PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dan dasar hukum jual beli.
2. Mahasiswa dapat mengetahui barang yang terlarang diperjual belikan.
3. Mahasiswa dapat mengetahui rukun syarat jual beli.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Al Quran
Yang mana Allah SWT berfirman dalam surat An-Nisa : 29
Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu makan harta sesamamu dengan jalan yang
bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara
kamu (QS. An-Nisa : 29).
Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba (QS. Al-Baqarah : 275).
2. Sunnah
Nabi, yang mengatakan: Suatu ketika Nabi SAW, ditanya tentang mata pencarian yang
paling baik. Beliau menjawab, Seseorang bekerja dengan tangannya dan setiap jual
beli yang mabrur. (HR. Bajjar, Hakim yang menyahihkannya da ri Rifaah Ibn
Rafi). Maksud mabrur dalam hadist adalah jual beli yang terhindar dari usaha tipu-menipu dan
merugikan orang lain.
3. Ijma
Ulama telah sepakat bahwa jual beli diperbolehkan dengan alasan bahwa
manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa bantuan orang
lain. Namun demikian, bantuan atau barang milik orang lain yang dibutuhkannya itu, harus
diganti dengan barang lainnya yang sesuai. Mengacu kepada ayat-ayat Al Quran dan hadist,
hukum jual beli adalah mubah (boleh). Namun pada situasi tertentu, hukum jual beli itubisa
berubah menjadi sunnah, wajib, haram, dan makruh.
Berikut ini adalah contoh bagaimana hukum jual beli bisa berubah menjadisunnah, wajib,
haram, atau makruh. Jual beli hukumnya sunnah,m i s a l n ya d a l a m j u a l b e l i b a r a n g
y a n g h u k u m m e n g g u n a k a n b a r a n g yang diperjual-belikan itu sunnah seperti minyak
wangi. Jual beli hukumnya wajib, misalnya jika ada suatu ketika para pedagang
menimbun beras, sehingga stok beras sedikit dan mengakibatkan hargan ya pun
melambung tinggi. Maka pemerintah boleh memaksa para pedagang beras untuk
menjual beras yang ditimbunnya dengan harga sebelum terjadi pelonjakan harga.
Menurut Islam, para pedagang beras tersebut wajib menjual beras yang ditimbun sesuai
dengan ketentuan pemerintah. Jual beli hukumnya haram, misalnya jual beli yang tidak
memenuhi rukun dan syarat yang diperbolehkan dalam islam, juga mengandung unsur penipuan.
Jual beli hukumnya makruh, apabila barang yang dijual-belikan ituhukumnya makruh seperti
rokok.
d. Nilai tukar barang yang dijual (pada zaman modern sampai sekarang ini berupa uang).
Adapun syarat-syarat bagi nilai tukar barang yang dijual itu adalah :
1. Harga jual disepakati penjual dan pembeli harus jelas jumlahnya.
2. Nilai tukar barang itu dapat diserahkan pada waktu transaksi jual beli, walaupun secara hukum,
misalnya pembayaran menggunakan kartu kredit.
3. Apabila jual beli dilakukan secara barter atau Al-muqayadah(nilai tukar barang yang
dijual bukan berupa uang tetapi berupa uang).
Jual beli dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, antara lain ditinjau dari segi sah atau
tidak sah dan terlarang atau tidak terlarang.
1. Jual beli yang sah dan tidak terlarang yaitu jual beli yang terpenuhi rukun-rukun dan syarat-
syaratnya.
2. Jual beli yang terlarang dan tidak sah (bathil) yaitu jual beli yang salah satu rukun atau syaratnya
tidak terpenuhi atau jual beli itu pada dasar dan sifatnya tidak disyariatkan (disesuaikan dengan
ajaran islam).
3. Jual beli yang sah tapi terlarang ( fasid ). Jual beli ini hukumnya sah, tidak membatalkan akad
jual beli, tetapi dilarang oleh Islam karena sebab-sebab lain.
