JAWA TENGAH
LAPORAN AKHIR
Oleh:
ADRIKA ARUMITA PRATAMI
F1D314050
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayahnya Laporan Akhir
Kuliah Lapangan Karangsambung-Kebumen dapat diselesaikan tepat waktu. Dalam
penyusunannya saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu
kelancaran kuliah lapangan yang telah bersedia meluangkan waktu, fikiran dan tenaga
nya selama di lapangan serta memberikan dorongan serta bimbingangan kepada saya.
Terimakasih saya ucapkan kepada :
1. Drs. H. Nasri MZ M.S
2. Soni Satiawan ST., M.Sc
3. Rizka ST., M.T
4. Ichy Lucia Resta S.Pd., M.Si
5. Para mentor Pembimbing LIPI dan BMKG
6. Teman-teman kelompok 1
Harapan saya semoga Laporan ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
laporan ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Laporan ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan laporan
ini.
Adrika Arumita P
NIM.F1D314050
2
Sari
Abstrack
The Karangsambung area is the best natural laboratory in which various types of rocks
with different settling environments or formations can be found here.Karangsambung is a
meeting between the Australian Indian ocean plates with Eurasian continental plates. The
traces of the two plates began 117 million years ago Lime / crestus) can be found here in the
form of outcrops of various rocks and their morphological appearance which makes this place
a natural blackbook, and the plate tectonic concept can be learned and proven here.
Field Lecture with code (PTF 363) is a compulsory subject in the study program of
Geophysics Engineering FST UNJA. The field lecture methodology was conducted geologically
and geophysically where the first 5 days of geological mapping and 5 days later geophysical
acquisition then from the data obtained by the students able to meencocokkan, correlate,
analyze, and draw a conclusion from the data obtained in the research area.
Keyword : karangsambung, field lectu
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................. 1
SARI ............................................................................................................. 1
ABSTRACT ................................................................................................. 1
DAFTAR ISI ................................................................................................. 3
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... 5
DAFTAR TABEL ....................................................................................... 8
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 9
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 9
1.2. Tujuan............................................................................................... 10
1.3. Lokasi dan Akses Daerah Penelitian ............................................... 10
1.4. Metode Penelitian ............................................................................. 12
1.5 Sistematika Penulisan ........................................................................ 13
4
BAB IV PEMETAAN GEOLOGI .......................................................... 30
4.1. Pengambilan data lapangan ........................................................ 31
4.2. Pengolahan dan Pembahasan Data ............................................ 32
BAB V PEMETAAN GEOFISIKA ......................................................... 49
5.1. Pengambilan Data Lapangan ..................................................... 49
5.2. Pengolahan dan Pembahasan Data ............................................. 56
LAMPIRAN................................................................................................ 73
5
DAFTAR GAMBAR
6
Gambar 4.24. Scaly clay .............................................................................. 43
7
Gambar 5.26. Model kg ...................................................................................
8
DAFTAR TABEL
9
BAB I
PENDAHULUAN
10
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dalam dalam Kuliah Lapangan ini yaitu agar
1. Mahasiswa diharapkan mampu mengaplikasikan ilmu geologi dan geofisika
yang diperoleh selama proses perkuliahan dalam kuliah lapangan di daerah
Karangsambung mencakup akuisisi hingga pengolahan data geofisika.
2. Mahasiswa diharapakan mampu mengetahui kondisi geologi daerah penelitian
berdasarkan hasil interpretasi metode geofisika maupun geologi.
Kegiatan kuliah lapangan ini dilaksanakan selama sepuluh hari, yakni pada
tanggal 03 April 2017 sampai dengan 12 April 2017 di Kampus LIPI
Karangsambung, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.
Lokasi Koordinat Keretangan Akses Daerah Penelitian
Lp1 Puncak X : 0351619 Geomarfologi Ditempuh dengan
Wagir Sambeng Y : 91651625 berjalan kaki sekitar 30
H : 143 Mdpl menit dari Kampus LIPI
Lp2 Punggungan X : 0351804 Deskripsi Batuan Ditempuh dengan
Wagir sambeng Y : 9165727 berjalan kaki sekitar 20
H : 124 Mdpl menit dari kampus LIPI
Lp3 Kali Mandala X : 0353092 Geologi Struktur Ditempuh dengan
Y : 9166262 ( Pengukuran kekar berjalan kaki sekitar 20
H : 68 Mdpl dan sesar) menit dari kampus LIPI.
Lp4 Kali Jebug X : 0353630 Deskripsi Batuan Ditempuh dengan
Y : 9116056 berjalan kaki sekitar 20
H : 78 Mdpl menit dari kampus LIPI.
Dengan rute perjalanan
rumah warga- kebun dan
anak sungai.
Lp5 Kali Muncar X : 0357404 Deskripsi Batuan Dari kampus LIPI desa
Y : 9169314 Totogan ditempuh sekitar
H : 107 Mdpl 20 menggunakan Mobil.
11
Dari Desa totogan
menuju kali muncar
dibutuhkan waktu sekitar
10 menit dengan berjalan
kaki.
Lp6 Pucangan X : 0355756 Deskripsi Batuan Ditempuh sekitar 15
Y : 9168393 menit dari kampus LIPI,
H : 106 Mdpl dengan menggunakan
kendaraan umum
(Mobil), karena berada
dipinggir jalan.
Lp7 Totogan X : 0354020 Geomarfologi Ditempuh sekitar 15
Y : 9167843 menit dari kampus LIPI,
H : 139 Mdpl dengan menggunakan
kendaraan umum
(Mobil).
Lp8 Luk Ulo X : 0352901 Deskripsi Batuan Ditempuh Sekitar 10
Sipako Y : 9166575 Menit dari kampus LIPI,
H: 49 Mdpl Dengan menggunakan
kendaraan umum
(Mobil).
Lp9 Gunung X : 0353298 Deskripsi Batuan Ditempuh dengan
Parang Y : 9166366 berjalan kaki sekitar 10
H : Mdpl menit dari kampus LIPI.
Lp10 Gamping X : 03535122 Deskripsi Batuan Ditempuh dengan
Numulites Y : 9165646 berjalan kaki sekitar 3
H : 60 Mdpl menit, Karena berada di
depan kampus LIPI.
Lp11 Bukit Jati X : 0354736 Deskripsi Batuan Ditempuh sekitar 10
Bungkus Y : 9163273 menit dari kampus LIPI,
H ; 94 Mdpl dengan menngunakan
Kendaraan umum.
12
Lp12 bukit X : 0354039 Deskripsi Batuan Ditempuh sekitar 15
Waturanda Y : 9161876 menit dari kampus LIPI,
H : 71 Mdpl dengan menggunakan
kendaraan umum
(Mobil).
Lp13 Kali Jaya X : 0355844 Pengukuran Ms Ditempuh sekitar 15
Y : 9160371 menit dari kampus LIPI,
H : 100 Mdpl dengan menggunakan
kendaraan umum
(Mobil).
Lp14 X : 0353159 Deskripsi Batuan Ditempuh dengan
Pasanggrahan Y : 9165501 berjalan kaki sekita8
(Luk Ulo) H : 66 Mdol menit dari Kampus LIPI.
