id
LAPORAN MAGANG
DI PT. MAYA FOOD INDUSTRIES PEKALONGAN - JAWA
TENGAH
(PROSES PRODUKSI MACKEREL/SARDINES)
Disusun oleh:
Guna Saroyo
H03107056
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh :
GUNA SAROYO
H3107056
Penguji I Penguji II
Mengetahui
Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
MOTTO
1. Jangan jadikan mimpi hanya sekedar mimpi tapi berusaha
untuk menjadi kenyataan.
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Surakarta, 2010
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Hal.
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Tujuan ...................................................................................... 2
C. Manfaat .................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 4
BAB III LAKSANA KEGIATAN ............................................................... 27
BAB IV HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN ................................ 29
A. Keadaan Umum Perusahaan ................................................... 29
B. Menejemen Perusahaan ........................................................... 31
C. Fasilitas Bangunan ................................................................... 35
D. Fasilitas Produksi ..................................................................... 43
E. Perlengkapan Teknis ................................................................ 51
F. Peralatan Penunjang ................................................................. 53
G. Dampak Perusahaan terhadap Penduduk Sekitar ..................... 53
H. Bahan dan Wadah .................................................................... 54
I. Pembahasan ............................................................................. 58
J. Sanitasi dan Higiene ................................................................ 82
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... 90
A. Kesimpulan .............................................................................. 90
B. Saran......................................................................................... 91
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Hal
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Hal.
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengalengan adalah salah satu cara untuk mengawetkan bahan pangan agar
mempunyai daya simpan yang lama melalui proses sterilisasi dengan menggunakan suhu
tinggi berkisar 110 0C-120 0C dengan lama pemanasan antara 80-90 menit. Proses sterilisasi
(PROSES PRODUKSI MACKEREL/SARDINES) di perusahaan ini menggunakan retort horizontal dengan suhu dan lama waktu pemanasan
DI PT. MAYA FOOD INDUSTRIES yang berbeda-beda untuk setiap jenis produk tergantung dari jenis ikan dan ukuran kaleng
PEKALONGAN - JAWA TENGAH yang digunakan. Perlakuan panas yang diberikan pada proses sterilisasi akan memberikan
1
GUNA SAROYO kondisi sterilisasi komersial yang akan merusak semua sel dan membunuh spora yang tidak
H3107057
tumbuh pada suhu ruang tanpa merusak mutu sensori produk panan tersebut.
Ir. Windi Atmaka, MP2 dan Lia Umi Khasanah, ST, MT 3
Kata Kunci : Proses Produksi Mackerel/Sardines, Prinsip pengalengan, MFI.
ABSTRAK
Keterangan :
1. Mahasiswa Jurusan/Program Studi D-III Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian
Pangan merupakan sumber energi dan berbagai zat gizi untuk mendukung hidup
Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan Nama Guna Saroyo NIM: H3107056
manusia, tetapi pangan dapat juga menjadi wahana bagi unsur pengganggu kesehatan
2. Dosen Pembimbing
manusia. Oleh karena itu perlu dilakukan keamanan pangan salah satunya dengan
3. Dosen Penguji
pengawasan mutu.
Kegiatan magang ini mempunyai tujuan umum dan khusus. Tujuan umum antara
lain meningkatkan pengetahuan mahasiswa, memeperluas wawasan dan pengetahuasn
berfikir serta memperoleh pengalaman kerja secara langsung. Tujuan khususu antara lain agar
mahasiswa lebih menetahui, mempelajari, dan mengerti aktivitas, pola kerja, serta proses
pengawasan produk pangan.
Kegiatan magang ini dilaksanakan pada bulan April 2009 dengan menggunakan
metode wawancara, observasi, pencatatan, dan studi pustaka.
Teknik pengalengan ikan Sardines dan Mackerel dalam saus tomat, pada dasarnya
mempunyai prinsip yang hampir sama, yang membedakannya adalah jenis bahan baku yang
digunakan, dimana jenis ikan Sardines, misal ikan lemuru memiliki tekstur daging yang lunak
dan mudah hancur sehingga kulit mudah mengelupas dan ikan mudah busuk karena sinar
matahari. Oleh karena itu diperlukan penanganan dan perlakuan yang mampu menjaga
kesegaran dan mutu bahan baku agar tetap baik. Penanganan terhadap bahan baku di PT.
Maya Food Industries sudah cukup baik, akan tetapi terdapat beberapa perlakuan kasar dari
pekerja terhadap bahan baku pada saat dilakukan pembongkaran.
commit to user
(PRODUCTION PROCESS MACKEREL / SARDINES)
PT. MAYA FOOD INDUSTRIES
PEKALONGAN - CENTRAL JAVA
GUNA SAROYO1
H3107057 Keywords: Production Process Mackerel / Sardines, Principles of canning, MFI.
Description:
Ir. Windi Atmaka, MP2 dan Lia Umi Khasanah, ST, MT 3 1. Student Programs / D-III Study Program of Agricultural Technology Faculty
of Agriculture, University of Surakarta March Eleven To Saroyo NIM Name:
H3107056
ABSTRACT 2. Lecturer
3. Lecturer Examiners
Food is a source of energy and various nutrients to support human life,
but food can also become a vehicle for confounding element of human health.
Therefore it is necessary for food safety one of them with quality control.
This apprenticeship has general and specific purposes. The common
objective among others to improve student knowledge, insight and pengetahuasn
memeperluas thinking and gain work experience directly. Khususu among other
purposes so that more students know, learn, and understand the activities, work
patterns, as well as the regulatory process of food products.
This internship activities undertaken in April 2009 using the method of
interview, observation, recording, and book study.
Canning techniques Sardines and Mackerel in tomato sauce, basically
have almost the same principle, which distinguishes it is the kind of raw material
used, which types of fish Sardines, eg lemuru have meat texture is soft and easily
damaged so easily peeled skin and easy fish decay due to sunlight. Therefore, it
needs handling and treatment that is able to maintain the freshness and quality of
raw materials in order to stay well. The handling of raw materials in the PT. Maya
Food Industries has been quite good, but there are some harsh treatment of
workers for materials at the time of the burglary.
Canning is one way to preserve food in order to have a long storage life
through sterilization process using high temperatures ranging from 110 0C-120
0C by heating between 80-90 minutes long. Sterilization process at this company
uses a horizontal retort with temperature and exposure time is different for each
type of product depending on the type and size of fish used cans. Heat treatment
given to the sterilization process will provide commercial sterilization conditions
which will damage all the cells and kill the spores that did not grow at room
temperature without damaging the sensory quality of these savings products.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Irawan (1997), luas wilayah laut Indonesia adalah 2/3 lebih
besar dibanding wilayah daratan, yaitu mencapai 3. 272. 231 km2. Di perairan
ini hidup berbagai jenis ikan dan merupakan potensi alam yang bagus untuk
mengembangkan usaha perikanan. Pengawetan ikan merupakan salah satu
cara dalam mempertahankan kondisi ikan sebagai bahan pangan, sehingga
mampu dijadikan sebagai salah satu bahan konsumsi untuk jangka waktu yang
cukup lama. Pengawetan ikan juga bertujuan untuk memanfaatkan semaksimal
mungkin hasil perikanan yang begitu melimpah sehingga sisa-sisa dari hasil
penjualan segar tidak tebuang dengan percuma.
Ikan merupakan produk hasil laut yang tergolong dalam produk yang
sangat mudah mengalami kerusakan (perishable food) dan cepat membusuk.
