Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perubahan masa dan perubahan zaman yang cepat, menuntut orang untuk
bekerja keras dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Tuntutan itu dapatr
menimbulkan beberapa sikap tubuh tidak disadari oleh penderitanya, terutama
sikap tubuh yang menjadi kebiasaan sehari-hari dan bekerja. Nyeri pinggang
juga dapat menurunkan produktivitas manusia.
Puncak insidensi nyeri punggung bawah atau ischialgia adalah pada usia
45-60 tahun. Pada penderita dewasa tua, nyeri punggung bawah dapat
menganggu aktivitas sehari-hari pada 40% penderita dan gangguan tidur pada
20% penderita. Sebagian besar (75%) penderita akan mencari pertolongan
dan 25% diantaranya perlu dirawat inap untuk evaluasi (Cohen, 2001). Usia
merupakan faktor yang mendukung, sehingga biasanya diderita oleh orang
usia lanjut karena penurunan fungsi-fungsi tubuhnya terutama tulangnya
sehingga tidak lagi elastis diwaktu muda. Selain itu faktor resiko terhadap
pekerjaan dipengaruhi aktivitas terlalu banyak duduk atau berdiri juga
merupakan faktor yang mendukung nyeri pinggang bawah. Ini dinamakan
posisi tubuh kerja diam, pekerjaan yang membuat tubuh terpapar dengan
getaran seperti yang dilakukan para masinis, pengemudi truk, mengoperasikan
alat bergetar sering mengangkat dan menarik benda berat banyak
membungkuk dan berputar.
Biasanya ischialgia membutuhkan waktu 6-7 minggu untuk penyembuhan
terhadap jaringan lunak maupun sendi, namun 10% diantaranya tidak
mengalami perbaikan dalam kurun waktu tersebut. Nyeri punggung bawah
merupakan gejala bukan suatu diagnosis. Ischialgia merupakan kelainan
dengan berbagai etiologi dan membutuhkan penanganan simptomatis serta
rehabilitasi.

1.2 Tujuan Penulisan


Tulisan ini bertujuan untuk memenuhi tugas kepanitraan klinik senior stase
Neurologi.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi1

Saraf spinalis L4-S3 pada fossa poplitea membelah dirinya menjadi saraf perifer
yakni N Tibialis dan N poreneus. Nervus ischiadicus keluar dari foramen
ischiadikus mayor tuberositas anterior 1/3 bawah dan tengah dari SIPS (Spina
Iliaka Posterior Superior) kebagian dari tuberositas ischii.
Cakupan dari regio pinggang sebagai berikut :
a. Thoraco lumbal ( Th 12-L1 )
b. Lumbal ( Pinggang Atas )
c. Lumbal sacral ( Pinggang bawah )
d. Sacroiliaca Joint ( tulang pantat )
e. Hip Joint ( Sendi Bongkol Paha )

Adapun komponen-komponen dari regio pinggang adalah kulit, otot, ruas,


tulang sendi, dan bantalan sendi. Apabila semua ini mengalami gangguan maka
sangat berpotensi untuk terkena NPB yang bisa berlanjut menjadi ischialgia.
Perjalanan nervus ischiadicus dimulai dari L4-S3, dan saraf ini memiliki
percabangan antara lain :

1. N. Lateral poplital yang terdapat pada caput fibula


2. N. Medial popliteal yang terdapat pada fossa popliteal
3. N. Tibialis Posterior yang terdapat pada sebelah bawah
4. N. Suralis/Saphenus yang terdapat pada tendon achiles
5. N. Plantaris yang berada pada telapak kaki

2
Gambar 1. Anatomi Nervus ischiadika

Tulang belakang merupakan struktur yang kompleks yang dapat dibagi


menjadi 2 bagian. Dibagian ventral terdiri dari korpus vertebra yang dibatasi satu
dengan lainnya oleh discuss intervertebra dan ditahan satu dengan lainnya oleh
ligamentum longitudinal ventral dan dorsal. Bagian dorsal tidak begitu kuat dan
terdiri atas arkus vertebra dengan lamina dan pedikel ynag diikat satu dengan
lainnya oleh berbagai ligamen diantaranya ligamen interspinal, ligamen
intertranversa dan ligamen flavum. Pada prosessus spinosus dan tranversus
melekat otot-otot yang turut menunjang dan melindungi kolum vertebra. Seluruh
bangunan kolum vertebra mendapat inervasi dari cabang-cabang saraf spinal yang
sebagian besar keluar dari ruangan kanalis vertebra melalui foramen intervertebra
dan sebagian dari ramus meningeal yang menginversi duramater. Diskuss
intervetebra dan nukleus polposus tidak mempunyai inervasi sensibel biarpun
berbatasan langsung dengan ligamen longitudinal yang mengandung serabut
sensibel.

Bagian lumbal merupakan bagian tulang punggung yang mempunyai


kebebasan gerak yang terbesar. Tarikan tekanan dan torsi yang dialami pada
gerakan-gerakan antara bagian toraks dan panggul menyebabkan daerah ini dapat
mengalami cedera lebih besar daripada daerah lain, biarpun tulang-tulang vertebra

3
dan ligamen di daerah pinggang relatif lebih kokoh. Perbedaan hentakan antara
tulang dengan jaringan dalam peranan mereka sebagai sendi pendukung akan
menyebabkan penyakit yang karakteristik unik pada daerah yang bersangkutan.

Sebagian besar lesi pada discuss lumbal adalah mengenai jaringan lunak dan
sering sekali menghasilkan inti (nukleus) yang kemudian menekan akar saraf.

