Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Tujuan Percobaan Praktikum


1. Menganalisa kadar COD dalam sampel dalam sampel dengan penambahan
larutan KMnO4 berlebih dalam suasana asam pada suhu 60-70 oC.
2. Memahami metode analisis kadar COD.
3. Menganalisa kadar BOD dalam sampel.
4. Memahami metode analisis kadar BOD.

1.2. Landasan Teori


1.2.1.Jurnal

PERENCANAAN TEKNIS JARINGAN PERPIPAAN AIR BERSIH


DENGAN SISTEM PENGALIRAN POMPA DI DESA SUSULAKU A
KECAMATAN INSANA KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA

Gaspar Y. K. Tuames1 (tuames_gaspar@yahoo.com)

Wilhelmus Bunganaen2 (wilembunganaen@yahoo.co.id)

Sudiyo Utomo3 (diyotomo@gmail.com)

ABSTRAK
Desa Susulaku A memiliki sumber air yang cukup memadai tetapi yang menjadi
kendala adalah sumber mata air berada di bawah pemukiman warga sehingga
diperlukan pompa untuk menaikan air ke pemukiman warga.Penelitian ini
bertujuan untuk merencanakan jaringan perpipaan air bersih dengan sistem
pengaliran pompa di Desa Susulaku A.Metode yang digunakan dalam perhitungan

1
proyeksi jumlah penduduk menggunakan Metode Aritmatik, menghitung
pertambahan jumlah fasilitas, serta perhitungan proyeksi kebutuhan air.
Selanjutnya melakukan analisis hidrolis pada pompa dan jaringan pipa serta hal
yang diperhatikan dalam sistem operasional dan pemeliharaan. Hasil proyeksi
jumlah penduduk Dusun II Desa Susulaku A tahun 2023 adalah 631 jiwa. Besar
kebutuhan air pada tahun rencana adalah 0,47 ltr/dtk. Debit Mata Air Oetak
adalah 1,727 ltr/dtk. Jenis pipa yang digunakan adalah jenis pipa GIP,berdiameter
pipa 2 inchi dan 2,5 inchi. Volume bak penampung mata air (BPMA) 14 m3,
volume bak penampung (BP) 12 m3 dan volume hidran umum (HU) 10 m3.
Spesifikasi pompa 65 x 50X2 - 5 15 dengan waktu beroperasi pagi hari 1 jam dan
sore hari 1 jam. Teknis operasional menyangkut hal-hal teknik yakni rincian
kebutuhan operasional dan pemeliharaan, pelaku dan keterampilan yang
dibutuhkan. Organisasi pengelola terdiri dari struktur organisasi dan tata peran
serta perkiraan biaya operasional dan pemeliharaan perbulan adalah Rp 2.347.300,
sehingga tarif yang dikenakan adalah Rp 25.000/KK/bulan.

Kata kunci : pompa, jaringan pipa, sistem operasional dan pemeliharaan

ABSTRACT

The Susulaku A Village have adequate water source but the are some consentrain
that is the water source is located under the citizen housing so to bossting up the
water to citizen housing, the pump watering system is needed. The purpose of this
research is to design the clean water pipeline network with pump watering system
at Susulaku A village. The used method to calculating the projected of population
amount is aritmatic method, calculating the increase amount of facility and also
calculating the projected of the water requirement.. The next step is doing the
Hydraulic Analyze of pump and pipeline network by considered the operation and
maintenance system. The result of projected population amount in Area II of
Susulaku A village in 2023 is 631. The number of water requirement based on the
year plan is 0,47 liter/sec. Oetak spring debit is 1,727 liter/sec. The type of pipe in
this research is GIP pipe with diameter 2,00 inch and diameter 2,50 inch. The

2
spring basin volume (BPMA) is 14 m, Basin volume (BP) is 12 m, and volume
public hydrants (HU) is 10 m. The pump specification is 65 x 50X2 5 15 with
operation time 1 hour in the morning and 1 hour in the afternoon. Operational
technic are concern maintenance and operational requirement details, treatment
and competent worker is also needed. The management organization consists of
structural organization and the role arrangement and also projected of operational
and maintenance finance is Rp.2.347.300, so the contribution charged is
Rp.25.000/household/month.

Keywords : pump, pipeline network, operational and maintenance system

PENDAHULUAN

Air bersih merupakan kebutuhan dasar bagi manusia, manusia tidak dapat
melanjutkan kehidupannya tanpa penyediaan air yang cukup baik dari segi
kuantitas dan kualitas. Pesatnya pertumbuhan penduduk pada suatu daerah
berdampak terhadap besarnya kebutuhan air bersih. Beberapa masalah yang
timbul dalam pemenuhan kebutuhan air adalah jumlah atau ketersediaan sumber
air, pengolahan sumber air, posisi atau letak sumber air, sistem pendistribusian
dan sistem operasional dan pemeliharaaan yang berkelanjutan. Desa Susulaku A
merupakan salah satu desa dari 18 desa yang berada dalam wilayah Kecamatan
Insana, Kabupaten Timor Tengah Utara. Jumlah penduduk Desa Susulaku A 962
jiwa yang terdiri dari 226 KK, dengan rincian laki-laki sebanyak 471 jiwa dan
perempuan 491 jiwa (Data Desa Susulaku tahun 2012), jumlah penduduk tersebut
mendiami dua dusun yakni Dusun I (Nautus) dan Dusun II (Manuinhau, Oepaha,
dan Oekato). Wilayah Desa Susulaku A merupakan wilayah dengan karakteristik
perbukitan rendah yang menyebabkan sirkulasi air tidak merata. Meskipun
wilayah tersebut memiliki sumber air yang cukup memadai, namun yang menjadi
kendala adalah lokasi sumber mata air berada lebih rendah dari sebagian besar
pemukiman warga. Sumber mata air Oetak yang memiliki debit pengaliran 1,727
liter/detik (hasil pengukuran November 2013) menggunakan sistem gravitasi
untuk pengaliran sehingga pipa transmisi yang digunakan hanya melayani

3
sebagian masyarakat yang bermukim di Nautus (Dusun I) sedangkan sebagian
besar masyarakat yang berada di sekitar sumber air (masyarakat Manuihau) tidak
mendapatkan distribusi air bersih. Hal ini diakibatkan sumber air Oetak memiliki
elevasi lebih rendah dari masyarakat Manuinhau yang merupakan daerah
pengembangan di Desa Susulaku A. Dalam menjaga keberlanjutan jaringan
perpipaan dengan sistem pengaliran pompa yang direncanakan maka diperlukan
suatu sistem operasional dan pemeliharaan sehingga sarana yang telah dibangun
dapat berfungsi sesuai rencana.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Air Bersih

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syaratsyarat kesehatan dan dapat diminum setelah dimasak
(Sutrisno.dkk,1987;23) Jumlah Penduduk Pemakai Air Bersih Pertambahan
penduduk dapat dianalisa dengan menggunakan tiga metode di bawah ini dan dari
ketiga rumus tersebut dipilih jumlah penduduk pada tahun rencana yang lebih
besar sebagai penduduk rencana (Adu, A.2006;13), antara lain:

