Fatmawati Mahmud
Dosen Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Univ. Islam Makassar
ABSTRAK
Potensi Industri gula di Sulawesi Selatan sangat menjanjikan prospeknya karena didukung oleh potensi lahan untuk
pengembangan tebu sebagai bahan bakunya. Upaya pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakatnya terus diusahakan. Study ini dlakukan dengan mengkaji potensi tebu rakyat pada wilayah
pengembangan tebu (Takalar, Gowa dan Bone). Berdasarkan kajian yang seksama dilapangan terdapat potensi-
potensinya, baik yang sudah ada (esisting) maupun yang potensial untuk mendapatkan prioritas pengelolaan tebu
rakyat. Jumlah lahan pengembangan tebu potensial berkisar 252.790 ha sawah dan juga lahan tegalan/lahan kering.
Potensi Industri gula di Sulawesi Selatan sangat menjanjikan prospeknya karena didukung oleh potensi lahan untuk
pengembangan tebu sebagai bahan bakunya. Tebu yang sudah dipanen sehrusnya diolah tidak lebih 8 jam setelah
ditebang. Tebu diperas dengan menggunakan mesin pemeras yang digerakkan dengan mesin penggerak bertenaga 8-12
HP dengan kapasitas pengolahan 5-10 kuintal/jam. Nira yang dihasilkan disaring lalu dimasukkan ke wajan
pemasakan. Tungku pemasakan dibuat secara berjejer 4-5 wajan berukuran 30-33 inch dengan ketinggian yang
berbeda sekitar 5 cm, sehingga perbedaan ketinggian dari wajan pertama hingga yang wajan terakhir sekitar 25-30 cm.
Pada bagian bawa wajan pertama adalah tempat pembakaran dan pada wajan yang terahkir terdapat lubang yang
melepaskan panas. Potensi produksi tebu pada lahan yang baik (tersedia air) 140 ton per hektar. Produksi yang pernah
dicapai di PG. Bone 120 ton/ha, produksi rata-rata yang dicapai petani maju di Takalar (Syamsuddin Dg. Ronrong) 70-
90 ton per hektar. Dg. Ronrong yakin produksi 100 ton per hektar dapat dicapai, karena nilai produksi yang dicapai
sudah tinggi (dengan memproduksi gula merah).
863
ILTEK,Volume 6, Nomor 12, Oktober 2011
Pada waktu pemasakan, muncul busa nira yang harus bahan makanan ternak/sapi, bahan pembuatan gula
dibuang (tetes gula yang tidak dapat membeku dan kecap, bahan pembuatan ethanol.
merupakan pencampur makanan ternak/sapi yang Kegiatan panen/pengolahan dapat dilakukan setiap
sangat baik). Nira siap dicetak setelah dites hari dan berlangsung sekitar 6- 7 bulan atau sekitar 180
kekentalannya dengan cara memasukan air gula ke hari. Bila satu unit usaha mengelola dua ha dengan
dalam air dingin, apabila air gula langsung mengeras produksi 180 ton (90 ton/ha), berarti, setiap hari dapat
setelah masuk di air, berarti air gula diturunkan dari mengolah tebu menjadi gula merah satu ton tebu per
tungku, kemudian didiinginkan dengan cara mengaduk, hari. Panen dilakukan pada areal 100 m2 (satu blok)
setelah panasnya sekitar 30 derajat, gula siap dicetak. setiap hari dan secara series/berurut pada 100 m2
(blok) areal berikutnya hingga selesai dua hektar. Dari
HASIL PENELITIAN areal dibagi ke dalam 200 blok (Blok 1 hingga blok
3.1 Pembahasan 200). Apabila panen pertama dilakukan pada tanggal 1
Panen tebu (tebang) dilakukan setelah tebu berumur April pada Blok 1, dan 2 April blok 2 dan seterusnya
satu tahun atau lebih dan dilakukan pada saat tidak hingga Blok 200 sekitar tanggal 30 September , lalu
hujan. Rendimen gula pada saat ini adalah tinggi (9-12 istirahat menunggu tanggal 1 April tahun berikutnya.
% untuk gula merah). Kandungan sukrosa dari nira Pada tanggal 1 April tahun berikutnya, anakan yang
tebu sekitar 30-40%. Selain itu, terdapat tetes tebu tumbuh sudah berumur satu tahun dan siap dipanen.
sekitar 2,7% dari berat tebut. Tets tebu mengandung Kegiatan ini dapat berlangsung 10 tahun, tergantung
gula 50-60% yang dapat digunakan sebagai pencampur cara panen/tebang tebu dan pemeliharan selanjutnya.
Tabel 3.1. Perkiraan Pendapatan Petani denganmengusahakan tebu dalam 1 hektar sawah
Pendapatan petani per hektar dg produksi Bila harga gula merah aren Rp9000-
tebu 90 ton, rendimen 10%, harga Rp 12000/kg (70% harga gula aren)
6000-8000/kg (harga gula merah tebu) Rp 54-72 juta
Biaya investasi pada awal tanam Rp 12-15 juta Sekali dalam 7-10 tahun
Biaya pengairan (bahan bakar pompa) Mesin pemeras digunakan untuk memompa
air berlangsung dua seminggu selama dua
Rp 0,5 juta bulan di waktu musim kering
Rp 3 juta
Bahan bakar solar 2 ltr hari (360
lter/thnx4500/lt= 1.620.000) dan oli ( 10
liter/tahun x 20.000/lt= Rp 200000)
Catatan; Ada tungku pemasakan gula merah tebu yang sangat sederhana dan menggunakan batang tebu yang
sudah diperas sebagai bahan bakar.
864
ILTEK,Volume 6, Nomor 12, Oktober 2011
Gambar 3.1. Foto Mesin Pemeras Tebu 3. Potensi produksi tebu pada lahan yang baik
(tersedia air) 140 ton per hektar. Produksi yang
pernah dicapai di PG. Bone 120 ton/ha, produksi
rata-rata yang dicapai petani maju di Takalar
(Syamsuddin Dg. Ronrong) 70-90 ton per hektar.
Dg. Ronrong yakin produksi 100 ton per hektar
dapat dicapai, karena nilai produksi yang dicapai
sudah tinggi (dengan memproduksi gula merah).
DAFTAR PUSTAKA
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
865