Salah satu cara mengawetkan bahan pangan adalah dengan pengalengan atau
mengalengkan makanan. Pengalengan adalah salah satu cara pengawetan
dengan menggunakan suhu tinggi (1100C1200C). Suhu tinggi tersebut untuk
mematikan semua mikroorganisme, dalam hal ini bakteri pembusuk dan
bakteri-bakteri pathogen termasuk spora yang mungkin ada. Pengalengan
merupakan salah satu cara pengawetan produk perikanan yang memiliki daya
awet yang paling lama bisa mencapai dua tahun. Pengalengan makanan
merupakan cara mengawetkan makanan yang banyak dilakukan, karena:
1) bebas dari kebusukan (jika dilakukan dengan baik dan benar), 2) dapat
mempertahankan nilai gizi, 3) dapat mempertahankan cita rasa, dan 4) dapat
mempertahankan daya tarik makanan atau minuman (Hadiwiyono, 1983).
Dikarenakan hal-hal diatas, maka penyusun memilih topik dalam
penulisan laporan magang ini tentang proses produksi Mackerel/Sardines yang
dilakukan di PT. Maya Food Industries, karena pengalengan merupakan cara
pengawetan produk perikanan yang sangat potensial dimasa kini dan masa
commit to menganggap
yang akan datang. Sehingga penyusun user perlu untuk mempelajari
1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id
dan lebih mendalami lagi tentang proses pegolahan ikan terutama proses
pengalengan dengan cara praktek langsung di perusahaan tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Ikan
Populasi ikan Lemuru menempati wilayah dari ujung tenggara
Semenanjung Bukit di Bali dan bagian barat dari Semenanjung Blambangan
sampai Teluk Branjangan. Daerah penyebaran ikan Lemuru di Indonesia
terkonsentrasi di Bali dan sekitarnya, selatan Sumbawa dan timur Sumbawa,
sedangkan untuk luar negeri meliputi Thailand, Kamboja, Australia ke barat
sampai Afrika Timur (Ditjen Perikanan, 1990).
4
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id
Ikan lemuru dapat hidup di perairan pantai, lepas pantai dan laut dalam
termasuk pemakan plankton. Tanda-tanda khusus ikan lemuru adalah warna
kulit biru kehijauan pada bagian atas/punggung putih perak pada bagian
bawah/perut, sirip punggung abu-abu kekuningan, sirip ekor dan lain-lainnya
tembus cahaya. Panjang mencapai 20 cm, tapi pada umumnya berukuran 10-
15 cm.
Salah satu sifat khusus ikan lemuru atau sardines adalah kulitnya atau
sisiknya yang lunak dan mudah lepas. Untuk mempertahankan keutuhan sisik
ikan lemuru, maka cara penangkapan yang paling baik (menurut keterangan
beberapa ahli) adalah dengan gil net (jarring insang). Penangkapan ikan
sardines harus berhati-hati, tetapi cepat. Ikan lemuru termasuk ikan berlemak
(fatty fish). Lemak ini merupakan salah satu komponen yang menyebabkan
rasa enak. Kadar lemak tertinggi jenis ikan ini adalah 10-15 % yang cocok
untuk diolah dengan cara pengalengan (Moeljanto, 1992).
bagian sisinya dan satu lurik dengan bisul kecil berwarna kehitam-hitaman
pada bagian kepala sampai pada bagian ekor) seperti di sajikan pada Tabel
2.1.
Tabel 2.1 Klasifikasi Ikan Scomber japonicus
Klasifikasi Keterangan
Kingdom Animalis
Phylum Chordata
Class Actinopterygji
Order Perciformes
Family Scomberidae
Genus Scomber
Species S. japonicus
(Anonima, 2009).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id
daging dan keadaan insang dan sisi (Hadiwiyoto, 1993). Keadaan ikan dapat
ditentukan dengan mengamati tanda-tanda visual seperti pada Tabel 2.3
Tabel 2.3 Tanda-tanda Visual Kesegaran Ikan
Keadaan Kondisi ikan segar Kondisi Ikan Tidak segar
Kulit Cerah, terang, tidak berlendir dan Nampak kusam, suram dan
mengkilat berlendir bila diraba
Mata Cerah dengan kondisi masih Cekung dan terlihat masuk ke
menonjol keluar dalam rongga mata
Mulut Tertutup Terbuka
Sisik Masih Nampak cerah dan tetap Nampak kusam dan mudah
kuat melekat bila dipegang rontok bila dipegang
Insang Merah cerah Merah gelap dan kecoklatan
Daging Kenyal dan masih dalam kondisi Lunak (tidak kenyal)
lentur
Dubur Berwarna merah jambu, pucat Menonjol keluar dan berwarna
merah
Aroma Segar dan normal seperti keadaan Busuk menyengat dan asam
daerah asalnya
Lain-lain Bila dimasukan ke dalam air Terapung diatas air
tenggelam
Sumber : Irawan, 1997
2 Bau - normal
3 Rasa - normal khas tomat
4 Warna normal
0
5 Jumlah padatan terlarut Brix, 20 C min. 30
6 Keasaman, dihitung sebagai % b/b min. 0,8
asam asetat
7 Bahan tambahan makanan
8 Pengawet Sesuai dengan
SNI 01-0222-1994 dan
peraturan dibidang
makanan yang berlaku
9 Pewarna tambahan Sesuai dengan SNI 01-
0222-1994 dan
peraturan dibidang
makanan yang berlaku
10 Cemaran logam
11 Timbal (Pb) mg/kg maks. 1,0
I. Penutupan Kaleng
Penutupan kaleng segera dilakukan setelah melalui poses exhausting
dimana penutupan dilakukan secara hermetis. Suatu penutupan yang baik
diperlukan untuk mencegah proses pembusukan dan kebocoran yang dapat
menimbulkan pengkaratan. Penutupan wadah kaleng sering kali disebut
dengan istilah double seaming. Mesin yang digunakan untuk membuat
penutupan tersebut (double seamer machine) jenisnya bervariasi dari yang
digerakkan dengan tangan sampai yang otomatis, tetapi prinsip kerja mesin
sama yaitu menjalankan dua operasi dasar. Operasi pertama membentuk dan
menggulung bersama ujung pinggir tutup dengan badan kaleng. Sedangkan
operasi kedua berfungsi meratakan gulungan yang dihasilkan oleh operasi
pertama (Muchtadi, 1995).
Menurut Moeljanto (1992), cara menutup kaleng adalah dengan
memasang tutup di atas badan kaleng, lalu melipat ujungnya secara rapi
(sealing). Dapat juga dengan memutar tutupnya bila wadah terbuat dari
kaleng/gelas, seperti aliran sekrup (screw band). Ukuran lipatan kaleng yang
baik dapat dilihat pada Gambar 2.4.
I II III
Gambar 2.5 Bentuk lipatan kaleng
Keterangan :
I. Sebelum ditutup
II. Penutupan tahap pertama
III. Penutupan tahap kedua
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id
J. Pencucian Kaleng
Pencucian kaleng bertujuan untuk menghindari terjadinya penampakan
kaleng yang tidak menarik, korosi wadah, serta penumpukan kontaminan
dalam retort, pencucian atau pembersihan dilakukan pada bagian luar
kaleng setelah dilakukan penutupan. Proses ini hendaknya dilakukan secepat
mungkin, sehingga suhu rata-rata bahan dalam kaleng tidak menjadi terlalu
rendah.
Kaleng yang diisi dengan daging atau ikan akan mengalami kesulitan
dalam proses pencucian atau pemersihan, karena minyak atau kaldu
yang digunakan sebagai medium yang menempel pada bagian luar kaleng
lebih sulit dihilangkan. Apabila terdapat banyak lemak yang menempel pada
permukaan kaleng, sebaiknya digunakan larutan alkali encer atau deterjen
(Muchtadi, 1995).
