Anda di halaman 1dari 105

i

UNIVERSITAS INDONESIA

MODIFIKASI ZEOLIT KLINOPTILOLIT DENGAN


NANOPARTIKEL Au DAN LIGAN ASAM 3-MERKAPTOPROPANOAT
SERTA APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM BERAT

SKRIPSI

ROHATIN

0806365274

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

DEPARTEMEN KIMIA

DEPOK

JULI 2011

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


ii

UNIVERSITAS INDONESIA

MODIFIKASI ZEOLIT KLINOPTILOLIT DENGAN


NANOPARTIKEL Au DAN LIGAN ASAM 3-MERKAPTOPROPANOAT
SERTA APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM BERAT

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sains

ROHATIN

0806365274

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

DEPARTEMEN KIMIA

DEPOK

JULI 2011

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


iii

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


iv

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Rohatin

NPM : 0806365274

Program Studi : Kimia

Judul Skripsi : Modifikasi Zeolit Klinoptilolit dengan Nanopartikel


Au dan Ligan Asam Merkaptopropanoat serta
Aplikasinya sebagai Adsorben Ion Logam Berat.

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai


bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
pada Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Indonesia

DEWAN PENGUJI

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Rabb Allah SWT atas segala berkah, anugerah, dan
kasih sayang yang tidak berkesudahan di dalam kehidupan penulis dan kepada
Rasulullah SAW yang menjadi suri teladan yang benar-benar sempurna selama
ini.

Terimakasih yang teramat besar penulis ucapkan kepada orang-orang


teristimewa penulis Ayah, Ibu, kakaku dan adiku yang telah berkorban begitu
besar bagi penulis dalam hal apa pun yang mengajarkan kesabaran, arti hidup,
semangat yang sangat berarti bagi penulis.

Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi
saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima
kasih kepada:

1. Dr. Yoki Yulizar dan Dra. Tresye Utari, M.si selaku dosen pembimbing
yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan
saya dalam penyusunan skripsi ini.
2. Novena Damar Asri, S.Si. Terima kasih atas masukan, diskusi,
pengertiannya, arahan dalam penyusunan skripsi.
3. Dr. Ridla Bakri, selaku Ketua Jurusan Kimia.
4. Dra. Siswati Setiasih M.Si selaku pembimbing akademik penulis.
5. Drs. Riswiyanto M.Si selaku Ketua Program Ekstensi Kimia dan selaku
Koordinator Penelitian, terima kasih telah banyak membantu penulis.
6. Dr. Widayanti Wibowo, Drs. Riswiyanto, M.Si, Dr. Yuni Krisyuningsih
Krisnandi selaku dewan penguji yang telah memberi saran, masukan,
arahan dalam penyusunan skripsi.
7. Bapak dan Ibu dosen Departemen Kimia FMIPA Universitas Indonesia,
terima kasih atas ilmu yang telah diberikan.

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


vi

8. Teman dekat penulis: mas Andri yang mengajarkan kesabaran, arti hidup,
semangat yang sangat berarti bagi penulis, dukungan dan pengertiannya
selama penelitian.
9. Rekan penelitian : Shabrina, Asri, Ari dan bu Nurlita.Terima kasih atas
kerjasama, kenyamanan, bantuan, diskusi, saran, sharing, keceriaannya,
dukungan dan pengertiannya selama penelitian.
10. Teman-teman penelitian: Temi,Wiwit, Omi, Nadia, Nadhiroh, Hani, Fitri,
Sherly, Zetry, Ina, Dante, Destya, Retno, Puput, mbak Sofi, bu Indri, Bu
Nana dan teman-teman penelitian lantai 4. Terima kasih atas kerjasamanya
diskusi, saran, sharing dan keceriaannya selama penelitian.
11. Sahabat penulis:Vina, Dwi, Diana, Kak Boni, Selvi, Uus, Agnes, Indri,
Dani, Ade. Terima kasih atas persahabatan, kekeluargaan yang luar biasa
dan menyenangkan.
12. Pihak-pihak yang telah membantu proses penelitian: tim afiliasi, pak
Sutrisno Babeh, pak Hedi, mbak Ina, mbak Cucu, pak Hadi, pak Marji,
dan semua karyawan Departemen Kimia FMIPA UI.
13. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan
satu persatu oleh penulis.

Akhirnya, dengan segala kekurangan, penulis berharap agar skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.

Depok, Juli 2011

Penulis

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


vii

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


viii

ABSTRAK

Nama : Rohatin

Program Studi : Kimia

Judul : Modifikasi Zeolit Klinoptilolit dengan Nanopartikel Au dan


Ligan Asam 3-Merkaprtopropanoat serta aplikasinya
sebagai Adsorben Ion Logam Berat

Zeolit alam Indonesia (Klinoptilolit) yang dimodifikasi oleh nanopartikel Au dan


ligan asam 3-merkaptopropanoat (AMP) telah berhasil disintesis sebagai adsorben
ion Zn(II), Cu(II), Pb(II), Cd(II) dan Fe(III). Modifikasi zeolit dengan
nanopartikel Au (zeolit@Au) dilakukan dengan cara mereduksi HAuCl4 dengan
NaBH4 dalam sistem suspensi zeolit. Zeolit@Au selanjutnya dimodifikasi dengan
AMP dengan cara pelapisan melalui pengadukan dan proses aging.
Zeolit@Au@AMP dikarakterisasi dengan FTIR dan PSA. Data FTIR
memperlihatkan adanya gugus CH2 pada bilangan gelombang ( ) 2920 cm-1 dan
2850 cm-1 ; gugus keton (C=O) pada = 1700 cm-1 ; dan gugus OH pada =
3400 cm1 dan gugus S-Au pada = 2600 cm 1. Data PSA memperlihatkan
ukuran partikel zeolit@Au@AMP sebesar 498,2 nm. Zeolit@Au@AMP
diaplikasikan sebagai adsorben ion Zn(II), Cu(II), Pb(II), Cd(II) dan Fe(III).
Zeolit@Au@AMP 0,03 M memperlihatkan adsorpsi secara sensitif dan selektif
terhadap ion tunggal Pb(II) pada pH 5,6 dengan daya adsorpsi 13 kali lebih besar
dari zeolit alam, sedangkan adsorpsi terhadap ion logam lain (0,08 -1,07 kali).
Daya adsorpsi zeolit@Au@AMP 0,03 M terhadap limbah buatan (ion logam
campuran) pada pH 6,1 memperlihatkan daya adsorpsi ion Pb(II) 21 kali lebih
besar dari zeolit alam, sedangkan adsorpsi terhadap ion logam lain (1,6 2,5 kali).
Regenerasi zeolit@Au@AMP-Pb(II) telah dilakukan dengan EDTA 0,1M
menghasilkan zeolit@Au@AMP kembali dengan persen regenerasi sebesar
77,67%. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi pada material sains
dan teknologi pemisahan.

Kata kunci : Modifikasi zeolit klinoptilolit, nanopartikel Au,


asam 3-merkaptopropanoat, adsorben, ion logam berat
Vii+88 hlm : gmbr, tbl, lamp
Bibliografi : 55 (1993-2010)

ABSTRACT

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


ix

Nama : Rohatin

Program Studi : Kimia

Judul : Modification of Clinoptilolite with Gold Nanoparticle and


3-Mercaptopropionic Acid As Adsorben of Heavy Metal
Ions.

Indonesian natural zeolite (clinoptilolite) modified by gold nanoparticle and 3-


mercaptopropionic acid ligand (AM) had been synthesized as adsorbent of Zn(II),
Cu(II), Pb(II), Cd(II), and Fe (III) ions. Modification of zeolite with gold nanoparticles
(zeolite@Au) was done by reducing with HAuCl4 with NaBH4 in the zeolite with
suspension system. Zeolites@ Au was subsequently modified with AMP by means of
coating with thoroughly stirring, and the aging process. Zeolite@Au@AMP were
characterized by FTIR and PSA. FTIR spectra peaks showed the presence of CH2
group at wave number ( ) 2920 cm-1 and 2850 cm-1; carbocylic group (C = O)
= 1700 cm-1, and the OH group = 3400 cm-1 and group S -Au = 2600 cm-1.
Spectra PSA showed the particle size of zeolites@Au@AMP at 498.2 nm.
Zeolites@Au@AMP was applied as adsorbent of Zn (II), Cu (II), Pb (II), Cd (II)
and Fe (III) ions. Zeolites@Au@ AMP 0.03 M showed a sensitive and selective
adsorption of (a single) Pb (II) ion at pH 5.6 with adsorption strength 13 times
greater than the natural zeolite, whereas the adsorption of other metal ions were
0.08 up to 1.07 times.The power adsorption of zeolit@Au @ AMP 0.03 M of
artificial waste (a mixture of metal ions) at pH 6.1 showed the adsorption of Pb
(II) 21 times larger than the natural zeolite, whereas adsorption of other metal
ions were (1.6 up to 2.5 times). The regeneration of zeolite@Au@AMP-Pb (II)
had been carried out with 0.1 M EDTA produced zeolites@Au@AMP which had
the regeneration capacity of 77,67%. We hope that study can contribute to
materials science and separation technology.

Key words : Modification clinoptilolite zeolite, Gold nanoparticle,


3- mercaptopropionic acid , adsorbent, Heavy metal ion

Vii+88 hlm : pict, tbl, app


Bibliografi : 55 (1993-2010)

DAFTAR ISI

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


x

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ........................ v
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
ABSTRACT ..................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah . ...................................................................... 4
1.3 Hipotesa .......................................................................................... 5
1.4 Tujuan Penelitian............................................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 7


2.1 Kajian Pustaka yang Telah Dilakukan ........................................... 7
2.2 Studi Pendahuluan yang Sudah Dilakukan .................................... 8
2.3 Studi Literatur ................................................................................ 9
2.3.1 Zeolit ....................................................................................... 9
2.3.2 Struktur Kerangka Zeolit ........................................................ 10
2.3.3 Jenis Zeolit ............................................................................. 12
2.3.4 Sifat dan Penggunaan Zeolit ................................................... 13
2.4 Zeolit Klinoptilolit.......................................................................... 15
2.5 Nanopartikel ................................................................................... 15
2.6 Emas ............................................................................................... 16
2.7 Nanopartikel Emas ......................................................................... 17
2.8 Senyawa Tiol .................................................................................. 18
2.8.1 Asam 3-Merkaptopropanoat ................................................. 18
2.8.2 Modifikasi Nanopartikel Au dengan
Asam 3-Merkaptopropanoat ............................................... 19
2. 9 Logam Berat .................................................................................. 20
2.9.1 Logam Pb............................................................................... 21
2.9.2 Logam Cu ............................................................................. 21
2.9.3 Logam Zn ............................................................................. 22
2.9.4 Logam Cd ............................................................................. 22
2.9.5 Logam Fe.............................................................................. 23
2.10 Pembentukan Kompleks ............................................................... 23
2.11 Adsorben ...................................................................................... 23
2.12 Etylene Diamine Tetra Acid (EDTA) ........................................... 24
2.13 Fourier Transform Infra Red (FTIR) ........................................... 24

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


xi

2.14 Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) ...................................... 25


2.15 X-Ray Fluoresence (XRF) ............................................................ 27
2.16 Brunaeur, Emmet, Teller (BET) ................................................... 28
2.17 Particle Size Analyzer (PSA) ....................................................... 29

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 31


3.1 Peralatan dan Bahan ...................................................................... 31
3.1.1 Peralatan ............................................................................... 31
3.1.2 Bahan .................................................................................... 31
3.2 Prosedur Kerja ................................................................................ 31
3.2.1 Pembuatan Larutan Induk ................................................... 31
3.2.1.1 Pembuatan Larutan HCl 1,2 M .................................. 32
3.2.1.2 Pembuatan Larutan NaOH 0,05M.............................. 32
3.2.1.3 Pembuatan Larutan NaCl 1 M.................................... 32
3.2.1.4 Pembuatan Larutan HAuCl4 1,0x10-2M ..................... 32
3.2.1.5 Pembuatan Larutan NaBH4 0,0261M ......................... 32
3.2.1.6 Pembuatan Larutan AMP 0,1 M ................................ 32
3.2.1.7 Pembuatan Larutan Zn(II) 5000 ppm ......................... 32
3.2.1.8 Pembuatan Larutan Cu(II) 5000 ppm ........................ 32
3.2.1.9 Pembuatan Larutan Pb(II) 5000 ppm ......................... 32
3.2.1.10 Pembuatan Larutan Cd(II) 5000 ppm........................ 32
3.2.1.11 Pembuatan Larutan Fe(III) 5000 ppm ...................... 33
3.2.1.12 Pembuatan Larutan Na-EDTA 0,1 M ...................... 33
3.2.2 Aktivasi Zeolit ..................................................................... 33
3.2.2.1 Aktivasi Secara Fisika ................................................ 33
3.2.2.2 Aktivasi Secara Kimia................................................... 33
3.2.2.3 Penyeragaman Kation................................................... 33
3.2.3 Imobilisasi Nanopartikel Emas pada Zeolit ........................ 34
3.2.3.1 Optimasi Waktu Imobilisasi Nanopartikel
Emas dalam Zeolit ..................................................... 34
3.2.3.2 Imobilisasi Nanopartikel Emas dalam
Zeolit .......................................................................... 34
3.2.4.Penanaman Ligan Asam 3-Merkaptopropanoat pada
Zeolit@Au.......................................................................... 34
3.2.5.Aplikasi Adsorben Terhadap Ion Logam Berat (Tunggal) 35
3.2.5. 1 Aplikasi Adsorben Terhadap Ion Zn(II) ................... 35
3.2.5.2 Aplikasi Adsorben Terhadap Ion Cu(III) ................... 35
3.2.5. 3 Aplikasi Adsorben Terhadap Ion Pb(II) .................... 35
3.2.5.4 Aplikasi Adsorben Terhadap Ion Cd(II) .................... 36
3.2.5. 5Aplikasi Adsorben Terhadap Ion Fe(III).................... 36
3.2.6 Aplikasi Adsorben Terhadap Ion Logam Campuran .............. 36
3.2. 7 Optimasi Aplikasi Zeolit@Au@AMP Terhadap Adsorbat
Paling selektif ........................................................................ 37
3.2.7.1 Variasi Konsentrasi AMP ............................................. 37
3.2.7.2 Variasi Konsentrasi Ion Logam...................................... 38
3.2.8 Regenerasi Zeolit@Au@AMP-Ion Logam ........................... 38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 40
4.1 Aktivasi Zeolit Alam Klinoptilolit ................................................. 40

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


xii

4.1.1 Aktivasi Secara Fisika............................................................... 40


4.1.2 Aktivasi Secara Kimia .............................................................. 40
4.1.3 Penyeragaman Kation................................................................ 40
4.2 Modifikasi Zeolit Alam Klinoptilolit.............................................. 41
4.2.1 Imobilisasi Nanopartikel Au ke dalam Zeolit ........................... 41
4.2.2 Penanaman Ligan Asam 3-Merkaptopropanoat
(Zeolit@Au@AMP) ................................................................. 42
4.3 Karakterisasi Zeolit........................................................................ 42
4.3.1 Karakterisasi Zeolit dengan XRF dan BET .............................. 42
4.3.2 Karakterisai Zeolit dengan PSA................................................ 43
4.3.3 Karakterisasi Zeolit dengan FTIR............................................... 45
4.4 Aplikasi Adsorben Terhadap Ion Logam Berat................................ 47
4.4.1 Aplikasi Adsorben Ion Berat dari Limbah Buatan
(Ion Tunggal)............................................................................ 47
4.4.1.1 Aplikasi Adsorben Terhadap Ion Zn (II)............................... 47
4.4.1.2 Aplikasi Adsorben Terhadap Ion Cu (II)............................... 49
4.4.1.3 Aplikasi Adsorben Terhadap Ion Pb (II)............................... 51
4.4.1.4 Aplikasi Adsorben Terhadap Ion Cd (II)............................... 52
4.4.1.5 Aplikasi Adsorben Terhadap Ion Fe (III)............................... 54
4.4.1.6 Penentuan Adsorbat Paling Selektif....................................... 56
4.4.2 Aplikasi Adsorben Ion Berat dari Limbah Buatan
(Ion Campuran).......................................................................... 57
4.5 Optimasi Aplikasi Zeolit@Au@AMP Terhadap Adsorbat Paling
Selektif.............................................................................................. 60
4.5.1 Variasi Konsentrasi Ligan Pemodifikasi................................... 60
4.5.2 Variasi Konsentrasi Adsorbat................................................... 61
4.6 Regenerasi..................................................................................... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 66


5.1 Kesimpulan..................................................................................... 66
5.2 Saran ............................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 68


LAMPIRAN .................................................................................................... 73

DAFTAR GAMBAR

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


xiii

Gambar 2.1 Model unit pembangun primer ..................................................... 11


Gambar 2.2 Unit pembangun sekunder zeolit .................................................. 11
Gambar 2.3 Unit pembangun tersier ................................................................ 12
Gambar 2.4 Struktur zeolit klinoptilolit ........................................................... 15
Gambar 2.5 Skema pembentukan nanopartikel Au.......................................... 17
Gambar 2.6 Skema pembentukan nanopartikel Au
dengan metode turkevich .............................................................. 18
Gambar 2.7 Struktur molekul asam 3-merkaptopropanoat .............................. 19
Gambar 2.8 Ilustrasi nanopartikel Au termodifikasi 3-AMP ........................... 20
Gambar 2.9 Struktur EDTA ............................................................................. 24
Gambar 2.10 Skema Pperalatan FTIR ............................................................. 25
Gambar 2.11 Komponen utama spektroskopi serapan atom ............................ 26
Gambar 2.12 Skema peralatan XRF................................................................. 27
Gambar 2.13 Skema peralatan BET ................................................................. 28
Gambar 2.14 Skema peralatan PSA ................................................................. 29
Gambar 4.1 Ilustrasi imobilisasi nanopartikel Au pada zeolit ......................... 41
Gambar 4.2 Ilustrasi penanaman ligan asam 3-merkaptopropanoat pada
zeolit@Au ................................................................................... 42
Gambar 4.3 Zeolit aktivasi dan zeolit@Au...................................................... 44
Gambar 4.4 Spektra PSA zeolit aktivasi, zeolit@Au, zeolit@Au@AMP ....... 44
Gambar 4.4 Spektra PSA nanopartikel Au, Au@AMP ................................... 45
Gambar 4.6 Hasil spektra FTIR zeolit, zeolit@Au, zeolit@Au@AMP
0,01M dan zeolit@Au@AMP0,03M.......................................... 46
Gambar 4.7 Grafik perbandingan jumlah ion Zn(II)teradsorpsi pada zeolit,
zeolit@Au, zeolit@AMP ............................................................ 47
Gambar 4.8 Grafik perbandingan jumlah ion Cu(II) tersadsorpsi pada zeolit,
zeolit@Au, zeolit@AMP ....................................................... 49
Gambar 4.9 Grafik perbandingan jumlah ion Pb(II) teradsorpsi pada zeolit,
zeolit@Au, zeolit@AMP........................................................ 51
Gambar 4.10 Grafik perbandingan jumlah ion Cd(II) teradsorpsi pada zeolit,
zeolit@Au, zeolit@AMP........................................................ 53
Gambar 4.11 Grafik perbandingan jumlah ion Fe(III) teradsorpsi pada zeolit,
zeolit@Au, zeolit@AMP........................................................ 54
Gambar 4.12 Jumlah ion logam yang teradsorpsi zeolit@Au@AMP pada
aplikasi adsorpsi ion logam campuran; [AMP; 0,03M] pH 2,3 57
Gambar 4.13 Persentase ion logam teradsorpsi zeolit@Au@AMP pada
aplikasi ion logam campuran; [AMP; 0,03M] pH 2,3........ 58
Gambar 4.14 Jumlah ion logam yang teradsorpsi zeolit@Au@AMP pada
aplikasi adsorpsi ion logam campuran; [AMP; 0,03M] pH 6,1 59
Gambar 4.15 Persentase ion logam teradsorpsi zeolit@Au@AMP pada
aplikasi ion logam campuran; [AMP; 0,03M] pH 6,1........ 59
Gambar 4.16 Grafik jumlah ion Pb(II) teradsorpsi zeolit@Au@AMP
dengan variasi konsentrasi AMP pada [Pb(II)] 2049,4 ppm 60
Gambar 4.17 Grafik persen kenaikan jumlah ion Pb(II) teradsorpsi
Zeolit@Au@AMP dengan variasi konsentrasi AMP pada
[Pb(II)] 2049,4 ppm..................................................................... 61
Gambar 4.18 Grafik jumlah ion Pb(II) teradsorpsi zeolit@Au@AMP
dengan variasi konsentrasi ion Pb(II); [AMP = 0,03 M]........... 62