4. Terlarang sebab Ahliah (Ahli Akad). U l a m a t e l a h s e p a k a t b a h w a j u a l b e l i
d i k a t e g o r i k a n s a h a p a b i l a d i l a k u k a n o l e h o r a n g ya n g b a l i q h , b e r a k a l ,
d a p a t m e m i l i h . M e r e k a yang dipandang tidak sah jual belinya sebagai berikut :
Jual beli yang dilakukan oleh orang gila.
Jual beli yang dilakukan oleh anak kecil. Terlarang dikarenakan anak kecil belum
cukup dewasa untuk mengetahui perih al tentang jual beli.
Jual beli yang dilakukan oleh orang buta. Jual beli ini terlarang karena ia tidak dapat
membedakan barang yang jelek dan barang yang baik.
Jual beli terpaksa
5. Jual beli fudhul adalah jual beli milik orang lain tanpa seizin pemiliknya.
6. Jual beli yang terhalang. Terhalang disini artinya karena bangkrut, kebodohan, atau pun sakit.
7. Jual beli malja a d a l a h j u a l b e l i o r a n g ya n g s e d a n g d a l a m b a h a ya , ya k n i
u n t u k menghindar dari perbuatan zalim.
8. Terlarang Sebab Shigat. Jual beli yang antara ijab dan kabulnya tidak ada kesesuaian
maka d i p a n d a n g t i d a k s a h . B e b e r a p a j u a l b e l i ya n g t e r m a s u k t e r l a r a n g sebab
shiqat sebagai berikut :
Jual beli Muathah. Jual beli yang telah disepakati oleh pihak akad, berkenaan dengan barang
maupun harganya, tetapi tidak memakaiijab kabul.
Jual beli melalui surat atau melalui utusan dikarenakankabul yang melebihi tempat, akad
tersebut dipandang tidak sah, seperti surat tidak sampai ketangan orang yang dimaksudkan.
Jual beli dengan syarat atau tulisan. Apabila isyarat dan tulisan tidak dipahami dan tulisannya
jelek (tidak dapat dibaca), maka akad tidak sah.
Jual beli barang yang tidak ada ditempat akad. Terlarang karena tidak memenuhi
syarat iniqad (terjadinya akad). Jual beli tidak bersesuaian antara ijab dan kabul.
Jual beli munjiz adalah yang dikaitkan dengan suatu syarat atau ditangguhkan pada waktu yang
akan datang.
9. Terlarang Sebab Maqud Alaih (Barang jualan) Maqud alaih a d a l a h h a r t a ya n g
dijadikan alat pertukaran oleh orang ya n g akad, ya n g biasa
d i s e b u t m a b i (barang jualan) dan harga. Tetapi ada beberapa masalah yang
disepakati oleh sebagianulama, tetapi diperselisihkan, antara lain :
Jual beli benda yang tidak ada atau dikh watirkan tidak ada.
Jual beli yang tidak dapat diserahkan. Contohnya jual beli burung yang ada di udara, dan
ikan yang ada didalam air tidak berdasarkan ketetapan syara.
Jual beli gharar adalah jual beli barang yang menganung unsur menipu (gharar)..
Jual beli barang yang najis dan yang terkena najis. Contohnya : Jual beli bangkai, babi, dll.
Jual beli air
Jual beli barang yang tidak jelas (majhul). Terlarang dikarenakan akan mendatangkan
pertentangan di antara manusia.
Jual beli yang tidak ada ditempat akad (gaib) tidak dapat dilihat. Jual beli sesuatu
sebelum dipegangi . J u a l b e l i b u a h - b u a h a n a t a u t u m b u h a n apabila belum
terdapat buah, disepakati tidak ada akad. Setelah ada buah, tetapi belum matang, akadnya
fasid.
