Disusun Oleh :
Pembimbing :
dr. Munizar, Sp.OG
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah S.W.T. atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
Plasenta Previa. Shalawat dan salam selalu dilimpahkan kepada Nabi
Muhammad S.A.W. dan keluarganya.
Ucapan terima kasih tidak lupa penulis ucapkan kepada pembimbing penulis
yaitu dr. Munizar, Sp.OG dan para dokter serta perawat di bagian/SMF Ilmu
Obgyn yang telah memberikan arahan serta bimbingan hingga terselesaikannya
laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini masih
banyak terdapat kekurangan. Segala kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat diharapkan untuk penyempurnaan tinjauan pustaka ini. Semoga dapat
bermanfaat baik bagi penulis maupun orang yang membacanya.
Wassalam,
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii
BAB I
PENDAHULUAN.................................................................... .................................. 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA.............. .............................................................................. 3
2.1 Anatomi................................................................................................................. 3
2.2 Definisi......................... ......................................................................................... 5
2.3 Epidemiologi............... .......................................................................................... 6
2.4 Etiologi........... ...................................................................................................... 6
2.5Klasifikasi Plasenta Previa................. .................................................................... 8
2.6 Gejala Klinis................. ........................................................................................ 8
2.7 Diagnostik................. ............................................................................................ 9
2.8 Penatalaksanaan................. ................................................................................... 10
BAB III
LAPORAN KASUS .................................................................................................. 14
3.1 Identitas Pasien ..................................................................................................... 14
3.2 Anamnesis................................................................... .......................................... 14
3.3 Pemeriksaan Fisik................. ................................................................................ 15
3.4 Diagnosis Banding................. ............................................................................... 16
3.5 Diagnosis Kerja................. .................................................................................... 16
3.6 Pemeriksaan Penunjang................. ....................................................................... 16
3.7 Tatalaksana ................. ......................................................................................... 20
3.8 Prognosis ................. ............................................................................................. 20
3.9 Follow Up ................. ........................................................................................... 20
BAB IV
PEMBAHASAN ........................................................................................................ 24
BAB V
KESIMPULAN ......................................................................................................... 27
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Plasenta previa terbagi atas plasenta previa totalis, yaitu apabila seluruh
pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta. Plasenta previa parsialis, terjadi
apabila sebagian pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta. Plasenta previa
marginalis, yaitu apabila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan.
Dan plasenta letak rendah dimana plasenta yang letaknya abnormal pada segmen
bawah uterus tetapi belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir. (jurnal
obstetri)
Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi dan pada
usia di atas 30 tahun. Juga lebih sering terjadi pada kehamilan ganda dari pada
kehamilan tunggal. Kelainan pada uterus dapat meningkatkan angka kejadian
4
plasenta previa. Pada beberapa Rumah Sakit Umum Pemerintah dilaporkan
insidennya berkisar 1,7% sampai 2,9%. Di negara maju insidennya lebih rendah
yaitu kurang dari 1% dapat disebabkan berkurangnya perempuan hamil paritas
tinggi. Dengan meluasnya penggunaan ultrasonografi dalam obstetri yang
memungkinkan deteksi lebih dini, insiden plasenta previa bisa lebih tinggi.
(sarwono). Kejadian plasenta previa terjadi kira-kira 1 dari 200 persalinan,
insiden dapat meningkat diantaranya sekitar 1 dari 20 persalinan pada ibu yang
paritas tinggi.. Dari klasifikasi plasenta previa, frekuensi plasenta previa totalis
sebesar 20-45%, plasenta previa parsialis sekitar 30% dan plasenta previa
marginalis sebesar 25-50%.1,2
Plasenta previa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti faktor usia,
paritas, riwayat kehamilan dan persalinan menjadi faktor pemicu plasenta previa.