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


xiv

Gambar 4.19 Grafik daya adsorpsi zeolit@Au@AMP dengan variasi


konsentrasi ion Pb(II); [AMP = 0,03 M] ................................... 63
Gambar 4.20 Grafik daya kelat EDTA untuk mengikat ion Pb(II)
dari zeolit aktif tanpa modifikasi, zeolit@Au;
zeolit@Au@AMP.................................................................... 64
Gambar 4.21 Ilustrasi mekanisme pengikatan ion Pb(II) oleh EDTA.......... 65

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data BET zeolit aktif klinoptilolit ................................................... 43

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


xv

Tabel 4.2 Kandungan unsur zeolit dan zeolit@Au .......................................... 43


Tabel 4.3 Persen perbandingan kenaikan [Zn(II)] teradsorpsi zeolit
termodifikasi terhadap zeolit aktivasi............................................ 48
Tabel 4.4 Persen perbandingan kenaikan [Cu(II)] teradsorpsi zeolit
termodifikasi terhadap zeolit aktivasi........................................... 50
Tabel 4.5 Persen perbandingan kenaikan [Pb(II)] teradsorpsi zeolit
termodifikasi terhadap zeolit aktivasi........................................... 52
Tabel 4.6 Persen perbandingan kenaikan [Cd(II)] teradsorpsi zeolit
termodifikasi terhadap zeolit aktivasi........................................... 53
Tabel 4.7 Persen perbandingan kenaikan [Fe(III)] teradsorpsi zeolit
termodifikasi terhadap zeolit aktivasi........................................... 55
Tabel 4.8 Persen kenaikan jumlah ion logam terserap
zeolit@Au@AMP dengan variasi konsentrasi AMP.................. 56
Tabel 4.9 Persen Regenerasi Terhadap Zeolit, Zeolit@Au, dan
Zeolit@Au@AMP........................................................................ 63

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Konsentrasi Au terserap zeolit Terhadap


Variasi Pengulangan ........................................................ 74

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


xvi

Lampiran 1 Perbandingan ukuran partikel zeolit;


zeolit@Au dan zeolit@Au@AMP ................................... 74
Lampiran 1Perbandingan ukuran partikel nano Au,
Au@AMP 0,01 M dan Au@AMP 0,03M ........................ 74
Lampiran 2 Perbandingan kemampuan zeolit; zeolit@Au;
Zeolit@Au@AMP sebagai adsorben ion Zn(II).............. 75
Lampiran 3 Perbandingan kemampuan zeolit; zeolit@Au;
zeolit@Au@AMP sebagai adsorben Ion Cu(II)........... 76
Lampiran 4 Perbandingan kemampuan zeolit; zeolit@Au;
zeolit@Au@AMP sebagai adsorben ion Pb(II)............ 77
Lampiran 5 Perbandingan kemampuan zeolit; zeolit@Au;
zeolit@Au@AMP sebagai adsorben ion Cd(II) .............. 78
Lampiran 6 Perbandingan kemampuan zeolit; zeolit@Au,
zeolit@AuAMP sebagai adsorben ion Fe(III).............. 79
Lampiran 7 Kemampuan adsorpsi zeolit@Au@AMP pada
campuran ion logam pH 2,3............................................ 80
Lampiran 8 Kemampuan adsorpsi zeolit@Au@AMP pada
campuran ion logam pH 6,1............................................ 81
Lampiran 9 Aplikasi zeolit termodifikasi sebagai Adsorben
Ion Pb(II) dengan Variasi Konsentrasi 3-AMP........ 82
Lampiran 9 Persen Kenaikan Jumlah Ion Pb(II) Teradsorpsi
zeolit@Au@AMP dengan Variasi Konsentrasi AMP
Pada [Pb(II)] 2049 mg/L................................................... 82
Lampiran 10 Aplikasi Zeolit Termodifikasi sebagai Adsorben
Ion Pb(II) dengan Variasi konsentrasi Ion Pb(II)
dengan [AMP = 0,03 M]............................................... 83
Lampiran 10 Daya adsorpsi zeolit@Au@AMP dengan variasi
konsentrasi ion Pb (II) dengan [AMP : 0,03M].......... 83
Lampiran 11 Analisis XRF zeolit klinoptilolit aktif.......................... 84
Lampiran 12 Analisis XRF zeolit termodifikasi
nanopartikel Au............................................................ 85
Lampiran 13 Analisis BET zeolit klinoptilolit aktif.......................... 86
Lampiran 14 Analisis kandungan atom dalam zeolit
klinoptilolit.................................................................... 87
Lampiran 15 Analisis KTK zeolit klinoptilolit.................................. 88

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Meningkatnya berbagai aktifitas industri telah menghasilkan
berbagai macam limbah cair yang mengandung bahan beracun bagi
manusia dan lingkungan. Diantara bahan beracun tersebut, logam berat
merupakan bahan yang sangat berbahaya karena dapat mempengaruhi
kesehatan manusia bila konsentrasinya melebihi ambang batas yang
dijinkan dan dapat meracuni air pada konsentrasi yang sangat rendah.
Hal ini disebabkan sifat logam berat yang sulit didegradasi dan bersifat
kumulatif, artinya sifat racunnya akan timbul bila telah terakumulasi
dalam jumlah yang besar. (I.Made Bendiyasa et al. 2008)
Pencemaran air oleh logam berat dapat berasal dari proses industri
seperti industri pertambangan, elektroplating, industri penyamakan kulit,
industri fungisida, industri cat dan zat warna tekstil (Argun et al. 2006).
Logam berat yang terkandung dalam limbah cair diantaranya Zn2+, Pb2+,
Cu2+, Cd2+, Cr2+, Co2+, Fe2+ dan lain-lain.
Berbagai penelitian telah banyak dilakukan untuk mengurangi atau
bahkan menghilangkan logam berat berbahaya dari industri tersebut di atas
sebelum dibuang ke perairan. Proses penghilangan logam berat dari limbah cair
telah dilakukan dengan beberapa cara seperti, pengendapan menggunakan
bahan kimia (Marani et al, 1995), elektrokimia (Chen. 2004), pertukaran ion
(Petrus and Warchol. 2003), mikroorganisme (Li et al. 2004), serta adsorpsi
dengan serbuk gergaji kayu (Argun et al. 2007), lempung (Marquez et al.
2004), zeolit (Karatas. 2007).
Di antara metode tersebut, adsorpsi merupakan metode yang paling
banyak mendapat perhatian karena selain mudah dan sederhana, juga efektif
untuk menghilangkan ion logam berat. Adsorben harus mempunyai daya serap
dan selektifitas yang tinggi terhadap logam serta dapat didaur ulang untuk
dimanfaatkan kembali. Adsorben yang sering digunakan saat ini adalah zeolit
karena sifat khas yang dimilikinya yaitu sebagai penukar kation, adsorben,
1 Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


2

sensor, katalis serta mudah dalam proses pemisahan ion logam yang telah
teradsopsi. Selama ini zeolit alam terkenal sebagai adsorben yang dapat menyerap
logam-logam berat, dikarenakan pori-porinya yang cukup luas untuk berikatan
dengan logam-logam lain, oleh karena itu zeolit diimobilisasi dengan
beberapa logam untuk keperluan baik adsorpsi identifikasi logam berat,
karena diharapkan zeolit mampu meningkatkan afinitas logam (Amun,
amri, et al. 2004).
E. Erdem, et al. 2004 menyatakan bahwa Adsorpsi menggunakan
ion logam berat Co2+, Cu2+, Zn2+, dan Mn2+ dengan zeolit klinoptilolit
bergantung pada pertukaran kation, diameter hidrasi ion dan data isoterm
adsorpsi (Langmuir, Freundlich dan Dubinin-Kagener-Radushkevich
(DKR), diperoleh dengan urutan penyerapan ion logam optimum adalah
Co2+> Cu2+> Zn2+> Mn2+.
(C.Wang, et al. 2009) mempelajari studi abu layang yang berasal dari
pembakaran batubara, berhasil ditransformasi ke zeolit-P dan memiliki potensi
aplikasi dalam pengolahan air limbah industri pengolahan batu bara, yang
mengandung kation logam berat seperti Al3+, Fe2+, Mn2+, Zn2+, Cu2+, Ni2+.
Selain menggunakan zeolit klinoptilolit dan abu layang sebagai
adsorben Mircea. Stefan et al, 2008 mempelajari monmorilonit sebagai
adsorben ion logam Cd2+, Pb2+, dan Zn2+, dimana adsorpsi bergantung
pada pH dan sesuai hard-soft-acid-base theory (HSAB), dengan urutan
penyerapan ion logam optimum Zn2+<Cd2+<Pb2+.
Nanopartikel merupakan partikel berukuran antara 1-100 nm.
Nanopartikel menjadi perhatian dalam bidang ilmiah karena peranannya
sebagai jembatan antara material bulk (larutan) dan srtuktur atomik atau
molekular. Material bulk memiliki sifat fisik yang konstan tanpa
memperhatikan ukurannya, tapi pada skala nano tidak terjadi hal yang
sama. Perubahan ukuran material menjadi skala nanometer dapat merubah
sifatnya. Sifat fisik dan kimia nanomaterial berbeda dengan partikel besar
(skala mikron), walaupun secara subtansi sama. Beberapa sifat yang berubah
diantaranya warna, solubilitas, kekuatan, konduktivitas listrik, daya magnet,
mobilitas, reaktivitas. Perubahan sifat inilah yang menjadi tujuan rekayasa

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


3

material, untuk menciptakan suatu produk yang bermanfaat dan


menguntungkan secara ekonomi (Rao C N R dan Cheetam A K. 2001)
Nanopartikel logam juga menjadi perhatian besar dan aktivitas
penelitiannya mengalami peningkatan. Material berukuran nano memiliki
keunggulan dalam sifat-sifat tertentu yang sangat menguntungkan dalam
aplikasinya yang spesifik. Hingga saat ini, nanopartikel telah diaplikasikan
dalam berbagai bidang seperti optoelektronik, material science,
chemosensor, medicine, katalis (Watanabe, K, et al. 2006) optical biodetection,
bioassays, sebagai probe therapeutic delivery (Torchilin, V.P. 2006). Dalam
perkembangannya, prospek teknologi ini semakin meningkat seiring dengan
ditemukannya aplikasi-aplikasi baru di bidang lainnya .
Nanopartikel logam dapat disintesis dengan cara mereduksi ion logam
menjadi atom logam yang tidak bermuatan lagi. Zat pereduksi yang digunakan
biasanya dari inorganik seperti natrium/kalium borohidrat (walker, C H, et al.
2001), hidrazin (Kawasaki, H, et al. 2007), garam tartat (Das, R. N, et al. 2000)
atau senyawa organik seperti sodium sitrat (Schulz-dobrick, M, et al. 2005),
asam askorbat (Vemula, P.K, et al. 2007), dan asam amino (Bhargava, S.K,
et al. 2005).
Nanopartikel logam jika tidak diberi penstabil maka pada waktu tertentu
dapat beragregasi (bergabungnya satu kluster dengan kluster lainnya) menjadi
bentuk materi terkondensasinya. Zat penstabil yang biasa digunakan dapat
berupa polimer misalnya poliethileneglicol, polivinil alkohol, dan polivinil
pirilidon, surfaktan misalnya sodium dodycel sulfat, tween 80, dan triton, serta
karbohidrat misalnya seperti kitosan. (A. Akbarzadeh, et al. 2009)
Salah satu pengkajian nanopartikel yang menarik adalah sebagai sensor
kimia, pada penelitian ini nanopartikel emas yang dimodifikasi dengan 12-
Mercaptododecyl-1-iminodiacetic acid terbukti stabil tidak mengalami
aglomerasi. Adanya gaya elektrostatik pada nanopartikel Au yang dilindungi
Self Assembly Monolayer gugus fungsi SH dari 12-Mercaptododecyl-1-
iminodiacetic acid dapat meningkatkan kestabilan sebagai koloid dalam
larutan sehingga keseragaman ukuran nanopartikel Au dapat terjaga yang
sensitif dan selektif sebagai sensor ion Cu2+ (S. Bhattacharya, et al. 2003)

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


4

Berdasarkan hasil kajian dan aplikasi yang telah dilakukan sebagai


penelitian pendahuluan tersebut maka pada penelitian kali ini akan dilakukan
modifikasi zeolit dengan nanopartikel emas dan ligan asam 3-merkaptopropanoat
yang kemudian diaplikasikan sebagai adsorben ion logam Pb(II), Cd(II),
Zn(II), Cu(II), dan Fe (III) untuk mengetahui perbandingan daya serapnya
terhadap zeolit tanpa modifikasi, zeolit termodifikasi nanopartikel emas,
serta zeolit termodifikasi nanopartikel emas dan ligan asam 3-merkaptopropanoat
terhadap masing-masing ion logam tersebut. Kombinasi penggunaan
nanopartikel Au dan zeolit diharapkan dapat memaksimalkan hasil yang
diperoleh. Nanopartikel Au yang bersifat inert dan memiliki luas permukaan
besar berperan sebagai jembatan antara zeolit (template) dan ligan (penangkap
ion logam). Selain itu, penggunaan zeolit juga memungkinkan dihasilkannya
sistem heterogen yang memudahkan pemisahan (separasi) ion logam yang
telah terikat dengan cairan induknya (limbah cair). Regenerasi menggunakan
EDTA bertujuan agar zeolit@Au@AMP-ion logam dapat digunakan kembali
sebagai adsorben. Rencana lebih jauh dari penelitian ini diharapkan memiliki
aplikasi yang nyata sebagai adsorben dengan menggunakan limbah industri
secara langsung, sehingga dapat memberikan kontribusi baru dan pemecahan
masalah dalam bidang lingkungan.

1.2 Perumusan Masalah


Penggunaan zeolit alam sebagai adsorben untuk adsorpsi limbah
logam dalam air sudah banyak dilakukan karena sifat khas zeolit yaitu
sebagai penukar kation, adsorben, sensor, katalis serta mudah dalam proses
pemisahannya. Zeolit alam tanpa modifikasi memiliki kapasitas adsorpsi yang
masih rendah. Modifikasi permukaan bertujuan meningkatkan kapasitas
adsorpsi zeolit. Senyawa pemodifikasi yang diimobilisasikan akan lebih baik
jika lebih menyukai ikatan dengan satu atau beberapa ion logam tertentu saja
dibandingkan ion logam lain, sehingga terjadi adsorpsi yang lebih selektif.
Dalam penelitian ini dipilih asam 3-merkaptopropanoat berdasarkan penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya oleh (N.Sandra. 2010) sebagai bahan

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


5

imobilisasi dengan karakter lebih menyukai ikatan dengan ion Pb (II) dari pada
ion logam Cd (II), Cu (II), Zn (II), Fe (III), modifikasi dengan asam 3-
merkaptopropanoat membutuhkan substrat sebagai tempat tumbuhnya
asam 3-merkaptopropanoat. Pemilihan nanopartikel Au didasarkan pada
sifatnya yang inert dan tidak mudah teroksidasi. Selain itu asam 3-
merkaptopropanoat memiliki gugus-SH yang memiliki afinitas tinggi
terhadap ion logam khususnya emas.
Hasil fabrikasi material dengan keunggulan-keunggulan ini diharapkan
dapat menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan oleh logam berat dimana
selain sifatnya yang toksik, logam berat juga bersifat akumulatif sehingga
keberadaannya dalam tubuh makhluk hidup sangat berbahaya. Selain itu,
sifat yang akumulatif juga memungkinkan logam berat dapat membahyakan
manusia melalui rantai makanan. Melalui rantai makanan, logam berat yang
terkandung dalam tubuh ikan dapat terbawa hingga masuk ke tubuh manusia.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memutus siklus kerugian akibat
logam berat. Selain itu, penelitian ini juga melakukan regenerasi terhadap
zeolit@Au@AMP-ion logam agar dapat digunakan kembali, sehingga
tidak menimbulkan limbah baru. Lebih jauh, hasil fabrikasi zeolit ini juga
akan diaplikasikan sebagai adsorben logam berat yang dihasilkan dari limbah
industri. Langkah ini diharapkan semakin mendekatkan hasil riset yang
bersifat aplikatif, dimana hasil riset tidak hanya berhasil dalam skala
laboratorium, tetapi juga dapat diaplikasikan secara nyata dilapangan.

1.3 Hipotesa

a) Modifikasi permukaan zeolit dapat meningkatkan kapasitas adsorpsinya


dengan dihasilkannya sisi aktif ikatan yang lebih besar terhadap ion
logam.
b) Nanopartikel Au berperan sebagai jembatan antara zeolit dan ligan,
dimana ukurannya yang kecil (skala nano) akan mempebesar luas
permukaan

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


6

c) Ligan AMP berfungsi sebagai penangkap ion logam berat melalui


gugus COOH-nya, sedangkan gugus-SH berfungsi sebagai pegangan
ke template melalui ikatannya dengan nanopartikel Au.
d) Penggunaan zeolit termodifikasi dapat mempermudah proses separasi
melalui sistem heterogen padat-cair yang dihasilkan.
e) Regenerasi zeolit@Au@AMP-ion logam dapat menghasilkan kembali
zeolit@Au@AMP sehingga mencegah dihasilkannya limbah baru.

1.4 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk:
a. Memodifikasi zeolit dengan nanopartikel Au termodifikasi AMP
(zeolit@Au@AMP)
b. Melakukan karakterisasi terhadap hasil modifikasi.
c. Mengaplikasikan zeolit@Au@AMP sebagai adsorben ion logam
Cu(II), Zn(II), Pb(II), Cd(II), dan Fe(III).
d. Melakukan analisa secara kuantitatif terhadap jumlah ion logam berat
yang teradsorpsi.
e. Menganalisa dan membandingkan kemampuan adsorpsi zeolit,
zeolit@Au, dan zeolit@Au@AMP sebagai adsorben.
f. Mendapatkan adsorbat yang selektif.
g. Memperoleh kondisi optimum fabrikasi dan aplikasi terhadap adsorbat
paling selektif.
h. Memperoleh metode regenerasi yang sesuai sehingga
zeolit@Au@AMP dapat digunakan kembali.

