Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit jantung merupakan problem kesehatan utama. Badan Kesehatan
Dunia World Health Organization (WHO) pada tahun 2002 mencatat lebih dari 55,9 juta
orang meninggal karena akibat penyakit jantung diseluruh dunia dan akan terus
meningkat, ini setara dengan 30,3% dari total kematian didunia (Yahya, 2008).Penderita
gagal jantung di Indonesia pada tahun 2012 menurut data dari Departemen Kesehatan
mencapai 14.449 jiwa penderita yang menjalani rawat inap di rumah sakit. Pada tahun
2012 di Jawa Tengah terdapat 520 penderita Gagal Jantung dan menjalani rawat inap.
Selain itu, penyakit yang paling sering memerlukan perawatan ulang di rumah sakit
adalah gagal jantung ( readmission ), walaupun pengobatan dengan rawat jalan telah
diberikan secara optimal. Hal serupa juga dibenarkan oleh Rubeinstein ( 2007 ) bahwa
sekitar 44 % pasien Medicare yang dirawat dengan diagnosis Gagal Jantung akan dirawat
kembali pada 6 bulan kemudian. Saat ini penyakit kardiovaskular yang didalamnya
termasuk gagal jantung telah menjadi penyebab kematian nomor satu di
Indonesia. Penyebab selurah kematian yaitu 16 persen pada Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) 1992. Pada SKRT 1995 meningkat menjadi 18,9 persen. Hasil Suskernas
2001 malahan memperlihatkan angka 26,4 persen (Yahya, 2008).
Budiarso dkk, melaporkan prevalensi penyakit jantung di Indonesia adalah
18,3/100,000 penduduk pada golongan umur 15-24 tahun, dan meningkat menjadi
174,6/100,000 penduduk pada umur 55 tahun (Kabo, 2008). Tiga faktor resiko utama
yang saling terkait sebagai Penyakit Tidak Menular (PTM) yaitu penyakit jantung, stroke,
dan hipertensi. Penyakit ini dapat disebabkan oleh kebiasaan merokok, kurang aktivitas
fisik, makan tidak seimbang, kegemukan, diet rendah serat (kurang buah dan sayur),
tinggi kalori/lemak hewani, keadaan stress, dll yang terus meningkat (Yayasan Jantung
Indonesia, 2008).Pada umumnya Gagal Jantung diderita lansia yang berusia lebih dari 50
tahun, Gagal Jantung merupakan alasan yang paling umum bagi lansia untuk dirawat di
rumah sakit ( usia 65 75 tahun mencapai persentase sekitar 75 % pasien yang dirawat
dengan Gagal Jantung). Resiko kematian yang diakibatkan oleh Gagal Jantung adalah
sekitar 5-10 % per tahun pada kasus gagal jantung ringan, dan meningkat menjadi 30-
40% pada gagal jantung berat. Menurut penelitian, sebagian besar lansia yang didiagnosis
menderita Gagal Jantung tidak dapat hidup lebih dari 5 tahun ( Kowalak, 2011 ).
1 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
Berdasarkan fenomena tersebut penulis tertarik untuk menggambarkan dan
mendokumentasikan asuhan keperawatan dalam sebuah seminar Keperawatan Medikal
Bedah 1 dengan judul: Asuhan Keperawatan pada Ny. Y dengan gangguan sistem
kardiovaskuler : Gagal Jantung di Bangsal Cempaka RSU Kabupaten Tangerang.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Untuk memahami mengenai Asuhan Keperawatan pada Pasien Gangguan
Sistem Kardiovaskuler: gagal jantung kongestif
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa/I dapat melakukan pengkajian keperawatan gagal jantung
kongestif
2. Mahasiswa/I dapat mengidentifikasi diagnosa keperawatan gagal jantung
kongestif
3. Mahasiswa/I dapat melakukan rencana keperawatan gagal jantung kongestif
4. Mahasiswa/I dapat melakukan implementasi keperawatan gagal jantung
kongestif
5. Mahasiswa/I dapat mengevaluasi dari intervensi yang sudah dilakukan

1.3 Batasan Penulisan


Fokus kami dalam penyusunan makalah ini adalah konsep dasar penyakit Congestive
Heart Failuredan Asuhan Keperawatan pada Pasien Gangguan Sistem Kardiovaskuler:
gagal jantung kongestif

1.4 Metode Penulisan


Makalah ini disusun melalui studi kepustakaan dengan pengumpulan data dari berbagai
sumber.

1.5 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan pada makalah ini yaitu :
BAB I :Pendahuluan
BAB II : Tinjauan teoritis
BAB III :Tinjauan Kasus
BAB IV :Penutup
2 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
BAB II
TINJAUAN TEORI

1.1 Pengertian Gagal Jantung


Gagal jantung adalah suatu keadaan ketika jantung tidak mampu mempertahankan
sirkulasi yang cukup bagi kebutuhan tubuh, meskipun tekanan pengisian vena normal
(Muttaqin Arif, 2009)
Gagal jantung adalah sindrome klinis (sekumpulan tanda dan gejala) ditandai oleh
sesak nafas dan fatik (saat istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan oleh kelainan
struktur atau fungsi jantung. Gagal jantung dapat disebabkan oleh gangguan yang
mengakibatkan terjadinya pengurangan pengisian ventrikel (disfungsi diastolic dan/atau
kontraktilitas miokardial (disfungsi sistolik). (Sudoyo Aru, 2009)
Gagal jantung kongestif adalah kondisi dimana fungsi jantung sebagai pompa untuk
mengantarkan darah yang kaya oksigen ke tubuh tidak cukup untuk memenuhi keperluan-
keperluan tubuh (J.Charles Reevers et al, 2003)
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah ketidakmampuan jantung memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi. (Brunner and Suddarth,
2002)
Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak
mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. Ciri-ciri yang penting
dari defenisi ini adalah pertama defenisi gagal adalah relatif terhadap kebtuhan
metabolik tubuh, kedua penekanan arti gagal ditujukan pada fungsi pompa jantung secara
keseluruhan. Istilah gagal miokardium ditujukan spesifik pada fungsi miokardium ; gagal
miokardium umumnya mengakibatkan gagal jantung, tetapi mekanisme kompensatorik
sirkulasi dapat menunda atau bahkan mencegah perkembangan menjadi gagal jantung
dalam fungsi pompanya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana
jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme
jaringan yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung

1.2 Etiologi Gagal Jantung Kongestif


Gagal jantung adalah komplikasi yang paling sering dari segala penyakit jantung
kongenital maupun yang didapat. Mekanisme fisiologis yang menyebabkan gagal jantung

3 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


mencakup keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal, beban akhir, atau
menurunkan kontraktilitas miokardium.
Keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal meliputi regurgitasi aorta, cacat
septum ventrikel, dan beban akhir meningkat pada keadaan di mana terjadi stenosis aorta
dan hipertensi sistemik. Kontraktilitas miokardium dan kardiomiopati. Selain dari ketiga
mekanisme fisiologis yang menyebabkan gagal jantung, ada faktor-faktor fisiologis lain
yang dapat pula mengakibatkan jantung gagal bekerja sebagai pompa.
Faktor-faktor yang mengganggu pengisian ventrikel, seperti stenosis katup
atrioventrikularis dapat menyebabkan gagal jantung. Keadaan-keadaan seperti perikarditis
konstriktif dan tamponade jantung mengakibatkan gagal jantung melalui gabungan
beberapa efek seperti gangguan pada pengisian ventrikel dan ejeksi ventrikel. Dengan
demikian, jelas sekali bahwa tidak ada satu pun mekanisme fisiologi atau gabungan
berbagai mekanisme yang bertanggngjawab atas terjadinya gagal jantung. Efektivitas
jantung sebagai pompa dapat dipengaruhi oleh berbagai gangguan patofisiologis. Faktor-
faktor yang dapat memicu perkembangan gagal jantung melalui penekanan sirkulasi yang
mendadak dapat berupa: (1) aritmia, (2) infeksi sistemik dan infeksi paru-paru, dan (3)
emboli paru-paru.
Aritmia akan mengganggu fungsi mekanis jantung dengan mengubah rangsangan
listrik yang memulai respon mekanis. Respons mekanis yang tersinkronisasi dan efektif
tidak akan dihasilkan tanpa adanya ritme jantung yang stabil, karena:
1. Respons tubuh terhadap infeksi akan memaksa jantung untuk memenuhi kebutuhan
tubuh terhadap metabolisme yang meningkat;
2. Emboli paru secara mendadak akan meningkatkan resistensi terhadap ejeksi ventrikel
kanan, sehingga memicu terjadinya gagal jantung kanan.

Hipertensi dengan atau tanpa penyakit iskemik merupakan penyebab gagal jantung
yang terbanyak. Sebaliknya, penyakit jnatung iskemik merupakan penyebab gagal
jantung yang terbanyak di Eropa. Perbedaan ini mungkin akibat adanya perbedaan
definisi, bukan karena perbedaan yang sesungguhnya di dalam populasi. Studi lain di
Inggris juga membuktikan pentingnya penyakit arteri koroner sebagai penyebab gagal
jantung. Sejumlah 41% klien yang dirawat karena gagal jantung menderita penyakit
jantung iskemik, 26% di antaranya baru saja menderita infark miokardium, 49% dengan
infark miokardium yang telah lama diderita, dan 24% angina. Hipertensi dan

4 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


kardiomiopati dilatasi masing-masing hanya menjadi penyebab pada 6% dan 1% klien (
Arif Mutaqin, 2009)
Infark miokardium akut sering menjadi pencetus terjadinya gagal jantung. Studi
Framingham menujukkan bahwa 9% dari klien yang bertahan hidup 3 tahun setelah infark
akan mengalami gagal jantung. Dari seluruh klien yang bertahan hidup 10 tahun setelah
infark, hampir 25% akan mengalami gagal jantung. Namun, data ini didapat sebelum
penggunaan trombolisis. Berkat keberhasilan trombolisis dalam mempertahankan fungsi
ventrikel kiri, lebih sedikit klien yang mungkin akan mengalami gagal jantung setelah
serangan infark.
Saat ini dikenal bebrapa istilah gagal jantung, yaitu:
1. Gagal jantung kiri: terdapat bendungan paru, hipotensi, dan vasokontriksi perifer
dengan penurunan perfusi jaringan.
2. Gagal jantung kanan: ditandai dengan adanya edema perifer, asites, dan peningkatan
tekanan vena jugularis.
3. Gagal jantung kongestif: adalah gabungan kedua gambaran tersebut.
Namun, definisi-definisi tersebut tidak terlalu bermanfaat, karena baik kelainan
fungsi jantung kiri maupun kanan sering terdapat bersamaan (walaupun kelainan pada
satu sisi mungkin lebih dominan daripada sisi lainnya). Istilah gagal jantung ke
muka/forward (untuk menunjukkan hipotensi dan penurunan perfusi perifer) atau ke
belakang/ backward (untuk menunjukkan tanda-tanda edema paru dan atau perifer) juga
tidak bermanfaat karena menggambarkan pengertian sindrom gagal jantung yang terlalu
sederhana.
Klasifikasi Gagal Jantung Menurut NYHA
KELAS DEFINISI ISTILAH
I Pasien dengan kelainan jantung tetapi tanpa Disfungsi ventrikel kiri
pembatasan aktivitas fisik. yang asimtomatik.
II Pasien dengan kelainan jantung yang Gagal jantung ringan.
menyebabkan sedikit pembatasan aktivitas fisik.
III Pasien dengan kelainan jantung yang Gagal jantung sedang.
menyebabkan banyak pembatasan aktivitas fisik.
IV Pasien dengan kelainan jantung yang segala Gagal jantung berat.
bentuk aktivitas fisiknya akan menyebabkan
keluhan.

5 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


1.3 Manifestasi Klinis Gagal Jantung Kongestif

Kriteria mayor gagal jantung Kriteria minor gagal jantung


kongestif: kongestif :
- Dipsnea noktural paroksismal atau - Edema pergelangan kaki
orthopnea - Batuk malam hari
- Peningkatan tekanan vena jugularis - Dipsnea deeffort
- Ronkhi basah dan nyaring - Hepatomegali
- Kardiomegali - Effuse pleura
- Edema paru akut - Penurunan kapasitas vital 1/3 dari
- Irama S3 normal
- Peningkatan tekanan vena - Takikardia
- Refluk hepatojugular

Mayor atau Minor


Penurunan BB > 4,5 kg dalam 5 hari pengobatan
Diagnose gagal jantung ditegakkan minimal ada 1 kriteria mayor dan 2 kriteria minor

1.4 Patofisiologi Berhubungan Dengan Diagnosa Keperawatan

Gangguan aliran Arteriosklerosis Faktor sitemik


darah ke otot jantung koroner Penyakit jantung
(hipoksia, anemia)
(stenosis katup AV,
stenosis katup
temponade pericardium,
Disfungsi miokardium Beban Pasokan oksigen ke perikarditis konstruktif
volumeberlebiha jantung menurun
n

Kontraktilitas Beban systole Beban tekanan Beban sistolik


menurun menurun berlebihan berlebihan

Hambatan Peningkatan Hipertensi Preload


pengosongan kebutuhan sitemik meningkat
ventrikel metabolisme pulmonal

Beban jantung Atrofi Gagal jantung


COP menurun serabut otot
meningkat
jantung

Kelainan otot Kontraktilitas


jantung Disfungsi miokard (AMI)
menurun

6 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


Peradangan dan Serabut otot
penyakit jantung rusak
miokardium

Gagal pompa Gagal pompa


Back failure LVED Naik
ventrikel kiri ventrikel kanan

Forward Renal flow RAA


failure menurun meningkat Penyempitan lumen
ventrikel kanan

Aldosteron
Suplai darah Hipertrofi
Suplai O ke meningkat
ke jaringan ventrikel kanan
menurun otak menurun

ADH meningkat
Metabolisme Sinkop
anaerob
Retensi Na +
Resiko HO
Asidosis
metabolik penurunan
perfusi jaringan Tekanan vena
Kelebihan pulmonalis
volume cairan meningkat
ATP menurun

