai dari dari tekad merdeka ( 17-
12-1927) hingga Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia (17-08-
1945).
Sejarah perjuanagn kemerdekaan Indonesia yang mempertahankan
kemerdekaan yang panjang dan heroik adalah bagian dari perekat
integrasi bangsa. Rasa cinta bangsa dan Tanah Air, rasa persatuan,
kebersamaan dalam suka dan duka selama perjuangan dengan bantuan
rakyat menjadi makin kental. Para pejuang menyebut inilah nilai-nilai
45. nilai-nilai 45 yaitu cinta bangsa dan tanah air, kebersamaan dalam
suka dan duka, tetap relevan dalam perjuanagn mengisi kemerdekaan
Indonesia patut diwariskan pada generasi penerus yang tidak secara
langsung mengalami perjuangan kemerdekaan dan mempertahankan
kemerdekaan Indonesia.

3.4 Wawasan Nusantara


Wawasan nusantara dapat diartikan sebagai cara pandang bangsa
Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 terhadap dirinya dan
lingkungannya, di dalam eksistensi serta pengembangannya dalam
mengekspresikan dirinya baik dalam konsttek nasional maupun
internasional. Wawasan nusantara mencakup persatuan dan kesatuan
dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, yaitu perwujudan
kepulauan nusantara seagai satu kesatuan politik, ekonomi, sosial
budaya, dan pertahanan keamanan.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan.
4.1 Pengertian, Asumsi, dan Konsekuensi Demokrasi
Secara umum, Sila keempat ini sering juga disebut Demokrasi. Kata
demokrasi berasal dari bahasa yunani yaitu Demos artinya Rakyat dan
Cratein artinya Pemerintah , jadi demokrasi adalah cara memerintah
negara oleh rakyat. Asumsi dasar demokrasi adalah :
1. Pengakuan kesama derajatan harkat dan martabat manusia
2. Kebebasan
3. Pemikiran yang rasional
4. Sebagai perwujudan hakikat pembentukan Negara dan
5. Asas moralitas
system pemerintahan demokrasi membawa konsekuensi yaitu :
1. Adanya lembaga atau badan penyelenggara Negara
2. Adanya pembagian kekuasaan
3. Adanya control
4. Adanya ketersediaan dana
5. Adanya partai politik dan
6. Adanya pemilihan umum

4.2 Makna Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan


dalam Permusyawaratan/Perwakilan
Kerakyatan berasal dari kata rakyat, kerkayatan berarti suatu prinsip
yang mengakui bahwa kekuasaan tertinggi berada ditangan rakyat.
Hikmat kebijaksanaan artinya penggunaan pikiran rasional dan logis
dengan mempertimbangkan persatuan dan kesatuan bangsa serta
kepentingan rakyat, yang dilaksanakan secara jujur dan
bertanggungjawab. Perwakilan adalah cara mengusahakan turut sertanya
rakyat mengambil bagian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
melalui system perwakilan.
Musyawarah adalah cara khas bangsa Indonesia untuk merumuskan
atau mengambil keputusan berdasarkan kehendak rakyat hingga tercapai
keputusan yang merupakan kebulatan pendapat. Untuk mencapai
kebulatan pendapat harus memperhatikan prinsip-prinsip :
1. Mendahulukan kepentingan rakyat
2. Mengutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi,
kelompok atau golongan
3. Kebenaran dan keadilan
4. Kejujuran dan itikad baik

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia


5.1 Makna Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Keadilan dapat didefinisikan seagai kehendak yang tidak berubah
untuk memberikan semua yang menjadi hak atau bagian seseorang
berdasarkan kesetaraa manusia dan perbedaan manusia. Keadilan dapat
dibedakan menjadi 6 macam :
1. Justitia commutative, yaitu keadilan untuk memberikan apa yang
menjadi hak atau bagian seseorang berdasarkan asas kesetaraan
manusia atau dimana prestasi dibals dengan kontra-prestasi yang
dianggap setara nilainya
2. Justitia distributive, yaitu keadilan untuk memberikan apa yang
menjadi hal atau bagian seseorang berdasarkan perbedaan
manusia , yang bersumber dari kemampuan dan usahanya, yang
terwujud dalam prestasinya.
3. Justitia creative, yaitu keadilan untuk memberikan penghargaan
kepada orang yang menciptakan sesuatu yang baru di bidang
kebudayaan.
4. Justitia vendicativa, yaitu keadilan untuk memberikan hukuman
kepada seseorang sesuai pelanggaran atau kejahatan yang
dilakukannya.
5. Justitia protective, yaitu keadilan untuk memberikan perlindungan
kepada seseorang dari perbuatan sewenang-wenang.
6. Justitia legalis atau generalis, yaitu keadilan yang menuntut
ketaatan seseorang terhadap peraturan dan norma-norma yang
berlaku demi ketertiban masyarakat.
Keadilan merupakan prinsip dasar dalam kehidupan manusia
karena rasa keadilan sudah melekat pada nurani tiap orang yang berasal
dari Yang Maha Adil. Keadilan sosial dapat dilihat dari aspek material
terkait dengan pekerjaan dan hidupnya sejahtera. Sesungguhnya keadilan
sosial bukan hanya meliputi aspek material, tetapi juga aspek budaya,
spiritual, politik, dan hukum.

5.2 Menuju Hidup yang Bahagia


Kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung makna
melakukan perbuatan berdasarkan keputusan yang bijaksana, sesuai
hakikat manusia untuk mencapai hidup yang bahagia. Arisoteles
mengemukakan ciri kebahagiaan dalam hidup adalah aktivitas yang baik,
yang selaras dengan akal budi. Pertama, kehidupan yang baik adalah
kehidupan yang diisi dengan aktivitas. Kedua, kehidpan yang baik diisi
dengan sahabat. Ketiga, kehidupan yang baik berarti berpatisipasi dalam
komonitas. Keempat, kehidupan yang baik adalah melakukan aktivitas
filosofis dalam kontemplasi. Kelima, kegiatan yang juga dianjurkan
adalah ekspresi kebajikan khusus sesuai dengan bakat dan kemampuan,
seperti dalam bidang seni, olahraga, dan sebagainya serta kebijakan
umum, seperti kejujuran, keadilan, keberanian dan pengendalian diri.

Anda mungkin juga menyukai