Faktor usia berkaitan dengan waktu reproduksi sehat, dikenal bahwa umur aman
untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun. Wanita pada umur
kurang dari 20 tahun mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk mengalami
plasenta previa karena endometrium masih belum matang, dan kejadian plasenta
previa juga sering terjadi pada ibu yang berumur di atas 35 tahun karena tumbuh
endometrium yang kurang subur. Di Amerika Serikat tahun 1997 telah
menunjukkan bahwa ibu dengan riwayat SC minimal satu kali mempunyai risiko
2,6 kali untuk menjadi plasenta previa pada kehamilan berikutnya.3,4
5
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
2.1.1. Pembentukan Plasenta
Pada hari 8-9, perkembangan trofoblas sangat cepat, dari selapis sel
tumbuh menjadi berlapis-lapis. Terbentuk rongga-rongga vakuola yang banyak
pada lapisan sinsitiotrofoblas (selanjutnya disebut sinsitium) yang akhirnya saling
berhubungan. Stadium ini disebut stadium berongga (lacunar stage).
Pertumbuhan sinsitium ke dalam stroma terjadi perusakan endotel kapiler di
sekitarnya, sehingga rongga-rongga sinsitium (sistem lakuna) tersebut dialiri
masuk oleh darah ibu, membentuk sinusoid- sinusoid. Peristiwa ini menjadi awal
terbentuknya sistem sirkulasi uteroplasenta/sistem sirkulasi feto-maternal.9,11
Sementara itu, di antara lapisan dalam sitotrofoblas dengan selapis sel selaput
Heuser, terbentuk sekelompok sel baru yang berasal dari trofoblas dan
membentuk jaringan penyambung yang lembut, yang disebut mesoderm
ekstraembrional. Bagian yang berbatasan dengan sitotrofoblas disebut mesoderm
ekstraembrional somatopleural, kemudian akan menjadi selaput korion (chorionic
plate). Bagian yang berbatasan dengan selaput Heuser dan menutupi bakal yolk
sac disebut mesoderm ekstraembrional splanknopleural. Menjelang akhir minggu
kedua (hari 13-14), seluruh lingkaran blastokista telah terbenam dalam uterus dan
diliputi pertumbuhan trofoblas yang telah dialiri darah ibu. Meski demikian,
hanya sistem trofoblas di daerah dekat embrioblas saja yang berkembang lebih
aktif dibandingkan daerah lainnya.11 Di dalam lapisan mesoderm ekstraembrional
juga terbentuk celah-celah yang makin lama makin besar dan bersatu, sehingga
terjadilah rongga yang memisahkan kandung kuning telur makin jauh dari
sitotrofoblas. Rongga ini disebut rongga selom ekstraembrional
(extraembryonal coelomic space) atau rongga korion (chorionic space).11,12 Di
sisi embrioblas (kutub embrional), tampak sel-sel kuboid lapisan sitotrofoblas
mengadakan invasi ke arah lapisan sinsitium, membentuk sekelompok sel yang
dikelilingi sinsitium disebut jonjot-jonjot primer (primary stem villi). Jonjot
ini memanjang sampai bertemu dengan aliran darah ibu. Pada awal minggu
ketiga, mesoderm ekstraembrional somatopleural yang terdapat di bawah jonjot-
8
jonjot primer (bagian dari selaput korion di daerah kutub embrional, ikut
menginvasi ke dalam jonjot sehingga membentuk jonjot sekunder (secondary stem
villi) yang terdiri dari inti mesoderm dilapisi selapis sel sitotrofoblas dan
sinsitiotrofoblas.13 Menjelang akhir minggu ketiga, dengan karakteristik
angiogenik yang dimilikinya, mesoderm dalam jonjot tersebut berdiferensiasi
menjadi sel darah dan pembuluh kapiler, sehingga jonjot yang tadinya hanya
selular kemudian menjadi suatu jaringan vaskular (disebut jonjot tersier / tertiary
stem villi) (selanjutnya lihat bagian selaput janin). Selom ekstraembrional /
rongga korion makin lama makin luas, sehingga jaringan embrional makin
terpisah dari sitotrofoblas / selaput korion, hanya dihubungkan oleh sedikit
jaringan mesoderm yang kemudian menjadi tangkai penghubung (connecting
stalk). Mesoderm connecting stalk yang juga memiliki kemampuan angiogenik,
kemudian akan berkembang menjadi pembuluh darah dan connecting stalk
tersebut akan menjadi tali pusat.2,14
Setelah infiltrasi pembuluh darah trofoblas ke dalam sirkulasi uterus, seiring
dengan perkembangan trofoblas menjadi plasenta dewasa, terbentuklah
komponen sirkulasi utero-plasenta. Melalui pembuluh darah tali pusat, sirkulasi
utero-plasenta dihubungkan dengan sirkulasi janin. Meskipun demikian, darah
ibu dan darah janin tetap tidak bercampur menjadi satu (disebut sistem
hemochorial), tetap terpisah oleh dinding pembuluh darah janin dan lapisan
korion. Dengan demikian, komponen sirkulasi dari ibu (maternal) berhubungan
dengan komponen sirkulasi dari janin (fetal) melalui plasenta dan tali pusat.9,14
Pertumbuhan plasenta makin lama makin besar dan luas, umumnya mencapai
pembentukan lengkap pada usia kehamilan sekitar 16 minggu. Plasenta dewasa
atau lengkap yang normal :