Tekanan kapiler
Fatigue paru meningkat

Intoleransi
aktifitas Gangguan Beban
Edema paru
pertukaran gas ventrikel

Iritasi
Kerusakan Ronchi mukosa
Pitting edema integritas kulit basah paru

Retensi cairan pada Bersihan jalan Penumpukkan Reflek


ekstermitas bawah nafas tidak sekret batuk
efektif menurun

Tidak dapat mengakomodasisemua Bendungan Bendungan Tekanan diastole


darah yang secara normal kembali dari vena sistemik atrium kanan meningkat
sirkulasi vena

Pembesaran vena di abdomen Lien Hepar

Anoreksia dan mual Splenomegali Hepatomegali Nyeri

7 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


Ketidak seimbangan nutrisi
dari kebutuhan tubuh Mendesak Asites
Meningkatnya tekanan
diafragma pembuluh portal

Ansietas
Sesak nafas Ketidakefektifan pola nafas
Deficit perawatan diri

Ansietas

1.5 Pemeriksaan Penunjang Gagal Jantung Kongestif


Diagnosis gagal jantung seharusnya menggunakan kriteria klinis maupun penilaian
jantung secara objektif. Diagnosis tersebut sangat perlu ditegakkan sebelum mulai
memberikan penatalaksanaan. Alat diagnosis dasar untuk gagal jantung semunya bersifat
non-invasif, yaitu ekokardiografi, elektrokardiografi (EKG), dan foto sinar X dada.
Hemoglobin, elektrolit, urea darah, dan fungsi tiroid seharusnya juga diukur secara rutin.
Pemeriksaan lain yang lebih khusus, misalnya: kateterisasi jatung, arteriografi jantung,
dan uji latihan juga dapat digunakan pada klien tertentu tergantung ketersediaannya.
Teknik khusus ini sering tidak dibutuhkan karena prosedur non-invasif, terutama
ekokardiografi sudah demikian maju.
Pemeriksaan objektif diperlukan karena dua alasan: (1) untuk menilai kinerja jantung
dan (2) untuk menentukan penyebab dasar gagal jantung, khususnya jika penyebab ini
dapat diobati atau bahkan dihilangkan, misalnya kelainan katup, endokarditis infektif,
efusi perikardial, dan emboli paru yang berulang.
1. Ekokardiografi
Ekokardiografi sebaiknya digunakan sebagai alat pertama dalam diagnosis dan
manajemen gagal jantung. Sifatnya tidak invasif, dan segera dapat memberikan
diagnosis disfungsi jantung serta informasi yang bekaitan dengan penyebabnya.
Kombinasi mode M, ekokardiografi 2-D, dan Doppler dapat membuat pemeriksaan
invasif lain tidak diperlukan.
Gambaran yang paling sering ditemukan pada gagal jantung adalah akibat
penyakit jantung iskemik, kardiomiopati dilatasi, beberapa kelainan katup dilatasi
ventrikel kiri yang disertai hipokinesis seluruh dinding ventikel. Juga dapat dilihat
diskinesia regional pada tempat infark miokardium sebelumnya.

8 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


Pemeriksaan ekokardiografi dapat digunakan untuk memperkirakan ukuran dan
fungsi ventrikel kiri. Dimensi ventrikel kiri pada akhir diastolik dan sistolik dapat
direkam dengan ekokardiografi mode-M standar.
Diameter akhir diastolik ventrikel kiri berkolerasi baik dengan ukuran total
ventrikel kiri dan pemendekan traksional, yang dinyatakan dengan; dimensi akhir
diastolik dimensi akhir sistolik/ dimensi akhir diastolik dapat digunakan untuk
memperkirakan fraksi ejeksi. Di sini juga dapat dinilai fungsi diastolik yang sering
abnormal pada hipertensi dan hipertrofi ventrikel. Beratnya penyakit jantung katup
dapat dievaluasi dengan ultrasonografi Doppler.
Ultrasonografi Doppler gelombang kontinu dapat digunakan untuk menghitung
derajat stenosis dengan mengukur kecepatan aliran darah. Ultrasonografi Doppler,
termasuk aliran warna dapat digunakan untuk menilai regurgitasi katup dan pirau
intrakardiak. Aneurisma ventrikel kiri, trombus dalam ventrikel, efusi perikardial, dan
berbagai bentuk penyakit jantung kongnital juga dapat dideteksi.
2. Foto Thorax
Foto sinar X dada posterior dapat menunjukkan adanya hipertensi vena, edema
paru, atau kardiomegali.
Bukti pertama adanya penigkatan tekanan vena paru adalah adanya disversi aliran
darah ke daerah atas dan adanya peningkatan ukuran pembuluh darah.
Dengan meningkatnya tekanan, maka terjadi edema interstitial yang tampak
sebagai garis septal atau Kerley B horizontal. Pada semua jenis penyakit jantung
dapat terjadi pembesaran jantung. Ini dapat dilihat sebagai peningkatan diameter
transversal bayang jantung menjadi lebih besar dari 15,5cm pada pria dan lebih dari
14,5cm pada wanita, atau sebagai peningkatan rasio kardiotoraks (rasio diameter
jantung dan dada) lebih dari 50%.
Garis-garis padat yang halus ini disebabkan oleh adanya cairan pada sekat
interlobularis dan paling mudah dilihat pada sudut kostofrenik. Pada akhirnya terjadi
edema alveolar.
Garis-garis padat halus ini disebabkan oleh adanya cairan pada sekat intralobular
dan paling mudah dilihat pada sudut kostofrenik. Pada akhirnya terjadi
edemaalveolar, yang tampak sebagai bayangan samar yang umumnya menyebar dari
daerah hilus. Efusi pleeura sedang terjadi, khususnya di sebelah kanan.
Namun,pengukuran jantung dengan sinar X kurang akurat sehingga ukuran
jantung mungkin dapat saja normal pada klien yang di diagnosis gagl jantung. Sinar X
9 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
dada juga dapat menunjukkan kelainan katup intral dengan adanya pembesaran atrium
kiri. Klasifikasi katup atau perikardial menunjukakan aneurisma ventrikel kiri atau
efusi perikardial yang tampak sebagai jantung globural besar.
3. Elektrokardiografi
Meskipun memberikan informasi yang berikatan dengan penyebab. EKG tidak
dapa menunjukkan gambaran yang spesifik. EKG normal menimbulkan kecurigaan
akan adanya diagnosis yang salah. Pada pemeriksaan EKG untuk klien dengan gagal
jantung dapat ditemukan kelainan EKG seperti dibawah ini:
a. Left bundle branch blok, kelainanST/T menunjukkan disfungsi ventrikel kiri
kronis
b. Gelombang Q menunjukkan infark sebelumnya dan kelainan segmen ST
menunjukkan penyakit jantung iskemik
c. Hipertrofi ventrikel kiri dan gelombang T terbalik menunjukkan stenosis aorta dan
penyakit jantung hipertensi
d. Aritmia: deviasi aksis ke kanan, right bundle branch blok, dan hipertrofi ventrikel
kanan menunjukkan adanya disfungsi ventrikel kanan.

Selain melihat adanya hipertrofi, pemeriksaan EKG juga digunakan untuk


memantau adanya perubahan kalium setelah pemakaian diuretik. Perawat perlu
mengetahui gambaran normal EKG dan perubahan gelombang akibat hipokalemia
yang sering merupakan dampak dari perubahan diuretik yang tidak menahan kalium.
4. Pemeriksaan Lain
Radiogram dada menunjukkan hal hal berikut (1) kongesti vena paru-paru,
berrkembang menjadi edema interstisial atau alveolar pada gagal jantung yang lebih
berat: (2) redistribusi vaskular pada lobus atas paru-paru, dan (3) kardiomegali. Juga
terjadi perubahan khas pada kimia darah. Misalnya perubahan cairan dan kadar
elektrolit terlihat dari kadarnya dalam serum. Sesuatu yang khas adalah adanya
hiponatremia pengenceran, kadar kalium dapat normal atau menurun sekunder
terhadap terapi diuretik. Hiperkalemia dapat terjadi pada tahap lanjut dari gagal
jantung karena gangguan ginjal. Demikian pula kadar nitrogen urea darah (BUN) dari
kreatinindapat meningkat sekunder terhadap perubahan laju filtrasi glomerulus.Kemih
menjadi lebih pekat, dengan berat jenis yang tinggi dan kadar natriumnya berkurang.
Kelainan pada fungsi hati dapat mengakibatkan pemanjangan masa protombrin
yang ringan. Dapat diamati peningkatan bilirubin dan enzim-enzim hati, aspartat

10 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


aminotransferase (AST) dan fosfatase alkali serum, terutama pada gagal jantung yang
akut.
(Mutaqin, Arif,2009)

1.6 Penatalaksanaan Medis Gagal Jantung Kongestif


Penatalaksaan gagal jantung jantung dibagi atas:
1. Terapi non farmakologis
Terapi non farmakologis yaitu antara lain perubahan gaya hidup, monitoring dan
control factor resiko
2. Terapi farmakologi
Terapi yang dapat diberikan adalah golongan antidiuretik, Angiotensin Converting
Enzyme Inhibitor (ACEI), beta bloker, Angiotensin Receptor Blocker
(Nurarif, Amin Huda, 2015)
PENYEBAB RESPONS PENATALAKSANAAN
Hormonal Hipertiroidisme Terapi bedah, terapi farmakologi, dan radioterapi.
Pheokromositoma Terapi bedah
Akromegali Terapi bedah atau radioterapi
Hipertensi Keganasan Terapi farmasi
Esensial Terapi farmasi
Ginjal Abnormalitas vaskular dikoreksi, pencegahan
pielonefritis ulang, mengangkat ginjal yang rusak
atau transplantasi ginajl dan terapi farmasi
Hormonal Terapi bedah untuk mengangkat tumor pada adrenal
atau pituitari
Karsio aorta Koreksi pembedahan
Aldoteronoma Terapi bedah untuk mengangkat tumor
Anemia Kehilangan darah Transfusi ganti darah dengan packed red celles.
mendadak Mencari dan mengontrol sumber perdarahan atau
disebabkan suatu hemolisis vaskular (DIC)
Perdarahan kronis Cari penyebab dan koreksi secara spesifik dari
penyebab sesuai dengan kondisi klien.
Pemberian transfusi bila dikoreksi penyebab tidak
membantu.
Karditis Demam rematik akut Pemberian kortikosteroid dan salisilat
Endokarditis subakut Terapi antibiotik
Keracunan Cari faktor penyebab dan atasi sesuai indikasi
Penyakit Efusi perikardium Perikardial parasentesis
perikardial Perikarditis Terapi pembedahan
konstriktif
Tubrkulosis akut Obat antituberkulosis
Emboli paru Plebitis Terapi antikoagulan
Pembedahan untuk menghilangkan emboli pada
arteri pulmonal

11 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


Intrakardiak Terapi untuk koagulan
Pembedahan untuk menghilangkan emboli pada
atrium kanan
Nutrisi Kekurangan vitamin, Pemberian vitamin
terutama B1
Pecandu alkohol Terapi kelompok dalam mengurangi kecanduan
A-V fistula Traumatis atau Terapi pembedahan
kongenital
Aritmia Atrial fibrilasi Terapi farmasi, terapi listrik (DC shock)
Atrial flutter
Blok jantung dengan Pacemaker jantung dan terapi farmakologi
penurunan denyut
ventrikular
Bradikardi sinus Pacemaker jantung dan terapi farmakologi
Penyakit arteri Aneurisma ventrikel Koreksi dengan terapi farmakologi
koroner Ruptur septum
ventrikel
Ruptur otot papilari
Penyakit katup Stenosis atau Koreksi dengan terapi farmakologi
insufisiensi katup
mitral dan aorta
Defek VSD, PS, PDA, Koreksi dengan terapi farmakologi
kongenital IASD, dan
sebagainya
Kehamilan Kelebihan cairan Perawatan kehamilan secara intensif
pada trimester III
Kelebihan cairan Dipertimbangkan untuk terapi aborsi
pada trimester I
Infeksi Terutama ginjal dan Terapi farmasi spesifik
paru
(Mutaqin, Arif 2009)

1.7 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gagal Jantung Kongestif
1. Pengkajian Keperawatan
Gagal jantung adalah suatu sindrom klinis yang ditandai sejumlah gejala dan
tanda, serta disebabkan oleh berbagai kelainan jantung, seperti: gangguan irama
jantung; gangguan endokardial, perikardial, palvular, dan miokardial. Kelainan
miokardial dapat bersifat sistolik (berhubungan dengan kontraksi dan pengosongan
ventrikel), diastolik (berhubungan dengan relaksasi dan pengisian ventrikel) atau
kombinasi keduanya.
Pengkajian pada klien dengan gagal jantung merupakan salah satu aspek dalam
proses keperawatan. Hal ini penting untuk merencanakan tindakan selanjutnya.
Perawat mengumpulkan data dasar mengenai informasi status terkini klien tentang