Gambar 2. Dermatom

2.2 Definisi Ischialgia

Ischialgia merupakan nyeri yang terasa sepanjang tungkai. Ditinjau dari arti
katanya,maka ischialgia adalah nyeri yang terasa sepanjang N.ischiadicus. Jadi
ischialgia didefinisakan sebagai nyeri yang terasa sepanjang nervus ischiadicus
dan lanjutannya sepanjang tungkai.2
Ischialgia adalah nyeri pada daerah tertentu sepanjang tungkai yang
merupakan manifestasi rangsangan saraf sensoris perifer dan nervus ischiadicus.
Ahli lain berpendapat bahwa ischialgia merupakan salah satu manifestasi dan
nyeri punggung bawah yang dikarenakan adanya penjepitan nervus ischiadicus.
Ischialgia atau skiatika adalah nyeri yang menjalar (hipoestesia, parestesia atau
disastesia) ke bawah sepanjang perjalanan akar saraf ischiadicus.
Ischialgia merupakan nyeri menjalar sepanjang N. Ischiadicus L4-S2.
Ischialgia yang dirasakan berasal dari vertebra lumbosakralis atau daerah

4
paravertebralis lumbosakralis dan menjalar sesuai dengan salah satu radiks yang
ikut menyusun nervus ischiadicus. Sebelum terjadi ischialgia selalu didahului
dengan Low Back Pain (LBP) atau nyeri pinggang bawah itu sendiri seperti
perasaan nyeri, pegal linu, atau terasa tidak enak didaerah pinggang.
Nyeri atau rasa tidak enak yang menjalar harus diartikan sebagai perwujudan
hasil perangsangan terhadap saraf sensori. Nyeri saraf itu terasa sepanjang
perjalanan saraf tepi. Ia bertolak dari tempat saraf sensorik terangsang dan
menjalar berdasarkan perjalanan serabut sensorik itu ke perifer. Perangsangan
terhadap berkas saraf perifer biasanya berarti perangsangan pada saraf motorik
dan sensorik. Gangguan sensibilitas yang terasa sepanjang perjalanan saraf tepi
dan biasanya juga disertai gangguan motorik yang disebut Neuritis. Neuritis di
tungkai dapat terjadi oleh karena berkas saraf tertentu terkena patologik di
sekitarnya.

2.3 Epidemiologi Ischialgia

Ischialgia merupakan keluhan yang sangat umum dan sangat sering terjadi,
dikeluhkan 4 dari 5 orang di Amerika Serikat, dan merupakan salah satu penyebab
ketidakhadiran di tempat kerja. Sisi baiknya, ischialgia sesungguhnya dapat
dicegah. Seandainya pencegahan juga kurang berhasil, terapi atau latihan
sederhana di rumah dan mekanisme tubuh yang baik akan memperbaiki dan
mempertahankan fungsinya dalam waktu beberapa minggu. Operasi merupakan
tindakan yang jarang dilakukan. Wanita memiliki angka prevalensi yang lebih
tinggi terkena ischialgia dibandingkan dengan pria.3 Onset lebih sering pada usia
30-50 tahun dengan insiden yang terjadi 16,2% dari semua diagnosa penyakit
saraf.4 Hal tersebut dikarenakan wanita memiliki aktivitas yang monoton dengan
posisi yang statis, misalnya saja pada penggunaan sepatu dengan hak tinggi atau
pada pedagang dengan kebiasaaan menggendong.3

2.4 Etiologi Ischialgia


Penyebab ischialgia
a) Non diskogenik
- Iritasi nervus ischiadicus
- Neoplasma
- Reaksi toksik
- Proses imunologik
b) Diskogenik
- Sindroma radikuler
- Herniasi spinal
- Diskus akut
- Reaksi inflamasi diskus

5
Penyebab terjepitnya saraf ini ada beberapa faktor, yaitu antara lain :
kontraksi/ radang otot-otot daerah bokong, adanya perkapuran tulang belakang
atau adanya keadaan yang disebut dengan Herniasi Nukleus Pulposus (HNP).
Untuk mengetahui penyebab pasti perlu dilakukan pemeriksaan fisik secara
seksama oleh dokter, jika perlu dilakukan pemeriksaan tambahan
radiologi/Rontgen pada tulang belakang.5

2.5 Klasifikasi Ischilagia2

Menurut Sidharta (1999) ischialgia dibagi menjadi tiga yaitu :

1. Ischialgia sebagai perwujudan neuritis ichiadicus primer

Ischialgia akibat neuritis ischiadikus primer adalah ketika nervus ischiadicus


terkena proses radang. Tanda dan gejala utama neuritis ichiadikus primer adalah
nyeri yang dirasakan bertolak dari daerah sakrum dan sendi panggul, tepatnya di
foramen infra piriformis atau insisura ischiadika dan menjalar sepanjang
perjalanan nervus ischiadikus dan lanjutannya pada nervus peroneus dan tibialis.
Nyeri tekan ditemukan pada insisura ischiadika dan sepanjang spasium poplitea
pada tahap akut. Juga tendon archiles dan otot tibialis anterior dan peroneus
longus terasa nyeri pada penekanan. Kelemahan otot tidak seberat nyeri sepanjang
tungkai. Karena nyeri itu tungkai difleksikan, apabila diluruskan nyeri bertambah
hebat. Tanda-tanda skoliosis kompensatorik sering dijumpai pada ischialgia jenis
ini.
Diagnosa neuritis ischiadikus primer ditetapkan apabila nyeri tekan pada
otot tibialis anterior dan perineous longus. Dan pada neuritis sekunder nyeri tekan
disepanjang nervus ischiadikus, tetapi didekat bagian nervus ischiadikus yang
terjebak saja. Timbul nyeri yang akut dan tidak disertai adanya nyeri pada
punggung bawah merupakan ciri neuritis primer berbeda dengan ischialgia yang
disebabkan oleh problem diskogenik. Refleks tendon archiles dan tendon lutut
biasanya tidak terganggu.