Pengertian Air Bersih


Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syaratsyarat kesehatan dan dapat diminum setelah dimasak
(Sutrisno.dkk,1987;23)
Jumlah Penduduk Pemakai Air Bersih
Pertambahan penduduk dapat dianalisa dengan menggunakan tiga metode di
bawah ini dan dari ketiga rumus tersebut dipilih jumlah penduduk pada tahun
rencana yang lebih besar sebagai penduduk rencana (Adu, A.2006;13), antara lain:
1. Metode Aritmatik
Pn = Po + (n.q)Po (1)
2. Metode Geometrik
Pn = Po . (1 + q)n (2)
3. Metode Eksponensial

4
Pn = Po . e n . q (3)
Dimana:
Pn = jumlah penduduk pada tahun rencana
Po = jumlah penduduk pada tahun dasar
n = selisih tahun terhadap tahun dasar
q = tingkat perkembangan penduduk
e = bilangan ekponensial = 2,718282

Jumlah Fasilitas Pemakai Air Bersih


Selain jumlah penduduk, juga perlu diketahui jumlah fasilitas fasilitas umum
yang ada di Dusun II Desa Susulaku A dan untuk memproyeksikan jumlah
fasilitasfasilitas umum dapat dihitung dengan rumus (Adu, A.2006;14) :
Fn = K . Fo (4)
K = Pn/Po (5)
Dimana:
Fn = jumlah fasilitas pada tahun rencana
Fo = jumlah fasilitas pada tahun dasar
Pn = jumlah penduduk pada tahun rencana
Po = jumlah penduduk pada tahun dasar
Jumlah Kebutuhan Air Bersih Suatu Wilayah pada Tahun Rencana
Setelah diketahui jumlah penduduk rencana (Pn) dan jumlah fasilitas tahun
rencana (Fn) maka dapat diketahui jumlah kebutuhan air bersih suatu wilayah atau
debit rencana (Qr), yaitu dengan rumus (Adu, A.2006;15) :
Qr = (Pn . q) + (Fn . q) (6)
Dimana:
Qr = debit rencana (m3/det)
Pn = jumlah penduduk pada tahun rencana
q = besarnya kebutuhan air (ltr/org/hr)
Fn = jumlah fasilitas pada tahun rencana

Standar Kebutuhan Air Besih

5
Tabel. 1 KriteriaPerencanaan Air Bersih danStandarKebutuhan Air Domestik

Standar kebutuhan air domestik adalah kebutuhan air bersih yang dipergunakan
pada tempat-tempat hunian pribadi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Kebutuhan air domestik dapat dilihat pada Tabel 1
Kehilangan Energi
1. Kehilangan energi pada pompa
Untuk menghitung kehilangan total pompa digunakan rumus (Sularso, Harou.T,
1996;26):
2gVh h h h2da p 1 (7)
Dimana:
h = kehilangan energi total pompa (m)
ha = kehilangan energi statis total (m)
ha = hs + hd (8)
hp = perbedaan tekanan yang bekerja pada kedua permukaan air (m)
h1 = berbagai kehilangan akibat gesekan, katup, belokan (m)
Vd = kecepatan aliran (m/dtk)
g = percepatan gravitasi (9.81 m/dtk2)

6
2. Kehilangan energi pada pipa
a. Kehilangan emegi akibat gesekan (mojor losses)
Kehilangan energi akibat gesekan dengan dinding pipa di aliran seragam dapat
dihitung denganpersamaan Darcy-Weisbach (Kodoatie.R.J,2002;243). Persamaan
sebagai berikut :
2gVdLh f2f (9)
Dimana:
hf = kehilangan energi oleh tahanan permukaan pipa (m)
f = koefisien tahanan permukaan pipa dikenal dengan Darcy Weisbach faktor
gesekan)
L = panjang pipa (m)
V = kecepatan aliran (m/dtk)
D = diameter pipa (m)
g = percepatan gravitasi (m/dtk2)
b. Kehilangan energi tahanan dan bentuk pipa (minor losses) : kehilangan energi
akibat katup (hv), kehilangan energi akibat belokan (hb).
Daya Pompa
Menghitung daya pompa dilakukan untuk mengetahui spesifikasi pompa yang
akan digunakansehingga didapatkan efisiensi penggunaan daya, desain dan harga
instalasi pompa sertapenggeraknya yang lebih ekomonis. Adapun beberapa
langkah yang harus ditempuh untukmenghitung daya pompa adalah antara lain,
dengan menghitung kehilangan energi yang terjadipada instalasi pompa yang kita
akan buat. Dari perhitungan kehilangan energi itu didapatkankehilangan energi
pada pompa yang merupakan kemampuan pompa untuk mentransfer air. Daya
yang diperlukan pompa untuk menaikan zat cair (Triatmodjo,B, 2006;73) : 75
Q.H. D (10)
Dimana:
D = daya (hp)
Q = debit aliran (m3/det)
H = tinggi tekanan efektif (m)
= berat jenis zat cair (kgf/m3)

7
= efisiensi pompa
Untuk pemilihan pompa digunakan diagram di bawah ini (Gambar 1). Dengan
cara menarik garis lurus dari debit yang ada dengan satuan (m3/menit) dan head
total pompa atau kehilangan energi total pada pompa. Pada pertemuan kedua garis
tersebut maka dapat diketahui spesifikasi pompa yang akan digunakan.

Sistem Operasional dan Pemeliharaan Jaringan Perpipaan Air Bersih


Operasional dan pemeliharaan adalah serangkaian kegiatan terencana dan
sistematis yang dilakukan secara rutin, berkala maupun perbaikan sewaktu-waktu
untuk menjaga agar prasarana yang telah dibangun tetap dapat berfungsi dan
bermanfaat sesui rencana (Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Prasarana
Desa,Dirjen Cipta Karya,2010;4). Hal-hal yang diperhatikan dalam suatu sistem
operasional dan pemeliharaan sarana perpipaan air bersih dalah teknis operasional

8
dan pemeliharaan, organisasi pengelolaan dan biaya operasional pemeliharaan.
Secara umum perhitungan tarif atau harga pokok pelayanan air bersih dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Pedoman Operasi dan
Pemeliharaan Prasarana Desa,2010) Jumlah air yang terjual dalam 1 bulam (m3)
Seluruh biaya O dan P dalam 1 bulan (Rp) Tarif air bersih (11)
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Desa Susulaku A, Kecamatan Insana Kabupaten Timor
Tengah Utara, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Sumber air yang digunakan adalah
Mata Air Oetak. Teknik pengambilan data dengan mengguanakan teknik
observasi dan teknik dokumentasi. Teknik observasi dilakukan dengan
pengamatan langsung dilapangan terhadap obyek penelitian.Teknik dokumentasi
adalah teknik pengambilan data dengan mengambil teori-teori, rumus-rumus serta
peraturan dan ketetapan yang menunjang dalam penelitian ini.
Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan adalah:
1. Wadah/ jergen 5 liter
2. Theodolit
3. GPS ( Global Positioning System) tipe Garmin 60c
4. Stopwatch / Hp
Bahan yang digunakan yaitu lembar pengisian data pengukuran.
Sumber Data
Sumber data penelitian ini terdiri dari :
1. Data primer
Data primer adalah data yang didapat dari hasil pengamatan di lapangan berupa
data pengukuran debit air (Q), topografi (elevasi) dan panjang pipa (L) .
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi terkait dan hasil studi
kepustakaan seperti data jumlah penduduk, peta topografi sekitar lokasi, studi
literatur, tipe pompa yang akan dipakai.
Teknik Analisa Data