12 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


pengkajian sistem kardiovaskuler sebagai prioritas pengkajian. Pengkajian sistematis
pasien mencakup riwayat yang cermat, khususnya yang berhubungan dengan
gambaran gejala. Terjadi kelemahan fisik secara umum, seperti: nyeri dada, sulit
bernapas (dipsnea), palpitasi, pingsan (sinkop), atau keringat dingin (diaforesis).
Masing-masing gejala harus dievaluasi waktu dan durasinya serta faktor yang
mencetuskan dan meringankan.
a. Anamnesis
Pada anamnesis, bagian yang dikaji adalah keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, dan riwayat penyakit dahulu.
b. Keluhan Utama
Keluhan yang paling sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan
kesehatan, meliputi dispnea, kelemahan fisik, dan edema sistemik.
a) Dispnea
Keluhan dispnea atau sesak napas merupakan manifestasi kongesti pulmonalis
sekunder dari kegagalan ventrikel kiri dalam melakukan kontraktilitas sehingga
mengurangi curah sekuncup. Dengan meningkatnya LVDEP, maka terjadi pula
peningkatan tekanan atrium kiri (LAP), karena atrium dan ventrikel berhubungan
langsung selama diastole. Peningkatan LAP diteruskan ke belakang masuk ke
dalam anyaman vaskular paru-paru, meningkatkan tekanan kapiler, dan vena paru-
paru.
Jika tekanan hidrostatik dari anyaman kapiler paru-paru melebihi tekanan
onkotik vaskular, maka akan terjadi transudasi cairan ke dalam interstitial. Jika
kecepatan transudasi cairan melebihi kecepatan drainase limfatik, maka akan
terjadi edema interstitial. Peningkatan tekanan lebih lanjut dapat mengakibatkan
cairan merembes ke dalam alveoli dan terjadilah edema paru-paru.
b) Kelemahan Fisik
Manifestasi utama dari penurunan curah jantung adalah kelemahan dan
kelelahan dalam melakukan aktivitas.
c) Edema Sistemik
Tekanan arteri paru dapat meningkat sebagai respons terhadap peningkatan
kronis terhadap tekanan vena paru. Hipertensi pulmonar meningkatkan tahanan
terhadap ejeksi ventrikel kanan. Mekanisme kejadian seperti yang terjadi pada
jantung kiri, juga akan terjadi pada jantung kanan, di mana akhirnya akan terjadi
kongesti sitemik dan edema sistemik.
13 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian RPS yang mendukung keluhan utama dengan melakukan
serangkaian pertanyaan tentang kronologis keluhan uama. Pengkajian yang
didapat dengan adanya gejala-gejala kongesti vaskular pulmonal adalah dispnea,
ortopnea, dispnea nokturnal paroksimal, batuk, dan edema pulmonal akut. Pada
pengkajian dispnea (dikarakteristikkan oleh pernapasan cepat, dangkal, dan
sensasinsulit dalam mendapatkan udara yang cukup dan menekan klien) apakah
mengganggu aktivitas lainnya seperti keluhan tentang insomnia, gelisah, atau
kelemahan yang disebabkan oleh dispnea.
1) Ortopnea
Ortopnea adalah ketidakmampuan untuk berbaring datar karena dispnea,
adalah keluhan umum lain dari gagal ventrikel kiri yang berhubungan dengan
kongesti vaskular pulmonal. Ini penting untuk menentukan apakah ortopnea
benar-benar berhubungan dengan penyakit jantung atau apakah peninggian kepala
untuk tidur adalah kebiasaan klien belaka. Sebagai contoh, bila klien menyatakan
bahwa ia bisa tidur pada tiga bantal dan klien menyukai tidur dengan ketinggian
ini dan telah dilakukan sejak sebelum mempunyai gejala gangguan jantung,
kondisi ini tidak tepat dikatakan sebagai ortopnea.
2) Dispnea Noktutnal Paroksimal
Dispnea nokturnal paroksimal (DNP) adalah keluhan yang dikenal baik oleh
klien. Klien terbangun di tengah malam karena napas pendek yang hebat. Dispnea
nokturnal paroksimal diperkirakan disebabkan oleh perpindahan cairan dari
jaringan ke dalam kompartemen intravaskular sebagai akibat posisi telentang.
Selama siang hari, tekanan pada vena tinggi khususnya pada bagian dependen
tubuh. Hal ini terjadi karena gravitasi, peningkatan volume cairan, dan
peningkatan tonus sismpatetik. Dengan peningkatan tekanan hidrostatik ini,
beberapa cairan keluar masuk ke area jaringan. Dengan posisi telentang, tekanan
pada kapiler-kapiler dependen menurun, dan cairan diserap kembali ke dalam
sirkulasi. Peningkatan volume memberikan jumlah tambahan darah yang
diberikan ke jantung untuk memompa tiap menit (peningkatan preload) dan
memberikan beban tambahan pada dasar vaskular pulmonal yang telah kongesti.
DNP terjadi bukan hanya pada malam hari, tetapi juga pada ada kapan saja
selama perawatan akut di rumah sakit yang memerlukan tirah baring.

14 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


3) Keluhan Batuk
Batuk iritasi adalah salah satu gejala kongesti vaskular pulmonal yang sering
terlewatkan, tetapi dapat merupakan gejala dominan. Batuk ini dapat produktif,
tetapi biasanya kering dan pendek. Gejala ini dihubungkan dengan kongesti
mukosa bronkial dan berhubungan dengan peningkatan produksi insulin.
4) Edema Pulmonal
Edema pulmonal akut adalah gambaran klinis paling bervariasi dihubungkan
dengan kongesti vaskular pulmonal. Ini terjadi bila tekanan kapiler pulmonal
melebihi tekanan yang cenderung mempertahankan cairan di dalam saluran
vaskular (kurang lebih 30 mmHg). Pada tekanan ini, terdapat transduksi cairan ke
dalam alveoli, yang sebaliknya menurunkan tersedianya area untuk transpor
normal oksigen dan karbondioksida masuk dan keluar dari darah dalam kapiler
pulmonal. Edema pulmonal akut dicirikan oleh dispnea hebat, batuk, ortopnea,
ansietas dalam, sianosis, berkeringat, kelainan bunyi pernapasan, sangat sering
nyeri dada dan sputum berwarna merah muda, dan berbusa dari mulut. Ini
memerlukan kedaruratan medis dan harus ditangani dengan cepat dan sigap.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian RPD yang mendukung dengan mengkaji apakah sebelumnya klien
pernah menderita nyeri dada khas infark miokard, hipertensi, DM, dan
hiperlipidemia. Tanyakan menganai obat-obat yang biasa diminum oleh klien
pada masa lalu yang masih relevan. Obat-obat ini meliputi obat diuretik, nitrat,
penghambat beta, serta obat-obat antihipertensi. Catat adanya efek samping yang
terjadi di masa lalu. Juga harus tanyakan adanya alergi obat, dan tanyakan reaksi
alergi apa yang timbul. Sering kali klien mengacaukan suatu alergi dengan efek
samping obat.
e. Riwayat Keluarga
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh keluarga,
serta bila ada anggota keluarga yang meninggal, maka penyebab kematian juga
ditanyakan. Penyakit jantung iskemik pada orangtua yang timbulnya pada usia
muda merupakan faktor risiko utama untuk penyakit jantung iskemik pada
keturunannya.
f. Riwayat Pekerjaan dan Kebiasaan
Perawat menanyakan situasi tempat bekerja dan lingkungannya. Kebiasaan
sosial: menanyakan kebiasaan dalam pola hidup, misalnya minum alkohol, atau
15 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
obat tertentu. Kebiasaan merokok: menanyakan tentang kebiasaan merokok, sudah
berapa lama, berapa batang per hari, dan jenis rokok. Di samping pertanyaan-
pertanyaan tersebut di atas, maka data biografi juga merupakan data yang perlu
diketahui, yaitu: nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal, suku, dan agamayang
dianut oleh klien. Dalam mengajukan pertanyaan kepada klien, hendaknya
diperhatikan kondisi klien. Bila klien dalam keadaan kritis, maka pertanyaan yang
diajukan bukan pertanyaan terbuka tetapi pertanyaan yang jawabannya adalah ya
dan tidak. Atau pertanyaan yang dapat dijawab dengan gerakan tubuh, yaitu
mengangguk atau menggelengkan kepala saja, sehingga tidak memerlukan energi
yang besar.
g. Psikososial
Kegelisahan dan kecemasan terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan, stres
akibat kesakitan bernapas, dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan
baik. Penurunan lebih lanjut dari curah jantung dapat disertai dengan insomnia
atau kebingungan.
Terdapat perubahan integritas ego didapatkan klien menyangkal, takut mati,
perasaan ajal sudah dekat, marah pada penyakit yang tak perlu, khawatir dengan
keluarga, kerja, dan keuangan. Tanda: menolak, menyangkal, cemas, kurang
kontak mata, gelisah, marah, perilaku menyerang, fokus pada diri sendiri.
Interaksi sosial: stres karena keluarga, pekerjaan, kesulitan biaya ekonomi,
kesulitan koping dengan stresor yang ada.
h. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik terdiri atas keadaan umum dan pengkajian B1-B6.
a. Keadaan Umum
Pada pemeriksaan keadaan umum klien gagal jantung biasanya
didapatkan keadaan yang baik atau compos mentis dan akan berubah sesuai
tingkat gangguan yang melibatkan perfusi sistem saraf pusat.
a) B1 (Breathing)
Pengkajian yang didapat dengan adanya tanda kongesti vaskular
pulmonal adalah dispnea, ortopnea, dispnea nokturnal paroksimal, batuk
dan edema pulmonal akut. Hal ini dikenali sebagai bukti gagal ventrikel
kiri. Sebelum crackles dianggap sebagai kegagalan pompa, klien harus
diinstruksikan untuk batuk dalam guna membuka alveoli basiliaris yang
mungkin dikompresi daribawah diafragma.
16 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
b) B2 (Bleeding)
Berikut ini akan dijelaskan mengenai pengkajian apa saja yang
dilakukan pada pemeriksaan jantung dan pembuluh darah.
- Inspeksi
Inspeksi adanya parut pasca pembedahan jantung. Lihat adanya
dampak penurunan curah jantung. Selain gejala-gejala yang diakibatkan
dan kongesti pulmonal, kegagalan ventrikel kiri juga dihubungkan dengan
gejala tidak spesifik yang berhubungan dengan penuruna curah jantung.
Klien dapat mengeluh lemah, mudah lelah, apatis, letargi, kesulitan
berkonsentrasi, defisit memori dan penurunan toleransi latihan. Gejala ini
mungkin timbul pada tingkat curah jantung rendah kronis dan merupakan
keluhan utama klien. Sayangnya, gejala ini tidak spesifik dan sering
dianggap depresi, neurosis, atau keluhan fungsional. Oleh karena itu,
secara potensial hal ini merupakan indikator penting penyimpangan fungsi
pompa yang sering tidak dikenali kepentingannya, dan klien juga diberi
keyakinan dengan tidak tepat atau diberi tranquilizer (sediaan yang
meningkatkan suasana hati mood). Ingat, adanya gejala tidak spesifik
dari curah jantung rendah memerlukan evaluasi cermat terhadap jantung
serta pemeriksaan psikis yang akan memberi informasi untuk menentukan
penatalaksanaan yang tepat.
Distensi Vena Jugularis. Bila ventrikel kanan tidak mampu
berkompensasi, maka akan terjadi dilatasi ruang, peningkatan volume dan
tekanan pada diastolik akhir ventrikel kanan, tahanan untuk mengisi
ventrikel, dan peningkatan lanjut pada tekanan atrium kanan. Peningkatan
tekanan ini sebaliknya memantulkan ke hulu vena dan dapat diketahui
dengan peningkatan pada tekanan vena jugularis. Seseorang dapat
mengevaluasi hal yang paling baik ini dengan melihat pada vena-vena di
leher dan memerhatikan ketinggian kolom darah. Pada klien yang
berbaring di tempat tidur dengan kepala tempat tidur ditinggikan antara
30-60, pada orang normal kolom darah di vena-vena jugularis eksternal
akan hanya beberapa milimeter di atas batas atas klavikula, bila ini terlihat
sama sekali.
Edema. Edema sering dipertimbangkan sebagai tanda gagal jantung
yang dapat dipercaya. Tentu saja ini sering ada bila ventrikel kanan telah
17 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
gagal. Setidaknya hal ini merupakan tanda yang dapat dipercaya dari
disfungsi ventrikel. Banyak orang, terutama lansia yang menghabiskan
waktu mereka untuk duduk di kursi dengan kaki tergantung. Sebagai
akibat dari posisi tubuh ini, tejadi penurunan turgor jaringan subkutan
yang behubungan dengan usia lanjut, dan mungkin penyakit vena primer
seperti varikositas. Edema pergelangan kaki dapat terjadi yang mewakili
faktor ini daripada kegagalan ventrikel kanan.
Edema yang berhubungan dengan kegagalan di ventrikel kanan,
bergantung pada lokasinya. Bila klien berdiri atau bangun, perhatikan
pergelangan kakinya dan tinggikan kaki bila kegagalan makin buruk. Bila
klien berbaring di tempat tidur, bagian yang bergesekan dengan tempat
tidur menjadi area sakrum. Edema harus diperhatikan di tempat tesebut.
Manifestasi klinis yang tampak meliputi edema ekstremitas bawah (edema
dependen), yang biasanya merupakan pitting edema, pertambahan berat
badan, hepatomegali (pembesaran hepar), distensi vena leher, asites
(penimbuna cairan di dalam rongga peritoneum), anoreksia dan mual,
mokturia, serta kelemahan. Edema dimulai pada kaki dan tumit (edema
dependen dan secara bertahap bertambah ke atas tungkai yang pada
akhirnya ke genitalia eksterna serta tubuh bagian bawah. Edema sakral
sering jarang terjadi pada klien yang berbaring lama, karena daerah sakral
menjadi daerah yang dependen. Pitting edema adalah edema yang akan
tetap cekung bahkan setelah penekanan ringan dengan ujung jari.
- Palpasi
Oleh karena peningkatan frekuensi jantung merupakan respons awal
jantung terhadap stres, sinus takikardia mungkin dicurigai dan sering
ditemukan pada pemeriksaan klien dengan kegagalan pompa jantung.
Irama lain yang berhubungan dengan kegagalan pompa meliputi: kontraksi
atrium prematur, takikardia atrium paroksimal, dan denyut ventrikel
prematur.
Perubahan nadi. Pemeriksaan denyut arteri selama gagal jantung
menunjukkan adanya denyut yang cepat dan lemah. Denyut jantung yang
cepat atau takikardia, mencerminkan respons terhadap perangsangan saraf
simpatis. Penurunan yang bermakna dari curah sekuncup dan adanya
vasokonstriksi perifer mengurangi tekanan nadi (perbedaan antara tekanan
18 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
sistolik dan diastolik), sehingga menghasilkan denyut yang lemah atau
thready pulse. Hipotensi sistolik ditemukan pada gagal jantung yang lebih
berat.
Selain itu, pada gagal jantung kiri yang berat dapat timbul pulsus
alternans (suatu perubahan kekuatan denyut arteri). Pulsus alternans
menujukkan gangguan fungsi mekanis yang berat dengan beulangnya
variasi denyut ke denyut pada curah sekuncup.
- Auskultasi
Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan isi sekuncup.Tanda
fisik yang berkaitan dengan kegagalan ventrikel kiri dapat dikenal dengan
mudah di bagian yang melputi: bunyi jantung ketiga dan keempat (S3.S4)
serta crackles pada paru-paru. S4 atau gallop atrium, mengikuti kontraksi
aatrium dan terdengar paling baik dengan bel stetoskop yang ditempelkan
dengan tepat pada apeks paru.
Posisi lateral kiri mungkin diperlukan untuk mendapatkan bunyi. Ini
terdapat sebelum bunyi jantung pertama (S1) dan tidak selalu tanda pasti
kegagalan kongestif, tetapi dapat menurunkan komplains (peningkatan
kekakuan) miokard. Ini mungkin indikasi awal premonitori menuju
kegagalan. Bunyi S4 adalah bunyi yang umum terdengar pada klien
dengan infark miokardium akut dan mungkin tidak mempunyai prognosis
bermakna, tetapi munkin menunjukkan kegagalan yang baru terjadi.
S3 atau gallop ventrikel adalah tanda penting dari gagal ventrikel kiri
dan pada orang dewasa hampir tidak pernah ada pada adanya penyakit
jantung signifikan. Kebanyakan dokter akan setuju bahwa tindakan
terhdap gagal kongestif diindikasikan dengan adanya tanda ini. S3
terdengar pada awal diastolik setelah bunyi jantung kedua (S2), dan
berkaitan dengan periode pengisian ventrikel pasif yang cepat. Ini juga
dapat didengar paling baik dengan bel stetoskop yang diletakkan tepat di
apeks, dengan klien pada posisi lateral kiri dan pada akhir ekspirasi. Bunyi
jantung tambahan akibat kelainan katup jantung karena kelainan katup.
- Perkusi
Batas jantung ada pergeseran yang menandakan adanya hipertrofi
jantung (kardiomegali).

