Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia
sebagaimana tertulis di pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Untuk itu,
upaya kesehatan harus selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus
agar masyarakat yang sehat sebagai investasi dalam pembangunan dapat hidup
produktif secara sosial dan ekonomis (Nurbeti, M. 2009).
Perhatian terhadap permasalah kesehatan terus dilakukan terutama dalam
perubahan paradigma sakit yang selama ini dianut masyarakat ke paradigma
sehat. Paradigma sakit merupakan upaya untuk membuat orang sakit menjadi
sehat, menekankan pada kuratif dan rehabilitatif, sedangkan paradigma sehat
merupakan upaya membuat orang sehat tetap sehat, menekan pada pelayanan
promotif dan preventif. Perubahan paradigma dapat menjadikan masyarakat
sebagai pemeran utama dalam pencapaian derajat kesehatan. Dengan peruahan
paradigma sakit menjadi paradigma sehat ini dapat membuat masyarakat
menjadi mandiri dalam mengusahakan dan menjalankan upaya kesehatannya,
hal ini sesuai dengan visi Indonesia sehat, yaitu Masyarakat Sehat yang
Mandiri dan Berkeadilan (Supardan, 2013).
Masyarakat atau komunitas merupakan salah satu dari strategi global
promosi kesehatan pemberdayaan (empowerment) sehingga pemberdayaan
masyarakat sangat penting untuk dilakukan agar masyarakat sebagai primary
target memiliki kemauan dan kemampuan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka. Berdasarkan hal tersebut maka penulis ingin
mengetahui tentang manajemen pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan
(Notoatmodjo, 2007).

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana konsep dasar pemberdayaan ?
2. Bagaimana prinsip pemberdayaan masyrakat ?
3. Apa tujuan dan strategi pemberdayaan masyrakat dalam kebidanan ?
4. Apa indikator keberhasilan ?
5. Bagaimnana pembinaan dan pengembangan ?
6. Bagaimana upaya kegiatan pemberdayaan ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar pemberdayaan.
2. Untuk mengetahui prinsip pemberdayaan masyrakat.
3. Untuk mengetahui tujuan dan strategi pemberdayaan masyrakat dalam
kebidanan.
4. Untuk mengetahui indikator keberhasilan.
5. Untuk mengetahui pembinaan dan pengembangan.
6. Untuk mengetahui upaya kegiatan pemberdayaan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Pemberdayaan Masyarakat

Istilah konsep berasal dari bahasa latin conceptum, artinya sesuatu yang
dipahami. Konsep merupakan abstraksi suatu ide atau gambaran mental, yang
dinyatakan dalam suatu kata atau symbol.

Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment),


berasal dari kata power yang berarti kekuasaan atau keberdayaan. Konsep ini
mengandung arti bahwa konsep pemberdayaan adalah Trasfer kekuasaan
melalui penguatan modal social kelompok untuk menjadikan kelompok
produktif untuk mencapai kesejahteraan social. Modal social yang kuat akan
menjamin suistainable didalam membangun rasa kepercayaan di dalam
masyarakat khususnya anggota kelompok (how to build thr trust).

Pada dasarnya, pemberdayaan diletakkan pada kekuatan tingkat


individu dan sosial (Sipahelut, 2010). Pemberdayaan merujuk pada
kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka
memiliki kekuatan atau kemampuan. Kekuatan dan kemampuan tersebut
yaitu:

1. memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki


kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja bebas dalam
mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas
dari kebodohan, bebas dari kesakitan;

2. menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka


dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang
dan jasa-jasa yang mereka perlukan; dan

3. berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan keputusan


yang mempengaruhi mereka (Suharto 2005).
Konsep pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh
ketrampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi
kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya
(Pearson et al, 1994 dalam Sukmaniar, 2007).

Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi


menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan
yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama (Koentjaraningrat, 2009).

Menurut Notoadmojdo (2007) Pemberdayaan masyarakat adalah


upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi, memelihara,
melindungi, dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri.