2. Ischialgia sebagai perwujudan entrapmentradikulitis atau radikulopati

Pada ischialgia radikulopati merupakan akibat dari tumor, nukleus


pulposus yang masuk kedalam kanalis vertebralis maupun osteofit atau
peradangan (rematois sponndilitis angkilopoetika, herpes zooster, tuberkulosa)
yang bersifat menghimpit dan mengakibatkan terjadinya radikulopati.
Pola umum ischialgia adalah nyeri seperti sakit gigi atau nyeri hebat yang
dirasakan bertolak dari vertebra lumbosakralis dan menjalar menurut perjalanan
nervus ischiadikus dan lanjutannya pada nervus peroneus atau nervus tibialis.

6
Makin jauh ketepi nyeri makin tidak begitu hebat, namun parestesia atau
hipoastesia sering dirasakan.
Pada data anamnestik yang bersifat umum antara lain : nyeri pada
punggung bawah selalu mendahului ischialgia, kegiatan yang menimbulkan
peninggian tekanan intraspinal seperti batuk, bersin dan mengejan memprovokasi
adanya ischialgia, faktor trauma hampir selamanya dapat ditelusuri, kecuali kalau
proses neuplasmik atau infeksi yang bertanggung jawab. Adapun data diagnostik
non fisik yang bersifat umum adalah : kurva lordosis pada lumbosakral yang
mendatar, vertebra lumbosakral memperlihatkan fiksasi, nyeri tekan pada salah
satu ruas vertebra lumbosakralis hampir selalu ditemukan, test laseque hampir
selalu positif pada derajat kurang dari 70, test naffziger dan valsava hampir selalu
positif. Data anamnestik dan diagnostik fisik yang bersifat spesifik berarti
informasi yang mengarah ke suatu jenis proses patologik atau yang
mengungkapkan lokasi didalam vertebra lumbosakralis atau topografi radiks
terhadap lesi yang merangsangnya.6

3. Ischialgia sebagai perwujudan entrapment neuritis

Unsur-unsur nervus ischiadicus yang dibawakan oleh nervi L4, L5, S1, S2,
dan S3 menyusun pleksus lumbosakralis yang berada di fasies pelvina os sakri.
Disitu pleksus melintasi garis sendi sakroiliaka dan sedikit lebih distal membentuk
nervus ischiadikus, yang merupakan saraf perifer terbesar. Selanjutnya dalam
perjalanannya ke tepi nervus ischiadikus dapat terjebak dalam bangunan-
bangunan yang dilewatinya. Pada pleksus lumbosakral dapat diinfiltrasi oleh sel-
sel karsinoma ovarii, karsinoma uteri atau sarcoma retroperineal digaris
persendian sakroiliaka komponen-komponen pleksus lumbosakralis dapat
membentuk nervus ischiadikus dapat terlibat dalam proses radang (sakroilitis).
Dari foramen infrapiriformis nervus ischiadikus terjebak oleh bursitis otot
piriformis. Dalam hal selanjutnya nervus ischiadikus dapat terlibat dalam bursitis
disekitar trokantor major femoris. Dalam hal itu juga, nervus ischiadikus dapat
terganggu oleh dengan adannya penjalaran atau metastase karsinoma prostat yang
sudah bersarang pada tuber ischii. Simptomatologi entrapment neuritis ischiadica
sebenarnya sederhana yaitu pada tempat proses patologik yang bergandengan
dengan ischialgia.

2.6 Patologi ischialgia


Vertebrae manusia terdiri dari servikal, torakal, lumbal, sakral dan
coccygeus. Bagian vertebrae yang membentuk punggung bagian bawah adalah
L1-L5 dengan discuss intervertebrae dan pleksus lumbalis serta pleksus sakralis.
Pleksus lumbalis keluar dari lumbal 1-4 dan terdiri dari nervus iliohipogastrica,
nervus ilioinguinalis, nervus femoralis, nervus genitofemoralis, dan nervus
obturatorius. Selanjutnya pleksus sakralis keluar dari L4-S4 yang terdiri dari

7
nervus gluteus superior, nervus gluteus inferios, nervus ischiadikus, nervus
kutaneus femoralis superior, nervus pudendus dan ramus muscularis. Nervus
ischiadikus adalah berkas saraf yang meninggalkan pleksus lumbosakralis dan
menuju foramen infrapiriformis dan keluar pada permungkaan tungkai
dipertengahan lipatan pantat. Pada apeks spasium poplitea nervus ischiadikus
bercabang menjadi dua yaitu nervus perineous komunis dan nervus tibialis.
Ischialgia timbul akibat perangsangan serabut-serabut sensorik yang berasal dari
radiks posterior L4-S3, dan ini dapat terjadi pada setiap bagian nervus ischiadikus
sebelum sampai pada permungkaan belakang tungkai.2

2.7 Faktor Resiko

a. Umur. Serangan pertama dari nyeri pinggang, tipikal terjadi pada usia antara
30-40 tahun an. Kejadiannya nyeri pinggang akan bertambah dengan
bertambahnya umur.
b. Tingkat kebugaran. Nyeri pinggang bawah lebih sering mengenai orang dengan
tingkat kebugaran yang kurang.
c. Diet. Diet tinggi kalori dan lemak yang dipadu dengan gaya hidup yang tidak
aktif, dapat menyebabkan kegemukan.

