Anda di halaman 1dari 14

KEJAHATAN TERHADAP ANAK

MATA KULIAH:
HUKUM PERLINDUNGAN ANAK DAN PEREMPUAN
Dosen : Ratri Novita Erdianti, SH., MH.

Disusun Oleh :

Yustria Novi Satriana


(201610110311309)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
SEMESTER GANJIL TAHUN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat, karunia
serta taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan judul
Kejahatan Terhadap Anak Mata Kuliah Hukum Perlindungan Anak Dan Perempuan. Dan
juga saya berterimakasih kepada Ibu Ratri Novita Erdianti, SH., MH. selaku Dosen mata
kuliah Hukum Perlindungan Anak Dan Perempuan Universitas Muhammadiyah Malang yang
telah memberikan tugas ini kepada kami, dengan adanya tugas ini membuat kami bisa belajar
tentang Hak Asasi Manusia untuk menambah wawasan.
Saya berterimakasih kepada orang tua yang selama ini telah membantu dan
mendukung serta mendoakan kami selama kami berkuliah. Saya juga berterimakasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas ini. Semoga bantuan dan
kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT terutama Perpustakaan
Umum Malang yang telah menyediakan banyaknya literatur untuk mempermudah proses
penyelesaian tugas ini.
Saya sangat berharap tugas ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan mengenai mata kuliah Hukum Perlindungan Anak Dan Perempuan. Saya juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat banyak sekali kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan tugas yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga tugas yang sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya tugas yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan tugas
ini di waktu yang akan datang.

Malang, 19 Oktober 2017

Penulis
PEMBAHASAN

A. Kejahatan Terhadap Anak


Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan
anak1:
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan
belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam
kandungan.
Kejahatan adalah suatu perbuatan merugikan orang lain yang melanggar norma dan
aturan lainya yang berlaku. Definisi kejahatan menurut Kartono bahwa secara yuridis
formal, kejahatan adalah bentuk tingkah laku yang bertentangan dengan moral
kemanusiaan (immoril), merupakan masyarakat, asosial sifatnya dan melanggar
hukum serta undang-undang pidana, sedangkan secara sosiologis semua ucapan,
perbuatan dan tingkah laku yang secara ekonomis, politis dan sosial psokologis
sangat merugikan masyarakat, melanggar norma-norma asusila, dan menyerang
keselamatan warga masyarakat (baik yang telah tercakup dalam undang-undang
maupun yang belum tercantum dalam undang-undang pidana).2
Dalam kehidupan bermasyarakat terdapat berbagai macam kejahatan tergantung pada
sasaran kejahatannya, sebagaimana dikemukakan oleh Mustofa bahwa jenis kegiatan
menurut sasaran kejahatannya yaitu3 :
1. kejahatan terhadap badan (pembunuhan, perkosaan, penganiayaan,
kejahatan terhadap harta benda (perampokan, pencurian, penipuan);
2. kejahatan terhadap ketertiban umum (pemabukan, perjudian) kejahatan
terhadap keamanan negara.
Pemerkosaan adalah perbuatan yang dilakukan secara paksa dengan merenggut suatu
keperawanan seseorang.

