Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KEGIATAN HARIAN

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


DI PT ADI SATRIA ABADI
DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinik


Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh:
FERRY HENDRA SURYA 07711224
SINGGIH PRIYAMBODO 12711013
A.M. FARID SANTOSO 12711064
MAYANGDITA HAPSARI 12711099
YULIANA TRI RATNAWATI 12711109
WULAN NURSARI 12711113
WISKA HABIBUROHMAN EFENDI 12711142

Dosen Pembimbing Fakultas


dr. P. Lutfi Ghazalie, M.Kes.

Dosen Pembimbing Lapangan


dr. Leli Puspitowati, MM.

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2017
LATAR BELAKANG

PT. Adi Satria Abadi adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan
sarung tangan baik berupa sarung tangan golf, dress, maupun horse. Masing-masing jenis
sarung tangan tersebut memiliki perbedaan yang utama yakni pada fungsi sarung tangan. Sarung
tangan golf memiliki fungsi untuk olahraga golf, sarung tangan horse berfungsi untuk olahraga
pacuan kuda, dan sarung tangan dress berfungsi untuk sarung tangan yang berfokus untuk mode
dan gaya. Masing-masing sarung tangan tersebut memiliki beberapa jenis yang berbeda-beda.
Salah satu contoh yakni pada sarung tangan golf merk Callaway.
Akhir-akhir ini, PT. Adi Satria Abadi hanya memproduksi jenis sarung tangan golf. Hal
ini disebabkan dari beberapa konsumen yang ada hanya memesan sarung tangan jenis golf saja.
Konsumen yang melakukan pemesanan berasal dari negara Jepang, Thailand, Korea, Malaysia,
dan USA. Jumlah dan cara pemesanan dari jenis produk sarung tangan golf berbeda-beda sesuai
dengan kebutuhan dari konsumen.
Dalam konsep manajemen modern, setiap pimpinan industri atau perusahaan senantiasa
berupaya untuk mengurangi kerugian yang dapat timbul dalam menjalankan kegiatan usahanya,
serta meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil produksinya.
Produksi merupakan aktivitas untuk memaksimalkan nilai masukan (input) menjadi
nilai keluaran (output) untuk menghasilkan suatu barang atau jasa yang lebih berguna.
Sedangkan proses adalah suatu prosedur yang terorganisasi untuk menyelesaikan aktivitas
produksi. Dalam melakukan kegiatan produksi ada beberapa faktor yang harus dikelola agar
output yang dihasilkan sesuai dengan permintaan konsumen. Faktor faktor produksi antara
lain material atau bahan, mesin, dan tenaga kerja.
PT. Adi Satria Abadi memakai sistem produksi make to order, yang mana PT. Adi Satria
Abadi dapat memproduksi sarung tangan jika telah terjadi kontrak dengan konsumen. Tentunya
konsumen dalam hal ini akan melakukan survey terlebih dahulu terkait kapasitas perusahaan
dan K3 dari perusahaan tersebut. Apabila jumlah dan spesifikasi barang yang diperlukan sudah
disepakati, maka PT. Adi Satria Abadi segera memproduksinya.

2
PENJELASAN KASUS

PT. Adi Satria Abadi merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi
sarung tangan golf. Perusahaan ini berada di Jalan Laksda Adisucipto, Kecamatan Depok,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Perusahaan ini berdiri sebagai perusahaan
divisi dengan hasil produksi berupa kulit jadi sebagai bahan baku sarung tangan pada tahun
1994, kemudian pada tahun 1997 perusahaan tersebut berkembang menjadi perusahaan yang
memproduksi sarung tangan secara aktif dengan jumlah karyawan sebanyak 240 orang yang
terdiri atas 70% karyawan perempuan dan 30% karyawan laki-laki. Jam kerja perusahaan ini
adalah hari senin sampai jumat, dimulai dari pukul 08.00 WIB sampai 17.30 WIB dengan waktu
istirahat selama 30 menit. Perusahaan ini memiliki 15 bagian ruangan yang terdiri atas :
1. Gudang Kulit
2. Gudang Material
3. Bagian Cutting
4. Bagian Pengeleman
5. Bagian Penjahitan
6. Bagian Seleksi
7. Bagian Setrika (Iron)
8. Bagian Final
9. Bagian Finishing dan Packing
10. Ruang Makan
11. Ruang Menyusui
12. Mushola
13. Toilet
14. Klinik Kesehatan
15. Ruang Merokok Terbuka
Gaji yang diberikan kepada karyawan sesuai dengan UMR Kabupaten Sleman dan
semua karyawan beserta keluarga karyawan akan mendapatkan jaminan BPJS dari perusahaan,
jaminan hari tua, dan jaminan kecelakaan. Perusahaan juga memberikan bonus berupa
tambahan gaji kepada karyawan yang memiliki tingkat kedisiplinan yang tinggi.

