Anda di halaman 1dari 19

TASH

TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL

1
A. Turbin Angin Sumbu Horizontal
Dinamakan turbin angin bersumbu horisontal karena memiliki poros rotasi yang
horisontal, atau dengan kata lain sejajar dengan arah tiupan angin. Jenis poros
harisontal/datar ini bisa berupa turbin angin maupun kincir angin dengan sudu yang
terbuat dengan profil pelat lengkung, layar, atau pun propeller. Rotor pelat lengkung
dan layar banyak digunakan untuk koncir angin dengan jumlah sudu yang lebih
banyak untuk mendapatkan torsi yang lebih besar, namun putaran rotor yang
diperoleh relatif rendah, juga efisiensinya relatif rendah. Jenis turbin angin poros
harisontal yang memiliki unjuk kerja yang lebih baik adalah dengan rotor sudu tipe
propeller. Jenis rotor propeller dengan sudu propoler 3 bilah yang paling optimum,
sehingga banyak turbin angin poros data menggunakan sudu 3 bilah, mulai kapasitas
kecil kelas watt sampai dengan kapasitas MegaWatt.
Kelebihan lainya adalah turbin angin dapat ditempatkan di ketinggian yang
diinginkan, karena secara umum bahwa semakin tinggi penempatan turbin angin akan
semakin tinggi energi yang dapat dihasilkan.

Jenis Turbin Angin Menurut Jumlah Sudu

3-blade Wind Turbine 2-blade Wind Turbine 1-blade Wind Turbine

2
1. Komponen dalam Turbin Angin Sumbu Horizontal

Secara umum, konfigurasi utama turbin angin poros datar terdiri dari;
rotor (blade dan hub), nasel/nacelle, generator, transmisi gearbox, kopling dan
rem, system orientasi (yaw system), tower , system control dan pondasi, seperti
diperlihatkan pada gambar atas. Di bawah ini merupakan bagian-bagian utama
dan fungsinya dari turbin angin bersumbu horisontal:
a. Sudu (Blade /Baling-baling)
Rotor trubin angin yang terdiri dari baling-baling/sudu dan hub
merupakan bagian dari turbin angin yang berfungsi menerima energi kinetik
dari angin dan merubahnya menjadi energi gerak (mekanik) putar pada
poros penggerak. Pada sebuah turbin angin, baling-baling rotor dapat
berjumlah 1, 2, 3 atau lebih.
b. Rotor Hub
Hub merupakan bagian dari rotor yang berfungsi menghubungkan
sudu denga shaft (poros) utama.
c. Kontrol Pitch Sudu
Salah satu tipe rotor adalah dengan sudu terpasang variable yang
dapat dirubah sudut serangnya dengan mengatur posisi sudut serang sudu

3
terhadap arah angin bertiup. Rotor dengan mekanisme demikian disebut
dengan rotor dengan pitch sudu variable. Tidak semua turbin angin
menggunakan tipe rotor dengan sudut sudu variabel.
d. Rem dan Kopling
Rem berfungsi untuk menghentikan putaran poros rotor yang
bertujuan untuk keamanan atau pada saat dilakukan perbaikan. Sedangkan
kopling berfungsi untuk memindahkan daya poros ke transmisi gearboks
atau langsung ke generator, dengan meredam getaran dari poros rotor serta
sebagai salah satu sarana meluruskan sambungan (alignment).
e. Poros Rotor putaran rendah
Poros rotor berfungsi untuk memindahkan daya dari rotor ke
generator , dapat secara langsung maupun melalui mekanisme transmisi
gearboks.
f. Transmisi
Pada umumnya transmisi di turbin angin berfungsi untuk
memindahkan daya dari rotor ke generator dengan dipercepat putaranya.
Hal ini diperlukan karena umumnya putaran rotor berotasi pada putara
rendah , sementara generatornya bekerja pda putara tinggi.
g. Generator
Generator merupakan komponen terpenting dalam sistem turbin
angin, dimana fungsinya adalah merubah energi gerak (mekanik) putar pada
poros penggerak menjadi energi listrik. Tegangan dan arus listrik yang
dihasilkan oleh generator dapat berupa alternating current (AC) maupun
direct current (DC) dan tegangan out putnya dapat dari tegangan rendah (12
volt) atau sampai tegangan 680 volt atau lebih.
h. Kontrol Yawing
Pada turbin angin yang relative besar, umumnya sudah menggunakan
system geleng aktif (active yawing system), yang digerakkan oleh motor
servo. Kontrol yawing disini berfungsi menerima input dari sensor
anemometer (mendeteksi kecepatan angin) dan wind direction (mendeteksi
perubahan arah angin), dan memberikan komando kepada motor servo
untuk membelokkan arah shaft turbin angin dan juga memberikan unputan
kepada kontrol pitch.

