PEMBAHASAN
2. Klasifikasi
Klasifikasi demensia antara lain :
a. Demensia karena kerusakan struktur otak
Demensia ini ditandai dengan gejala :
1) Penurunan fungsi kognitif dengan onset bertahap dan progresif
2) Daya ingat terganggu, ditemukan adanya : afasia, apraksia, agnosia, gangguan
fungsi eksekutif.
3) Tidak mampu mempelajari / mengingat informasi baru
4) Perubahan kepribadian (depresi, obsesitive, kecurigaan )
5) Kehilangan inisiatif.
b. Demensia Vascular
Demensia tipe vascular disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah di otak
dan setiap penyebab atau faktor resiko stroke dapat berakibat terjadinya demensia.
Depresi bisa disebabkan karena lesi tertentu di otak akibat gangguan sirkulasi
darah otak, sehingga depresi dapat diduga sebagai demensia vascular. Tanda-tanda
neurologis fokal seperti :
1) Peningkatan reflek tendon dalam
2) Kelainan gaya berjalan
3) Kelemahan anggota gerak
c. Dimensia Menurut Umur
1) Demensia senilis ( usia > 65 tahun)
2) Demensia prasenilis (usia < 65 tahun)
d. Dimensia Menurut Perjalanan Penyakit
1) Reversibel (mengalami perbaikan)
2) Ireversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural hematoma, vit.B,
Defisiensi, Hipotiroidisma, intoxikasi Pb). Pada demensia tipe ini terdapat
pembesaran vertrikel dengan meningkatnya cairan serebrospinalis, hal ini
menyebabkan adanya :
a) Gangguan gaya jalan (tidak stabil, menyeret).
b) Inkontinensia urin
c) Dememnsia
e. Menurut Sifat Klinis
1) Demensia proprius
2) Pseudo-demensia
3. Etiologi
Penyebab demensia menurut Nugroho (2008) dapat digolongkan menjadi 3 golongan
besar yaitu :
a. Sindroma demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak dikenal kelainan
yaitu : terdapat pada tingkat subseluler atau secara biokimiawi pada system enzim,
atau pada metabolism
b. Sindroma demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat diobati,
penyebab utama dalam golongan ini diantaranya :
1) Penyakit degenerasi spino - serebelar
2) Subakut leuko-esefalitis sklerotik fan bogaert
3) Khorea Hungtington
c. Sindrome demensia dengan etiologi penyakit yang dapat diobati, dalam golongan
ini diantranya :
1) Penyakit cerrebro kardiovaskuler
2) penyakit
4. Patofisiologi
Proses menua tidak dengan sendirinya menyebabkan terjadinya demensia.
Penuaan menyebabkan terjadinya perubahan anatomi dan biokimiawi di susunan
saraf pusat yaitu berat otak akan menurun sebanyak sekitar 10 % pada penuaan
antara umur 30 sampai 70 tahun. Berbagai faktor etiologi yang telah disebutkan di
atas merupakan kondisi-kondisi yang dapat mempengaruhi sel-sel neuron korteks
serebri.
Penyakit degeneratif pada otak, gangguan vaskular dan penyakit lainnya, serta
gangguan nutrisi, metabolik dan toksisitas secara langsung maupun tak langsung
dapat menyebabkan sel neuron mengalami kerusakan melalui mekanisme iskemia,
infark, inflamasi, deposisi protein abnormal sehingga jumlah neuron menurun dan
mengganggu fungsi dari area kortikal ataupun subkortikal.
Di samping itu, kadar neurotransmiter di otak yang diperlukan untuk proses
konduksi saraf juga akan berkurang. Hal ini akan menimbulkan gangguan fungsi
kognitif (daya ingat, daya pikir dan belajar), gangguan sensorium (perhatian,
kesadaran), persepsi, isi pikir, emosi dan mood. Fungsi yang mengalami gangguan
tergantung lokasi area yang terkena (kortikal atau subkortikal) atau penyebabnya,
karena manifestasinya dapat berbeda. Keadaan patologis dari hal tersebut akan
memicu keadaan konfusio akut demensia (Boedhi-Darmojo, 2009).