19 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


c) B3 (Brain)
Kesadaran biasanya compos mentis, didapatkan sianosi perifer apabila
gangguan perfusi jaringan berat. Pengkajian objektif klien: wajah
meringis, menangis, merintih, meregang, dan menggeliat.
d) B4 (Bladder)
Pengukuran volume keluaran urine berhubungan dengan asupan cairan,
karena itu perawat perlu memantau adanya oliguria karena merupakan
tanda awal dari syok kardiogenik. Adanya edema ekstremitas menandakan
adanya retensi cairan yang parah.
e) B5 (Bowel)
Klien biasanya didapatkan mual dan muntah, penurunan nafsu makan
akibat pembesaran vena dan stasis vena di dalam rongga abdomen, serta
penurunan berat badan.
Hepatomegali. Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas
abdomen terjadi akibat pembesaran vena di hepar merupakan manifestasi
dari kegagalan jantung. Bila proses ini berkembang, maka tekanan darah
pembuluh portal meningkat, sehingga cairan terdorong keluar rongga
abdomen ini dapat menyebabkan tekanan pada diafragma dan distres
pernapasan.
f) B6 (Bone)
Hal-hal yang biasanya terjadi dan ditemukan pada pengkajian B6
adalah sebagai berikut:
Kulit dingin
Gagal depan pada ventrikel kiri menimbulkan tanda-tanda
berkurangnya perfusi ke organ-organ. Oleh karena darah dialirkan dari
organ-organ non-vital demi mempertahankan perfusi ke jantung dan otak,
maka manifesasi paling dini dari gagal ke depan adalah berkurangnya
perfusi organ-organ seperti kulit dan otot-otot rangka. Kulit yang pucat
dan dingin diakibatkan oleh vasokonstriksi perifer, penurunan lebih lanjut
dari curah jantung dan meningkatkan kadar hemoglobin tereduksi
mengakibatkan sianosis. Vasokonstriksi kulit menghambat kemampuan
tubuh untuk melepaskan panas. Oleh karena itu, demam ringan dan
keringat yang berlebihan dapat ditemukan.

20 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


Mudah Lelah
Mudah lelah terjadi akibat curah jnatung yang kurang, sehingga
menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya
pembuangan sisa hasil katabolisme. Juga terjadi akibat meningkatnya
energi yang digunakan untuk bernapas dan insomnia yang terjadi akibat
distres pernapasan dan batuk. Perfusi yang kurang pada otot-otot rangka
menyebabkan kelemahan dan keletihan. Gejala-gejala ini dapat diekserbasi
oleh keridakseimbangan cairan dan elektrolit atau anoreksia. Pemenuhan
personal higiene mengalami perubahan.

2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis yang mungkin muncul adalah:
1) Aktual/resiko tinggi menurunnya curah jantung yang berhubungan dengan
kontraktilitas ventrikel kiri, perubahan frekuensi , irama, dan konduksi elektrikal

2) Aktual/resiko nyeri dada yangberhubangan dengan kurangnya suplai darah


miokardium , perubahan metabolism, dan peningkatan produksi asam laktat.

3) Aktual/ risiko tinggi kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan


perembesan cairan, kongesti paru sekunder, perubahan membran kapiler alveoli,
dan retensi cairan interstisial.

4) Aktual/ risiko tinggi pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan
pengembangan paru tidak optimal, kelebihan cairan di paru.

5) Aktual/ risiko tinggi gangguan perfusi perifer yang berhubungan denga


menurunnya curah jantung.

6) Aktual/ risiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan
penurunan perfusi organ.

7) Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai


oksigen ke jaringan dengan kebutuhan sekunder penurunan curah jantung.

8) Aktual/ risiko tinggi perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan penurunan intake, mual, dan anoreksia.

21 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


9) Gangguan pemenuhan istirahat dan tidur yang berhubungan dengan adanya sesak
napas.

10) Aktual/ risiko tinggi cedera yang berhubungan dengan pusing dan kelemahan.

11) Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, penurunan status
kesehatan, situasi krisis, ancaman, atau perubahan kesehatan.

3. Perencanaan.
1) Aktual/risiko tinggi menurunnya curah jantung yang berhubungan dengan
penurunan kontraktilitas ventrikel kiri, perubahan frekuensi, irama dan
konduksi elektrikal.
Ditandai dengan: peningkatan frekuensi jantung (takikardia), disritmia: perubahan
gambaran pola EKG, perubahan tekanan darah (TD) (hipotensi/hipertensi), bunyi
jantung ekstra (S3, S4), penurunan pengeluaran urine, nadi perifer tidak teraba, kulit
dingin (kusam: diaforesis,ortopnea, krakles, distensi vena jugularis, pembesaran hepar,
edema ekstremitas, nyeri dada.
Tujuan: dalam waktu 3x24 jam penurunan curah jantung dapat teratasi dan menunjukkan
tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia terkontrol atau hilang dan bebas
gejala gagal jantung (seperti parameter hemodinamik dalam batas normal, keluaran urin
adekuat).
Kriteria: - klien akan melaporkan penurunan episode dipsnea, berperan dalam aktivitas
mengurangi beban kerja jantung. Tekanan darah dalam batas normal. (120/80mmHg).
Nadi 80x/menit, tidak terjadi aritmia. Denyut jantung, dan irama jantung teratur, CRT
kurang dari 3 detik dan produksi urun > 30ml/jam.
INTERVENSI RASIONAL
Kaji dan laporkan tanda Kejadian mortalitas dan morbiditas sehubungan dengan ml
penurunan curah jantung yang lebih 24 jam pertama.
Periksa kejadian klien Biasanya terjadi takikardia meskipun pada istirahat untuk
dengan mengauskultasi mengkompensasi penurunan kontraktilitas vena ventrikel,
nadi apikal: kaji KAP,PAT, MAT, PVC, dan AF disritmia umum berkenaan
frekuensi, irama jantung dengan GJK meskipun lainnya juga terjadi.
(dokumentasi disritmia, Catatan: disritmia ventrikel tidak responsif terhadap obat
bila tersedia telemetri) yang diduga aneurisme ventrikel.
Catat bunyi jantung S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja pompa,
irama gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran
darah ke dalam serambi yang distensi mur-mur dalam
menunjukkan inkompetensi atau stenosis mitral.
Palpasi nadi perifer Penurunan curah jantung menunjukkan menurunnya nadi,
radial poplitea, dorsalis pedis, postibial. Nadi mungkin cepat
hilang atau tidak teratur untuk dipalpasi, dan pulsus alteran
(denyut kuat lain denyut lemah) mungkin ada.
Pantau adanya keluaran Ginjal berespons untuk menurunkan curah jantung dengan
urine, catat pengeluaran menambah cairan dan natrium. Keluaran urin biasanya
dan kepekatan, menurun selama 3 hari karena perpindahan cairan ke jaringan
konsentrasi urin tetapi dapat meningkat pada malam hari sehingga cairan
terpindah kembali ke sirkulasi bila pasien tidur.

22 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


Istirahatkan klien Oleh karena jatung tidak dapat diharapkan untuk benar-benar
dengan tirah baring istirahat untuk sembuh seperti luka pada patah tulang, maka
optimal hal terbaik yang dilakukan adalah mengistirahatkan klien.
Melalui inaktivitas, kebutuhan pemompaan jantung
diturunkan.
Tirah baring merupakan bagian yang penting dari pengobatan
gagal jantung kongestif khususnya pada tahap akut dan sulit
disembuhkan. Selain itu, untuk menurunkan seluruh
kebutuhan kerja pada jantung, tirah baring membantu dalam
menurunkan beban kerja dengan menurunkan volume
intravaskular melalui induksi diuresis berbaring. Istirahat
akan mengurangi kerja jantung, meningkatkan tenaga
cadangan jantung, dan menurunkan tekanan darah. Lamanya
berbaring juga merangsang diuresis karena berbaring akan
memperbaiki perfusi ginjal.
Istirahat juga mengurangi kerja otot pernapasan dan
penggunaan oksigen. Frekuensi jantung menurun yang akan
memperpanjang periode diastoli pemulihan, sehingga
memperbaiki efisiensi kontraksi jantung.
Atur posisi tirah baring Klien dengan gagal jantung kongestif dapat berbaring dengan
yang ideal. Kepala posisi seperti tersebut untuk mengurangi kesulitan bernapas
tempat tidur harus dan mengurangi jumlah darah yang kembali ke jantung
dinaikkan 20 sampai 30 sehingga dapat mengurangi kongesti paru.
cm (8 10 inci) atau Pada posisi ini aliran balik vena ke jantung (preload) dan
klien didudukkan di paru berkyrang, kongesti paru berkurang, serta penekanan
kursi hepar ke diafragma menjadi minimal. Lengan bawah harus
disokong dengan bantal untuk mengurangi kelelahan otot
bahu akibat berat lengan yang menarik secara terus-menerus.
Klien yang dapat bernapas hanya pada posisi tegak
(ortopnea) dapat didudukkan di sisi tempat tidur dengan
kedua kaki disokong kursi, kepala, dan lengan diletakkan di
meja tempat tidur dan vertebra lumbosakral disokong dengan
bantal. Bila terdapat kongesti paru, maka lebih baik klien
didudukkan di kursi karena posisi ini dapat memperbaiki
perpindahan cairan dari paru. Edema yang biasanya terdapat
di bagian bawah tubuh berpindah ke daerah sakral ketika
klien dibaringkan di tempat tidur.
Kaji perubahan pada Dapat menunjukkan tidak adekuatnya perfusi serebral
sensorik. Contoh: sekunder terhadap penurunan curah jantung.
letargi, cemas dan
depresi.
Berikan istirahat Stres emosi menghasilkan vasokonstriksi yang terkait,
psikologi dengan meningkatkan tekanan darah, dan meningkatkan
lingkungan yang tenang frekuensi/kerja jantung.
Berikan oksigen Meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokardium
tambahan dengan nasal guna melawan efek hipoksia/iskemia.
kanul/masker sesuai
dengan indikasi
Hindari manuver Berjongkok.
dinamik seperti Berjongkok meningkatkan aliran balik vena dan resistensi

23 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


berjongkok sewaktu arteri sistemik secara simultan menyebabkan kenaikan
melakukan BAB dan volume sekuncup (stroke volume) dan tekanan arteri.
mengepal-ngepalkan Peregangan ventrikel kiri yang bertambah akan
tangan. meningkatkan beban kerja jantung secara simultan.
Latihan isometrik.
Latihan isometrik: mengepal-ngepalkan tangan (hangdrip)
secara terus-menerus selama 20-30 detik meningkatkan
resistensi arteril sistemik, tekanan darah, dan ukuran jantung.
Latihan ini akan meningkatkan beban kerja jantung.
Kolaborasi untuk Rasional dukungan diet adalah mengatur diet sehingga kerja
pemberian diet jantung dan ketegangan otot jantung minimal dan status nutrisi
terpelihara sesuai dengan selera dan pola makan klien.
Pembatasan natrium
Pembatasan natrium ditujukan untuk mencegah, mengatur,
dan mengurangi edema seperti pada hipertensi atau gagal
jantung. Hindari kata-kata makanan rendah garam atau
bebas garam. Kesalahan yang sering terjadi biasanya
disebabkan akibat penerjemahan yang tidak konsisten dari
garam ke natrium. Harus diingat bahwa garam itu tidak 100%
natrium. Terdapat 393mg, atau sekitar 400mg natrium dalam
1g (100mg) garam. Maka, klien yang harus menjalani diet
rendah natrium harus dianjrukan untuk tidak membeli
makanan olahan dan membaca label dengan teliti terhadap
kata-kata garam atau natrium atau khususnya makanan
kaleng.
Kolaborasi untuk Banyaknya obat dapat dipergunakan untuk meningkatkan
pemberian obat volume sekuncup, memperbaiki kontarktilitas, dan
menurunkan kongesti.
Pantau seri EKG dan Depresi segmen ST dan datarnya gelombang T dapat terjadi
perubahan foto dada. karena peningkatan kebutuhan oksigen. Foto dada dapat
menunjukkan pembesaran jantung dan perubahan kongesti
pulmonal.