Pemahaman mengenai konsep pemberdayaan masyarakat tidak bisa


dilepaskan dari pemahaman mengenai siklus pemberdayaan itu sendiri,
karena pada hakikatnya pemberdayaan masyarakat adalah sebuah usaha
berkesinambungan untuk menempatkan masyarakat menjadi lebih proaktif
dalam menentukan arah kemajuan dalam komunitasnya sendiri. Artinya
program pemberdayaan masyarakat tidak bisa hanya dilakukan dalam satu
siklus saja dan berhenti pada suatu tahapan tertentu, akan tetapi harus terus
berkesinambungan dan kualitasnya terus meningkat dari satu tahapan ke
tahapan berikutnya (Mubarak, 2010).

B. Prinsip Pemberdayaan Masyarakat


Prinsipnya pemberdayaan masyarakat adalah menumbuhkan kemampuan
masyarakat dari dalam masyarakat itu sendiri, bukan sesuatu yang ditanamkan
dari luar malainkan suatu proses memampukan masyarakat dari oleh dan untuk
masyarakat itu sendiri, berdasarkan kemampuan sendiri.
Adapun Prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan,
yaitu :
1. Menumbuh kembangkan potensi masyarakat.
Didalam masyarakat terdapat berbagai potensi yang dapat
mendukung keberhasilan program program kesehatan. Potensi dalam
masyarakat dapat dikelompokkan menjadi potensi sumber daya
manusia dan potensi dalam bentuk sumber daya alam / kondisi
geografis (Notoadmojdo, 2007).
Tinggi rendahnya potensi sumber daya manusia disuatu komunitas
lebih ditentukan oleh kualitas, bukan kuatitas sumber daya manusia.
Sedangkan potensi sumber daya alam yang ada di suatu masyarakat
adalah given. Potensi sumber daya alam tidak akan melimpah apabila
tidak didukung dengan potensi sumber daya manusia yang
memadai.(Kartasasmita, 2011)
2. Mengembangkan gotong royong masyarakat.
Potensi masyarakat yang ada tidak akan tumbuh dan berkembang
dengan baik tanpa adanya gotong royong dari masyarakat itu sendiri.
Peran petugas kesehatan atau provider dalam gotong royong
masyarakat adalah memotivasi dan memfasilitasinya, melalui
pendekatan pada para tokoh masyarakat sebagai penggerak kesehatan
dalam masyarakatnya.
3. Menggali kontribusi masyarakat.
Menggali dan mengembangkan potensi masing masing anggota
masyarakat agar dapat berkontribusi sesuai dengan kemampuan
terhadap program atau kegiatan yang direncanakan bersama.
Kontribusi masyarakat merupakan bentuk partisipasi masyarakat
dalam bentuk tenaga, pemikiran atau ide, dana, bahan bangunan, dan
fasilitas fasilitas lain untuk menunjang usaha kesehatan.
4. Menjalin kemitraan
Jalinan kerja antara berbagai sektor pembangunan, baik
pemerintah, swasta dan lembaga swadaya masyarakat, serta individu
dalam rangka untuk mencapai tujuan bersama yang disepakati.
Membangun kemandirian atau pemberdayaan masyarakat, kemitraan
adalah sangat penting peranannya.
5. Desentralisasi
Upaya dalam pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya
memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk
mengembangkan potensi daerah atau wilayahnya. Oleh sebab itu,
segala bentuk pengambilan keputusan harus diserahkan ketingkat
operasional yakni masyarakat setempat sesuai dengan kultur masing-
masing komunitas dalam pemberdayaan masyarakat, peran sistem
yang ada diatasnya adalah :
a. Memfasilitasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan atau program-
program pemberdayaan. Misalnya masyarakat ingin membangun
atau pengadaan air bersih, maka peran petugas adalah
memfasilitasi pertemuan-pertemuan anggota masyarakat,
pengorganisasian masyarakat, atau memfasilitasi pertemuan
dengan pemerintah daerah setempat, dan pihak lain yang dapat
membantu dalam mewujudkan pengadaan air bersih tersebut.
b. Memotivasi masyarakat untuk bekerjasama atau bergotong-royong
dalam melaksanakan kegiatan atau program bersama untuk
kepentingan bersama dalam masyarakat tersebut. Misalnya,
masyarakat ingin mengadakan fasilitas pelayanan kesehatan
diwilayahnya. Agar rencana tersebut dapat terwujud dalam bentuk
kemandirian masyarakat, maka petugas provider kesehatan
berkewajiban untuk memotivasi seluruh anggota masyarakat yang
bersangkutan agar berpartisipasi dan berkontribusi terhadap
program atau upaya tersebut (Notoadmojdo, 2007).

C. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat


Tujuan pemberdayaan masyarakat adalah :
1. Tumbuhnya kesadaran, pengetahuan dan pemahaman akan kesehatan bagi
individu, kelompok atau masyarakat. Pengetahuan dan kesadaran tentang
cara cara memelihara dan meningkatkan kesehatan adalah awal dari
keberdayaan kesehatan. Kesadaran dan pengetahuan merupakan tahap
awal timbulnya kemampuan, karena kemampuan merupakan hasil proses
belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses yang dimulai dengan
adanya alih pengetahuan dari sumber belajar kepada subyek belajar. Oleh
sebab itu masyarakat yang mampu memelihara dan meningkatkan
kesehatan juga melalui proses belajar kesehatan yang dimulai dengan
diperolehnya informasi kesehatan. Dengan informasi kesehatan
menimbulkan kesadaran akan kesehatan dan hasilnya adalah pengetahuan
kesehatan.
2. Timbulnya kemauan atau kehendak ialah sebagai bentuk lanjutan dari
kesadaran dan pemahaman terhadap obyek, dalam hal ini kesehatan.
Kemauan atau kehendak merupakan kecenderungan untuk melakukan
suatu tindakan. Oleh sebab itu, teori lain kondisi semacam ini disebut
sikap atau niat sebagai indikasi akan timbulnya suatu tindakan. Kemauan
ini kemungkinan dapat dilanjutkan ke tindakan tetapi mungkin juga tidak
atau berhenti pada kemauan saja. Berlanjut atau tidaknya kemauan
menjadi tindakan sangat tergantung dari berbagai faktor. Faktor yang
paling utama yang mendukung berlanjutnya kemauan adalah sarana atau
prasarana untuk mendukung tindakan tersebut.
3. Timbulnya kemampuan masyarakat di bidang kesehatan berarti
masyarakat, baik seara individu maupun kelompok, telah mampu
mewujudkan kemauan atau niat kesehatan mereka dalam bentuk tindakan
atau perilaku sehat.
Suatu masyarakat dikatakan mandiri dalam bidang kesehatan apabila :
a. Mereka mampu mengenali masalah kesehatan dan faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan terutama di lingkungan tempat
tinggal mereka sendiri. Pengetahuan tersebut meliputi pengetahuan
tentang penyakit, gizi dan makanan, perumahan dan sanitasi, serta
bahaya merokok dan zat-zat yang menimbulkan gangguan kesehatan.
b. Mereka mampu mengatasi masalah kesehatan secara mandiri dengan
mengenali potensi-potensi masyarakat setempat.
c. Mampu memelihara dan melindungi diri mereka dari berbagai
ancaman kesehatan dengan melakukan tindakan pencegahan.
d. Mampu meningkatkan kesehatan secara dinamis dan terus-menerus
melalui berbagai macam kegiatan seperti kelompok kebugaran,
olahraga, konsultasi dan sebagainya (Notoadmojdo, 2007).

D. Indikator Hasil Pemberdayaan Masyarakat


1. Input
Input meliputi SDM, dana, bahan-bahan, dan alat-alat yang mendukung
kegiatan pemberdayaan masyarakat.
2. Proses
Proses, meliputi jumlah penyuluhan yang dilaksanakan, frekuensi pelatihan
yang dilaksanakan, jumlah tokoh masyarakat yang terlibat, dna pertemuan-
pertemuan yang dilaksanakan.
3. Output
Output, meliputi jumlah dan jenis usaha kesehatan yang bersumber daya
masyarakat, jumlah masyarakat yang telah meningkatkan pengetahuan dari
perilakunya tentang kesehatan, jumlah anggota keluarga yang memiliki
usaha meningkatkan pendapatan keluarga, dan meningkatnya fasilitas umum
di masyarakat.
4. Outcome
Outcome dari pemberdayaan masyarakat mempunyai kontribusi dalam
menurunkan angka kesakitan, angka kematian, dan angka kelahiran serta
meningkatkan status gizi kesehatan (Notoadmojdo, 2007).