2.8 Gejala Klinis

Gejala paling utama adalah nyeri tungkai menjalar dan menyebabkan


gangguan aktivitas. Umumnya pasien dapat diterapi pada tingkat layanan primer,
namun tidak sedikit yang harus dirujuk ke pusat rujukan dan memerlukan
tindakan operatif.8
Gejala yang sering ditimbulkan akibat ischialgia adalah :
1. Nyeri punggung bawah
2. Nyeri daerah bokong
3. Rasa kaku pada punggung bawah
4. Nyeri yang menjalar atau seperti rasa kesentrum yang dirasakan daerah
bokong yang menjalar ke daerah paha, betis, bahkan sampai kaki,
tergantung bagian saraf mana yang terjepit.
5. Rasa nyeri sering ditimbulkan setelah melakukan aktivitas yang
berlebihan, terutama banyak membungkukkan badan atau banyak berdiri
dan berjalan
6. Rasa nyeri juga sering diprovokasi karena mengangkat barang yang berat
7. Jika dibiarkan maka lama-kelamaan akan mengakibatkan kelemahan
anggota badan bawah atau tungkai bawah yang disertai dengan
mengecilnya otot-otot tungkai bawah tersebut
8. Dapat timbul gejala kesemutan
9. Pada kasus berat dapat timbul kelemahan otot dan hilangnya refleks
tendon patella (KPR) dan achilles (APR)

8
10. Bila mengenai konus atau cauda ekuina dapat terjadi gangguan defekasi,
miksi dan fungsi seksual. Keadaan ini merupakan kegawatan neurologis
yang memerlukan tindakan pembedahan untuk mencegah kerusakan
fungsi permanen
11. Nyeri bertambah dengan batuk, bersin, mengangkat

Yang harus di perhatikan dalam anamnesa antara lain :


1. Lokasi nyeri, sudah berapa lama, mula nyeri, jenis nyeri (menyayat,
menekan, dll), penjalaran nyeri, intensitas nyeri, pinggang terfiksir, faktor
pencetus, dan faktor yang memperberat rasa nyeri
2. Kegiatan yang menimbulkan peninggian tekanan didalam subarachnoid
seperti batuk, bersin dan mengedan memprivakasi terasanya ischialgia
diskogenik
3. Faktor trauma hampir selalu ditemukan kecuali pada proses neoplasma
atau infeksi

2.9 Pemeriksaan Fisik1,7,9


Untuk mengetahui seorang pasien mengalami ischialgia atau tidak biasanya
ahli fisioterapi memberikan beberapa test salah satunya terapi mengangkat
kaki yang mengalami nyeri jika nyeri dirasakan bertambah hebat pada sudut
60-70 orang tersebut dikatakan positif ischialgia. Test ini disebut Straight
Leg Rising.
1. Yellow flags : faktor psikologis yang memberikan petunjuk bahwa nyeri
pada penderita nyeri pinggang cenderung berkembang menjadi kronis.
Kronik > 3 bulan (menjadi kronis karena ada faktor psikologis)
2. Red flag :
a) Kanker dan penurunan BB
b) Imunosupresi, termasuk penggunaan steroid jangka panjang
c) Pemakaian obat-obatan intravena
d) Riwayat infeksi urogenital
e) Demam
f) Nyeri bertambah saat istirahat
g) Ada riwayat trauma
h) Retensi urin, gangguan miksi dan defekasi
Pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan :
1. Gaya berjalan yang khas yaitu sedikit membungkuk dan miring ke sisi
tungkai yang nyeri dengan fleksi di sendi panggul dan lutut serta kaki yang
berjingkat. Sikap tersebut bertujuan untuk mencegah timbulnya nyeri, sebab
posisi tegak akan membangkitkan nyeri.
2. Lordosis yang mendatar dengan motilitas tulang belakang lumbal terbatas.
3. Skoliosis bersifst sementara dengan bonkafitas menghadap ke sisi tungkai
yang nyeri.

9
4. Lipatan bokong sisi yang sakit lebih rendah dari pada sisi yang sehat. Hal
ini disebabkan karena radiks dorsalis yang mengalami kompresi dari
penonjolan nukleus pulposus mengakibatkan tonus otot-otot gluteal bertonus
rendah.
5. Refleks tendon achiles menurun atau menghilang jika radiks antara L5
sampai S1 terkena.
6. Pemeriksaan sensibilitas kulit biasanya tidak menghasilkan defisit sensorik
secara eksplisit. Bila HNP sudah lama terjadi dapat ditemukan dermatom L5-
S1 yang anestettik atau hipestetik.
Pemeriksaan fisik lain yang dapat dilakukan :
1. Tes Laseque
2. Tes Laseque silang atau tes OConell
3. Tes Nafziger
4. Tes Patrick
5. Tes kontra patrick

2.10 Pemeriksaan Penunjang8

1. Foto rontgen lumbosakral


Tujuan utama adalah untuk mendeteksi kelainan struktural.
2. Myelografi
Memberikan gambaran anatomi yang detail. terutama elemen osseus vertebra.
3. CT scan vertebrae Lumbal
Memberikan gambaran struktur anatomi tulang vertebra dengan baik dan
memberikan gambaran yang bagus untuk hernia diskus diskus intervertebrata.
4. MRI vertebrae lumbal
Untuk mendeteksi kelainan diskus intervertebralis, mengidentifikasi kompresi
medulla spinalis dan radiks saraf, dan mengetahui beratnya perubahan
degeneratif pada diskus intervertebrata.