1
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan anak.
2
Kartini Kartono, Patologi Sosial, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, hlm. 125.
3
Muhammad Mustofa. Kriminologi: Kajian Sosiologi Terhadap Kriminalitas Prilaku Menyimpang, dan Pelanggaran
Hukum, Fisip UI Press, Jakarta, 2005, hlm. 47.
Berdasarkan unsur-unsur yang terkandung dalam definisi perkosaan Blacks Law Dictionary,
makna perkosaan dapat diartikan ke dalam tiga bentuk4 :
1. Perkosaan adalah suatu hubungan yang dilarang dengan seorang wanita tanpa
persetujuannya. berdasarkan kalimat ini ada unsur yang dominan, yaitu
hubungan kelamin yang dilarangdengan seorang wanita dan tanpa persetujuan
wanita tersebut;
2. Perkosaan adalah persetubuhan yang tidak sah oleh seorang pria terhadap
seorang wanita yang dilakukan dengan paksaan dan bertentangan dengan
kehendak wanita yang bersangkutan. Pada kalimat ini terdapat unsur- unsur yang lebih
lengkap, yaitu meliputi persetubuhan yang tidak sah, seorang pria, terhadap
seorang wanita, dilakukan dengan paksaan dan bertentangan dengan kehendak
wanita tersebut;
3. Perkosaan adalah perbuatan hubungan kelamin yang dilakukan oleh seorang pria
terhadap seorang wanita bukan istrinya dan tanpa persetujuannya, dilakukan
ketika wanita tersebut ketakutan atau di bawah kondisi ancaman lainnya.
Definisi hampir sama dengan yang tertera pada KUHP Pasal 285.
Macam-macam pemerkosaan5 :
1. Pemerkosaan saat berkencan
Pemerkosaan saat berkencan adalah hubungan seksual secara paksa tanpa
persetujuan antara orang-orang yang sudah kenal satu sama lain, misalnya
teman, anggota keluarga, atau pacar. Kebanyakan pemerkosaan dilakukan oleh
orang yang mengenal korban;
2. Pemerkosaan dengan obat
Banyak obat-obatan digunakan oleh pemerkosa untuk membuat korbannya
tidak sadar atau kehilangan ingatan;
3. Pemerkosaan wanita
Walaupun jumlah tepat korban pemerkosaan wanita tidak diketahui,
diperkirakan 1 dari 6 wanita di AS adalah korban serangan seksual. Banyak
wanita yang takut dipermalukan atau disalahkan, sehingga tidak melaporkan