E. Pembinaan dan pengembangan.


Langkah terakhir dari serangkaian kegiatan pemberdayaan masyarakat
adalah pembinaan dan pengembangan program. Setiap pelaksanaan program
harus dibina agar mantap jalannya. Setelah mantap harus dikembangkan, agar
tidak jenuh dan makin maju tingkat pencapaiannya.
Pemantapan dan pembinaan juga bermaksud memantapkan dan mambina
pengetahuan, sikap, keterampilan dan motivasi para tenaga pembangunan desa,
masyarakat dan keluarga sendiri di bidang kesehatan.
Pembinaan dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain :
a. Supervisi
Banyak hasil penilaian mengungkapkan bahwa supervisi petugas
amat menentukan tingkat keberhasilan program. Oleh karena itu, supervisi
secara berkala perlu dilakukan. Bila memungkinkan, supervisi ke bawah
sebaiknya dikembangkan menjadi suatu sistem penilaian yang utuh.
b. Forum komunikasi
Forum komunikasi antara petugas lintas program dan sektor di
tingkat kabupaten, maupun kecamatan merupakan wahana pemantauan
yang baik. Pada forum ini dapat dibahas rencana supervisi terpadu, hasil
supervisi dari petugas yang turun ke lapangan, sekaligus dapat membahas
upaya untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ditemui di
lapangan. Di lapangan atau desa, forum komunikasi ini juga perlu
dibentuk sebagai wadah berkumpulnya pelaksana pembangunan desa
dengan toloh masyarakat baik formal maupun non formal. Dalam forum
ini pelaksana pembangunan desa dapat menyampaikan pelaksanaan
rencana kegiatan yang telah disusun, hambatan-hambatan serta
keberhasilan yang telah dicapai. Menunjukkan film-film pembangunan
kesehatan untuk memotivasi pelaksana pembangunan desa dan
masyarakat.
c. Kunjungan tamu dari luar
Kegiatan ini dapat merangsang masyarakat untuk membenahi
desanya karena akan kedatangan tamu, namun harus dijaga jangan
sampai terlalu sering, bisa membosankan dan mengganggu kegiatan
masyarakat.
d. Wisata karya ke tempat lain yang lebih maju
Kegiatan ini dapat memperluas wawasan, dan memotivasi
masyarakat untuk lebih maju.
e. Perlombaan-perlombaan desa sehat secara teratur.
f. Penerbitan majalah dinding buatan sendiri yang memuat antara lain :
Kegiatan-kegiatan di desa bersangkutan, cara pencegahan penyakit
yang sedang berjangkit, misalnya muntah berak, atau demam berdarah,
pengalaman pelaksana pembangunan desa, dll
g. Pengembangan kegiatan pemberdayaan masyarakat
Pengembangan dilakukan apabila kegiatan di wilayah uji coba
telah seperti yang diharapkan, maka perlu dilakukan kegiatan perluasan
atau pengembangan ke daerah terutama di wilayah sekitarnya. Kegiatan
yang dilakukan adalah:
1) Pertama-tama wilayah uji coba menyiapkan dokumentasi kegiatan serta
hasil yang diperoleh
2) Selanjutnya mengundang tokoh masyarakat yang ada di wilayah sekitar
daerah uji coba untuk mengikuti pertemuan serta melakukan peninjauan
di wilayah yang sudah berhasil. Pada acara pertemuan para tamu
ditunjukkan dokumentasi (slide, film atau foto) yang telah berhasil
beserta gambaran proses kegiatannya.
3) Pada akhir pertemuan atau kunjungan dilakukan pembahasan
kemungkinan menerapkan kegiatan serupa di wilayah sekitarnya.
4) Pengembangan kegiatan pemberdayaan ada dua macam yaitu:
pengembangan daerah dan pengembangan program.
5) Dalam pengembangan kegiatan ke daerah lain harus dicegah adanya
penjiplakan, namun harus berdasarkan kebutuhan, kemampuan serta
karakteristik wilayah tersebut.