10. Terlarang Sebab Syara. Jenis jual beli yang dipermasalahkan sebab syara nya diantaranya
adalah :
jual beli riba
Jual beli dengan uang dari barang yag diharamkan. Contohnya jual beli khamar, anjing,
bangkai.
Jual beli barang dari hasil pencegatan barang yakni mencegat pedagang dalam
perjalanannya menuju tempat yang dituju sehingga orang yang mencegat barang itu
mendapatkan keuntungan.
J u a l b e l i w a k t u a d z a n j u m a t . Terlarang dikarena bagi laki-laki yang melakukan
transaksi jual belid a p a t m e n g g a n g g u k a n a k t i f i t a s k e w a j i b a n n ya s e b a g a i
m u s l i m dalam mengerjakan shalat jumat.
Jual beli anggur untuk dijadikan khamar .
Jual beli barang yang sedang dibeli oleh orang laing. Jual beli hewan ternak yang
masih dikandung oleh induknya.
Jangan menjual sesuatu yang tidak ada padamu. [HR Tirmidzi].
3. Anjing
Dari Abu Masud al-Anshari ra, bahwa Rasulullah saw melarang harga anjing, hasil melacur, dan
upah dukun. (Muttafaqun alaih: Fathul Bari IV: 426 no: 2237, Muslim III: 1198 no: 1567, Aunul Mabud
IX: 374 no: 3464, Tirmidzi II: 372 no: 1293, Ibnu Majah II: 730 no: 2159 dan Nasai VII: 309).
4. Gambar yang Bernyawa
Dari Said bin Abil Hasan, ia berkata : Ketika saya berada di sisi Ibnu Abbas ra tiba-tiba
datanglah kepadanya seorang laki-laki lalu bertanya kepadanya Ya Ibnu Abbas, dan sejatinya aku
berprofesi sebagai pelukis gambar-gambar ini. Maka Ibnu Abbas berkata kepadanya, Saya tidak akan
menyampaikan kepadamu melainkan apa yang saya dengan dari Rasulullah saw. Aku mendengar Beliau
bersabda, Barang siapa yang melukis satu gambar, maka sesungguhnya Allah akan mengadzabnya
hingga ia meniupkan ruh padanya, padahal ia tidak mungkin selam-lamanya meniupkan ruh padanya.
Maka laki-laki itu berubah dengan perubahan yang besar dan wajahnya menguning. Kemudian Ibnu
Abbas berkata kepadanya, Celaka engkau! Jika engkau membangkang dan akan tetap meneruskan
profesimu ini, maka hendaklah engkau (menggambar) pepohonan ini; dan segala sesuatu yang tidak
bernyawa. (Muttafaqun alaih: Fathul Bari IV: 416 no: 2225 dan lafadz ini bagi Imam Bukhari, Muslim
III: 1670 no: 2110 dan Nasai VIII: 215 secara ringkas).
5. Buah-Buahan yang Belum Nyata Jadinya
Dari Anas bin Malik ra, dari Nabi saw, bahwa beliau melarang menjual buah-buahan hingga
nyata jadinya dan kurma hingga sempurna. Beliau ditanya, Apa (tanda) sempurnanya? Jawab
Beliau Berwarna merah atau kuning. (Shahih: Shahihul Jamius Shaghir no: 6928 dan Fathul Bari IV:
397 no: 2167).
Darinya (Anas bin Malik) ra, bahwa Rasulullah saw melarang menjual buah-buahan sebelum
sempurna. Kemudian Beliau ditanya, Apa (tanda) sempurnanya? Beliau menjawab, Hingga berwarna
merah. Kemudian Rasulullah saw bersabda, Bagaimana pendapatmu apabila Allah menghalangi buah
itu untuk menjadi sempurna, maka dengan alasan apakah seorang di antara kamu akan mengambil
harta saudaranya. (Muttafaqun alaih: Fathul Bari: IV: 398 no: 2198 dan lafadz ini milik Imam Bukhari,
Muslim III: 1190 no: 155 dan Nasai VII: 264).
