Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Tujuan percobaan Heat Exchanger ini adalah mengetahui unjuk kerja alat penukar
kalor jenis pipa ganda dengan menghitung koefisien perpindahan panas, factor kekotoran,
efisiensi, dan perbandingan aliran searah dan berlawanan arah.
Alat penukar kalor atau heat exchanger (HE) adalah suatu alat yang digunakan untuk
menukarkan kalor dari suatu fluida ke fluida lain baik dari fasa cair ke cair maupun dari
fasa uap ke cair. Mekanisme perpindahan kalor pada alat penukar kalor yaitu secara
konveksi pada kedua fluida yang mengalir dan secara konduksi pada dinding pemisah
kedua fluida.
Pertukaran panas jenis ini, kedua fluida ( dingin dan panas ) masuk pada sisi
penukar panas yang sama, mengalir dengan arah yang sama, dan keluar pada sisi
yang sama pula seperti terlihat pada Gambar 1.3 di atas. Karakter penukar panas
jenis ini, temperatur fluida dingin yang keluar dari alat penukar panas ( Tcb ) tidak
dapat melebihi temperatur fluida panas yang keluar dari alat penukar panas (Thb),
sehingga diperlukan media pendingin atau media pemanas yang banyak. Neraca
panas yang terjadi :
( ) = ( ) (1)
Dengan asumsi nilai kapasitas panas spesifik ( cp ) fluida dingin dan panas konstan,
tidak ada kehilangan panas ke lingkungan serta keadaan steady state, maka kalor
yang dipindahkan :
=
U = Koefisien perpindahan panas secara keseluruhan (W/m2.oC)
A = Luas perpindahan panas (m2)
2 1
= 2 (2)
ln( )
1
Di mana :
2= Thb - Tcb
2= Tha - Tca
b. Pertukaran panas dengan aliran berlawanan arah ( counter flow )
Penukar panas jenis ini, kedua fluida ( panas dan dingin ) masuk penukar panas
dengan arah berlawanan, mengalir dengan arah berlawanan dan keluar pada sisi
yang berlawanan . Temperatur fluida dingin yang keluar penukar panas (Tcb) lebih
tinggi dibandingkan temperatur fluida panas yang keluar penukar panas Thb),
sehingga dianggap lebih baik dari alat penukar panas aliran searah (Co-Current).
Kalor yang dipindahkan pada aliran counter current mempunyai persamaan yang
sama dengan co-current, dengan perbedaan nilai TLMTD , dengan pengertian beda
T1 dan T2, yaitu:
1 = (3)
2 = (4)
Salah satu jenis THE adalah Double Pipe Heat Exchanger, yang terdiri dari satu
buah pipa yang diletakkan di dalam sebuah pipa lainnya yang berdiameter lebih
besar secara konsentris. Fluida yang satu mengalir di dalam pipa kecil sedangkan
fluida yang lain mengalir di bagian luarnya.
Pada alat penukar kalor ini, salah satu fluida mengalir melalui pipa kecil sedangkan
yang satu lagi melalui annulus. Pada bagian pipa kecil biasanya dipasang fin atau
sirip memanjang, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan permukaan panas yang
lebih luas. Double pipe ini dapat digunakan untuk memanaskan atau mendinginkan
fluida hasil proses yang membutuhkan area perpindahan panas yang kecil
(biasanya hanya mencapai 50 m2). Double pipe ini juga dapat digunakan untuk
mendidihkan atau mengkondensasikan fluida proses tapi dalam jumlah yang
sedikit. Ada dua jenis arah aliran yang dapat mungkin terjadi, yaitu aliran paralel
atau searah dan aliran countercurrent atau aliran berlawanan.
Pada alat ini, mekanisme perpindahan kalor terjadi secara tidak langsung (indirect
contact type), karena terdapat dinding pemisah antara kedua fluida sehingga kedua
fluida tidak bercampur. Fluida yang memiliki suhu lebih rendah (fluida pendingin)
mengalir melalui pipa kecil, sedangkan fluida dengan suhu yang lebih tinggi
mengalir pada pipa yang lebih besar (pipa annulus).
Penukar kalor demikian mungkin terdiri dari beberapa lintasan yang disusun dalam
susunan vertikal. Perpindahan kalor yang terjadi pada fluida adalah proses
konveksi, sedang proses konduksi terjadi pada dinding pipa. Kalor mengalir dari
fluida yang bertemperatur tinggi ke fluida yang bertemperatur rendah.