Metode Geofisika
Akuisisi data Geofisika dilaksanakan selama lima hari dengan
menggunakan empat metode. Metode metode geofisika yang digunakan
13
dalam kuliah lapangan ini adalah metode seismik refraksi, metode geolistrik
tahanan jenis, metode gayaberat dan metode magnetik. Dalam setiap
akuisisi data dalam setiap metode, digunakan instrumen yang berbeda beda
untuk setiap metodenya. Setelah pengambilan data di lapangan kemudian
dilakukan prosesing data mentah tersebut untuk melihat hasil akuisisi dan
menemukan anomali geofisika atau struktur struktur bawah permukaan
yang terekam dari akuisisi data.
Sistematika penulisan laporan kuliah lapangan ini dibagi menjadi enam bab.
Bab I merupakan pendahuluan mengenai gambaran umum dari pokok penelitian
yang terdiri dari beberapa bagian, yakni latar belakang, maksud dan tujuan, waktu
dan akses daerah penelitian, serta sistematika penulisannya. Selanjutnya untuk
mengenal keadaan geologi daerah penelitian dan metode yang digunakan. Dalam
bab II geologi regional. Bab III merupakan dasar teori metode geofisika yang akan
menjelaskan bagaimana proses pemetaan geofisika di daerah penelitian, proses
akuisisi data metode geofisika, dan proses pengolahan metode geofisika yang
digunakan. Selanjutnya bab IV mengenai pemetaan geologi proses pengambilan
data dilapangan serta pengolahan dan pembahasan data. Pada bab V mengenai
pemetaan geofisika proses pengambilan data dilapangan serta pengolahan dan
pembahasan data. Hasil dan interpretasi pemetaan geologi serta metode geofisika
dijelaskan pada bab VI. Hingga pada bagian akhir akan diperoleh kesimpulan dari
penelitian yang dilakukan, yakni pada bab VII mengenai kesimpulan.
14
BAB II
GEOLOGI REGIONAL
2.2 Morfologi
Geomorfologi daerah Karangsambung memiliki kontur yang relatif rapat dan
menutup serta kontur yang renggang. Kontur yang rapat mengindikasikan bahwa
komposisi litologi batuan yang keras atau resisten terhadap pelapukan. Kontur yang
renggang pada daerah penelitian mengindikasikan bahwa komposisi litologi batuan
yang mudah mengalami pelapukan atau tidak resisten. Selain ketahanan batuan,
15
morfologi daerah pemetaan juga dipengaruhi struktur geologi berupa proses
perlipatan yang mengakibatkan pengangkatan dan proses pembentukan sesar dan
kekar menjadi tahap awal dari ekspresi topografi daerah pemetaan yang dicirikan
oleh bentuk pegunungan lipatan. Akibat dua kontrol diatas menghasilkan ekspresi
topografi yang khas dan dibagi menjadi lima satuan geomorfologi yaitu, Satuan
Lembah Antiklin, Satuan Dataran Aluvial, Satuan Perbukitan Terisoasi, Satuan
Perbukitan Homoklin, dan Satuan Perbukitan Lipatan.
Morfologi perbukitan disusun oleh batuan melange tektonik, batuan beku, batuan
sedimen Tersier dan batuan volkanik Kuarter. Perbukitan yang disusun oleh melange tektonik
dan intrusi batuan beku umumnya membentuk morfologi perbukitan dimana puncak
perbukitannya terpotong-potong (tidak menerus/terpisah-pisah). Hal ini disebabkan karena
masing-masing tubuh bukit tersebut (kecuali intrusi) merupakan suatu blok batuan yang satu
sama lainnya saling terpisah yang tertanam dalam masa dasar lempung bersisik (Scally clay).
Morfologi perbukitan dimana batuan penyusunnya terdiri atas batuan sedimen Tersier dan
batuan volkanik Kuarter nampak bahwa puncak perbukitannya menerus dan relatif teratur
sesuai dengan sumbu lipatannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
bentuk perbukitan antara batuan melange dengan batuan sedimen Tersier/volkanik.
16
Daerah bermorfologi pedataran terletak di sekitar wilayah aliran Sungai Luk Ulo.
Sungai ini merupakan sungai utama yang mengalir dari utara ke selatan mengerosi
batuan melange tektonik,melange sedimenter, sedimen Tersier (F. Panosogan. F. Waturanda,
F. Halang ). Di sekitar daerah Karangsambung, morfologi pedataran ini terletak pada inti
antiklin sehingga tidak mengherankan apabila di daerah ini tersingkap batuan melange yang
berumur tua, terdiri atas konglomerat, lava bantal, rijang, lempung merah, chert dan
batugamping fusulina. Bongkah batuan tersebut tertanam dalam masa dasar lempung bersisik
(Scally clay).
17
formasi Karangsambung dan Formasi Totogan umumnya terdiri dari percampuran
sedimenter fragmen fragmen dan blok blok (olisolit) seperti batupasir,
batulanau, kongomerat, dan batugamping Nummulites dalam masadar
lempung dan diinterpretasikan sebagai endapan olistostrom. Menumpang selaras di
atas formasi totogan adalah formasi waturanda yang terdiri dari batupasir dan
breksi volkanik. Formasi Waturanda ditumpangi secara selaras oleh formasi
Penosogan yang terdiri dari perselingan napal dan batupasir gampingan. Endapan
aluvial merupakan yang paling muda. Endapan ini memiliki umur Holosen dan
pembentukannya terus berlangsung hingga sekarang. Berdasarkan Satuan stratigrafi
daerah penelitian tersebut tersusun atas 8 satuan batuan berurutan dari tua ke muda,
yakni :
18
BAB III
DASAR TEORI METODE GEOFISIKA
19
Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan efek benda-benda yang ada di
luar bumi, seperti matahari dan bulan yang dapat mempengaruhi nilai gravitasi
di bumi. Posisi matahari dan bulan akan menghasilkan tarikan terhadap bumi
sehingga akan menyebabkan terjadinya pasang surut muka air laut yang akan
mempengaruhi pembacaan di lapangan. Koreksi ini diberikan oleh persamaan
potensial berikut ini.
dimana
= lintang
= deklinasi
t = sudut waktu bulan
C = jarak rata-rata ke bulan
3. Koreksi Apungan (Drift)
Koreksi ini dilakukan akibat perbedaan pembacaan gravimeter di stasiun
yang sama pada waktu yang berbeda oleh alat gravimeter yang disebabkan
karena terjadi guncangan pegas dan perubahan temperatur pada alat selama
proses perjalanan dari satu stasiun ke stasiun berikutnya. Efek ini dapat
dihilangkan dengan merancang lintasan tertutup pada saat akuisisi data agar
besar penyimpangan dapat diketahui. Koreksi apungan diberikan oleh
persamaan:
dimana:
Dn = koreksi apungan pada titik n
gakhir = pembacaan gravimeter di titik akhir looping
go = pembacaan gravimeter di titik awal looping
takhir = waktu pembacaan di akhir looping
to = waktu pembacaan di awal looping
tn = waktu pembacaan pada stasiun n
20
4. Koreksi Lintang
Koreksi lintang dilakukan karena rotasi bumi yang akan menyebakan:
a. Bentuk bumi yang berubah pada ekuator dan kutub.
b. Akumulasi massa ekuator.
c. Terjadinya percepatan sentrifugal, yang maksimal pada ekuator dan
minimal terjadi di kutub.