3
Dari hasil observasi, kami menemukan beberapa permasalahan. Pertama, tingkat
kesadaran pada karyawan yang masih rendah dalam penggunaan alat pelindung diri (APD) saat
bekerja. Kedua, dokter perusahaan dan paramedis seringkali datang tidak tepat waktu, padahal
seharusnya dokter perusahaan harus selalu stand by di klinik kesehatan perusahaan. Ketiga,
jumlah toilet yang disediakan oleh perusahaan jumlahnya masih minimal dan tidak sebanding
dengan jumlah karyawan perusahaan.
Berdasarkan prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang ada di International
Labour Organization (ILO) tahun 2013, seharusnya terdapat minimal 6 toilet untuk setiap 100
karyawan. Toilet pada perusahaan harus diperhatikan karena dapat menjadi risiko penyebaran
penyakit menular.

4
PEMBAHASAN

Menurut International Labour Organization (2013), terdapat laporan bahwa setiap


tahun lebih dari 250 juta kecelakaan terjadi di tempat kerja, lebih dari 160 juta pekerja menjadi
sakit karena di tempat kerja, dan 1,2 juta pekerja meninggal akibat kecelakaan dan sakit di
tempat kerja.
Diperkirakan kerugian tahunan akibat kecelakaan kerja dan penyakit yang berhubungan
dengan pekerjaan dapat mencapai 4% dari produk nasional bruto (PNB). Biaya langsung dan
tidak langsung dari dampak yang ditimbulkan contohnya adalah biaya medis, kehilangan hari
kerja, mengurangi produksi, rendahnya moral staf, dan biaya waktu maupun uang dari pelatihan
ulang pekerja (ILO, 2013).
Dulu, kecelakaan kerja seringkali terjadi, tetapi saat ini sudah terdapat berbagai standar
hukum, baik nasional maupun internasional tentang keselamatan dan kesehatan kerja yang harus
dipenuhi. Selain itu, tindakan efektif pada keselamatan dan kesehatan kerja membuat pekerja
dan pengusahan harus bersama-sama berkomitmen. Mereka harus menghormati prinsip
keselamatan dan kesehatan kerja, mengikuti dan mengevaluasi kebijakan yang ditetapkan.
Tingkat komitmen yang tinggi dapat dicapai jika pekerja, supervisor, dan manager bekerjasama
untuk menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di PT Adi Satria Abadi, ditemukan tiga
permasalahan terkait keselamatan dan kesehatan kerja yaitu meliputi :
1. Tingkat kesadaran karyawan yang masih rendah dalam penggunaan alat pelindung diri
(APD) saat bekerja.
2. Kedisiplinan dokter perusahaan dan paramedis yang tidak sesuai dengan jam kerja dokter
di klinik kesehatan perusahaan.
3. Jumlah kebutuhan toilet yang tidak sesuai dengan jumlah karyawan perusahaan.
Dalam sebuah perusahaan, Alat Pelindung Diri (APD) sangat berperan penting sebagai
perlindungan dan pencegahan terhadap kejadian kecelakaan kerja. Hampir separuh dari
karyawan perusahaan jarang menggunakan APD, seperti pemakaian masker dan penggunaan