Kerugian yang ditimbulkan jika memakai heat exchanger ini adalah kesulitan
untuk memindahkan panas dan mahalnya biaya per unit permukaan transfer.
Tetapi, double pipe ini juga memiliki keuntungan yaitu heat exchanger ini dapat
dipasang dengan berbagai macam fitting (ukuran). Selebihnya kelebihan dan
kekurangan dari double pipe HE akan dijabarkan lebih lanjut pada tabel 1.
Sementara itu, untuk U << 10000 W/m2.C, fouling mungkin tidak begitu penting
karena hanya menghasilkan resistan yang kecil. Namun, pada water heat exchanger
dimana nilai U terletak sekitar 2000 maka fouling faktor akan menjadi penting. Pada
finned tube heat exchanger dimana gas panas mengalir di dalam tube dan gas yang
dingin mengalir melewatinya, nilai U mungkin sekitar 200, dan fouling factor akan
menjadi signifikan.
Fouling dapat didefinisikan sebagai pembentukan lapisan deposit pada permukaan
perpindahan panas dari suatu bahan atau senyawa yang tidak diinginkan. Pembentukan
lapisan deposit ini akan terus berkembang selama alat penukar kalor dioperasikan.
Akumulasi deposit pada alat penukar kalor menimbulkan kenaikan pressure drop dan
menurunkan efisiensi perpindahan panas. Keterlibatan beberapa faktor diantaranya:
jenis alat penukar kalor, jenis material yang dipergunakan, dan fluida kerja (jenis fluida,
temperatur fluida, laju alir massa, jenis, dan konsentrasi kotoran yang ada dalam fluida).
Nilai fouling factor yang disarankan untuk beberapa fluida diberikan dalam Tabel 1.2.
R.ft2.OF/Btu m2.OC/W
Lapisan fouling dapat berasal dari partikel-partikel atau senyawa lainnya yang
terangkut oleh aliran fluida. Pertumbuhan lapisan tersebut dapat meningkat apabila
permukaan deposit yang terbentuk mempunyai sifat adhesif yang cukup kuat. Gradien
temperatur yang cukup besar antara aliran dengan permukaan dapat juga meningkatkan
kecepatan pertumbuhan deposit. Pada umumnya, proses pembentukan lapisan fouling
merupakan phenomena yang sangat kompleks sehingga sukar sekali dianalisa secara
analitik. Selain itu, mekanisme pembentukannya sangat beragam dan metode
pendekatannya juga berbeda-beda.
L u
2
p . av f (7)
D 2
dimana L adalah panjang pipa, D adalah jari-jari pipa, adalah masa jenis fluida, Uav
adalah kecepatan rata-rata dan f adalah faktor friksi.
Penurunan tekanan pada heat exchanger khususnya pada tabung dan rangkunan tabung
dapat menyebabkan perubahan faktor gesek (friction factor). Pada tabung hubungan
antara faktor friksi dan penurunan tekanan dituliskan sebagai berikut :
p
f (8)
L V2
D 2 gc
Perubahan faktor friksi ini mengakibatkan berubahnya angka Reynold dan angka
Nusselt, sehingga nilai koefisien perpindahan kalor konveksinya berubah. Dengan
berubahnya koefisien perpindahan kalor konveksi maka kofisien perpindahan kalor
menyeluruhpun ikut berubah. Pressure drop dapat menurunkan kinerja dari alat
penukar kalor dan membuat nilai U (koefisien heat transfer overall) menjadi berkurang,
yang akibatnya perpindahan kalor antara kedua fluida juga akan makin sedikit. Dengan
demikian, proses tidak akan berjalan secara efisien. Oleh karena itu, semakin besar nilai
pressure drop, semakin rendah kinerja alat penukar kalor.
1.2.5.5. Kecepatan
Kecepatan dari fluida mempengaruhi bilangan reynoldnya. Sementara itu, angka
reynold sangat berpengaruh dalam perhitungan matematis.
Untuk U pada temperatur yang nyaris konstan, variasi temperatur dari aliran fluida
dapat dihitung secara overall heat transfer dalam bentuk perbedaan temperatur rata-
rata dari aliran dua fluida. Persamaannya adalah sebagai berikut :
q UATm (11)
dimana U adalah koefisien perpindahan kalor menyeluruh, A adalah luas permukaan
perpindahan kalor yang sesuai dengan definisi U, dan Tm adalah beda suhu rata-rata
yang tepat untuk digunakan dalam penukar kalor.