K. Sterilisasi
Sterilisasi adalah pemusnahan mikroorganisme dengn cara pemanasan
yang dilakukan pada suhu dan waktu tertentu. Suhu yang dipakai biasanya
berkisar antara 115-1200C dan waktunya 1-1 jam, tergantung pada jenis
ikan dan ukuran kaleng yang digunakan. Jika dipakai temperatur yang lebih
rendah, sterilisasi berjalan lambat. Sebaliknya jika temperatur lebih tinggi,
daging ikan dapat rusak. Sterilisasi dilakukan dengan priuk bertekanan tinggi
(disebut retort, autoclave, atau pressure cooker). Ada dua macam retort, yaitu
retort vertical dan retort horizontal. Salah satu bentuk alat sterilisasi yaitu
retort horizontal dapat dilihat pada Gambar 2.6
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id
L. Pendinginan
Setelah proses sterilisasi selesai, harus segera dilakukan pendinginan
yang cepat untuk mencegah pertumbuhan kembali bakteri termofilik
(Winarno, et al, 1984). Kaleng-kaleng yang dikeluarkan dari retort segera
didinginkan, hal ini untuk mencegah terjadinya over coocking (hangus)
commit to user
atau over processing yaitu ikan yang mengalami pemasakan terlalu
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id
lanjut yang berakibat pada perubahan rasa, warna dan tekstur daging
(Murniyati dan Sunarman, 2000).
Pendinginan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu memasukkan air
ke retort atau memasukkan keranjang berisi kaleng ke dalam air dingin,
biasanya kaleng dicuci dengan air yang dicampur sabun (Moeljanto, 1992).
Proses pendinginan dapat dilakukan dengan metode sebagai berikut
(Murniyati dan Sunarman, 2000) :
a. Di luar retort dengan air : kaleng dimasukkan ke dalam bak berisi air
dengan bantuan conveyor. Cara ini dapat dilakukan dengan cepat ( 15
menit) dan dapat menghindari kerusakan-kerusakan akibat over coocking.
b. Di luar retort dengan udara : kaleng panas diletakkan di dalam ruangan dan
dibiarkan dingin. Dengan cara ini tidak diperlukan peralatan khusus. Ini
banyak dilakukan meskipun terjadinya over cooking sangat besar.
c. Di dalam retort dengan air : selesai disterilisasi, kedalam retort dimasukkan
air bercampur uap air atau udara. Cara ini harus dilakukan dengan hati-hati
karena memungkinkan kaleng pecah akibat tekanan di dalam kaleng lebih
besar daripada di luar kaleng.
Selesai pendinginan, kaleng harus dikeringkan dengan sempurna untuk
mencegah terjadinya pembentukan karat (korosi).
M. Pelabelan
Label yang akan digunakan pada suatu produk memiliki pengaruh
yang sangat besar terhadap konsumen. Bentuk gambar, susunan huruf, dan
kombinasi warna yang menarik dan jelas, tetapi sederhana. Pada label harus
dinyatakan keterangan-keterangan, seperti nama perusahaan, jenis ikan, jenis
saus dan berat isinya. Keterangan yang tertera pada label harus sesuai dengan
isi kaleng (Moeljanto, 1992).
Menurut Murniyati dan Sunarman (2000), pemberian label atau etiket
pada kaleng dilakukan dengan dua cara sebagai berikut : (a) dicetak pada
lembaran bahan kaleng sebelum kaleng dibentuk; (b) kertas cetakan,
ditempelkan pada kaleng yang sudah disterilisasikan. Label ditempelkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id
dengan tangan atau mesin setelah kaleng dikeringkan. Perekat yang dipakai
harus tidak berbau, tidak beracun dan tidak menimbulkan karat.
O. Wadah
Kaleng yang dipakai untuk mengawetkan ikan dibuat dengan bahan
dan kontruksi khusus. Kaleng terbuat dari tin-plate, yaitu lembaran-lembaran
besi (Fe) yang dilapisi timah (Pb) dengan cara pencelupan atau secara
elektrolitik. Cara pencelupan dalam timah ternyata lebih baik daripada cara
elektrolit sebab menghasilkan tin-plate dengan jumlah pori-pori yang kecil.
Jika produk pangan kaleng yang terkontaminasi logam berat masuk kedalam
tubuh manusia akan menimbulkan suatu keracunan. Hal ini disebabkan
toksikan dari logam berat mempunyai kemampuan untuk berfungsi sebagai
co-faktor enzim, akibatnya enzim tidak dapat berfungsi sebagaimana biasanya
sehingga reaksi metabolisme terhambat (Sofyan, 2003).
Pada bagian dalam kaleng diberi lapisan coating untuk mencegah
reaksi antara kaleng dan isinya. Bahan-bahan yang dipakai adalah : C-enamel,
minyak biji rami, fenolic, vinil klorida, vinil asetat. Kertas parchment, lilin
dan sejenis resin. Bahan yang banyak dipakai adalah C-enamel
commit to user
(Murniyati dan Sunarman, 2000).
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id
P. Medium Pengalengan
Medium pengalengan adalah larutan atau bahan lain yang ditambahkan
ke dalam produk sewaktu proses pengisian. Medium pengalengan tersebut
dapat memberikan cita rasa pada produk kalengan dan berfungsi juga untuk
mengurangi waktu sterilisasi, dengan cara meningkatkan proses perambatan
panas, serta dapat mengurangi korosi kaleng dengan cara menghilangkan
udara.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan perambatan panas didalam
makanan kaleng antara lain : jenis bahan baku wadah, ukuran dan bentuk
wadah, tingkat pengisian produk kedalam wadah, perbandingan antara cairan
dan padatan didalam wadah, kekentalan cairan, distribusi produk di dalam
wadah, suhu awal produk, lokasi wadah dalam medium pemanasan, suhu
retort, dan ada/tidaknya pengocokan (agitasi) wadah selama sterilisasi .
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id
akhirnya pecah menjadi keton dan aldehid yang memberikan bau tengik
yang khas.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kemunduran mutu antara lain
adalah sebagai berikut :
1. Faktor spesies
Jenis ikan tertentu menunjukkan sifat alamiah yang berbeda dari jenis ikan
lainnya, misalnya ikan yang mempunyai kandungan lemak yang tinggi
akan cepat menurun mutunya jika dibandingkan dengan jenis ikan yang
sedikit kandungan lemaknya.
2. Faktor biologi
a. Feeding
Ikan yang tertangkap dengan penuh makanan dalam perutnya akan
cepat mengalami proses kemunduran mutu. Makin banyak makanan
pada ususnya, makin terdapat banyak bakteri. Aktifitas enzimpun
makin meningkat untuk mengurai makanan yang akan diserap usus.
b. Kedewasaan seksual
Yang dimaksud kedewasaan seksual adalah tingkat kedewasaan ikan
yang sedang masa bertelur. Ikan yang tertangkap dalam keadaan
demikian akan mengalami kemunduran mutu yang lebih cepat karena
pada kondisi tersebut enzim-enzim dalam keadaan aktif.
3. Cara penangkapan
Metode dan alat penangkapan akan mempengaruhi mutu ikan yang akan
ditangkap, sehingga perlu diperhatikan penyesuaian antara cara dan jenis
alat tangkap dengan ikan yang ditangkap. Semua hasil tangkapan yang
sampai digeladak kapal sebaiknya segera dimatikan, karena jika semakin
lama meronta-ronta semakin banyak glikogen yang terpakai untuk energi.
Sehingga fase rigor mortis akan cepat dilalui, yang berarti akan
mempercepat mulainya proses pembusukan.
4. Pengaruh suhu
Proses pendinginan tidak berarti proses proses kimiawi dan pembusukan
commitakan
pada tubuh ikan, tetapi hanya to user
menunda proses-proses yang telah
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id
S. Kandungan Gizi
Ikan merupakan salah satu hasil perairan yang banyak dimanfaatkan
oleh manusia karena beberapa kelebihannya, antara lain merupakan sumber
protein hewani yang sangat potensial karena pada daging ikan dapat dijumpai
senyawa yang sangat penting bagi manusia yaitu karbohidrat, lemak, protein,
garam-garam mineral dan vitamin (Buckle et al,1985).