5
needle gut. Perusahaan telah menyediakan APD yang cukup untuk para pekerja, namun masalah
yang dihadapi oleh pihak manajemen adalah rendahnya tingkat kesadaran para pekerja untuk
menggunakan APD secara benar. Seringkali pekerja secara diam-diam tidak mematuhi aturan
penggunaan APD. Ditemukan beberapa alasan rendahnya kesadaran pekerja akan penggunaan
APD. Pertama, ketidaknyamanan pekerja dalam menggunakan APD selama bekerja. Kedua,
merasa pekerjaan tersebut tidak memiliki dampak yang berbahaya sehingga tidak diperlukan
pemakaian APD. Ketiga, APD mengganggu kelancaran dan kecepatan pekerjaan.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 menyatakan bahwa :
Pengurus atau pimpinan tempat kerja berkewajiban menyediakan alat pelindung diri untuk
para pekerja dan para pekerja berkewajiban memakai APD atau PPE dengan tepat dan benar.
Tujuan dari penerapan undang-undang ini adalah untuk melindungi kesehatan pekerja tersebut
dari risiko bahaya di tempat kerja. Oleh karena itu, diperlukan pengawasan yang lebih baik dari
pihak manajemen dan kesadaran yang lebih dari pekerja terhadap penggunaan APD, mengingat
fungsi APD yang penting untuk keselamatan para pekerja.
Profesi kedokteran memiliki tugas utama memberikan pelayanan untuk memenuhi
kebutuhan kesehatan manusia. Dalam menjalankan tugas keprofesionalan sebagai dokter, selain
terikat norma etika dan norma hukum, profesi ini juga terkait oleh norma disiplin kedokteran
yang bila ditegakkan akan meningkatkan mutu pelayanan. Sesuai Undang-Undang Nomor 29
Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 55 Ayat 1 : Aturan-aturan dan ketetapan
penerapan keilmuan dalam pelaksanaan pelayanan harus diikuti oleh dokter dan dokter gigi.
Pelanggaran disiplin praktik kedokteran dapat dikelompokkan dalam 3 hal, yaitu melaksanakan
praktik dengan tidak kompeten, tugas dan tanggungjawab professional tidak dilaksanakan
dengan baik, dan berperilaku tercela yang merusak martabat dan kehormatan profesi. Dalam
kasus ini sikap dokter yang tidak stand by setiap saat di klinik kesehatan perusahaan merupakan
salah satu bentuk sikap dokter yang kurang bertanggungjawab terhadap profesinya sebagai
dokter perusahaan. Dokter perusahaan seharusnya selalu berada di klinik kesehatan perusahaan
hingga jam kerja karyawan berakhir.
Kebersihan juga merupakan hal yang penting untuk menunjang kenyamanan karyawan
dalam melakukan aktifitasnya. Karyawan membutuhkan fasilitas untuk buang air yang cukup
dan memadai. Menurut ILO tahun 2013, toilet sangat penting untuk disediakan di tempat kerja
karena akses untuk pergi ke toilet adalah kebutuhan dasar bagi setiap orang. Dalam sebuah
perusahaan atau tempat kerja dengan jumlah staf yang cukup besar harus memiliki beberapa

6
toilet dan lokasinya harus terpisah antara pekerja laki-laki dan perempuan. Lokasi toilet juga
harus ditempat yang mudah dijangkau untuk menghindari perjalanan yang jauh dan tidak
menunggu lama untuk mengantri. Toilet juga terpisah dengan tempat kerja. Adapun jumlah
toilet adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Jumlah toilet untuk karyawan


Jumlah Pekerja Jumlah Kakus/Toilet
1-15 orang 1 kakus
15-30 orang 2 kakus
31-45 orang 3 kakus
46-60 orang 4 kakus
61-80 orang 5 kakus
Selanjutnya untuk tiap 100 orang 6 kakus
Sumber : ILO Tahun 2013

Toilet merupakan salah satu tempat yang dapat menyebabkan meningkatnya risiko
penularan penyakit menular sehingga untuk meminimalisir risiko tersebut dibutuhkan toilet
yang memiliki ventilasi yang cukup dan pencahayaannya harus terang. Toilet juga harus berada
jauh dari tempat makanan dan area kerja dan harus dibersihkan secara teratur. Harus tersedia
sabun cuci tangan di dalam toliet. Menurut ILO tahun 2003, kriteria toilet yang bersih yaitu
harus memenuhi syarta sebagai berikut :
Tidak berbau dan tidak ada kotoran yg terlihat
Tidak ada lalat, nyamuk atau serangga yg lain
Harus selalu tersedia air bersih yang cukup
Harus dapat dibersihkan dengan mudah dan paling sedikit dibersihkan 2 3 kali sehari

7
SIMPULAN DAN SARAN

1. Simpulan
Dalam sebuah perusahaan, Alat Pelindung Diri (APD) sangat berperan penting sebagai
perlindungan dan pencegahan terhadap kejadian kecelakaan kerja. Akan tetapi di PT.
Adi Satria Abadi hampir separuh dari karyawan perusahaan jarang menggunakan
APD. Dengan alasan, pertama ketidaknyamanan pekerja dalam menggunakan APD
selama bekerja. Kedua, merasa pekerjaan tersebut tidak memiliki dampak yang
berbahaya sehingga tidak diperlukan pemakaian APD. Ketiga, APD mengganggu
kelancaran dan kecepatan pekerjaan.
Pada PT. Adi Satria Abadi, sikap dokter yang tidak stand by setiap saat di klinik
kesehatan perusahaan merupakan salah satu bentuk sikap dokter yang kurang
bertanggungjawab terhadap profesinya sebagai dokter perusahaan. Dokter perusahaan
seharusnya selalu berada di klinik kesehatan perusahaan hingga jam kerja karyawan
berakhir.
Untuk jumlah toilet yang disediakan oleh PT. Adi Satria Abadi jumlahnya masih
minimal dan tidak sebanding dengan jumlah karyawan perusahaan. Berdasarkan
prosedur International Labour Organization (ILO) tahun 2013, seharusnya terdapat
minimal 6 toilet untuk setiap 100 karyawan.