2.11 Diagnosa Banding

1. Proses degeneratif meliputi spondilitis, HNP, Stenosis spinalis dan


osteoarhtritis
2. Penyakit inflamasi meliputi arthritis rheumatoid, spondilitis angkilopoetika
3. Osteoporosis
4. Kelainan kongenital, abnormal kongenital yang diperlihatkan foto rontgen
polos vertebra lumbosakralis
5. Gangguan sirkulasi meliputi aneurisma aorta abdominalis, trombosis aorta
terminal

10
2.12 Penatalaksanaan ischialgia10

Seringkali nyeri tersebut hilang dengan sendirinya. Istirahat, tidur diatas


kasur yang keras, menggunakan obat-obatan anti peradangan nonsteroid
(NSAIDs) dan mengkompres panas dan dingin kemudian pengobatan yang cukup.
Untuk banyak orang, tidur pada sisi mereka dengan lutut ditekuk dan sebuah
bantal diantara lutut menghadirkan keringanan. Meluruskan otot yang lumpuh
secara berlahan-lahan setelah pemanasan bisa membantu. Peran fisioterapi pada
kasus ischialgia ini dapat membantu meringankan nyeri yang dirasakan.
Mordalitas yang digunakan bisa efektif dengan heating yakni dengan SWD (Short
Wave Diathermi), bisa juga ditambah TENS untuk membantu memblokir
nyerinya.

Penatalaksanaan
1. Obat-obatan : analgetik, NSAID, muscle relaxan, dan sebagaianya
2. Program Rehabilitasi Medik
Fisioterapi meliputi terapi panas, terapi listrik, terapi latihan atau exercise,
okupasi terapi, psikologi, sosial medik dan edukasi. Program fisioterapi
bertujuan untuk mengurangi rasa sakit dan keseimbangan dalam bergerak.
Penguatan otot untuk mencegah pemendekan otot (kontraktur) memerlukan
otot yang spastik, memperlancar aliran darah serta meningkatkan kemampuan
hidup sehari-hari.
Psikologi bertujuan untuk membebaskan seseorang dari masalah tertentu
yang dianggap menganggu kesehatan jiwa dan diharapakan dan memperkuat
pasien dalam menghadapi kesulitan. Sosial medik bertujuan untuk membantu
pasien dan keluarganya dalam menjangkau sumber pelayanan yang optimal
dengan kondisi dan kemampuannya yang mengalami hambatan karena sakit
fisik.

Program rehabilitasi medik bagi penderita ischialgia adalah :


a. Terapi fisik : diatermi, elektroterapi, traksilumbal dan terapi manipulasi
b. Terapi okupasi : mengajarkan proper body mekanik
c. Ortotik prostetik : pemberian korset lumbal, alat bantu jalan
d. Advis

3. Operasi Disektomi : dilakukan pada kasus yang berat, sangat menganggu


aktifitas dimana dengan obat-obatan dan program rehabilitasi medik tidak
menganggu.

11
BAB III

LAPORAN KASUS

3.1. Identitas Pasien

Nama : Tn. Y

Umur : 48 tahun

Tanggal diperiksa : 2 november 2016

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Pekejaan : Petani

Agama : Islam

Alamat : Solok

3.2. Anamnesa
a. Keluhan Utama
Nyeri pinggang kiri menjalar ke kaki sebelah kiri sejak 1 hari SMRS

b. Riwayat Penyakit Sekarang


Nyeri pinggang kiri menjalar ke kaki sebelah kiri sejak 1 hari SMRS. Nyeri
pinggang menjalar ke kaki kiri dialami oleh penderita sejak lebih kurang 2
minggu yang lalu, terjadi tiba-tiba saat penderita sedang beraktifitas. Nyeri
dirasakan seperti tersentrum, ditusuk-tusuk, berdenyut, dan rasa panas. Nyeri
yang dialami hilang timbul. Awalnya nyeri dirasakan kadang-kadang, tetapi 2
minggu terakhir ini nyeri mulai sering dirasakan. Nyeri menjalar dari
pinngang hingga ke tungkai kiri. Nyeri terutama dirasakan bila beraktifitas
mengangkat beban berat, berdiri lama, berjalan, dan naik tangga. Nyeri
berkurang bila penderita duduk dan beristirahat. BAB dan BAK normal.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat mengangkat barang-barang berat
Riwayat trauma jatuh terduduk disangkal
Riwayat mengkonsumsi obat kortikosteroit jangka panjang
Riwayat penurunan berat badan dalam waktu 3 bulan ini
Riwayat kolesterol tinggi tidak terkontrol
Riwayat hipertensi tidak terkontrol
Riwayat penyakit asam urat disangkal
Riwayat keganasan disangkal

12
Riwayat penggunaan kortikosteroid dalam jangka waktu lama disangkal

d. Riwayat Penyakit Keluarga :


Riwayat keganasan disangkal
Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat kolesterol tinggi disangkal

e. Riwayat Pribadi dan sosial

Pasien adalah seorang petani yang sering bekerja mengangkat beban berat,
dan juga memiliki ternak ayam. Setiap harinya pasien memberi makan ternak
sekitar 1 jam berdiri . Pasien sudah menikah dan memiliki 4 orang anak dan
pasien memiliki kebiasaan merokok dan minum kopi.