F. Peran Serta Masyarakat Tentang Upaya UKBM


1. Wujud peran serta masyarakat
Dari pengamatan pada masyarakat selama ini beberapa wujud peran
serta masyarakat adalah khususnya pembangunan kesehatan dan umumnya
pembangunan nasional. Bentuk-bentuk peran serta masyarakat adalah
sebagai berikut :
a. Sumber daya manusia
Setiap insan dapat berpartisipasi aktif dalam pembangunan
masyarakat. Wujud insan yang menunjukkan peran serta masyarakat
dibidang kesehatan antara lain sebagai berikut :
1) Pemimpin masyarakat yang berwawasan kesehatan
2) Tokoh masyarakat yang berwawasan kesehatan, baik tokoh agama,
politisi, cendikiawan, artis/seniman, budayaan, pelawak, dan lain-lain
3) Kader kesehatan, yang sekarang banyak sekali ragamnya misalnya:
kader posyandu, kader lansia, kader kesehatan lingkungan, kader
kesehatan gigi, kader KB, dokter kecil, saka bakti husada, santri
husada, taruna husada, dan lain-lain.
b. Institusi/lembaga/organisasi masyarakat
Bentuk lain peran serta masyarakat adalah semua jenis institusi,
lembaga atau kelompok kegiatan masyarakat yang mempunyai aktivitas
dibidang kesehatan.
Beberapa contohnya adalah sebagai berikut :
1) Upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yaitu segala
bentuk kegiatan kesehatan yang bersifat dari, oleh dan untuk
masyarakat, yaitu :
Pos pelayanan terpadu (posyandu)
Pos obat desa (POD)
Pos upaya kesehatan kerja (Pos UKK)
Pos kesehatan di Pondok Pesantren (poskestren)
Pemberantasan penyakit menular dengan pendekatan PKMD
(P2M-PKMD)
Penyehatan lingkungan pemungkitan dengan pendekatan
PKMD (PLp-PKMD) sering disebut dengan desa percontohan
kesehatan lingkungan (DPKL)
Suka Bakti Husada (SBH)
Tanaman obat keluarga (TOGA)
Bina keluarga balita (BKB)
Pondok bersalin desa (Polindes)
Pos pembinaan terpadu lanjut usia (Posbindu Lansia/Posyandu
Lansia)
Pemantau dan stimulasi perkembangan balita (PSPB
Keluarga mandiri
Upaya kesehatan masjid
2) Lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang mempunyai kegiatan
dibidang kesehatan. Banyak sekali LSM yang berkiprah dibidang
kesehatan, aktifitas mereka beragam sesuai dengan peminatnya
3) Organisasi swadaya yang bergerak dibidang palayanan kesehatan
seperti rumah sakit, rumah bersalin, balai kesehatan ibu dan anak,
balai pengobatan, dokter praktik, klinik 24 jam, dan sebagainya
(Notoadmojdo, 2007).
G. Bentuk-Bentuk Pemberdayaan Masyarakat
Bentuk-bentuk pengembangan potensi masyarakat tersebut bermacam-
macam, antara lain sebagai berikut :
1. Tokoh atau pimpinan masyarakat (Community leader)
Di sebuah mayarakat apapun baik pendesaan, perkotaan maupun
pemukiman elite atau pemukiman kumuh, secara alamiah aka terjadi
kristalisasi adanya pimpinan atau tokoh masyarakat. Pemimpin atau tokoh
masyarakat dapat bersifat format (camat, lurah, ketua RT/RW) maupun
bersifat informal (ustadz, pendeta, kepala adat). Pada tahap awal
pemberdayaan masyarakat, maka petugas atau provider kesehatan terlebih
dahulu melakukan pendekatan-pendekatan kepada para tokoh masyarakat.
2. Organisasi masyarakat (community organization)
Dalam suatu masyarakat selalu ada organisasi-organisasi kemasyarakatan
baik formal maupun informal, misalnya PKK, karang taruna, majelis taklim,
koperasi-koperasi dan sebagainya.
3. Pendanaan masyarakat (Community Fund)
Sebagaimana uraian pada pokok bahasan dana sehat, maka secara ringkas
dapat digaris bawahi beberapa hal sebagai berikut: Bahwa dana sehat telah
berkembang di Indonesia sejak lama(tahun 1980-an) Pada masa
sesudahnya(1990-an) dana sehat ini semakin meluas perkembangannya dan
oleh Depkes diperluas dengan nama program JPKM (Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan Masyarakat).
4. Material masyarakat (community material)
Seperti telah diuraikan disebelumnya sumber daya alam adalah merupakan
salah satu potensi msyarakat. Masing-masing daerah mempunyai sumber
daya alam yang berbeda yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan.
5. Pengetahuan masyarakat (community knowledge)
Semua bentuk penyuluhan kepada masyarakat adalah contoh pemberdayaan
masyarakat yang meningkatkan komponen pengetahuan masyarakat.
6. Teknologi masyarakat (community technology)
Dibeberapa komunitas telah tersedia teknologi sederhana yang dapat
dimanfaatkan untuk pengembangan program kesehatan. Misalnya penyaring
air bersih menggunakan pasir atau arang, untuk pencahayaan rumah sehat
menggunakan genteng dari tanah yang ditengahnya ditaruh kaca. Untuk
pengawetan makanan dengan pengasapan dan sebagainya (Nurbeti, M.
2009).