4
i. Anemomater Sensor
Anemometer berfungsi untuk mendeteksi/mengukur kecepatan angin,
sebagai inputan kepada system control untuk mengendalikan operasional
pada kondisi optimum.
j. Wind Direction Sensor
Wind direction er berfungsi untuk mendeteksi perubahan arah angin
angin, sebagai inputan kepada system control untuk mengendalikan
operasional pada kondisi optimum.
k. Nasel (Nacelle)
Fungsi nasel adalah untuk menempatkan dan melindungi komponen-
komponen turbin angin, yaitu: generator, gearbox, kopling, rem, kontrol,
system geleng (yawing system).
l. Poros Rotor putaran tinggi
Poros rotor putaran tinggi berfungsi untuk memindahkan daya dari
gearboks ke generator.
m. Roda gigi sistem geleng (Yaw drive)
Fungsi yaw drive adalah untuk menempatkan komponen turbin angin
yang berada diatas menara menghadap optimal terhadap arah angin bertiup
mengikuti perubahan arah angin.
n. Motor servo (Yaw motor)
Fungsi motor yaw adalah untuk menggerakan yaw drive untuk
menempatkan komponen turbin angin yang berada diatas menara
menghadap optimal terhadap arah angin bertiup mengikuti perubahan arah
angin.
o. Menara / Tower
Menara merupakan tiang penyangga yang fungsi utamanya adalah
untuk menopang rotor , nasel dan semua komponen turbin angin yang
berada di atasnya. Menara dapat berupa tipe latis (lattice) atau pipa
(tubular), baik yang dibantu dengan penopang tali pancang maupun yang
self supporting.
2. Penyimpan energi (baterai)
Karena keterbatasan ketersediaan akan energi angin (tidak sepanjang hari
angin akan selalu tersedia) maka ketersediaan listrik pun tidak menentu. Oleh
karena itu digunakan alat penyimpan energi yang berfungsi sebagai back-up

5
energi listrik. Ketika beban penggunaan daya listrik masyarakat meningkat atau
ketika kecepatan angin suatu daerah sedang menurun, maka kebutuhan
permintaan akan daya listrik tidak dapat terpenuhi. Oleh karena itu kita perlu
menyimpan sebagian energi yang dihasilkan ketika terjadi kelebihan daya pada
saat turbin angin berputar kencang atau saat penggunaan daya pada masyarakat
menurun.
3. Prinsip Kerja Pembangkitan Listrik Tenaga Angin
Suatu pembangkit listrik dari energi angin merupakan hasil dari
penggabungan dari bebrapa turbin angin sehingga akhirnya dapat menghasilkan
listrik.
Cara kerja dari pembangkitan listrik tenaga angin ini yaitu awalnya energi
angin memutar turbin angin. Kemudian angin akan memutar sudut turbin, lalu
diteruskan untuk memutar rotor pada generator di bagian belakang turbin angin.
Generator mengubah energi gerak menjadi energi listrik dengan teori medan
elektromagnetik, yaitu poros pada generator dipasang dengan material
ferromagnetik permanen. Setelah itu di sekeliling poros terdapat stator yang
bentuk fisisnya adalah kumparan-kumparan kawat yang membentuk loop.
Ketika poros generator mulai berputar maka akan terjadi perubahan fluks pada
stator yang akhirnya karena terjadi perubahan fluks ini akan dihasilkan tegangan
dan arus listrik tertentu. Tegangan dan arus listrik yang dihasilkan ini disalurkan
melalui kabel jaringan listrik untuk akhirnya digunakan oleh masyarakat.
Tegangan dan arus listrik yang dihasilkan oleh generator ini berupa AC
(alternating current) yang memiliki bentuk gelombang kurang lebih sinusoidal.
Energi Listrik ini biasanya akan disimpan kedalam baterai sebelum dapat
dimanfaatkan.