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka dari Penelitian yang Telah Dilakukan

Beberapa penelitian yang menunjang studi yang diusulkan adalah:


a. (E. Erdem, et al. 2004) menyatakan bahwa Adsorpsi menggunakan ion
logam berat Co2+, Cu2+, Zn2+, dan Mn2+ dengan zeolit klinoptilolit
bergantung pada pertukaran kation, diameter hidrasi ion dan data isoterm
adsorpsi (Langmuir, Freundlich dan Dubinin-Kagener-Radushkevich
(DKR), diperoleh dengan urutan penyerapan ion logam optimum adalah
Co2+> Cu2+> Zn2+> Mn2+.
b. (C.Wang, et al. 2009) mempelajari studi abu layang yang berasal dari
pembakaran batubara, berhasil ditransformasi ke zeolit-P dan memiliki
potensi aplikasi dalam pengolahan air limbah industri pengolahan batu
bara, yang mengandung kation logam berat seperti Al3+, Fe2+, Mn2+, Zn2+,
Cu2+, Ni2+.
c. (S. Hashimoto, et al. 2009) telah mempelajari sintesis gel nanopartikel
emas yang diimobilisasi ke dalam zeolit-L dan memiliki aplikasi praktis
untuk fabrikasi bahan nanokomposit.
d. (A. Akbarzadeh, dkk. 2009) mempelajari studi sintesis nanopartikel emas
dengan agen pereduksi yang berasal dari asam amino Tryptophane.
Tryptophane adalah asam amino yang dapat dioksidasi ke dalam bentuk
Kynurenine, sehingga asam amino ini dapat digunakan sebagai agen
pereduksi bersamaan terbentuknya nanopartikel emas. Untuk menstabilkan
ukuran nanopartikel emas digunakan PEG 100 sebagai stabilizer dengan
aplikasinya sebagai nanomedicine dan nanobioteknologi.
e. (B. Ankamwar. 2010) mempelajari sintesis nanopartikel emas dengan
menggunakan ektraks daun Terminalia Catappa sebagai agen pereduksi
sekaligus sebagai capping agent. Nanopartikel emas stabil karena dalam
daun Terminalia Catappa terkandung tannin yang memiliki gugus polyfeols

7 Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


8

dan carbocxylic dengan ikatan hidrogen yang kuat dan memiliki aplikasi
sebagai cancer therapy.
f. (G, Torresdey. 2003) mempelajari studi sintesis nanopartikel Au dan Ag
dari ekstrak tanaman Alfalfa pada media padat, yang dapat digunakan
sebagai idikator biologi untuk mengurangi kontaminasi air dan tanah yang
terkontaminasi logam berat Cr6+ dan Cr3+.
g. (Sujit Kumar Ghosh dan Tarasankar Pal. 2007) mempelajari sintesis
nanopartikel emas dengan trisodium fosfat sebagai zat pereduksinya dan
proses fotoaktivasi pada temperatur ruang dan asam 3-merkaptopropanoat
sebagai stabilizer. Adanya gugus COOH dan ikatan hidrogen dari gugus
karboksilat terjadi transfer elektron lebih mudah dan ikatan koordinasi yang
lebih stabil sehingga terbentuk nanopartikel emas yang dihasilkan lebih stabil.

2.2 Studi pendahuluan yang sudah dilakukan

Studi pendahuluan yang telah dilakukan untuk menunjang


penelitian yang diusulkan adalah:
a. (Neny sriwahyuni. 2009) mempelajari sintesis zeolit termodifikasi
nanopartikel Au melalui reduksi Au3+ menjadi Auo dengan NaBH4.
Modifikasi permukaan zeolit berhasil dilakukan dengan penanaman
ligan 11-MUA. Zeolit@Au@MUA diaplikasikan sebagai logam
Pb(II) dimana jumlah Pb(II) teradsorpsi oleh zeolit termodifikasi lebih
besar dibandingkan zeolit non-modifikasi. Selain itu regenerasi
zeolit@Au@MUA-Pb berhasil dilakukan dengan EDTA.
b. (Sandra Novita. 2010) mempelajari interaksi sintesis zeolit
termodifikasi nanopartikel Au dan ligan 3-AMP. Hasil yang diperoleh dari
penelitian ini adalah aplikasi zeolit@Au@AMP sebagai adsorben
mampu menyerap ion Pb(II) pada pH optimum 3, daya adsorpsi
zeolit@Au@AMP terhadap ion Pb(II) lebih besar dibandingkan zeolit
tidak termodifikasi, serta aplikasi lebih luas dari zeolit@Au@AMP dapat
digunakan sebagai adsorben ion Cd, Cr, Zn, Ni, dan Cu.
c. (Dian Nastiti. 2009) mempelajari modifikasi zeolit klinoptilolit dengan
nanopartikel emas dan dithizon. Hasilnya didapatkan bahwa nanopartikel
Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


9

emas yang termodifikasi ligan berhasil diimobilisasi ke dalam zeolit dan


dapat digunakan sebagai adsorben ion Cu(II).
d. (Mariska Halimtengker. 2006) mempelajari modifikasi menggunakan
nanopartikel Ag dan Au dengan ligan asam 3-merkaptopropanoat dan
sistein. Hasilnya didapatkan bahwa nanopartikel yang termodifikasi ligan
dapat digunakan sebagai sensor kimia untuk logam berat Pb, Cd, Hg
namun tidak untuk sensor logam Fe.
e. (Roccky. 2007) mempelajari modifiksi nanopartikel emas dengan ligan
dithizon. Hasilnya didapatkan bahwa nanopartikel emas tersebut dapat
digunakan sebagai sensor kimia ion Hg(II), serta Au@Dit-Hg dapat
diregenerasi dengan cara ekstraksi menggunakan larutan dithizon dalam
heksana.
f. (Septiasih Komalasari. 2009) mempelajari potensi nanopartikel Au pada
zeolit klinoptilolit termodifikasi sistein sebagai adsorben ion Pb (II).
Hasilnya didapatkan bahwa nanopartikel Au termodifikasi ligan
diimobilisasi ke dalam zeolit. Zeolit termodifikasi terbuktilebih efektif
mengikat ion Pb(II) dibandingkan dengan zeolit tanpa modifikasi.
Regenerasi Pb dari zeolit@Au@sistein berhasil dilakukan menggunakan
EDTA.

2.3 Studi Literatur


2.3.1 Zeolit

Mineral zeolit dikenal sejak tahun 1755 oleh seorang mineralogi


berkebangsaan Swedia yang bernama Freherr Axel Cronsted. Zeolit berasal dari
bahasa yunani, zhein yang berarti mendidih dan Lithos yang berarti batuan. Oleh karena
itu zeolit didefinisikan sebagai batuan yang mendidih karena dehidrasi molekul air yang
dikandung di dalamnya apabila zeolit dipanaskan. Zeolit memiliki struktur berongga-
rongga dengan cairan di dalamnya yang mudah lepas sehingga memungkinkan zeolit
mempunyai sifat khusus yaitu mampu melakukan pertukaran kation, mampu menyerap
senyawa kimia tertentu (sebagai adsorben) dan mampu bertindak sebagai katalisator
(Murat. A, et al. 2006)

Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


10

2.3.2 Struktur Kerangka Zeolit

Mineral zeolit bukan merupakan mineral tunggal melainkan sekumpulan


mineral yang terdiri dari beberapa unsur. Secara umum mineral zeolit adalah
senyawa alumino silikat hidrat dengan logam alkali tanah yang mempunyai rumus
sebagai berikut:
M2/nO.[Al2O3)y(SiO2)z].PH2O
Dimana: M = kation yang dapat dipertukarkan
n = valensi kation
y = jumlah atom Al
z = jumlah atom Si
p = jumlah molekuler air

Struktur zeolit tersusun dari unit-unit berulang terkecil berupa tetrahedral


SiO4 dan AlO4. Ikatan antar tetrahedral terbentuk dengan pemakaian bersama
atom oksigen oleh dua tetrahedral (sharing atom O), sehingga setiap tetrahedral
akan berikatan dengan 4 tetrahedral lainnya karena adanya sharing atom O maka
kerangka 3 dimensi zeolit sedikit terbuka sehingga membentuk pori ataupun rongga.
Zeolit tersusun atas subtitusi parsial Si4+ dan Al3+ yang menyebabkan zeolit bermuatan
negatif yang umumnya diseimbangkan dengan molekul air dan kation-kation. Kation
alkali dan alkali tanah seperti Na+, K+, Mg2+ dan lainnya mempunyai mobilitas yang
cukup baik untuk menyeimbangkan muatan negatif dalam zeolit. Kation-kation ini
bergerak bebas dalam zeolit dan dikelilingi oleh molekul air sehingga mudah untuk
menggantikan kation ini dengan kation lainnya tanpa merusak kerangka zeolit. Sifat
inilah yang menjadi dasar penggunaan zeolit sebagai penukar kation. (Dutta, 2000)

Secara garis besar klarifikasi kerangka dasar pembangun zeolit dibagi


menjadi tiga yaitu :
a. Unit pembangun primer
Unit pembangun primer merupakan unit dasar dan terkecil
penyusun zeolit yang terdiri dari SiO4 dan AlO4. Unit ini merupakan

Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


11

kerangka yang paling stabil yang tersusun dari Si dan Al pada pusat
tetrahedral dan atom O pada keempat sudut tetrahedral.

Gambar 2.1 Model Unit Pembangun Primer


(Rakhmatullah et.al. 2007)

Pada saat ini dikenal sekitar 40 jenis zeolit alam, meskipun yang
dapat mempunyai nilai komersil ada sekitar 12 jenis, diantaranya
klinoptilolit, mordenit, filipsit, kabasit, erionit, dan lain-lain. (Ghost,
Sujit Kumar, et al. 2002)
b. Unit pembangun sekunder
Unit pembangun sekunder merupakan gabungan beberapa
unit primer yang bergabung dengan menggunakan atom sebagai
sudut dua tetrahedral membentuk cincin ganda dengan 4, 5, 6, 7,
dan 8 tetrahedral.

Gambar 2.2 Unit pembangun sekunder zeolit


(http://wikis.lib.ncsu.edu/index.php/Zeolite)

Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


12

c. Unit pembangun tersier


Unit pembangun tersier merupakan gabungan dari beberapa
unit sekunder yang saling berikatan membentuk suatu polihedral
yang merupakan struktur kristal zeolit.

Gambar 2.3 Unit Pembangun Tersier


(Rakoczy. 2004)

2.3.3 Jenis Zeolit

Berdasarkan proses pembentuknya, zeolit dapat dibagi menjadi dua jenis


yaitu:
a. Zeolit alam
Zeolit alam adalah zeolit yang terbentuk melalui proses alam yaitu
proses hidrotermal pada batuan beku basa. Zeolit ini biasanya ditemukan
di dalam celah-celah yang mengisi batuan tersebut. Bentukan zeolit alam
banyak mengandung perbandingan yang besar dari M2+ dan H+ pada Na+,
K+, dan Ca2+. Saat ini sudah dikenal lebih dari 40 jenis zeolit alam namun
hanya 20 jenis yang terdapat dalam batuan sedimen.
b. Zeolit sintesis
Zeolit sintesis adalah zeolit yang sengaja dibuat dari bahan kimia
dengan sifat yang hampir sama dengan zeolit alam walaupun zeolit sintesis
memiliki sifat fisis yang jauh lebih baik. Zeolit sintesis biasanya dibuat
untuk mendapatkan zeolit dengan kemurnian yang lebih baik dengan
mengatur perbandingan Si/Al yang diinginkan. Nilai Si/Al dapat
divariasikan dalam zeolit sintesis. Berdasarkan nilai Si/Al, zeolit dapat
dikelompokkan menjadi empat kelompok yaitu:

Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


13

1) Zeolit kadar Si rendah


Zeolit ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena efektif dalam
pemurnian dengan kapasitas yang besar karena adanya pori, komposisi,
dan saluran rongga yang optimum.
2) Zeolit kadar Si sedang
Zeolit ini memiliki kadar Si/Al = 5. Contoh zeolit yang termasuk jenis
ini adalah modernit dengan perbandingan Si/Al = 5 dan sangat stabil
3) Zeolit kadar Si tinggi (Si/Al = 10-100)
Zeolit jenis ini memiliki sifat yang sangat higroskopis dan menyerap
molekul yang non polar dan baik digunakan sebagai katalisator asam
untuk hidrokarbon.
4) Zeolit Si (tanpa Al)
Zeolit Si tidak mengandung Al sama sekali dan jenis ini sangat
hidrofobik sehingga dapat memisahkan molekul organik non polar
dari suatu campuran air.

2.3.4 Sifat dan Penggunaan Zeolit

Sifat zeolit yang terpenting adalah sebagai penyerap yang


selektif, penukar ion, dan mempunyai sifat katalisis yang tinggi. Sifat -
sifat serapan zeolit dipengaruhi oleh muatan-muatan kation. Kation-
kation ini terkoordinasi pada atom oksigen. Penggantian kation dengan
kation lain yang berbeda ukurannya dan muatan listriknya dapat mempengaruhi
ukuran pori-pori yang akhirnya mempengaruhi sifat-sifat serapannya.
Perubahan sifat zeolit tergantung pada sifat-sifat dan ukuran kation, temperatur,
tekanan, konsentrasi larutan dan struktur zeolit. Karena sifat zeolit yang unik
tersebut maka zeolit dapat digunakan dalam berbagai aplikasi diantaranya
adalah:

a) Zeolit sebagai penukar ion


Sifat penukar ion pada zeolit barhubungan dengan ion-ion yang berada
pada rongga-rongga. Ion-ion rongga atau kerangka elektrolit berguna
Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


14

untuk menjaga kenetralan zeolit. Ion-ion ini dapat bergerak bebas sehingga
pertukaran ion yang terjadi tergantung dari ukuran dan muatan maupun
jenis zeolitnya. Sifat sebagai penukar ion dari zeolit tergantung dari sifat
kation, suhu dan jenis anion. Penukaran kation dapat menyebabkan
perubahan beberapa sifat zeolit seperti stabilitas terhadap panas, sifat
adsorpsi dan aktifitas katalisis. ( Kuronen et al, 2006)
b) Zeolit sebagai penyaring molekul
Zeolit dapat menyaring molekul karena adanya rongga zeolit yang
berukuran molekul. Molekul dapat tersaring karena adanya perbedaan ukuran,
bentuk, dan polaritas molekul. Oleh karena itu, ada beberapa molekul yang
dapat tersaring dan ada molekul yang tidak dapat tersaring bergantung dari
besarnya ukuran molekul. Karenanya zeolit dapat digunakan sebagai penyaring
molekul yang selektif.
c) Zeolit sebagai bahan penyerap
Kristal zeolit mempunyai rongga yang terisi molekul air bebas yang
berada disekitar kation. Jika dilakukan proses kalsinasi pada suhu tinggi maka
akan terjadi penguapan molekul air yang mengakibatkan zeolit mempunyai
luas permukaan kontak yang besar sehingga memungkinkan zeolit memiliki
kemampuan untuk menyerap molekul gas atau cairan. Kapasitas adsopsi
zeolit dipengaruhi beberapa faktor yaitu: suhu, lama adsorpsi, ukuran
partikel adsorben, dan kadar. Proses adsorpsi zeolit merupakan proses
fisika (Fisisorbsi) yang disebabkan oleh gaya interaksi molekuler
secara fisikokimiawi yang besarnya sama dengan gaya Van der waals
(Sunartintyas, S. 2008)
d) Zeolit sebagai katalis
Zeolit merupakan katalisator yang baik karena memiliki pori-pori
yang besar dengan permukaan yang maksimum. Zeolit memiliki ciri paling
khusus yang secara praktis akan menentukan sifat khusus di dalam mineral
ini, yaitu adanya ruang kosong yang akan membentuk saluran di dalam
strukturnya. Pada proses penyerapan atau katalisis, pemakaian zeolit akan
mengakibatkan difusi molekul ke dalam ruang bebas atau hampa di antara
kristal, sehingga dimensi dan lokasi saluran sangat penting. Sistem saluran
Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


15

ada 3 macam, yaitu: satu, dua dan tiga dimensi. Pada saluran satu dimensi
molekul hanya dapat bergerak ke satu arah saja. Saluran dua dimensi
memberikan kemungkinan molekul berdifusi ke dua arah atau dalam satu
bidang datar, sedangkan pada saluran tiga dimensi molekul yang berdifusi
dapat bergerak ke semua arah atau sisi kristal. Saluran tersebut akan
berulang tergantung dari system simetri kristal. (Murat, A et al. 2006)

2.4 Zeolit Klinoptilolit (Na2[Al6Si30O72]. 24 H2O)

Zeolit klinoptilolit merupakan salah satu zeolit yang sering ditemui di


alam yang mempunyai kandungan silika yang tinggi dengan perbandingan
Si/Al antara 7-18. Struktur kristalnya berbentuk monoklinik dengan cincin 8,
cincin 10.

Gambar 2.4 Struktur zeolit klinoptilolit


( Inglezakis et al, 2005)

Zeolit klinoptilolit memiliki kerangka struktur unit tetrahedral [AlO4]5-


dan [SiO4]4- dengan unit bangun sekunder T10O20. Zeolit klinoptilolit alam
pada suhu 25oC dan tekanan 2,6666 kPa kapasitas adsorpsinya terhadap H2O
dapat mencapai 16 gram H2O/100 gram ( Inglezakis et al, 2005)

2.5 Nanopartikel
Nanopartikel adalah partikel yang memiliki ukuran diantara 1-100 nm.
Nanopartikel dapat memiliki sifat atau fungsi yang berbeda dari material sejenis
dalam ukuran besar (bulk). Dua hal utama yang membuat nanopartikel berbeda
dari material sejenis dalam ukuran besar yaitu: karena ukurannya yang kecil
nanopartikel memiliki perbandingan antara luas permukaan dan volume yang
lebih besar jika dibandingkan dengan partikel sejenis dalam ukuran besar. Hal
ini membuat nanopartikel bersifat lebih reaktif. Reaktivitas material ditentukan
Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


16

oleh atom-atom di permukaan, karena hanya atom-atom tersebut yang


bersentuhan langsung dengan material lain, ketika ukuran partikel menuju order
nanometer, maka hukum fisika yang berlaku lebih didominasi oleh hukum-
hukum fisika kuantum.
Sifat-sifat yang berubah pada nanopartikel biasanya berkaitan dengan
fenomena-fenomena kuantum sebagai akibat keterbatasan ruang gerak elektron dan
pembawa muatan lainnya dalam partikel. Fenomena ini berimbas pada beberapa sifat
material seperti perubahan warna yang dipancarkan, transparansi, kekuatan mekanik,
konduktivitas listrik dan magnetisasi. Fenomena lainnya yaitu perubahan rasio jumlah
atom yang menempati permukaan terhadap jumlah total atom. Fenomena ini
berimbas pada perubahan titik didih, titik beku, dan reaktivitas kimia. Perubahan-
perubahan tersebut diharapkan dapat menjadi keunggulan nanopartikel dibandingkan
dengan partikel sejenis dalam ukuran bulk (Mikrajuddin, A dkk. 2008)
Sekarang ini penelitian nanopartikel dilakukan secara intensif pada area
penelitian ilmiah, dimana bertujuan untuk meluaskan variasi dari aplikasi
nanopartikel yang potensial pada bidang biomedical, optical, dan elektronik.

2.6 Emas
Pada susunan tabel periodik unsur emas termasuk pada golongan logam
transisi. Emas memiliki nomor atom 79, dengan konfigurasi elektron [Xe]4f14 5d10 6s1
, massa atom 196,967 gram per mol dan jari-jari atom 0,1442 nm. Dalam bentuk
warna emas adalah coklat keemasan. Logam ini melebur pada suhu 1064oC. Logam
emas tahan terhadap asam. Dalam bentuk garam emas dapat larut dalam air
membentuk anion tetrakloroaurat [AuCl4]-. Baik pada bentuk monovalen maupun
trivalennya emas dapat dengan mudah direduksi menjadi logamnya. Senyawa emas
(I) relatif kurang stabil dibandingkan senyawa-senyawa emas (III).
Emas sangat mudah ditempa, memiliki kekerasan antara 2,5 sampai 3,
sehingga merupakan logam yang lunak. Emas memiliki kemampuan untuk
menghantarkan panas dan listrik lebih baik dibandingkan tembaga dan perak.
Emas juga memiliki sifat tahan terhadap korosi. Emas hanya dapat terkorosi oleh
campuran asam nitrat dan asam hidroklorida (aquaregia). (Norsten, Tyler, et al.
2002)
Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


17

2.7 Nanopartikel Emas

Nanopartikel emas dapat dibentuk dengan dua cara yaitu cara fisika dan kimia.
Cara fisika dapat dilakukan dengan cara melebur batangan emas menjadi partikel
berukuran nanometer (top-down) sedangkan dengan cara kimia dilakukan dengan
menumbuhkan nanopartikel dari atom logam atau molekul-molekul yang membentuk
cluster-cluster yang di assembly membentuk partikel berukuran nanometer.
(Mikrajuddin, A dkk. 2008)

Nanopartikel Au

Au3+

Gambar 2.5 Skema pembentukan nanopartikel Au


(Bikash K. Jena, et al. 2010)

Sintesis nanopartikel Au dapat dilakukan melalui 2 metode: (A.


