Anda di halaman 1dari 3

ILTEK,Volume 6, Nomor 12, Oktober 2011

TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN TEBU MENJADI GULA


MERAH

Fatmawati Mahmud
Dosen Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Univ. Islam Makassar

ABSTRAK
Potensi Industri gula di Sulawesi Selatan sangat menjanjikan prospeknya karena didukung oleh potensi lahan untuk
pengembangan tebu sebagai bahan bakunya. Upaya pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakatnya terus diusahakan. Study ini dlakukan dengan mengkaji potensi tebu rakyat pada wilayah
pengembangan tebu (Takalar, Gowa dan Bone). Berdasarkan kajian yang seksama dilapangan terdapat potensi-
potensinya, baik yang sudah ada (esisting) maupun yang potensial untuk mendapatkan prioritas pengelolaan tebu
rakyat. Jumlah lahan pengembangan tebu potensial berkisar 252.790 ha sawah dan juga lahan tegalan/lahan kering.
Potensi Industri gula di Sulawesi Selatan sangat menjanjikan prospeknya karena didukung oleh potensi lahan untuk
pengembangan tebu sebagai bahan bakunya. Tebu yang sudah dipanen sehrusnya diolah tidak lebih 8 jam setelah
ditebang. Tebu diperas dengan menggunakan mesin pemeras yang digerakkan dengan mesin penggerak bertenaga 8-12
HP dengan kapasitas pengolahan 5-10 kuintal/jam. Nira yang dihasilkan disaring lalu dimasukkan ke wajan
pemasakan. Tungku pemasakan dibuat secara berjejer 4-5 wajan berukuran 30-33 inch dengan ketinggian yang
berbeda sekitar 5 cm, sehingga perbedaan ketinggian dari wajan pertama hingga yang wajan terakhir sekitar 25-30 cm.
Pada bagian bawa wajan pertama adalah tempat pembakaran dan pada wajan yang terahkir terdapat lubang yang
melepaskan panas. Potensi produksi tebu pada lahan yang baik (tersedia air) 140 ton per hektar. Produksi yang pernah
dicapai di PG. Bone 120 ton/ha, produksi rata-rata yang dicapai petani maju di Takalar (Syamsuddin Dg. Ronrong) 70-
90 ton per hektar. Dg. Ronrong yakin produksi 100 ton per hektar dapat dicapai, karena nilai produksi yang dicapai
sudah tinggi (dengan memproduksi gula merah).