6. Biji-Bijian yang Belum Mengeras
Dari Ibnu Umar ra, bahwa Rasulullah saw melarang menjual buah kurma hingga nyata jadinya,
dan (melarang) menjual gandum hingga berisi serta selamat dari hama; Beliau melarang penjualnya
dan pembelinya. (Shahih: Mukhtashar Muslim no: 917, Muslim III: 1165 no: 1535, Aunul Mabud IX: 222
no: 3352, Tirmidzi II: 348 no: 1245 dan Nasai VII: 270).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Hukum jual beli pada dasarnya diperbolehkan oleh ajaran islam. Kebolehan ini
didasarkan kepada kepada firman Allah yang terjemahannya sebagai berikut : janganlah kamu
memakan harta diantara kamu dengan jalan batal melainkan dengan jalan jual beli, suka sama
suka...(Q.S An-Nisa : 29) Dan Hadist Nabi SAW, yang artinya sebagai berikut : Bahwa nabi
SAW ditanya tentang, mata pencaharian apakah yang paling baik ? jawabnya : seseorang yang
bekerja dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang bersih.(H.R. Al-Bazzar) Dalam pada
itu ulama sepakat mengenai kebolehan berjual beli ini sebagai salah satu usaha yang telah
dipraktekkan semenjak masa Nabi SAW hingga saat sekarang ini.
Rukun dan Syarat
Untuk syah nya jual beli yang dilakukan diperlukan beberapa rukun dan syarat yang
harus dipenuhi, yaitu : penjual dan pembeli dengan syarat :
a. Berakal, bagi yang gila, bodoh dan lainnya tidak syah melakukan jual beli.
b. Kehendak sendiri, bukan karena dipaksa.
c. Keadaannya tidak mubazir (pemboros), orang pemberos hartanya dibawah wali.
Barang-barang yang terlarang diperjualbelikan
Keharaman memperjualbelikan barang-barang tersebut didasarkan kepada hadist nabi
SAW, yang artinya sebagai berikut: dan sesungguhnya allah, apabila mengharamkan makan
sesuatu kapada suatu kaum, maka mengharamkan pula harganya.
TAMBAHAN
A. Pendahuluan
Kita tidak bisa lepas dari yang namanya jual beli. Kita mau makan harus beli dulu nasi. Belum
lagi sayur, lauk dan bumbu-bumbunya. Namun, kita juga harus tahu bahwa jual beli itu ada
tatanannya dalam Islam. Jangankan jual beli, masuk kamar mandi juga ada tatanannya. Yang
menjadi permasalahan adalah banyaknya transaksi dalam jual beli yang tidak sesuai dengan
Syariat. Untuk itu kami tergerak untuk membahas tentang permasalahan dan hukum jual beli
ini. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Amien.
B. Pengertian dan dasar hukum jual beli dalam islam.
Pengertian:
Bai (jual beli) menurut lughat (bahasa) adalah memperbandingkan sesuatu dengan sesuatu
yang lain dengan jalan saling tukar menukar. Sedangkan menurut Syara adalah:
Membandingkan harta dengan harta yang lain (dengan jalan tukar menukar).
Sebagian Ulama menafsiri bahwa bai (jual beli) adalah: Akad tukar menukar yang murni yang
bertujuan untuk memiliki suatu barang atau manfaat, yang mana kepemilikan tersebut berlaku
selamanya.
kalimat tukar menukar pada pengertian jual beli di atas mengecualikan dari yang
namanya hibbah atau biasa disebut memberi, karena dalam hibbah tidak ada tukar menukar
melainkan memberi dan menerima. Jadi, hibbah tidak bisa dikatakan bai. Sedangkan kalimat
Berlaku untuk selamanya pada pengertian jual beli di atas bertujuan untuk
mengecualikan ijaroh (akad sewa), karena walaupun dalam ijaroh terdapat tukar menukar
barang dengan manfaat, namun hanya sementara saja, sesuai dengan kesepakatan antara
pihak-pihak yang yang bersangkutan. Jadi, ijaroh tidak bisa dikatakan bai karena tidak masuk
pengertian dari bai atau jual beli itu sendiri.