1. Bentuk bundar/oval
2. Diameter 15-25 cm, tebal 3-5 cm.
3. Berat rata-rata 500-600 gr
4. Sirkulasi darah ibu di plasenta sekitar 300 cc/menit (20 minggu)
meningkat.9,15
9
bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir yang
ditandai dengan perdarahan uterus yang dapat keluar melalui vagina tanpa adanya
rasa nyeri pada kehamilan trimester terakhir, khususnya pada bulan kedelapan.1,16
2. 3 Epidemiologi
Kejadian plasenta previa terjadi kira-kira 1 dari 200 persalinan, insiden
dapat meningkat diantaranya sekitar 1 dari 20 persalinan pada ibu yang paritas
tinggi. plasenta previa lebih banyak terjadi pada kehamilan dengan paritas tinggi,
dan sering terjadi pada usia di atas 30 tahun. Uterus yang cacat juga dapat
meningkatkan angka kejadian plasenta previa. Pada beberapa Rumah Sakit
Umum Pemerintah dilaporkan angka kejadian plasenta previa berkisar 1,7 %
sampai dengan 2,9 %. Sedangkan di negara maju angka kejadiannya lebih
rendah yaitu kurang dari 1 % yang mungkin disebabkan oleh berkurangnya
wanita yang hamil dengan paritas tinggi. Dari klasifikasi plasenta previa,
frekuensi plasenta previa totalis sebesar 20-45%, plasenta previa parsialis
sekitar 30% dan plasenta previa marginalis sebesar 25-50%.3,16
2.4 Klasifikasi
Klasifikasi plasenta previa menurut De Snoo dalam Mochtar, berdasarkan
pembukaan 4-5 cm dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Plasenta previa sentralis (totalis), bila pada pembukaan 4-5 cm teraba
plasenta menutupi seluruh ostium.
2. Plasenta previa lateralis, bila pada pembukaan 4-5 cm sebagian
pembukaan ditutupi oleh plasenta, dapat dibagi menjadi:
a. Plasenta previa lateralis posterior, bila sebagian menutupi ostium
bagian belakang.
b. Plasenta previa lateralis anterior, bila sebagian menutupi ostium bagian
depan.
c. Plasenta previa lateralis marginalis, bila sebagian kecil atau hanya
pinggir ostium yang ditutupi plasenta.13
10
tidak sampai ke pinggir pembukaan.
2. Tingkat 2 = Marginal plasenta previa. Plasenta mencapai pinggir pembukaan
3. Tingkat 3 = Complete plasenta previa
Plasenta menutupi ostium waktu tertutup, dan tidak menutupi bila
pembukaan hampir lengkap.
4. Tingkat 4 = Central plasenta previa
Plasenta menutupi seluruhnya pada pembukaan hampir lengkap.
11
Gambar 2.3 Plasenta previa parsialis Gambar 2.4 Plasenta previa
totalis
2.5 Patofisiologi
Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa umumnya
terjadi pada triwulan ketiga karena saat itu segmen bawah uterus lebih mengalami
perubahan berkaitan dengan semakin tuanya kehamilan, segmen bawah uterus
akan semakin melebar, dan serviks mulai membuka. Perdarahan ini terjadi apabila
plasenta terletak diatas ostium uteri interna atau di bagian bawah segmen rahim.
Pembentukan segmen bawah rahim dan pembukaan ostium interna akan
menyebabkan robekan plasenta pada tempat perlekatannya. Darah yang
berwarna merah segar, sumber perdarahan dari plasenta previa ini ialah sinus
uterus yang robek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus, atau karena
robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahannnya tak dapat dihindarkan
karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi
menghentikan perdarahan tersebut, tidak sama dengan serabut otot uterus
menghentikan perdarahan pada kala III pada plasenta yang letaknya normal.