Kandungan zat-zat gizi tersebut menyebabkan ikan sangat diminati oleh
masyarakat sehingga kebutuhan ikan semakin meningkat dengan berjalannya
waktu. Di pasaran, ikan tidak hanya ditemukan dalam keadaan segar tetapi
juga ditemukan dalam bentuk kemasan, baik dalam bentuk kaleng maupun
plastik, hal ini akan memberikan kemudahan bagi para konsumen dalam
pengolahannya. Salah satu produk industri ikan yang banyak ditemukan di
pasaran adalah ikan kaleng (Sardines) kemasan, yang komposisinya terdiri
dari ikan, pasta tomat, saus pepaya, garam dan pengawet. Ikan yang digunakan
untuk produk ikan kaleng (Sardines) kemasan ini ada bermacam-macam
antara lain ikan Sarden, ikan Tuna, ikan Kembung, ikan Kakap dan ikan
Salam (Wulandari dkk, 2005).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
TATA LAKSANA PELAKSANAAN
commit to user
27
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
29
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id
Pada tahun 1997, PT. Bali Maya Permai berubah menjadi PT.
Maya Food Industries dengan status Perusahaan Milik Asing (PMA) dari
Persahaan Maya Food Government (MFG) Singapura. Penggantian nama
ini dikarenakan adanya perubahan struktur kepemimpinan dengan
pimpinan Mr. Chang. Baru pada tanggal 13 Mei 1997 berdasarkan IUT
No. 208/T/Industri/1997 oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal
(BKPM) PT Maya Food Industries resmi beroperasi atau berproduksi. Saat
ini, unit produksi di PT Maya Food Industries bertambah, antara lain unit
produksi buah dalam kaleng (cocktail), unit produksi kerupuk, unit
produksi surimi/ tusimi, unit produksi bakso ikan tengiri, unit produksi
otak otak tengiri dan juga unit produksi rajungan serta pengalengan ikan
tuna.
B. Menejemen Perusahaan
1. Struktur Organisasi Perusahaan
Inti dari pengorganisasian adalah pengaturan segala sesuatu dalam
rangka kerja sama menuju pada sasaran yang telah diterapkan, tidak
pernah berhenti sebentar pun selama kegiatan. Meskipun pada saat ini,
telah terjadi perubahaan mengenai struktur organisasi PT. Maya Food
Industries yang masih dalam tahap pembenahan, tetapi dalam kegiatan
kegiatannya selalu ada hal hal yang memerlukan pengaturan baik
pengaturan baru maupun penyempurnaan dari yang telah ada atau dari
yang lama.
Pengorganisasian bertujuan untuk menciptakan suasana kerja yang
harmonis, efektif dan efisien, maka semua kegiatan akan bekerja sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawabnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id
MANAGER
DHARMADI
PERENCANAAN ADMINISTRASI
PRODUKSI ANA
PROSES AWAL
1. MUDAKIR
2. JOYO
3. PAREHA
4. NUR AZIZAH
PERSIAPAN BAHAN
BAKU
SAUCE
AGUS
TRIMMING
EXHAUST
EDI
FILLING
SEAMER
ROJAK
KALENG
RETORT
HADI W
SANITASI
PACKING
TURIS
commit to user
Gambar 4.1 . Stuktur Organisasi PT. Maya Food Industries 2010
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id
2. Ketenagakerjaan/Karyawan
PT. Maya Food Industries memiliki jumlah karyawan sebanyak
650 orang dimana sebagian besar berasal dari daerah Pekalongan itu
sendiri. Tenaga kerja atau karyawan yang terdapat di PT. Maya Food
Industries memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda-beda mulai
dari tingkat pendidikan dasar sampai menengah umum dan beberapa
lulusan perguruan tinggi .
Adapun tenaga kerja yang terdapat di PT. Maya Food Industries
terdiri dari :
a. Karyawan kontrak merupakan karyawan yang bekerja hanya pada saat
perusahaan sedang berproduksi dan digaji setiap minggu.
b. Karyawan bulanan yang merupakan karyawan tetap dan digaji tiap
bulan.
c. Karyawan borongan merupakan karyawan yang bekerja pada saat
perusahaan berproduksi dan mendapat upah borongan dari sejumlah
bahan yang dikerjakan.
d. Karyawan musiman merupakan karyawan yang ditarik jika dibutuhkan
tenaga kerja tambahan pada saat perusahaan berproduksi dan mendapat
upah mingguan.
Untuk lebih jelasnya data pengelompokan jumlah karyawan yang
ada di PT. Maya Food Industries dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Data karyawan PT. Maya Food Industries Bulan Febuari 2010
Jenis karyawan Bulanan kontrak Borongan Musiman Total
Laki-laki 39 38 8 39 124
Wanita 17 4 13 492 526
Total 56 42 21 531 650
Sumber : PT. Maya Food Industries 2010
Para karyawan bekerja selama tujuh jam dalam sehari, mulai dari
hari Senin sampai hari Sabtu, apabila jam kerja lebih dari waktu yang telah
ditentukan maka dihitung sebagai lembur. Waktu kerja dimulai pada pukul
08.00 WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB. Waktu istirahat mulai pukul
12.00 WIB sampai pukul 13.00 WIB, dan untuk hari Jumat istirahat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id
diperpanjang setengah jam mulai pukul 11.30 WIB sampai pukul 13.00
WIB.
Penerimaan tenaga kerja dilakukan bila terjadi perubahan tenaga
kerja dan pengembangan pabrik, misalnya ada karyawan yang
dimutasikan, tenaga kerja yang keluar atau menngundurkan diri.
Penerimaan tenaga kerja baru di PT. Maya Food Industries tidak
diumumkan secara terbuka kepada masyarakat. Setiap calon yang
memenuhi syarat untuk bisa bekerja di perusahaan wajib menandatangani
perjanjian kerja yang mengatur tentang hubungan antara pihak perusahaan
dan calon tenaga kerja.
3. Kesejahteraan
Manajemen perusahaan yang diterapkan sangat memperhatikan
kesejahteraan karyawannya untuk menunjang kelancaran kegiatan proses
produksi, sehingga mendapatkan hasil yang maksimal dan sebaik-baiknya.
Demi kelancaran dan kelangsungan perusahaan, maka perusahaan
menyediakan berbagai fasilitas bagi kesejahteraan karyawannya
diantaranya adalah :
a. Fasilitas ibadah
Berupa sebuah bangunan mushola yang dapat digunakan untuk
beribadah oleh para karyawan khususnya umat muslim, tanpa harus
menganggu kegiatan proses produksi.
b. Perumahan
Perusahaan menyediakan fasilitas tempat tinggal berupa perumahan di
Perumnas Slamaran Indah, khususnya untuk karyawan tetap dan dapat
membayar rumah tersebut secara kredit.
c. Kesehatan
Fasilitas kesehatan yang diberikan berupa pengikutsertaan karyawan
ke dalam program Asuransi Tenaga Kerja (ASTEK), dengan tujuan
jika karyawan yang sewaktuwaktu mengalami gangguan kesehatan
dapat langsung berobat pada klinik pengobatan yang telah ditunjuk
tanpa dipungut biayacommit to user Selain itu juga menyediakan
pengobatan.