C. Dasar hukum jual beli dalam Islam.
Hukum jual beli dalam Islam diperbolehkan berdasar dari ayat dalam Al-Quran yang
berbunyi: Dan Allah telah menghalalkan jual beli. Dalam hadits juga disebutkan: Nabi
Shallallahu Alaihi Wa Sallam ditanya: Mana pekerjaan yang lebih baik?. Kemudian Nabi
Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda: Amal laki-laki dengan tangannya dan setiap jaul beli
yang mabrur (tidak ada penipuan dan tidak ada khianat).
D. Rukun jual beli.
Rukun dari jual beli ada tiga, yaitu:
1. Aaqid (penjual dan pembeli)
2. Maquud Alaih (harga dan dan barang yang dihargai)
3. Shighat (ijab dan qobul).
Jadi, secara Hakikat, rukun jual beli ada enam, karena dari ke tiga rukun yang disebutkan di atas,
setiap-setiap rukun terbagi menjadi dua. Rukun yang pertama, yaitu Aaqid yang di dalamnya
terdapat penjual dan pembeli. Rukun yang kedua adalah Maquud Alaih yang terdiri dari harga
dan perkara yang dihargai. Rukun yang terakhir adalah Shighat yang berupa harus adanya
perkataan yang menjurus kejual beli dari penjual dan pembeli.
Didalam bai terdapat yang namanya ijab. Ijab adalah sesuatu perkara yang menunjukkan atas
adanya memilikkan (sesuatu) yang jelas, seperti contoh ucapan: Aku menjual ini (barang yang
dijual) kepadamu dengan harga segini. Ijab tetap sah walaupun dilakukan dengan bercanda.
Qobul: perkara yang menunjukkan adanya menerima memiliki (sesuatu yang dijual), seperti
ucapan aku menerimanya/membeli ini dengan harga segini. Qobul juga sah walaupun
dilakukan dengan bercanda, sama seperti ijab.
E. Syarat jual beli.
Maksud dari syarat jual beli adalah Syarat dari rukun jual beli itu sendiri. Berikut ini adalah
syarat-syarat dari jual beli:
1. Ijab dan qobul: Dalam ijab qobul disyaratkan tidak boleh dipisah dengan diam yang panjang
diantara ijab dan qobul. Yang dimaksud diam yang panjang adalah sesuatu yang
memperlihatkan adanya kesetidaktujuan qobul dari pembeli. Dalam melakukan ijab dan
qobul juga tidak boleh di selingi ucapan lain yang tidak berhubungan dengan transaksi jual
beli itu sendiri. Disyaratkan juga dalam jual beli, antara ijab dan qobul terdapat kesamaan
dalam segi maknanya bukan dalam segi lafalnya. Contohnya: Penjual berkata Aku menjual
ini dengan harga seribu dan dibayar kontan. Lalu pembeli berkata Aku
menerimanya/membelinya dengan harga seribu dibayar kontan. Ini yang dimaksud dengan
kesepakatan secara makna bukan lafal. Adapun apabila terjadi ketidaksamaan pada lafal,
maka jual belinya tetap sah, seperti penjual berkata Aku memberikan ini dengan harga
seribu. Kemudian pembeli berkata: Aku membeli ini dengan harga seribu. Di sini terjadi
ketidaksamaan dalam hal lafal, yaitu penjual mengatakan memberikan dan pembeli
mengatakan membeli. Jadi, penjual melakukan ijab secara kinayah, sedangkan pembeli
melakukan qobul secara sharih atau jelas. Dalam ijab qobul juga tidak diperbolehkan untuk
di taliq atau digantungkan, seperti contoh: apabila bapakku meninggal, maka aku
sungguh akan menjual ini padamu. Dalam contoh, penjual menggantungkan menjual
barangnya dengan catatan apabila bapaknya meninggal. Juga tidak diperbolehkan memberi
waktu dalam jual beli, seperti penjual yang menjual barang dagangannya tapi nanti setelah
satu bulan. Contoh: Aku menjual ini kepadamu dengan harga segini dan (menjualnya)
besok satu bulan lagi.
