Anda di halaman 1dari 7

Tugas Individu

Mk : Kewirausahaan
Dosen : H. Haedar Machmud, S.E., M.Si.
Judul Makalah : Usaha Catering

Oleh:
Nama: Amiruddin
Nim: 216 61201 010
Jurusan: Manajemen Sumber Daya Manusia
STIMI YAPMI MAKASSAR
2017
Pengertian Kontrak Bisnis

Kontrak merupakan perjanjian yang bentuknya tertulis. Dalam suatu


kontrak bisnis, ikatan kesepakatan dituangkan dalam suatu perjanjian
yang bentuknya tertulis. Hal ini untuk kepentingan kelak, jika
dikemudian hari terjadi sengketa berkenaan dengan kontrak itu
sendiri, maka para pihak dapat mengajukan kontrak tersbut sebagai
salah alat bukti.

Kontrak di Indonesa diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum


Perdata (KUHPerdata) Buku III tentang Perikatan. Perikatan dapat
lahir dari perjanjian dan undang-undang. Perjanjian itu sendiri
meliputi perjanjian yang bentuknya tertulis (kontrak) dan perjanjian
lisan. Dari uraian singkat tersebut terlihat bahwa kontrak dengan
perikatan memiliki kaitan, yaitu bahwa kontrak merupakan salah satu
sumber dari perikatan.

A. Asas asas Dalam Kontrak Bisnis

Asas dimaknai sebagai hal-hal mendasar yang menjadi latar belakang


lahirnya suatu norma atau aturan atau kaidah. Sebelum membuat
suatu aturan biasanya ditentukan dahulu asasnya yang biasanya lebih
bersifat filosofis. Asas-asas dalam kontrak bisnis di antaranya.

1. Asas Kebebasan Berkontrak :

Asas ini dimaknai dengan adanya keleluasaan atau kebebasan bagi


para pihak yang mengikatkan diri dalam suatu kontrak untuk
menentukan isi kontrak, bentuk kontrak, dan apa pun yang diatur
dalam kontrak. Asas ini tersirat dalam Pasal 1338 ayat (1)
KUHPerdata bahwa pada pokoknya perjanjian yang dibuat secara
syah berlaku sebagai undang-undang bagi yang membuatnya.
Namun demikian, kebebasan yang diperoleh para pihak masih ada
batasannya, yaitu Undang-undang. Ketertiban umum dan
kesusilaan.

2. Asas Kekuatan Menigkat

Asas ini dimaknai dengan adanya ikatan dari para pihak ketika
membuat kontrak. Para pihak yang menandatangani kontrak
terikat dengan apa yang telah ditandatanganinya dalam kontrak
tersebut. Asas yang tersirat dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata
bahwa pada pokoknya perjanian yang dibuat secara syah berlaku
sebagai Undang-undang bagi yang membuatnya. Kata-kata
berlaku sebagai undang-undang memiliki makna kekuatannya
sama dengan undang-undang, artinya memiliki daya paksa untuk
mematuhi apa yang tertuang dalam kontrak tersebut.

3. Asas Itikad Baik.


Asas ini memiliki makna yaitu kontrak yang dibuat para pihak
harus didasari dengan adanya itikad baik di antara para pihak baik
sebelum dibuatnya kontrak, pada saat dibuatnya kontrak maupun
setelah berakunya kontrak. Asas ini tersirat dalam Pasal 1338 ayat
(2) KUHPerdata.

4. Asas Kesepakatan
Asas ini memiliki makna yaitu kesepakatan merupakan pangkal
tolak dari mulai berlakunya suatu kontrak atau mulai mengikatnya
suatu kontrak bagi para pihak. Asas ini tersirat dalam Pasal 1338
ayat (3) KUHPerdata jo. Pasal 1320 ayat (1) KUHPerdata.

Harus digaris bawahi bahwa asas bukanlah norma, jadi ketika


terjadi pelanggaran terhadap asas maka tidak dapat dikategorikan
telah terjadi pelanggaran hukum dengan adanya sanksi hukum,
melainkan telah terjadi pelanggaran asas dengan sanksi yang
bersifat moral. Namun apabila asas ini sudah tertuang dalam suatu
norma atau aturan maka tentu saja pelanggarannya bukan
merupakan pelanggaran asas tetapi sudah termasuk pelanggaran
hukum atau peraturan norma sehingga patut mendapat sanksi
hukum.

B. Syarat-Syarat sahnya Kontrak Bisnis

Suatu Kontrak harus memenuhi empat syarat supaya kontrak sah


secara hukum. Keempat syarat syahnya Kontrak Bisnis di atur dalam
Pasal 1320 KUHPerdata. Oleh karena empat syarat tersebut
merupakan ketentuan yang memaksa dalam arti harus dipenuhi, jika
tidak maka terdapat sanksi hukum yaitu kontrak tersebut tidak sah
secara hukum.

C. Subjek dan Objek Kontrak Bisnis

Kontrak dilakukan oleh dua orang atau lebih. Para pihak yang terlibat
dalam kontrak dinamakan subjek kontrak. Subjek kontrak bisnis sering
dinamakan debitor dan kreditor. Kreditor merupakan pihak yang
berhak menuntut sedangkan debitor merupakan pihak yang
berkewajiban memenuhi tuntutan. Kewajiban debitor untuk memenuhi
tuntutan. Kewajiban debitor untuk memenuhi tuntutan kreditor
merupakan objek. Perjanjian yang sering juga dinamakan dengan
istilah prestasi. Menurut Pasal 1234 KUHPerdata, prestasi ini dapat
berupa member sesuatu, berbuat sesuatu dan tidak berbuat sesuatu.
Sesuatu disini tergantung dari maksud dan tujuan para pihak
mengadakan hubungan syarat huku

Prestasi dari suatu kontrak harus memenuhi tiga syarat yakni :

1. Harus di perkenankan, artinya tidak boleh bertentangan dengan


Undang=undang. Ketertiban umum dan kesusilaan.