Akbarzadeh, et al. 2009)
a. Metode Brust
Pada metode ini nanopartikel emas dibuat dengan cara mereduksi HAuCl4
dengan pereduksi NaBH4. Reaksi yang terjadi pada proses pembentukan
nanopartikel emas adalah:
4AuCl4- + 3BH4- + 12OH- 4Au + 3B(OH2)2- + 16Cl- + 6H2O

Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


18

b. Metode Turkevich
Pada metode ini pembentukan nanopartikel emas (Au) dibuat dengan cara
mereduksikan HAuCl4 dengan menggunakan Sodium Citrate. Reaksi utamanya
adalah reduksi dari garam Au (HAuCl4) sehingga akan membentuk logam emas.

Gambar 2.6 Skema pembentukan nanopartikel Au dengan metode


Turkevich (A. Akbarzadeh, et al. 2009)

2.8 Senyawa Tiol

Dalam bidang kimia, tiol dikenal dengan nama merkaptan, yaitu seyawa yang
terdiri dari gugus tiol (-SH) yang menempel pada atom karbon. Thiol hampir
sama dengan alkohol, dimana oksigen dari gugus hidroksi (-OH) digantikan oleh
atom sulfur (belerang). Oksigen dan sulfur memiliki karakter kimia yang hampir
sama karena letaknya dalam satu golongan dalam tabel susunan berkala. Tiol
dapat membentuk thioester dan thioasetal.
Sejumlah besar tiol adalah cairan yang tidak berwarna dan mempunyai bau
seperti bawang putih. Bau yang dimilikinya itu kuat dan tidak enak. Contoh tiol
adalah metil merkaptan (CH3SH), etil merkaptan (C2H5SH), koenzim A, dan
sistein. (Sardar, Rajesh et al. 2009)

2.8.1 Asam 3-Merkaptopropanoat

Salah satu contoh senyawa tiol adalah asam 3-merkaptopropanoat.


Senyawa ini mempunyai rumus molekul C3H6O2S dengan berat molekul 106,13

Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


19

g/mol, mempunyai berat jenis 1,21 g/cm3, titik leleh 17-19oC dan titik didih 110-
111oC (15 torr). Senyawa ini mengandung gugus tiol dan gugus karboksilat,
seperti terlihat di bawah ini: (Sujit Kumar Ghosh dan Tarasankar Pal. 2007)

HS OH

Gambar 2.7 Struktur molekul asam 3-merkaptopropanoat

2.8.2 Modifikasi Nanopartikel Emas dengan Asam 3-Merkaptopropanoat

Pada umumnya, nanopartikel memiliki sifat yang tidak stabil karena energi
permukaannya tinggi, sehingga dibutuhkan kestabilan untuk melawan agregasi
antar partikel dengan memodifikasi permukaannya menggunakan ligan yang
cocok. Ligan tersebut dapat memiliki gugus fungsi seperti: siano (-CN), merkapto
(-SH), dan amina (-NH2), dimana gugus tersebut diketahui memiliki afinitas yang
tinggi terhadap ion logam khususnya emas. (Aryal, Santhosh, et al. 2005)
Penambahan molekul ligan asam 3-merkaptopropanoat pada nanopartikel Au
akan membentuk suatu senyawa stabil. Tiol akan membentuk lapisan tunggal pada
permukaan nanopartikel logam (self Assembly Monolayer) yang berarti asam 3-
merkaptopropanoat telah memodifikasi permukaan nanopartikel yang berbentuk bola
atau ruang 3 dimensi. Dalam modifikasi ini terjadi interaksi antara gugus-SH dari asam
3-merkaptopropanoat dengan nanopartikel Au. Proses menempelnya gugus SH tersebut
pada permukaan nanopartikel Au dapat diidentifikasikan dengan teknik pengukuran
UV-Vis spektrofotometer. Hasil modifikasi nanopartikel Au dapat diamati dari
spektrum yang mengalami pergeseran pada panjang gelombang maksimumnya
jika dibandingkan dengan spektrum nanopartikel Au yang belum termodifikasi.

Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


20

Gambar 2.8 Ilustrasi nanopartikel Au termodifikasi 3-AMP


(Sujit Kumar Ghosh dan Tarasankar Pal. 2007)

Pergeseran spektrum yang didapat dari spektrometer UV-Vis


memperlihatkan bahwa interaksi antara gugus SH dengan nanopartikel Au telah
terjadi sehingga dalam kesetimbangan reaksi membentuk Self Assembly Monolayer
(SAM) pada permukaan nanopartikel Au. Ligan organik tersebut selanjutnya dapat
digunakan untuk sensor ion logam secara selektif sesuai dengan kemampuan
gugus fungsinya yang berinteraksi dengan ion logam. (Sujit Kumar Ghosh dan
Tarasankar Pal. 2007)

2.9 Logam Berat

Logam berat merupakan unsur yang berbahaya di permukaan bumi, sehingga


kontaminasinya di lingkungan merupakan masalah besar di dunia saat ini. Sejak
kasus kecelakaan merkuri di Minamata Jepang (1953) yang secara intensif
dilaporkan, isu pencemaran logam berat meningkat sejalan dengan perkembangan
berbagai penelitian yang mulai diarahkan pada berbagai aplikasi teknologi untuk
menangani polusi lingkungan yang disebabkan oleh logam berat.
Pada tabel sistem periodik, logam berat terletak pada sudut kanan bawah
dengan berat jenis lebih besar 5 g/cm3. Logam berta memiliki afinitas yang tinggi
terhadap unsur belerang dan biasanya bernomor atom 22 sampai 92 dari perioda 4
sampai 7. Logam berat dapat berikatan dengan belerang dan enzim, yang dapat
menyebabkan enzim yang bersangkutan tidak aktif dan juga dapat mengendapkan
senyawa fosfat biologis atau mengkatalisis penguraian (Marganof. 2003).

Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


21

Sifat toksisitas logam berat dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu
bersifat toksik tinggi yang terdiri dari unsur-unsur Hg, Pb, Cu, Cd dan Zn. Bersifat
toksik sedang terdiri dari unsur-unsur Cr, Ni, dan Co. Sedangkan yang bersifat toksik
rendah terdiri atas unsur Mn dan Fe.

2.9.1 Logam Pb

Timbal atau dikenal sebagai ion Pb (II) dalam susunan unsur merupakan logam
berat yang dapat secara alami dalam kerak bumi dan tersebar di alam dalam jumlah
kecil melalui proses alami termasuk letusan gunung berapi. Pb merupakan logam lunak
berwarna kebiru-biruan atau abu-abu keperakan dengan titik leleh 327,5oC dan titik
didih 1,740oC pada tekanan atmosfer. Timbal mempunyai nomor atom terbesar dari
semua unsur yang stabil yaitu 82. Namun logam ini sangat beracun yang dapat merusak
sistem syaraf jika terakumulasi dalam jaringan halus dan tulang dalam jangka waktu
yang lama. Timbal terdapat dalam isotop 204 Pb (1,4%), 206 Pb (24,1%), 207 Pb
(22,1%), dan 208 Pb (52,4%) kesemuanya adalah radiogenic dan merupakan produk
akhir dari pemutusan rantai kompleks. Logam ini sangat resisten terhadap korosi, oleh
karena itu seringkali dicampur dengan cairan yang bersifat korosif (seperti asam sulfat)
(Sekar et al, 2004)

2.9.2 Logam Cu

Tembaga (cuprum; Cu) merupakan elemen kimia pada tabel periodik yang
mempunyai nomor atom 29. Tembaga merupakan logam yang mempunyai
konduktifitas termal dan elektrik yang cukup tinggi, sehingga banyak digunakan
sebagai konduktor elektrik dan termal. Selain itu, tembaga juga digunakan sebagai
bahan bangunan yaitu sebagai perlatan logam rumah tangga, dan sebagai bahan dalam
campuran logam (alloy) seperti koin uang logam, dibidang pertanian senyawa tembaga
sulfat sebagai fungisida dan mengontrol perkembangan alga di perairan. Selain itu
juga tembaga dan senyawanya banyak digunakan sebagai zat warna.
Tembaga juga merupakan nutrien yang esensial bagi semua tumbuhan
tingkat tinggi dan hewan. Pada hewan, termasuk manusia tembaga ditemukan di
aliran darah, dan sebagai kofaktor di beberapa enzim. Namun, dalam jumlah yang

Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


22

cukup tembaga bisa menjadi beracun dan bahkan bisa berakibat fatal bagi
organisme. Senyawa tembaga harus diperlakukan sebagai senyawa toksik. Kadar
tembaga yang direkomendasikan aman dalam air minum berkisar antara 1,5
sampai 2 miligram per liter (ppm). Terlalu banyak tembaga di perairan juga
mampu merusak kehidupan air. Efek yang terlihat dari konsentrasi tinggi dari
tembaga terhadap ikan dan makhluk hidup lain adalah kerusakan pada insang,
hati, ginjal, dan sistem syaraf. Tembaga juga menggangu indera penciuman ikan,
yang bisa menghalangi mereka dalam reproduksi. (M.S. Saeni, 1997).

2.9.3 Logam Zn

Seng (zinck) adalah unsur kimia dengan lambang Zn, nomor atom 30 dan
massa atom relatif 65,39. Seng tidak diperoleh dengan bebas di alam, melainkan
dalam bentuk terikat. Mineral yang mengandung seng di alam bebas antara lain
calamite (ZnCO3), willemite (ZnSiO4), dan zinck blade (ZnS). Dalam industri,
zinck mempunyai arti penting yaitu melapisi besi atau baja untuk mencegah
proses karat. Zinck digunakan untuk bahan batere dan alinasenya digunakan untuk
cetakan logam, penyepuhan listrik dan metalurgi. Bubuk zinck dalam bentuk
oksida digunakan untuk industri kosmetik, plastik, karet, sabun, pigmen dalam cat
dan tinta. Logam Seng termasuk unsur sedikit berbahaya. Kelebihan logam seng
hingga dua kali AKG (Angka Kekurangan Gizi) menurunkan absorbsi tembaga.
Kelebihan sampai 10 kali AKG mempengaruhi metabolisme kolesterol,
mengubah nilai lipoprotein, dan dapat mempercepat timbulnya aterosklerosi.
Mengkonsumsi logam seng (LD50) sebanyak 2 g/kg atau lebih, dapat
menyebabkan muntah, diare, demam, kelelahan, anemia dan gangguan
reproduksi. (Ali, H.O et al. 2006)

2.9.4 Logam Cd

Kadmium dalam air berasal dari pembuangan industri dan limbah


pertambangan. Logam ini sering digunakan sebagai pigmen pada keramik, dalam
penyepuhan listrik, pada pembuatan alloy, dan baterai alkali. Keracunan kadmium
dapat bersifat akut dan kronis. Efek keracunan yang dapat ditimbulkannya berupa

Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


23

penyakit paru-paru, hati, tekanan darah tinggi, gangguan pada sistem ginjal dan kelenjer
pencernaan serta mengakibatkan kerapuhan pada tulang (Marganof, 2003).

2.9.5 Logam Fe

Besi atau ferrum (Fe) adalah logam berwarna putih keperakan, liat dan dapat di
bentuk. Di alam dapat sebagai hematite, di dalam air minum Fe menimbulkan rasa,
warna (kuning), pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi dan
kekeruhan Fe akan mempengaruhi pembentukan Hb tersebut. Sel darah merah muda
(korpuskula) mengandung Hb dan bahan ini diproduksi dalam sum-sum tulang untuk
mengganti sel darah merah yang rusak. Besi juga berperan dalam aktivitas beberapa
enzim seperti sitokrom dan flavor potein. Banyaknya Fe di dalam tubuh dikendalikan
pada fase absorbsi tubuh tidak dapat mengekresikan Fe. Karenanya mereka yang
sering mendapat transfusi darah, warna kulitnya menjadi hitan karena akumulasi Fe
Sekalipun Fe diperlukan oleh tubuh, tetrapi dalam dosis besar dapat merusak dinding
usus. Kematian seringkali disebabkan oleh rusaknya dinding usus ini. Debu Fe juga
dapat diakumulasi di alam alverri paru-paru.

2.10 Pembentukan Kompleks

Senyawa kompleks adalah senyawa yang terbentuk dari satu kation


(umumnya logam) dan satu anion yang bermuatan negatif atau netral. Logam
dalam kompleks berperan sebagai atom pusat sedangkan anion berperan sebagai donor
pasangan elektron (ligan). Ligan yang mendonorkan sepasang elektron bebas disebut
sebagai ligan monodentat, dua pasang elektron bebas disebut bidentat sedangkan yang
mendonorkan lebih dari dua pasang elektorn bebas disebut ligan polidentat. Senyawa
kompleks umumnya berwarna karena pengisian elektron pada orbital d dari logam.
Walaupun kompleks terdiri dari anion dan kation namun ikatan yang terjadi bukan
ikatan ionik akan tetapi ikatan kovalen koordinasi dengan pemakaian elektron bersama.
(Skoog, Douglas, et al. 1996)

2.11 Adsorben

Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


24

Adsorpsi adalah proses terserapnya molekul gas atau larutan adsorbat ke


dalam suatu permukaan padatan adsorben. Peristiwa adsorpsi merupakan suatu
fenomena permukaan, yaitu terjadinya penambahan konsentrasi komponen tertentu
pada permukaan antara dua fase. Adsorpsi dapat dibedakan menjadi adsorpsi fisis
(physical adsorption) dan adsorpsi secara kimia (chemical adsorption). Secara
umum adsorpsi fisis mempunyai gaya intermolekuler yang relatif lemah, sedangkan
pada adsorpsi kimia tejadi pembentukan ikatan kimia antara molekul adsorbat
dengan molekul yang terikat pada permukaan adsorben. (Sunartintyas, S. 2008)

2.12 Etylene Diamine Tetra Acetic Acid (EDTA)

EDTA adalah suatu asam poliprotik yang mempunyai pasangan elektron


pada dua gugus amina dan empat pada gugus karboksilatnya. Senyawa ini
merupakan suatu ligan yang bersifat heksadentat (terdapat enam pasang elektron
bebas) yang biasanya akan membentuk kompleks kelat yang kuat (W, Haryadi.
1993).

Gambar 2.9 Struktur EDTA


(N. Sandra. 2010)

Dalam pembentukan kelat, keenam donor elektronnya bersama-sama


mengikat satu ion inti dengan membentuk lingkaran kelat. Karena kuatnya
kompleks yang dibentuk dengan EDTA maka EDTA banyak digunakan dalam
industri makanan atau dalam bidang kedokteran.

2.13 Fourier Transform Infra Red (FTIR)

Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


25

Prinsip FT-IR adalah serapan dari senyawa dengan tingkat energi vibrasi
dan rotasi pada ikatan kovalen yang mengalami perubahan momen dipol dalam
suatu molekul. Radiasi IR yang umunya dipakai untuk analisis instrumental
adalah daerah bilangan gelombang 4000-670 cm-1. Bentuk dan struktur molekul
menjadi penentu terjadinya interaksi radiasi IR dengan molekul. Hanya molekul
diatomik tertentu misalnya H2, N2 dan O2 yang tidak dapat mengabsorbsi IR
karena vibrasi dan rotasinya tidak menghasilkan perubahan momen dipol
(Sunardi.2007).

Gambar 2.10 Skema peralatan FTIR


(http://www.biocenter.helsinki.fi/bi/biophys/methods_ftir.html)

Apabila suatu molekul menyerap IR maka molekul akan mengalami


perubahan tingkat energi vibrasi/rotasi, tetapi hanya transisi vibrasi/rotasi yang
dapat menyebabkan perubahan momen dipol yang aktif mengabsorpsi IR. Spektra
yang dihasilkan umumnya rumit dan mempunyai pita-pita serapan yang sangat
sempit dan khas untuk tiap senyawa sehingga penggunaannya terutama untuk
identifikasi senyawa organik secara kualitatif.

2.14 Atomic Absorption Spectroscopy (AAS)

Spektrosopi atom digunakan untuk mengidentifikasi dan menentukan


(kualitatif dan kuantitatif) dalam tingkat trace dalam semua jenis materi dan
larutan. Pengukuran dalam spektroskopi serapan atom (SSA) berdasarkan radiasi
yang diserap oleh atom yang tidak tereksitasi dalam bentuk uap (Sunardi. 2007).
Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


26

Metode SSA berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom


menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat
unsurnya.

Proses dalam SSA melalui 2 tahap, yaitu:

a. Atomisasi sampel.
b. Absorbsi radiasi dari sumber sinar oleh atom bebas.

Gambar 2.11 Komponen utama spektroskopi serapan atom


(http://www.biocenter.helsinki.fi/bi/biophys/methods_aas.html)

Atomisasi dapat dilakukan dengan baik dengan nyala maupun tungku.


Untuk mengubah unsur metalik menjadi uap diperlukan energi panas, oleh karena
itu temperatur harus benar-benar terkendali agar proses atomisasinya sempurna. Bila
ditinnjau dari sumber radiasi, haruslah bersifat kontinyu. Disamping itu sistem dengan
penguraian optis yang sempurna diperlukan untuk memperoleh sinar dengan garis
absorbsi yang semonokromator mungkin. Spektroskopi Serapan Atom (SSA) terdiri
atas 5 komponen utama. Komponen-komponen ini di kontrol oleh peranti lunak
komputer.

2.15 X-Ray Fluoresence (XRF)

Prinsip dari XRF adalah penembakan sinar X atau rendah dari sumber
radioaktif pada sampel untuk mendeteksi unsur tertentu yang diinginkan.

Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


27

Penembakan akan menyebabkan elektron pada kulit atom terdalam unsur tersebut
tereksitasi ke level energi yang lebih tinggi. Kulit yang kosong akan diisi oleh elektron
pada kulit atom selanjutnya. Keadaan eksitasi dari elektron yang ditembak tidak akan
stabil sehingga elektron tereksitasi akan turun ke level energi yang lebih rendah
sehingga lebih stabil sambil memancarkan kelebihan energi yang berasal dari
penembakan sumber dalam bentuk sinar X. Besarnya sinar yang dipancarkan spesifik
untuk setiap unsur dan foton tersebut akan dideteksi oleh detektor sehingga bisa
menampilkan data yang kualitatif dan kuantitatif dari sampel. (Chem-is-try.org. 2011)

Gambar 2.12 Skema peralatan XRF


(http://www.quantachrome.com/cryogenically-cooled_xrf.html)

2.16 Brunauer, Emmett, Teller (BET)

Teori BET diperkenalkan tahun 1938 oleh Stephen Brunaeur, Paul Hugh
Emmet, dan Edward Teller. BET adalah singkatan dari nama ketiga ilmuwan
tersebut. Teori ini menjelaskan fenomena adsorpsi molekul gas di permukaan zat
padat (melekatnya molekul gas di permukaan zat padat). Kuantitas molekul gas
yang diadsorpsi sangat bergantung pada luas permukaan yang dimiliki zat padat
tersebut. Dengan demikian, secara tidak langsung teori ini dapat dipergunakan untuk
menentukkan luas permukaan zat padat.
Jika zat padat berupa patikel-partikel maka luas permukaan untuk zat
padat dengan massa tertentu makin besar jika ukuran partikel makin kecil. Dengan
mendefinisikan luas permukaan spesifik sebagai perbandingan luas total permukaan zat
padat terhadap massanya maka luas permukaan spesifik informasi makin besar jika
ukuran partikel makin kecil. Metode BET memberikan informasi tentang luas
Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


28

permukaan spesifik zat padat. Dengan demikian metode ini dapat digunakan untuk
memperkirakan ukuran rata-rata partikel zat padat. Untuk material berpori, luas
permukaan spesifik ditentukan oleh porositas spesifik zat padat, yaitu molekul dapat
teradsorpsi pada permukaan zat padat hingga beberapa lapis dan tidak ada interaksi
antar molekul gas yang teradsorpsi pada permukaan zat padat.