Semakin rendah letak plasenta, maka semakin dini perdarahan yang terjadi.
Oleh karena itu, perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini
daripada plasenta letak rendah yang mungkin baru berdarah setelah
persalinan mulai.5,16
12
2.6 Faktor Resiko
Penyebab plasenta previa belum diketahui secara pasti, namun ada
beberapa faktor yang meningkatkan kemungkinan terjadinya plasenta previa,
antara lain :
1. Umur
2. Banyaknya jumlah kehamilan dan persalinan (paritas)
3. Hipoplasia endometrium
4. Korpus luteum bereaksi lambat
5. Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium
6. Endometrium cacat, seksio cesarea, kuretase, dan manual plasenta
7. Kehamilan kembar
8. Riwayat plasenta previa sebelumnya
13
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari
ostium uteri eksternum atau dari kelainan cervix dan vagina. Apabila
perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum, adanya plasenta harus
dicurigai.17
3. Penentuan letak plasenta tidak langsung
Dapat dilakukan dengan radiografi, radioisotop dan ultrasonografi.
Akan tetapi pada pemerikasaan radiografi dan radiosotop, ibu dan janin
dihadapkan pada bahaya radiasi sehingga cara ini ditinggalkan. Sedangkan
USG tidak menimbulkan bahaya radiasi dan rasa nyeri dan cara ini dianggap
sangat tepat untuk menentukan letak plasenta.15
4. Penentuan letak plasenta secara langsung
Pemeriksaan ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan perdarahan
banyak. Pemeriksaan harus dilakukan di meja operasi. Perabaan
forniks, mulai dari forniks posterior, apa ada teraba tahanan lunak (bantalan)
antara bagian terdepan janin dan jari kita. Pemeriksaan melalui kanalis
servikalis. Jari di masukkan hati-hati kedalam OUI untuk meraba adanya
jaringan plasenta.17
14
Belum ada tanda-tanda persalinan
Keadaan umum baik, kadar Hb 8 gr% atau lebih.
Rencana Penanganan :
1. Istirahat baring mutlak.
2. Infus D 5% dan elektrolit
3. Spasmolitik. tokolitik, plasentotrofik, roboransia.
4. Periksa Hb, HCT, COT, golongan darah.
5. Pemeriksaan USG.
6. Awasi perdarahan terus-menerus, tekanan darah, nadi dan denyut
jantung janin.
7. Apabila ada tanda-tanda plasenta previa tergantung keadaan pasien
ditunggu sampai kehamilan 37 minggu selanjutnya penanganan secara
aktif.12
2.8.2 Penanganan aktif, dengan syarat :
umur kehamilan >/ = 37 minggu, BB janin >/ = 2500 gram.
Perdarahan banyak 500 cc atau lebih.
Ada tanda-tanda persalinan.
Keadaan umum pasien tidak baik ibu anemis Hb < 8 gr%.
15
2.8.3 Persalinan pervaginam
Persalinan pervaginam bertujuan agar bagian terbawah janin
menekan plasenta sehingga perdarahan berkurang atau berhenti.
Persalinan pervaginam dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu :
a. Amniotomi (pemecahan selaput ketuban)
Pemecahan selaput ketuban adalah cara yang terpilih untuk
melancarkan persalinan pervaginam, ka rena bagian terbawah janin
akan menekan plasenta yang berdarah, persalinan berlangsung lebih
cepat, dan bagian plasenta yang berdarah dapat bebas mengikuti
cincin gerakan dan regangan segmen bawah rahim. Amniotomi
dilakukan dengan indikasi :
1. Plasenta previa lateralis atau marginalis atau letak rendah, bila
telah ada pembukaan.
2. Pada primigravida dengan plasenta previa lateralis atau
marginalis dengan pembukaan 4 cm atau lebih.
3. Plasenta previa lateralis/marginalis dengan janin yang sudah
meninggal.6,17
Tindakan yang dapat dilakukan bidan pada kasus plasenta previa
adalah dengan cara :
a. Pasang infus dengan cairan pengganti (chloret, laktat ringer, glukosa
ringer)
b. Jangan melakukan pemeriksaan dalam karena akan berakibat
perdarahan bertambah banyak.
c. Segera melakukan tindakan rujukan ke rumah sakit dengan
fasilitas yang cukup untuk tindakan operasi dan sebagainya.