3.3. Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

Keadaan Umum : Sedang


Kesadaran : Compos Mentis Cooperatif
Tekanan darah : 160/100 mmHg
Nadi : 64 x/menit
Nafas : 20x/menit
Suhu : 37o C
Berat Badan : 65 kg
Tinggi Badan : 160 cm
Gizi : Baik
Turgor kulit : Baik

Status Lokalisata
Mata kanan : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Mata Kiri : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Kelenjar Getah Bening


Leher : tidak teraba pembesaran KGB
Aksila : tidak teraba pembesaran KGB
Inguinal : tidak teraba pembesaran KGB

13
Thorak
Paru
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan saat statis dan dinamis
Palpasi : fremitus sama kiri dan kanan
Perkusi : sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : suara nafas normal vesikular, ronki dan wheezing di kedua
lapang paru tidak ada
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : bunyi jantung 1 dan 2 positif, murmur tidak ada, gallop
tidak ada
Abdomen
Inspeksi : simetris, perut pasien tidak membuncit, tidak ada
pembesaran vena/venektasi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada nyeri lepas, hepar dan lien
tidakteraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : ada bising usus
Korpus Vertebra
Inspeksi : tidak ada kifosis, lordosis, dan skoliosis
Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Pemeriksaan Neurologis
1. Glassgow Coma Scale : E4M6V5 = 15 (Compos Mentis
Cooperatif)
2. Tanda Rangsangan Meningeal :
a. Kaku Kuduk : tidak ada
b. Brudzinki I : tidak ada
c. Brudsinki II : tidak ada

14
d. Tanda kernig : tidak ada
3. Tanda Peningkatan TIK :
a. Pupil : isokhor, diameter 3mm / 3mm
b. Refleks cahaya : +/+
c. Muntah Proyektil : Tidak ada

4. Pemeriksaan Nervus Cranialis


a. N I : Nervus Olfactori
Penciuman Kanan Kiri
Subjektif Normal Normal
Objektif dengan Normal Normal
bahan

b. N II : Nervus Opticus
Penglihatan Kanan Kiri
Tajam penglihatan Normal Normal
Lapang pandang Normal Normal
Melihat warna Normal Normal
Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

c. N III : Nervus okulomotorius


Kanan Kiri
Bola mata Tenang Tenang
Ptosis Tidak ada Tidak ada
Gerakan bulbus Bebas ke segala Bebas ke segala
arah arah
Strabismus Tidak ada Tidak ada
Nistagmus Tidak ada Tidak ada
Ekso/endoftalmus Tidak ada Tidak ada
Pupil Isokor Isokor
- Bentuk Bulat Bulat

15
- Reflek cahaya Ada ada
- Reflek akomodasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Reflek konvergen Tidak dilakukan Tidak dilakukan

d. N IV : Nervus Troklearis
Kanan Kiri
Gerakan mata Positif Positif
kebawah
Sikap bulbus Tenang Tenang
Diplopia Tidak ada Tidak ada

e. N V : Nervus Trigeminus
Kanan Kiri
Motorik
Membuka mulut Normal Normal
Menggerakkan rahang Normal Normal
Menggigit Normal Normal
Mengunyah Normal Normal
Sensorik
Divisi optalmika
- Reflek kornea Normal Normal
- Sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Divisi maksila
- Reflek masseter Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Divisi mandibular Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan

f. N VI : Nervus abdusen

16
Kanan Kiri
Gerakan mata lateral Positif Positif
Sikap bulbus Dalam batas normal Dalam batas normal
Diplopia Tidak ada Tidak ada

g. N VII : Nervus Facialis


Kanan Kiri
Raut wajah Simetris Simetris
Sekresi air mata Normal Normal
Fisura palpebra Positif Positif
Menggerakkan dahi Normal Normal
Menutup mata Normal Normal
Mencibir atau bersiul Normal Normal
Memperlihatkan gigi Normal Normal
Sensasi 2/3 lidah Normal Normal
Hiperakustik Normal Normal

h. N VIII : Nervus Vestibulokoklearis


Kanan Kiri
Suara berbisik Positif Positif
Detik arloji Positif Positif
Renne tes Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Weber tes Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Swabach tes
- Memanjang Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Memendek Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Nistagmus
- Pendular Negatif Negatif
- Vertikal Negatif Negatif

17
- Siklikal Negatif Negatif
Pengaruh posisi Negatif Negatif
kepala

i. N IX : Nervus Glossofaringeal
Kanan Kiri
Sensasi lidah 1/3 Positif Positif
belakang
Reflek muntah/ gag Normal Normal
reflek

j. N X : Nervus Vagus
Kanan Kiri
Arcus faring Simetris simetris
Uvula Ditengah Ditengah
Menelan Normal Normal
Artikulasi Positif Positif
Suara Normal Normal
Nadi Reguler reguler

k. N XI : Nervus Assesorius
Kanan Kiri
Menoleh kekanan Normal normal
Menoleh kekiri Normal normal
Mengangkat bahu Normal normal
kekanan
Mengangkat bahu Normal normal
kekiri

18
l. N XII : Nervus Hipoglosus
Kanan Kiri
Kedudukan lidah Simetris Simetris
dalam
Kedudukan lidah Di tengah Di tengah
dijulurkan
Tremor Negatif negatif
Fasikulasi Negatif negatif
Atrofi Negatif negatif

5. Pemeriksaan koordinasi
Cara berjalan Tidak dilakukan Disatria Tidak dilakukan
Romberg test Tidak dilakukan Disfagia Tidak dilakukan
Ataksia Tidak dilakukan Supinasi pronasi Tidak dilakukan
Rebound Tidak dilakukan Tes jari hidung Tidak dilakukan
phenoment
Tes tumit lutut Tidak dilakukan Tes hidung jari Tidak dilakukan