Gambar 2.13 Skema Peralatan BET


(http://www.quantachrome.com/gassorption/images/Nova-e-Series.jpg)

Ketika melakukan pengujian BET, sampel ditempatkan dalam chamber


kemudian divakumkan yang bertujuan agar tidak ada lagi atom-atom gas yang
menempel pada permukaan material. Kemudian gas dalam jumlah terkontrol
dimasukkan ke dalam chamber. Jumlah gas ini menghasilkan tekanan awal (P0). Gas
yang digunakan umumnya gas inert seperti nitrogen, kripton atau argon. Suhu diatur
serendah mungkin dan tetap konstan. Biasanya suhu dipertahankan pada suhu nitrogen
cair (-195,6oC). Sebagian atom gas kemudian mulai menempel pada permukaan sampel
(teradsorpsi). Akibatnya, jumlah molekul gas yang bergerak dalam ruang chamber
berkurang. Lama kelamaan jumlah molekul gas yang menempel pada permukaan
sampel makin banyak dan diikuti berkurangnya jumlah molekul gas bergerak dalam
ruang. Hingga akhirnya seluruh permukaan sampel sudah ditutupi penuh oleh
Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


29

molekul gas. Tidak ada adsorpsi gas lebih lanjut sehingga tekanan di dalam
chamber tidak berubah lagi dan menjadi P (tekanan kesetimbangan). (Khairurijjal,
et al. 2002)

2.17 Particle Size Analyzer (PSA)

PSA merupakan alat yang digunakan untuk mengkarakterisasi


nanomaterial, yaitu suatu alat yang menggunakan metode Laser Diffraction (LAS)
Alat ini menggunakan prinsip dynamic light scattering (DLS). Metode ini juga
dikenal sebagai quasi-elastic light scattering (QELS). Alat ini berbasis Photon
Correlation Spectroscopy (PCS). Metode LAS bisa dibagi dalam dua metode
yaitu metode kering dan metode basah. Pada metode kering ini memanfaatkan
udara atau aliran udara untuk melarutkan partikel dan membawanya ke sensing
zone. Metode ini baik digunakan untuk ukuran yang kasar, dimana hubungan
antarpartikel lemah dan kemungkinan untuk beraglomerasi kecil. Sedangkan pada
metode basah ini menggunakan media pendispersi untuk mendispersikan material
uji.
Pengukuran partikel dengan menggunakan PSA biasanya menggunakan
metode basah. Metode ini dinilai lebih akurat jika dibandingkan dengan metode
kering ataupun pengukuran partikel dengan metode ayakan dan analisa gambar.
Terutama untuk sampel-sampel dalam orde nanometer dan submicron yang
biasanya memliki kecenderungan aglomerasi yang tinggi.

Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


30

Gambar 2.14 Skema Peralatan PSA


(Malvern Instruments Ltd. 2003)

Hal ini dikarenakan partikel didispersikan ke dalam media sehingga


partikel tidak saling beraglomerasi (menggumpal). Dengan demikian ukuran
partikel yang terukur adalah ukuran dari single particle. Selain itu hasil pengukuran
dalam bentuk distribusi, sehingga hasil pengukuran dapat diasumsikan sudah
menggambarkan keseluruhan kondisi sampel.(nanotech.org. 2011)

Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Peralatan dan Bahan


3.1.1 Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: labu ukur, gelas
ukur, pipet volumetri, pipet tetes, gelas beaker, batang pengaduk, botol
semprot, bulb, tabung reaksi, neraca analitik, oven, dan magnetic stirrer.
Alat uji yang digunakan untuk karakterisasi pada penelitian ini yaitu:
Fourier Transmitan Infra Red (FTIR) Prestige 21 (Shimadzu), Particle Size
Analyzer (PSA) Malvern ZEN 1600, dan Atomic absorption Spectrometry
6300 (Shimadzu).

3.1.2 Bahan

Bahan yang digunakan untuk adsorben adalah zeolit klinoptilolit (CV.


Transindo Utama), untuk imobilisasi ke dalam zeolit digunakan HAuCl4
(Aldrich), sebagai pereduksi nanopartikel Au digunakan NaBH4 (Merck), dan
akuabides (Ikapharmindo) sebagai pelarut. Untuk aktivasi zeolit digunakan
akuades, HCl (Merck) dan NaOH (Merck). Untuk memodifikasi zeolit@Au
digunakan asam 3-merkaptopropanoat (Aldrich). Aplikasi adsorben
zeolit@Au@AMP dilakukan terhadap kation logam dari padatan Pb(NO3)2
(Merck), CdSO4 (Merck), C4H4O4Zn.2H2O (Merck), Fe(NO3)3.9H2O (Merck),
Cu(NO3)2.3H2O (Merck). Regenerasi untuk mendapatkan kembali adsorben
zeolit@Au@AMP dilakukan dengan Na-EDTA (Merck).

3.2 Prosedur Kerja


3.2.1 Pembuatan Larutan Induk
3.2.1.1 Pembuatan Larutan HCl 1,2M
Sebanyak 10 mL HCl 12 M dipipet dan diencerkan dengan aquades dalam
labu ukur 100 mL hingga tanda batas. Dari larutan HCl 1,2 M dipipet sebanyak

31 Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


32

10,42 mL dan diencerkan dengan aquades dalam labu ukur 250 mL hingga
tepat tanda batas; konsentrasi larutan HCl menjadi 0,05 M.

3.2.1.2 Pembuatan Larutan NaOH 0,05 M


Sebanyak 0,5 g NaOH padatan dilarutkan dengan aquades dalam labu ukur
250 mL dan diencerkan hingga tanda batas.

3.2.1.3 Pembuatan Larutan NaCl 1M


Sebanyak 29,25 g NaCl padatan dilarutkan dengan aquades dalam labu
ukur 500 mL, selanjutnya diencerkan hingga tanda batas.

3.2.1.4 Pembuatan Larutan HAuCl4- 1,0 x 10-2 M


Sebanyak 0,0394 gram HAuCl4. 3H2O dilarutkan dalam labu ukur 10 mL
dengan aquabides dingin dan diencerkan hingga tanda batas.

3.2.1.5 Pembuatan Larutan NaBH4 0,0261 M


Sebanyak 0,0099 gram NaBH4 dilarutkan dengan aquabides dingin dalam
labu ukur 10 mL dan diencerkan hingga tanda batas.

3.2.1.6 Pembuatan Larutan Asam 3-Merkaptopropanoat (AMP) 0,1 M


Sebanyak 0,22 mL larutan AMP 99% dipipet dan dilarutkan dengan
aquabides dalam labu ukur 25 mL dan diencerkan hingga tepat tanda batas.

3.2.1.7 Pembuatan Larutan Zn(II) 5000 ppm


Sebanyak 0,83 g C4H4O4Zn.2H2O dilarutkan dengan aquabides dalam
labu ukur 50 mL dan diencerkan hingga tanda batas.

3.2.1.8 Pembuatan Larutan Cu(II) 5000 ppm


Sebanyak 0,95 g Cu(NO3)2.3H2O dilarutkan dengan aquabides dalam labu
ukur 50 mL dan diencerkan hingga tanda batas.

3.2.1.9 Pembuatan Larutan Pb(II) 5000 ppm


Sebanyak Pb(NO3)2 0,39 g dilarutkan dengan aquabides dalam labu
kukur 50 mL dan diencerkan hingga tanda batas.

3.2.1.10 Pembuatan Larutan Cd(II) 5000 ppm


Sebanyak CdSO4 0,46 g dilarutkan dengan aqubides dalam labu ukur
50 mL dan diencerkan hingga tepat tanda batas.
Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


33

3.2.1.11 Pembuatan Larutan Fe(III) 5000 ppm


Sebanyak Fe(NO3)3.9H2O 1,80 g dilarutkan dengan aqubides dalam
labu ukur 50 mL dan diencerkan hingga tanda batas.

3.2.1.12 Pembuatan Larutan Na-EDTA 0,1 M


Sebanyak 1,86 g C10H14N2Na2O8.2H2O dilarutkan dengan aquades
dalam labu ukur 50 mL dan diencerkan hingga tepat tanda batas.

3.2.2 Aktivasi Zeolit


3.2.2.1 Aktivasi Secara Fisika
Secara fisika zeolit diaktifkan dengan cara mencuci zeolit dalam
aquades dengan perbandingan zeolit : Aquades yaitu 1: 3 (200 g zeolit dalam
600 mL aquades) lalu zeolit diaduk selama 1 jam pada suhu 70 oC. Setelah
diaduk zeolit diendapkan selama beberapa waktu, lalu koloidnya di ambil. Koloid
yang diambil selanjutnya dicuci kembali dengan menggunakan aquades dan
diaduk selama 1 jam pada suhu 70 oC lalu diendapkan. Endapan yang terbentuk
kemudian dikeringkan pada suhu 105 oC. Pencucian secara fisika dilakukan
sebanyak tiga kali.

3.2.2.2 Aktivasi secara Kimia


Aktivasi secara kimia dilakukan dengan asam (HCl) dan dilanjutkan
dengan basa (NaOH). Asam yang digunakan adalah HCl 0,05 M dengan
perbandingan zeolit : HCl adalah 1 : 3 (50 g zeolit : 150 mL HCl 0,05 M) dan
campuran diaduk selama 1 jam pada suhu 70oC dan diendapkan. Endapan yang
terbentuk diambil dan dikeringkan pada suhu 105o C. Aktivasi dengan basa
dilakukan dengan menggunkan NaOH 0,05 M dengan perbandingan zeolit :
basa yaitu 1: 3 (50 g zeolit : 150 mL NaOH 0,05M) dan diperlakukan sama
seperti pada aktivasi dengan HCl 0,05 M.

3.2.2.3 Penyeragaman Kation pada Zeolit


Zeolit yang telah kering kemudian dicuci dengan NaCl 1 M campuran
diaduk dengan magnetic stirrer selama 6 jam pada 70 oC dan diendapkan
semalaman serta endapan dikeringkan pada suhu 105o C. Selanjutnya zeolit

Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


34

dikalsinasi selama 2 jam pada suhu 300 oC dan zeolit yang telah aktif
dikarakterisasi dengan menggunakan XRF dan BET.

3.2.3 Imobilisasi Nanopartikel Emas pada Zeolit (Zeolit@Au)


3.2.3.1 Optimasi Waktu Imobilisasi Nanopartikel Emas dalam Zeolit
Optimasi waktu imobilisasi nanopartikel emas dalam zeolit telah
dilakukan pada penelitian sebelumnya (N.Sandra. 2010) dengan kondisi waktu
optimum pada 3 jam waktu imobilisasi.

3.2.3.2 Imobilisasi Nanopartikel Emas dalam Zeolit


Sebanyak 0,25 mL larutan HAuCl4 1,0 x 10-2 dipipet dan diencerkan
dengan aqubides dingin dalam labu ukur 25 mL hingga tepat tanda batas
sehingga konsentrasi larutan menjadi 1,0 x10-4. Kemudian larutan dimasukkan ke
dalam beaker glass yang terdapat 1 gram zeolit yang telah diaktivasi dan larutan
diaduk dengan magnetic stirrer selama 1 jam, setelah 1 jam ke dalam larutan
tersebut ditambahkan 5 mL NaBH4 0,0261 M Pengadukan terus dilakukan
selama 6 jam dan didekantasi selama 24 jam. Selanjutnya larutan di sentrifuge untuk
memisahkan fase padatan dan fase cairan. Fase cairan diukur dengan PSA,
sedangkan fase padatan dikeringkan dioven pada suhu 105oC. Zeolit yang telah
kering diperlakukan kembali seperti diatas sebanyak 3 kali pelapisan.
Karakterisasi zeolit@Au dilakukan dengan FTIR dan XRF.

3.2.4 Penanaman Ligan Asam 3-Merkaptopropanoat (AMP) pada


Zeolit@Au
Sebanyak 1 mL dan 3 mL larutan AMP 0,1 M dipipet dan dilarutkan
dengan aquabides dalam labu ukur 10 mL dan diencerkan hingga tanda batas
sehingga masing-masing konsentrasinya larutan menjadi 1,0 x 10-2 M dan 3,0
x 10-2 M. Untuk variasi konsentrasi ligan, diambil sebanyak 10 mL dari
masing-masing larutan dan dimasukkan ke dalam masing-masing gelas piala yang
terdapat 0,1 g zeolit@Au kemudian larutan diaduk dengan magnetic stirrer
selama 6 jam dan didekantasi selama 24 jam. Setelah 24 jam diambil

Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


35

endapannya dan dikeringkan pada suhu 105o C. Hasil variasi konsentrasi


AMP dikarakterisasi dengan FTIR dan PSA.

3.2.5 Aplikasi Adsorben Terhadap Ion Logam Berat (Tunggal)


3.2.5. 1 Aplikasi Adsorben Terhadap Ion Zn (II)
Sebanyak 1,3 mL larutan Zn(II) 5000 ppm dipipet dan dilarutkan
dengan aquabides dalam labu ukur 10 mL, konsentrasi larutan menjadi 653,90
ppm. Sebanyak 10 mL larutan Zn (II) 653,90 ppm ditambahkan ke dalam 0,1 g
zeolit aktivasi; 0,1 g zeolit@Au dan 0,1 gzeolit@Au@AMP kemudian
campuran diaduk selama 30 menit dan campuran didekantasi selama 24 jam.
Selanjutnya campuran di sentrifuge untuk memisahkan fase padatan dan fase
cairan. Fase cairan di ukur dengan SSA untuk mengetahui kadar Zn2+ yang
tersisa. Sebelumnya kadar Zn2+ dalam larutan awal sebagai standar diukur
terlebih dahulu dengan SSA.

3.2.5.2 Aplikasi Adsorben Terhadap Ion Cu (II)


Sebanyak 1,3 mL larutan Cu(II) 5000 ppm dipipet dan dilarutkan
dengan aquabides dalam labu ukur 10 mL, konsentrasi larutan menjadi 635
ppm. Sebanyak 10 mL larutan Cu (II) 635 ppm ditambahkan ke dalam 0,1g
zeolit aktivasi; 0,1g zeolit@Au dan 0,1g zeolit@Au@AMP kemudian
campuran diaduk selama 30 menit dan campuran didekantasi selama 24 jam.
Selanjutnya campuran di sentrifuge untuk memisahkan fase padatan dan fase
cairan. Fase cairan di ukur dengan SSA untuk mengetahui kadar Cu2+ yang
tersisa. Sebelumnya kadar Cu2+ dalam larutan awal sebagai standar diukur
terlebih dahulu dengan SSA.

3.2.5.3 Aplikasi Adsorben Terhadap Ion Pb (II)


Sebanyak 4,14 mL larutan Pb(II) 5000 ppm dipipet dan dilarutkan
dengan aquabides dalam labu ukur 10 mL, konsentrasi larutan menjadi 2072
ppm. Sebanyak 10 mL larutan Pb (II) 2072 ppm ditambahkan ke dalam 0,1 g
zeolit aktivasi; 0,1 g zeolit@Au dan 0,1 g zeolit@Au@AMP kemudian
campuran diaduk selama 30 menit dan campuran didekantasi selama 24 jam.
Selanjutnya campuran di sentrifuge untuk memisahkan fase padatan dan fase
cairan. Fase cairan di ukur dengan SSA untuk mengetahui kadar Pb2+ yang
Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


36

tersisa. Sebelumnya kadar Pb2+ dalam larutan awal sebagai standar diukur
terlebih dahulu dengan SSA.

3.2.5.4 Aplikasi Adsorben Terhadap Ion Cd (II)


Sebanyak 2,24 mL larutan Cd(II) 5000 ppm dipipet dan dilarutkan
dengan aquabides dalam labu ukur 10 mL, konsentrasi larutan menjadi 1124
ppm. Sebanyak 10 mL larutan Cd (II) 1124 ppm ditambahkan ke dalam 0,1 g
zeolit aktivasi; 0,1 g zeolit@Au dan 0,1 g zeolit@Au@AMP kemudian
campuran diaduk selama 30 menit dan campuran didekantasi selama 24 jam.
Selanjutnya campuran di sentrifuge untuk memisahkan fase padatan dan fase
cairan. Fase cairan di ukur dengan SSA untuk mengetahui kadar Cd2+ yang
tersisa. Sebelumnya kadar Cd2+ dalam larutan awal diukur sebagai standar
terlebih dahulu dengan SSA.

3.2.5.5 Aplikasi Adsorben Terhadap Ion Fe (III)


Sebanyak 0,74 mL larutan Fe(III) 5000 ppm dipipet dan dilarutkan
dengan aquabides dalam labu ukur 10 mL, konsentrasi larutan menjadi 373
ppm. Sebanyak 10 mL larutan Fe (III) 373 ppm ditambahkan ke dalam 0,1 g
zeolit aktivasi; 0,1 g zeolit@Au dan 0,1 gzeolit@Au@AMP kemudian
campuran diaduk selama 30 menit dan campuran didekantasi selama 24 jam.
Selanjutnya campuran di sentrifuge untuk memisahkan fase padatan dan fase
cairan. Fase cairan di ukur dengan SSA untuk mengetahui kadar Fe3+ yang
tersisa. Sebelumnya kadar Fe3+ dalam larutan awal diukur sebagai standar
terlebih dahulu dengan SSA.

3.2.6 Aplikasi Adsorben Terhadap Ion Logam Campuran


Percobaan ini dilakukan dengan 2 jenis campuran ion logam yaitu
campuran -1 pH 2,3 (Pb2+, Zn2+, Cu2+, Cd2+, Fe3+) 1000 ppm dan campuran -2
pH 6,1 (Pb2+, Zn2+, Cu2+, Cd2+) 1000 ppm dengan cara memipet masing-masing
10 mL standar Pb 5000 ppm, standar Cd 5000 ppm, standar Cu 5000 pppm,
standar Zn 5000 ppm, standar Fe 5000 ppm dan dimasukkan ke dalam labu ukur
50 mL. Sebanyak 25 mL standar campuran 1000 ppm ditambahkan ke dalam 0,1
gram zeolit@Au@AMP, kemudian campuran diaduk menggunakan magnetic stirrer

Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


37

selama 30 menit dan campuran didekantasi selama 24 jam. Selanjutnya campuran


di sentrifuge untuk memisahkan fase padatan dan fase cairan. Fase cairan diukur
dengan SSA untuk mengetahui kadar ion logam yang tersisa. Sebelumnya
larutan standar campuran awal diukur dengan menggunakan SSA.
Memvariasikan pH dilakukan dengan penambahan HNO3 dan NaOH pada
larutan standar campuran diatas dengan zeolit@Au@AMP.

3.2.7 Optimasi Aplikasi Zeolit@Au@AMP Terhaadap Adsorbat Paling


Selektif
Percobaan ini dilakukan dengan variasi konsentrasi AMP yang ditanam
pada 0,1 g zeolit@Au. Variasi konsentrasi dilakukan pada [AMP] 1,0 x 10-2 M
dibuat dari larutan AMP 0,1 M diambil 1 mL dan dilarutkan dalam labu ukur 10
mL, konsentrasi menjadi 1,0 x 10-2 M, dan [AMP] 3,0 x 10-2 M dibuat dari larutan
AMP 0,1 M diambil 1 mL dan dilarutkan dalam labu ukur 10 mL masing-masing
ditambahkan ke dalam beaker glass yang berisi 0,1 gram zeolit@Au. Dilakukan
adsorpsi 0,1 gram zeolit@Au@AMP dengan variasi konsentrasi AMP diatas
pada ion logam [Zn (II)] : 653,90 ppm; [Cu(II)] : 635 ppm; [Pb(II)]: 2072 ppm;
[Cd(II)]: 1124 ppm dan [Fe(III)]: 373 ppm. Masing-masing campuran larutan
diaduk menggunakan magnetic stirrer selama 30 menit dan campuran
didekantasi selama 24 jam. Selanjutnya campuran di sentrifuge untuk
memisahkan fase padatan dan fase cairan. Fase cairan diukur dengan SSA untuk
mengetahui kadar ion logam yang tersisa. Sebelumnya larutan standar campuran awal
diukur dengan menggunakan SSA.