Hasil rotasi bumi ini menyebabkan variasi percepatan gravitasi dari
ekuator ke kutub atau terhadap lintang. Untuk menghilangkan efek ini
digunakan persamaan Geodetic Reference System 1967 (GRS 67), yaitu:
g = 97803186 (1 + 0,0005278895 sin2 0,000023462 sin4)
dengan adalah sudut lintang dalam radian.
6. Koreksi Bouguer
Koreksi Bouguer memperhitungkan massa batuan yang terdapat di
antara stasiun pengukuran dengan bidang geoid. Koreksi ini dilakukan
dengan menghitung tarikan gravitasi yang disebabkan oleh batuan berupa slab
dengan ketebalan H dan densitas rata-rata . Besar koreksi ini diberikan oleh
21
persamaan: BC = 0,04185 h
7. Koreksi Medan (Terrain Correction)
Koreksi medan diperlukan oleh karena setiap stasiun pengukuran gaya
berat memiliki bentuk permukaan yang tidak datar atau memiliki undulasi.
Jika stasiun pengukuran berada dekat dengan gunung, maka akan terdapat
gaya ke atas yang menarik pegas pada gravimeter sehingga akan mengurangi
pembacaan nilai gravitasi. Sementara jika stasiun berada dekat dengan
lembah, maka akan ada gaya tarik ke bawah yang hilang sehingga pegas pada
gravimeter tertarik ke atas yang akan mengurangi nilai pembacaan gravitasi
juga.
Dengan demikian pada kedua kondisi tersebut, koreksi medan
ditambahkan pada nilai gravitasi dimana perhitungan besar nilai koreksi medan
dapat dilakukan dengan menggunakan Hammer Chart. Hammer Chart
dikelompokkan berdasarkan besarnya radius dari titik pengukuran gaya berat,
yaitu:
a. Inner Zone
Memiliki radius yang tidak terlalu besar sehingga bisa didapatkan dari
pengamatan langsung di lapangan, dengan beberapa zona, yakni:
Zona B, radius 6,56 ft dibagi menjadi 4 sektor.
Zona C, radius 5,46 ft dibagi menjadi 6 sektor.
b. Outer Zone
Zona D, radius 175 ft dan dibagi 6 sektor.
Zona E, radius 558 ft dan dibagi 8 sektor.
Zona F, radius 1280 ft dan dibagi 8 sektor.
Zona G, radius 2396 ft dan dibagi 12 sektor.
Zona H, radius 5018 ft dan dibagi 12 sektor.
Zona I, radius 8575 ft dan dibagi 12 sektor.
Zona J, radius 14612 ft dan dibagi 12 sektor.
Zona K dan M masing-masing dibagi 16 sektor.
Koreksi medan pada setiap sektor dihitung dengan menggunakan persamaan:
22
Sehingga besar koreksi medan pada setiap stasiun pengukuran gaya berat adalah
total dari koreksi medan sektor-sektor dalam satu stasiun pengukuran tersebut.
Dimana :
z = zs - za
zs = ketinggian stasiun pengukuran
za = ketinggian rata-rata di dalam sektor
r2 = jari-jari luar sektor
r1 = jari-jari dalam sector
8. Anomali Bouguer
Setelah melakukan koreksi, maka akan diperoleh nilai yang disebut anomali
bouguer, yakni anomali yang disebabkan oleh variasi densitas secara lateral
pada batuan kerak bumi yang telah berada pada bidang referensi, yakni bidang
geoid. Persamaan untuk mendapatkan nilai anomali ini adalah:
gobs = gread gtidal gdrift
gAB = gobs g + gFAA gBC + TC
dimana:
gread = nilai pembacaan gravitasi di lapangan
gtidal = koreksi pasang surut
gdrift = koreksi apungan
g = koreksi lintang
gFAA = koreksi udara bebas
gBC = koreksi bouguer
TC = koreksi medan
Nilai anomali bouguer di atas sering disebut sebagai Complete Bouguer
Anomaly (CBA), sedangkan anomali bouguer yang didapatkan tanpa
memasukkan koreksi medan ke dalam perhitungan disebut Simple Bouguer
Anomaly (SBA). Sementara nilai lain yang biasa digunakan untuk survei daerah
laut adalah Free Air Anomaly (FAA).
23
3.2 Metode Magnetik
Metode magnetik merupakan salah satu metode eksplorasi geofisika yang
dilakukan dengan meninjau hasil pengukuran anomali magnetik. Anomali ini
diakibatkan oleh perbedaan suseptibilitas atau permeabilitas magnetik di satu
daerah dari daerah di sekelilingnya. Intensitas magnetik diukur menggunakan
magnetometer. Variasi intensitas magnetik (anomali) diakibatkan oleh perbedaan
distribusi mineral yang bersifat ferromagnetik, paramagnetik, dan diamagnetik.
Metode ini digunakan pada studi geotermal karena mineral-mineral ferromagnetik
akan kehilangan sifat kemagnetannya bila dipanaskan hingga temperatur tertentu,
sehingga digunakan untuk mempelajari daerah yang kemungkinan memiliki potensi
geotermal.
Metode magnetik didasarkan pada pengukuran variasi intensitas medan
magnetik di permukaan bumi yang disebabkan oleh adanya variasi distribusi benda
termagnetisasi di bawah permukaan bumi(suseptibilitas). Variasi yang terukur
(anomali) berada dalam latar belakang medan yang relatif besar. Variasi intensitas
medan magnetik yang terukur kemudian ditafsirkan dalam bentuk distribusi bahan
magnetik di bawah permukaan, yang kemudian dijadikan dasar bagi pendugaan
keadaan geologi yang mungkin. Metode magnetik memiliki kesamaan latar
belakang fisika dengan metode gravitasi, kedua metode sama-sama berdasarkan
kepada teori potensial, sehngga keduanya sering disebut sebagai metoda potensial.
Namun demikian, ditinjau dari segi besaran fisika yang terlibat, keduanya
mempunyai perbedaan yang mendasar. Dalam magnetik harus mempertimbangkan
variasi arah dan besar vektor magnetisasi. sedangkan dalam gravitasi hanya ditinjau
variasi besar vektor percepatan gravitasi. Data pengamatan magnetik lebih
menunjukan sifat residual yang kompleks. Dengan demikian, metode magnetik
memiliki variasi terhadap waktu jauh lebih besar. Pengukuran intensitas medan
magnetik bisa dilakukan melalui darat, laut dan udara. Metode magnetik sering
digunakan dalam eksplorasi pendahuluan minyak bumi, panas bumi, dan batuan
mineral serta serta bisa diterapkan pada pencarian prospeksi benda-benda
arkeologi.