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id
C. Fasilitas Bangunan
commit topengalengan
produksi tepung ikan, dan produksi user tuna dan rajungan yang
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 4.2 Tata Letak Bangunan
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id
h. Mushola
Mushola di PT. Maya Food Industries terletak di samping koperasi karena
fasilitas tempat ibadah ini di gunakan tidak hanya untuk karyawan saja
melainkan digunakan juga oleh masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi
pabrik.
i. Ruang listrik
Ruang listrik ini terletak jauh dari proses produksi dan kantor karena jika
listrik mengalami gangguan atau arus pendek (kebakaran) bangunan lain
tidak ikut terkena arus pendek tersebut.
j. Gudang ikan dan buah
Gudang ikan dan buah sebelum di produksi atau masuk ke ruang produksi
terletak berdekatan dengan ruang proses pengolahan ikan sardines/
mackrel sedangkan gudang untuk buah terletak di samping bangunan
proses produksi sardines/mackrel.
k. Gudang dan pengolahan tepung
Gudang dan pengolahan tepung ikan terletak di samping proses produksi
mackerel/sardines dan surimi/tusimi karena pengolahan tepung ini bahan
bakunya berasal dari limbah mackerel/sardines dan surimi/tusimi yang
berupa kepala ekor dan kotoran.
l. Ruang surimi
Ruang surimi terletak di berdekatan dengan proses mackerel dan sardines
karena proses pembuatan surimi ini sama sama mengunakan bahan baku
ikan sehingga bangunan ini berdekatan dengan tempat pembuangan sisa
produksi (tempat pengolahan limbah/tepung ikan).
m. Tower air
Tower air terletak berdekatan dengan ruang jemur yang berada di
belakang ruang proses produksi kerupuk ikan .
n. Lantai jemur
Lantai jemur ini terletak di belakang proses produksi kerupuk karena di
tempat ini tempatnya terbuka sehingga di gunakan untuk menjemur
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id
k
j
i
l
h g
c N
m
d
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id
a. Cold Storage
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id
D. Fasilitas Produksi
Kelancaran suatu proses produksi sangat ditentukan oleh fasilitas-
fasilitas produksi yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Fasilitas produksi yang
dimiliki oleh PT. Maya Food Industries meliputi fasilitas bangunan, fasilitas
alat-alat/mesin produksi dan fasilitas perlengkapan teknis serta peralatan
penunjang lainnya. Fasilitas tersebut saling menunjang antara yang satu
dengan yang lainnya demi kelancaran jalannya kegiatan proses produksi
pengalengan ikan di perusahaan ini.
Fasilitas-fasilitas produksi yang dimiliki meliputi: cold storage, bak
penyimpanan sementara (bak thawing), drum rotary washer (mesin pencuci
ikan), meja potong dan pengisian, meja penimbangan, bak pencuci kaleng,
exhaust box, panci pemasak saus, seamer (mesin penutup kaleng), mesin
pencuci kaleng, retort (alat sterilisasi), bak pendingin, mesin printing (alat
pembuat kode produksi).
1. Cold Storage
PT. Maya Food Industries memiliki cold storage, yang berfungsi
sebagai tempat penyimpanan bahan baku berupa ikan beku. Cold storge
terdiri dari sebuah anteroom dan 4 ruang holding freezer. Suhu cold
storage yang digunakan berkisar antara -180C sampai dengan -240C,
dengan sistem Air Blast Freezer (ABF)
Media pendingin yang digunakan untuk cold storage adalah Freon
502 Sebanyak 11 buah yang diatur sedemikian rupa. Pengawasan dan
pengecekan ruang cold storage dilakukan setiap 2 jam sekali untuk
mengontrol temperatur (minimal -180C dan maksimal -240C).
2. Bak Penyimpanan Sementara
Bak penyimpanan ikan seperti yang tersaji pada Gambar 4.4 yang
dimiliki PT. Maya Food Industries adalah bak thawing. Bak thawing yang
dimiliki perusahaan berjumlah 8 buah. Bak thawing ini digunakan untuk
perendaman bahan (ikan) dalam keadaan beku. Proses penthawingan ikan
ini dilakukan dengan tujuan untuk mencairkan atau melelehkan air yang
membeku pada ikan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id
seperti yang tersaji pada Gambar 4.6 dengan ukuran 246x121x83 cm3
dengan ketebalan 2 cm dan terbuat dari stainless steel, sehingga
memudahkan dalam pembersihan dan tahan lama.
commit to user
pipa penyemprot air betekanan.
perpustakaan.uns.ac.id 46
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 48
digilib.uns.ac.id
produksi dengan sinar laser. Kode produksi yang terletak di atas tutup
kaleng mencakup keterangan tentang tanggal kadaluarsa (expired date),
jenis ikan, nama perusahaan (produsen), dan no. batch masakan.
E. Perlengkapan Teknis
Selain fasilitas bangunan dan produksi, perlengkapan-perlengkapan
teknis yang dimiliki oleh PT. Maya Food Indutries adalah sumber air, tenaga
listrik, ketel uap (boiler), dan sarana tranportasi.
1. Air
Sumber air bersih yang digunakan di perusahaan ini diperoleh dari
sumber air tanah yaitu melalui dua buah sumur bor (artesis) yang
dilengkapi dengan pompacommit to user
sentrifugal yang bekerja secara otomatis. Air
perpustakaan.uns.ac.id 52
digilib.uns.ac.id
dari sumur bor akan ditampung dalam tangki air (tower). Tangki air yang
dimiliki perusahaan ini bejumlah 4 buah dengan kapaitas masing-masing
tangki 6000 liter air. Jika air dalam tangki berkurang maka pompa
sentrifugal secara otomatis akan mengisi tangki hingga penuh, sehingga
persediaan air selalu terjaga.
2. Tenaga Listrik
Sumber tenaga listrik yang digunakan di PT. Maya Food Industries
berasal dari PLN Pekalongan, dengan tegangan 380 volt dan daya yang
dipasang sebesar 345 KVA dengan aliran 3 phase. Selain itu perusahaan
juga memiliki dua buah generator listrik (genset) yang digunakan apabila
terjadi gangguan pada listrik, satu buah genset dengan merk Nissan buatan
Jepang yang mampu menghasilkan tenaga listrik sebesar 250 KVA,
sedangkan satu buah genset lagi bermerk Carterfilar buatan Amerika yang
mampu menghasilkan tenaga listrik sebesar 261 KVA. Hampir semua alat
dan mesin produksi di perusahaan ini yang bergerak secara otomatis
menggunakan energi listrik untuk dapat dioperasikan.
3. Ketel Uap (Boiler)
Boiler digunakan untuk menghasilkan uap panas yang digunakan
dalam proses precooking, exhausting, dan pembuatan saus. Boiler yang
dimiliki PT Maya Food Industries sebanyak satu buah dengan merk Titan
Boiler yang memiliki tekanan maksimum 7 kg/cm2 dengan kapasitas air
sebesar 6000 ton.
Prinsip kerja alat ini adalah dengan cara memanaskan air sampai
mendidih sehingga menghasilkan uap panas yang kemudian disalurkan
melalui pipa-pipa ke ruang proses untuk digunakan. Air yang akan
digunakan terlebih dahulu dinetralisir sebelum dimasukkan ke dalam
boiler, dengan menggunakan tangki sandfilter dan softener. Tangki
sandfilter berisi kerikil-kerikil kecil dan karbon (arang) yang berfungsi
untuk menahan lumpur, sedangkan softener berisi bahan sejenis kimia
gabungan antara air dan garam.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 53
digilib.uns.ac.id
4. Sarana Transportasi
Sarana yang ada di PT. Maya Food Industries dibedakan menjadi
dua, yaitu transportasi di dalam dan di luar perusahaan. Untuk transportasi
di dalam perusahaan digunakan forklift dan troly yang berfungsi untuk
pengangkutan dan pemindahan barang atau bahan dari gudang/ruang
penyimpanaan ke ruang produki, sedangkan transpotasi di perusahaan
yaitu 3 buah bus karyawan, yang digunakan untuk antar jemput karyawan.