4
Ragilia Faura, Makalah Alm. Yuyun, diakses dari https://www.academia.edu, diakses pada tanggal 18 Oktober
2017.
5
H. Harkrisnowo, Hukum Pidana Dan Perspektif Kekerasan Terhadap Perempuan Indonesia. Jurnal Studi
Indonesia Volume 10, 2000.
pemerkosaan. Pemerkosaan terjadi karena si pelaku tidak bisa menahan hasrat
seksualnya melihat tubuh wanita;
4. Pemerkosaan massal
Pemerkosaan massal terjadi bila sekelompok orang menyerang satu korban.
Antara 10% sampai 20% pemerkosaan melibatkan lebih dari 1 penyerang. Di
beberapa negara, pemerkosaan massal diganjar lebih berat daripada
pemerkosaan oleh satu orang;
5. Pemerkosaan terhadap laki-laki
Diperkirakan 1 dari 33 laki-laki adalah korban pelecehan seksual. Di banyak
negara, hal ini tidak diakui sebagai suatu kemungkinan. Misalnya, di Thailand
hanya laki-laki yang dapat dituduh memperkosa;
6. Pemerkosaan anak-anak
Jenis pemerkosaan ini adalah dianggap hubungan sumbang bila
dilakukan oleh kerabat dekat, misalnya orangtua, paman, bibi, kakek,
atau nenek. Diperkirakan 40 juta orang dewasa di AS, di antaranya 15
juta laki-laki, adalah korban pelecehan seksual saat masih anak-anak;
7. Pemerkosaan dalam perang
Dalam perang, pemerkosaan sering digunakan untuk mempermalukan musuh
dan menurunkan semangat juang mereka. Pemerkosaan dalam perang biasanya
dilakukan secara sistematis, dan pemimpin militer biasanya menyuruh
tentaranya untuk memperkosa orang sipil;
8. Pemerkosaan oleh suami/istri
Pemerkosaan ini dilakukan dalam pasangan yang menikah. Di banyak negara
hal ini dianggap tidak mungkin terjadi karena dua orang yang menikah dapat
berhubungan seks kapan saja. Dalam kenyataannya banyak suami yang
memaksa istrinya untuk berhubungan seks. Dalam hukum islam, seorang istri
dilarang menolak ajakan suami untuk berhubungan seksual, karena hal ini
telah diterangkan di hadits nabi shalallahu alaihi wasallam. Akan tetapi suami
dilarang berhubungan seksual dengan istri lewat dubur dan ketika istri sedang
haids.
Pembunuhan adalah perbuatan menghilangkan nyawa seseorang yang dilakukan
dngan sengan dan dapat dkenai pidana mati atau penjara seumur hidup. Wahbah
Zuhali, (1989: 217) Para ahli hukum tidak memberikan pengertian atau defenisi
tentang apa yang dimaksud dengan pembunuhan, akan tetapi banyak yang
menggolongkan pembunuhan itu kedalam kejahatan terhadap nyawa (jiwa) orang
lain.6
Jenis-Jenis Pembunuhan :
Dari ketentuan ketentuan mengenai pidana tentang kejahatan-kejahatan yang
ditujukan terhadap nyawa orang juga dapat mengetahui bahwa pembentuk undang-
undang telah membedakan jenis-jenis tindak pidana pembunuhan (adami chazawi,
2007: 56) antara lain7 :
1. Pembunuhan biasa dalam bentuk pokok (Pasal 338);
2. Pembunuhan yang diikuti, disertai dan didahului dengan tindak pidana
lain (Pasal 339);
3. Pembunuhan berencana (Pasal 340);
4. Pembunuhan ibu terhadap bayinya pada saat atau tidak lama setelah dilahirkan
(Pasal 341 dan Pasal 342);
5. Pembunuhan atas permintaan korban (Pasal 344);
6. Penganjuran dan penolongan pada bunuh diri (Pasal 345);
7. Pengguguran dan pembunuhan terhadap kandungan ( Pasal 346 dan pasal
349).
Dewasa ini, di Indonesia banyak sekali terjadi pembunuhan disertai dengan
pemerkosaan. Kebanyakan yang menjadi korban adalah perempuan dan masih
dibawah umur atau anak-anak. Mereka menjadi korban karena mereka dianggap
lemah dan tidak berdaya serta sangat mudah untuk dijadikan sasaran dalam kejahatan
tersebut. Akibatnya anak-anak inilah yang paling banyak mendapatkan dampak dari
kejahatan tersebut yakni dapat menghambat tumbuh kembang anak karena anak
tersebut trauma dengan keadian yang telah mereka alami. Anak juga merasa takut
kepada seorang laki-laki, tidak percaya diri karena keperawananya telah hilang
direnggut begitu saja. Hal ini membuat penulis sangat amat prihatin dengan adanya
kejahatan pembunuhan disertai dengan pemerkosaan pada anak dibawah umur.
Dengan demikian penulis akan membahas kasus YUYUN(14) warga Desa Kasie
Kasubun, Kecamatan Padang Ulak Tanding, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu
yang dibunuh serta diperkosa terlebih dahulu oleh 14 pelaku. Penulis membahas ksus

6
Andi Hikmatul Afidah, Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Pembunuhan Berencana Yang Dilakukan
Secara Bersama-sama, Diakses dari http:// unhas.ac.id, pada tanggal 22 Oktober 2017.
7
Ibid.
ini karena untuk mengetahui penerapan hukum serta bagaimana cara untuk
mencegah adanya kejahatan pembunuhan serta pemerkosaan terhadap perempuan
dibawah umur atau anak.

B. Berita Kasus Yuyun(14) warga Desa Kasie Kasubun, Kecamatan Padang Ulak
Tanding, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu8