2) Aktual/risiko tinggi nyeri yang berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai


darah dan oksigen dengan kebutuhan miokardium sekunder dari penurunan
suplai darah ke miokardium, peningkatan produksi asam laktat.
Tujuan: dalam waktu 3x24 jam tidak ada keluhan dan terdapat penurunan respons nyeri
dada.
Kriteria: secara subjektif klien menyatakan penurunan rasa nyeri dada. Secara objektif
didapatkan TTV dalam batas normal, wajah rileks, tidak terjadi penurunan perfusi
perifer, urine > 660ml/hari
INTERVENSI RASIONAL
Catat karakteristik nyeri, Variasi penampilan dan perilaku klien karena nyeri terjadi
lokasi, intensitas, lama, sebagai temuan pengkajian.
dan penyebarannya.
Anjurkan kepada klien Nyeri berat dapat menyebabkan shock kardiogenik yang
untuk melaporkan nyeri berdampak pada kematian mendadak.
dengan segera.

24 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


Lakukan manajemen
nyeri keperawatan:
1. Atur posisi Posisi fisologis akan meningkatkan asupan O2 ke jaringan
fisiologis yang mengalami iskemia.
2. Istirahatkan klien. Istirahat akan menurunkan kebutuhan O2 jaringan perifer,
sehingga kebutuhan miokardium menurun dan akan
meningkatkan suplai darah dan oksigen ke miokardium yang
membutuhkan O2 untuk menurunkan iskemia.
3. Berikan oksigen Meningkatkan jumlah oksigen yang ada untuk pemakaian
tambahan dengan miokardium sekaligus mengurangi ketidaknyamanan sampai
nasal kanul atau dengan iskemia.
masker sesuai
dengan indikasi
4. Manajemen Lingkungan tenang akan menurunkan stimulus nyeri eksterna
lingkungan: dam pembatasan pengunjung akan membantu meningkatkan
lingkungan tenang kondisi O2 ruangan yang akan berkurang apabila banyak
dan batasi pengunjung yang berada di ruangan.
pengunjung.
5. Ajarkan tiknik Meningkatkan asupan O2 sehingga akan menurunkan nyeri
relaksasi sekunder dari iskemia jaringan otak.
pernapasan dalam.
6. Ajarkan teknik Distraksi (pengalihan perhatian) dapat menurunkan stimilus
distraksi pada saat internal dengan mekanisme peningkatan produksi endorfin
nyeri. dan enkefalin yang dapat memblok reseptor nyeri untuk tidak
dikirimkan ke korteks serebri sehingga menurunkan persepsi
nyeri.
7. Lakukan Manajemen sentuhan pada saat nyeri berupa sentuhan
manajemen dukungan psikologis dapat membantu menurunkan nyeri.
sentuhan. Masase ringan dapat meningkatkan aliran darah kemudian
dengan otomatis membantu suplai darah dan oksigen ke area
nyeri serta menurunkan sensasi nyeri.
Kolaborasi pemberian Obat-obat antianginabertujuan untuk meningkatkan aliran
terapi farmakologis anti darah, baik dengan menambah suplai oksigen atau dengan
angina. mengurangi kebutuhan miokardium akan oksigen.

3) Aktual/risiko tinggi kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan


perembesan cairan, kongesti paru sekunder, perubahan membran kapiler
alveoli, dan retensi cairan interstitial.
Tujuan: dalam waktu 3x24 jam tidak ada keluhan sesak napas atau tedapat penurunan
respons sesak napas.
Kriteria: secara subjektif klien menyatakan penurunan sesak napas, secara objektif
didapatkan TTV dalam batas normal (RR 16-20 kali per menit), tidak ada penggunaan
otot bantu napas, analisis gas darah dalam batas normal.
INTERVENSI RASIONAL
Berikan tambahan O2 6 Untuk meningkatkan konsentrasi O2 dalam proses pertukaran
liter/ menit gas.
Pantau saturasi Untuk mengetahui tingkat oksigenasi pada jaringan sebagai
(oksimetri) Ph, BE, dampak adekuat tidaknya proses pertukaran gas.
HCO3 (dengan BGA)

25 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


Koreksi keseimbangan Mencegah asidosis yang dapat memperberat fungsi
asam basa pernapasan.
Cegah atelektasis Kongesti yang berat akan memperburuk proses pertukaran
dengan melatih batuk gas sehingga berdampak pada timbulnya hipoksia.
efektif dan napas dalam
Kolaborasi: Meningkatkan kontraktilitas otot jantung sehingga dapat
- RL 500 cc/24 mengurangi timbulnya edema dan dapat mencegah gangguan
jam pertukaran gas.
- Digoxin 1-0-0
Furosemid Membantu mencegah terjadinya retensi cairan dengan
menghambat ADD.

4) Aktual/risiko tinggi pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan


pengembangan paru tidak optimal, kelebihan cairan di paru sekunder pada
edema paru akut.
Tujuan: dalam waktu 3x24 jam tidak terjadi perubahan pola napas.
Kriteria: klien tidak sesak napas, RR dalam batas normal 16-20 kali/ menit, respons
batuk berkurang.
INTERVENSI RASIONAL
Auskultasi bunyi napas Indikasi edem paru sekunder akibat dekompensasi jantung.
(krakles)
Kaji adanya edema Curiga gagal kongesti/kelebihan volume cairan.
Ukur intake dan output Penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan perfusi
ginjal, retensi natrium/air, dan penurunan keluaran urine.
Timbang berat badan Penurunan tiba-tiba dari berat badan menunjukkan gangguan
keseimbangan cairan.
Pertahankan pemasukan Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang dewasa, tetapi
total cairan 2.000ml / 24 memerlukan pebatasan dengan adanya dekompensasi
jam dalam toleransi jantung.
kardiovaskular.
Kolaborasi Natrium meningkatkan retensi cairan dan meningkatkan
Berikan diet tanpa volume plasma yang berdampak terhadap peningkatan beban
garam. kerja jantung dan akan membuat kebutuhan miokardium
meningkat.
Berikan diuretik, Diuretik bertujuan untuk menurunkan volume plasma dan
contoh: furosemide, menurunkan retensi cairan di jaringan, sehingga menurunkan
sprinolakton, dan risiko terjadinya edema paru.
hidronolakton
Pantau data Hipokalemia dapat membatasi keefektifan terapi.
laboratorium,
elektrolit kalium.

5) Aktual/risiko tinggi gangguan perfusi perifer yang berhubungan dengan


menurunnya curah jantung.
Tujuan: dalam waktu 2x24 jam perfusi perifer meningkat.
Kriteria: klien tidak mengeluh pusing, TTV dalam batas normal, CRT < 3 detik, urine >
600ml/ hari
INTERVENSI RASIONAL
Auskultasi TD. Hipotensi dapat terjadi juga disfungsi ventrikel, hipertensi

26 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


Bandingkan kedua juga fenomena umum yang berhubungan dengan nyeri cemas
lengan; ukur dalam karena pengeluaran katekolamin.
keadaan berbaring,
duduk, atau berdiri bila
memungkinkan.
Kaji warna kulit, suhu, Mengetahui derajat hipoksemia dan peningkatan tahanan
sianosis, nadi perifer, perifer.
dan diaforesis secara
teratur.
Kaji kualitas peristaltik, Mengetahui pengaruh hipoksia terhadap fungsi saluran cerna.
jika perlu pasang sonde. Serta dampak penurunan elektrolit.
Kaji adanya kongesti Sebagai dampak gagal jantung kanan, jika berat akan
hepar pada abdomen ditemukan adanya tanda kongesti.
kanan atas.
Pantau urine output. Penurunan curah jantung diakibatkan menurunnya produksi
urine, pemantauan yang ketat pada produksi urine >600ml
per hari merupakan tanda-tanda syok kardiogenik.
Catat adanya murmur. Menunjukkan gangguan aliran darah dalam jantung (kelainan
katup, kerusakan septum, atau fibrasi otot papilar).
Pantau frekuensi jantung Perubahan frekuensi dan irama jantung menujukkan
dan irama. komplikasi disritmia.
Berikan makanan kecil/ Makanan besar dapat meningkatkan kerja miokardium.
mudah dikunyah, batasi Kafein dapat merangsang langsung ke jantung sehingga
asupan protein. meningkatkan frekuensi jantung.
Kolaborasi Jalur yang paten penting untuk pemberian obat darurat.
Pertahankan cara masuk
heparin (IV) sesuai
indikasi.

6) Aktual/resiko tinggi kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan


kelebihan cairan sistemik, perembesan cairan interstitial di sistemik sebagai
dampak sekunder dari penurunan curah jantung, gagal jantung kanan.
Tujuan : dalam waktu 2x 24 jam tidak terjadi kelebihan volume cairan sistemik.
Criteria : klien tidak sesak nafas, edema ekstermitas berkurang, pitting edema (-),
produksi urine >600ml/hari
INTERVENSI RASIONAL
Kaji adanya edema Curiga gagal kongestif/kelebihan volume cairan
ekstermitas
Kaji tekanan darah Sebagai salah satu cara untuk mengetahui peningkatan
jumlah cairan yang dapat diketahui dengan meningkatkan
beban kerja jantung yang dapat diketahui dari
meningkatnya tekanan darah
Kaji distensi vena Peningkatan cairan dapat membebani fungsi vertikel kanan
jugularis yang dapat dipantau melalui pemeriksaan tekanan vena
jugularis.
Ukur intake dan output Penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan perfusi
ginjal, natrium/air, dan penurunan keluaran urine
Timbang berat badan Perubahan tiba-tiba berat badan menunjukan gangguan
keseimbangan cairan

27 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


Beri posisi yang Meningkatkan venous return dan mendorong berkurangnya
membantu edema perifer
drainaseekstermita,
lakukan latihan gerak
pasif
Kolaborasi Natrium meningkatkan retensi cairan dan meningkatkan
Berikan diet tanpa volume plasma yang berdampak terhadap peningkatan
garam beban kerja jantung dan akan membuat kebutuhan
miokardium meningkat
Berikan diuretic, Diuretic bertujuan untuk meningkatkan volumr plasma dan
contoh: furosemide, menurunkan retensi cairan di jaringan sehingga
sprinolakton, menurunkan risiko terjadinya edema paru
hidronolakton
Panatau data Hipokalemia dapat membatasi keefektifan terapi
laboratoriumelektrolit
kalium

7) Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara


suplai oksigen kejaringan dengan kebutuhan sekunder dari penurunan curah
jantung
Tujuan : aktivitas sehari-hari klien terpenuhi dan meningkatnyakemampuan beraktivitas.
Kriteria : klien menunjukan kemampuan beraktivitas tanpa gejala-gejala yang berat,
terutama mobilisasi ditempat tidur.
INTERVENSI RASIONAL
Catat frekuensi jantung, Respon klien terhadap aktivitas dapat mengindikasikan
irama : dan perubahan adanya penurunan oksigen miokard
TD selama dan sesudah
aktivitas
Tigngkatkan istirahat, Menurunkan kerja miokard/ konsumsi oksigen
batasi aktivitas, dan
brikan aktivitas senggam
yang tidak berat
Anjurkan klien untuk Dengan mengejan dapat mengakibatakan bradikardi,
menghindari menurunkan curah jantung dan takikardia,serta peningkatan
peningkatan tekanan TD
abdomen, mual :
mengejan saat defikasi
Jelaskan pola Aktivitas yang maju memberikan control jantung ,
peningkatan bertahap meningkatkan regangan, dan mencegah aktivitas berlebihan
dari tingkat aktivita,
contoh : bangun dari
kursi, bila tidak ada
nyeri lakukan ambulasi,
kemudian istirahat
selama 1 jam setelah
makan.
Pertahankan klien pada Untuk mengurangi beban jantung.
posisi tirah baring
sementara sakit akut.