5. Manifestasi Klinis
Gejala klinis demensia berlangsung lama dan bertahap sehingga pasien dengan
keluarga tidak menyadari secara pasti kapan timbulnya penyakit. Gejala klinik dari
dEmensia Nugroho (2009) menyatakan jika dilihat secara umum tanda dan gejala
demensia adalah :
a. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, lupa menjadi
bagian keseharian yang tidak bisa lepas.
b. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun,
tempat penderita demensia berada.
c. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar,
menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau
cerita yang sama berkali-kali.
d. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah
drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, rasa
takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia kadang tidak mengerti
mengapa perasaan-perasaan tersebut muncul
e. Adanya perubahan perilaku, seperti : Acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah.
6. Pemeriksaan diagnostik
Beberapa pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada pasien dengan
demensia antara lain :
a. Pemeriksaan laboratorium rutin
b. Imaging : Computed Tomography (CT) scan dan MRI ( Magnetic Resonance
Imaging )
c. Pemeriksaan EEG
d. Pemeriksaan cairan otak
e. Pemeriksaan genetika
f. Pemeriksaan neuropsikologis
7. Penatalaksanaan Medik
pada pasien dengan demensia antara lain sebagai berikut :
a. Farmakoterapi
Sebagian besar kasus demensia tidak dapat disembuhkan.
1) Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat - obatan antikoliesterase
seperti Donepezil , Rivastigmine , Galantamine , Memantine
2) Dementia vaskuler membutuhkan obat -obatan anti platelet seperti Aspirin ,
Ticlopidine , Clopidogrel untuk melancarkan aliran darah ke otak sehingga
memperbaiki gangguan kognitif.
3) Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati, tetapi
perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikan dengan mengobati
tekanan darah tinggi atau kencing manis yang berhubungan dengan stroke.
4) Jika hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi, diberikan obat anti-depresi
seperti Sertraline dan Citalopram.
5) Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak-ledak, yang bisa
menyertai demensia stadium lanjut, sering digunakanobat anti-psikotik
(misalnya Haloperidol , Quetiapine dan Risperidone )
b. Dukungan atau Peran Keluarga
Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu penderita
tetap memiliki orientasi. Kalender yang besar , cahaya yang terang , jam dinding
dengan angka-angka yang
c. Simtomatik
Pada penderita penyakit demensia dapat diberikan terapi simtomatik, meliputi :
1) Diet
2) Latihan fisik yang sesuai
3) Terapi rekreasional dan aktifitas
4) Penanganan terhadap masalah-masalah
d. Pencegahan dan perawatan demensia
Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya
demensia diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa
mengoptimalkan fungsi otak, seperti :
1) Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol
dan zat adiktif yang berlebihan.
2) Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan
setiap hari.
3) Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif :
Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
4) Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang
memiliki persamaan minat atau hobi
5) Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam
kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.
8. Komplikasi
Kushariyadi (2010) menyatakan koplikasi yang sering terjadi pada demensia adalah:
a. Peningkatan resiko infeksi di seluruh bagian tubuh.
1) Ulkus diabetikus
2) Infeksi saluran kencing
3) Pneumonia
b. Thromboemboli, infarkmiokardium
c. Kejang
d. Kontraktur sendi
e. Kehilangan kemampuan untuk merawat diri
f. Malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu makan dan kesulitan menggunakan
peralatan.
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
a. Faktor Predisposisi
Penyebab :
1) Gangguan fungsi susunan saraf pusat
2) Gangguan pengiriman nutrisi
3) Gangguan peredaran darah
a) Penuaan
Kumulatif degeneratif jaringan otak akibat penuaan
Racun dalam jaringan otak
Kimia toksik/logam berat sebagai Respon kognitif maladapti
b) Neurobiologi
Penyakit Alzheimers
Gangguan metabolik : Penyakit lever kronik, GGK, Devisit vitamin,
Malnutrisi
Anorexia nervosa,Bulimia nervosa
b. Stressor Presipitasi
1) Hipoksia
Anemia hipoksik
Histotoksik hipoksia
Hipoksemia hipopoksik
Iskemia hipoksik
2) Gangguan Metabolisme
Malfungsi endokrin : Underproduct / Overproduct Hormon
Hipotiroidisme
Hipertiroidisme
Hipoglikemia
3) Racun Infeksi
Gagal Ginjal
Syipillis
Aids Dement Comp
4) Prubahan Struktur
Tumor
Trauma
5) Stimulasi Sensori
Stimulasi sensori berkurang
Stimulasi berberlebih
c. Mekanisme Koping
1) Dipengaruhi pengalaman masa lalu
2) Regresi
3) Rasionalisasi
4) Denial
5) Intelektualisasi
d. Sumber Koping
1) Pasien
2) Keluarga
3) Teman
2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis (degenerasi
neuron ireversibel).
b. Defisit perawatan diri berhubungan dengan menurunnya kemampuan merawat
diri.
c. Resiko cidera berhubungan dengan kesulitan keseimbangan .