Liputan6.com, Jakarta - Kasus Yuyun mengusik hati nurani. Remaja SMP berusia
14 tahun itu menjadi korban pemerkosaan sekaligus pembunuhan oleh 14 pelaku
secara sadis. Kala itu, warga Desa Kasie Kasubun, Kecamatan Padang Ulak Tanding,
Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu, baru pulang dari sekolah pada Sabtu, 2 April
2016 sekitar pukul 13.30 WIB. Ia pulang dengan membawa alas meja dan bendera
merah putih untuk dicuci sebagai persiapan upacara bendera Senin.
Dalam perjalanan menuju rumah sejauh 1,5 km itu, kembaran Yayan itu melewati
kebun karet milik warga. Ia tak sengaja berpapasan dengan 14 orang yang kemudian
memerkosa dan membunuhnya. Ke-14 orang itu bernama Dedi Indra Muda (19),
Tomi Wijaya (19), DA (17), Suket (19), Bobi (20), Faisal Edo (19), Zainal (23),
Febriansyah Syahputra (18), Sulaiman (18), AI (18), EK (16) dan SU (16). Dua nama
terakhir adalah kakak kelas korban. Salah satunya bernama EK sudah keluar dan

8
Yuliardi Hardjo Putro, Kisah Tragis Bocah Yuyun, diakses dari http:// liputan6.com, pada tanggal 22 Oktober
2017.
tidak bersekolah lagi di SMP Negeri 5 Padang Ulak Tanding, sedangkan dua nama
lain, yaitu BE dan CH, masih diburu polisi.
Para pelaku yang melihat Yuyun langsung mencegat dan menyekap Yuyun. Kepala
Yuyun dipukuli kayu, kaki dan tangannya diikat, leher dicekik, kemudian dicabuli
secara bergiliran. "Bahkan ada pelaku yang mengulang perbuatan hingga dua dan
tiga kali," ujar Koordinator Divisi Pelayanan Perempuan WCC Desi Wahyuni,
beberapa waktu lalu. Para pelaku lalu mengikat dan membuang tubuh korban ke
jurang sedalam 5 meter dan menutupinya dengan dedaunan dalam kondisi telanjang.
Hasil visum menyebutkan Yuyun sudah meninggal saat pemerkosaan berlangsung.

C. Kronologi Kejadian kasus Yuyun(14) warga Desa Kasie Kasubun, Kecamatan


Padang Ulak Tanding, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu

Sabtu, 2 April 2016


Yuyun pulang dari sekolahnya mengenakan seragam pramuka SMP pukul 13:00 wib,
melintas disebuah jalan yang mana diketahui di jalan itu terdapat 14 pemuda yang
habis pesta minum tuak. Yuyun dihadang dan disekap saat melintas di lokasi tempat
14 pemuda yang habis pesta tuak tersebut. Lalu diseret ke semak yang tak jauh dari
lokasi kejadian perkara. Korban diperkosa secara bergantian, bagian kepala korban
dipukul oleh 2 dari 14 pelaku menggunakan kayu. Setelah disekap dan diseret ke
semak, rok dan celana dalam korban dibuka oleh 1 (dari 14 pelaku). Bahkan dalam
kondisi itu (saat ditelanjangi), 1 pelaku lain (diantara 14 pelaku yang jadi pelaku
pemerkosaan dan pembunuhan) mencekik leher korban karena korban sempat
berontak dan berteriak. Korban diperkosa secara bergiliran oleh 14 pria yang
sebagian besar masih anak dibawah umur. Setelah diperkosan secara bergiliran
bahkan 6 dari 12 pelaku menggotong mayat korban ke jurang.
Kemudian tersangka menyembunyikan tas, sepatu dan seragam pramuka korban
dibalik semak-semak. Dan yang lebih mengejutkan lagi setelah korban dibuang ke
dalam jurang oleh 6 pelaku dari 14 pelaku, ada tersangka yang kembali kembali ke
dalam jurang. Ini diketahui pada saat ditemukannya mayat korban di dalam jurang
dengan kedalaman 15 meter tersebut ditemukan daun pakis yang telah menutupi
mayat korban. Yang paling membuat semua menjadi tak sanggup mendengar kasus
ini adalah vagina hingga anus korban menjadi satu akibat perbuatan pemerkosaan
yang dilakukan 14 pemuda dari depan dan dari belakang di kebun sekitar tempat
membeli 14 liter tuak tersebut.