6. Pemeriksaaan fungsi motorik


a. Badan Respirasi Normal Normal
Duduk Normal Normal
b. Berdiri dan Gerakan
berjalan spontan
Tremor Negatif
Atetosis Tidak
dilakukan
Mioklonik Tidak
dilakukan
Khorea Tidak
dilakukan
c. Ekstremitas Superior Inferior

19
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Aktif Aktif Aktif Aktif
Kekuatan 555 555 555 555
Trofi Eutotrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Tonus Eutonus Eutonus Eutonus Eutonus

7. Pemeriksaan sensibilitas
Sensibilitas taktil Positif
Sensibilitas nyeri Positif
Sensibilitas termis Positif
Sensibilitas Positif
Sensibilitas kortikal Tidak dilakukan
Streognosis Tidak dilakukan
Pengenalan 2 titik Tidak dilakukan
Pengenalan rabaan Tidak dilakukan

8. Pemeriksaan reflek
1. Fisiologis Kanan Kiri Kanan Kiri
Kornea Normal normal Biseps ++ ++
Berbangkis Tidak Tidak Triseps ++ ++
dilakukan dilakukan
Laring Tidak Tidak APR ++ +
dilakukan dilakukan
Masseter Tidak Tidak KPR ++ +
dilakukan dilakukan
Dinding perut Tidak Tidak Bulbo - -
dilakukan dilakukan cavernosus
Atas Tidak Tidak Cremater Tidak Tidak
dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan
Tengah Tidak Tidak Spingter Tidak Tidak
dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan

20
Bawah Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
2. Patologis
Lengan Tungkai
Hoffman- - - Babinski Tidak ada Tidak ada
tromer
Chaddoks Tidak ada Tidak ada
Oppenheim Tidak ada Tidak ada
Gordon Tidak ada Tidak ada
Schaeffer Tidak ada Tidak ada
Klonus Tidak Tidak
paha dilakukan dilakukan
Klonus kaki Tidak Tidak
dilakukan dilakukan

pemeriksaan reflek patologis:


Laseque : -/+ 600
Patrick : -/+
Kontra Patrick : -/+
3. Fungsi otonom
a. Miksi : Normal
b. Defekasi : Normal
c. Sekresi keringat : Normal

Fungsi Luhur
Kesadaran Tanda Demensia
Reaksi Bicara Normal Refleks glabela Tidak dilakukan
Fungsi Normal Refleks Snout Tidak dilakukan
intelektual
Reaksi emosi Normal Refleks Tidak dilakukan
menegang

21
Refleks Tidak dilakukan
palmomental

3.4. Pemeriksaan penunjang


Darah rutin
Hb : 14,8 gr/dl
Ht : 40 %
Leukosit : 8.700 uL
Trombosit : 351.000

Kimia klinik
LDL kolesterol :153 mg %
Trigliserida : 176 mg %
Ad random : 110 mg %

22
Rontgen Lumbosacral AP dan Lateral

Kesan :
Kelengkungan vertebrae melurus
Copus vertebrae lian memipi (proses degenerative)
Discus intervertebralis L4-L5 dan L5-S1 menyempit
Jaringan lunak paravertebrae kesan baik
Densitas tulang baik
Kompresi aspek anterior corpus vertebrae L1 dan L3

3.5. diagnosa
diagnosa klinis : Ischialgia Sinistra
diagnosa topik : Radix Dorsalis Sinistra setinggi dermatom vertebra
L3-S1
diagnosa etiologi :Trauma mekanik + Degeneratif
diagnosa sekunder : hipertensi stage II tidak terkontrol +
hiperkolesterolemi

23
3.6. Prognosa
a. Quo at vitam : Bonam
b. Quo at fungtional : Dubia ad Bonam
c. Quo at sanationam : Bonam

3.7. Penatalaksanaan
terapi umum :
- IVFD RL 20 tetes/menit
- Bed rest Total 2-4 hari
- Tidur dengan alas keras
- Fisioterapi
- Diet makan biasa
- berenang

terapi khusus :
- NSAID : Meloxicam Tablet 2x7,5 mg
- Muscle relaxan : diazepam tablet 3x2 mg
- Analgetik Adjuvan : Paracetamol tablet 3x500 mg
- Neutropik : Mekobalamin tablet 3 x 500 mg