9
Teknik analisis data dilakukan dengan cara memanfaatkan metode yang didapat
dari studi literatur. Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai
berikut :
1. Melakukan pengumpulan data-data primer dan sekunder yang berupa data
teknis dan data penunjang lainnya yang digunakan dalam analisa sistem jaringan
distribusi air bersih.
2. Mengolah data- data jumlah penduduk dan jumlah fasilitas.
3. Menganalisis debit Q yang tersedia.
4. Menganalisis besar kebutuhan air bersih yang harus dipenuhi oleh sumber mata
air Oetak.
5. Menghitung kehilangan energi untuk mendapatkan daya pompa yang akan
digunakan
6. Menghitung kehilangan energi mayor dan kehilangan energi minor untuk
jaringan transmisi pipa.
7. Tinggi kehilangan energi total dihitung dari penjumlahan tinggi kehilangan
energi mayor, kehilangan energi minor.
8. Melakukan perencanaan dengan membuat gambar rencana jaringan distribusi
air bersih.
9. Melakukan perencanaan sistem operasional dan pemeliharaan jaringan air
bersih.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Desa Susulaku A terletak di Kecamatan Insana, Kabupaten Timor Tengah Utara,
Propinsi Nusa Tenggara Timur. Peta Desa Susulaku A dapat dilihat pada Gambar
2. Secara geografis Desa Susulaku A berbatasan dengan :
1. Sebelah Utara dengan Kelurahan Ainiut
2. Sebelah Selatan dengan Desa Susulaku B
3. Sebelah Timur dengan Kabupaten Malaka
4. Sebelah Barat dengan Desa Nansean Timur

10
Debit Mata Air Oetak
Pengukuran debit mata air Oetak mengguanakan metode volume metrik

Pengukuran debit dilakukan


dilihat pada Tabel 2.

11
Dari Tabel 2 diperoleh debit Mata Air Oetak adalah 1,727 liter/detik
Proyeksi Jumlah Penduduk dan Kebutuhan Air Bersih Pertumbuhan
Data yang akan digunakan dalam penulisan ini yaitu 10 tahun terakhir yaitu dari
tahun 2004 sampai dengan tahun 2013. Khusus untuk daerah perencanaan yakni
Dusun II (Manuinhau, Oepaha dan Oekato) jumlah penduduk yang digunakan
yaitu dari tahun 2013 adalah 442 jiwa. Jumlah penduduk Dusun II Desa Susulaku
A dapat di lihat pada Tabel 3.

12
Dalam mengetahui besar kebutuhan air bersih di Desa Susulaku A, tentunya perlu
diperkirakan jumlah penduduk untuk periode 10 tahun perencanaan yaitu dari
tahun 2013 hingga tahun 2023.
1. Metode Aritmatik
Proyeksi jumlah penduduk untuk tahun 2014 dengan Metode Aritmatik sebagai
berikut:
Pn = Po + (n . q) Po (Pers 1)
P2014 = 442 + ( 1 x 0.043) 442
= 460,950 org 461 org
2. Metode Geometrik
Proyeksi jumlah penduduk untuk tahun 2014 dengan Metode Geometrik sebagai
berikut:

13
Pn = Po . ( 1 + q) n (Pers 2)
P2014 = 442 . ( 1 + 0.043) 1
= 460.910 org 461 org
3. Metode Eksponensial
Proyeksi jumlah penduduk untuk tahun 2014 dengan Metode Eksponensial
sebagai berikut:
Pn = Po . e (n.q) (Pers. 3)
P2012 = 442 x ( 2.7182818 ) 1 x 0.043
= 461,360 org 462 org
Rekapitulasi pertumbuhan penduduk untuk 10 tahun kedepan dengan Metode
Aritmatik, Metode Geometrik dan Metode Eksponensial dilihat pada Tabel 4.

Uji Kesesuaian Metode Proyeksi


Dalam pengujian ini, yang akan di uji adalah hasil proyeksi dari ketiga metode
tersebut yakni antara Metode Aritmatik, Metode Geometrik dan Metode
Eksponensial. Standar deviasi digunakan untuk menentukan ketiga metode yang
dapat dipilih. Rekapitulasi perhitungan standar deviasi pada ketiga metode
proyeksi dapat dilihat pada Tabel 5.

14
Dari hasi lperhitungan standar deviasi dari ketiga metode tersebut, maka
diperoleh standar deviasi terkecil yaitu Metode Aritmatik yang artinya rata-rata
penyimpangan terkecil dari sebaran data adalah Metode Aritmatik, sehingga
metode yang digunakan dalam perhitungan kebutuhan air bersih adalah hasil
proyeksi penduduk dari Metode Aritmatik.
Proyeksi Jumlah Fasilitas Kebutuhan Air Bersih
Pada Dusun II Desa Susulaku A hanya terdapat 1 unit fasilitas peribadatan,
sedangkan fasilitasfasilitas yang lain belum ada. Jumlah penduduk pada tahun
2013 adalah 442 orang dan proyeksi jumlah penduduk pada tahun 2023 adalah
631 orang Perhitungan proyeksi jumlah kebutuhan air bersih dilakukan
berdasarkan jumlah fasilitasfasilitas yang ada pada Dusun II Desa Susulaku A.
Perhitungan proyeksi jumlah fasilitas peribadatan untuk tahun 2023 sebagai
berikut:
Fn = K .Fo (Pers 4)
F2023 = K x F2013
K = P2023 / P2013
= 631 / 442
K = 1,430
F2023 = 1 unit x 1,430 = 1,430 2 unit fasilitas peribadatan Berdasarkan hasil
perhitungan di atas dapat dihitung besar kebutuhan air bersih pada fasilitas-
fasilitas tersebut pada tahun dasar dan tahun rencana adalah sebagai berikut: Besar
kebutuhan air untuk untuk fasilitas peribadatan untuk tahun 2023 terdapat 2 unit
sehingga besar kebutuhan air bersih untuk tahun 2023 adalah : 1500 ltr/hari x 2 =
3000 ltr/hari = 0,035 ltr/dtk.