24
Koreksi Data Pengukuran
Untuk memperoleh nilai anomali medan magnetik yang diinginkan, maka
dilakukan koreksi terhadap data medan magnetik total hasil pengukuran pada setiap
titik lokasi atau stasiun pengukuran, yang mencakup koreksi harian, IGRF dan
topografi.
a. Koreksi Harian
Koreksi harian (diurnal correction) merupakan penyimpangan nilai medan
magnetik bumi akibat adanya perbedaan waktu dan efek radiasi matahari dalam
satu hari. Waktu yang dimaksudkan harus mengacu atau sesuai dengan waktu
pengukuran data medan magnetik di setiap titik lokasi (stasiun pengukuran)
yang akan dikoreksi. Apabila nilai variasi harian negatif, maka koreksi harian
dilakukan dengan cara menambahkan nilai variasi harian yang terekan pada
waktu tertentu terhadap data medan magnetik yang akan dikoreksi. Sebaliknya
apabila variasi harian bernilai positif, maka koreksinya dilakukan dengan cara
mengurangkan nilai variasi harian yang terekan pada waktu tertentu terhadap
data medan magnetik yang akan dikoreksi, datap dituliskan dalam persamaan :
H = Htotal Hharian
b. Koreksi IGRF
Data hasil pengukuran medan magnetik pada dasarnya adalah konstribusi dari
tiga komponen dasar, yaitu medan magnetik utama bumi, medan magnetik luar
dan medan anomali. Nilai medan magnetik utama tidak lain adalah niali IGRF.
Jika nilai medan magnetik utama dihilangkan dengan koreksi harian, maka
kontribusi medan magnetik utama dihilangkan dengan koreksi IGRF. Koreksi
IGRF dapat dilakukan dengan cara mengurangkan nilai IGRF terhadap nilai
medan magnetik total yang telah terkoreksi harian pada setiap titik pengukuran
pada posisi geografis yang sesuai. Meskipun nilai IGRF tidak menjadi target
survei, namun nilai ini bersama-sama dengan nilai sudut inklinasi dan sudut
deklinasi sangat diperlukan pada saat memasukkan pemodelan dan interpretasi.
Persamaan koreksinya (setelah dikoreksi harian) dapat dituliskan sebagai berikut
:
H = Htotal Hharian H0 Dimana H0 = IGRF
25
c. Koreksi Topografi
Koreksi topografi dilakukan jika pengaruh topografi dalam survei megnetik
sangat kuat. Koreksi topografi dalam survei geomagnetik tidak mempunyai
aturan yang jelas. Salah satu metode untuk menentukan nilai koreksinya adalah
dengan membangun suatu model topografi menggunakan pemodelan beberapa
prisma segiempat (Suryanto, 1988). Ketika melakukan pemodelan, nilai
suseptibilitas magnetik (k) batuan topografi harus diketahui, sehingga model
topografi yang dibuat, menghasilkan nilai anomali medan magnetik (Htop)
sesuai dengan fakta. Selanjutnya persamaan koreksinya (setelah dilakukan
koreski harian dan IGRF) dapat dituliska sebagai :
H = Htotal Hharian H0 - Htop
26
geology seperti penentuan kedalaman batuan dasar, pencarian reservoar air, juga
digunakan dalam eksplorasi geothermal.
27
Konfigurasi
dan
28
ledakan (profil line), kemudian dicatat atau direkam oleh suatu alat seismogram.
Dengan mengetahui waktu tempuh gelombang dan jarak antar geophone dan
sumber ledakan, struktur lapisan geologi di bawah permukaan bumi dapat
diperkirakan berdasarkan besar kecepatannya (PP2), gelombang S-refraksi (PS2).
Dari hukum Snellius yang diterapkan pada kasus tersebut diperoleh:
Dimana:
29
datang kritis. Gambar di bawah ini memperlihatkan gelombang dari sumber S
menjalar pada medium V1, dibiaskan kritis pada titik A sehingga menjalar pada
bidang batas.
3.5 Mikrotremor
Pengukuran mikrotremor dapat dilakukan dengan menggunakan
mikrotremormeter yang terdiri dari pengukur amplitudo dan periode. Pada
pengukur amplitudo umumnya terdiri dari tiga pilihan yaitu amplitudo simpangan,
kecepatan dan percepatan. Pada komponen pengukur periode dilengkapi dengan
alat pencacah sampel frekuensi, yaitu berupa tape recorder beserta alat digital
analyzer. Pengukuran mikrotremor banyak dilakukan pada studi penelitian
struktur tanah untuk mengetahui keadaan bawah permukaan tanah. Sebab
karakteristik dinamika tanah atau struktur selama terjadinya gempa dapat
diperkirakan dengan menggunakan analisis mikrotremor. Dari hasil pengukuran
mikrotremor dapat diketahui sifat getaran dalam berbagai jenis lapisan tanah dan
juga dapat ditentukan perioda dominannya (Nakamura et.al, 2000). Dalam analisis
mikrotremor dengan membandingkan spektrum komponen horizontal terhadap
komponen vertikal atau dikenal dengan metode HVSR. Metoda HVSR pertama
kali diperkenalkan oleh Nogoshi dan Iragashi yang menyatakan adanya hubungan
antara perbandingan komponen horisontal dan vertikal terhadap kurva elipsitas
pada gelombang Rayleigh yang kemudian disempurnakan oleh Nakamura (1989).
Nakamura mengusulkan sebuah hipotesa bahwa getaran mikrotremor pada suatu
lokasi dapat ditentukan dengan menghitung rasio spektral antara komponen
horizontal terhadap komponen vertikal yang diamati pada titik lokasi yang sama.
30
BAB IV
PEMETAAN GEOLOGI
1) Kompas Geologi
2) GPS
3) Loop
4) Palu Geologi
5) HCL
6) Kantong Sampel
7) Kamera
8) Meteran
9) Catatan Kecil
31
7) Menentukan sebaran litologi yang terdapat pada daerah penelitian
dengan melakukan traking mandiri berdasarkan zona yang diteliti.
8) Membuat peta sebaran litologi berdasarkan keterdapatan singkapan
disetiap wilayah penelitian.
9) Berdasarkan peta tersebut dapat menganalisis keterdapatan singkapan
setiap zona area penelitian untuk dikorelasikan dengan data geofisika
nantinya.
32
Deskripsi batuan di punggungan wagir sambeng ini merupakan batuan
sedimen non-klastik dengan warna coklat dengan tekstur ukuran butir lempung
dengan pemilahan baik kemas tertutup. Dengan fragmen rijang dan gamping
merah. Terdapat kekar yang berisi mineral karbonat dan kalsit. Batuan ini
mempunyai ketinggian 2m 45cm dan lebar 5m 185cm. Batuan ini memiliki
fosil radiolaria yang berasal dari laut dalam. Secara umum, singkapan yang
ditemukan di sekitar kampus LIPI adalah lempung dengan butiran halus 1/346
mm.
33
Lokasi Pengamatan 3 (Kali Mandala)
Koordinat East 0353095 South 9166259 elevasi 68
34
Lokasi Pengamatan 4 (Kali Jebug)
Koordinat : East 0353630 South 9166056 elevasi 78 m
35
Pada daerah ini terdapat 4 jenis batuan yaitu batu gamping merah, rijang,
pillow lava, dan eclogite. Kemudian accesibility melewati perkampungan dan
sawah. Pada mapping geologi hari kedua lokasi Pengamatan 1 yaitu di Kali
Muncar dengan East 0357404 South 169308 dengan elevasi 107 m. Singkapan
batuannya terletak di tepi kali muncar dengan jenis batunnya sedimen non
klastik dan batuan beku. Batuan sedimen non klastik ini memiliki warna merah
kecoklatan dengan struktu massif dengan tekstur ukuran butir lempung dan
porositas buruk, permeabilitas buruk dan kekerasannya > dari keras kuku.