D. Analisis Kasus Yuyun(14) warga Desa Kasie Kasubun, Kecamatan Padang Ulak
Tanding, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu

Menurut Pasal 1 angka 12 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang


Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan
anak9:
Hak Anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang
wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh Orang
Tua, Keluarga, masyarakat, negara, pemerintah, dan
pemerintah daerah.
Kasus ini melanggar undang-undang tersebut karena korban adalah anak-anak
dibawah umur yakni berusia 14 tahun yang memiliki hak sesuai undan-undang
tersebut yakni wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi. Dapat dilihat dari kasus ini
bahwa hak korban tidak dijamin, dilindungi, maupun dipenuhi oleh masyarakat yakni
para pelaku.
Menurut Pasal 15 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan anak10 :
Setiap Anak berhak untuk memperoleh perlindungan
dari:
a. penyalahgunaan dalam kegiatan politik;
b. pelibatan dalam sengketa bersenjata;
c. pelibatan dalam kerusuhan sosial;
d. pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur
Kekerasan;
e. pelibatan dalam peperangan; dan
f. kejahatan seksual

9
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan anak.
10
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
Tentang Perlindungan anak.
Kasus ini melanggar undang-undang tersebut karena korban tidak memperoleh
perlindungan dari kejahatan seksual. Dimana korban diperkosa secara bergantian
oleh 14 orang.
Menurut Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomoe 11 Tahun
2012 Tentang Sistem Peradilan Anak11 :
Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya
disebut Anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua
belas) tahun, tetapi belum berumr 18 (delapan belas)
tahun yang diduga melakukan tindak pidana.
Sesuai undang-undang diatas bahwa ke 7 pelaku adalah masih anak dibawah umur
yang berkonflik dengan melakukan tindak pidana pemerkosaan kemudian
membunuh korban.

E. Perlindungan Hukum Korban Dengan Putusan Pengadilan Pada Pelaku


Kejahatan Berupa Pemerkosaan dan Pembunuhan Yuyun(14)
1. Zainal alias Bos(23)
Hakim memutuskan dalam perkara ini bahwa Zainal dikenai pidana mati.
Dasar hukum mengenai keputusan ini yakni :
a. Pasal 340 KUHP juncto Pasal 55 KUHP12
Pasal 340 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana berbunyi :
Barang siapa dengan sengaja dan dengan
rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang
lain, diancam karena pembunuhan dengan
rencana, dengan pidana mati atau pidana
penjara seumur hidup atau selama waktu
tertentu, paling lama dua puluh tahun.
Pasal 55 ayat 1 angka 1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
berbunyi :
(1) Dipidana sebagai pelaku tindak pidana :

11
Undang-Undang Republik Indonesia Nomoe 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Anak
12
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
1. mereka yang melakukan, menyuruh
melakukan, dan yang turut serta
melakukan.
b. Pasal 80 ayat (3) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak13 berbunyi :
Dalam hal anak sebagaimana dmaksud pada ayat
(2) mati, maka pelaku dipidana dengan pidana
penjara paling lama 15 (lima belas) tahun
dan/atau denda paling banyak
Rp.3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
c. Pasal 81 ayat (1) juncto Pasal 76 huruf D Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak14
Pasal 81 ayat (1) berbunyi :
Setiap orang yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76D
dipidana dengan penjara paling singkat 5 (lima)
tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan
denda paling banyak Rp.5.000.000.000,00 (lima
miliar rupiah).
Pasal 76D berbunyi :
Setiap orang dilarang melakukan kekerasan atau
ancaman kekerasan memaksa anak melakukan
perseubuhan denganya atau dengan orang lain.
Sesuai aturan tersebut bahwa Zainal dalam rekontruksi terbukti memperkosa
dan membunuh korban dengan sengaja serta menyuruh pelaku yang lain
untuk melakukan sesuatu. Dengan ini maka pengadilan memutuskan zainul
untuk dipidana mati.