Untuk transportasi bahan baku disediakan oleh supplier yaitu truk
kontainer untuk bahan baku impor dan truk-truk kecil untuk bahan baku
lokal.
F. Peralatan Penunjang
Selain fasilitas produksi yang ada di atas peralatan penunjang lain yang
digunakan di perusahaan ini antara lain:
1. Basket (keranjang plastik), yang digunakan sebagai wadah ikan.
2. Pisau dan talenan, digunakan untuk memotong dan menyiangi ikan
3. Gayung dan ember plastik untuk membersihkan ikan.
4. Troly, memudahkan dalam proses pemindahan atau pengangkutan ikan
dalam jumlah banyak.
5. Timbangan, untuk menimbang berat ikan yang akan diisikan ke dalam
kaleng.
6. Rak dan pan-pan berlubang dari stainless steel.
7. Keranjang besi untuk mengangkut ikan yang sudah dikalengkan dengan
kapasitas 3000 kaleng/keranjang untuk ukuran kaleng 202x308 dan
kapasitas 1500-2000 kaleng/keranjang untuk kaleng ukuran 301x407.
8. Pengait dari stainlees steel untuk mengeluarkan keranjang dari retort.
9. Lory dari besi untuk memudahkan memasukkan dan mengeluarkan
keranjang dari retort.
commit
Krapyak Lor, Kota Pekalongan to usermembawa dampak positif kepada
ini banyak
perpustakaan.uns.ac.id 54
digilib.uns.ac.id
b. Bahan Pembantu
Bahan pembantu yang digunakan oleh PT. Maya Food
Industries adalah air dan es. Air yang digunakan sebagai bahan
pembantu di dalam pross produksi, berasal dari sumur artesis dengan
kedalaman 120 meter yang berada di lingkungan perusahaan. Air
tersebut telah memenuhi persyaratan mutu air yang ditentukan karena
air tersebut telah mengalami proses pengujian mutu air, penyaringan,
serta pengendapan sebelum digunakan untuk keperluan proses
produksi.
Selain itu, es juga digunakan oleh perusahaan sebagai bahan
pembantu pada proses produksi. Es yang digunakan dibeli dari
Koperasi Unit Desa (KUD) Makaryo Mino sebanyak 250 balok es
untuk satu kali proses produksinya. Es tersebut terjamin mutunya
karena air yang digunakan telah memenuhi persyaratan air minum.
c. Bahan tambahan (Medium Pengalengan)
Bahan tambahan adalah bahanbahan atau zat kimia tertentu
yang ditambahkan ke dalam produk dengan tujuan tertentu. Bahan
tambahan pada industri ikan kaleng berupa pasta saus tomat, garam,
gula, penyedap, dan Modified Corn Starch (MCS). Bahanbahan
tambahan tersebut diperoleh dari luar negeri. Pasta tomat diimpor dari
Thai Sun Enterprise Mongolia dan Richharvesst Ent. Mongolia,
sedangkan bahan pengental diimpor dari Asia Modified Starch Co.Ltd
Thailand. Untuk garam diperoleh secara lokal dari PO. Niaga Cirebon.
Bahanbahan tersebut digunakan untuk pembuatan saus yang
berfungsi sebagai medium pengalengan.
Bahanbahan tambahan yang digunakan untuk pembuatan
medium (saus) di perusahaan telah memenuhi persyaratan dan
keamanan pangan karena sudah dilakukan pengawasan terlebih dahulu
sebelum digunakan. Secara umum pengawasan yang dilakukan oleh
perusahaan terhadap bahan tambahan yang digunakan sebagi medium
pengalengan yaitu: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 56
digilib.uns.ac.id
2) Layer
Layer adalah lembaran karton dengan bentuk bergelombang
yang digunakan sebagai penahan getaran selama proses
penanganan, sehingga produk terhindar dari kerusakan akibat
guncangan dan getaran.
3) Bahan Pelengkap
Selain master carton dan layer bahan pelengkap pengemas
sekunder lain yang digunakan adalaah isolasi/lakban dan streping
band yang bertujuan untuk merapatkan atau melekatkan tutup
kardus dan untuk memperkuat ikatan kardus, sehingga keamanan
kardus terjaga dengan baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 58
digilib.uns.ac.id
I. Pembahasan
1. Proses Pengalengan mackerel dan sardines
a. Penerimaan Bahan baku
Bahan baku ikan lokal diterima baik dalam keadaan segar
maupun dalam keadaan beku. Bahan baku yang diterima dalam
keadaan segar, ditempatkan pada blong-blong plastik (insulated box)
atau juga dapat ditempatkan secara curah dalam truk yang diberikan
hancuran es dan dicampur dengan garam Adapun tujuan penambahan
garam ini, dimaksudkan untuk menurunkan titik beku, sehingga dapat
mempertahankan kesegaran ikan. Ikan lokal segar diterima dalam
keadaan utuh/HO (Head On). Sedangkan ikan lokal beku biasanya
diterima dalam keadaan bagian kepala dan ekor terpotong dan organ
dalam ikan sudah dikeluarkan. Keadaan seperti ini biasa dikenal
dengan HL (Headless). Ikan lokal beku diterima dalam keadaan
terbungkus plastik yang bagian luarnya juga dikemas kembali
menggunakan karton berlapis lilin yang bertujuan untuk mencegah
terjadi oksidasi lebih lanjut karena ikan yang telah dipotong lebih
rentan terhadap oksidasi, dan diangkut menggunakan kontainer yang
dilengkapi freezer. Hal ini sesuai dengan ketetapan dari JICA (Japan
International Cooperation Agency) yang menyatakan bahwa
perlindungan lebih lanjut terhadap bau anyir yang bersifat oksidatif
sebagai contoh pengemasan kedap udara dapat memperpanjang waktu
penyimpanan produk-produk tersebut.
Ikan yang telah mengalami oksidasi biasanya mengalami
perubahan warna daging dari putih menjadi kuning yang diakibatkan
karena protein myoglobin dan hemoglobin mengalami otooksidasi
menjadi methemoglobin dan metmyoglobin, keduanya akan terurai
menjadi metabolit penyebab warna kuning. Suhu dalam container
0
tersebut berkisar antara -18 C. Namun dari pihak perusahaan
cenderung lebih suka membeli bahan baku dalam kondisi segar, selain
commit
karena kualitasnya yang lebih to user
baik daripada bahan baku dalam kondisi
perpustakaan.uns.ac.id 59
digilib.uns.ac.id
beku juga karena harga bahan tersebut cenderung lebih murah (Rp
3.500-3.700/kg) dari pada harga bahan baku dalam kondisi beku (Rp
4.500/kg). Walaupun demikian pihak perusahaan tetap memasok bahan
baku dalam kondisi beku dengan pertimbangan jumlah pasokan bahan
baku dalam bentuk segar belum tentu memenuhi target produksi.
Sumber bahan baku selain berasal dari dalam negeri juga
berasal dari luar negeri. Biasanya ikan impor tersebut diangkut
menggunakan kapal yang berlabuh di pelabuhan Tanjung Mas,
Semarang. Kemudian dari pelabuhan ikan tersebut diangkut
menggunakan truk kontainer. Di dalam kontainer yang digunakan
tersebut telah dilengkapi dengan freezer dengan tujuan
mempertahankan kualitas ikan. Suhu dalam kontainer diatur -18 0C.
Ikan impor tersebut dikemas dalam plastik yang bagian luarnya
dilengkapi dengan karton. Tiap-tiap karton berisi ikan seberat 10 kg.
Untuk penanganan bahan baku di perusahaan, setelah ikan
datang kemudian dilakukan pembongkaran serta pengecekan antara
lain pengecekan berat, kesegaran (secara organoleptik), pengecekan
suhu, serta pengecekan kandungan bahan berbahaya (formalin).