Pada kasus prematurus, setelah pemeriksaan dilakukan pemecahan
ketuban untuk menghentikan perdarahan. Tekanan bagian terendah janin akan
menekan plasenta previa sehingga perdarahan berhenti.14
16
perlukaan serviks dan segmen-segmen uterus apabila dilakukan persalinan
pervaginam.
Seksio cesarea dilakukan dengan indikasi :
a. Semua plasenta previa sentralis, janin hidup atau meninggal
b. Semua plasenta previa lateralis posterior, karena perdarahan yang
sulit dikontrol dengan cara-cara yang ada.
c. Semua plasenta previa dengan perdarahan yang banyak dan tidak
berhenti dengan tindakan-tindakan yang ada.
d. Plasenta previa dengan panggul sempit, letak lintang.6,13
2.10 Prognosis
Prognosis ibu pada plasenta previa dewasa ini lebih baik jika dibandingkan
dengan masa lalu. Hal ini dikarenakan diagnosa yang lebih dini,
ketersediaan transfusi darah, dan infus cairan yang telah ada hampir semua rumah
sakit. Demikian juga dengan kesakitan dan kematian anak mengalami penurunan,
namun masih belum terlepas dari komplikasi kelahiran prematur baik yang lahir
spontan maupun karena intervensi seksio cesarea. Karenanya kelahiran prematur
belum sepenuhnya bisa dihindari sekalipun tindakan konservatif diberlakukan.16
17
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1. Identitas Pasien
Nama : Ny. SW
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 34 Tahun
Tempat/ Tanggal Lahir : 08 Juli 1982
Alamat : Montasik, Aceh Besar
Pekerjaan : Tenaga Honorer
Agama : Islam
Perkawinan : Kawin
No. CM : 1-12-84-01
Tanggal masuk dirawat : 07 Mei 2017
Tanggal Pemeriksaan : 11 Mei 2017
3.2. Anamnesis
Keluhan Utama
Perdarahan dari jalan lahir
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengaku hamil 7 bulan dengan G4P0A3. HPHT tanggal 12 Oktober
2016 dan TTP tanggal 19 juli 2017, sesuai usia kehamilan 29-30 minggu. Pasien
ANC teratur selama ini dengan dokter spesialis Obgyn sebanyak 5 kali dan di
bidan sebanyak 3x. Pemeriksaan USG terakhir dikatakan janin dalam keadaan
baik dan plasenta letak di bawah menutupi jalan lahir. Pasien dengan keluhan
keluar darah dari jalan lahir disertai lender. Riwayat keputihan ada namun tidak
gatal dan tidak berbau. Saat keluar darah pasien tidak merasa nyeri. Mulas-mulas
dirasakan sesekali.
18
Riwayat Penggunaan Obat
Pasien sebelumnya pernah mengkonsumsi obat dari dokter yaitu, vomil.
Riwayat Menarche
Menarche usia 13 tahun, Lama Haid: 6-7 hari. Siklus Haid: teratur,
GP:3x/hari, Dismenore (-)
Riwayat Pernikahan
Menikah 2 kali, pada tahun 2007 usia 27 dan 2016 usia 33 tahun
Riwayat Persalinan
1. Abortus spontan, 2 bulan tahun 2008
2. Abortus spontan 1 bulan tahun 2008
3. Abortus spontan 1 bulan tahun 2009
4. Hamil saat ini
Riwayat Pemakaian KB
Tidak ada
19
Abdomen
Inspeksi : Soepel (+)
Perkusi : Timpani (+)
Auskultasi : Peristaltik (+)
Ekstremitas : Tidak ada edema
20
Basofil 0 0-2 Normal
CT 2 1-7 Normal
BT 7 5-15 Normal
21
Kesan: Janin tunggal presentasi kepala
DJJ (+)
BPD: 71,5 cm
HC: 267,3cm
AC: 241,6cm
FL: 50,9cm
EFW : 1279 gr
Plasenta menutupi OUI
3.7 Tatalaksana
Medikamentosa
- Injeksi Dexamethason 6 mg/12 jam selama 2 hari
- Adalat oros tablet 1x30 mg
- Kaltopren supp 3x1
3.8 Prognosis
Quo ad vitam : Dubia Ad Bonam
Quo ad functionam : Dubia Ad Bonam
Quo ad Sanactionam : Dubia Ad Bonam
22
3.9 Follow Up
Tanggal 8/5/2017
06.00
S/ Mules-mules tidak dirasakan lagi, keluar darah tidak ada, gerakan janin
aktif.