Batuan tersebut memiliki komposisi karbonat dengan pemilahan baik dan
nama batuannya yaitu gamping merah, rijang. Batuan beku memiki warna
segar abu-abu dan warna lapuk coklat dengan tektur, granularitasnya afanitik
serta memiliki derajat kristalisasi holokristalin dengan struktur masif dan
memiliki bentuk tubuh ekstrusi memiliki komposisi intermediet dengan
memiliki nama batuan andesit. Singkapa ini memiliki dimensi 50 m x 100 m.
Batuan beku ke 2 merupakan batuan beku lava basalt memiliki warna segar
hitam dan lapunya coklat. Tekstur, granularitas yaitu afanitik serta derajat
kristalinnya yaitu hipokristalin. Batuan beku ini memiliki bentuk tubuh
Ekstrusi dan struktur massif, dan memiliki komposisi piroksen dan feldspar.
Nama batuan ini batuan beku basalt. Batuan beku ini memiliki dimensi 2x2 m.
36
aksesibility pinggir jalan. Lokasi pengamatan 2 Desa Puncangan tepatnya di
korrdinat East 0355765 South 9168403 dengan elevasi 106 m. Singkapan
ditemukan di pinggir jalan dengan jenis batuannya metamorf memiliki warna
abu-abu kehitaman dengan struktur non foliasi dikarnakan pada awalnya tidak
terjadi perlapisan dengan tekstur kristaloblastik, singkapan ini berada di formasi
mlange kompleks dengan komposisi mineral yaitu hornblend, sepentinite yang
diakibatkan suhu dan tekanan, batuan lainnya yaitu olivine dan amfibol. Jadi
dapat disimpulkan bataun ini yaitu serpentine. Singkapan ini berada pada blok
matriks mlange berasal dari bataun beku ultrabasa. Memiliki dimensi 2 m x 2
m.
37
Lokasi Pengamatan 3 (bukit sipako tepatnya di pinggir Sungai Luh-Ulo)
38
Pada daerah ini terdapat batuan diabas dengan berbentuk columnar
joint. Dimana pada ini Accesibility berada di pinggir jalan tepatnya jalan aspal
Menanjak. Lokasi Pengamatan 4 Gunung parang East 0353298 North 9166366
engan elevasi 143 m. Pada lokasi ini terdapat bataun intrusi dimana formasi
pada lokasi ini yaitu formasi karangsambung (sill) yang memiliki baking event
hornspel yang merupakan zona efek berbentuk columnar joint yang disebabkan
oleh kontraksi magma yang mendingin dan membentuk sudut, pada singkapan
ini terdapat batuan beku diabas.
39
Gambar 4.11 Batuan gamping
Pada daerah ini terdapat batuan gamping terumbu. Dimana accessibility
Melewati Perkampungan kemudian setelah melewati perkampungan jalannya
menjak lagi keatas lagi. Pada mapping hari ke 3 lokasi pengamatan 1 yaitu
Bukit Jati Bungkus dengan East 0354737 North 9163265 dengan elevasi 94.
Singkapan ini terletak di bukit jati bungkus dengan jenis bataun sedimen
klastik dan memiliki warna abua-abu dengan struktur massif, tesktur dengan
ukuran butir very fine, derajat kebundaran rounded memiliki komposisi
mineral (fragmen,kerikil: rijang, andesit, kuarsa) (matriks, gamping) (semen,
karbonat). Nama batuan gamping konglomerat dengan dimensi 100 m x 50 m.
Jenis batuan kedua yang ditemukan bataun sedimen non klastik, memiliki
warna batuannya putih, strukturnya massif, tekstur dengan ukuran butir fine
sand, derajat kebundaran rounded serta pemilahan baik. Pada batuan ini
terdapat fosil alga dengan feature terumbu. Memiliki nama batuan gamping
terumbu. Pada singkapan ini terdapat diemnsi 70 m x 90 m.
40
Pada daerah pengamatan terdapat Batuan Lempung, breaksi dan batu
pasir. Kemusian dengan Accesibility berada di Pingir Jalan. Lokasi
pengamatan 2 yaitu di bukit waturanda dengan koordinat East 0354037 South
9161082 dengan elevasi 71. Singkapan ini berada di pinggiran dengan jenis
bataun sedimen kalstik memiliki warna abu-abu kehitaman dengan struktur
massif, tekstur dengan ukuran butir pasir halus, derajat kebundaran rounded
serta pemilaahn baik, dengan kemas tertutup. Komposisinya (fragmen, pasir
halus) (matriks, pasir halus) (semen, silica). Nama batuan pasir, dengan
dimensi 32,8 m. Jenis batuannya sedimen klastik dengan warna abu-abu,
struktur perlapisan, tekstur dengan ukuran butir kerikil (rijang), bentuk angular
pemilahan baik, dan kemas tertutup. Batuan ini memiliki komposisi mineral
felsic atau silica dengan (matriks, pasir kasar) (semen, silica). Nama batuan ini
breksi. Pada singkapan ini terdapat dimensi 10 m x 8 m.
41
pada batuan di sekitarnya.
42
Pada lokasi ini terdapat batupasir dan lempung. Dimana Accesibility berada
di jalan setapak tepatnya di singkapan tersebut berada di pinggir jalan. Pada
mapping geologi mandiri dengan melakukan pengambilan data di lapangan
selama 2 (hari) hari. Dari tanggal 06- 07 April 2017 yaitu Hari pertama
pengambilan data lokasi Pengamatan 1 (kali karang ) dengan Koordinat :
03545117 ,9163224 dan Elevasi : 153 dimana terdapat batupasir dan lempung.
Pada batuan pertama batupasir merupakan batuan sedimen clastic yang dimana
partikel penyusunya kebanyakan berupa butiran berukuran pasir. Kebanyakan
batupasir dibentuk dari butiran-butiran yang terbawa oleh bergerakan air,
Butirannya secara khas di semen bersama-sama oleh tanah kerikil atau kalsit
untuk membentuk batu batupasir tersebut. Batupasir paling umum terdiri atas
butir kwarsa sebab kwarsa adalah suatu mineral yang umum yang bersifat
menentang laju arus. Batuan keduanya yaiitu lempung dimana jenis batuan
sedimen yang bersifat liat memiliki warna hitam keabuan dengan tekstur dengan
ukuran butirnya lempung dengan pemilahan baik dan kemas tertutup dan
memiliki struktur massif.
43
sedimen memiliki warna hitam keabuan struktur massif, dengan ukran butir
halus, kemas terbuka pemilihan baik.
44
Pada lokasi ini terdapat batuan diabas dan di bawah batuan nya terdapat
batuan pasir. Accessibility nya berada pinggir sawah tepatnya didekat kali.
Kemudian dilanjutkan pada lokasi pengamatan 4 (Gunung tumpeng ) dengan
Koordinat 0355223; 9165192 serta e levasi 125 m. pada lokasi I ni terdapat
batuan diabas dan batupasir. Pada batu pertama yaitu batuan diabas yang berada
dibawah dimana dengan jenis batuanbeku memiliki warna hitam dan pada lokasi
ini yaitu proses intrusi lalu pada batupasir yang terletak di bawah batuan diabas,
batuan pasir ini merupakan batuan sedimen clastic yang dimana partikel
penyusunya kebanyakan berupa butiran berukuran pasir. Kebanyakan batupasir
dibentuk dari butiran-butiran yang terbawa oleh bergerakan air, Butirannya
secara khas di semen bersama-sama oleh tanah kerikil atau kalsit untuk
membentuk batu batupasir tersebut. Batupasir paling umum terdiri atas butir
kwarsa sebab kwarsa adalah suatu mineral yang umum yang bersifat menentang
laju arus.