Menurut Hadiwiyoto (1993), Kesegaran ikan yang digunakan dalam
pembuatan produk ikan kaleng sangat mempengaruhi mutu produk
akhir. Jika kesegaran ikan sudah tidak baik, maka pada waktu
dilakukan precooking daging ikan akan menjadi kompak, selain itu
kesegaran ikan dapat mempengaruhi cita rasa dan aroma produk
tersebut. Pemeriksaan kesegaran dapat dilakukan dengan
memperhatikan penampakan luar, kelenturan daging, keadaan mata,
keadaan daging dan keadaan insang dan sisi.
Pengecekan terhadap bahan baku dilakukan oleh staf Quality
Control bagian bahan baku. Jika ikan-ikan tersebut tidak memenuhi
spesifikasi yang telah ditentukan oleh perusahaan, maka akan
dilakukan penolakan dan pengembalian bahan baku kepada supplier.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 60
digilib.uns.ac.id
randemen sebesar 65%. Bagian lain seperti kepala, isi perut, dan ekor
selanjutnya dimasukkan ke dalam basket lain untuk kemudian diolah
pada bagian pengolahan limbah.
Proses pemotongan dan penyiangan dengan menggunakan
tenaga manusia memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya
yaitu dapat dilakukan penyortiran baik terhadap mutu maupun ukuran
ikan. Sedangkan kekurangannya antara lain ukuran hasil pemotongan
kurang stabil dan hasil penyiangan kurang bersih. Hal ini sesuai
dengan pendapat dari Muniyati dan Sunarman mengenai kekurangan
dan kelebihan pemotongan menggunakan mesin dan tangan, yang
menyatakan bahwa pemotongan ikan dapat dilakukan dengan mesin
atau dengan tangan. Pemakaian mesin pemotong akan memperoleh
kesulitan untuk memperoleh bahan dengan ukuran yang sama dan
banyak menghasilkan waste (potongan sisa/serpihan) meskipun
prosesnya berjalan cepat. Pemotongan dengan tangan menghasilkan
potongan-potongan yang tidak sama ukurannya dan kecepatannya
rendah.
Kemudian ditinjau dari peralatan yang digunakan berupa
pisau dan talenan kayu juga berpotensi sebagai sumber kontaminan.
Tidak adanya interval penggantian alat lama dengan alat yang baru
sehingga terdapat beberapa pisau yang telah mengalami pengaratan,
selain itu talenan yang digunakan masih terbuat dari kayu yang rentan
ditumbuhi jamur. Dari segi tindakan pekerja masih terdapat beberapa
perilaku yang kurang memperhatikan keamanan pangan dengan
melakukan pengasahan pisau di meja pemotongan, sehingga
dimungkinkan serpihan pisau mengontaminasi produk untuk inruksi
kerja pemotongan terdapat pada lampiran 3 dan 4 .
e. Pencucian
Proses pencucian dilakukan setelah ikan-ikan tersebut disiangi
dan dipotong. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan darah, lendir,
commit
dan kotoran/padatan lain yangtomasih
user menempel pada tubuh ikan.
perpustakaan.uns.ac.id 64
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 66
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.8 Berat, Ukuran Potongan, dan Jumlah Ikan dalam Kaleng
Ukuran Jumlah
Jenis Jenis Berat Ikan
Potongan potongan
Produk Kaleng (gram)
(cm) Ikan (potong)
Mackerel 202 x 308 7,0-8,5 100-110 3-4
301 x 407 9,0-11,5 300-310 4-6
Sardines 202 x 308 7,0-8,5 90-100 3-4
300 x 407 9,0-11,5 290-300 4-6
Sumber: PT Maya Food Industries, 2010
box adalah 700C untuk instruksi kerjanya seperti yang tersaji pada
lampiran 7.
Menurut Murniyati dan Sunarman (2000), Penghampaan
adalah suatu proses pengeluaran udara dari dalam kaleng.
Penghampaan udara dilakukan dengan tujuan antara lain untuk:
1) Mengurangi tekanan didalam kaleng, sehingga kaleng tidak pecah
selama sterilisasi.
2) Meniadakan oksigen, untuk mengurangi kemungkinan oksidasi isi
kaleng dan korosi (pengkaratan) pada bagian dalam kaleng.
3) Mengurangi atau mencegah pertumbuhan bakteri aerob.
4) Menjaga kandungan vitamin C.
Proses exhausting yang dilakukan sudah cukup baik,
pengontrolan yang dilakukan pada tahap ini adalah dengan mengecek
suhu exhaust box menggunakan termometer, kecepatan belt conveyor
menggunakan stopwatch, dan suhu ikan yang keluar dari exhaust box.
Pengontrolan ini dilakukan oleh staf QC (Quality Control) setiap 1
jam sekali untuk mencegah terjadinya under cooking maupun over
cooking. Namun pada saat memasukkan kaleng yang telah berisi ikan
ke dalam exhaust box, belum menerapkan sistem FIFO (First In First
Out), sehingga ada bahan yang harus menunggu cukup lama sebelum
dimasukkan ke dalam exhaust box. Hal ini dapat memungkinkan
terjadinya kontaminasi dan penurunan kualitas ikan. Selain itu,
pengisian kaleng dalam exhaust box yang terlalu rapat dapat
menyebabkan bibir kaleng akan saling menggores satu sama lain.
i. Penirisan
Penirisan merupakan suatu proses pembuangan atau
pengeluaran air yang terdapat dalam kaleng setelah melalui proses
exhausting, dengan tujuan agar saus (medium pengalengan) yang
ditambahkan ke dalam kaleng tidak menjadi encer.
Proses penirisan di perusahaan ini dilakukan secara otomatis
commit
menggunakan alat berupa to user dengan kemiringan tertentu yang
konveyor
perpustakaan.uns.ac.id 68
digilib.uns.ac.id
berkisar 8-9 0brix. Aliran kaleng saat proses pengisian saus diatur
dengan kemiringan 150, yang akan mengakibatkan tumpahnya
sedikit saus dalam kaleng sampai terbentuk head space 3-4 mm
dari tinggi kaleng, kemudian kaleng-kaleng yang telah terisi oleh
medium akan menuju ke tempat penutupan kaleng. Pelaksanaan
teknis pada proses tersebut sering mengalami penyimpangan
karena kurangnya kesadaran pekerja akan fungsi headspace
dengan melakukan penambahan pengisian saus secara manual
sehingga menimbulkan overfilling.
Adapun tujuan dari pengisian medium ini adalah sebagai
pemberi cita rasa, selain itu juga berfungsi untuk membantu
proses penghampaan udara dalam kaleng dan dapat
mempersingkat waktu sterilisasi serta mempertahankan pH
produk. Hal ini sesuai dengan Moeljanto (1992), yang
menyatakan bahwa penggunaan saus dalam pengalengan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan. Sedangkan
penambahan brine minyak, saus tomat, dan umbu-bumbu lain
tidak saja memberikan rasa tertentu pada ikan yang dikalengkan
tetapi juga menonjolkan rasa sedap alami yang terdapat dalam
daging ikan. Selain itu, saus juga mempunyai fungsi :
a) Memperpendek waktu proses (sterilisasi) karena saus
merupakan penghantar panas.
b) Merendahkan konsentrasi (kadar) ion zat air (hydrogen ion)
atau pH.
Dalam tahap ini juga dilakukan pengontrolan oleh staf QC
(Quality Control) yang meliputi suhu medium, kekentalan (brix)
medium, dan pengisian saus yang diawasi setiap satu jam sekali.
k. Pembentukan ruang hampa (head space)
Ketika produk keluar dari exhauster, dilakukan pengaturan
volume larutan garam. Bila larutannya kurang, maka ditambahkan
commit to user
lagi oleh operator. Sedangkan bila terlalu berlebihan, maka larutan
perpustakaan.uns.ac.id 70
digilib.uns.ac.id
karena proses pengawetan dilakukan pada tahap ini dan cara kerja
mesinnya seperti yang tersaji pada lampiran 12.