3.2.7.1 Variasi Konsentrasi AMP


Variasi konsentrasi dilakukan pada AMP dengan konsentrasi 2 x 10-2 M
sampai 5,0 x 10-2 M. AMP dengan konsentrasi 2 x 10-2 M dibuat dari larutan
AMP 0,1 M diambil 2 mL dan dilarutkan dengan aquabides dalam labu ukur 10
mL, konsentrasi menjadi 2 x 10-2 M) ; 4 x 10-2 M dibuat dari larutan AMP 0,1
M diambil 4 mL dan dilarutkan dengan akuabides dalam labu ukur 10 mL,
konsentrasi menjadi 4 x 10-2 M; 5 x 10-2 M dibuat dari larutan AMP 0,1 M
diambil 5 mL dan dilarutkan dengan aquabides dalam labu ukur 10 mL,
Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


38

konsentrasi menjadi 5 x 10-2 M. Masing-masing larutan ditambahkan ke dalam


beaker glass yang berisi 0,1 gram zeolit@Au. Dilakukan adsorpsi 0,1 gram
zeolit@Au@AMP dengan variasi konsentrasi AMP diatas dengan konsentrasi
penyerapan ion logam yang optimum.

3.2.7.2 Variasi Konsentrasi Ion Logam


Pengukuran variasi konsentrasi dilakukan terhadap zeolit@Au@AMP
pada adsorpsi ion logam yang optimum. Pada konsentrasi ion logam 500 ppm
dibuat dari larutan ion logam 5000 ppm diambil 1 mL dan dilarutkan dengan
aquabides dalam labu ukur 10 mL; 1000 ppm dibuat dari larutan ion logam 5000
ppm diambil 2 mL dan dilarutkan dengan aquabides dalam labu ukur 10 mL;
3000 ppm dari larutan ion logam 5000 ppm diambil 6 mL dan dilarutkan dengan
aqubides dalam labu ukur 10 mL serta 4000 ppm dibuat dari larutan ion logam
5000 ppm diambil 8 mL dan dilarutkan dengan aquabides dalam labu ukur 10
mL.

3.2.8 Regenerasi Zeolit@Au@AMP-ion Logam


Regenerasi zeolit@Au@AMP-ion logam dilakukan terhadap
zeolit@Au@AMP dengan adsorpsi ion logam optimum menggunakan larutan
Na-EDTA 0,1M. Sebanyak 10 mL larutan EDTA 0,1M ditambahkan ke dalam
0,1 g zeolit@Au@AMP yang telah mengikat ion logam. Campuran tersebut
diaduk menggunakan magnetic stirrer selama 30 menit lalu didekantasi selama
24 jam. Selanjutnya campuran disentrifuge untuk memisahkan fase padatan dan
fase cairan. Fase cairan diukur dengan SSA untuk mengetahui kadar ion logam
yang terikat dengan EDTA.

Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


39

Bagan Penelitian

Zeolit Klinoptilolit

Aktivasi

Fisika Kimia Penyeragaman Kation

Zeolit Aktivasi BET

Imobilisasi Nano Au FTIR


Zeolit@Au
XRF

Penanaman AMP PSA


Zeolit@Au@AMP

Aplikasi Sebagai Adsorben

Pb (II) Cu (II) Zn (II) Cd (II) Fe (III) Campuran Ion Logam

Optimasi Aplikasi Zeolit@Au@AMP-M


Paling Selektif

AAS

Variasi [Pb(II)] Variasi [AMP]


Dopping Nano Au Dopping Nano Au

Zeolit@Au@AMP-Pb

Regenerasi

Zeolit@Au@AMP + Pb-EDTA

Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Aktivasi Zeolit Alam Klinoptilolit

Zeolit alam yang digunakan pada penelitian ini yaitu jenis klinoptilolit
berasal dari daerah Bayah, Jawa Barat yang diproduksi oleh CV Transindo
Utama. Zeolit alam mempunyai bentuk kristal yang teratur dengan rongga atau
pori yang berhubungan ke semua arah. Karena berasal dari alam, maka zeolit
masih banyak mengandung pengotor, ion-ion logam atau molekul air di dalam
rongga-rongganya. Oleh karena itu, pengotor-pengotor dalam zeolit terlebih
dahulu harus dihilangkan sebelum digunakan yaitu dengan diaktivasi secara fisika
dan kimia. Setelah diaktivasi zeolit kemudian dikarakterisasi dengan FTIR, PSA,
XRF.

4.1.1 Aktivasi Secara Fisika

Aktivasi secara fisika dilakukan dengan mencuci zeolit sebanyak 3 kali


pada suhu 70 oC. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan pengotor seperti debu
dan tanah yang masih terdapat dalam zeolit. Pemanasan pada suhu 70 oC
bertujuan untuk membantu mengeluarkan kotoran yang menempel pada
permukaan zeolit.

4.1.2 Aktivasi Secara Kimia

Aktivasi secara kimia yang dilakukan menggunakan HCl 0,05 M


bertujuan menghilangkan pengotor yang dapat larut dalam asam dan NaOH 0,05
M untuk menghilangkan pengotor yang larut dalam basa.

4.1.3 Penyeragaman Kation

Penyeragaman kation pada zeolit dilakukan dengan mencuci zeolit


dengan NaCl. Hal ini bertujuan untuk menyeragamkan kation yang terdapat
dalam pori-pori zeolit dengan ion Na+ sehingga lebih mudah mengganti ion Na+
dengan ion Au3+ karena ukuran ion Na+ yang jauh lebih kecil dibandingkan

[Type text] 40 Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


41

ukuran ion logam lainnya. Selanjutnya zeolit dikalsinasi pada suhu 300 oC untuk
menghilangkan air yang terjebak dalam pori-pori zeolit serta menghilangkan
senyawa-senyawa organik yang mungkin terkandung dalam zeolit.

4.2 Modifikasi Zeolit Alam Klinoptilolit

Modifikasi dilakukan melalui 3 tahapan, yaitu pengisian rongga zeolit oleh


ion Au3+, sintesis nanopartikel Au melalui reduksi Au3+ menjadi Auo, kemudian
modifikasi nanopartikel Au oleh AMP. Ilustrasi tahapan modifikasi
diperlihatkan pada Gambar 4.1.

AuCl4- 3++ 3+
Au Au

Au3+ Au3+
+

NaBH4
Permukaan zeolit

Zeolit@Au
Au Au
u

Au
Au
u
Au

Gambar 4.1 Ilustrasi Imobilisasi nanopartikel Au pada zeolit

4.2.1 Imobilisasi Nanopartikel Au pada Zeolit (Zeolit@Au)

Imobilisasi nanopartikel Au terdiri dari 2 tahapan yaitu pengisian rongga


zeolit oleh ion-ion Au3+, kemudian sintesis nanopartikel Au melalui reduksi Au3+
menjadi Auo oleh NaBH4. Imobilisasi dilakukan menggunakan HAuCl4 1,0 x 10-4 M.
Dalam air, HAuCl4 akan mengion menjadi AuCl4- dengan Au berupa Au3+.
AuCl4- kemudian akan berdifusi dan mengisi pori-pori zeolit. Reduksi dilakukan
melalui penambahan NaBH4, sehingga Au3+ menjadi Auo. Melaui proses ini,
pembentukan nanopartikel terjadi dalam pori-pori zeolit, sehingga ukuran
nanopartikel Au juga terkontrol. Hal ini mencegah terjadinya agregasi yang
menyebabkan nanopartikel Au menjadi tidak stabil. Percobaan ini menghasilkan

Univeritas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


42

zeolit@Au. Selanjutnya zeolit@Au dikarakterisasi menggunakan XRF, FTIR,


dan PSA.
4.2.2 Penanaman Ligan Asam 3-Merkaptopropanoat (AMP)

Penanaman ligan AMP bertujuan meningkatkan kapasitas adsorpsi zeolit.


Percobaan ini merupakan modifikasi nanopartikel Au yang telah terimobilisasi
dalam pori-pori zeolit. Ligan AMP yang telah tertanam ini nantinya berfungsi
sebagai penangkap ion logam berat. Dasar penelitian ini adalah penelitian sebelumnya
(Mariska Halimtengker. 2006) yang berhasil mengaplikasikan nanopartikel Au
termodifikasi ligan AMP (Au@AMP) sebagai sensor ion logam berat. Ligan AMP
dapat menangkap ion logam berat karena memiliki gugus COO- yang akan
membentuk kompleks dengan ion logam. Percobaan ini merupakan tahap akhir
modifikasi yang menghasilkan adsorben zeolit@Au@AMP. Selanjutnya
zeolit@Au@AMP dikarakterisasi dengan FTIR dan PSA. Ilustrasi tahapan
modifikasi diperlihatkan pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Ilustrasi penanaman ligan asam 3-merkaptopropanoat pada


zeolit@Au

4.3 Karakterisasi Zeolit

Karakterisasi bertujuan untuk melihat karakter zeolit, sebelum dan setelah


dimodifikasi. Karakterisasi juga bertujuan untuk melihat keberhasilan modifikasi.

4.3.1 Karakterisasi Zeolit dengan BET dan XRF

Univeritas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


43

Karakterisasi dengan BET terhadap zeolit aktivasi, menggunakan data


karakterisasi dari penelitian sebelumnya (Alex, Lukmanto. 2006). Hal ini dilakukan
karena zeolit yang digunakan sama, yaitu zeolit kinoptilolit dari Bayah Jawa Barat.
Data karakterisasi dengan BET diperlihatkan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Data BET zeolit aktif klinoptilolit


Luas permukaan pori Volume pori Ukuran pori
2 -3
2,423 x 10 m /g 2,784 x 10 cc/g 9,611 x 101

(Alex, Lukmanto. 2006 unpublished)

Tabel 4.1 memperlihatkan bahwa pori zeolit berukuran 9,611 x 101Ao atau
9,6 nm. Data ini menunjukkan, bahwa pengisisan pori-pori zeolit oleh
nanopartikel Au sangat mungkin dilakukan, karena nanopartikel Au yang
digunakan hanya berukuran 6,503 nm (data PSA Gambar 4.5 dan Lampiran1
Tabel 3). Data BET juga memperlihatkan, bahwa ukuran pori zeolit klinoptilolit
termasuk ukuran mesopori (ukuran pori berkisar antara mikro dan makropori) yaitu
3-50 nm.
Karakterisasi dengan XRF bertujuan melihat kandungan atom dalam
zeolit. Karakterisasi dilakukan terhadap zeolit dan zeolit@Au, untuk melihat
keberhasilan imobilisasi nanopartikel Au pada permukaan zeolit. Hasil
karakterisasi dengan XRF diperlihatkan pada Tabel 4.2. Pada Tabel 4.2
memperlihatkan bahwa zeolit setelah dimodifikasi terdapat unsur Au sebesar
13,792 sedangkan dari hasil analisa XRF pada zeolit aktif tidak dapat
didapatkan unsur Au. Hal ini menujukkan bahwa nanopartikel Au telah
berhasil di imobilisasi pada pori-pori zeolit.

Tabel 4.2 Kandungan atom unsur zeolit dan zeolit@Au


Zeolit aktivasi Zeolit@Au
Atom % Berat Atom % Berat
Al 0.7417 Al 95.409
Si 11.68 Si 674.717
K 694.509 K 76.308
Ca 7.791 Ca 68.622
Ti 52.241 Ti 1.017
Fe 0.4912 Fe 70.428
Univeritas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


44

Au 13.792

(N.Sandra. 2010 unpublished)


Sifat fisik zeolit yang telah terimobilisasi nanopartikel Au mengalami
perubahan warna dari abu-abu kecoklatan menjadi abu-abu merah muda seulas.
Berdasarkan sifat perubahan warna maka dapat diasumsikan zeolit telah
terimobilisasi dengan nanopartikel Au.

a b
Gambar 4.3 Zeolit aktivasi (a) dan Zeolit@Au (b)

4.3.2 karakterisasi Zeolit dengan PSA

Prinsip pengukuran PSA adalah pengukuran cahaya yang dibiaskan (scattering)


ketika mengenai/menabrak partikel-partikel berukuran koloid yang melayang dalam
larutan. Pembacaan ini ditangkap oleh detektor yang kemudian diubah menjadi data
ukuran partikel dan homogenitas partikel koloid. Karakterisasi dengan PSA pada
penelitian ini dilakukan terhadap zeolit; zeolit@Au; zeolit@Au@AMP dengan [AMP
= 1,0 x 10-2 M]; zeolit@Au@AMP dengan [AMP = 3,0 x 10-2 M] seperti terlihat pada
Gambar spektra PSA 4.4 (Lampiran 1; Tabel. 2).

Univeritas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


45

Gambar 4.4 Spektra PSA zeolit aktivasi; zeolit@Au; zeolit@Au@AMP


0,01M; zeolit@Au@AMP 0,03M

Dari Gambar 4.4 spektra PSA ukuran partikel zeolit aktif tidak
termodifikasi sebesar 671,8 nm, zeolit termodifikasi nanopartikel Au sebesar
772,2nm. Sedangkan pengukuran PSA untuk zeolit@Au@AMP 0,01 M sebesar
542.6 nm dan zeolit@Au@AMP 0,03 M sebesar 498.2 nm. Karakterisasi juga
dilakukan terhadap nanopartikel Au, Au@AMP dengan [AMP = 1,0 x 10-2 M]
dan Au@AMP dengan [AMP = 3,0 x 10-2 M] tanpa diimobilisasi ke dalam zeolit
seperti diperlihatkan pada Gambar spektra PSA 4.5 (Lampiran 1; Tabel.3).

Gambar 4.5 Spektra PSA Nanopartikel Au, Au@AMP 0,01 M dan


Au@AMP 0,03 M

Dari gambar spektra PSA 4.5 memperlihatkan bahwa nanopartikel Au


hasil sintesis berukuran 6,503 nm. Dengan ukuran sebesar ini, imobilisasi nano
Au pada zeolit mungkin untuk dilakukan karena ukuran nanopartikel Au lebih
kecil dibandingkan rongga zeolit. Modifikasi nanopartikel Au dengan ligan AMP
menghasilkan ukuran yang lebih besar. Hal ini membuktikan bahwa modifikasi
terjadi melalui penempelan ligan AMP disekeliling permukaan nanopartikel Au,
sehingga ukuran nanopartikel menjadi lebih besar. Peningkatan konsentrasi AMP

Univeritas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


46

menyebabkan kenaikan ukuran, karena ligan AMP menyelimuti disekeliling


nanopartikel Au sehingga terjadinya scatering cahaya lebih banyak.

4.3.2 karakterisasi Zeolit dengan FTIR

Karakterisasi dengan FTIR bertujuan untuk melihat keberhasilan


modifikasi, melalui analisa gugus-gugus fungsi yang terdapat dalam zeolit
sebelum dan setelah dimodifikasi. Hasil karakterisasi dengan FTIR diperlihatkan
Gambar 4.6.

120
Zeolit dopping Au dopping AM P 0.03 M
Zeolit dopping Au
100 zeolit dopping Au dopping AM P 0.01 M

80 zeolit aktivasi

60

40 Zeolit Dopping Au
Zeolit dopping Au dopping AMP 0.03 M
Zeolit dopping Au dopping AMP 0.01 M
Zeolit Aktivasi

20
4000 3000 2000 1000

Gambar 4.6 Hasil Spektra FTIR zeolit;zeolit@Au;zeolit@Au@AMP 0,01M


dan zeolit@Au@AMP 0,03M

Dari Gambar 4.6 terlihat spektrum zeolit aktivasi dan zeolit@Au yang
hampir sama yang berbeda hanya intensitasnya. Pada zeolit@Au intensitasnya
lebih besar dibandingkan dengan zeolit aktivasi. Hal ini menandakan bahwa
nanopartikel Au telah terimobilisasi pada pori-pori zeolit. Pada spektra FTIR
nanopartikel Au sulit teridentifikasi karena jumlah Au yang kecil dibandingkan
zeolit. Untuk meyakinkan data yang didapat adanya nanopartikel Au telah

Univeritas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


47

terimobilisasi pada pori-pori zeolit maka dilakukan karakterisasi menggunakan


XRF.
Dari spektra intensitas FT-IR zeolit@Au@AMP 0,03M lebih besar
dibandingkan zeolit@Au@AMP 0,01M, dimana gugus karboksilat C=O terletak
pada bilangan gelombang 1720 cm-1, broading OH sekitar 3400 cm-1, gugus CH2
bengkok terletak pada bilangan gelombang 1459 cm-1 dan CH2 uluran simetri
pada bilangan gelombang 2850 cm-1, serta gugus S-Au terletak pada bilangan
gelombang 2600 cm-1. Hal ini dapat diasumsikan ligan asam 3-merkaptopropanoat
telah memodifikasi zeolit@Au.

4.4 Aplikasi Adsorben Terhadap Ion Logam Berat


4.4.1 Adsorben Ion logam Berat dari Limbah Buatan (Ion Tunggal)
4.4.1.1 Aplikasi Adsorben Terhadap Ion Zn (II)

Ion Zn (II) yang digunakan berasal dari C4H4O4Zn.2H2O dengan


konsentrasi awal 500,32 ppm. Adsorpsi larutan ion Zn(II) ini dilakukan oleh
adsorben zeolit aktif tanpa modifikasi; zeolit@Au dan zeolit@Au@AMP.

14
Adsorbat Teradsorpsi

12
(mg/0,1g)

10
8
4.61
4.39 3.65
6
4
2
0
Zeolit aktivasi Zeolit@Au Zeolit@Au@AMP
Adsorben 0,01M

Gambar 4. 7 Grafik perbandingan jumlah ion Zn(II) teradsorpsi pada zeolit;


zeolit@Au; zeolit@Au@AMP;[AMP = 0,01M]

Sebelum dan sesudah diadsorpsi dilakukan pengukuran menggunakan


spektroskopi serapan atom untuk mengetahui konsentrasi ion Zn(II) yang terikat
Univeritas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


48

pada zeolit aktif tanpa modifikasi dan zeolit termodifikasi. Perbandingan adsorpsi
zeolit aktif tanpa modifikasi dan zeolit termodifikasi dapat dilihat pada Gambar 4.7
dan Tabel 4.3 (Lampiran 2; Tabel.4.)
Dari Gambar 4.7 terlihat perbandingan kemampuan masing-masing
adsorben. Adsoben zeolit@Au@AMP menyerap ion Zn(II) lebih besar dari zeolit
aktivasi dan zeolit@Au, tetapi memiliki perbedaan sedikit dalam kemampuannya
menyerap ion Zn(II), hal ini diduga karena ion Zn(II) memiliki ukuran atom yang
terlalu kecil sehingga kemungkinan sedikit berikatan dengan gugus COO- dari
ligan AMP dan mudah terhidrasi dengan H2O di dalam larutan.
Pada adsorben zeolit@Au dalam menyerap ion Zn(II) menurun
dibandingkan dengan zeolit aktivasi, hal ini diasumsikan bahwa pori-pori
zeolit telah terisi nanopartikel Au melalui pertukaran kation dengan Na+ yang
terdapat dalam rongga zeolit sehingga ion Zn(II) yang terserap pada pori-pori
zeolit berkurang. Untuk mengetahui persen perbandingan kenaikan Zn(II) yang
teradsopsi pada adsorben yang termodifikasi (zeolit@Au dan zeolit@Au@AMP
0,01M) terhadap zeolit yang tidak termodifikasi dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Persen perbandingan kenaikan Zn(II) teradsorpsi zeolit


termodifikasi (zeolit@Au dan zeolit@Au@AMP 0,01 M) terhadap
zeolit aktivasi

Adsorben [Zn(II) ] % Perubahan (d)


Teradsorpsi
(mg/L)
Zeolit aktivasi 43,9 (a)
Zeolit@Au 36,56 (b) -16 (d1)
Zeolit@Au@AMP 46,15 (c) 5 (d2)
0,01M

Ket: perhitungan : d1 = x 100 % ; d2 = = x 100%

Tabel 4.3 memperlihatkan bahwa modifikasi zeolit dengan nanopartikel


Au menyebabkan penurunan jumlah ion Zn(II) teradsorpsi. Hal ini disebabkan
karena nanopartikel Au mengisi rongga-rongga zeolit melalui pertukaran kation
dengan Na+ yang berada dalam rongga zeolit. Pengisian rongga zeolit oleh
Univeritas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


49

nanopartikel Au menyebabkan penurunan daya adsorpsi zeolit terhadap ion Zn


(II). Hal ini juga membuktikan bahwa pertumbuhan nanopartikel Au terjadi dalam
rongga zeolit sehingga agregasi nanopartikel Au dapat dicegah.
Zeolit kemudian dimodifikasi dengan ligan AMP. Modifikasi dengan
AMP ternyata meningkatkan % adsorpsi sebesar 5% dari adsorpsi oleh zeolit
tanpa modifikasi. Hal ini membuktikan bahwa modifikasi zeolit dengan ligan
dapat meningkatkan daya adsorpsi zeolit terhadap ion Zn(II). Modifikasi dengan
nanopartikel Au tidak dapat meningkatkan daya adsorpsi zeolit terhadap ion
Zn(II) karena emas tidak dapat menangkap ion Zn(II). Nanopartikel emas dalam
hal ini hanya berperan sebagai jembatan yang menghubungkan zeolit dengan
ligan asam 3-merkaptopropanoat. Penggunaan nanopartikel emas bertujuan
meningkatkan luas permukaan karena ukurannya yang sangat kecil (skala
nanometer).