15
Besar Kebutuhan Air Bersih untuk Suatu Wilayah pada Tahun Rencana
Kebutuhan air bersih suatu wilayah mencakup kebutahan air bersih suatu rumah
tangga. Untuk memperoleh besarnya kebutuhan air bersih suatu wilayah diperoleh
dengan mengalikan jumlah konsumen dengan standar kebutuhan pemakaian air
bersih orang/hari, ditambah dengan pemakaian air pada fasilitas-fasilitas yang ada.
Berdasarkan jumlah penduduk Dusun II Desa Susulaku A pada tahun 2013 dan
2023 yaitu masing-masing sebesar 442 orang dan 631 orang, standar air bersih
untuk rumah tangga di desa adalah 60 liter/orang/hari. besar kebutuhan pada
fasilitas peribadatan di Dusun II Desa Susulaku A tahun 2013 dan 2023 yaitu
masing-masing yaitu 1500 liter/hari dan 3000 liter/hari maka besar kebutuhan air
di Dusun II Desa Susulaku A pada tahun 2013 dan 2023 dapat dihitung sebagai
berikut:
Qr = (Pn . q) + (Fn . q) (Pers6)
Q2013 = {(442 x 60) + 1500} = 28020 liter/hari
= 0,320 liter/detik
Q2023 = {( 631 x 60) + 3000} = 40860 liter/hari
= 0,470 liter/detik
Berdasarkan kebutuhan air bersih yang telah dihitung untuk tahun dasar 2013
yaitu 0,32 liter/detik dan tahun rencana 2023 yaitu 0,47 liter/detik dengan debit
sumber mata air Oetak yaitu 1,727 liter/detik, dengan demikian besarnya debit air
masih cukup untuk melayani wilayah Dusun II Desa Susulaku A sampai tahun
2023.
Kehilangan Energi
1. Kehilangan energi pada pompa
Untuk menghitung kehilangan total pompa digunakan rumus (Sularso, Harou.T,
1996;26). Skema kehilangan energi pada pompa dapat dilihat pada Gambar 4.
2g V h h h h 2 d a p 1 (Pers 7 )

16
Hasil peritungan kehilangan energi papa pompa dapat dilihat pada Tabel 6.

Perhitungan daya pompa (D) menggunakan diagram pemelihan pompa umum


Sularso dan Tahara seperti Gambar 5 dengan total kehilangan energi pada pompa
(h) adalah 81,861 m.

17
Dari diagram pemilihan pompa di atas diperoleh spesifikasi pompa yang
digunakan adalah 65 x 50X2 - 5 15 dan kapasitas pompa 2,1 m3/menit = 3,5
liter/detik dengan spesifikasinya sebagai berikut:
Diameter isap = 0,065 m
Diameter keluar = 0,050 m
Jumlah katup = 2 Katup
Daya Motor = 15 kW = 15000 Watt
2. Kehilangan energi pada pipa distribusi
a. Kehilangan energi akibat gesekan (mojor losses)
Terdapat dua jalur pipa distribusi yakni jalur pertama dari Bak Penampung (BP)
ke Hidran Umum 1 (HU1) dan jalur kedua dari Bak Penampung (BP) ke Hidran
Umum 2 (HU2) 2g V d L h f 2 f (pers. 9)

18
b.Kehilangan energi tahanan dan bentuk pipa (minor losses) : kehilangan energi
akibat katup (hv), kehilangan energi akibat belokan (hb). Hasil peritungan
kehilangan energi papa pipa distribusi dapat dilihat pada Tabel 7.

Waktu Operasi Pompa


Bak Penampung (BP) yang direncanakan adalah 12 m3, setelah air dipompa
menuju Bphingga terisi penuh, selanjutnya air dalam BP akan didistribusikan
menuju HU1 dan HU2 dengan cara gravitasi untuk mengisi HU bervolume
masing-masing 10 m3, untuk mengurangi lamanya waktu operasi pompa maka
waktu pompa dibagi menjadi 2 yakni pada pagi hari dan sore hari.
1. Pagi hari (dari BP menuju HU1) Waktu beroperasi pompa pada pagi hari untuk
didistribusikan ke HU1
Tpompa = 3,5 ltr/dtk 12000 ltr
Tpompa = 3428,57 dtk = 57,142 menit
Tpompa = 0,950 jam 1 jam
2. Sore hari (dari BP menuju HU2)
Waktu beroperasi pompa pada sore hari untuk didistribusikan ke HU2
Tpompa = 3,5 ltr/dtk 12000 ltr
Tpompa = 3428,57 dtk = 57,142 menit
Tpompa = 0,950 jam 1 jam
Jadi waktu beroperasi pompa pada pagi hari untuk didistribusikan ke HU1 adalah
1 jam yakni dari pukul 05.30 s/d 06.30 WITA dan pada sore hari untuk
didistribusikan ke HU1 adalah 1 jam yakni dari pukul 16.00 s/d 17.00 WITA.
Sistem Operasional dan Pemeliharaan Jaringan Perpipaan Air Bersih
Sistem operasional dan pemeliharaan adalah serangkaian kegiatan terencana dan
sistematis yang dilakukan secara rutin, berkala maupun perbaikan sewaktu-waktu

19
untuk menjaga agar prasarana yang telah dibangun tetap dapat berfungsi dan
bermanfaat sesui rencana. Hal yang diperhatikan dalam sistem operasional dan
pemeliharaan jaringan perpipaan air bersih adalah organisasi pengelola terdiri dari
struktur organisasi dan tata peran (Gambar 6), Biaya operasional dan
pemeliharaan (Tabel 8). Pembiayaan sarana air bersih terdiri dari jenis kontribusi,
cara pengumpulan biaya, prinsip penetapaan tarif, perhitungan tarif, mekanisme
penetapan tarif dan peninjauan tarif secara berkala, serta teknis pelaksanaan
operasional dan pemeliharaan.

20
3. Teknis Pelaksanaan operasional menyangkut hal-hal teknik operasional dan
pemeliharaanya knirincian kebutuhan operasional dan pemeliharaan, pelaku dan
keterampilan yang dibutuhkan, permasalahan yang sering terjadi, keterbatasan dan
catatan penting pada sarana air bersih.

21
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Daya (D) dan spesifikasi pompa yang digunakan untuk menaikan air dari
sumber air Oetak ke bak penampung adalah 65 x 50X2 - 5 15 dengan kapasitas
pompa 2,1 m3/menit = 3,5 liter/detik spesifikasinya adalah sebagai berikut:
Diameter isap = 0,065 m
Diameter keluar = 0,050 m
Daya Motor = 15000 Watt
Jumlah katup = 2 Katup
2. Sistem pemompaan dan jaringan perpipaan yang direncanakan adalah:
a. Sistem pemompaan yang direncanakan adalah air dari mata air Oetak akan
disalurkan menuju bak penampung mata air (BPMA/14000 liter) sebelum
dipompa menuju bak penampung (BP/12000 liter). Posisi pompa berada pada
jarak 52 m dan elevasi + 27 dari mata air Oetak. Waktu operasi pompa dalam
sehari dibagi menjadi dua yakni pada pagi hari dan sore hari, pada pagi hari
pompa beropersi selama 1 jam dari pukul 05.30 s/d 06.30 WITA untuk
didistribusikan ke HU1 dan pada sore hari pompa beroperasi selama 1 jam dari
pukul 16.00 s/d 17.00 WITA untuk didistribusikan ke HU2.
b. Sistem jaringan perpipaan yang direncanakan adalah air yang telah dipompa
menuju bak penampung (BP/12000 liter) akan disalurkan menuju hidran umum
(HU/10000 liter) secara gravitasi. Terdapat dua unit HU yakni HU1 berada pada
jarak 134 m dan elevasi -7 dari BP dan HU2 berada pada jarak 800 m dan elevasi
-40 dari BP. Jenis pipa yang digunakan dalam perencanaan ini adalah jenis pipa
GIP dengan diameter pipa 2 inchi = 0,050 m.
3. Hal yang diperhatikan dalam sistem operasional dan pemeliharaan sarana
perpipaan air bersih yang berkelanjutan adalah:
a. Organisasi operasional dan pemeliharaan
Organisasi pengelola terdiri dari struktur organisasi dan tata peran, (struktur
organisasi Suf Ana Susulaku), kegiatan yang dilakukan, pelaporan dan pelatihan.
b. Biaya operasional dan pemeliharaan.

