TINJAUAN PUSTAKA
terpasang 5.980.000 ton semen per tahun ini mempunyai empat unit
pabrik,yaitu Pabrik Tonasa II, Pabrik Tonasa III, Pabrik Tonasa IV, dan
dengan masing masing kapasitas 590.000 ton semen per tahun untuk unit
II dan III, 2.300.000 ton semen per tahun untuk unit IV, serta 2.500.000
II.1
Tonasa unit I mulai berproduksi semen pada tahun 1968 dengan
kapasitas 120.000 ton / tahun dengan proses basah (proses ini umpan
balik klin berupa luluhan /slurry dengan kadar air 25 40 %). Pabrik yang
No. 285/D.I/IX/76
berupa tepung kering dengan kadar air 0,5 1 %) mulai beroperasi secara
Tonasa Unit III yang berlokasi di tempat yang sama dengan Pabrik
II.2
BAPENAS :No. 32/XC LC/B.V/1981
No.2177/WK/10/1981
yang menggunakan proses kering ini terletak di lokasi yang sama dengan
sejak berita acara proyek diserahkan saat itu dari PT.Semen Gresik
II.3
beroperasi maka PT.Semen Tonasa beroperasi dengan kapasitas 6,7 juta
menggunakan teknologi dari Eropa dan Jepang yaitu Boiler dari Kawasaki
(Jepang), Turbin dari Siemens (Eropa) dan Generator dari ABB (Swedia)
II.4
dengan kapasitas masing masing 300.000 ton / tahun kecuali Makassar
dan Bali yang berkapasitas 600.000 ton / tahun dan Palu yang
jaringan distribusi antar pulau maupun ekspor dan dapat disandari kapal
dengan muatan di atas 17.500 ton. Pelabuhan ini juga digunakan untuk
Gypsum, Slag, Kertas kraf, Suku cadang dan lain lain. Untuk kelancaran
mouringbuoy.
kapasitas masingmasing 100 ton / jam serta 7 unit ship loader, 4 unit
100 120 ton / jam, atau sekitar 4.000 ton / hari, 3 unit lainnya digunakan
untuk pengisian semen curah dengan kapasitas masing - masing 500 ton
II.5
Panjang dermaga pelabuhan sekitar 2 kilometer diukur dari garis pantai
Dermaga I :
Dermaga II :
II.6
II.2 KAJIAN TEORI
II.2.1 Pemboran
dengan mengunakan peralatan yang sesuai untuk suatu tujuan yang telah
II.7
Faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan diameter lubang
stemming tersebut.
2. Pola Pemboran
ada 2 macam, yaitu : Pola pemboran sejajar ( parallel pattern ) dan Pola
lubang ledak dengan baris ( row ) yang berurutan dan sejajar dengan
II.8
burden. Sedangkan pola pemboran selang seling merupakan pola
setiap kolomnya.
3. Arah Pemboran
Arah pemboran untuk lubang ledak yang paling umum dipakai
II.9
3. Mengurangi pech berlebihan pada baris belakang lubang tembak (
back break )
6. Produktivitas wheel loader lebih besar hasil peledakan lebih baik dan
seragam
lubang tembak
semakin besar
II.10
2. Kemungkinan timbulnya retakan ke belakang jenjang dan getaran
kedalaman lubang ledak, panjang kolom isian, diameter lubang ledak dan
tinggi jenjang.
1. Burden
II.11
yang paling penting dalam kegiatan peledakan, karena burden digunakan
keluar dari kolom isian menuju bidang bebas dan dipantulkan kembali
dengan kekuatan yang cukup untuk melampaui kuat tarik batuan sehingga
burden yang terlalu besar akan mengakibatkan energi tidak cukup kuat
free face yang baru. Burden juga berpengaruh pada fragmentasi dan efek
dan jenis batuan yang dihadapi, terdapat jarak maksimum burden agar
acuan yang dibuat secara empiric yaitu adanya batuan standart dan
II.12
bahan peledak standart. Batuan standart memiliki bobot isi 160 lb/cuft
bahan peledak standart memiliki berat jenis 1,2 dan kecepatan detonasi
standart dan bahan peledak yang dipakai ialah bahan peledak standart
maka digunakan burden ratio (kb) standart yaitu 30. Tetapi apabila batuan
yang akan diledakan tidak sama dengan batuan standar dan bahan
peledak dipakai bukan pula bahan peledak standar maka harga Kb-
faktor).
Jika :
Kb De Kb De
= ftatau = m ................(Pers II.1)
12 39.3
Dimana :
B = Burden ( ft )
Kb = Burden Ratio
Kbstandar = 30
II.13
AF1 = [] 12 ..................................................................................(Pers.II.2)
AF2 = [] 12
KB terkoreksi = KB standart 1 2
c. Burden Ratio
KBterkoreksi
B= 12
2. Spacing
Spacing adalah jarak antara lubang tembak dalam satu baris (row).
Spacing merupakan fungsi dari pada burden dan dihitung setelah burden
ditetapkan terlebih dahulu. Spacing yang lebih kecil dari ketentuan akan
bongkah (boulder) dan tonjolan (stump) diantara dua lubang ledak setelah
peledakan.
II.14
3. Delay interval
1. Peledakan serentak , S = 2B
Dimana :
6. Stemming
dengan bahan peledak tapi diisi dengan material seperti tanah liat atau
mengurung gas yang timbul sehingga air blast dan flyrock dapat terkontrol.
Untuk bahan stemming batuan hasil dari crushing jauh lebih baik dari
pada cutting rock (material bekas pemboran). Namun dalam hal ini
II.15
peledakan. Dimana stemming yang terlalu panjang dapat mengakibatkan
2. Lemparan kurang
4. Suara kurang
= .................................................( Pers.II.4 )
Dimana :
II.16
Ukuran material stemming juga sangat berpengaruh terhadap hasil
keras.
kemampuan alat bor dan ukuran mangkok serta tinggi jangkauan alat
muat.
baik karena daya dukungnya lemah atau akibat getaran peledakan. Dapat
lubang bor yang kecil, sementara untuk diameter lubang bor yang besar
II.17
8. Kedalaman Lubang Ledak ( H )
Dimana :
9. Subdrilling ( J )
problem tonjolan pada lantai (toe), karena dibagian ini adalah tempat yang
maksimum.
II.18
Dimana :
II.19
Tinggi kolam isian bahan peledak merupakan selisih antara
sebagai berikut:
Dimana :
T = Stemming (m)
b. Density ( De )
isian. Nilai dari loading density ini dapat dicari mengunakan persamaan
berikut:
Dimana :
merupakan fungsi dari diameter lubang ledak, density bahan peledak dan
II.20
(loading factor) setiap satu lubang ledak dapat dihitung dengan formula
berikut ini:
Dimana:
Powder Factor (PF) atau dalam istilah lain disebut dengan spesific
(PF) ini merupakan salah satu petunjuk untuk memperkirakan baik atau
Factor (PF) ini dapat diketahui tingkat efisiensi bahan peledak untuk
E
= n ..................................( Pers II.10 )
V
Dimana :
II.21
Volume material yang akan diledakkan, dapat diketahui dengan
Dimana :
(delay time).
1. Mengurangi getaran
II.22
1. Bila orientasi antar retakan hampir tegak lurus, sebaiknya
S = 1,41 B
II.23
3. Bila peledakan dilakukan serentak antar baris, maka ratio spasi
maka sistem inisiasi dan S/B dapat diatur seperti pada Gambar II.5
dan II.6
II.24
5. Peledakan pada bidang bebas memanjang dengan pola V-cut
II.25
1. Fragmentasi batuan hasil peledakan akan lebih seragam dan baik
6. Mengurangi airblast
renganggan waktu pada material yang dekat dengan bidang bebas untuk
a. Bobot Isi
II.26
oleh bahan peledak merupakan fungsi dari jumlah massanya,
b. Sensitivitas
II.27
Sensitivitas suatu bahan peledak tergantung dari komposisi bahan
terhadap air. Hal ini karena berat jenis watergell dan emulsion lebih
(CO) akibat nerasa oksigen negatif, dan nitrogen dioksida (NO 2) akibat
bahan peledak, dan waktu penyalaan yang tidak tepat, muncul air,
a. Kecepatan Detonasi
II.28
dinyatakan dalam m/s atau ft/s. Kecepatan detonasi merupakan
b. Tekanan Detonasi
II.29
Dimana :
c. Tekanan Peledakan
kecil dari tekanan detonasi tetapi memberikan energy yang lebih besar
terkandung dalam bahan peledak dan kerja yang dapat dilakukan oleh
II.30
II.3.6 Peralatan Peledakan
suatu komponen peledakan yang bisa dipakai lebih dari satu kali
a. Blasting Machine
b. Blasting Ohmmeter
c. Lead Wire
d. Tongkat
terbuat dari kayu dengan diameter lebih kecil dari lubang ledak dan
e. Cangkul
II.31
II.3.7 Perlengkapan Peledakan
1. Detonator
energi pemicunya, yaitu api, listrik, dan benturan (impact) yang mampu
sebagai berikut:
b) Diameter : 6 8 mm
c) Tinggi : 50 90 mm
dua kawat
II.32
h) Muatan detonator : semua jenis detonator berisi bahan
bahan peledak kuat. Terdapat dua jenis muatan bahan peledak di dalam
a) Isian utama (primary charge) berupa bahan peledak kuat yang peka
b) Isian dasar (base charge) disebut juga isian sekunder adalah bahan
meledaknya, yaitu:
2. Leg Wire
II.33
Leg Wire. Leg wire adalah kabel yang dipasang setiap detonator
machine.
3. Dinamit
ANFO adalah karena berat jenis ANFO yang lebih kecil dari air
5. Bahan Peledak
II.34
pada proses selanjutnya. Untuk tujuan tertentu ukuran fragmentasi batuan
blast.
II.35
detonasi. Ukuran daerah ini tergantung pada jenis bahan peledak
zone). Di daerah ini tegangan yang diterima batuan lebih kecil dari
dan volume. Sesuai dengan sifat elastic batuan maka bentuk dan
gelombang seismic.
II.36
Faktor-faktor yang mempengaruhi fragmentasi bantuan dari hasil
peledakan adalah :
1. Karakteristik batuan
energi yang lebih kecil dan cenderung dapat hancur lebih baik.
II.37
antara tegangan normal dan regangan relatifnya. Modulus
pemboran ada dua yaitu : arah pemboran tegak dan arah pemboran
miring. Lubang tembak yang dibuat tegak, maka pada bagian lantai
II.38
jenjang akan menerima gelombang tekan yang besar, sehingga
sebagian lagi akan diteruskan pada bagian bawah lantai jenjang. Dan
peledakan dilapangan.
5. Pola Pemboran
rencana dan hasil peledakan telah sesuai dengan yang diinginkan, maka
II.39
perludilakukan analisis terhadap hasil peledakan. Secara umum hasil
peledakan meliputi:
peledakan selanjutnya.
ukuranya sampai waktu dapat diolah, serta aman dan efisien dengan
II.40
c. Parameter batuan yang berhubungan dengan densitas batuan,
V E
X = Ao [ Q]0.8 Q0.17 [115]-0.63 .......................( Pers II.13 )
Dimana :
II.41
Ao = factor batuan
setelah itu nilai balastability index (BI) dan faktor batuan (RF) dicari
saringan, yaitu :
X
Xc = (0.693)1/n ............................................( Pers II.15 )
X
Rx = e (XC)n 100 %
e = 2.71828
Dimana :
II.42
n = Index keseragaman
berikut :
B W A1 PC
n = 2.2 14[ De ] 1 [ ]1+[ ][ L ]........ ( Pers II.16 )
B 2
Dimana :
II.43
Tabel II.2 Bobot Nilai Tiap Parameter Untuk Penentuan Indeks
1. Powder 10
2. Blocky 20
3. Totally Massive 50
1. Horizontal 10
( SGI )
HARDNESS ( H ) Rating of 1 to 10
(MOHS SCALE)
2. Back Break
II.44
disebabkan karena tingginya tekanan detonasi. Ukuran daerah ini
3. Flying Rock
4. Misfire
5. Getaran
(delay).
6. Fumes
II.45
kurang bagusnya mixing bahan peledak dan terdapat air dalam
II.46
Diagram II.1 Kerangka Pikir
PEMBONGKARAN INTERBURDEN
DOZING/RIPPING
DRILLING BLASTING
LOADING HAULING
CYCLE TIME
DIGGING RATE
PRODUCTIVITY
EVALUASI
GEOMETRI
Target produksi PC
PELEDAKAN
400 tidak tercapai
II.47
II.5 HIPOTESIS PENELITIAN
peledakan.
II.48