24
BAB IV
ANALISIS KASUS

Sorang pasien laki-laki berumur 48 tahun Dari anamnesis didapatkan


bahwa nyeri kaki kiri dialami sejak 1 hari SMRS, terjadi tiba-tiba saat penderita
sedang beraktifitas. Nyeri dirasakan seperti tersentrum, ditusuk-tusuk, berdenyut,
dan rasa panas. Nyeri menjalar hingga ke tungkai kiri. Nyeri terutama dirasakan
saat tidur terlentang dan saat beraktifitas mengangkat beban berat, berdiri lama,
berjalan, berlari, dan naik tangga. Nyeri berkurang bila penderita duduk dan
beristirahat. BAB dan BAK normal.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan reflek KPR dan APR menurun pada kaki
kiri, tes lasegue -/+ 600, patrick -/+, kontra patrick -/+
Gejala yang ditemukan pada pasien ini sesuai dengan teori menurut
Sidharta (1999) dimana nyeri menjalar sepanjang perjalanan nervus ischiadicus
dan lanjutannya pada nervus nervus paroneus dan tibialis . Kelemahan otot tidak
seberat nyeri sepanjang tungkai. Karena nyeri itu maka tungkai difleksikan,
Apabila diluruskan nyeri bertambah hebat.
kemudian pada pemeriksaan fisik ditemukan prnurunan reflek APR dan
KPR, tes tes lasegue -/+ 600, patrick -/+, kontra patrick -/+
Berdasarkan gejala tersebut dapat didiagnosa klinis : Ischialgia sinistra
Berdasarkan lokasi dari keluhan nyeri dirasakan setinggiL5-S2.
Maka diagnosa topiknya: Radix Dorsalis sinistra setinggi dermatom
vertebrae L5-S2
Berdasarkan rontgen lumbosacral AP/lateral maka didapatkan kesan corpus
lian memipi (proses degenerative), sehingga diagnosa etiologinya: Degenerative
Berdasarkan riwayat penyaki dahulu, pasien memiliki riwayat hipertensi yang
tidak terkontrol, dan pada pemeriksaan kimia klinik ditemukan LDL kolesterol
pasien 153 mg %, trigliserida 176 mg %, maka diagnosa sekundernya : hipertensi
stage II tidak terkontrol + hiperkolesterolemia.
Menurut saya nyeri pinggang yang menjalar kekaki kiri disebabkan oleh
pengaruh kolesterol yang tinggi. Jadi, anjuran saya, kurangi berat badan, dan diet
rendah kolesterol.
Nyeri ini dapat diatasi dengan istirahat dan pemberian obat-obatan.Tirah
baring pada alas keras, Pada terapi medika mentosa: NSAID (meloxicam 2 x 7,5
mg), Muscle relaxan ( diazepam tablet 2 mg 3 x 1), Neurotropik (mecobalamin 3
x 500mg).

25
BAB V
PENUTUP

Kesimpulan
Ischialgia adalah nyeri pada daerah tertentu sepanjang tungkai yang
merupakan manifestasi rangsangan saraf sensoris perifer dan nervus ischiadicus.
Ahli lain berpendapat bahwa ischialgia merupakan salah satu manifestasi dari
nyeri punggung bawah yang dikarenakan adanya penjepitan nervus ischiadicus.
Ischialgia atau skiatika adalah nyeri yang menjalar (hipoestesia, parestesia atau
disastesia) ke bawah sepanjang perjalanan akar saraf ischiadicus.

Penyebab terjepitnya saraf ini ada beberapa faktor, yaitu antara lain :
kontraksi/ radang otot-otot daerah bokong, adanya perkapuran tulang belakang
atau adanya keadaan yang disebut dengan Herniasi Nukleus Pulposus (HNP).
Untuk mengetahui penyebab pasti perlu dilakukan pemeriksaan fisik secara
seksama oleh dokter, jika perlu dilakukan pemeriksaan tambahan
radiologi/Rontgen pada tulang belakang.

Siatika atau ischialgia biasanya mengenai hanya satu sisi. Yang bisa
menyebabkan rasa seperti ditusuk jarum, atau nyeri seperti ditembak. Kekakuan
kemungkinan dirasakan pada kaki. Berjalan, berlari, menaiki tangga, dan
meluruskan kaki memperburuk nyeri tersebut, yang diringankan dengan istirahat
atau duduk.

Seringkali nyeri tersebut hilang dengan sendirinya. Istirahat, tidur diatas


kasur yang keras, menggunakan obat-obatan anti peradangan nonsteroid
(NSAIDs) dan mengkompres panas dan dingin kemudian pengobatan yang cukup.
Untuk banyak orang, tidur pada sisi mereka dengan lutut ditekuk dan sebuah
bantal diantara lutut menghadirkan keringanan. Meluruskan otot yang lumpuh
secara berlahan-lahan setelah pemanasan bisa membantu. Peran fisioterapi pada
kasus ischialgia ini dapat membantu meringankan nyeri yang dirasakan.
Mordalitas yang digunakan bisa efektif dengan heating yakni dengan SWD (Short
Wave Diathermi), bisa juga ditambah TENS untuk membantu memblokir
nyerinya.

26
DAFTAR PUSTAKA

1. R. Putz, R. Pabst. Atlas Anatomi Manusia Sobotta Edisi 21. 2006. Jakarta:
EGC.
2. Mardjono M, Sidharta P.2009. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian
rakyat, hal: 95-105.
3. Rifqi Nurul Minaryanti. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Ischialgia
Dengan Short Wave Diathermy Dan Terapi Latihan Di Rsud Sragen.2009.
Fakutas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhamadiyah Surakarta.
4. Lippincot Wiliams & Wilkens. Clinical Primer of Rheumatology, edited
by William Koopman, et al, 2003. Annual Scientific Meeting.
5. Markam S. 1982. Neurologi. Jakarta: EGC
6. Ngoerah, I Gusti Nengah Gde. 1995. Dasar-Dasar Iimu Pentyakit Saraf.
Surabaya: Airlangga University Press
7. Angliadi L.S, Sengkey L, Gessal J, Mogi T.I. Ilmu kedokteran Fisik dan
Reahabilitasi. 2006. Manado.
8. Jarvik JG, Deyo RA.2002. Diagnostic evaluation of low back pain with
emphasis on Imaging. Ann Intern Med, 137, pp 586-97.
9. Govind J.2004. Lumbar Radicular Pain. Aus Fam Phys.33, pp 409-12.
10. Award JN, Moskovich R. 2008. Lumbar disc herniations : surgical versus
nonsurgical treatment. Clin Orthop Res, 443, pp 183-97.

27

Anda mungkin juga menyukai