22
Pembiayaan sarana air bersih terdiri dari jenis kontribusi, cara pengumpulan
biaya, prinsip penetapaan tarif, perhitungan tarif, mekanisme penetapan tarif dan
peninjauan tarif secara berkala. Perkiraan biaya operasional dan pemeliharaan
perbulan adalah Rp 2.347.300, sehingga tarif atau iuran yang dikenakan adalah Rp
25.000,-/KK/bulan.
c. Teknis operasional dan pemeliharaan
Teknis operasional menyangkut hal-hal teknik operasional dan pemeliharaan
yakni rincian kebutuhan operasional dan pemeliharaan, pelaku dan keterampilan
yang dibutuhkan, permasalahan yang sering terjadi, keterbatasan dan catatan
penting pada sarana air bersih.
Saran
1. Pembangunan jaringan perpipaan air bersih dengan sistem pengaliran pompa di
wilayah Desa Sususlaku A dapat menjadi solusi untuk mendekatkan air bersih
ke wilayah ini terutama Dusun II Desa Susulaku A dengan lokasi sumber mata
air berada lebih rendah dari pemukiman warga.
2. Perlu adanya sistem operasional dan pemeliharaan jaringan perpipaan yang
sehingga sarana yang telah dibangun dapat berkelanjutan pemanfaatannya.
3. Rekomendasi bagi Pemerintah Desa Susulaku A untuk menganggarkan
tambahan biaya operasional dan pemeliharaan dari APBD desa untuk
membantu masyarakat pengguna air dalam mengurangi iuran perbulan.
4. Rekomendasi bagi Pemerintah Desa Susulaku A untuk menerapkan sistem
operasional dan pemeliharaan jaringan perpipaan yang telah ada pada Dusun I
(Nautus) sehingga sarana yang telah dibangun dapat berkelanjutan
pemanfaatannya.
5. Rekomendasi bagi Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Utara dalam hal ini
instansi yang berkaitan yaitu PDAM dan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Timor Tengah Utara untuk membantu masyarakat dalam penyediaan air bersih.

23
1.2.2. Air

Air merupakan molekul yang terdiri dari 2 ikatan hydrogen dan 1 molekul
oksigen dan membentuk senyawa dengan rumus molekul H2O. Air yang murni
tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau. Di dalam analisa air, komponen
komponen yang ada biasanya dipisah-pisahkan kedalam kelompok fisika, kimia,
dan biologi.

1.2.3. Karakteristik Air

1. Kesadahan

Kesadahan merupakan petunjuk kemampuan air untuk membentuk busa


apabila dicampur dengan sabun. Secara lebih rinci kesadahan dibagi dalam
dua tipe, yaitu: (1) kesadahan umum (general hardness atau GH) dan (2)
kesadahan karbonat (carbonate hardness atau KH).

1.3. 2. pH
pH merupakan suatu ekpresi dari konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam
air. Besarannya dinyatakan dalam minus logaritma dari konsentrasi ion
H. Sebagai contoh, kalau ada pernyataan pH 6, itu artinya konsentrasi H
dalam air tersebut adalah 0.000001 bagian dari total larutan.

1.4. 3. Salinitas
Salinitas merupakan parameter penunjuk jumlah bahan terlarut dalam
air. Dalam pengukuran salinitas turut pula diperhitungkan komponen
GH dan KH disamping bahan-bahan terlarut lainnya seperti natrium.
4. DO( Dissolved Oxygent)
DO adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari hasil
fotesintesa dan absorbsi atmosfer atau udara. Semakin banyak kadar DO
didalam air semakin baik kualitas dari air tersebut.
5. BOD ( Biological Oxygent Demand)

24
BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme
untuk menguraikan bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air
buangan secara biologi.

6. COD ( Chemical Oxygent Demand)


COD dalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi
bahan-bahan organik secara kimia.

1.2.4. Pengolahan air menjadi air minum


Proses pengolahan air merupakan upaya untuk mendapatkan air
bersih dan sehat sesuai standar mutu air untuk kesehatan. Proses
pengolahan air minum proses fisik, kimia dan biologi air agar
memenuhi syarat yang digunakan sebagai air minum. Proses kimia
pada pengolahan air minum diantaranya meliputi koagulasi, aerasi,
reduksi, dan oksidasi. Pengolahan air secara biologi untuk mematikan
pathogen dapat berlangsung bersama sama denga reaksi kimia dan
fisik denga pemberian desinfektan.

1.2.5. Oksigen Terlarut, COD dan BOD

1. DO( Dissolved Oxygent)


DO adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari hasil
fotesintesa dan absorbsi atmosfer atau udara. Semakin banyak kadar
DO didalam air semakin baik kualitas dari air tersebut.
1. COD
Metoda standar penentuan kebutuhan oksigen kimiawi atau Chemical
Oxygen Demand (COD) yang digunakan saat ini adalah metoda yang
melibatkan penggunaan oksidator kuat kalium bikromat, asam sulfat pekat,
dan perak sulfat sebagai katalis. Kepedulian akan aspek kesehatan
lingkungan mendorong perlunya peninjauan kritis metoda standar
penentuan COD tersebut, karena adanya keterlibatan bahan-bahan

25
berbahaya dan beracun dalam proses analisisnya. Berbagai usaha telah
dilakukan untuk mencari metoda alternatif yang lebih baik dan ramah
lingkungan. Perkembangan metoda-metoda penentuan COD dapat
diklasifikasikan menjadi dua kategori. Pertama, metoda yang didasarkan
pada prinsip oksidasi kimia secara konvensional dan sederhana dalam
proses analisisnya. Kedua, metoda yang berdasarkan pada oksidasi
elektrokatalitik pada bahan organik dan disertai pengukuran secara
elektrokimia.

3. BOD

Metode Pemeriksaan BOD adalah dengan metode Winkler (Titrasi di


Laboratorium). Prinsipnya dengan menggunakan titrasi iodometri. Sampel
yang akan dianalisis terlebih dahulu ditambahkan larutan MnCl2 den Na0H -
KI, sehingga akan terjadi endapan Mn02. Dengan menambahkan H2SO4 atan
HCl maka endapan yang terjadi akan larut kembali dan juga akan
membebaskan molekul iodium (I2) yang ekivalen dengan oksigen terlarut.
Iodium yang dibebaskan ini selanjutnya dititrasi dengan larutan standar
natrium tiosulfat (Na2S203) dan menggunakan indikator larutan amilum
(kanji).