28 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


Ingatkan klien duduk di Untuk meningkatkan venous return.
kursi dan tinggikan kaki
klien.
Pertahankan rentang Meningkatkan kontraksi otot sehingga membantu venous
gerak pasif selama sakit return.
kritis.
Evaluasi tanda vital saat Untuk mengetahui fungsi jantung bila dikaitkan dengan
kemajuan aktivitas aktivitas.
terjadi.
Berikan waktu istirahat Untuk mendapatkan cukup waktu resolusi bagi tubuh dan
di antara waktu tidak terlalu memaksa kerja jantung.
aktivitas.
Pertahankan Untuk meningkatkan oksigenasi jaringan.
penambahan O2 sesuai
kebutuhan
Selama aktivitas kaji Melihat dampak dari aktivitas terhadap fungsi jantung.
EKG, dispnea, sianosis,
kerja dan frekuensi
napas, serta keluhan
subjektif.
Berikan diet sesuai Untuk mencegah retensi cairan dan edema akibat penurunan
kebutuhan (pembatasan kontraktilitas jantung.
air dan Na).
Rujuk ke program Meningkatkan jumlah oksigen yang ada untuk pemakaian
rehabilitasi jantung. miokardium sekaligus mengurangi ketidaknyamanan sampai
dengan iskemia.
Berikan oksigen Meningkatkan jumlah oksigen yang ada untuk pemakaian
tambahan dengan nasal miokardium sekaligus mengurangi ketidaknyamanan dan
kanul atau masker sesuai terjadi iskemi
dengan indikasi
Manajemen lingkungan : Lingkungan tenang akan menurunkan stimulus nyeri
lingkungan tenang dan ekstermitas dan pembatasan pengunjung akan membantu
batasi pengunjung klien dalam melakukan istirahat psikologis

8) Aktual/resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang


berhubungan dengan penurunan intake, mual, dan anoreksia
Tujuan : dalam waktu 3x24 jam terdapat peningkatan dalam pemenuhan nutrisi
Criteria : klien secara subjektif termotivasi untuk melakukan pemenuhan nutrisi sesuai
anjuran,asupan meningkat pada porsi makan yang disediakan
INTERVENSI RASIONAL
Jelaskan tentang Dengan pemahaman klien akan lebih kooperatif mengikuti
manfaat makan bila aturan
dikaitkan dengan kondis
klien saat ini
Anjurkan klien agar Untuk menghindari makanan yang justru dapat mengganggu
memakan makanan yang proses penyembuhan klien
disediakan dirumah sakit
Beri makanan dalam Untuk meningkatkan selera dan mencegah mual,
keadaan hangat dan mempercepat perbaikan kondisi, serta mengurangi beban

29 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


porsi kecil serta diet kerja jantung
TKTPRG
Libatkan keluarga Klien kadang kala mempunyai selera makan yang sudah
pasien dalam terbiasa sejak dirumah, dengan bantuan keluarga dalam
pemenuhan nutrisi pemenuhan nutrisi dengan tidak bertentangan dengan pola
tambahan yang tidak diet akan meningkatkan pemenuhan nutrisi
bertentangan dengan
penyakitnya
Lakukan dan anjurkan Hygiene oral yang baik akan meningkatkan nafsu makan
perawatan mulut klien
sebelum dan sesudah
makan serta sebelum
dan sesudah intervensi/
pemeriksaan peroral
Beri motivasi dan Meningkatkan secara psikologis
dukungan psikologis
Kolaborasi Meningkatkan pemenuhan sesuai dengan kondisi klien
Dengan nutrisi
tentang
pemenuhan diet
klien
Pemberian Memenuhi asupan vitamin yang kurang dari dari penurunan
multivitamin asupan nutrisi secara umum dan memperbaiki daya tahan.

9) Gangguan pemenuhan istirahat dan tidur yang berhubungan dengan adanya


sesak napas.
Tujuan: dalam waktu 3x24 jam keluhan gangguan pemenuhan tidur berkurang.
Kriteria: klien tidak mengeluh mengantuk, TTV dalam batas normal, mata tidak merah,
tidur 6 8 jam/hari.
INTERVENSI RASIONAL
Catat pola istirahat dan Variasi penampilan dan perilaku klien dalam pemenuhan
tidur klien siang dan istirahat serta tidur sebagai temuan pengkajian.
malam hari.
Atur posisi fisiologis. Posisi fisiologis akan meningkatkan asupa O2 dan rasa
nyaman.
Berikan oksigen Meningkatkan jumlah oksigen yang ada untuk pemakaian
tambahan dengan nasal miokardium sekaligus mengurangi ketidaknyamanan dan
kanul atau masker sesuai terjadi iskemia.
dengan indikasi.
Manajemen lingkungan: Lingkungan tenang akan menurunkan stimulus nyeri
lingkungan tenang dan eksternal dan pembatasan pengunjung akan membantu klien
batasi pengunjung. dalam melakukan istirahat psikologis.
Ajarkan teknik distraksi Distraksi (pengalihan perhatian) dapat menurunkan persepsi
sebelum tidur. nyeri dan efektif pada klien yang sudah mengalami
penurunan tingkat sesak.
Lakukan manajemen Manajemen sentuhan pada klien yang insomnia berupa
sentuhan. sentuhan dukungan psikologis dapat membantu meurunkan
stimulus eksternal. Masase ringan dapat meningkatkan aliran
darah dan dengan otomatis membantu proses oksigenasi.

30 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


Kolaborasi pemberian Meningkatkan istirahat/relaksasi dan membantu klien dalam
obat sedatif. memenuhi kebutuhan tidur.

10) Aktual/resiko tinggi cidera yang berhubungan dengan pusing dan kelemahan
Tujuan : dalam waktu 3x24 jam tidak terjadi cidera pada klien
Criteria : klien tidak terjatuh, TTV dalam batas normal
INTERVENSI RASIONAL
Catat pola istirahat dan Variasi penampilan dan prilaku klien dalam pemenuhan
tidur klien siang dan istirahat dan tidur sebagai temuan pengkajian
malam hari
Pantau adanya Tempat tidur dengan adanya pengaman /pagar tempat tidur
pengaman pada tempat dapat mencegah klien jatuh pada saat gelisah dan mengalami
tidur klien kelemahan
Atur posisi fisiologis Posisi fisiologis akan meningkatkan asupan O2 dan rasa
nyaman
Manajemen lingkungan : Lingkungan tenang akan menurunkan stimulus nyeri
lingkungan tenang dan ekstermitas dan pembatasan pengunjung akan membantu
batasi pengunjung klien dapat melakukan istirahat psikologis

11) Cemas yang berhubungan dengan rasa takut kematian, ancaman,atau


perubahan kesehatan
Tujuan : dalam waktu 1x24 jam kecemasan klien berkurang
Criteria : klien mengatakan kecemasan berkurang, klien mengenal perasaananya dengan
mengidentifikasi penyebab atau memengaruhinya, kosperatif terhadap tindkan, dan
wajah rileks
INTERVENSI RASIONAL
Bantu klien Cemas berkelanjutan memberikan dampak serangan jantung
mengekspresikan selanjutnya
perasaan marah,
kehilangan ,dan takut
Kaji tanda verbal dan Reaksi verbal/nonverbal dapat menunjukan rasa agitasi
nonverbal kecemasan, marah, dan gelisah
damping klien, dan
lakukan tindakan bila
menunjukan prilaku
merusak
Hindari konfrontasi Konfrontasi dapat meningkatkan rasa marah, menurunkan
kerja sama, dan mungkin memperlambat penyembuhan
Mulai melakukan Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak perlu
tindakan untuk
mengurangi kecemasan.
Beri lingkungan yang
tenang dan suasana
penuh istirahat
Tingkatkan control Control sensasi klien (dalam menurunkan kekuatan) dengan
sensasi klien cara memberikan informasi mengenai keadaan klien,
menekankan pada penghargaan terhadap sumber-sumber
koping (pertahanan diri)yang positif. Membantu latihan
relaksasi dan teknik-teknik pengalihan ,serta memberikan

31 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


respons baik yang positif.
Orientasikan klien Orientasi dapat menurunkan kecemasan
terhadap prosedur rutin
dari aktivitas yang
dihrapkan
Dari kesempatan kepada Dapat menghilangkan ketegangan terhadap kekhawatiran
klien untuk yang tidak diekspresikan
mengungkapkan
ansietasnya
Berikan privasi untuk Memberi waktu untuk mengekspresikan perasaan
klien dan orang terdekat menghilangkan cemas, dan prilaku adaptasi.Adanya keluarga
dan teman-teman yang dipilih klien untuk melayani aktivitas
dan pengalihan (misalnya membaca) akan menurunkan
perasaan terisolasi

4. Evaluasi
Hasil yang diharapkan pada proses perawatan klien dengan gagal jantung.
a. Bebas nyeri.
b. Terpenuhinya aktivitas sehari-hari.
c. Menunjukkan adanya peningkatan curah jantung.
1) Tanda-tanda vital kembali normal.
2) Terhindar dari risiko penurunan perfusi perifer.
3) Tidak terjadi kelebihan volume cairan.
4) Tidak sesak.
5) Edema ekstremitas tidak terjadi.
d. Menunjukkan penurunan kecemasan.
e. Memahami penyakit dan tujuan perawatannya.
1) Mematuhi semua aturan medis.
2) Mengetahui kapan harus meminta bantuan medis bila nyeri menetap atau
sifatnya berubah.
3) Memahami cara mencegah komplikasi dan menunjukkan tanda-tanda bebas
dari komplikasi.
4) Menjelaskan proses terjadinya gagal jantung.
5) Menjelaskan alasan tindakan pencegahan komplikasi.
6) Mematuhi program perawatan diri.
7) Menunjukkan pemahaman mengenai terapi farmakologi.
8) Kebiasaan sehari-hari mencerminkan penyesuaian gaya hidup.

32 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


BAB III
TINJAUAN KASUS
Asuhan Keperawatan Pada Ny. Yunyati Dengan Gagal Jantung Kongestif
Diruang Cempaka Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang

A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama : Yunyati
Umur : 29 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Alamat : Kp Lontar Rt 007/002 Kabupaten Tangerang
Nomor Telfon : 0858 1120 9565
Diagnosa Penyakit : Gagal jantung kongestif
Tanggal Masuk : 6 April 2016
Tanggal Pengkajian : 11 April 2016
Pemberi Jaminan : BPJS
Sumber Data : Auto Anamnesa
Nomor Rekam Medis : 00066112

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama : H. Edi Suwardi
Umur : 32 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Hubungan dengan Klien : Suami
Pekerjaan : Wiraswasta
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Alamat : Kp Lontar Rt 007/002 Kabupaten Tangerang
Nomor Telfon : 0858 1120 9565

33 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluh dada terasa nyeri.
b. Riwayat kesehatan sekarang
1 bulan sebelum masuk rumah sakit pasien sudah sering merasakan sesak nafas,
10 hari sebelum masuk rumah sakit pasien merasa bahwa bagian kakinya terasa
bengkak. 5 hari sebelum masuk rumah sakit pasien dibawa ke klinik dekat rumah
pasien, dengan keluhan sesak nafas dan nyeri dada serta adanya pembengkakan
pada kaki. Selama dikliinik pasien hanya diberikan obat oral. Setelah beberapa
hari diberikannya obat di klinik, pasien merasa penyakitnya tidak kunjung
sembuh. Pada tanggal 6 April keluarga membawa pasien ke IGD RSU Kabupaten
Tangerang. Di IGD pasien diberikan tindakan infus, serta pemberian obat melalui
paranteral. Pasien langsung dibawa ke ruang perawatan untuk tindakan lebih
lanjut. Saat dikaji pasien mengeluh sesak nafas, dirasakan saat beraktivitas dan
mulai berkurang jika klien beristirahat dengan menggunakan 2 bantal. Rasa sesak
seperti tertekan benda berat. Pasien juga mengeluh nyeri didada sebelah kiri jika
pasien beraktivitas tampak meringis dan gelisah, skala nyeri 6 dari rentang 1-10,
nyeri dirasakan hilang timbul.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien pernah mengalami sakit jantung 5 tahun yang lalu. Tidak ada alergi obat
dan klien mempunyai alergi makan tahu, ikan dan makanan bersanten.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan bahwa kakaknya juga mengalami penyakit jantung dan salah
satu orang tuanya juga mempunyai riwayat penyakit jantung.

Genogram:
+ +
+ +

34 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


Keterangan:

:laki laki
:perempuan

:Pasien

----- : Tinggal serumah

+ : Meninggal

: Sakit yg sama
e. Pola Aktifitas Sehari-hari
NO AKTIVITAS SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
1. Nutrisi dan Hidrasi Diet/Jenis :Tidak pernah Diet/Jenis: Diet Hipertesi danCHF
melakukan diet Porsi Yang dihabiskan: Porsi
makan saat sakit tidak mengalami
Porsi Yang dihabiskan: Klien perubahan dan asupan klien
dapat menghabiskan 1 piring melebihi keluaran
makan
Minum : 4 gelas/hari
Minum : 8 gelas sehari
2. Eliminasi (BAB& BAB: Biasanya 1x/hari dan BAB :Hanya sekali ,berwarna
BAK) konsistensinya padat, berwarna cokelat, konsistensinya padat dan
coklat, tidak berbau tidak berbau

BAK: Biasanya 4x / hari dan BAK: Biasanya 4x / hari dan


berwarna kuning dan jumlah berwarna jumlah urine 300 ml/hari,
urine 500 ml/hari, tidak berbau tidak berbau
3. Personal Hygine Pasien mengatakan Pasien mengatakan
melakukankegiatan mandi, melakukankegiatan mandi,
keramas, gosok gigi, secara keramas, gosok gigi, dan di bantu
mandiri.Mandi 2x/ hari oleh suaminya. dan saat sakit hanya
1x/hari.

4.. Istirahat Tidur Pasien tidur selama 8 jam/hari. Pasien tidur selama 8 jam/hari.

5. Latihan Olahraga Pasien hanya berjalan-jalan saja Selama dirumah sakit tidak pernah
di dekat rumahnya olahraga.

6. Gaya Hidup Pasien suka makan makanan Pasien tidak makan makanan yang
yang cepat saji cepat saji

35 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Tingkat Kesadaran : Compos Mentis GCS : 15
Penampilan Umum : Terlihat Lemas
Berat Badan : 48 kg
Tinggi Badan : 146 cm
Tanda-tanda vital : TD : 160/100 R : 20
N : 88 S : 36,5C
b. Kulit, Rambut, Kuku
Kulit: Berwarna sawo matang, kulit dingin, lembab, adanya sianosis, tidak ada
jaringan parut.
Rambut: Berwarna coklat, distribusi tipis, Mudah rontok, dan Keadaannya bersih.
Kuku : Bentuknya Cembung, Berwarna transparan, tidak ada bekas luka, tidak ada
sianosis.
c. Mata
Bentuk simetris, konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterik dan lapang pandang
menyeluruh.
d. Mulut
Terdapat sianosis, kebersihannya bersih, dan tidak terdapat stomatitis.
e. Leher
Bentuk simetris, tidak terjadi pembengkakan, dapat digerakan ke segala arah
f. Hidung dan sinus
Bentuk simetris, keadaan bersih, fungsi penciuman baik, dan tidak ada nyeri
tekan.
g. Paru-paru dan rongga thorax
Bentuk simetris, saat respirasi kedua dada mengembang, dan saat respirasi
terdapat nyeri. Bunyi S3 Gallops. Perubahan ekg:obs kejang
h. Abdomen
Tidak ada nyeri tekan, kembung, tidak ada bekas luka, dan bising usus 9x/menit.
i. Ekstermitas
Atas : Dapat digerakan kesegala arah, tidak ada oedema, lengan kanan terpasang
infus
Bawah : Dapat digerakan, ada oedema di kaki,

5. Data Psikologis
Status Emosi : Pasien selalu berharap agar cepat sembuh
Kecemesan : Tidak mengalami cemas

36 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


Pola Koping : Pasien merasa yakin bahwa keadaannya akan membaik
Gaya Komunikasi : Memakai bahasa Indonesia, dan klien seseorang yang mudah
berinteraksi
Konsep Diri
Identitas diri :Pasien adalah seorang perempuan dan bangga menjadi
perempuan
Gambaran diri :Pasien berpenampilan rapih dan suka menjaga kebersihan
tubuhnya
Harga diri :Pasien selalu optimis dengan sakit yang dideritanya agar cepat
sembuh
Peran diri :Pasien adalah seorang ibu rumah tangga
Ideal diri :Pasien mengatakan belum bisa menjadi ibu yang baik untuk
anak-anaknya dengan kondisi yang seperti ini sehingga dia
tidak bisa merawat anaknya.