Kata Kunci: Teknologi Tepat Guna

PENDAHULUAN di PG. Bone 120 ton/ha, produksi rata-rata yang


1.1 Latar Belakang dicapai petani maju di Takalar (Syamsuddin Dg.
Pengembangan industri gula dilakukan melalui Ronrong) 70-90 ton per hektar. Dg. Ronrong yakin
restrukturisasi pertanian yang kurang menguntungkan produksi 100 ton per hektar dapat dicapai, karena nilai
dengan cara mengalifungsikan lahan menjadi lahan produksi yang dicapai sudah tinggi (dengan
tebu, mengajak petani yang menanam padi yang tidak memproduksi gula merah).
menguntungkan (urang dari 4 ton/ha gabah), kelapa,
kakao dan tanaman lain yang kurang produktif. Bila Metodologi Penelitian
kondisi ini terjadi maka berbagai komoditas pertanian 2.1 Pengolahan
baik tanaman panganmaupun tanaman Lokasi pengolahan sebaiknya dibuat di sekitar kebun
perkebunanmenjadi usaha yang menguntungkan karena (rawmaterial oriented). Tebu yang sudah dipanen
lebih bermotif komersial dan efisien. sehrusnya diolah tidak lebih 8 jam setelah ditebang.
Potensi Industri gula di Sulawesi Selatan sangat Tebu diperas dengan menggunakan mesin pemeras
menjanjikan prospeknya karena didukung oleh potensi yang digerakkan dengan mesin penggerak bertenaga
lahan untuk pengembangan tebu sebagai bahan 8-12 HP dengan kapasitas pengolahan 5-10
bakunya. Jumlah lahan pengembangan tebu potensial kuintal/jam. Nira yang dihasilkan disaring lalu
berkisar 252.790 ha sawah dan juga lahan dimasukkan ke wajan pemasakan.
tegalan/lahan kering. Namun, tiga pabrik gula yang Tungku pemasakan dibuat secara berjejer 4-5 wajan
under capacity (kurang bahan baku, produktifitas lahan berukuran 30-33 inch dengan ketinggian yang
rendah karena pengembangan lahan kering atau air berbeda sekitar 5 cm, sehingga perbedaan ketinggian
terbatas dan masa giling hanya maksimal 4 bulan). dari wajan pertama hingga yang wajan terakhir sekitar
Dari kapasitas total 8.000 TCD (Ton Cane day) masih 25-30 cm. Pada bagian bawa wajan pertama adalah
dapat ditingkatkan menjadi 10.400 TCD atau setara tempat pembakaran dan pada wajan yang terahkir
780 ton gula per hari. Produksi gula pasir dari tiga terdapat lubang yang melepaskan panas, Sehingga
pabrik gula tersebut hanya sekitar 15.000 ton menurun terjadi pengaliran panas dari wajan pertama hingga
dari produksi yang pernah dicapai sekitar 55.000 ton wajan keempat/kelima, dan secara bersamaan
Potensi produksi tebu pada lahan yang baik (tersedia memanaskan semua wajan yang sudah berisi nira.
air) 140 ton per hektar. Produksi yang pernah dicapai

863
ILTEK,Volume 6, Nomor 12, Oktober 2011

Pada waktu pemasakan, muncul busa nira yang harus bahan makanan ternak/sapi, bahan pembuatan gula
dibuang (tetes gula yang tidak dapat membeku dan kecap, bahan pembuatan ethanol.
merupakan pencampur makanan ternak/sapi yang Kegiatan panen/pengolahan dapat dilakukan setiap
sangat baik). Nira siap dicetak setelah dites hari dan berlangsung sekitar 6- 7 bulan atau sekitar 180
kekentalannya dengan cara memasukan air gula ke hari. Bila satu unit usaha mengelola dua ha dengan
dalam air dingin, apabila air gula langsung mengeras produksi 180 ton (90 ton/ha), berarti, setiap hari dapat
setelah masuk di air, berarti air gula diturunkan dari mengolah tebu menjadi gula merah satu ton tebu per
tungku, kemudian didiinginkan dengan cara mengaduk, hari. Panen dilakukan pada areal 100 m2 (satu blok)
setelah panasnya sekitar 30 derajat, gula siap dicetak. setiap hari dan secara series/berurut pada 100 m2
(blok) areal berikutnya hingga selesai dua hektar. Dari
HASIL PENELITIAN areal dibagi ke dalam 200 blok (Blok 1 hingga blok
3.1 Pembahasan 200). Apabila panen pertama dilakukan pada tanggal 1
Panen tebu (tebang) dilakukan setelah tebu berumur April pada Blok 1, dan 2 April blok 2 dan seterusnya
satu tahun atau lebih dan dilakukan pada saat tidak hingga Blok 200 sekitar tanggal 30 September , lalu
hujan. Rendimen gula pada saat ini adalah tinggi (9-12 istirahat menunggu tanggal 1 April tahun berikutnya.
% untuk gula merah). Kandungan sukrosa dari nira Pada tanggal 1 April tahun berikutnya, anakan yang
tebu sekitar 30-40%. Selain itu, terdapat tetes tebu tumbuh sudah berumur satu tahun dan siap dipanen.
sekitar 2,7% dari berat tebut. Tets tebu mengandung Kegiatan ini dapat berlangsung 10 tahun, tergantung
gula 50-60% yang dapat digunakan sebagai pencampur cara panen/tebang tebu dan pemeliharan selanjutnya.
Tabel 3.1. Perkiraan Pendapatan Petani denganmengusahakan tebu dalam 1 hektar sawah