Prinsip pemeriksaan parameter BOD didasarkan pada reaksi oksidasi zat


organik dengan oksigen di dalam air dan proses tersebut berlangsung
karena adanya bakteri aerobik. Untuk menguraikan zat organik
memerlukan waktu 2 hari untuk 50% reaksi, 5 hari untuk 75% reaksi
tercapai dan 20 hari untuk 100% reaksi tercapai. Dengan kata lain tes BOD
berlaku sebagai simulasi proses biologi secara alamiah, mula-mula diukur
DO nol dan setelah mengalami inkubasi selama 5 hari pada suhu 20C atau
3 hari pada suhu 25C27C diukur lagi DO air tersebut.

26
BAB II
METODELOGI

2.1. Alat dan Bahan


2.1.1. Alat

1. Buret 50 ml : 2 buah

2. Labu Ukur 250 ml : 2 buah

3. Gelas Winkler 104,2 ml : 1 buah

4. Beaker Glass 250 ml : 1 buah

5. Beaker Glass 500 ml : 2 buah

6. Gelas Ukur 100 ml : 1 buah

7. Bola Karet : 2 buah

8. Pipet Volume 10 ml : 1 buah

9. Pipet Volume 25 ml : 1 buah

10. Buret 50 ml : 1 buah

11. Corong 75 ml : 1 buah

12. Batang Pengaduk : 1 buah

13. Pipet Ukur 5 ml : 1 buah

14. Statif dan Klem : 1 buah

15. Corong : 1 buah

16. Water Bath : 2 buah

17. Erlenmeyer : 1 buah

18. Inkubator : 1 buah

27
19. Botol Semprot : 1 buah

20. Spatula : 1 buah

21. Gelas Winkler 101,2 ml : 2 buah

22. Erlenmeyer 250 ml : 2 buah

2.1.2. Bahan

1. Larutan H2SO4 97% (p) : 70 ml

2. Larutan H2SO4 1:2 : 40 ml

3. Kristal Ag2SO4 : 2 spatula

4. Larutan KMnO4 0,025 N : 102,4 ml

5. Larutan Na2C2O4 : 85 ml
6. Aquadest : secukupnya

7. Air sungai : 331,8 ml

8. Air filtrasi : 917,5 ml

9. MnSO4 : 20 ml

10. Alkil Iodida Azida : 20 ml

11. IndikatorAmylum : 148 ml

14. Na2S2O3 0,025 N : 37,6 ml

15. Tissue : secukupnya

28
2.2 Tahapan Pengolahan Air : COD & BOD

2.2.1 Perancangan Alat

1. Alat dan bahan praktikum disediakan.

2. botol minuman bekas dipotong pada bagian bawahnya.

3. Botol bekas tersebut dibuat penyangga

4. Dop bawah dipasang lalu diisi bahan spons, arang, ijuk, pasir dan krikil.

Gambar 2.1 perancangan alat

2.2.2. Prosedur Kerja Pembuatan Reagen

Pembuatan H2SO4 1 : 2

1. Alat dan bahan praktikum disediakan.

2. H2SO4 97 % diukur sebanyak 50 ml lalu dimasukkan kedalam beaker glass 500


ml.

3. Larutan kemudian diencerkan dengan aquadest sebanyak 100 ml.

Pembuatan Larutan Na2C2O4 0,025 N

1. Alat dan bahan disediakan.


2. Kristal Na2C2O4 ditimbang sebanyak 1,68 gram.
3. Kristal kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 1000 ml, lalu diencerkan
dengan aquadest sampai tanda garis, lalu homogenkan.

29
Pembuatan Larutan KMnO4 0,025 N

1. Alat dan bahan disediakan.


2. KMnO4 ditimbang sebanyak 0,79 gram dengan kaca arloji.
3. Kemudian dilarutkan dengan aquadest sebanyk 1 liter dan dipanaskan
selama 2 jam dan biarkan selama 1 malam.
2.2.3. Prosedur Kerja Pengolahan Air

1. Alat dan bahan disediakan.

2. Alat filtrasi yang telah dibuat kemudian dicuci untuk membersihkan


bahan filtrasi hingga benar benar bersih sebanyak 3 kali.

3. Setelah dicuci dan benar benar bersih kemudian sampel air sungai
dimasukkan kedalam alat filtrasi lalu ditampung pada beaker glass
secukupnya.

Gambar 2.2 Prosedur pengolahan air

2.2.4. Prosedur Kerja COD

A. Prosedur Kerja Sampel

1. Alat dan bahan disediakan.

2. Sampel air sungai diukur sebanyak 25 ml dalam gelas ukur 100 ml, lalu
ditambahkan aquadest 50 ml.

3. Larutan tidak berwarna ditambahkan H2SO4 1 : 2 sebanyak 5 ml .

30
4. Larutan yang terbentuk kemudian ditambahkan Ag2SO4 sebanyak spatula
sampai terbentuk larutan putih keruh.

5. Larutan putih keruh kemudian ditambahkan KMnO4 sebanyak 10 ml lalu


dipanaskan pada water bath selama 30 menit.

6. Larutan kemudian ditambahkan Na2C2O4 sebanyak 10 ml, kemudian


dipanaskan kembali pada water bath selama 15 menit.

7. Larutan tidak berwara kemudian ditambahkan lagi Na2C2O4 sebanyak 10 ml


dan langsung dititrasi dengan KMnO4 sampai terbentuk warna merah
jambu muda.

Gambar 2.3 Prosedur kerja COD (Sampel)

31
B. Prosedur Kerja Blanko

1. Alat dan bahan disediakan.


2. Aquadest diukur sebanyak 25 ml lalu ditambahkan H2SO4 1 : 2 sebanyak 5
ml .
3. Larutan putih keruh kemudian ditambahkan KMnO4 sebanyak 20 ml lalu
dipanaskan pada water bath selama 30 menit.
4. Larutan kemudian ditambahkan Na2C2O4 sebanyak 10 ml, kemudian
dipanaskan kembali pada water bath selama 15 menit.
5. Larutan tidak berwara kemudian ditambahkan lagi Na2C2O4 sebanyak 10 ml
dan langsung dititrasi dengan KMnO4 sampai terbentuk warna merah
jambu muda.

Gambar 2.4 Prosedur kerja COD ( Blanko )

2.2.5. Prosedur Kerja BOD

A. Prosedur Kerja OT0

1. Alat dan bahan disediakan.

32
2. Sampel air filtrasi diisi kebotol Winkler sampai penuh.

3. MnSO4 kemudan ditambahkan kedalam botol winkler sebanyak 2 ml.

4. Larutan putih keruh yang terbentuk kemudian ditambahkan Alakli Iodidia


Azida sebanyak 2 ml, lalu didiamkan selama 30 menit sampai terbentuk 2
lapisan dan larutan tidak berwarna dibuang sebanyak 25 ml.

5. Endapan coklat ditambahkan H2SO4(p) sebanyak 2 ml dan diaduk sampai


terbentuk larutan kuning.

6. Larutan kuning kemudian dititrasi dengan larutan tio 0,025 N sampai


berwarna kuning muda, lalu ditambahkan indikator amilum samapi berwarna
biru gelap.