3. Rencana Keperawatan
a. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis (degenerasi
neuron ireversibel
Tujuan : Setelah diberikan tindakan 3 x 24 jam keperawatan diharapkan klien
mampu mengenali perubahan dalam berpikir.
Kriteria Hasil :
1) Mampu memperlihatkan kemampuan kognitif untuk menjalani
konsekuensi kejadian yang menegangkan terhadap emosi & pikiran
tentang dirinya.
2) Mampu mengembangkan strategi untuk mengatasi anggapan diri yang
negative.
Intervensi :
1) Kembangkan lingkungan yg mendukung & hubungan klien-perawat yg
terapeutik.
Rasional : Mengurangi kecemasan dan emosional.
2) Pertahankan lingkungan yg menyenangkan dan tenang.
Rasional : Kebisingan merupakan sensori berlebihan yg meningkatkan
gangguan neuron.
3) Tatap wajah ketika berbicara dengan klien.
Rasional : Menimbulkan perhatian, terutama pada klien dg gangguan
perceptual.
4) Panggil klien dengan namanya.
Rasional : Nama adalah bentuk identitas diri & menimbulkan.
5) Gunakan suara yang agak rendah dan berbicara dengan perlahan pada
klien.
Rasional : Meningkatkan pemahaman. Ucapan tinggi & keras
menimbulkan stress yg mencetuskan konfrontasi & respon marah.
6) Gunakan kata-kata pendek, kalimat, dan instruksi sederhana(tahap demi
tahap).
Rasional : Seiring perkembangan penyakit, pusat komunikasi dlm otak
terganggu sehingga menghilangkan kemampuan klien dlm respons
penerimaan pesan & percakapan secara keseluruhan.
7) Ciptakan aktivitas sederhana, bermanfaat, dan tidak bersifat kompetitif
sesuai kemampuan klien.
Rasional : Memotivasi klien dlm cara yang menguatkan kegunaannya &
kesenangan diri serta merangsang realita.
8) Evaluasi pola tidur.
Rasional : Kurang tidur dpt mengganggu proses piker & kemampuan
koping klien,
9) Berikan obat sesuai indikasi.
Rasional : Untuk mengurangi rasa defresi pada klien.
b. Defisit perawatan diri berhubungan dengan menurunnya kemampuan merawat
diri.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan klien
dapat merawat dirinya sesuai
Kriteria hasil : Mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dg tingkat
kemampuan
Intervensi :
1) Identifikasi kesulitan dalam berpakaian/ perawatan diri, seperti:
keterbatasan gerak fisik, apatis/ depresi.
Rasional : Memahami penyebab yg mempengaruhi intervensi. Masalah
dpt diminimalkan dengan menyesuaikan atau memerlukan konsultasi dari
ahli lain.
2) Identifikasi kebutuhan kebersihan diri & berikan bantuan sesuai
kebutuhan dg perawatan rambut /kuku/kulit, bersihkan kaca mata, &
gosok gigi.
Rasional : Seiring perkembangan penyakit, kebutuhan kebersihan dasar
mungkin dilupakan.
3) Perhatikan adanya tanda-tanda nonverbal yg fisiologis.
Rasional : Kehilangan sensori dan penurunan fungsi bahasa menyebabkan
klien mengungkapkan kebutuhan perawatan diri dg cara nonverbal, seperti
terengah-engah, ingin berkemih dengan memegang dirinya.
4) Beri banyak waktu untuk melakukan tugas.
Rasional : Pekerjaan yg tadinya mudah sekarang menjadi terhambat
karena penurunan motorik & perubahan kognitif.
5) Bantu mengenakan pakaian yang rapi dan indah.
Rasional : Meningkatkan kepercayaan untuk hidup.
c. Resiko cidera berhubungan dengan kesulitan keseimbangan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x 24 jam diharapkan Risiko
cedera tidak terjadi
Kriteria hasil :
1) Meningkatkan tingkat aktivitas
2) Dapat beradaptasi dengan lingkungan untuk mengurangi risiko trauma/
cedera.
Intervensi :