6. Data Sosial
Pasien selama dirumah dia selalu berinteraksi dengan masyarakat sekitar dan tetap
ramah, terlihat saat ia sakit banyak tetangga yang menjenguknya di rumah sakit dan
menghiburnya di ruangan.

7. Data Spiritual
Selama sakit pasien selalu melaksanakan ibadah sholat dan saat sebelum sakit pasien
adalah seseorang yang taat dalam menjalankan ibadah dia selalu optimis terhadap
penyakitnya.

8. Data Penunjang
Echocardiography

37 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


Hasil: Dimensi ruang jantung dalam batas normal, LVH konsentrik, kontraktilitas
global LV menurun EF=32% LV global hpokinetik, kontraksi RV normal, Tapse
1,9 cm, katup aorta 3 kuspis, klasifikasi (-) AR/AS (-), katup mitral MR mild,
katup tricuspid dalam batas normal, E/A pusi LAVI 25 ml/m2 Efusi perikard mild
sekeliling jantung

Elektrokardiogram

Hasil : Spike wave temporal kanan


Kesan : Potential celeptogenic temporal
Pasien mengalami obs kejang

Pemeriksaan Urine
Makroskopik : warna Kuning, keruh Nilai Normal
kekeruhan
Carik : leukosit ++ 0-0
Nitrit Negative 0-0
Urobilinogen Negative 0.1-1

38 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


Protein +++ 00
Ph 7,0 4.5 -8

Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan Darah +++ Nilai Normal
Berat Jenis 1015 1003 1030
Keton Negative 00
Bilirubin Negative 00
Glukosa Negative 0 < 180
Sedimen Leukosit 70-80/LPB 0<5
Eritrosit Penuh/LPB 0 < 10
Epitel ++
Silinder Positif 00
Kristal Negative 00
Bakteri Negative 00
Pemeriksaan Elektrolit
Hasil Nilai Normal
Natrium 13.1 mEq/L 135 - 147
Kalium 4.8 mEq/L 3.5 - 5
Chloride 10.7 mEq/L 96 - 105

Kimia (fungsi ginjal)


Hasil Nilai Normal
Ureum 7.6 Mg/dl 10 50
Creatinin 1.5 Mg/dl Laki-laki : 0 < 1.3
Perempuan : 0 < 1.1
Magnesium 2.8 Mg/dl 1.8 -3

9. Program dan Rencana Pengobatan


Obat Oral Obat Suntik
> Infepsa 3x1 > Omeprazole1x40mg
> Ambroxol 3x1 > Cefotaxime 3x4
> Radium 3x1 > Ondansentron 3x1

Obat lain-lain
> IUFD 0,9%
> Aminofluid /12 jam
> Ventolin /8 jam

39 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


B. Diagnosa Keperawatan
1. Analisa data
No Data Senjang Interpretasi data Masalah
1 DS: Disfungsi miocard Penurunan curah
- Pasien mengatakan jantung
merasa letih ketika
beraktivitas Kontraktilitas
- Pasien mengatakan
kulitnya terdapat
kebiruan Gagal pompa ventrikel
- Pasien mengatakan
adanya bengkak di
daerah kaki Penurunan curah jantung
DO:
- Edema di kaki
- Bunyi s3
- Kulit lembab
- Perubahan warna kulit:
sianosis(kebiruan)
- Perubahan EKG: obs
kejang
- TD: 160/100
- N: 88 x/m
2
DS: Gagal pompa ventrikel Nyeri
- Pasien mengatakan
bahwa nyeri di dadanya Tekanan diastole naik

DO: Bendungan atrium


- Terlihat meringis
- Gelisah Bendungan vena sistemik
- Skala nyeri: 6 rentang
1-10 Suplai darah tidak
- TD: 160/100 mengakomodasi
- N= 88 x/m
- RR=25 x/m Nyeri

3 DS: Curah jantung Kelebihan volume


- Klien mengatakan cairan
kakinya membengkak Aliran darah ke ginjal
- Klien mengatakan menurun
bahwa mengalami
kenaikan berat badan Proses sekresi aldosteron
DO: rennin angiotensin
- Adanya edema pada
kaki Pembengkakan
- Perut membesar
- Gelisah Kelebihan volume cairan
- Tampak cemas

40 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


- TD: 160/100 mmHg
- RR: 25 x/menit
- Asupan melebihi
pengeluaran
- Minum air 4 gelas/hari
4 DS: Suplai O2 menurun ke Intoleransi aktifitas
- Klien mengatakan jaringan
bahwa badannya terasa
lemas
- Klien mengatakan Menghambat metabolism
bahwa cepat lelah
terutama jika beraktifitas
DO: ATP menurun
- Aktifitas sehari hari
dibantu (skala 7 rentang
1-10) Kelelahan dan peningkatan
- Urine outpu 300 ml/hari kerja pernafasan
- Perubahan EKG:obs
kejang
- Bunyi s3 gallops Intoleransi aktifitas
- TD:160/100 mmHg
- N:88 x/menit

2. Daftar Diagnosa Keperawatan


a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan kontraktilitas ventrikel
kiri
b. Nyeri berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah
c. Kelebihan volume cairan dari kebut uhan tubuh berhubungan dengan penurunan
aliran darah
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelelahan dan peningkatan kerja
pernafasan

C. Perencanaan

No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan
1. Penurunan curah Setelah dilakukan 1.Kaji dan 1.Kejadian mortalitas dan
jantung tindakan morbiditas sehubungan
laporkan tanda
berhubungan keperawatan dengan ml yang lebih
dengan selama 3x24 jam, penurunan curah 24 jam pertama.
kontraktilitas penurunan curah
jantung
ventrikel kiri jantung dapat
teratasi dengan 2.Catat bunyi 2.S1 dan S2 mungkin
criteria hasil: lemah karena

41 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


- Tekanan jantung menurunnya kerja
darah dalam pompa, irama gallop
batas normal. umum (S3 dan S4)
(140/90mmH dihasilkan sebagai
g). Nadi aliran darah ke dalam
80x/menit serambi yang distensi
- Dapat mur-mur dalam
mentoleransi menunjukkan
aktivita, tidak inkompetensi atau
ada kelelahan stenosis mitral.
- Tidak ada 3.Penurunan curah
3.Palpasi nadi
penurunan jantung menunjukkan
kesadaran perifer menurunnya nadi, radial
poplitea, dorsalis pedis,
postibial. Nadi mungkin
cepat hilang atau tidak
teratur untuk dipalpasi,
dan pulsus alteran
(denyut kuat lain denyut
lemah) mungkin ada.

4.Pantau adanya 4.Ginjal berespons untuk


menurunkan curah
keluaran urine,
jantung dengan
catat pengeluaran menambah cairan dan
natrium. Keluaran urin
dan kepekatan,
biasanya menurun
konsentrasi urin selama 3 hari karena
perpindahan cairan ke
jaringan tetapi dapat
meningkat pada malam
hari sehingga cairan
terpindah kembali ke
sirkulasi bila pasien
tidur.

5.Istirahatkan klien
5.Tirah baring merupakan
dengan tirah bagian yang penting
dari pengobatan gagal
baring optimal
jantung kongestif
khususnya pada tahap
akut dan sulit
disembuhkan. Selain
itu, untuk menurunkan
seluruh kebutuhan kerja
pada jantung, tirah
baring membantu dalam
menurunkan beban
kerja dengan
menurunkan volume
42 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
intravaskular melalui
induksi diuresis
berbaring. Istirahat akan
mengurangi kerja
jantung, meningkatkan
tenaga cadangan
jantung, dan
menurunkan tekanan
darah. Lamanya
berbaring juga
merangsang diuresis
karena berbaring akan
memperbaiki perfusi
ginjal.

6.Rasional dukungan diet


6.Kolaborasi untuk adalah mengatur diet
sehingga kerja dan
pemberian diet
ketegangan otot jantung
jantung dan minimal dan status
nutrisi terpelihara sesuai
pemberian obat
dengan selera dan pola
makan klien.Banyaknya
obat dapat dipergunakan
untuk meningkatkan
volume sekuncup,
memperbaiki
kontarktilitas, dan
menurunkan kongesti.

7.Depresi segmen ST dan


7. Pantau seri EKG
datarnya gelombang T
dan perubahan dapat terjadi karena
peningkatan kebutuhan
foto dada.
oksigen. Foto dada
dapat menunjukkan
pembesaran jantung dan
perubahan kongesti
pulmonal.

1.Posisi fisologis akan


meningkatkan asupan
O2 ke jaringan yang
mengalami iskemia

2 Nyeri Setalah dilakukan 1. Catat karakteristik 1.Variasi penampilan dan


berhubungan tindakan perilaku klien karena

43 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


dengan keperawatan nyeri, lokasi, nyeri terjadi sebagai
ketidakseimbanga 3x24 jam nyeri temuan pengkajian.
intensitas, lama,
n suplai darah pasien dapat
berkurang dengan penyebarannya. 2.
criteria hasil:
2. Lakukan
- Pasientampak manajemen nyeri
rileks
keperawatan:
- Skala nyeri
berkurang - Atur posisi - Posisi fisologis akan
menjadi 3 meningkatkan asupan
fisiologis
- Mampu O2 ke jaringan yang
mengontrol mengalami iskemia.
nyeri - Istirahat akan
- Istirahatkan
- TD : 140/90 menurunkan kebutuhan
mmHg klien. O2 jaringan perifer,
- S : 36,5-37,5 sehingga kebutuhan
C miokardium menurun
- R : 22x/ menit dan akan meningkatkan
- N : 60- suplai darah dan
100x/menit oksigen ke miokardium
yang membutuhkan O2
untuk menurunkan
iskemia.

- Lingkungan tenang
akan menurunkan
- Manajemen stimulus nyeri
eksterna dam
lingkungan:
pembatasan
lingkungan pengunjung akan
membantu
tenang dan batasi
meningkatkan kondisi
pengunjung. O2 ruangan yang akan
berkurang apabila
banyak pengunjung
yang berada di
ruangan.
- Meningkatkan asupan
- Ajarkan tiknik O2 sehingga akan
menurunkan nyeri
relaksasi
sekunder dari iskemia
pernapasan jaringan otak.
dalam
- Distraksi (pengalihan
- Ajarkan teknik perhatian) dapat
menurunkan stimilus
distraksi pada
internal dengan
saat nyeri. mekanisme
peningkatan produksi

44 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


endorfin dan enkefalin
yang dapat memblok
reseptor nyeri untuk
tidak dikirimkan ke
korteks serebri
sehingga menurunkan
persepsi nyeri.

3. Obat-obat
antianginabertujuan
3. Kolaborasi untuk meningkatkan
aliran darah, baik
pemberian terapi
dengan menambah
farmakologis suplai oksigen atau
dengan mengurangi
kebutuhan
miokardium akan
oksigen.