45
4.2.2.2 Hari kedua 07 April 2017
Pada lokasi ini terdapat batuan gabro dengan Accessibility nya berada
pinggir jalan. Hari kedua mapping mandiri Lokasi pengamatan 1 (sumur dipo )
dengan Koordinat : 09 31 41,5. 109 39 51,8 pada daerah ini ditemukan
batuan gabbro dan konglomera dimana batuan gabro merupakan jenis batuan
beku memiliki warna hitam struktur pada batuan ini massif karna hanya
terdapata bongkahan di lokasi tersebut. Kemudian pada batuan kedua yaitu
batupasir dengan jenis batuan sedimen klastik struktur massif kemudian tekstur
pada ukuran butir batuan ini kasar, derajat pembundaran sub angular, derajat
pemilahan well sorted serta kemas tertutup. Dengan komposisi mineralnya
matriks nya pasir dan semennya silica. Terbentuk akibat material hasil
transportasi yang berukuran pasir terendapkan dan kemudian mengalami
litifikasi membentuk batupasir sangat halus.
46
Accessibility dipinggir jalan. Yang berada di hutan bambu. Lokasi kedua
terdapat batuan kalsit dimana jenis batuan Batuan metamorf non foliasi
memiliki warna putih kekuningan dengan struktur pada batuannya massif
kargba terdapat bongkahan. Terbentuk ketika batupasir (sandstone) mendapat
tekanan dan temperatur yang tinggi. Pada batuan kedua yaitu dengan jenis
bataun sedimen klastik dan memiliki warna abua-abu dengan struktur massif,
tesktur dengan ukuran butir very fine, derajat kebundaran rounded memiliki
komposisi mineral (fragmen,kerikil: (matriks, pasir) (semen, silika). Nama
batuan konglomerat.
47
Gambar 4.23 Skiss yang mengandung kalsit
Pada lokasi ini terdapat batuan Skiss yang mengandung kalsit dimana
Accessibility Melewati Perkampungan tepatnya berda dipinggir sungai.
Kemudian dilanjutkan lagi pada Lokasi pengamatan 4 (kali cangring) Dengan
Koordinat 0351387; 9167111. Pada daerah ini terdapat singkapan skiss dimana
Batuan ini merupakan jenis batuan metamorf karena pembentukannya melalui
proses metamorfosa suatu batuan induk Batuan sekis ini memliki warna coklat
kehijauan sangat sangat mencolok, batuan ini memiliki struktur foliasi-skistosa.
Struktur yang menunjukan kesan sejajar karena terorientasi mineral pipih
terbaentuk dari butiran yang berukuran sedang. tekstur dari batuan, untuk teksur
setelah di amati termasuk dalam golongan tekstur lapidoblastik yaitu dengan
susunan mineral yang saling sejajar searah dengan mineral pipih. Batu ini juga
memmiliki kekerasan <2, setelah di amati batuan ini memiliki komposisi mika.
48
Batuan beku diabas mempunyai ciri dengan warna hitam, dengan tekstur
granuratasnya fanerik dan struktur sill dengan bentuk tubuh intrusi Batuan
scalyclay atau lempung bersisik yang merupakan batuanan khas formasi
karangsambung. Scalyclay memiliki warna hitam keabuan dengan tekstur
dengan ukuran butirnya lembung dengan pemilahan baik dan kemas tertutup dan
memiliki struktur laminasi.
49
BAB V
PEMETAAN GEOFISIKA
Pengambilan data dimulai pada hari Sabtu tanggal 8 April 2017 sampai hari
Rabu tanggal 12 April 2017 dengan jarak antar stasiun pengukuran 200 m dan
jumlah titik yang diambil sebanyak 158 titik. Pengukuran atau pengambilan data
dilakukan secara bergiliran dari masing-masing kelompok besar Mahasiswa
Teknik Geofisika Universitas Jambi.
(a) (b)
50
(a) (b)
Gambar 5.2 (a) Kompas (b) Gps
Pengambilan data dimulai pada hari Sabtu tanggal 8 April 2017 sampai hari
Rabu tanggal 12 April 2017 dengan jarak antar stasiun pengukuran 50 m dan
51
jumlah titik yang diambil sebanyak 118 titik. Pengukuran ini dilakukan secara
bergantian oleh masing-masing kelompok setiap hari. Sebelum pengukuran
dilapangan dilakukan pengukuran di base yaitu nilai IGRF yang ada di Karang
Sambung 44900 Mgal. Pengukuran dibase dilakukan setiap 10 menit sekali.
Penentuan base harus didaerah yang jauh dari pengaruh yang bisa
mengakibatkan noise yaitu benda yang berbahan metal seperti besi, logam, dll.
52
2) Nyalakan alat dengan menekan tombol power, lalu pilih mode survey dan mulai
pengukuran.
3) Hitung nilai anomaly pada base Sehingga sama pembacaan pada alat yang rover.
4) Mulai pengukuran pada lokasi dengan titik yang cukup jarak dengan noise
magnetik seperti logam, tiang listrik, rumah warga, dan benda-benda elektronik.
5) Lakukan pengukuran sebanyak 3 kali pada setiap titik dengan galat yang rendah
(dibawah 2 nT), lalu catat hasilnya.
6) Lakukan pengukuran tiap 50 m sepanjang perjalanan dan catat hasil nya.
7) Lakukan hal tersebut hingga pada zona penelitian dapat tercover dengan baik.
