Anda di halaman 1dari 2

1.

1 Patogenesis Bakteri Vibrio pada Udang Windu

Bakteri Vibrio merupakan genus yang dominan pada lingkungan air payau dan
estuaria. Umumnya bakteri Vibrio menyebabkan penyakit pada hewan perairan laut dan
payau. Sejumlah spesies Vibrio yang dikenal sebagai patogen seperti V. alginolyticus,
V. anguillarum, V.carchariae, V. cholerae, V. harveyii, V. ordalii dan V. vulnificus

Tingkat kematian udang windu yang diinfeksi Vibrio harveyii dengan kepadatan
10 3 cfu/ml berbeda berdasarkan umur. Pada stadia zoea I tingkat kematian udang
sebesar 74%, stadia mysis I 73%, dan postlarva 1 (PL1) 69%, postlarva 2 (PL2) 51,5%
(Prayitno dan Latchford, 1995 cit.Muliani, 2002). Jiravanichpaisal et
al., (1994) cit. Muliani (2002) melaporkan bahwa mortalitas udang windu dewasa yang
diinjeksi Vibrioharveyii isolat B-2 dengan kepadatan 8,20 x 10 5 cfu/ekor sebesar
100%, dan udang yang diinfeksi dengan Vibrio harveyii isolat B-4 dengan kepadatan
1,55 x 10 6 cfu/ekor sebesar 80%.

1.2 Dagradasi Vibro sp

Tingkat patogenesis bakteri ditentukan oleh suatu mekanisme dalam proses


pertumbuhan. Menurut Greenberg (1999) cit. Muliani (2002) suatu mekanisme yang
umum untuk mengontrol kepadatan populasi bakteri gram negatif adalah dengan
menghambat komunikasi antar sel. Kemampuan komunikasi satu sama lain terjadi
setelah mencapaiquorum sensing yang terjadi karena adanya suatu
senyawaacylhomoserine lactone. Sifat virulensi Vibrio harveyii berkaitan erat dengan
fenomena bioluminescense yang dikontrol oleh sistem quorum sensing.

Telah dilakukan penelitian Efektivitas Antimikroba Kultur Probiotik pada


Media Fermentasi Alami dalam Menghambat Pertumbuhan Vibrio spp. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kemampuan probiotik isolat G yang ditumbuhkan pada
media fermentasi alami dalam menghambat pertumbuhan Vibrio spp. dengan mengukur
zona bening yang terbentuk. Probiotik yang digunakan sebagai sampel adalah isolat G
hasil isolasi dan karakterisasi pada saluran pencernaan usus itik pedaging Anas
domesticus sedangkan bakteri uji yang digunakan adalah Vibrio spp. yang diperoleh
dari hasil isolasi dan karakterisasi terhadap kematian massal udang windu dan koleksi
kampus dari Fakultas Kelautan, Universitas Hasanuddin, Makassar. Pengujian daya
hambat dilakukan pada kondisi kultur probiotik 2 x 24 jam, 4 x 24 jam dan 6 x 24 jam
selama dalam media fermentasi alami. Media fermentasi alami yang digunakan
mengandung tiga sumber karbon berbeda yaitu sagu, kanji dan dedak. Kultur isolat G
yang ditumbuhkan dalam media fermentasi alami menunjukkan kemampuan
menghambat pertumbuhan Vibrio spp. dengan terbentuknya zona bening disekitar paper
disk. Diameter zona bening terbesar dihasilkan oleh isolat G pada umur kultur 6 x 24
jam pada media yang mengandung sumber karbon sagu, kanji dan sagu. Isolat G yang
ditumbuhkan pada medium yang mengandung sumber karbon berupa kanji
menghasilkan diameter zona bening terbesar 14,4 mm (Vibrio harveyi), sagu sebesar 8,6
mm (Vibrio parahaemolyticus) dan dedak 8,8 mm (Vibrio cholera) pada kondisi kultur
6 x 24 jam dengan waktu inkubasi 1 x 24 jam. Berdasarkan hal tersebut membuktikan
bahwa isolat G dapat tumbuh pada media fermentasi alami dan mampu menghasilkan
senyawa metabolit untuk menghambat pertumbuhan Vibrio spp.

DAFTAR PUSTAKA

Angdi, et.al. 2011. Patogenesis Bakteri Vibrio Pada Udang Windu. Jurnal Ilmu
Kelautan. Vol 1, No 3

Anda mungkin juga menyukai