3 Kelebihan volume Setelah dilakukan 1. Kaji adanya 1.Curiga gagal


cairan dari keperawatan edema ekstermitas kongestif/kelebihan
kebutuhan tubuh 3x24 jam pasien volume cairan
berhubungan dapat mengalami 2. Kaji tekanan 2.Sebagai salah satu cara
dengan penurunan penurunan darah untuk mengetahui
aliran darah pembengkakan di peningkatan jumlah
perut dengan cairan yang dapat
criteria hasil: diketahui dengan
- Terbebas dari meningkatkan beban
edema kerja jantung yang dapat
- Tanda tanda diketahui dari
vital dalam meningkatnya tekanan
batas normal darah
- Terbebas dari
3. Beri posisi yang
kelelahan, 3.Meningkatkan venous
membantu
kecemasan return dan mendorong
drainase
atau berkurangnya edema
ekstermitas,
kebingungan perifer
lakukan latihan
- Menjelaskan
gerak pasif
indicator
kelebihan
4. Tinggikan bagian
cairan 4.Dengan meninggikan
yang bengkak
bagian yang bengkak
mengurangi
penumpukan cairan
5.Mudah mengotrol atau
5. Batasi intake
cairan maka akan jelas
cairan dan
diketahui perbandingan
monitor jumlah
keseimbangan cairan
intake dan output

45 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


4 Intoleransi Setelah dilakukan 1.Catat irama 1.Kecenderungan
aktivitas keperawatan jantung, tekanan melakukan respon
berhubungan selama 3x24 jam darah dan nadi klien terhadap aktivitas
dengan ifusiensi dapat melakukan sebelum dan dan dapat
oksigen aktivitas dan sesudah mengidentifikasi
dapat memenuhi melakukan penurunan oksigen
kebutuhan sendiri aktivitas miokardia yang
dengan kriteria mematikan penurunan
hasil :TD : tingkat aktivitas
12O/80 mmHg
RR : 20X/menit 2.Anjurkan klien 2.Menurunkan kerja
N : 80x/menit agar lebih banyak miokardia/ konsumsi
beristirahat oksigen menurunkan
terlebih dahulu resiko komplikasi
Pasien 3.Anjurkan klien 3.Mengakibatkan
nyaman menghindari bradikardi, dan juga
dalam tidur peningkatan menurunkan curah
tekanan jantung dan
abdomen. Contoh takikardiDengan
mengejan saat peningkatan TD
defekasi
4.Jelaskan pada 4.Aktivitas yang maju
klien tentang memberikan control
tahap-tahapan jantung, meningkatkan
aktivitas yang regangan dan
boleh dilakukan mencegah aktivitas
oleh klien. berlebih.
5.Pertahankan 5.Untuk mengurangi
klien pada posisi beban jantung.
tirah baring
sementara sakit
akut.
6.Manajemen 6.Lingkungan tenang
lingkungan : akan menurunkan
lingkungan stimulus nyeri
tenang dan batasi ekstermitas dan
pengunjung pembatasan
pengunjung akan
membantu klien dalam
melakukan istirahat
psikologis

D. Pelaksanaan
Tanggal Tindakan Keperawatan No. Dx Paraf
11 April 2016 07.05 1. Memberikan obat oral: 1

46 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


Infepsa 3x1
Ambroxol 3x1
Radium 3x1

08.00 2. Memantau TTV dengan menggunakan 1,2,3,4


tekanan darah di ukur dengan
sphygmomanometer jarum, suhu
diukur dengan menggunakan
termometer digital, nadi dan
pernafasan dihitung menggunakan jam
tangan dengan hasil :
TD : 160/100mmHg N : 90x/menit
S : 37oC Rr :22x/menit

Hasil : Pasien terlihat cemas dengan tensi


yang tinggi
08.30 3. Mengajarkan relaksasi nafas dalam 2
dengan cara mengambil nafas melalui
hidung dan hembuskan melalui mulut
dilakukan minimal 3 kali

Hasil : pasien tampak lebih relaks


08.45 4. Mengkaji dan laporkan tanda 1
penurunan curah jantung
Hasil: adanya edema di kaki, nyeri dada,
perubahan EKG, dan bunyi jantung S3
08.50 5. Mencatat bunyi jantung 1
Hasil: bunyi jantung s3
08.55 6. Mengkaji adanya edema ekstermitas 1
Hasil: adanya edema kaki di sebelah
kanan
7. Mengkaji skala nyeri
Hasil: skala nyeri:6
09.00 8. Memberikan obat melaui parenteral: 1 dan 2
-OMZ : 1x40mg
-Cefotaxime : 3x4
-Ondensentron : 3x1

Hasil : pasien mengatakan bahwa tangan


terasa perih.
10.00 9. Meninggikan bagian yang bengkak. 3

Hasil : Pasien menjadi nyaman


10.30 10. Menjelaskan pada klien tentang tahap- 4
tahapan aktivitas yang boleh dilakukan
oleh klien.

Hasil: pasien dapat memahami dan dapat


menyebutkan kembali apa yang

47 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


disampaikan perawat
11.00 11. Memonitor jumlah intake dan output 1 dan 3

Hasil : jumlah intake 1000 ml/hari


sedangkan output 300 ml/hari
11.25 12. Memberi posisi yang membantu 3
drainase ekstermitas, lakukan latihan
gerak pasif

Hasil : pasien tirah baring, aktivitas


dibantu keluarga
12.30 13. Menganjurkan klien agar banyak 1,2,3,4
istirahat

Hasil :Pasien lebih relaks dan tampak


tenang
13.05 14. Mencatat irama jantung, tekanan darah 4
dan nadi sebelum dan sesudah
melakukan aktivitas

TD : 150/90mmHg N : 88x/menit
S : 37oC Rr :22x/menit

13.40 15. Menganjurkan klien menghindari 4


peningkatan tekanan abdomen. Contoh
mengejan saat defekasi

Hasil: pasien mengerti dan paham apa


yang dianjurkan oleh perawat
14.00 16. Menciptakan lingkungan yang tenang 1,2,3
dan Nyaman

Hasil : Pasien nyaman saat beristirahat

Tanggal Tindakan Keperawatan No. Dx Paraf


12 April 2016 08.00 1. Memantau TTV 1,2,3,4
TD : 160/90mmHg N : 90x/menit
S : 37oC Rr :22x/menit

Hasil : Pasien terlihat cemas dengan tensi


yang tinggi
08.30 2. Mengajarkan distraksi: mendengarkan 2
lagu
Hasil : pasien tampak lebih relaks
08.45 3. Mengkaji dan laporkan tanda 1
penurunan curah jantung
Hasil: adanya edema di kaki, nyeri dada,
perubahan EKG, dan bunyi jantung S3

48 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


08.50 4. Mencatat bunyi jantung 1
Hasil: bunyi jantung s3
08.55 5. Mengkaji adanya edema ekstermitas 1
Hasil: adanya edema kaki di sebelah
kanan
08.58 6. Mengkaji skala nyeri
Hasil: skala nyeri:5
09.15 7. Memberikan obat melaui parenteral: 1 dan 2
-OMZ : 1x40mg
-Cefotaxime : 3x4
-Ondensentron : 3x1

Hasil : pasien mengatakan bahwa tangan


terasa perih.
10.00 8. Meninggikan bagian yang bengkak. 3

Hasil : Pasien menjadi nyaman


10.30 9. Menjelaskan pada klien tentang tahap- 4
tahapan aktivitas yang boleh dilakukan
oleh klien.

Hasil: pasien dapat memahami dan dapat


menyebutkan kembali apa yang
disampaikan perawat
11.00 10. Memonitor jumlah intake dan output 1 dan 3

Hasil : jumlah intake 1000 ml/hari


sedangkan output 300 ml/hari
11.25 11. Memberi posisi yang membantu 3
drainase ekstermitas, lakukan latihan
gerak pasif

Hasil : pasien tirah baring, aktivitas


dibantu keluarga
12.30 12. Menganjurkan klien agar banyak 1,2,3,4
istirahat

Hasil :Pasien lebih relaks dan tampak


tenang
13.05 13. Mencatat irama jantung, tekanan darah 4
dan nadi sebelum dan sesudah
melakukan aktivitas

TD : 150/90mmHg N : 88x/menit
S : 37oC Rr :22x/menit

13.40 14. Menganjurkan klien menghindari 4


peningkatan tekanan abdomen. Contoh

49 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


mengejan saat defekasi

Hasil: pasien mengerti dan paham apa


yang dianjurkan oleh perawat
14.00 15. Menciptakan lingkungan yang tenang 1,2,3
dan Nyaman

Hasil : Pasien nyaman saat beristirahat

Tanggal Tindakan Keperawatan No. Dx Paraf


13 April 2016 14.00 1. Memberikan obat melaui parenteral:
-OMZ : 1x40mg 1,2
-Cefotaxime : 3x4
-Ondensentron : 3x1

Hasil : pasien terasa nyaman dan tidak ada


rasa perih ketika diberikan obat
14.15 2. Memantau TTV 1,2,3,4
TD : 160/100mmHg N : 90x/menit
S : 37oC Rr :22x/menit

Hasil : Pasien terlihat cemas dengan tensi


yang tinggi
14.30 3. Mengajarkan relaksasi nafas dalam 2
Hasil : pasien tampak lebih relaks
15.45 4. Mengkaji dan laporkan tanda 1
penurunan curah jantung
Hasil: adanya edema di kaki, nyeri dada,
perubahan EKG, dan bunyi jantung S3
16.00 5. Mencatat bunyi jantung 1
Hasil: bunyi jantung s3
16.20 6. Mengkaji adanya edema ekstermitas 1
Hasil: adanya edema kaki di sebelah
kanan
16.30 7. Mengkaji skala nyeri
Hasil: skala nyeri:6
16.55 8. Memberikan obat oral 1 dan 2
Infepsa 3x1
Ambroxol 3x1
Radium 3x1

17.02 9. Meninggikan bagian yang bengkak. 3

Hasil : Pasien menjadi nyaman


18.15 10. Memonitor jumlah intake dan output 1 dan 3

Hasil : jumlah intake 1000 ml/hari


sedangkan output 300 ml/hari
19.30 11. Memberi posisi yang membantu 3
50 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
drainase ekstermitas, lakukan latihan
gerak pasif

Hasil : pasien tirah baring, aktivitas


dibantu keluarga
20.45 12. Menganjurkan klien agar banyak 1,2,3,4
istirahat

Hasil :Pasien lebih relaks dan tampak


tenang
21.00 13. Menciptakan lingkungan yang tenang 1,2,3
dan Nyaman

Hasil : Pasien nyaman saat beristirahat

E. Evaluasi
Tanggal No dx Catatan Perkembangan (SOAPIER) Tanda tangan
14 april 1 S=klien mengatakan terasa lelah jika melakukan
2016 aktivitas
O= tidak ada penurunan kesadaran, GCS=15
TD: 160/90
N: 86x/m
Aktivitas dibantu keluarga rentang 6 dari skala 1-10
Bunyi jantung S3
Perubahan ekg
A=masalah belum teratasi
P= Kaji dan laporkan tanda penurunan curah jantung,
catat bunyi jantung, pantau adanya keluaran urine, catat
pengeluaran dan kepekatan, konsentrasi urin,
istirahatkan klien dengan tirah baring optimal,
kolaborasi untuk pemberian diet jantung dan pemberian
obat, dan pantau seri EKG.
I= Mengkaji dan laporkan tanda penurunan curah
jantung, mencatat bunyi jantung, memantau adanya
keluaran urine, mencatat pengeluaran dan kepekatan,
konsentrasi urin, mengistirahatkan klien dengan tirah
baring optimal, berkolaborasi untuk pemberian diet
jantung dan pemberian obat, dan memantau seri EKG.

E=tekanan darah belum dalam rentang normal, pasien


terlihat letih ketika melakukan aktivitas, masih adanya
bantuan keluarga dalam melakukan aktivitas
R=lanjutkan intervensi

51 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


2 S = klien mengatakan masih terasa nyeri.
O= klien tampak meringis, skala nyeri 5,
TD:160/900mmHg, N:80x/m
A = Masalah teratasi sebagian
P = observasi TTV, kaji skala nyeri, ajarkan teknik
relaksasi dan distraksi, atur posisi pasien.
I = mengobservasi TTV, mengkaji skala nyeri,
mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi, serta
mengatur posisi klien.
E = nyeri pasien berkurang, klien belum terlihat rileks,
wajah meringis, skala nyeri 5 dan tanda tanda vital
belum dalam rentang normal.
R = lanjutkan intervensi.
3 S = klien masih mengeluh bengkak di kakinya
O = masih ada pembengkakan dibagian kaki.
Td: 160/90
N: 80 x/m
Intake>output
Tampak kelelahan ketika beraktivitas
Tampak bingung
A = masalah belum teratasi.
P =Kaji adanya edema ekstermitas, kaji tekanan darah,
beri posisi yang membantu drainase ekstermitas,
lakukan latihan gerak pasif, tinggikan bagian yang
bengkak, batasi intake cairan dan monitor jumlah
intake dan output cairan.
I = mengkaji adanya edema ekstermitas, mengkaji
tekanan darah, memberi posisi yang membantu
drainase ekstermitas, melakukan latihan gerak pasif,
tinggikan bagian yang bengkak, membatasi intake
cairan dan monitor jumlah intake dan output cairan.
E = masih tampak adanyak pembengkakan di kaki,
tanda vital belum dalam bats normal, masih terlihat
kelelahan ketika beraktivitas dan masih tampak
bingung dengan kondisinya.
R = lanjutkan intervensi
4 S = klien masih mengeluh badannya lemas.
O = aktifitas tertentu seperti : mandi, BAK, dan BAB
masih dibantu.
A = masalah belum teratasi.
P = observasi TTV, jelaskan aktivitas yang boleh
dilakkan, anjurkan pasien banyak istirahat.
I = mengobservasi TTV, menjelaskan aktivitas yang
boleh dilakukan, menganjurkan pasien untuk banyak
istirahat.
E = klien masih lemas, mandi, BAK, dan BAB masih
dibantu keluarga, makan dan minum sudah tidak
dibantu.
R = lanjutkan intervensi

52 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
CHF atau yang sering disebut dengan gagal jantung adalah ketidakmampuan
jantung untuk memompa darah keseluruh tubuh. Risiko CHF akan meningkat pada
orang lanjut usia (lansia) karena penurunan fungsi ventrikel akibat proses penuaan.
CHF ini dapat menjadi kronis apabila disertai dengan penyakit-penyakit seperti
hipertensi, penyakit katup jantung, kardiomiopati (kelainan fungsi otot jantung), dan
lain-lain.CHF juga dapat berubah menjadi akut dan berkembang secara tiba-tiba pada
kasus miokard infark (penyakit serangan jantung akibat aliran darah ke otot jantung).
Gagal jantung juga sering disebut suatu keadaan ketika jantung tidak mampu
mempertahankan sirkulasi yang cukup bagi kebutuhan tubuh, meskipun tekanan
pengisian darah pada vena normal. Namun, definisi-definisi lain menyatakan bahwa
gagal jantung bukanlah suatu penyakit yang terbatas pada satu organ, melainkan suatu
sindrom klinis akibat kelainan jantung yang ditandai dengan respons hemodinamik,
renal, neural, dan hormonal (Mutaqqin,2009).

B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan kepada pembaca dan penulis mengenai
makalah ini adalah:
1. Diharapkan penulis dapat mengembangkan dan melanjutkan penulisan makalah
mengenai asuhan keperawatan pasien dengan gagal jantung.
2. Diharapkan pembaca dapat memahami penjelasan mengenai asuhan
keperawatan pasien dengan gagal jantung yang telah diuraikan.
3. Diharapkan hasil penulisan makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan
dan ilmu pengetahuan.

53 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular
dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: MediAction Publishing.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: MediAction Publishing.
Brunner dan Suddarth.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 2. Jakarta: EGC
.

54 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Anda mungkin juga menyukai