2. Harus munkin melaksanakan, artinya mungkin dilaksanakan


menurut kemampuan manusia.
3. Harus tertentu atau dapat ditentukan, artinya objek kontraknya
harus terang dan jelas.

D. Wansprestasi dan Konsep Ganti Kerugian

Prestasi harus dilaksanakan oleh debitor. Apabila debitor tidak dapat


melak-sanakan prestasi, maka debitor tersebut dikategorikan telah
wansprestasi atau tidak dipenuhinya prestasi.

Suatu debitor dikatakan wansprestasi apabila :

1. Debitor terlambat memenuhi prestasi


2. Debitor keliru memenuhi prestasi
3. Debitor tidak tunai memenuhi prestasi
4. Debitor sama sekali tidak memenuhi prestasi

Terhadap debitor yang wansprestasi, kreditor dapat mengajukan


tuntutan terhadapnya. Bentuk dari tuntutan dapat berupa :

1. Pemenuhan prestasi
2. Pemenuhan prestasi disertai ganti rugi
3. Ganti kerugian
4. Pembatalan kontrak
5. Pembatalan kontrak disertai ganti rugi.

Ganti rugi konsepnya dapat berupa biaya, rugi dan bunga. Biaya
diartikan dengan segala pengeluaran yang telah nyata-nyata
dikeluarkan. Rugi diartikan segala kerugian yang disebabkan karena
musnahnya atau rusaknya barang-barang milik kreditor akibat
kelalaian debitor. Sedangkan bunga di artikan dengan hilangnya segala
keuntungan yang diharapkan atau sudah diperhitungkan. Kerugian
sendiri ada bentuknya yang materiil dan ada yang immaterial.

E. Force Majeure dalam Kontrak Bisnis


Force Majeure dimaknai dengan suatu keadaan sedemikian rupa,
karena keadaan prestasi dalam suatu kontrak terpaksa tidak dapat
dipenuhi sebagaimana mestinya. Terdapat dua jenis force majeure
yang bersifat formatif, yaitu adalah suatu keadaan memaksa yang
menyebabkan debitor tidak dapat melaksanakan prestasinya dengan
pengorbanan-pengorbanan sedemikian rupa, misalnya pencurian, dan
perampokan. Sedangakan force majeure yang absolute biasanya
terlihat dari penyebab dari tidak dipenuhinya prestasi debitor lebih
diakibatkan pada suatu sebab diluar kekuasaan manusia, seperti :
gempa bumi, tanah longsor, badai, petir, dan bencana alam lainnya.

Kerugian akibat force majeure dinamakan resiko. Dalam setiap


kontrak bisnis terdapat resiko bisnis, maka para pihak sudah
seharusnya mencantumkan klousa force majeure. Sehingga apabila
terjadi resiko maka sudah jelas siapa yang bertanggung jawab atas
kejadian tersebut.

F. Sebab-sebab Berakhirnya Kontrak Bisnis

Terdapat 10 sebab berakhirnya kontrak bisnis, yakni :

1. Pembayaran : dimaknai oleh dengan pemenuhan prestasi secara


sukarela oleh debitor.
2. Penawaran pembayaran tunai dengan diikuti penitipan : dimaknai
dengan adanya keinginan memenuhi prestasi oleh debitor yang
tidak ditanggapi oleh pihak kreditor.

3. Pembaharuan utang atau novasi : dimaknai dengan hapusnya


kontrak lama seiring dengan disepakatinya kontrak baru. Menurut
Pasal 1430 KUHPerdata, novasi dibedakan menjadi 3, yakni :
novasi objektif, novasi pasif, novasi subyektif.

4. Perjumpaan utang atau Kompensasi dimaknai dengan suatu


keadaan dimana dua orang atau lebih saling memiliki utang piutang
secara timbal balik.
5. Persatuan utang : maksudnya adalah perbuatan hukum dimana
kreditor dan debitor bersatu.

6. Pembebasan utang dimaknai dengan perbuatan hukum dimana


kreditor melepaskan haknya untuk menagih kepada debitor.

7. Pembatalan kontrak : dimaknai dengan adanya tindakan


wanprestasi dari debitor, terdapat 3 syarat untuk terjadinya
pembatalan kontrak, yakni :
a. Kontrak harus bersifat timbal balik;
b. Harus ada tindakan wanprestasi;
c. Harus dengan keputusan Hakim.

8. Berlakunya syarat batal dan ini terjadi pada kontrak bersyarat


dengan syarat membatalkan (Conditional Agreement)

9. Musnahnya obyek kontrak : maksudnya obyek yang menjadi inti


dari kontrak ternyata tidak ada.

10. Kadaluarsa / Lewat Waktu : suatu upaya untuk memperoleh


sesuatu untuk dibebaskan dari suatu tuntutan dengan lewatnya
waktu tertentu. Ada syarat-syarat yang ditentukan oleh undang-
undang, jangka waktu tersebut biasanya 30 tahun. Lewat waktu ada
2 jenis yakni :
a. Lewat waktu untuk memperoleh hak;
b. Lewat waktu untuk dibebaskan dari suatu tuntutan.

Anda mungkin juga menyukai