Proses sterilisasi diawali dengan proses venting untuk
mencapai suhu 1050C selama 10 menit. Venting merupakan proses
pengeluaran udara dari dalam retort melalui saluran pembuangan
dengan menggunakan udara panas sehingga uap panas sebagai
mediator dapat masuk ke dalam retort melalui steam. Setelah itu
dilanjutkan dengan holding time. Holding time merupakan proses
sterilisasi yang sesungguhnya yaitu proses pemanasan dengan
menggunakan uap panas dengan suhu berkisar antara 1150C-1180C
selama 80-110 menit. Suhu yang digunakan ini sesuai dengan
pendapat Murniyati dan Sunarman (2000) yang menyatakan bahwa
suhu yang dipakai biasanya berkisar antara 115-1200C dan waktunya
1-1 jam, tergantung pada jenis ikan dan ukuran kaleng yang
digunakan. Jika dipakai temperatur yang lebih rendah, sterilisasi
berjalan lambat. Sebaliknya jika temperatur lebih tinggi, daging ikan
dapat rusak.
Proses terakhir dari sterilisasi ini adalah pendinginan
(cooling), yaitu proses pendinginan yang dilakukan di dalam retort
dengan cara menyemprotkan air dingin ke dalam retort.
Tekanan retort yang digunakan dalam porses sterilisasi
0,75 kg/cm2, sedangkan suhu retort dan lamanya proses sterilisasi
untuk setiap jenis produk berbeda-beda tergantung dari jenis ikan
dan ukuran kaleng yang digunakan. Berikut standar pengalengan di
PT. Maya Food Industries
Pada teknis pelaksanaanya, masih terdapat beberapa
penyimpangan dengan melakukan sterilisasi secara bersamaan antara
kaleng besar dan kecil dalam retort yang sama. Hal ini dapat
menyebabkan over cooking pada kaleng kecil. Selain itu, retort
kurang stabil, sehingga terjadi kenaikan dan penurunan suhu di luar
commit ini
kontrol pekerja. Kondisi to user
menyebakan penetrasi panas yang
perpustakaan.uns.ac.id 74
digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Diagram Kuantitatif
Thowing
Pencucian
Penutupan kaleng
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 81
digilib.uns.ac.id
Thowing
Pencucian I
Pencucian ke II
Penutupan kaleng
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 84
digilib.uns.ac.id
melalui tangan dan tubuh para pekerja yang berhubungan langsung dengan
bahan pangan yang akan diolah, dapat menyebabkan tejadinya
kontaminasi dari tangan dan tubuh pekerja yang mengandung mikroba ke
bahan pangan yang akan diolah.
Pencegahan kontaminasi terhadap produk yang dilakukan PT
Maya Food Industries dilakukan dengan cara melengkapi para pekerja
dengan perlengkapan kerja antara lain: penutup kepala (topi), pakaian
kerja, apron, dan sepatu boot. Selain itu, pihak perusahaan juga
memberikan pengarahan secara teratur kepada para pekerja tentang
pentingnya menjaga kesehatan pribadi, memakai perlengkapan kerja dan
praktek-praktek untuk meminimalkan kontaminasi, seperti: (1) mencuci
tangan sebelum dan setelah bekerja, (2) dilarang meludah, makan, dan
minum, serta merokok pada saat bekerja, (3) dilarang menggunakan
perhiasan dan kosmetik yang berlebihan.
Kendalakendala yang dihadapi oleh perusahaan pada aspek
sanitasi ini adalah masih kurangnya kesadaran dan kedisiplinan akan
perlengkapan kerja, serta rendahnya pengetahuan para pekerja akan
pentingnya mennjaga kebersihan dan sanitasi di lingkungan perusahaan
pada beberapa tahapan pengolahan. Selain itu dari fasilitas pelengkap
higiene pekerja dirasa masih kurang memadai. Sebagai contoh fasilitas
pencucian tangan yang berada di ruang produksi tidak dilengkapi dengan
sabun antiseptic dan handuk sanitizer atau alat pengering tangan sekali
pakai. Menurut Sri Rini Dwiari (2008), Fasilitas pencucian tangan harus
tersedia dalam kamar ganti pakaian, kamar kecil, dalam dapur, dan daerah
pelayanan makanan. Fasilitas seperti air pencuci berupa air hangat (110-
1200F), sabun-sabun aseptik seperti yang digunakan di rumah sakit harus
tersedia dalam jumlah cukup. Demikian pula handuk saniter atau alat-alat
pengering tangan atau lap sekali pakai. Para pekerja tidak diperkenankan
merokok di daerah-daerah persiapan makanan, ruang makan, dan setelah
merokok pekerja harus mencuci tangannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 88
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. PT. Maya Food Industries merupakan salah satu perusahaan yang
bergerak di bidang pangan terutama pengalengan ikan dengan status
Penanaman Modal Asing (PMA).
2. PT. Maya Food Industries letaknya berdekatan dengan daerah perairan
wilayah Pekalongan
3. PT. Maya Food Industries wilayahnya strategis karena mudah dalam
perolehan bahan baku secara kontinyu dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
maupun dari nelayan lokal di sekitar perusahaan. Selain itu lokasi
berdirinya perusahaan tersebut tidak terlalu jauh dari pusat kota sehingga
memudahkan proses pendistribusian atau pemasaran produk.
4. Teknik pengalengan ikan Sardines dan Mackerel dalam saus tomat, pada
dasarnya mempunyai prinsip yang hampir sama, yang membedakannya
adalah jenis bahan baku yang digunakan.
5. Perbedaan jenis ikan Sardines, misal ikan lemuru memiliki tekstur daging
yang lunak dan mudah hancur sehingga kulit mudah mengelupas dan
ikan mudah busuk karena sinar matahari.
6. Hal yang dapat mengakibatkan kerusakan dan kemunduran mutu pada
bahan baku akibat benturan yang keras terutama pada ikan lemuru yang
memiliki tekstur daging yang lunak.
7. Pengalengan adalah salah satu cara untuk mengawetkan bahan pangan
agar mempunyai daya simpan yang lama melalui proses sterilisasi
dengan menggunakan suhu tinggi berkisar 110 0C-120 0C dengan lama
pemanasan antara 80-90 menit.
8. Proses sterilisasi di perusahaan ini menggunakan retort horizontal dengan
suhu dan lama waktu pemanasan yang berbeda-beda untuk setiap jenis
produk tergantung dari jenis ikan dan ukuran kaleng yang digunakan.
commit to user
89
perpustakaan.uns.ac.id 90
digilib.uns.ac.id
B. Saran
Industri pengalengan ikan di PT. Maya Food Industries, Pekalongan
secara umum sudah berjalan dengan baik dan lancar dengan sistem
manajemen yang dapat mengatur segala kegiatan di perusahaan tersebut
dengan baik, tetapi ada beberapa saran yang diberikan oleh penyusun yang
diharapkan dapat membantu dan memberikan masukan bagi pihak
perusahaan agar dapat lebih meningkatkan kinerja perusahaan dan
menghasilkan produk akhir dengan mutu lebih baik.
Adapun saran-saran yang diberikan antara lain:
1. Pihak perusahaan harus lebih selekif dalam menerima bahan baku,
dengan adanya pengontrolan dan pengecekan yang lebih teliti terhadap
commit apabila
ikan yang baru datang sehingga to user bahan baku tersebut tidak sesuai
perpustakaan.uns.ac.id 91
digilib.uns.ac.id
commit to user