6
Gambar Ilustrasi Prinsip Kerja Turbin Angin Sumbu Horizontal

4. Pengontrol Instrumentasi Turbin Angin Sumbu Horizontal


Pengontrolan instrumentasi yang diterapkan pada turbin angin adalah :
a. Cut out speed
Adakalanya saat turbin berputar dengan terlalu cepat dari kecepatan
turbin maksimal. Disaat ini angin yang melalui turbin justru malah ditolak
oleh turbin. Sehingga turbin mengalami perlambatan kecepatan sehingga
energi yang dihasilkan oleh pembangkit listrik lebih rendah dari energi
optimum yang dapat dihasilkan.Oleh karena itu, pengontrolan kecepatan
angin diperlukan dengan cara cut out speed. Pengertian cut out speed ialah
kecepatan dimana turbin angin akan mengurangi kekuatatannya untuk
melindungi dirinya dari kecepatan angin yang berlebih. Kebanyakan pada
turbin angin kecil hal ini dilakukan dengan cara memasang ekor sehingga
dapat mengelak dari angin.
b. Cut in speed
Pembangkit listrik tenaga turbin memiliki syarat kecepatan minimum
untuk dapat menghasilkan energi. Adakalanya pada saat tertentu, kecepatan
angin terlalu rendah untuk dapat memutar turbin yang dapat menghasilkan
energi. Walaupun pembangkit listrik sudah dipasang di daerah yang

7
memiliki potensi angin baik. Oleh karena itu, pengontrolan instrumentasi
diperlukan dengan cara cut in speed. Cut in speed ialah penambahan
kecepatan perputaran turbin. Dengan cara ini pembangkit listrik tenaga
angin dapat dipertahankan energi optimumnya.
c. Kecepatan Rencana (Roted Speed)
Kecepatan angin yang diperlukan agar sebuah turbin angin mencapai
daya rencana (umumnya disebut daya nominal). Mulai pada kecepatan ini
daya yang dihasilkan pada berbagai kecepatan sebelum mencapai Cut-In,
adalah konstan. Kecepatan rencana sebuah turbin adalah kecepatan angin
dimana turbin tersebut menghasilkan daya terpasang, yakni yang tertulis
pada data teknis. Nilai ini bervariasi antara 9.0 15 m/s
5. Syarat Angin untuk PLTB
Tidak semua jenis angin dapat digunakan untuk memutar turbin
pembangkit listrik tenaga bayu / angin. Untuk itu berikut akan dijelaskan
klasifikasi dan kondisi angin yang dapat digunakan untuk menghasilkan energi
listrik.

Angin kelas 3 adalah batas minimum dan angin kelas 8 adalah batas
maksimum energi angin yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi
listrik

8
6. Keuntungan dan Kerugian Turbin Angin Sumbu Horizontal
Keuntungan
- Pitch sudu turbin dapat diubah-ubah.
- Menara yang tinggi dapat memperoleh angin yang lebih kencang.
- Penggunaan menara menyebabkan turbin dapat ditempatkan di dataran yang
tidak rata, atau bahkan di atas laut.
- Dapat ditempatkan di atas garis pepohonan di hutan.
Kerugian
- Sulit beroperasi di dekat permukaan tanah.
- Sulit mentransportasikan bilah sudu yang panjang.
- Pemasangan sulit.
- Mengganggu sinyal radar.
Bila dipasang di laut, sebaiknya di laut yang dangkal.

9
TASH
TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL

10
B. TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL
1. Definisi Energi Angin
Angin adalah udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi
dan juga karena adanya perbedaan tekanan udara disekitarnya. Angin bergerak
dari tempat bertekanan udara tinggi ke bertekanan udara rendah. Apabila
dipanaskan, udara memuai. Udara yang telah memuai menjadi lebih ringan
sehingga naik. Apabila hal ini terjadi, tekanan udara turun karena udaranya
berkurang. Udara dingin disekitarnya mengalir ke tempat yang bertekanan
rendah tadi. Udara menyusut menjadi lebih berat dan turun ke tanah. Diatas
tanah udara menjadi panas lagi dan naik kembali. Aliran naiknya udara panas
dan turunnya udara dingin ini dikarenakan konveksi.
Kebanyakan tenaga angin modern dihasilkan dalam bentuk listrik dengan
mengubah rotasi dari pisau turbin menjadi arus listrik dengan menggunakan
generator listrik. Pada kincir angin energi angin digunakan untuk memutar
peralatan mekanik untuk melakukan kerja fisik, seperti menggiling atau
memompa air. Tenaga angin banyak jumlahnya, tidak habis-habis, tersebar luas
dan bersih.
a. Asal Energi Angin
Sebagaimana diketahui, pada dasarnya angin terjadi karena ada
perbedaan temperatur antara udara panas dan udara dingin. Daerah sekitar
khatulistiwa, yaitu pada busur 0, adalah daerah yang mengalami
pemanasan lebih banyak dari matahari dibanding daerah lainnya di Bumi.
Jika bumi tidak berotasi pada sumbunya, maka udara akan tiba
dikutub utara dan kutub selatan, turun ke permukaan lalu kembali ke
khatulistiwa. Udara yang bergerak inilah yang merupakan energi yang
dapat diperbaharui, yang dapat digunakan untuk memutar turbin dan
akhirnya menghasilkan listrik.
b. Definisi Turbin Angin
Turbin angin adalah kincir angin yang digunakan untuk
membangkitkan tenaga listrik. Turbin angin ini pada awalnya dibuat untuk
mengakomodasi kebutuhan para petani dalam melakukan penggilingan
padi, keperluan irigasi, dll. Turbin angin terdahulu banyak digunakan di