4.4.1.2 Aplikasi Adsorben Terhadap Ion Cu (II)

Ion Cu (II) yang digunakan berasal dari Cu(NO3)2.3 H2O dengan konsentrasi
513,032 ppm, adsorpsi larutan ion Cu (II) ini dilakukan oleh adsorben zeolit aktif
tanpa modifikasi; zeolit@Au dan zeolit@Au@AMP. Sebelum dan sesudah
diadsorpsi dilakukan pengukuran menggunakan spektroskopi serapan atom
untuk mengetahui konsentrasi ion Cu (II) yang terikat pada zeolit aktif tanpa
modifikasi dan zeolit termodifikasi. Perbandingan kemampuan adsorben zeolit
aktif tanpa modifikasi dan zeolit termodifikasi diperlihatkan pada Gambar 4.8 dan
Tabel 4.4 (Lampiran 3; Tabel.5).

Univeritas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


50

14
Adsorbat Teradsorpsi 12
10
(mg/0,1g)

8
6
2.72
2.12
4 1.36
2
0
Zeolit aktivasi Zeolit@Au Zeolit@Au@AMP
0,01M
Adsorben

Gambar 4.8 Grafik perbandingan jumlah ion Cu (II) teradsorpsi pada zeolit;
zeolit@Au; zeolit@Au@AMP 0,01M

Dari Gambar 4.8 memperlihatkan bahwa daya adsorpsi zeolit menurun


setelah diimobilisasi oleh nanopartikel Au. Hal ini menunjukkan bahwa pori-
pori zeolit telah terisi nanopartikel Au. Setelah dimodifikasi AMP, daya
adsorpsi zeolit meningkat dari 1,36 menjadi 2,72 mg/0,1g zeolit. Hal ini
menunjukkan bahwa modifikasi dapat meningkatkan daya adsorpsi zeolit.
Namun, peningkatan yang terjadi tidak begitu besar diduga karena ion Cu(II)
memiliki ukuran atom yang masih lebih kecil dari pada ruang ikatan yang
disediakan ligan 3-AMP untuk berikatan dengan gugus COO- dari AMP
untuk membentuk kompleks.
Untuk mengetahui persen perbandingan kenaikan Cu(II) yang
teradsopsi pada adsorben yang termodifikasi (zeolit@Au dan zeolit@Au@AMP
0,01M) terhadap zeolit yang tidak termodifikasi dihitung persen kenaikan Cu(II)
yang teradsorpsi. Hasil perhitungan diperlihatkan pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Persen perbandingan kenaikan Cu(II) teradsorpsi zeolit


termodifikasi (zeolit@Au dan zeolit@Au@AMP 0,01 M) terhadap
zeolit aktivasi

Adsorben [Cu(II) ] % Perubahan (d)

Univeritas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


51

Teradsorpsi
( mg/L)
Zeolit aktivasi 21,20 (a)
Zeolit@Au 13,64 (b) -35,66 (d1)
Zeolit@Au@AMP 27,29 (c) 28,72 (d2)
0,01M

Ket: perhitungan : d1 = x 100 % ; d2 = = x 100%

Tabel 4.4 memperlihatkan bahwa modifikasi zeolit dengan


nanopartikel Au menyebabkan penurunan jumlah ion Cu (II) teradsorpsi
sebesar 35,66%. Pada zeolit@Au@AMP, persen kenaikan adsorpsi yang
terjadi sebesar 28,72%. Jika dibandingkan dengan persen kenaikan Zn(II)
pada Tabel 4.4, persen kenaikan Cu(II) hampir mencapai 6 kali lipat. Hal ini
memperlihatkan bahwa zeolit@Au@AMP lebih menyukai ion Cu(II)
dibandingkan ion Zn(II).

4.4.1.3 Aplikasi Adsorben Terhadap Ion Pb (II)

Ion Pb (II) yang digunakan berasal dari Pb(NO3)2 dengan


konsentrasi 2049,4 ppm. Adsorpsi larutan ion Pb (II) ini dilakukan oleh
adsorben zeolit aktif tanpa modifikasi; zeolit@Au dan zeolit@Au@AMP.
Sebelum dan sesudah diadsorpsi dilakukan pengukuran menggunakan
spektroskopi serapan atom untuk mengetahui konsentrasi ion Pb (II) yang
terikat pada zeolit aktif tanpa modifikasi dan zeolit termodifikasi. Data hasil
pengukuran SSA kemudian diolah dan dianalisa. Hasil pengolahan data
diperlihatkan pada Gambar 4.9 dan Tabel 4.5 (Lampiran 4; Tabel.6).
Gambar 4.9 memperlihatkan perbandingan kemampuan adsorpsi zeolit
non-modifikasi dan zeolit termodifikasi. Adsoben zeolit@Au@AMP 0,01 M
menyerap ion Pb (II) lebih besar dibandingkan zeolit aktivasi dan zeolit@Au, hal
ini dikarenakan ukuran atom Pb yang besar sehingga memiliki ruang ikatan yang

Univeritas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


52

besar untuk berikatan dengan gugus COO- dari ligan AMP, maka gugus COO- ini
akan berikatan kuat secara elektrostatik dengan ion Pb(II).

12.39
14

12
8.49
Adsorbat Teradsorpsi

10
6.01
(mg/0,1g)

0
Zeolit aktivasi Zeolit@Au Zeolit@Au@AMP
Adsorben 0,01M

Gambar 4.9 Grafik perbandingan jumlah ion Pb (II) teradsorpsi pada zeolit;
zeolit@Au; zeolit@Au@AMP 0,01M

Untuk mengetahui persen perbandingan kenaikan Pb(II) yang


teradsopsi pada adsorben yang termodifikasi (zeolit@Au dan zeolit@Au@AMP
0,01M) terhadap zeolit yang tidak termodifikasi dilakukan analisa dan pengolahan
data lebih lanjut yang diperlihatkan pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Persen perbandingan kenaikan Pb(II) teradsorpsi zeolit


termodifikasi (zeolit@Au dan zeolit@Au@AMP 0,01 M) terhadap
zeolit aktivasi

Adsorben [Pb(II) ] % Perubahan (d)


Teradsorpsi
(mg/L)
Zeolit aktivasi 84,9 (a)
Zeolit@Au 60,15 (b) -29,15 (d1)
Zeolit@Au@AMP 123,97 (c) 46,01 (d2)
0,01M

Ket: perhitungan : d1 = x 100 % ; d2 = = x 100%

Univeritas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


53

Tabel 4.5 memperlihatkan bahwa modifikasi zeolit dengan nanopartikel


Au menyebabkan penurunan jumlah ion Pb (II) teradsorpsi sebesar 29,15% dan
modifikasi dengan AMP menyebabkan kenaikan persen adsorpsi sebesar 46,01%
(sekitar 2 kali lipat). Tingginya persen kenaikan Pb yang terserap menunjukkan
bahwa zeolit@Au@AMP lebih menyukai Pb(II) dibandingkan Zn(II) dan Cu(II)
yang masing-masing persen kenaikan hanya sebesar 5% dan 28,72%.

4.4.1.4 Aplikasi Adsorben Terhadap Ion Cd (II)


Aplikasi dilakukan terhadap ion Cd(II) yang berasal dari CdSO4
dengan konsentrasi 1017.5 ppm terhadap zeolit aktif; zeolit@Au dan
zeolit@Au@AMP. Hasil pengukuran dengan SSA diperlihatkan Gambar 4.10
(Lampiran 5; Tabel 7). Gambar 4.10 memperlihatkan bahwa penyerapan ion
Cd(II) lebih besar pada zeolit aktivasi dibandingkan zeolit@Au. Daya adsorpsi
zeolit@Au dalam menyerap ion Cu (II) menurun sebesar 0,24 mg/0,1 g zeolit
dibandingkan terhadap zeolit aktif tanpa modifikasi sebesar 6,03 mg/0,1 g. Hal ini
menunjukkan, bahwa pori-pori zeolit telah terisi nanopartikel Au sehingga ion Cd
(II) yang terserap dalam pori-pori berkurang. Adsorben zeolit@Au@AMP 0,01
M menyerap ion Cd (II) sebesar 6,46 mg/0,1 g, memiliki perbedaan 0,43
mg/0,1 g terhadap zeolit aktif tanpa termodifikasi, perbedaan yang tidak
begitu besar terhadap zeolit tanpa modifikasi ini diduga karena ion Cd (II)
memiliki ukuran atom yang kecil dari pada ruang ikatan yang disediakan
ligan 3-AMP.

Univeritas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


54

14

Adsorbat Teradsorpsi
12
10

(mg/0,1g)
6.46
6.03 5.79
8
6
4
2
0
Zeolit aktivasi Zeolit@Au Zeolit@Au@AMP 0,01M
Adsorben

Gambar 4.10 Grafik perbandingan jumlah ion Cd (II) teradsorpsi pada


zeolit; zeolit@Au; zeolit@Au@AMP 0,01M

Data persen kenaikan ion Cd(II) yang teradsorpsi pada adsorben


yang termodifikasi (zeolit@Au dan zeolit@Au@AMP) terhadap zeolit yang
tidak termodifikasi diperlihatkan pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Persen perbandingan kenaikan [Cd(II)] teradsorpsi zeolit


termodifikasi (zeolit@Au dan zeolit@Au@AMP 0,01 M) terhadap
zeolit aktivasi

Adsorben [Cd(II)] % Perubahan (d)


Teradsorpsi
(mg/L)
Zeolit aktivasi 60,35 (a)
Zeolit@Au 57,9 (b) -53,76 (d1)
Zeolit@Au@AMP 64,6 (c) 7,04 (d2)
0,01M

Ket: perhitungan : d1 = x 100 % ; d2 = = x 100%

Tabel 4.6 memperlihatkan hal yang serupa dengan percobaan


sebelumnya, dimana imobilisasi nanopartikel Au menyebabkan penurunan
ion logam teradsorpsi, sedangkan modifikasi dengan AMP menyebabkan
Univeritas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


55

kenaikan ion logam teradsorpsi. Penurunan ion logam teradsorpsi membuktikan


keberhasilan modifikasi zeolit dengan nanopartikel Au, sedangkan kenaikan ion
logam terserap membuktikan keberhasilan modifikasi zeolit@Au dengan ligan
AMP.

4.4.1.5 Aplikasi Adsorben Terhadap Ion Fe (III)

Ion Fe (III) yang digunakan berasal dari Fe(NO3)3.9H2O, adsorpsi


larutan ion Fe (III) ini dilakukan oleh adsorben zeolit aktif tanpa modifikasi;
zeolit@Au dan zeolit@Au@AMP. Sebelum dan sesudah diadsorpsi dilakukan
pengukuran menggunakan spektroskopi serapan atom untuk mengetahui
konsentrasi ion Fe(III) yang terikat pada zeolit aktif tanpa modifikasi; zeolit@Au
dan zeolit@Au@AMP. Untuk mengetahui perbandingan kemampuan adsorben
zeolit aktif tanpa modifikasi; zeolit@Au; zeolit@Au@AMP dapat dilihat pada
Gambar 4.11 dan Tabel 4.7 (Lampiran 6; Tabel .9)

14
Adsorbat Teradsorpsi

12
(mg/01g)

10
8
6
1.98 2.09
4 1.06
2
0
Zeolit aktivasi Zeolit@Au Zeolit@Au@AMP
0,01M
Adsorben

Gambar 4.11 Grafik perbandingan jumlah ion Fe (III) teradsorpsi pada


zeolit; zeolit@Au; zeolit@Au@AMP 0,01M

Gambar 4.11 perbandingan kemampuan masing-masing adsorben di


atas. Adsoben zeolit@Au@AMP menyerap ion Fe (III) lebih besar dibandingkan
zeolit aktivasi dan zeolit@Au akan tetapi adanya perbedaan yang tidak begitu
Univeritas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


56

besar dibandingkan dengan zeolit tanpa modifikasi ini diduga karena tetapan
pembentukan kompleks antara ion Fe(III) dengan ligan 3-AMP yang terlalu kecil
sehingga walaupun terjadi penyerapan sedikit sekali. Untuk mengetahui persen
perbandingan kenaikan Fe(III) yang teradsopsi pada adsorben yang termodifikasi
(zeolit@Au dan zeolit@Au@AMP) terhadap zeolit yang tidak termodifikasi dapat
dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Persen perbandingan kenaikan [Fe(III) ] teradsorpsi zeolit


termodifikasi (zeolit@Au dan zeolit@Au@AMP 0,01 M) terhadap
zeolit aktivasi

Adsorben [Fe(III)] % Perubahan (d)


Teradsorpsi
(mg/L)
Zeolit aktivasi 19,8 (a)
Zeolit@Au 10,68 (b) -46,06 (d1)
Zeolit@Au@AMP 5,06 (d2)
0,01M 20,91 (c)

Ket: perhitungan : d1 = x 100 % ; d2 = = x 100%

Tabel 4.7 memperlihatkan bahwa modifikasi zeolit dengan nanopartikel


Au menyebabkan penurunan jumlah ion Fe (III) teradsorpsi. Hal ini disebabkan
karena nanopartikel Au mengisi rongga-rongga zeolit melalui pertukaran kation
dengan Na+ yang berada dalam rongga zeolit. Pengisian rongga zeolit oleh
nanopartikel Au ini menyebabkan penurunan daya adsorpsi zeolit terhadap ion Fe
(III). Disamping itu afinitas ion dipengaruhi pula oleh valensi ion, ion dengan
valensi yang lebih besar mempunyai afinitas yang besar. Selain itu afinitas juga
dipengauhi oleh reaksi spesifik adsorbat pada permukaan dan perbedaan sifat
antara tempat-tempat dipermukaan dalam kisi-kisi kristal zeolit serta dipengaruhi
pula oleh kekuatan medan elektrostatis, sehingga walaupun ion Fe (III) memiliki
valensi 3, namun afinitasnya pada penelitian ini lebih rendah dari afinitas ion
bervalensi 2.

Univeritas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


57

Serupa dengan hasil yang diperoleh pada percobaan sebelumnya,


modifikasi dengan AMP menyebabkan kenaikan jumlah ion logam terserap. Hal
ini membuktikan bahwa modifikasi zeolit dengan ligan dapat meningkatkan
kemampuan adsorpsinya.

4.4.1.6 Penentuan Adsorbat Paling Selektif

Percobaan ini bertujuan mencari selektifitas zeolit@Au@AMP


terhadap ion logam mana yang paling selektif. Percobaan dilakukan dilakukan
dengan memvariasikan konsentrasi ligan pemodifikasi zeolit yang sekaligus
berperan sebagai penangkap ion logam. Hal ini didasarkan atas hasil yang
diperoleh pada percobaan sebelumnya dimana modifikasi dengan ligan AMP
mampu meningkatkan kapasitas adsorpsi zeolit hingga 5- 46% (Tabel 4.3- 4.7).
Oleh karena itu, dapat diasumsikan bahwa peningkatan konsentrasi ligan AMP
dapat meningkatkan jumlah ion logam teradsorpsi. Peningkatan adsorpsi ion
logam terbesar menunjukkan selektifitas tertinggi zeolit@Au@AMP terhadap ion
logam tersebut.

Tabel 4.8 Persen kenaikan jumlah ion logam teradsorp zeolit@Au@AMP


dengan variasi konsentrasi AMP

[AMP] pada Fe
Zn (II) Cu (II) Pb (II) Cd (II)
zeolit@Au@AMP (III)
AMP:0,01M (a) 46,15 27,29 123,97 64,6 20,91
AMP: 0,03M (b) 47,77 28,99 1201,54 125,25 34,71
% Kenaikan (c) 3,51% 6,22% 869,21% 93,88% 66%

Ket: untuk masing-masing adsorbat dalam satuan mg/L

Ket perhitungan: c = x 100%

Persen kenaikan dihitung dari selisih ion logam teradsorpsi


zeolit@Au@AMP (0,03 M) dibandingkan dengan ion logam teradsorpsi
zeolit@Au@AMP (0,01 M). Hasil perhitungan persen kenaikan terdapat
dalam Tabel 4.8. Terlihat bahwa persen kenaikan terbesar terdapat pada ion
Pb (II), yaitu sebesar 869,21%. Hal ini menunjukkan bahwa zeolit@Au@AMP
Univeritas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


58

sangat selektif terhadap ion logam Pb (II). Berdasarkan hasil ini, optimasi kondisi
dan regenerasi dilakukan terhadap zeolit@Au@AMP-Pb (II).

4.4.2 Adsorben Ion Logam Berat dari Limbah Buatan (Ion Campuran)

Aplikasi zeolit@Au@AMP dilakukan terhadap ion logam campuran pH


2,3 (Zn (II), Cu (II), Pb (II), Cd (II), Fe (III)) dan ion logam campuran pH 6,1
(Zn (II), Cu (II), Pb (II), Cd (II)). Pemilihan kondisi pH 2,3 pada campuran ion
logam (Zn (II), Cu (II), Pb (II), Cd (II), Fe (III)) atas dasar ion Fe (III) akan
mengendap pada pH di atas 3. Hasil kemampuan adsorpsi adsorben dilakukan
pada zeolit@Au@AMP dengan konsentrasi AMP 0,03 M. Jumlah adsorpsi ion
logam terbesar menunjukkan selektifitas tertinggi zeolit@Au@AMP terhadap ion
logam tersebut. Dapat dilihat pada (Lampiran 7; Tabel.9) untuk kemampuan
adsorpsi zeolit@Au@AMP pada campuran ion logam pH 2,3 (Zn (II), Cu (II), Pb
(II), Cd (II), Fe (III)) dan (Lampiran 8 Tabel.10) pada kemampuan adsorpsi
zeolit@Au@AMP pada campuran ion logam pH 6,1 (Zn (II), Cu (II), Pb (II), Cd
(II)).