53
10) Gunting
54
5.1.4 Metode Seismik Refraksi
55
5.1.4.2 Langkah-langkah Pengambilan Data Lapangan
56
Gambar 5.8 Alat survey mikrotremor
Selanjutnya dilakukan terrain corection dan input data pada oasis montaj maka
akan diperoleh persebaran. Selanjutnya estimasi densitas didapat dari persamaan
57
polynomial yang ada, selnjutnya dilakukan perhitungan Fac, FAA, bouger
corection dan terrain corection untuk mendapatkan Corection Bouger Anomaly
Untuk mendapatkan peta residual kita lakukan dengan cara mengurangi peta
CBA kita dengan peta regional yang telah kita buat. Dimana peta CBA
merupakan peta regional dan peta residual yang telah dikombinasikan
Pada anomaly residual anomaly yang didapat masih tercover daerahnya adalah dengan
warna contur orens dan hijau karenam anomaly residual bersifat kasar karena
disebabkan oleh batuan batuan yang dangkal, sedangkan anomaly regional bersifat
smooth karena pengaruhi oleh adanya batuan-batuan yang dalam
58
5.2.2 Metode Magnetik
Pengolahan data magnetik yang dilakukan adalah untuk mendapatkan total
magnetik intensity. Data yang didapat adalah jam, menit, untuk mendapatkan jam
sebenarnya dengan rumus jam x 60 + menit, selanjutnya diurnal base dan rover dicatat
pada setiap titik pengukuran,selanjutnya untuk mendapatkan delta t dengan t t base,
kemudian untuk mendapatkan bacaan alat sebenarnya dengan cara bacaan awal dibagi
10. Kemudian dirata-ratakan nilai diurnal sebenarnya, kemudian dilakukan koreksi
diurnal untuk bisa membandingkan antara nilai diurnal lama dengan diurnal baru
terkoreksi . sedangkan untuk pengolahan data magnetik yang rover juga sama tetapi
ditambah dengan nilai Tvh yang diperoleh dari persamaan polynomial, dan nilai igrf
daerah karang sambung adalah 44900 dimana nilai igrf diperoleh dari hasil pengukuran
rata-rata pada daerah luasan sekitar 1 juta km2 yang dilakukan dalam waktu satu tahun
melalui penggabungan data observasi geomagnetik dan perhitungan berdasarkan
formulasi Gauss pada koefisien harmonic sferis. Kemudian nilai delta t didapat dari t
obs rata Tvh igrf. Selanjutnya data yang dimasukkan kedalam software oasis montaj
adalah komponen x.y dan delta t untuk mendapatkan nilai TMI. Kemudian kita pilih
ascii selanjutnya pilih krigging
59
Kemudian dilakukan up ward digunakan karena dapat mentransformasikan medan
potensial yang diukur pada suatu permukaan sehingga medan potensial yang diukur
pada suatu permukaan sehingga medan potensial ditempat lain diatas permukaan
pengukuran cenderung menonjolkan anomali yang disebabkan oleh sumber yang
dalam (efek regional) dengan menghilangkan atau mengabaikan anomali yang dangkal
(residual). Kemudian dilakukan fft untuk mengextrak komponen data pada domain
spektral atau frekuency
60
Dan yang apling terakhir adalah klik window pada oasis montaj pilih reduce to pole.
Reduce to pole adalah untuk memudahkan untuk interpretasi Serta menunjukkan
perbedaan medan magnet terhadap satu kutub agar tidak ambigu
Dari peta TMI kita dapat menginterpretasikan dari scale bar bahwa pada daerah
yang memiliki total magnetik tinggi adalah pada warna ungu dan total magnetik
yang rendah ditunjukkan pada warna biru dan persebaran nya tidak teratur
kemungkinan pada skala bar warna biru tiba tiba orens dan merah dan hijau
kemungkinan daerah tersebut adalah melange kompleks karena batuannya adalah
diabas sehingga menyebabkan nilai suseptibilitasnya tinggi sehingga termagnetisasi
batuan yang berada pada daerah tersebut.TMI sendiri menunjukkan total magnetik
daerah tersebut yang memiliki intensitas keteraturan material akibat pengaruh
medan magnet luar yang mempengaruhi batuan pada daerah tersebut.
61
dimasukkan dinotepad adalah nama kongfigurasi (dipole-dipole) , spasi
elektroda, tipe kongfigurasi,jumlah data, jika menggunakan resistivity (0) jika ip
(1) dan 0 adalah titik pengukuran dimulai dari 0. Kemudian read data pada
RES2DINV dan kemudian diinterpretasikan bahwa model yang terdapat pada
penampang 1 adalah model pada saat pengukuran dilapangan, model pada
penampang kedua merupakan hasil calculated apparent resistivity dan pada
penampang 3 merupakan hasil invers apparent resistivity setelah diiterasi
sebanyak 2 kali dengan error 40,7 %
62
Gambar 5.17 Model Resistivity
Gambar 5.18 Model resistivity tomografi dengan iterasi 5 dengan eror 40,7
63
5.2.4 Metode Seismik Refraksi
Pengolahan data pada seismik refraksi dibuat melalui tiga tahap dan juga tiga
metode dan software yang berbeda. Pengolahan pertama adalah picking first
break dari first arrival time. Dalam langkah pertama software yang kita
gunakan adalah PS-Lab
Langkah pengerjaannya adalah sebagai berikut :
64
Gambar 5.22 Model Bawah Permukaan
65
Gambar 5.23 Pengolahan dengn metode hagiwara
Pembahasan dari metode ini adalah pengukuran ini bertujuan untuk dapat
menghitung waktu tempuh gelombang untuk struktur horizontal berlapis, dapat
menghitung kedalaman untuk struktur horizontal berlapis dan dapat menggambarkan
kurva t-x diagram untuk struktur horizontal berlapis. dapat dilihat bahwa hasil akhir
dari pengolahan kurva T-X bawah permukaan terdapat 3 lapis. Dimana pada perlapisan
pertama berwarna pink dengan sekala paling rendah yaitu dari 2449-1035. Hasil
Pemodela ini juga menunjukkan bahwa penampang bawa permukaan akan didapatkan
perbedaan kecepatan gelombang pada perlapisan pertama (V1), kecepatan gelombang
pada lapisan kedua (V2), dan kecepatan gelombang pada lapisan ketiga (V3). Kemudia
perlapisan kedua berada di nilai 1292-1035 dan kemudian pada lapisan ketiga berwarna
biru 778-393. Kemudian diolah menggunakan hagiwara didapatkan hasil dua lapisan.
Pengolahan data dengan metode Hagiwara bertujuan untuk struktur bawah permukaan
yang terdiri dari dua lapisan. Bidang batas lapisan yang akan diperlihatkan oleh hasil
perhitungan merupakan rata-rata kedalaman yang memiliki kerapatan yang berbeda
maka kecepatan gelombang seismiknya berbeda, sehingga arah penjalaran gelombang
seismik akan mengalami pembiasan (refraksi).
66
Gambar 5.24 Gelombang H/V
Pada pengolahan data mikrotremor yang didapat dilapangan adalah
koordinat x dan y pada tiap titik pengukuran serta time, elevasi dan durasi
yang dilakukan selama 20 menit. Kemudian data dimasukkan kedalam
software geopsy dan akan muncul gelombang serta komponenya dan
setelah itu kita lakukan h/v dengan picking auto untuk mendapatkan nilai
ao dan fo dan akan muncul seperti gambar dibawah ini . dan nanti akan
muncul adalah hasil kg dimana hasil kg diperoleh dari ao^2 x f0 .
diulangi langkah tersebut untuk semua titik.
67
Gambar 5.26 Model Kg
Pada peta mikrozonasi daerah karangsambung, didapatkan peta sebaran seperti
peta diatas. Peta tersebut merepresentasikan nilai kerentanan tanah daerah penelitian,
daerah dengan warna dominan paling rendah pada bagian kiri adalah daerah bukit
sipako, terlihat nilai kerentanan tanah yang tinggi dimana kita tahu saat nilai kerentanan
tanah tinggi maka terdapat sedimen yang lebih tebal pada daerah tersebut, dan pada
daerah dengan nilai kerentanan tanah yang rendah yaitu pada bagian kanan
merepresentasikan batuan beku. Lokasi pengukuran batuan beku berada di sekitar
gunung paras dan gunung parang. Dan juga terlihat pada peta nilai kerentanan tanah
tinggi pada daerah kanan pojok dimana pada daerah ini, adalah daerah kampus lipi
dimana terdapat formasi karangsambung dengan batuannya adalah sedimen.
68
BAB VI
INTEGRASI INTERPRETASI GEOLOGI DAN GEOFISIKA
69
Dan pada metode geofisika model yang didapatkan tentu merepresentasikan
model bawah permukaan daerah penelitian, sehingga dapat dibuktikan bahwa apa yang
kita lihat dilapangan sesuai dengan data yang dihasilkan oleh pengukuran geofisika.