H. Langkah-langkah Pemberdayaan Masyarakat


Langkah-langkah dalam pemberdayaan masyarakat adalah sebagai
berikut :
1. Merancang keseluruhan program,
termaksud didalamnya kerangka waktu kegiatan,ukuran
program,serta memberikan perhatian kepada kelompok masyarakat yang
terpinggirkan.Perancangan program dilakukan menggunakan pendekatan
partisipatoris, dimana antara agen perubahan (pemerintah dan LSM) dan
masyarakat bersama-sama menyusun perencanaan. Perencanaan
partisipatoris (participatory planning) ini dapat mengurangi terjadinya
konflik yang muncul antara dua pihak tersebut selama program berlangsung
dan setelah program dievaluasi.Sering terjadi apabila sutu kegiatan berhasil,
banyak pihak bahkan termaksud yang tidak berpartisipasi, berebut saling
claim tentang peran diri maupun kelompoknya. Sebaliknya jika program
tidak berhasil, individu maupun kelompok bahkan yang sebenarnya
berkontribusi atas kegagalan tersebut, saling menyalahkan.
Perencanaan program pemberdayaan masyarakat harus
memperhatikan adanya kelompok masyarakat yang terpinggirkan
(termarginalisasi). Marginalisasi adalah sutu proses sejarah masyrakat yang
kompleks,yang membuat mereka tidak memiliki kemampuan untuk
memenuhi berbagai kebutuhannya, tidak mempunyai akses yang memadai
terhadap sumber daya. Oleh karenanya, untuk menghindari agar ini tidak
semakin terpinggirkan, diperlukan perencanaan yang lebih komprehensif.

2. Menetapkan tujuan.
Tujuan promosi kesehatan biasanya dikembangkan pada tahap
perencanaan dan bisanya berpusat pada mencegah penyakit,mengurangi
kesakitan dan kematian dan manajemen gaya hidup melalui upaya
perubahan perilaku yang secara spesifik berkaitan dengan kesehatan.
Adapun tujuan pemberdayaan biasanya berpusat bagaimana masyarakat
dapat mengontrol keputusannya yang berpengaruh pada kesehatan dan
kehidupan masyarakatnya.

3. Memilih strategi pemberdayaan.


Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses yang terdiri dari
lima pendekatan, yaitu: pemberdayaan, pengembangan kelompok kecil,
pengembangan dan penguatan pengorganisasian mayrakat, pengembangan
dan penguatan jaringan antarorganisasi, dan tindakan politik. Strategi
pemberdayaan meliputi: pendidikan masyarakat, mendorong tumbuhnya
swadaya masyarakat sebagai pra-syarat pokok tumbuhnya tanggung jawab
sebagai anggota masyarakat (community responsibility), fasilitasi upaya
mengembangkan jejaring antar masyarakat, serta advokasi kepada
pengambil keputusan (decision maker).