O/ KU: baik TD : 110/70, N : 84x/I, RR :20x/I, T: 36,6C
Status generalisata :
Mata : konjungtiva anemis ada, ikterik tidak ada
T/H/M : dalam batas normal
Leher : tidak ada pembesaran KGB
Thoraks
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris
Palpasi : Stem fremitus kanan = Stem fremitus kiri
Perkusi : Sonor/Sonor
Auskultasi : Suara Pernapasan : vesikuler di seluruh lapangan paru.
Suara tambahan : Tidak dijumpai
Cor : BJ I >BJ II, reguler, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : Soepel (+)
Perkusi : Timpani (+)
Auskultasi : Peristaltik (+)
Ekstremitas : Tidak ada edema
Status Obsetrikus :
DJJ : 142x/menit
His : tidak ada
I : V/U tenang, perdarahan(-)
A/ G4POA3 hamil 29-30 minggu, JTHIU, HAP ec PPT riwayat obstetri buruk
P/ - Hemodinamik stabil : Observasi keadaan umum(tanda-tanda vital, HIS,
DJJ) observasi tanda-tanda perdarahan
- tokolitik (nifedipin 10 mg/15 menit) titrasi sebagai maintenence
dengan adalat oros 1x30 mg
- pematangan paru (injeksi dexametason 6 mg/12jam).
23
- Edukasi : bedrest total, cek APS, ACA, ANA, leukosit antigen, dan uji
konfirmasi
Tanggal 9/5/2017
06.00
S/ Mules-mules tidak dirasakan lagi, keluar darah tidak ada, gerakan janin
aktif.
O/ KU: baik TD : 100/60, N : 80x/I, RR :16x/I, T: 36,2C
Status generalisata :
Mata : konjungtiva anemis ada, ikterik tidak ada
T/H/M : dalam batas normal
Leher : tidak ada pembesaran KGB
Thoraks
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris
Palpasi : Stem fremitus kanan = Stem fremitus kiri
Perkusi : Sonor/Sonor
Auskultasi : Suara Pernapasan : vesikuler di seluruh lapangan paru.
Suara tambahan : Tidak dijumpai
Cor : BJ I >BJ II, reguler, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : Soepel (+)
Perkusi : Timpani (+)
Auskultasi : Peristaltik (+)
Ekstremitas : Tidak ada edema
Status Obsetrikus :
DJJ : 146x/menit
His : tidak ada
TFU : 24 cm
TBJ : 1705 gr
I : V/U tenang, perdarahan(-)
24
A/ G4POA3 hamil 29-30 minggu, JTHIU, HAP ec PPT, riwayat ST 1, bebas
kontraksi 6 jam, riwayat obstetri buruk
P/ - Hemodinamik stabil : Observasi keadaan umum(tanda-tanda vital, HIS,
DJJ) observasi tanda-tanda perdarahan
- Cegah kontraksi ( adalat oros 1x30 mg, kaltopren supp 3x1)
- pematangan paru (injeksi dexametason 6 mg/12jam).
- Edukasi : bedrest total, diet TKTP
25
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada laporan kasus berikut diajukan suatu kasus seorang wanita berusia
28 tahun hamil 30-31 minggu dengan diagnosa plasenta previa totalis. Diagnosa
ditegakkan berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik-ginekologik, serta
pemeriksaan penunjang berupa USG. Dari hasil anamnesis didapatkan adanya
keluhan perdarahan dari jalan lahir yang berwarna merah segar dalam jumlah
banyak. Ada beberapa kemungkinan diagnosis untuk pasien hamil dengan
perdarahan dari jalan lahir sebelum persalinan dengan usia kehamilan di atas 22
minggu antara lain yaitu plasenta previa, vasa previa dan solutio plasenta.