Deskripsi usaha gula merah tebu Nilai Keterangan

Pendapatan petani per hektar dg produksi Bila harga gula merah aren Rp9000-
tebu 90 ton, rendimen 10%, harga Rp 12000/kg (70% harga gula aren)
6000-8000/kg (harga gula merah tebu) Rp 54-72 juta

Biaya investasi pada awal tanam Rp 12-15 juta Sekali dalam 7-10 tahun

Investasi mesin pengolah Rp 12,5 juta Sekali dalam 10 tahun

0 atau 50% TK keluarga petani sendiri atau


Biaya tenaga kerja untuk teban dan sistim bagi menggunakan tenaga kerja upah/bagi hasil
pengolahan hasil hasil

Hampir tidak Ampas batang tebu sebagai bahan bakar


Biaya bahan bakar sangat sedikit ada utama, ditambah 1-2 batang kayu bakar/hari

Biaya pupuk dan pestisida Rp 2 juta

Biaya pengairan (bahan bakar pompa) Mesin pemeras digunakan untuk memompa
air berlangsung dua seminggu selama dua
Rp 0,5 juta bulan di waktu musim kering

Rp 3 juta
Bahan bakar solar 2 ltr hari (360
lter/thnx4500/lt= 1.620.000) dan oli ( 10
liter/tahun x 20.000/lt= Rp 200000)

Biaya pemeliharaan mesin sekitar Rp


1.000.000

Rp 49-67 Juta Sebelum bagi hasil dan penyusutan.


Pendapatan petani per tahun diperkirakan
paling sedikit Penyusutan Rp 3 juta pertahun

Catatan; Ada tungku pemasakan gula merah tebu yang sangat sederhana dan menggunakan batang tebu yang
sudah diperas sebagai bahan bakar.

Tingkat kemanisasn gula tebu 3x dari gula aren

864
ILTEK,Volume 6, Nomor 12, Oktober 2011

Gambar 3.1. Foto Mesin Pemeras Tebu 3. Potensi produksi tebu pada lahan yang baik
(tersedia air) 140 ton per hektar. Produksi yang
pernah dicapai di PG. Bone 120 ton/ha, produksi
rata-rata yang dicapai petani maju di Takalar
(Syamsuddin Dg. Ronrong) 70-90 ton per hektar.
Dg. Ronrong yakin produksi 100 ton per hektar
dapat dicapai, karena nilai produksi yang dicapai
sudah tinggi (dengan memproduksi gula merah).

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim 2010. Laporan Pelaksanaan Program


Peningkatan Ketahanan Pangan Peningkatan
Gambar 3.1. Mesin Pemeras Tebu Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk
Perkebunan , Tahun 2010

2. -----------, 2007 Sistem Informasi Sumber daya


Lahan
3. http//elank37.wordpress.com/2007/11/28/system-
informasi sumber daya-lahan Diakses tanggal 2
November 2010
4. BPS 2010, Sulawesi selatan dalam Angka. Badan
Pusat Statistik Provinsi Sulawesi selatan
5. Fadholi, .H, 1990 Ilmu Usaha Tani PT Penebar
Swadaya Jakarta.
6. Abdul Rahman, Darmawan, Majdah, Rahim,.
Study Pengembangan Integrasi Tebu dan Ternak di
Sulawesi Selatan, Laporan Penelitian Tahun 2011

Gambar 3.2. Proses Pemerasan Tebu

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil kajian pengembangan tebu,


ditarik kesimpulan antara lain:

1. Pengembangan tebu diperuntukkan untuk


mendukung bahan baku Industri gula pada tiga
pabrik gula.
2. Pengembangan tebu dapat meningkatkan
produktivitas lahan dan pendapatan petani tebu.

865

Anda mungkin juga menyukai