Secara geofisika dilakukan beberpa metode untuk menentukan struktur bawah
permukaan dengan metode gayaberat, magnetik, resistivity, seismik refraksi dan
microtremor dimana dari bebarapa metode tersebut dibandingkan respon hasil dengan
parameter pengukuran yang berbeda-beda agar memperkuat hasil interpretasi.
Berdasarkan metode gayaberat dapat dilihat peta anomali gayaberat dimana respon
yang ditampilkan terdapat respon tinggi dengan warna kontras ungu selanjutnya adalah
respon sedang dengan kontras warna hijau-kuningdan terakhir respon rendah dengan
kontras warna biruselanjunya adalah metode geomagnet dimana pada anomali magnet
total dapat kita lihat beberapa kontras yang dapat dibagi menjadi warna pink-ungu
merupakan kontras tinggi biasanya , warna hijau-kuning .merupakan kontras sedang
dan terakhir kontras warna biru merupakapada daerah yang kontrasnya tinggi terdapat
batuan beku karna pada daerah tersebut termasuk ke formasi mlange komplex kontras
rendahbiasanya kontras yang rendah merupakan terdapat batuan sedimen. Kemudian
pada metode seismic terdapat kurva t-x, haiwara, da GRM dimana hasil tersebut
menghitung waktu tempuh gelombang untuk struktur horizontal berlapisdan
kecepatannya dapat dilihat warna dan perlapisan dari setiap metode. Kemudian peta
mikrozonasi mikrotremor merepresentasikan nilai kerentanan tanah daerah penelitian,
daerah dengan warna dominan paling rendah pada bagian kiri adalah daerah bukit
sipako, terlihat nilai kerentanan tanah yang tinggi dimana kita tahu saat nilai kerentanan
tanah tinggi maka terdapat sedimen yang lebih tebal pada daerah tersebut, dan pada
daerah dengan nilai kerentanan tanah yang rendah yaitu pada bagian kanan
merepresentasikan batuan beku. Lokasi pengukuran batuan beku berada di sekitar
gunung paras dan gunung parang. Dan juga terlihat pada peta nilai kerentanan tanah
tinggi pada daerah kanan pojok dimana pada daerah ini, adalah daerah kampus lipi
dimana terdapat formasi karangsambung dengan batuannya adalah sedimen. Model
tomografi bawah permukaan yang didapatkan dari pengukuran Resistivity tahanan jenis
di Karangsambung yaitu terlihat pada gambar diatas. Dimana telah dilakukan iterasi
sebanyak 5 kali, dilakukan juga penghapusan bad datum juga guna menghilangkan efek
anomali nya. Pada model tomografi diatas terlihat pada nilai resistivity rendah yaitu
70
berwarna biru adalah batuan sedimen, sedangkan nilai resistivity tinggi adalah batuan
beku, batuan beku pada model ini yaitu adalah intrusi diabas karena pada aderah ini
masih merupakan kompleks melange yang batuan beku nya merupakan intrusi diabas.
Pada model terlihat terdapat sesar dan intrusinya berupa sill, karena pada model terlihat
intrusi batuan bekunya sejajar bidang lapisannya. Namun nilai error yang dihasilkan
masih cukup besar yaitu sekitr 40,7 disebabkan banyak bad datum pada data tersebut.
71
BAB VII
KESIMPULAN
72
lempung serta Penosogan breksi kearah atas menjadi perselingan batupasir tufan
dan batulempung. Kemudian zona yang menarik dari karangsambung adalah
ampliteater dimana ampliteater terjai akibat adanya erosi secara endogen berupa
air,angina dll dan factor tekanan maka akibatnya menjadi seperti siklin terbalik
73
DAFTAR PUSTAKA
http://ryandi-geophysics2011.blogspot.co.id/2014/04/dasar-teori-metode-gaya-berat-
dasar.html (Diakses pukul 19.02 hari kamis 18 mei 2017)
http://darsimanb.blogspot.co.id/2016/09/cara-mengolah-data-mikrotremor.html
(Diakses pukul 20.33 hari kamis 18 mei 2017)
74
LAMPIRAN
75
c. Peta CBA dengan Oasis Montaj
Slice 2
Slice 1 Slice 3
76
e. Data Slice
1. Slice 1
2. Slice 2
77
3. Slice 3
f. Mendapatkan Window
1. Window 1
78
2. Window 2
3. Window 3
79
g. Peta Anomali Regional dan Residual (sisa) dengan nilai window
1. Peta Anomali Regional
80
2. Pengolahan Data Magnetik
a. Data Oasis Montaj
81
b. Data Slice
1. Slice 1
2. Slice 2
82
3. Slice 3
c. Peta TMI
83
d. Slice Peta CBA
e. Mendapatkan window
1. Window 1
84
2. Window 2
3. Window 3
85
f. Peta Anomali Regional dan Residual Magnetik
1. Peta Anomali Regional
86
3. Pengolahan Data Geolistrik
a. Data sheet
b. Data notepad
87
c. Membuang Datum yang buruk
d. Penampang resistivity
88
f. Peta lintasan resistivity
Metode Hagiwara
a. Data kelompok 3
Data pertama
89
100
Tap 1st y = 1.2971x
80 Trend
yy==-0.7178x
0.5395x + 16.251
98.711
y = -0.5366x + 80.319
60 Tapy =2nd
0.5436x + 5.7818
y = -0.5436x + 73.718
Trend
40
20 Tbp 1st
Trend
0
0 50 100 150
150 100 50 0
0
5
Series1
10
15
20
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23
0
2
4
6
8 Series1
10
12
14
16
18
90
Data kedua
91
90 Tap 1st y = 1.4822x
80 Trend
y = 0.5275x + 21.623
y =2nd
Tap -0.8189x + 115.16
70
Trend -0.4688x + 80.062
y =
y = 0.5155x + 8.9727
60 Tbpy =1st
-0.5155x + 71.777
Trend
50
Tbp 2nd
40 Trend
Tap'
30
20 Tbp'
10
Linear (Tap
0 1st Trend)
0 50 100 150
20
18
16
14
12
10
Series1
8
6
4
2
0
150 100 50 0
kedalaman
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021222324
0
2
4
6
8
kedalaman
10
12
14
16
18
20
92
b. Data kelompok 2
93
120 Tap 1st y = 1.1218x
Trend y = 0.7975x + 5.2194
100
Tap 2nd y = -0.8315x + 109.61
80 Trend
Tbp 1st y = -0.7228x + 99.683
60 Trend y = 0.7394x + 1.1364
Tbp 2nd y = -0.7394x + 97.364
40 Trend
Tap'
20
Tbp'
0
0 20 40 60 80 100 120 140
120
100
80
60 TOPOGRAFI
40 BOUNDARY
20
0
0 50 100 150
25
20
15
Series1
10
0
150 100 50 0
94
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23
0
10
Series1
15
20
25
Metode TX
Data kelompok 3
95
Model
96
Kurva t-x data2
97
98
Kurva t-x pada ps-lab
99
100
Pengolahan metode mikrotremor
b. Daerah penelitian
101
c. Peta A0
d. Peta F0
e. Peta Kg
102
103