7. Larutan biru gelap kemudian dititrasi kembali dengan larutan tio 0,025 N
sampai terentuk larutan tidak berwarna.

Gambar 2.5 Prosedur kerja BOD (OT 0 )

33
B. Prosedur Kerja OT5

1. Alat dan bahan disediakan.

2. Sampel air filtrasi diisi kebotol Winkler sampai penuh lalu diinkubator selama
5 hari.

3. MnSO4 kemudian ditambahkan kedalam botol winkler sebanyak 2 ml.

4. Larutan putih keruh yang terbentuk kemudian ditambahkan Alakli Iodidia


Azida sebanyak 2 ml, lalu didiamkan selama 30 menit sampai terbentuk 2
lapisan dan larutan tidak berwarna dibuang sebanyak 25 ml.

5. Endapan coklat ditambahkan H2SO4(p) sebanyak 2 ml dan diaduk sampai


terbentuk larutan kuning.

6. Larutan kuning kemudian dititrasi dengan larutan tio 0,025 N sampai


berwarna kuning muda, lalu ditambahkan indikator amilum samapi berwarna
biru gelap.

7. Larutan biru gelap kemudian dititrasi kembali dengan larutan tio 0,025 N
sampai terentuk larutan tidak berwarna.

34
Gambar 2.6 Prosedur BOD ( OT 5 )

2.2.6. Bagan Pengolahan Air dan Analisa COB serta BOD

Air baku (air sungai )

Air Filtrasi COD BOD

COD BOD

OT0 OT5

35
BAB III

DATA DAN PENGOLAHAN DATA

Tabel 3.1. Data Pengamatan untuk COD

No Sampel Vol. Vol. Volume Berat Vol. KMnO4 Vol. Vol. titrasi
aquadest Ag2SO4 Na2C2O4
Sampel H2SO4 (ml) (ml)
(ml) (ml) (ml)
1:2

1. Air sungai 25 50 5 spatula 10 10 4,1

2. Air filtarsi 25 50 5 spatula 10 10 6,6

3 Blanko 25 50 5 - 10 10 2,3

Keterangan:

A. Pengamatan Sampel :

1. sampel air filtrasi + Aquadest larutan tidak berwarna

2. Larutan tidak berwarna + H2SO4 1:2 larutan tidak berwarna

3. Larutan tidk berwarna + Ag2SO4 larutan putih keruh


4. Larutan putih keruh + KMnO4 larutan kuning tua
45 menit
5. Larutan kuning tua larutan violet

Titrasi

6. Larutan kuning tua + Na2C2O4 larutan kuning muda


KmnO4 0,025N

7. Larutan kuning muda + Ind. Amilum Larutan biru gelap

36
Titrasi

8. Larutan biru gelap larutan merah jambu muda


KmnO4 0,025N

B. Pengamatan sampel tanpa filtrasi :

1. sampel air sungai + Aquadest larutan tidak berwarna

2. Larutan tidak berwarna + H2SO4 1:2 larutan tidak berwarna

3. Larutan tidk berwarna + Ag2SO4 larutan putih keruh


4. Larutan putih keruh + KMnO4 larutan kuning tua
45 menit
5. Larutan kuning tua larutan violet

Titrasi

6. Larutan kuning tua + Na2C2O4 larutan kuning muda


KmnO4 0,025N

7. Larutan kuning muda + Ind. Amilum Larutan biru gelap

Titrasi

8. Larutan biru gelap larutan merah jambu muda


KmnO4 0,025N

C . Pengamatan blanko :

1. Aquadest larutan tidak berwarna

2. Larutan tidak berwarna + H2SO4 1:2 larutan tidak berwarna

3. Larutan tidak berwarna + KMnO4 larutan kuning


45 menit
4. Larutan kuning larutan violet

37
Titrasi

5. Larutan kuning + Na2C2O4 larutan kuning muda


KmnO4 0,025N

. Larutan kuning muda + Ind. Amilum Larutan biru gelap

Titrasi

7. Larutan biru gelap larutan merah jambu muda


KmnO4 0,025N

Tabel 3..2. Data Pengamatan untuk OT0

No Sampel Vol. Vol. Vol. Vol. filtrat Vol. H2SO4 Vol. Ind. Vol.
MnSO4 Alkali dipipet (p) titrasi Amilum titrasi
Sampel
Iodidia Tio 0,025
(ml) (ml) (ml) (ml)
N

1. Air sungai 99,2 2 2 25 2 1,2 15 tetes 1,8

2. Air filtarsi 104,8 2 2 25 2 1,8 10 tetes 3,3

Keterangan:

Pengamatan OT0 :

1. Sampel + MnSO4 Larutan tidak berwarna + gel


2. Larutan tidak berwarna + gel + Alkali Azida Iodidia terbentuk 2 lapisan

1. Lapisan atas : Lapisan berwarna keruh

2. Lapisan bawah : Coklat

diaduk

3. Endapan coklat + H2SO4 (p) larutan berwarna kuning tua

38
dititrasi

4. Larutan berwarna kuning tua larutan kuning muda


Tio 0,0025 N

5. Larutan kuning muda + ind. amilium larutan biru gelap


dititrasi

6. Larutan biru gelap larutan tidak berwarna


Tio 0,0025 N

Tabel 3.3. Data Pengamatan untuk OT5

No Sampel Vol. Vol. Vol. Vol. filtrat Vol. H2SO4 Vol. Ind. Vol.
MnSO4 Alkali dipipet (p) titrasi Amilum titrasi
Sampel
Iodidia Tio 0,025
(ml) (ml) (ml) (ml)
N

1. Air sungai 104,8 2 2 25 2 0,2 20 tetes 0

2. Air filtarsi 99,2 2 2 25 2 0 15 tetes 0

Keterangan:

Pengamatan OT5 :

Sampel air filtrasi dinkubator selama 5 hari

1.Sampel + MnSO4 Larutan tidak berwarna + gel


2. Larutan tidak berwarna + gel + Alkali Azida Iodidia terbentuk 2 lapisan

1. Lapisan atas : Lapisan berwarna keruh

2. Lapisan bawah : Coklat

Diaduk

3.Endapan coklat + H2SO4 (p) larutan berwarna kuning tua

39
dititrasi

4.Larutan berwarna kuning tua larutan kuning muda


Tio 0,0025 N

5.Larutan kuning muda + ind. amilium larutan biru gelap


dititrasi

6.Larutan biru gelap larutan tidak berwarna


Tio 0,0025 N

3.4. Pengolahan Data

3.4.1. Perhitungan Reagen


A. Dik : N Na2C2O4 = 0,025 N
Volume labu = 1 L

BE Na2C2O4 = 67 gr/ek

Dit : Gram Na2C2O4 ?

Peny: Gr = N x BE x V

= 0,025 ek / l x 67 gr / ek x 1 l

= 1,675 gr

B. Dik : N KMnO4= 0,025 N


Volume labu = 1 L

BE Na2C2O4 = 31,6 gr/ek

Dit : Gram KMnO4?