11
Denmark, Belanda, dan Negara-negara Eropa lainnya dan lebih dikenal
dengan windmill.
Kini turbin angin lebih banyak digunakan untuk mengakomodasi
kebutuhan listrik masyarakat, dengan menggunakan prinsip konversi energi dan
menggunakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui yaitu angin. walaupun
sampai saat ini penggunaan turbin angin masih belum dapat menyaingi
pembangkit listrik konvensional (Co: PLTD, PLTU, dll), turbin angin masih
lebih dikembangkan oleh para ilmuan karena dalam waktu dekat manusia akan
dihadapkan dengan masalah kekurangan sumber daya alam tak terbaharui (Co:
batubara dan minyak bumi) sebagai bahan dasar untuk membangkitkan listrik.
Angin adalah salah satu bentuk energi yang tersedia di alam, Pembangkit
Listrik Tenaga Angin mengkonversikan energi angin menjadi energi listrik
dengan menggunakan turbin angin atau kincir angin. Cara kerjanya cukup
sederhana, energi angin yang memutar turbin angin, diteruskan untuk memutar
rotor pada generator dibelakang bagian turbin angin, sehingga akan
menghasilkan energi listrik. Energi listrik ini biasanya akan disimpan kedalam
baterai sebelum dapat dimanfaatkan. Secara sederhana sketsa kincir angin
adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Sketsa Sederhana Kincir Angin

12
2. Jenis-Jenis Turbin Angin
a. Turbin Angin Sumbu Horizontal
Turbin angin sumbu horizontal (TASH) memiliki poros rotor utama
dan generator listrik di puncak menara. Turbin berukuran kecil diarahkan
oleh sebuah baling-baling angin (baling-baling cuaca) yang sederhana,
sedangkan turbin berukuran besar pada umumnya menggunakan sebuah
sensor angin yang digandengkan ke sebuah servo motor. Sebagian besar
memiliki sebuah gearbox yang mengubah perputaran kincir yang pelan
menjadi lebih cepat berputar. Karena sebuah menara menghasilkan
turbulensi di belakangnya, turbin biasanya diarahkan melawan arah
anginnya menara. Bilah-bilah turbin dibuat kaku agar mereka tidak
terdorong menuju menara oleh angin berkecepatan tinggi. Sebagai
tambahan, bilah-bilah itu diletakkan di depan menara pada jarak tertentu
dan sedikit dimiringkan.
Karena turbulensi menyebabkan kerusakan struktur menara, dan
realibilitas begitu penting, sebagian besar TASH merupakan mesin
upwind (melawan arah angin). Meski memiliki permasalahan turbulensi,
mesin downwind (menurut jurusan angin) dibuat karena tidak memerlukan
mekanisme tambahan agar mereka tetap sejalan dengan angin, dan karena
di saat angin berhembus sangat kencang, bilah-bilahnya bisa ditekuk
sehingga mengurangi wilayah tiupan mereka dan dengan demikian juga
mengurangi resintensi angin dari bilah-bilah itu.