2. Saran
Untuk PT. Adi Satria Abadi
1. Pihak perusahaan lebih memperhatikan karyawan dalam melaksanakan peraturan
K3 yang ada di perusahaan.
2. Pihak perusahaan harus membuat peraturan yang tegas agar dokter perusahaan
lebih bertanggung jawab dan disiplin.
3. Perusahaan harus memenuhi semua peraturan K3 yang dibuat seperti pemenuhan
toilet yang harus disesuaikan dengan jumlah karyawan.
Untuk Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans)
1. Melakukan penyuluhan lebih lanjut kepada pihak perusahaan terutama kepada
karyawan mengenai pelaksanaan K3.

8
2. Melakukan evaluasi kepada perusahaan mengenai fasilitas toilet yang cukup dan
memadai.

9
DAFTAR PUSTAKA

Djatmiko Riswan Dwi, 2016. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Deepublish, Yogyakarta.
International Labour Organization, 2013. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sarana untuk
Produktivitas. ILO, Jakarta. http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-
bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_237650.pdfyang diunduh pada
tanggal 19 Agustus 2016.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 1998. Keputusan Menteri Kesehatan
No.261/MENKES/SK/II/1998 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja.Jakarta
: Departemen Kesehatan. http://hukum.unsrat.ac.id/men/menkes_261_1998.pdf yang
diunduh pada tanggal 21 Agustus 2016.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2002. Keputusan Menteri Kesehatan
No.1405/MENKES/SK/XI/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran dan Industri.Jakarta : Departemen Kesehatan. http://betterwork.org/in-
labourguide/wp-content/uploads/KMK-No.-1405-ttg-Persyaratan-Kesehatan-
Lingkungan-Kerja-Perkantoran-Dan-Industri.pdf yang diunduh pada tanggal 21 Agustus
2016.
Pynkyawati Theresia dan Wahadamaputera Shirley, 2015. Utilitas Bangunan Modul Plumbing.
Griya Kreasi, Jakarta Timur.

10
CATATAN HARIAN RINGKASAN LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN K3 di
PT ADI SATRIA ABADI

Hari, Tanggal Jam Kegiatan


07.30 08.30 1. Tiba di kantor Disnakertrans Jogja
lalu beramah-tamah dengan
petugas
2. Berangkat menuju lokasi PT ADI
SATRIA ABADI
09.00 10.00 1. Tiba di lokasi PT ADI SATRIA
ABADI
2. Observasi sistem, fasilitas pabrik
dan kegiatan karyawan PT ADI
Jumat, 2 Juni 2017
SATRIA ABADI
3. Berkunjung dan mengamati
fasilitas di unit kesehatan
perusahaan PT ADI SATRIA
ABADI
10.00 11.00 1. Diskusi mengenai profil PT ADI
SATRIA ABADI
2. Penjelasan mengenai sistem K3 di
PT ADI SATRIA ABADI
Hasil yang diperoleh :
1. Didapatkan keterangan mengenai profil PT ADI SATRIA ABADI
2. Mayortitas karyawan tidak menggunakan Alat Perlindungan diri yang lengkap
3. Media promosi K3 sangat kecil dan berwarna pudar
4. Perusahaan sebulan sekali mengadakan program penyuluhan kepada para
karyawan terkait keselamatan kerja
5. Pada setiap ruang produksi terdapat satu kotak P3K
6. Pemeriksaan kesehatan karyawan dilakukan setahun sekali
7. Pemeriksaan air dilakukan tiga bulan sekali di Hiperkes
8. Pemeriksaan debu, cahaya, udara dan lingkungan enam bulan sekali
9. Pernah mendapat sebagai pabrik dengan Zero Accident Award

11
10. Terdapat dua tenaga kesehatan perusahaan yaitu dokter dan perawat, dimana
waktu kerja dokter bersifat part-time yaitu dua hari dalam seminggu, sementara
waktu kerja perawat lima hari dalam seminggu