4. Implementasi strategi dan manajemen.


Implementasi strategi serta manajemen program pemberdayaan
dilakukan dengan cara:
a. meningkatkan peran serta pemercaya (stakeholder),
b. menumbuhkan kemampuan pengenalan masalah,
c. mengembangkan kepemimpinan local,
d. membangun keberdayaan struktur organisasi,
e. meningkatkan mobilisasi sumber daya,
f. memperkuat kemampuan stakeholder untuk bertanya mengapa?,
g. meningkatkan control stakeholder atas manajemen program, dan
h. membuat hubungan yang sepadan dengan pihak luar.

5. Evaluasi program.
Pemberdayaan masyarakat dapat berlangsung lambat dan lama,
bahkan boleh dikatakan tidak pernah berhenti dengan sempurna. Sering
terjadi, hal-hal tertentu yang menjadi bagian dari pemberdayaan baru
tercapai beberapa tahun sesudah kegiatan selesai.Oleh karenanya, akan lebih
tepat jika dievaluasi diarahkan pada proses pemberdayaannya daripada
hasilnya.

I. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Kebidanan


1. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
Posyandu merupakan jenis UKBM yang paling memasyarakatkan
saat ini. Gerakan posyandu ini telah berkembang dengan pesat secara
nasional sejak tahun 1982. Saat ini telah populer di lingkungan desa dan
RW diseluruh Indonesia. Posyandu meliputi lima program prioritas yaitu:
KB, KIA, imunisasi, dan pennaggulangan diare yang terbukti mempunyai
daya ungkit besar terhadap penurunan angka kematian bayi. Sebagai salah
satu tempat pelayanan kesehatan masyarakat yang langsung bersentuhan
dengan masyarakat level bawah, sebaiknya posyandu digiatkan kembali
seperti pada masa orde baru karena terbukti ampuh mendeteksi
permasalahan gizi dan kesehatan di berbagai daerah. Permasalahn gizi
buruk anak balita, kekurangan gizi, busung lapar dan masalah kesehatan
lainnya menyangkut kesehatan ibu dan anak akan mudah dihindarkan jika
posyandu kembali diprogramkan secara menyeluruh.
Kegiatan posyandu lebih dikenal dengan sistem lima meja yang
meliputi:
1. Meja 1 : pendaftaran
2. Meja 2 : penimbangan
3. Meja 3 : pengisian kartu menuju sehat
4. Meja 4 : penyuluhan kesehatan, pemberian oralit, vitamin A dan
tablet besi
5. Meja 5 :pelayanan kesehatan yang meliputi imunisasi, pemeriksaan
kesehatan dan pengobatan serta pelayanan keluarga
berencana.
Salah satu penyebab menurunnya jumlah posyandu adalah tidak
sedikit jumlah posyandu diberbagai daerah yang semula ada sudah tidak
aktif lagi.