Gambar 2.2. Turbin Angin Sumbu Horizontal

13
Kelebihan Turbin Angin Sumbu Horizontal
Memberikan kinerja yang lebih baik pada produksi energi
dibandingkan dengan turbin angin dengan sumbu vertikal
Turbin angin berkapasitas 3kW menghasilkan listrik 5.000-7.000 kWh
pertahun (kecepatan angin 5.4m/detik)
Kekurangan Turbin Angin Sumbu Horizontal
Menara yang tinggi serta bilah yang panjang sulit diangkut dan juga
memerlukan biaya besar untuk pemasangannya, bisa mencapai 20%
dari seluruh biaya peralatan turbin angin.
TASH yang tinggi sulit dipasang, membutuhkan derek yang yang
sangat tinggi dan mahal serta para operator yang tampil.
Konstruksi menara yang besar dibutuhkan untuk menyangga bilah-
bilah yang berat, gearbox, dan generator.
TASH yang tinggi bisa memengaruhi radar airport.
Ukurannya yang tinggi merintangi jangkauan pandangan dan
mengganggu penampilan landskape.
b. Turbin Angin Sumbu Vertikal
Turbin angin sumbu vertikal/tegak (atau TASV) memiliki
poros/sumbu rotor utama yang disusun tegak lurus. Kelebihan utama
susunan ini adalah turbin tidak harus diarahkan ke angin agar menjadi
efektif. Kelebihan ini sangat berguna di tempat-tempat yang arah anginnya
sangat bervariasi. VAWT mampu mendayagunakan angin dari berbagai
arah.
Dengan sumbu yang vertikal, generator serta gearbox bisa
ditempatkan di dekat tanah, jadi menara tidak perlu menyokongnya dan
lebih mudah diakses untuk keperluan perawatan. Tapi ini menyebabkan
sejumlah desain menghasilkan tenaga putaran yang berdenyut. Drag (gaya
yang menahan pergerakan sebuah benda padat melalui fluida (zat cair atau
gas) bisa saja tercipta saat kincir berputar.
Karena sulit dipasang di atas menara, turbin sumbu tegak sering
dipasang lebih dekat ke dasar tempat ia diletakkan, seperti tanah atau
puncak atap sebuah bangunan. Kecepatan angin lebih pelan pada
ketinggian yang rendah, sehingga yang tersedia adalah energi angin yang

14
sedikit. Aliran udara di dekat tanah dan obyek yang lain mampu
menciptakan aliran yang bergolak, yang bisa menyebabkan berbagai
permasalahan yang berkaitan dengan getaran, diantaranya kebisingan dan
bearing wear yang akan meningkatkan biaya pemeliharaan atau
mempersingkat umur turbin angin. Jika tinggi puncak atap yang dipasangi
menara turbin kira-kira 50% dari tinggi bangunan, ini merupakan titik
optimal bagi energi angin yang maksimal dan turbulensi angin yang
minimal.

Gambar 2.3. Turbin Angin Sumbu Vertikal


Kelebihan Turbin Angin Sumbu Vertikal
Tidak membutuhkan struktur menara yang besar.
Sebuah TASV bisa diletakkan lebih dekat ke tanah, membuat
pemeliharaan bagian-bagiannya yang bergerak jadi lebih mudah.
TASV memiliki sudut airfoil (bentuk bilah sebuah baling-baling
yang terlihat secara melintang) yang lebih tinggi, memberikan
keaerodinamisan yang tinggi sembari mengurangi drag pada tekanan
yang rendah dan tinggi.
Desain TASV berbilah lurus dengan potongan melintang berbentuk
kotak atau empat persegi panjang memiliki wilayah tiupan yang
lebih besar untuk diameter tertentu daripada wilayah tiupan
berbentuk lingkarannya TASH.
TASV memiliki kecepatan awal angin yang lebih rendah daripada
TASH. Biasanya TASV mulai menghasilkan listrik pada 10 km/jam
(6 m.p.h.)
TASV biasanya memiliki tip speed ratio (perbandingan antara
kecepatan putaran dari ujung sebuah bilah dengan laju sebenarnya

15
angin) yang lebih rendah sehingga lebih kecil kemungkinannya rusak
di saat angin berhembus sangat kencang.
TASV bisa didirikan pada lokasi-lokasi dimana struktur yang lebih
tinggi dilarang dibangun.
Kekurangan Turbin Angin Sumbu Vertikal
Kebanyakan TASV memproduksi energi hanya 50% dari efisiensi
TASH karena drag tambahan yang dimilikinya saat kincir berputar.
TASV tidak mengambil keuntungan dari angin yang melaju lebih
kencang di elevasi yang lebih tinggi.
Kebanyakan TASV mempunyai torsi awal yang rendah, dan
membutuhkan energi untuk mulai berputar.
Seperti diketahui sebelumnya, bahwa Turbin Angin terdiri dari dua
macam, yaitu Turbin Anging Sumbu Horizontal dan Turbin Angin Sumbu
Vertikal. Untuk Turbin Angin Sumbu Vertikal sendiri terbagi atas banyak
macam. Salah satunya adalah Turbin Angin Vertikal Darrieus. Turbin Darrieus
mula-mula diperkenalkan di Perancis pada sekitar tahun 1920-an. Turbin angin
sumbu vertikal ini mempunyai bilah-bilah tegak yang berputar kedalam dan
keluar dari arah angin.