Profil suhu untuk penukar kalor pipa ganda dimana fluidanya dapat mengalir dalam
aliran sejajar maupun aliran lawan arah ditunjukkan pada gambar ... Pada profil suhu
tersebut terlihat bahwa beda suhu antara fluida panas dan fluida dingin pada waktu
masuk dan keluar tidaklah sama, dan perlu ditentukan nilai rata-rata untuk digunakan
dalam persamaan di atas. Untuk penukar kalor aliran sejajar seperti pada gambar 1.5,
kalor yang dipindahkan melalui unsur luas dA dapat dituliskan sebagai:
dq mh ch dTh mc cc dTc U (Th Tc )dA (12)
dimana subskrip h dan c masing-masing menandai fluida panas dan fluida dingin, m
menunjukkan laju aliran massa dan c adalah kalor spesifik fluida.
Gambar 8. Profil suhu aliran sejajar dan aliran lawan arah dalam penukar kalor pipa ganda
Setelah itu, menyamakan persamaan antara persamaan untuk counter flow dan
persamaan untuk pararel flow dan didapat :
Ta Tb
Q UA (13)
ln( Ta / Tb )
dimana Ta adalah selisih antara suhu keluaran shell dengan suhu fluida pendingin
awal dan Tbadalah selisih antara suhu keluaran shell dengan suhu fluida pendingin
akhir.
Tmean yang dimaksud dalam persamaan 1.7 adalah LMTD, yaitu :
Ta Tb
Tmean LMTD (14)
ln( Ta / Tb
Namun demikian penggunaan LMTD juga cukup terbatas. Jika suatu penukar kalor
yang bukan jenis pipa ganda digunakan, perpindahan kalor dihitung dengan
menerapkan faktor koreksi F. Sehingga rumusnya menjadi :
Q UAF (Tm ) (15)
Bila terdapat perubahan fase, seperti kondensasi atau didih (penguapan), fluida
biasanya berada pada suhu yang pada hakekatnya tetap, dan persamaan-persamaan itu
menjadi lebih sederhana. Oleh karena itu dapat dinyatakan F= 1,0 untuk pendidihan
atau kondensasi.
Perpindahan kalor yang sebenarnya dapat dihitung dari energi yang dilepaskan oleh
fluida panas (subscript h) atau energi yang diterima oleh fluida dingin (subscript c).
Untuk penukar kalor aliran sejajar, kalor tersebut dapat dinyatakan dengan:
q mh ch Th1 Th 2 mc cc Tc 2 Tc1 (16)
dan untuk penukar kalor aliran lawan arah:
q mh ch Th1 Th 2 mc cc Tc1 Tc 2 (17)
Besar perpindahan kalor maksimum dapat terjadi ketika fluida mengalami perubahan
suhu yang setara dengan perbedaan suhu maksimum antar fluida yaitu tepat saat kedua
fluida masuk ke dalam alat penukar panas. Perpindahan kalor maksimum akan terjadi
apabila fluida mempunyai nilai massa dikali dengan kalor jenis yang minimum. Kalor
maksimum dapat dinyatakan dengan:
qmaks mcmin Th masuk Tc masuk (18)
mc cc Tc1 Tc 2 Tc 2 Tc1
c (20)
mc cc Th1 Tc1 Th1 Tc1
Untuk penukar kalor aliran lawan arah:
mh ch Th1 Th 2 Th1 Th 2
h (21)
mh ch Th1 Tc 2 Th1 Tc 2
mc cc Tc1 Tc 2 Tc1 Tc 2
c (22)
mc cc Th1 Tc 2 Th1 Tc 2
Secara umum efektivitas dapat dinyatakan sebagai:
T (fluida minimum)
=
beda suhu maksimum di dalam penukar kalor
Suku UA/Cmin inilah yang dikenal dengan jumlah satuan perpindahan atau NTU
(Number of Transfer Units) karena memberi petunjuk tentang ukuran alat penukar
kalor. Cmin merupakan nilai C terkecil antara Ch dan Cc, sedangkan Cmax merupakan
nilai yang terbesar.
(26)
Dimana tm adalah suhu rata-rata log atau Log Mean Temperature Difference (LMTD).
Untuk shellandtubeheat exchanger, nilai LMTD harus dikoreksi dengan faktor yang
dicari dari grafik yang sesuai (Fig 18 s/d Fig 23 Kern). Caranya adalah dengan
menggunakan parameter R dan S.
Atau
Aliran Berlawanan Arah (Counter Current)