Peny: Gr = N x BE x V

= 0,025 ek / l x 31,6 gr / ek x 1 l

= 0,79 gr

40
3.4.2. Perhitungan faktor KMnO4
Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan Faktor KMnO4
adalah :
25 1
f = a x 1000 x x
100 . 0,001675

Keterangan :

a = Berat Na2C2O4 yang ditimbang (gram)

b = Kandungan / Kemurnian Na2C2O4

X = Volume KMnO4 yang terpakai (mL)

0,00167 = 1 mL KMnO4 0,025 N ~ 1 gram Na2 C2 O4

Diketahui : a = 1,680 gram b = 98,8%


X = 20 mL + 6,1 mL
= 26,1 mL
Maka,

25 0,998 1
f = 1,680 x 1000 x x
100 23,2 . 0,001675

f = 0,1078

3.4.3. Perhitungan COD


Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan kadar COD adalah :
1000
COD (ppm) = (a-b) x f x x 0,2

Keterangan :

a = volume titrasi dengan KMnO4 (mL)

b = volume titrasi blanko dengan KMnO4 (mL)

f = faktor KMnO4

V = Volume Sampel (mL)

0,2 = 1 mL KMnO4 ~ 1 gram O2

41
A. Perhitungan kadar COD untuk air sebelum filtrasi
Diketahui : Volume Sampel V = 25 mL
Volume titrasi, a = 4,1 mL
Volume blanko, b = 2,3 mL
F = 0,95

maka kadar COD dalam Air Sungai adalah

1000
COD (ppm) = (a-b) x f x x 0,2

1000 /
COD = (4,1 2,3) mL x 0,95 x x 0,2 mgr/mL
25

= 13,68 mgr/L

B. Perhitungan kadar COD untuk air filtrasi


Diketahui : Volume Sampel V = 25 mL
Volume titrasi, a = 6,6 mL
Volume blanko, b = 2,3 mL
f = 0,95
maka kadar COD dalam Air sungai filtrasi adalah

1000
COD (ppm) = (a-b) x f x x 0,2

1000 /
COD = (6,6 2,3) mL x 0,95 x x 0,2 mgr/mL
25

= 32,68 mgr/L

3.4.4. Perhitungan Kadar Okigen Terlarut ( BOD )


A. Perhitungan BOD untuk air sebelumfiltrasi
8000
OT0 = () =

3,3 0,025 8000


=
104,8 25

= 8,2767ppm

42
8000
OT5 = () =

0 0,025 8000
=
104,8 25

= 0 ppm

BOD5= OT0 OT5

= ( 8,2706 0) ppm

= 8,2706 ppm

B. Perhitungan BOD untuk air filtrasi

8000
OT0 = =

1,8 0,025 8000
=
99,2 25

= 4,8517
8000
OT5 = () =

0 0,025 8000
=
99,2 25

= 0 ppm

BOD5= OT0 OT5

= ( 4,8517 0) ppm

= 4,8517 ppm

3..4.5. Reaksipada COD


A. Sampel
H2O + H2SO4 HSO4- + H3O+

Air Asam Sulfat Ion asam sulfat Ion Air

43
2H3O + Ag2SO4 + O2 2AgO + H2SO4+ 2 H2O

Air Perak Oksigen Perak Asam Air

Sulfat Oksida Sulfat

60 70o C

AgO + 3 H2SO4 + 2KMnO4 AgSO4 +K2SO4

Perak Oksida Asam Sulfat Kalium Perak Permanganat


kalium Sulfat Sulfat

+ 2MnSO4+ 3H2O+ O2

Mangan Sulfat Air Oksigen

3Na2C2O4+ 3H2SO4 3 NaSO4+ 3H2C2O4

Natrium Asam Natrium Asam Oksalat

Oksalat Sulfat Sulfat

B. Blanko
H2O + H2SO4 HSO4- + H3O+

Air Asam Sulfat Ion Asam Sulfat Ion Air

o
2H3O+ + 2KMnO4 100 c2KOH + 2MnO4-+ 4H+

Ion Air Kalium Kalium Ion Ion

Permanganat Hidroksida Permanganat Hidrogen

44
2KOH + Na2C2O4 K2C204 + 2NaOH

Kalium Natrium Kalium Natrium

Hidroksida Oksalat Oksalat Hidroksida

3.4.6.Reaksi pada BOD


MnSO4 + 2H2O Mn(OH)2+ H2SO4

Mangan Sulfat Air Mangan(II) Asam Sulfat

Hidroksi

4Mn(OH)2 + O2 + 2H2O 4Mn(OH)3

Mangan(II) Oksigen Air Mangan(III)


Hidroksi Hidroksi

2Mn(OH)3+2 KI NaN3 2Mn(OH)2 + I2 + 2KOH

Mangan(III) Alkali Mangan(II) Iodium Kalium

Iodida Azida Hidroksi Hidrok Hidroksida

+ 2NaN3

Alkali Azida

Mn (OH)2 + I2+ H2SO4 Mn(SO4) + I2+ 2H2O

Mangan (II) Iodium asam Mangan Iodium Air

hidroksi sulfat sulfat

45
I2 + 2Na2S2O3 Na2S4O6+ 2NaI

Iodium Natrium Sodium Natrium

Tiosulfat Tiosulfat Iodida

46
BAB IV

PEMBAHASAN

Air merupakan senyawa kimia yang nerupakan hasil ikatan dari unsur hydrogen
yang bersenyawa dengan unsur oksigen, dalam hal ini membentuk senyawa H2O. Dalam
pengolahan air kotor menjadi air bersih perlu dilakukan beberapa uji kualitas salah
satunya uji COD ( Chemical Oxygen Demand ) dan BOD ( Biological Oxygen Demand )
pada air. Uji COD dan BOD adalah suatu uji yang dilakukan untuk mengetahui kebutuhan
oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme selama penghancuran bahan organik
dalam waktu tertentu dan untuk mengetahui jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi zat-zar organik yang ada di dalam air atau banyaknya oksigen yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik menjadi CO2 dan H2O. Pada percobaan
kali ini dilakukan beberapa uji kualitas air yang menggunakan air sungai sebagai sampel.
Sampel air sungai difiltrasi menggunakan alat penyaring air dengan bahan penyaring
pasir, ijuk, arang dan kerikil. Hal ini diamaksudkan untuk menurunkan kadar COD, dan
BOD dari air sungai.

47
BAB VI
KESIMPULAN dan SARAN

5.1.Kesimpulan
Dari pengamatan yang telahdilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Air sebelum filtrasi memiliki kadar COD sebesar 13,66 ppm dan air
filtrasi kadar COD sebesar 32,68 ppm,
2. Air ini belum memenuhi standar BTPDAS dan memiliki nilai kualitas
yang masih dikategorikan buruk yaitu > 10.
3. Kandungan BOD untuk sampel air sebelum filtrasi sebesar 8,2706 ppm,
kandungan BOD untuk sampel air filtrasi I sebesar 4,8517 ppm.

5.2. Saran
Dalam melakukan analisa kadar BOD harus teliti karena
mengunakan metode titrasi.

48
DAFTAR PUSTAKA

Ginting, Perdana. 2007. System Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri. Bandung:
Yarma Widya.

Ningsih, Fidia, dkk. 2013. Analisis Kesesuaian Kualitas Air Kolam Berdasarkan Parameter
pH, DO, Amoniak, Karbondioksida dan Alkalinitas Di Balai Benih Dan Induk Ikan
Air Tawar (BBI-IAT). Banjarbaru: Universitas Lambung Mangkurat.

Sastrawijaya, Tresna. Pencemaran Lingkungan. 2009. Jakarta : Rineka Cipta.

49

Anda mungkin juga menyukai