Pada kasus ini Ny.RM mengeluhkan perdarahan dari jalan lahir yang di
rasakan sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit yang tidak disertai dengan rasa
nyeri. Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa umumnya
terjadi pada trimester ketiga karena saat itu segmen bawah uterus lebih mengalami
perubahan berkaitan dengan semakin tuanya kehamilan, segmen bawah uterus
akan semakin melebar, dan serviks mulai membuka. Perdarahan ini terjadi apabila
plasenta terletak diatas ostium uteri interna atau di bagian bawah segmen rahim.
Pembentukan segmen bawah rahim dan pembukaan ostium interna akan
menyebabkan robekan plasenta pada tempat perlekatannya. Darah yang
berwarna merah segar, sumber perdarahan dari plasenta previa ini ialah sinus
uterus yang robek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus, atau karena
robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahannya tak dapat dihindarkan
karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi
menghentikan perdarahan tersebut, tidak sama dengan serabut otot uterus
menghentikan perdarahan pada kala III pada plasenta yang letaknya normal.
Semakin rendah letak plasenta, maka semakin dini perdarahan yang
terjadi.5,16
26
demi sedikit atau dalam jumlah banyak dengan waktu yang singkat, dapat
menimbulkan anemia sampai syok.
27
meninggal; semua plasenta previa lateralis posterior, karena perdarahan
yang sulit dikontrol dengan cara-cara yang ada; semua plasenta previa dengan
perdarahan yang banyak dan tidak berhenti dengan tindakan-tindakan yang ada;
dan plasenta previa dengan panggul sempit, letak lintang.6,13
Salah satu komplikasi dari plasenta previa adalah IUGR/Intrauterine
Growth Restriction adalah janin yang berat badannya sama atau kurang dari 10
persentil yang tidak dapat mencapai pertumbuhan yang optimal karena terhambat
oleh faktor maternal, fetal atau plasenta. IUGR merupakan suatu keadaan janin
tidak mampu berkembang sesuai dengan ukuran normal akibat adanya gangguan
nutrisi dan oksigenase, atau dengan kata lain suatu keadaan yang dialami bayi
dengan berat badan lahir dibawah batasan tertentu dari umur kehamilannya.
Potensi tumbuh janin ditentukan oleh faktor gen, tapi pemenuhan potensi tersebut
tergantung pada faktor ibu dan lingkungannya. Pertumbuhan pada awal kehamilan
(fase embrio dan organogenesis) adalah proliferasi sel (hyperplastic), pada
kehamilan lanjut (sejak 32 minggu) pertumbuhan sel (hipertrofi), dan pada masa
intermediate adalah proses hiperplasi dan hipertrofi. Klasifikasi IUGR adalah: 1)
simetris dan 2) asimetris, tergantung kapan faktor penghambat pertumbuhan
tersebut terjadi. Jika faktor yang menghambat pertumbuhan terjadi pada awal
kehamilan (biasanya kelainan kromosom dan infeksi) akan menyebabkan IUGR
yang simetris. Jumlah sel berkurang dan secara permanen akan menghambat
pertumbuhan janin dan prognosisnya jelek. Penampilan klinisnya proporsinya
tampak normal karena berat dan panjangnya sama-sama terganggu sehingga
Ponderal Indeksnya normal. Jika faktor yang menghambat pertumbuhan terjadi
pada saat kehamilan lanjut saat hipertrofi akan menyebabkan berkurangnya
ukuran sel, menyebabkan IUGR yang asimetris yang prognosisnya lebih baik.
Lingkaran perutnya kecil, skeletal dan kepala normal, Ponderal Indeksnya
abnormal.18,19
28
BAB V
KESIMPULAN
29
DAFTAR PUSTAKA
8. Maconochie,C.etal.Riskfactorsforfirsttrimestermiscarriage-results from a
UK-population-based case-control study. BJOG 2007;114:170186.
30
14. Hsu T. Abnormal invasive placentationplacentaPreviaincreta and
percreta. Elsevier 2009;48:1-2
18. Harper, T, Lam, G: Fetal Growth Restriction. Last Update August 2004.
File//E/eMedicine.Fetal Growth Restiction. Article by Terry Harper,MD.
19. Hasibuan, Dessy S. Volume dan Sekresi Ginjal pada Pertumbuhan Janin
Terhambat dan Normal dengan Pemeriksaan Ultrasonografi. Departemen
Obstetridan Ginekologi FK USU. Medan . 2009
31