2. Penjual dan pembeli: Penjual dan pembeli disyaratkan harus taklif (terbebani untuk
melakukan hukum Islam). Oleh karena itu, akad/transaksi jual beli tidak sah apabila
dilakukan oleh anak kecil yang belum baligh, orang gila dan orang yang dipaksa tanpa hak,
dikarenakan tidak adanya ridha dari orang yang dipaksa tersebut.
Bagi pembeli disyaratkan harus Islam apabila akan membeli budak Islam yang mana budak
tersebut tidak bisa langsung merdeka (bebas dari sifat kebudakan) ketika dibeli oleh
pembeli tersebut, dikarenakan rendahnya budak muslim ketika kafir memilikinya. Budak
yang langsung merdeka tanpa dimerdekakan adalah ketika sang pembeli itu adalah anak
dari budak tersebut, yang mana jual beli budak Islam yang mana sang pembeli adalah anak
dari budak sah walaupun sang pembeli adalah orang kafir, karena sang budak langsung
merdeka seketika ketika jual beli telah selesai. Sedangkan ketika jual beli Mushaf, pembeli
juga harus Islam. Yang dimaksudkan dengan Mushaf dalam masalah ini adalah sesuatu
yang didalamnya bertuliskan Al-Quran walaupun hanya satu ayat atau bahkan satu huruf
(ketika menulis satu huruf tersebut diniati menulis Al-Quran) dan walaupun menulisnya
bertujuan bukan untuk dibaca.
3. Maquud Alaih (Barang yang di jual dan uang atau barang yang dijadikan alat tukar untuk
di buattransaksi:
Disyaratkan maqud Alaih adalah milik orang yang bertransaksi. Namun, bagi orang lain
boleh melakukan transaksi jual beli atas izin pemilik dari Maquud Alaih. Disyaratkan juga
Maquud Alaih harus dilihat oleh pihak yang bertransaksi jika Maquud Alaih itu berupa zat
bukan disifati. Adapun ketika disifati, seperti penjual mengatakan: Aku menjual baju
kepadamu seperti baju ini dan jenisnya seperti ini, sifatnya juga seperti ini, Jual beli seperti
ini sah walaupun Maquud Alaih tidak dilihatkan. Maquud Alaih juga harus suci alias tidak
najis, sehingga tidak sah menjual perkara yang najis seperti menjual kulit bangkai atau
perkara najis yang lainnya. Hal ini dikarenakan baginda Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam
mencegah dari harganya anjing dan beliau bersabda: Sesungguhnya Allah SWT
mengharamkan jual beli khamr (perkara yang memabukkan) dan bangkai dan babi. [HR.
Asy-Syaikhoona (Bukhari dan Muslim)]. Mana dari hadits tersebut adalah najis zatnya
khamr, bangkai dan babi. Kemudian, oleh Ulama hal itu disamakan dengan semua zat
(benda) yang najis. Jadi, yang dilarang bukan hanya jual beli khamr, bangkai dan babi saja,
melainkan semua benda yang najis seperti khamr, bangkai dan babi.
Wallahu Alam
F. Penutup
Demikianlah sedikit penjelasan tentang pengertian dan dasar hukum jual beli dalam islam,
semoga bermanfaat. Bantu share dengan memberikan Like, Tweet dan komentar anda dibawah
ini agar bermanfaat dan menjadi referensi bagi teman jejaring sosial anda. Terima kasih.