DESKRIPSI KEGIATAN HARIAN K3

Pada tanggal 2 Juni 2017, kegiatan mengenai Kesehatan Keselamatan Kerja kami mulai
dengan berkunjung ke kantor Disnakertrans Provinsi Yogyakarta yang terletak di daerah
Maguwoharjo sekitar Lotte Mart. Kegiatan kami awali dengan berkenalan pada pegawai
Disnakertrans. Kemudian kami diantar oleh pegawai Disnakertrans ke PT ADI SATRIA
ABADI yang berlokasi di Condong Catur. Bersama dengan Petugas Disnakertrans kami
berangkat menuju lokasi PT ADI SATRIA ABADI.
Sesampainya di PT ADI SATRIA ABADI kami disambut oleh petugas pabrik.
Selanjutnya kami dipandu keliling pabrik untuk melihat dan mendapat penjelasan mengenai
sistem dan fasilitas pabrik serta aktivitas karyawan. Setelah itu, dilakukan diskusi seputar PT
ADI SATRIA ABADI dan Pelaksanaan K3 dengan petugas pabrik dan karyawan
Disnakertrans. Melalui diskusi tersebut didapatkan infromasi bahwa perusahaan awalnya
beridiri pada tahun 1994 di daerah Piyungan, Bantul, Yogyakarta. Dimana pada awal berdiri,
perusahaan hanya bergerak di bidang produksi kulit saja. Lalu pada tahun 1997 perusahaan ini
berkembang menjadi perusahaan yang memproduksi sarung tangan golf dengan bahan baku
berupa Aradachi (kulit jadi). Hasil produksi sarung tangan golf pada perusahan ini diekspor ke
wilayah Eropa, Amerika dan Asia.
Perusahaan memperkerjakan 240 orang karyawan, dimana 70% karyawan tediri dari
wanita dan 30% karyawan pria. Sistem kerja pada perusahaan ini yaitu karyawan bekerja setiap
hari senin-jumat (jam 08.00-16.30) dengan waktu istirahat 30 menit pada hari senin-kamis dan
1 jam pada hari jumat. Dilakukan rotasi karyawan tiap bagian dengan harapan agar karyawan
menguasai tiap subbagian produksi. Pada setiap jam makan siang para karyawan makan di
tempat makan yang sudah disediakan perusahaan mendapat makanan dan susu dari catering
perusahaan. Pada perusahaan ini mayoritas karyawannya masih kurang mengerti tentang
pentingnya K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja). Terbukti dimana masih banyak dari
karyawan yang tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) pada saat bekerja.APD yang
diberikan perusahaan bagi karyawannya yaitu masker dan needle gut (pembatas jarum).

12
Selanjutnya, kami berkunjung ke klinik perusahaan, namun kami tidak bertemu dengan
Dokter maupun paramedis perusahaan, sehingga informasi yang kami dapatkan mengenai
kesehatan tenaga kerja perusahaan sangatlah minim. Menurut informasi yang kami dapatkan,
tugas rutin dari tenaga kesehatan di perusahaan ini adalah melakukan pemeriksaan rutin pada
karyawan setiap setahun sekali, pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan
pendengaran, mata, paru-paru, kolesterol, asam urat dan darah rutin. Selain itu, tenga kesehatan
pada perusahaan ini juga memberikan layanan kuratif pada karyawan yang membutuhkan.
Sebulan sekali perusahaan ini juga rutin mengadakan penyuluhan oleh dokter perusahaan yang
diselipkan pada acara pengajian. Sesekali pekerja juga mendapat pelatihan dari PMI tentang
P3K serta dari kepolisian mengenai safety riding karena beberapa dari karyawan mengalami
kecelakaan terkait kerja seperti kecelakaan lalu lintas. Perusahaan juga rutin melakukan
pengecekan air ke Laboratorium Hiperkes (Higiene Perusahaan dan Kesehatan Perusahaan) 3
bulan sekali, selain itu dilakukan pengecekan debu, cahaya, udara dan lingkungan secara rutin
6 bulan sekali.

13
LAMPIRAN

Foto salah satu peralatan keamanan APAR

Foto salah satu poster peringatan

14
Foto seorang karyawan dengan APD yang kurang lengkap

Foto kotak P3K yang masih sangat sederhana

15
Foto dokter muda bersama dengan pihak PT. ASA dan perwakilam dari Disnaker

16

Anda mungkin juga menyukai