Gambar 3.1. Turbin Angin Vertikal Darrieus

16
3. Prinsip Kerja Turbin Angin Vertikal Darrieus
Prinsip kerja dari darrieus rotor dapat disederhanakan seperti berikut.
Pertama, asumsikan arah angin datang dari depan rotor baling-baling. Ketika
pergerakan rotor lebih cepat menyamai dengan kecepatan angin yang tak
terganggu yaitu ratio kecepatan blade dengan kecepatan angin bebas, tsr > 3,
dari gambar dibawah menunjukan garis vektor percepatan dari bentuk airfoul
baling-baling pada posisi angular yang berbeda-beda.

Gambar 3.2. Gaya-gaya pada setiap Blade


dimana:
>Panah biru kecepatan angin relatif.
>Panah merah kecepatan relatif ke baling-baling.
>Panah hitam resultan kecepatan udara relatif ke baling-baling.
>Panah hijau gaya angkat (lift force).
>Panah abu-abu gaya seret (drag force).

17
Dengan nilai tsr yang tinggi seperti itu, baling-baling akan memotong
melaui angin dengan sudut serang (angle of attack) yang kecil. Resultan gaya
angkat (lift) akan membantu perputaran baling-baling sedangkan gaya seret
(drag) akan melawan perputaran dari baling-baling itu. Ketika gaya angkat nol
pada sisi kiri (0 derajat) dan sisi kanan (180 derajat) dimana baling-baling
simetris bergerak pararel menuju arah angin, torsi berubah menjadi negatif
disekitar posisi ini. Mendekati posisi depan (90 derajat) dan posisi dibelakang
(270 derajat), komponen dari gayaangkat (lift) lebih besar dibandingkan gaya
seret (drag) sehingga menghasilkan torsi. Torsi total per satu putaran akan
bernilai positif jika baling-baling diposisikan pada tempat yang tepat sehingga
rotor akan berputar pada arah yang benar. Perfomance dari turbin angin
disimbolkan oleh power coefficient Cp. Koefisien ini menunjukkan energi yang
dihasilkan oleh turbin angin sebagai bagian dari total energi angin yang melalui
luasan area turbin angin tersebut. Koefisien ini biasanya dituliskan bersama tip
speed ratio dalam reynolds number.
a. Daya yang dihasilkan Turbin Angin Vertikal Darrieus
Daya yang dihasilkan oleh Turbin Darrieus adalah:
P = T.w
Dimana: T = Torsi (Nm)
w = Kecepatan Angular (rpm)
b. Koefisien Daya Turbin Angin Vertikal Darrieus
Kerugian daya dan perbandingan antara daya yang dihasilkan dan
daya yang dimiliki angin disebut dengan koefisien daya ( Cp ) yang dapat
ditulis:
Cp=

dimana ; Cp = Koefisien Daya


P = Daya (watt)
= massa jenis udara yang mengalir (kg/m3)
A = LxD,dimana L adalah panjang Blade, dan D
adalah diameter turbin (m2)
V = Kecepatan angin (m/s)

18
c. Efisiensi Turbin Angin Vertikal Darrieus
Efisiensi turbin angin adalah perbandingan antara daya yang diserap
turbin angin terhadap daya angin yang tersedia. Untuk menghitung
efisiensi dari turbin angin adalah:
= x100 %

dimana ; P = Daya (watt)


= massa jenis udara yang mengalir (kg/m3)
A = LxD,dimana L adalah panjang Blade, dan D
adalah
diameter turbin (m2)
V = Kecepatan angin (m/s)
d. Kelebihan Turbin Angin Vertikal Darrieus
Tidak memerlukan pengarah angin dan memerlukan konstruksi yang
mudah.
Biaya pembuatannya lebih murah dibanding dengan turbin angin
sumbu horizontal dan memiliki desain rotor yang lebih mudah
Dapat digunakan di kecepatan angin rendah.
e. Kekurangan Turbin Angin Vertikal Darrieus
Tidak memiliki sistem self starting.
Rumit dalam pembuatan sudunya.
Sudut serang berubah ubah seiring dengan berputarnya turbin.

19

Anda mungkin juga menyukai