13
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan anak.
14
Ibid.
2. D alias J (17), A (17), FS (17), S (17), DI (17), EG (16) dan S (16)
Ketujuh terdakwa ini dikenai pasal yang sama, tetapi mengingat mereka
masih anak dibawah umur maka mereka dikenakan pidana 10 tahun penjara
dan pelatihan kerja selama 6 bulan.
Menurut Pasal 81 Undang-Undang No 11 Tahun 2012 Tentang Sistem
Peradilan Anak diketahui bahwa :
(1) Anak dijatuhi pidana penjara di LPKA
apabila keadaan dan perbuatan Anak akan
membahayakan masyarakat.
(2) Pidana penjara yang dapat dijatuhkan kepada
Anak paling lama 1/2 (satu perdua) dari
maksimum ancaman pidana penjara bagi
orang dewasa.
(3) Pembinaan di LPKA dilaksanakan sampai
Anak berumur 18 (delapan belas) tahun.
(4) Anak yang telah menjalani 1/2 (satu perdua)
dari lamanya pembinaan di LPKA dan
berkelakuan baik berhak mendapatkan
pembebasan bersyarat.
(5) Pidana penjara terhadap Anak hanya
digunakan sebagai upaya terakhir.
(6) Jika tindak pidana yang dilakukan Anak
merupakan tindak pidana yang diancam
dengan pidana mati atau pidana penjara
seumur hidup, pidana yang dijatuhkan
adalah pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun.
3. Suket, Faisal, Bobi, Dedi
Mereka dijatuhi pidana 20 tahun penjara dan denda sebesar
Rp.2.000.000.000,00.
Pasal 340 KUHP juncto Pasal 55 KUHP
Pasal 340 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana berbunyi :
Barang siapa dengan sengaja dan dengan
rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang
lain, diancam karena pembunuhan dengan
rencana, dengan pidana mati atau pidana
penjara seumur hidup atau selama waktu
tertentu, paling lama dua puluh tahun.
Pasal 55 ayat 1 angka 1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
berbunyi :
(1) Dipidana sebagai pelaku tindak pidana :
1.mereka yang melakukan, menyuruh
melakukan, dan yang turut serta
melakukan.

F. Kebijakan Pemerintah
G. Opini Ditinjau Dari Segi Keadilan Dalam Kasus Yuyun(14)
Penulis kurang setuju mengenai perlindungan hukum yang ditujukan kepada korban.
Dalam hal ini, korban bukan saja hanya menginginkan keadilan dari segi sanksi
terhadap terdakwa tetapi dari beberapa segi yaitu :
1. Perlindungan dari segi hukum
Yang dimaksud disini yaitu korban atau keluarga korban mempunyai hak
dalam pengembalian nama baik atas tercemarnya nama baik keluarga karena
korban telah ternodai oleh 14 orang dengan memperkosa kemudian
membunuh. Hal ini belum diberikan pengadilan kepada pihak keluarga,
padahal perlindungan inilah yang sangat penting untuk pihak keluarga
korban. Telah kita ketahui pula bahwa keluarga korban masih tidak puas akan
keputusan yang diambiol oleh pengadilan.
2. Perlindungan dari segi ekonomi
Dalam Ketentuan Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Perdata diatur bahwa :
Tiap-tiap perbuatan ataupun kealpaan yang :
(1) Melanggar hak orang lain;
(2)Berlawanan dengan kewajiban hukum dari
orang-orang yang berbuat itu, atau;
(3)Menentang kesusilaan, dan mengakibatkan
kerugian, mengharuskan si pembuat
mengganti kerugian dimaksud.
Sesuai dengan pasal tersebut, pihak korban bisa menuntut haknya dalam
kerugian ekonomi.
Sesuai dengan perlindungan bagi pihak korban, penulis beranggapan bahwa
pihak pengadilan yang memutuskan pidana pada terdakwa sangat tidak adil.
Karena korban telah kehilangan kehormatanya sekaligus kehilangan
nyawanya yang mana korbanya masih anak-anak yang seharusnya dilindungi
oleh masyarakat ternyata tidak.

Anda mungkin juga menyukai