2. Pondok Bersalin Desa (Polindes)


Pondok bersalin desa (Polindes) merupakan salah satu peran serta
masyarakat dalam menyediakan tempat pertolongan persalinan pelayanan
dan kesehatan ibu serta kesehatan anak lainnya. Kegiatan pondok bersalin
desa antara lain melakukan pemeriksaan (ibu hamil, ibu nifas, ibu
menyusui, bayi dan balita), memberikan imunisasi, penyuluhan kesehatan
masyarakat terutama kesehatan ibu dan anak, serta pelatihan dan
pembinaan kepada kader dan mayarakat.
Polindes ini dimaksudkan untuk menutupi empat kesenjangan
dalam KIA, yaitu kesenjangan geografis, kesenjangan informasi,
kesenjangan ekonomi, dan kesenjangan sosial budaya. Keberadaan bidan di
tiap desa diharapkan mampu mengatasi kesenjangan geografis, sementara
kontak setiap saat dengan penduduk setempat diharapkan mampu
mengurangi kesenjangan informasi. Polindes dioperasionalkan melalui
kerja sama antara bidan dengan dukun bayi, sehingga tidak menimbulkan
kesenjangan sosial budaya, sementara tarif pemeriksaan ibu, anak, dan
melahirkan yang ditentukan dalam musyawarah LKMD diharapkan mamou
mengurangi kesenjangan ekonomi.
3. Pos KB Desa (RW)
Sejak periode sebelum reformasi upaya keluarga berencana telah
berkembang secara rasional hingga ketingkat pedesaan. Sejak itu untuk
menjamin kelancaran program berupa peningkatan jumlah akseptor baru
dan akseptor aktif, ditingkat desa telah dikembangkan Pos KB Desa
(PKBD) yang biasanya dijalankan oleh kader KB atau petugas KB
ditingkat kecamatan. (Notoadmojdo, 2007).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam makalah ini adalah pemberdayaan
masyarakat merupakan sasaran utama dalam promosi kesehatan yang
bertujuan untuk memandirikan masyarakat agar mampu memelihara dan
meningkatkan status kesehatannya menjadi lebih baik dengan
menggunakan prinsip pemberdayaan dimana petugas kesehatan berperan
untuk memfasilitasi masyarakat dalam meningkatkan pengetahuan,
kemauan dan kemampuannya untuk memelihara dan meningkatkan status
kesehatannnya.
Dalam pemberdayaan masyarakat peran masyarakat sangat vital,
karena masyarakat yang menjadi pemeran utamanya, namun peran petugas
kesehatan juga tidak bisa dihilangkan. Dalam pemberdayaan masyarakat,
petugas kesehatan memiliki peran penting juga, yaitu memfasilitasi
masyarakat melalui kegiatan-kegiatan maupun program-program
pemberdayaan masyarakat meliputi pertemuan dan pengorganisasian
masyarakat, memberikan motivasi kepada masyarakat untuk bekerja sama
dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan agar masyarakat mau
berkontribusi terhadap program tersebut, mengalihkan melakukan
pelatihan-pelatihan yang bersifat vokasional.

B. Saran
1. Bagi masyarakat, diharapkan pada tenaga kesehatan agar dapat
memfasilitasi masyarakat melalui kegiatan-kegiatan maupun program-
program pemberdayaan masyarakat meliputi pertemuan dan
pengorganisasian masyarakat, memberikan motivasi kepada masyarakat
untuk bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan agar
masyarakat mau berkontribusi terhadap program tersebut
2. Bagi masyarakat agar dapat berpartisipasi dalam mendukung program-
program kesehatan dalam sistem pemberdayaan masyarakat
3. Bagi pembaca, diharapkan agar makalah ini dpat menambah wawasan
tentang pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Chambers, R. 1985. Rural Development : Putting The Last First. London ; New
York.

Friedman, John. 1992. Empowerment The Politics of Alternative Development.


Blackwell Publishers, Cambridge, USA.

Jimu, M.I. 2008. Community Development. Community Development:A Cross-


Examination of Theory and Practice Using Experiences in Rural Malawi. Africa
Development,Vol. XXXIII, No. 2, 2008, pp. 233.

Kartasasmita, 2011. Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan.


Http:wpdprss.masyarakat.co.id. Diakses tanggal10 Oktober 2014.

Mubarak, Z. 2010. Evaluasi Pemberdayaan Masyarakat Ditinjau Dari Proses


Pengembangan Kapasitas Pada Program PNPM Mandiri Perkotaan Di Desa
Sastrodirjan Kabupaten Pekalongan. Tesis. Program Studi Magister Teknik
Pemberdayaan Wilayah Dan Kota. Undip. Semarang.

Notoatmodjo, S. 2007, Promosi kesehatan & ilmu perilaku. Rineka Cipta, Jakarta
Pearsons, Talcot. 1991. The Social System. Routledge is an imprint of Taylor &
Francis, an informa company.

Sipahelut, Michel. 2010. Analisis Pemberdayaan Masyarakat Nelayan Di


Kecamatan Tobelo Kabupaten Halmahera Utara. Tesis. IPB. Bogor.

Suharto E. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Kajian


Strategi Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung:
PT Refika Aditama.

Nurbeti, M. 2009.Pemberdayaan masyarakat dalam konsep kepemimpinan yang


mampu menjembatani. Rineka Cipta, Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2007, Promosi kesehatan & ilmu perilaku. Rineka Cipta,


Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai