Anda di halaman 1dari 4

2.

1 Tamarindus indica
2.1.1 Definisi
Tamarindus indica adalah suatu spesies pohon yang hidup di daerah tropis dan
subtropis, termasuk dalam genus monotipik, dan berasal dari subfamily Caesalpinioideae
family-nya Leguminosae (Fabaceae). Berikut adalah klasifikasi Tamarindus indica di dalam
Integrated Taxonomic Information System Plant Data base:
Kingdom: Plantae Sub Class: Risidae
Sub Kingdom: Tracheobionta Ordo: Fabales
Division: Spermatophyta Family: Fabaceae
Sub Division: Magniliophyta Genus: Tamarindus L.
Class: Magnoliopsida Species: Tamarindus indica L.

Provinsi yang dikenal menghasilkan tumbuhan ini adalah Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur termasuk Madura, Sumatra Utara, Kalimantan Barat, Bali dan Sulawesi Selatan.
Tumbuhan ini biasanya tumbuh pada dataran rendah dan menjadi pohon yang ditanam di
pinggir jalan sebagai pohon pelindung.

2.1.2 Peranan Tamarindus indica sebagai Antibakteri


Berbagai penelitian telah menemukan aktifitas Tamarindus indica dalam
menghambat pertumbuhan berbagai jenis bakteri. Aktifitas ini kemungkinan disebabkan
karena kandungan fitokimia dalam Tamarindus indica seperti tannin, flavonoid, alkaloid,
cyanogenic glycosida, anthroquinone dan berbagai senyawa aromatik yang merupakan
metabolit sekunder dari bahan ini. Penelitian-penelitian ini memberikan dasar bagi
penggunaan Tamarindus indica untuk pengobatan penyakit-penyakit infeksi bakteri.
Walaupun demikian, masih banyak penelitian yang dapat dilakukan untuk lebih memahami
peran Tamarindus indica sebagai anti bakteri. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan
terhadap pengaruh bahan alami ini pada kemampuan bakteri untuk memasuki host dengan
cara meneliti apakah Tamarindus indica ini dapat menghambat mekanisme adhesi bakteri
pada sel host, misalnya dengan menyebabkan penurunan jumlah atau aktifitas protein-protein
yang terlibat dalam proses adhesi bakteri tersebut, baik dari sisi molekul adhesin atau dari
sisi reseptor pada sel host. Penelitian selanjutnya dapat mencari pengaruh Tamarindus indica
terhadap proses fagositosis bakteri, dapat dengan meneliti kemampuan bahan alami ini untuk
meningkatkan opsonisasi bakteri, atau perannya terhadap aktifitas dan jumlah dari
komplemen atau reseptor komplemen yang berperan pada proses opsonisasi. Selain itu, perlu
juga penelitian mengenai pengaruh Tamarindus indica terhadap sistem imun secara
keseluruhan, misalnya terhadap IgA (yang berperan dalam imunitas pada kulit dan mukosa),
atau pada immunoglobulin yang lain.

2.2 Propionibacterium acnes


Propionibacterium acnes termasuk dalam kelompok bakteri Corynebacteria. Bakteri
ini termasuk flora normal kulit. Propionibacterium acnes berperan pada patogenesis jerawat
dengan menghasilkan lipase yang memecah asam lemak bebas dari lipid kulit. Asam lemak
ini dapat mengakibatkan inflamasi jaringan ketika berhubungan dengan sistem imun dan
mendukung terjadinya akne.

Propionibacterium acnes termasuk bakteri yang tumbuh relatif lambat. Bakteri ini
tipikal bakteri anaerob gram positif yang toleran terhadap udara. Genome dari bakteri ini
telah dirangkai dan sebuah penelitian menunjukkan beberapa gen yang dapat menghasilkan
enzim untuk meluruhkan kulit dan protein, yang mungkin immunogenic (mengaktifkan
sistem kekebalan tubuh).

Ciri-ciri penting dari bakteri Propionibacterium acnes adalah berbentuk batang tak
teratur yang terlihat pada pewarnaan gram positif. Bakteri ini dapat tumbuh di udara dan
tidak menghasilkan endospora. Bakteri ini dapat berbentuk filamen bercabang atau campuran
antara bentuk batang/filamen dengan bentuk kokoid. Propionibacterium acnes memerlukan
oksigen mulai dari aerob atau anaerob fakultatif sampai ke mikroerofilik atau anaerob.
Beberapa bersifat patogen untuk hewan dan tanaman.

Klasifikasi Propionibacterium Order : Actinomycetales


acnes
Family : Propionibacteriaceae
Kingdom : Bacteria
Genus : Propionibacterium
Phylum : Actinobacteria
Spesies : Propionibacterium acnes
Class : Actinobacteridae

Akne terjadi ketika lubang kecil pada permukaan kulit yang disebut pori-pori
tersumbat. Pori-pori merupakan lubang bagi saluran yang disebut folikel, yang mengandung
rambut dan kelenjar minyak. Biasanya, kelenjar minyak membantu menjaga kelembaban
kulit dan mengangkat sel kulit mati. Ketika kelenjar minyak memproduksi terlalu banyak
minyak, pori-pori akan banyak menimbun kotoran dan juga mengandung bakteri.
Mekanisme terjadinya jerawat adalah bakteri Propionibacterium acnes merusak
stratum corneum dan stratum germinat dengan cara menyekresikan bahan kimia yang
menghancurkan dinding pori. Kondisi ini dapat menyebabkan inflamasi. Asam lemak dan
minyak kulit tersumbat dan mengeras. Jika jerawat disentuh maka inflamasi akan meluas
sehingga padatan asam lemak dan minyak kulit yang mengeras akan membesar.

2.3 Akne Vulgaris


2.3.1 Definisi Akne Vulgaris
Akne vulgaris didefinisikan sebagai peradangan kronik dari folikel polisebasea yang
disebabkan oleh beberapa faktor dengan gambaran klinis yang khas. Akne vulgaris
merupakan reaksi peradangan dalam folikel sebasea yang pada umumnya dan biasanya
disertai dengan pembentukan papula, pustula dan abses terutama di daerah yang banyak
mengandung kelenjar sebasea (Wasitaatmadja, 2007).

2.3.2 Klasifikasi Akne Vulgaris


Klasifikasi Akne Vulgaris Jerawat terbagi menjadi menjadi empat tingkatan yaitu
ringan, sedang, agak berat dan berat. Tingkatan tersebut ditentukan berdasarkan jumlah
jerawat yang ada pada wajah, dada dan punggung serta ukuran besar kecil jerawat atau
kondisi peradangan jerawat (Wasitaatmadja, 2007).

Selain itu, di bawah ini juga termasuk dalam perbedaan jenis jerawat menurut
Wasitaatmadja (2007):

1) Jerawat pada bayi yang baru lahir (newborn acne): Jerawat jenis ini
menyerang sekitar 20% bayi yang baru lahir dan tergolong jerawat ringan;
2) Jerawat pada bayi (infantile acne): Bayi berumur 3-6 bulan juga ditumbuhi
jerawat, dan akan tumbuh kembali pada saat ia beranjak remaja;
3) Jerawat vulgaris (Acne vulgaris): Jerawat ini adalah yang paling umum terjadi
pada remaja dan dewasa sekitar 12-24 tahun;
4) Jerawat konglobata (cystic acne): Jerawat jenis ini terjadi pada kaum pria
muda, tergolong serius namun jarang terjadi.

2.3.3 Patogenesis
Patogenesis akne vulgaris sangat kompleks dipengaruhi banyak faktor dan kadang-
kadang masih kontroversial. Ada empat hal penting yang berhubungan dengan terjadinya
akne menurut Djuanda, Hamzah dan Aisah (2007):

1) Kelenjar minyak menjadi besar yaitu hipertropi dengan peningkatan


penghasilan sebum;
2) Hiperkeratosis (kulit menjadi tebal) menyebabkan pertumbuhan sel-sel yang
cepat dan mengisi ruang folikel polisebaceous dan membentuk plug
(epitelium folikular);
3) Pertumbuhan kuman, Propionibacterium acnes yang cepat (folikel
polisebaceous) yang tersumbat akan memerangkap nutrien dan sebum serta
menggalakkan pertumbuhan kuman;
4) Inflamasi (radang) akibat hasil sampingan kuman Propionibacterium acnes.

2.3.4 Gejala Klinis


Gejala Klinis Tempat predileksis akne vulgaris adalah di muka, bahu, leher, dada,
punggung bagian atas, dan lengan bagian atas. Lokasi lain adalah leher, lengan atas dan
glutea kadang-kadang terkena. Erupsi kulit polimorfi dengan gejala predominan salah
satunya, komedo, papul yang tidak beradang dan pustul, nodus dan kista yang beradang.
Dapat disertai rasa gatal, namun keluhan umumnya adalah keluhan estetika. Komedo adalah
gejala patognomonis bagi akne berupa papul miliar yang ditengahnya mengandung sumbatan
sebum, bila berwarna hitam atau komedo terbuka mengandung unsur melanin, sedangkan
berwarna putih karena letaknya lebih dalam sehingga tidak mengandung unsur melanin
disebut komedo putih atau komedo tertutup. Isi komedo ialah sebum yang kental atau padat.
Isi kista biasanya pus dan darah. Selain itu bisa terlihat nodulus, infiltrasi granulomatosa
dalam peradangan karena asam lemak atau piokokus, jaringan parut dan keloid (Djuanda,
Hamzah dan Aisah, 2007).

Anda mungkin juga menyukai