169.49
180
160
[M(II)/M(III)] Teradsorpsi

140
120
(mg/0,1g)

100
80
49.01
60
40 18.29 15.49
20 3.53
0
Zn(II) Cu(II) Pb(II) Cd(II) Fe(III)
Ion logam Uji

Gambar 4.12 Jumlah ion logam teradsorpsi zeolit@Au@AMP pada


aplikasi ion logam campuran [AMP = 0,03 M]; pH 2,3

Gambar 4.12 memperlihatkan bahwa pada kondisi pH 2,3 adsorben


zeolit@Au@AMP dapat menyerap ion Pb (II) sebesar 169,49 dibandingkan
Univeritas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


59

dengan ion logam lainnya sedangkan logam Zn (II) terserap paling sedikit.
Seperti terlihat pada Gambar 4.13.

1.56% 7.70%

19.60% Zn(II)
6.38%
Cu (II)
Pb (II)
71.45%
Cd (II)
Fe (III)

Gambar 4.13 Persentase ion logam teradsorpsi zeolit@Au@AMP pada


aplikasi ion logam campuran; [AMP = 0,03M];
[M(II)/M(III)] = 1000ppm

Gambar 4.13 memperlihatkan persentase ion logam yang teradsorpsi


zeolit@Au@AMP dengan konsentrasi AMP 0,03 M didapatkan persentase ion
Pb(II) terserap sebesar 71, 45%. Saat kondisi pH 2,3 termasuk pH yang asam
akan mempengaruhi kerangka zeolit karena kemungkinan akan terjadi
dealuminasi dalam kerangka zeolit mengakibatkan jumlah alumunium dalam
kerangka zeolit berkurang. Berkurangnya alumunium dalam kerangka zeolit akan
berpengaruh terhadap kemampuan penyerapan. Selain itu kemampuan ligan dalam
menangkap ion logam juga berkurang karena gugus COO- dari ligan AMP akan
sulit mengalami protonasi karena konsentrasi H+ berlebih sehingga akan terjadi
kompetisi antara ion H+ dan ion logam sehingga kemampuan adsorben
zeolit@Au@AMP dalam mengadsorpsi ion logam juga menurun. Hal ini berbeda
saat kondisi pH 6,1 pada kondisi larutan yang basa dapat menyebabkan deprotonasi
sehingga ikatan hidrogen dapat terlepas kembali sehingga gugus COO- dari ligan
AMP mempunyai kemampuan menangkap ion logam lebih besar, terlihat pada
Gambar 4.14 terjadi peningkatan kemampuan adsorpsi zeolit@Au@AMP pada
campuran ion logam pH 6,1 (Zn (II), Cu (II), Pb (II), Cd (II)).

Univeritas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


60

188.22
200
180

[M(II)/M(III)] Teradsorpsi
160
140

(mg/0,1g)
120
100 79.85
80
60
40 21.25
11.48
20
0
Zn(II) Cu(II) Pb(II) Cd(II)
Ion logam Uji

Gambar 4.14 Jumlah ion logam teradsorpsi zeolit@Au@AMP pada aplikasi


adsorpsi ion logam campuran; [AMP = 0,03M]

Gambar 4.14 memperlihatkan adsorben zeolit@Au@AMP dapat menyerap


ion Pb (II) sebesar 188,22 lebih besar dibandingkan ion logam yang lain dengan
persentase adsorpsi sebesar 79,45% lebih besar dibandingkan dengan persentase
adsorpsi saat pH 2,3 yang hanya 71,45% .

9,36% 4,99%

33,65% Zn(II)
Cu(II)
79,35% Pb(II)
Cd(II)

Gambar 4.15 Persentase ion logam teradsorpsi zeolit@Au@AMP pada


aplikasi adsorpsi ion logam campuran; [AMP = 0,03M] dan
[M(II)/M(III)] = 1000ppm; pH 6,1

Hal ini juga memperkuat bahwa ligan asam 3-merkapropropanoat selektif


terhadap ion Pb(II).

Univeritas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


61

4.5 Optimasi Aplikasi Zeolit@Au@AMP terhadap Adsorbat Paling


Selektif
4.5.1 Variasi Konsentrasi Ligan Pemodifikasi
Percobaan ini bertujuan untuk mencari adsorben yang optimum sebagai
pemodifikasi zeolit dalam menangkap ion logam yang selektif terhadap ligan 3-AMP,
yaitu ion Pb (II) terhadap konsentrasi adsorbat sebesar 2049,4 ppm. Hal ini didasarkan
atas hasil yang diperoleh pada percobaan sebelumnya yaitu penentuan adsorbat yang
paling selektif menggunakan konsentrasi ligan AMP 0,01 M dan 0,03 M terjadi
persen kenaikan adsorpsi sebesar 869,21%. (Lampiran 9;Tabel.11)
Gambar 4.16 memperlihatkan bahwa kondisi optimum dicapai pada
zeolit@Au@AMP dengan konsentrasi AMP sebesar 0,03 M. Pada konsentrasi
AMP lebih dari 0,03 M, daya adsorpsi mengalami penurunan, hal ini disebabkan
luas permukaan nanopartikel Au terbatas sebagai tempat tumbuhnya ligan AMP
sehingga terjadi kompetisi antar ligan AMP untuk menyelimuti seluruh permukaan
nanopartikel Au sehingga kemampuan untuk menarik ion Pb (II) juga berkurang dan
menyisakan sedikit AMP yang kemungkinan berada di dalam larutan.

140
120.15
120

100
[Pb (II)] Teradsorpsi

85.04
82.94
80
( mg/0,1g)

80.24

60

40

20 12.39

0
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06
[AMP] molar

Gambar 4.16 Grafik jumlah ion Pb(II) teradsorpsi zeolit@Au@AMP dengan


variasi konsentrasi AMP pada [Pb(II)] 2049,4 mg/L

Univeritas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


62

Hal ini dapat dilihat dari grafik % kenaikan jumlah ion Pb(II) yang teradsopsi
zeolit@Au@AMP dengan variasi konsentrasi AMP pada [Pb(II)] 2049,4 mg/ L
(Lampiran 9; Tabel. 11).

58.63%
60%

50% 41.50%
40% 39.15%
% Teradsorpsi

40%

30%

20%
6%
10%

0%
0.01 0.02 0.03 0.04 0.05
[AMP] (molar)

Gambar 4.17 Grafik persen kenaikan jumlah ion Pb(II) teradsorpsi


zeolit@Au@AMP dengan variasi konsentrasi AMP pada [Pb(II)]
2049,4 mg/L

Gambar 4.17 memperlihatkan bahwa daya adsorpsi zeolit optimum pada


zeolit@Au@AMP [AMP = 0,03M], dimana persen teradsorpsi mencapai 58,63%.
Besarnya daya adsorpsi menunjukkan bahwa zeolit@Au@AMP memiliki potensi
besar dalam penanggulangan pencemaran oleh ion logam berat.

4.5.2 Variasi Konsentrasi Adsorbat


Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan adsorben
zeolit@Au@AMP dengan konsentrasi AMP 0,03 M yang akan mengadsorpsi ion Pb
(II) dengan variasi konsentrasi ion Pb(II) dapat dilihat pada gambar grafik jumlah
Pb(II) yang teradsorpsi pada zeolit@Au@AMP dengan variasi konsentrasi ion Pb(II)
(lampiran 10; Tabel.13)

Univeritas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


63

140

120 120.15 111.98


[Pb (II)] Teradsorpsi 114.76
100
( mg/0,1g)

80

60

40
23.8 26.6
20

0
0 1000 2000 3000 4000 5000
[Pb (II)] awal (mg/L)

Gambar 4.18 Grafik jumlah Pb(II) yang teradsorpsi pada zeolit@Au@AMP


dengan variasi konsentrasi ion Pb(II);[AMP = 0,03M]

Dari Grafik 4.18 di atas terlihat bahwa semakin besarnya konsentrasi ion
Pb(II) semakin kecil adsorpsinya, hal ini diduga banyaknya ion Pb(II) di dalam
larutan menyebabkan difusi ion Pb (II) dalam pori-pori zeolit berkurang karena
pori-pori zeolit yang sudah jenuh terisi dengan nanopartikel Au dan ion Pb (II)
lain yang sudah teradsdrpsii dalam rongga zeolit. Kemampuan untuk
membentuk kompleks dengan ligan AMP berkurang karena ruang ikatan yang
disediakan ligan 3-AMP untuk berikatan dengan gugus COO- dimungkinkan
terjadi kompetisi antara ion Pb (II) untuk berikatan secara elektrostatik dengan
gugus COO-, sehingga banyak konsentrasi ion Pb (II) sisa yang tidak terserap
pada zeolit@Au@AMP. Hal ini juga diperjelas dengan Gambar 4.19 persen
kenaikan daya adsorpsi zeolit@Au@AMP dengan variasi konsentrasi ion Pb(II)
(Lampiran 10; Tabel.14).

Univeritas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


64

58.63%

% [Pb(II)]awal/[Pb(II) Teradsorpsi
60.00% 52.75%

50.00%
38.11%
40.00%
26.67% 28.81%
30.00%

20.00%

10.00%

0.00%
451.2 997.44 2049.4 2937.83 3987.24
[Pb(II)]awal (mg/L)

Gambar 4.19 Grafik daya adsorpsi zeolit@Au@AMP dengan variasi


konsentrasi ion Pb (II); [AMP = 0,03M]

4.6 Regenerasi
Dari data dan pembahasan sebelumnya mengenai kemampuan adsorben zeolit
aktivasi; zeolit@Au; zeolit@Au@AMP dalam menyerap ion logam, didapatkan bahwa
adsorpsi optimum hanya selektif untuk ion Pb (II) saja, sehingga pada sub bab ini akan
dibahas mengenai regenerasi zeolit@Au@AMP-Pb menggunakan Na-EDTA.

Tabel 4.9 Persen regenerasi terhadap zeolit aktivasi; zeolit@Au;


zeolit@Au@AMP

[Pb(II)]
[Pb(II)]
terikat %
terserap
Adsorben Na-EDTA Regenerasi
mg/0,1g
mg/0,1g (c)
(a)
(b)
zeolit Aktivasi 8,49 7,67 90,34%
Zeolit@Au 6,01 3,76 62,56%
Zeolit@Au@AMP
12,39 8,51 68,68%
0,01 M
Zeolit@Au@AMP
120,15 93,33 77,67%
0,03M

Univeritas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


65

Ket: 0,1 gram zeolit untuk 10 mL larutan EDTA 10 mL; Perhitungan : c = x 100%
Dari Tabel 4.9 memperlihatkan, bahwa EDTA dapat menarik ion logam Pb (II)
dari masing-masing adsorben melalui subtitusi ligan. EDTA dapat menarik ion Pb (II)
terbesar dari zeolit aktif tanpa modifikasi sebesar 90,34% hal ini disebabkan karena
zeolit aktif yang tidak dimodifikasi dapat dikelat dengan sangat kuat oleh EDTA tanpa
melalui reaksi subtitusi ligan. EDTA juga dapat menarik ion Pb(II) pada zeolit yang
termodifikasi (zeolit@Au dan zeolit@Au@AMP) melalui subtitusi ligan karena EDTA
merupakan pengkelat yang sangat kuat dibandingkan dengan ligan AMP sehingga
EDTA mampu menarik ion Pb(II) dari permukaan ligan AMP, dapat terlihat pada
gambar grafik dibawah ini yaitu daya kelat EDTA untuk mengikat ion Pb(II) dari
zeolit aktif tanpa modifikasi; zeolit@Au; zeolit@Au@AMP.

90,34%
100
90 77,67%
68,68%
80
62,56%
% Regenerasi

70
60
50
40
30
20
10
0
zeolit Aktivasi Zeolit@Au Zeolit@Au@AMP Zeolit@Au@AMP
0,01 M 0,03M
Adsorben

Gambar 4.20 Grafik Daya kelat EDTA untuk mengikat ion Pb (II) dari zeolit
aktif tanpa modifikasi; zeolit@Au; zeolit@Au@AMP

Gambar 4.20 terlihat bahwa kuatnya sifat menarik kation dari EDTA
disebabkan karena EDTA merupakan suatu ligan heksadentat (memiliki 6 pasang
elektron bebas) sedangkan AMP hanya berupa ligan monodentat (memiliki 2 pasang
elektron bebas) jadi ion Pb(II) lebih cenderung berikatan dengan EDTA. Dari persen
regenerasi yang diperoleh didapatkan informasi bahwa zeolit@Au@AMP dapat

Univeritas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


66

digunakan kembali sebagai adsorben. Akibatnya permasalahan di lapangan yang


seringkali terjadi adalah penanggulangan limbah yang menghasilkan limbah baru.
Keberhasilan regenerasi zeolit@Au@AMP hasil fabrikasi tidak menjadi limbah baru
setelah digunakan, tetapi dapat digunakan berulang kali sebagai adsorben ion logam
berat. Ilustrasi mekanisme pengikatan ion Pb(II) oleh EDTA terlihat pada Gambar 4.21.

Gambar 4.21 Ilustrasi Mekanisme pengikatan ion Pb(II) oleh EDTA

Univeritas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kesimpulan:
1. Sintesis zeolit termodifikasi nanopartikel emas berhasil dilakukan
dengan reduksi Au3+ menjadi Auo dengan NaBH4 sebanyak 3 kali
pelapisan, serta penanaman asam 3-merkaptopropanoat berhasil
memodifikasi permukaan zeolit@Au pada konsentrasi ligan 0,03 M.
2. Karakterisasi zeolit termodifikasi (zeolit@Au) dengan XFR, FTIR,
PSA dan (zeolit@Au@AMP) dengan FTIR dan PSA.
3. Aplikasi adsorben zeolit@Au@AMP selektif mengadsorpsi ion logam
Pb(II) dibandingkan ion logam Cu(II), Zn(II), Cd(II), dan Fe(III)
4. Aplikasi adsorben zeolit@u@AMP terbesar dalam mengadsorpsi ion
logam dengan urutan Pb2+(46,01)%>Cu2+(28,72%)>Cd2+ 7,04%>Fe3+
(5,06%)>Zn2+ (5%)
5. Daya adsorpsi zeolit@Au@AMP>zeolit aktivasi>zeolit@Au
6. Zeolit@Au@AMP meningkatkan kapasitas penyerapan zeolit sebesar
5-46,01% dengan persen kenaikan terbesar terdapat pada ion Pb(II)
sebesar 869,21%.
7. Kondisi optimum dicapai pada zeolit@Au@AMP dengan konsentrasi
AMP sebesar 0,03 M, dimana persen teradsorpsi mencapai 58,63%
Besarnya daya adsorpsi menunjukkan bahwa zeolit@Au@AMP
memiliki potensi besar dalam penanggulangan pencemaran oleh ion
logam berat.
8. Regenerasi zeolit@Au@AMP-Pb(II) berhasil dilakukan dengan
menggunakan Na-EDTA 0,1M.

73 Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


67

5.2 Saran
1. Melakukan uji variasi pH terhadap ion logam berat untuk mengetahui
kompetensi daya adsorpsinya.
2. Melakukan uji regenerasi terhadap campuran ion logam dengan
variasi konsentrasi Na-EDTA dan pH.

Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


Daftar Pustaka

Akbarzadeh, Azim, Davood Zare,Ali Farhangi, Mohammad Reza Mehrabi, Darius


Norouzian, Shahram Tangestaninejad, Majid Moghadam, Naslim Bararpour.
(2009). Synthesis and Characterization of Gold Nanoparticles by Tryptophane.
American Journal of Applied Sciences, Vol. 6 (4), pp 691-695

Ali. H.O dan Abidin. K. (2006). Factors Affecting Adsorption Characteristics of


Zn2+ on Two Natural Zeolites, Journal of Hazardous Materials. Vol 131, pp 59-65

Amri Amun, Supranto, M. Fahrurozi. (2004). Kesetimbangan Adsorpsi Campuran


Biner Cd(II) dan Cr(III) dengan Zeolit Alam Terimpregnasi 2-
Merkaptobenzotiazol. Jurnal Natur Indonesia. 6(2): 111-117

Argun, M.E., Dursun, ., (2006). Removal of heavy metal ions using chemically
modified adsorbents. J. Int. Environ. Appl. Sci. 1, 27-40.

Argun, M. E, Dursun. S, Ozdemir. C, Karatas. M. (2007). Heavy Metal


Adsorption by Modified Oak Sawdust: Thermodynamics and Kinetics. Journal of
Hazardous Material. Vol.141, pp 77-85

Aryal. S, R. B.K.C., N. Dharmaraj, dan N. Bhattarai, C. Hun Kim danH.


Yong Kim (2005), Spectroscopic identification of S-Au interaction in cysteine
capped gold nanoparticles, Art, scince direct , Spectrochimica Acta Part A:
Molecular and Biomolecular SpectroscopyVolume 63, Issue 1, January 2006,
Pages 160-163

Balaprasad Ankamwar. (2010). Biosynthesis of Gold Nanoparticles (Green-Gold)


Using Leaf Extract of Terminalia Catappa. E-Journal of Chemistry, Vol. 7(4), pp
1334-1339

Bikash K. Jena, Sourov Ghosh, Rajkumar Bera, Ramendra S. Dey, Ashok K. Das
and C. Retna Raj. (2010). Bioanalytical Applications of Au Nanoparticles. Recent
Patents on Nanotechnology ,Vol. 4, pp 41-52

Bhargava. S.K, J.M. Booth, S. Agrawal, P. Coloe, G. Kar. (2005). Gold


Nanoparticle Formation During Bromoaurate Reduction by Amino Acids.
Langmuir, Vol. 21, pp 5949

C.Wang, J.LI, X.Sun, L.Wang, dan X.Sun. (2009). Evaluation of Zeolite


Synthesized from Fly Ash as Potential Adsorbent for Wastewater Containing
Heavy Metal, Journal of Environment Science, Volume 21, Issue 1, 2009, Pages
127-136

Chen. G. (2004). Electrochemical Tecnologies in Wastewater Treatment


separation and Purification Technology. Vol. 38, pp 11-41
73 Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


69

Das, R.N. and P. Pramanik, (2000). Chemical Synthesis of Fine Powder of Lead
Magnesium Niobate Using Niobium Tartarate Complex. Mater Lett. Vol 46, pp 7

Dutta. K. (2000). Hand Book of Zeolite Science and Technology. The Ohio State
University

E. Erdem, N. Karapinar, R. Donat. (2004). The Remove of Heavy Metal Cations


by Natural Zeolites. Journal of Colloid and Interface Science. Vol. 280, pp 309-
314

Gardea-Torresdey J L, Gomez E, Peralta-Videa J R, Parsons J G, Troiani H E ,


Jose-Yacaman M. (2003). Langmuir, Vol.19, pp 1357.

Ghosh, Sujit Kumar, Subrata Kundu, Madhuri Mandal, Tarasankar Pal. (2002).
Silver and Gold Nanocluster Catalyzed Reduction of Methylene Blue by Arsine in
a Micellar Medium; Langmuir, Vol. 18, pp 8756-8760

Halimtengker, Mariska. (2006). Studi Pembentukan Nanopartikel Logam yang


termodifikasi dengan Asam 3-Merkaptopropanoat dan Sistein sebagai Sensor
Kimia. Karya Utama Sarjana Kimia. FMIPA UI

Harjadi, W. (1993). Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia Pustaka Utama,


Jakarta

I Made Bendiyasa, Endang Triwahyuni, Iwan Kurniawan. (2008). Peningkatan


kapasitas Adsorpdsi Zeolit Alam Indonesia terhadap Ion Cd dengan Metode
Pencucian Sekuensial memakai Larutan Asam Florida (HF) dan Disodium
Ethilen Diamin Tetra Asetat. Media Teknik No.3 Tahun xxx Edisi Agustus 2008
ISSN 0216-3012

Inglezakis, V. J dan Grigoropoulou, H. (2004). Effects of operating conditions on


The removal of heavy metals by zeolite in fixed bed reactors. J. Hazardous Mater.
Vol.112, pp 37-43.

Karatas, M., (2007). Removal of Cadmium from Water Using Clinoptilolite, Asian
J. Chem. Vol. 19, pp 3963-3970

Kawasaki. H, K. Nishimura, R. Arakawa. (2007). Influence of The Counterions of


Cetyltrimetylammonium Salts on The Surfactant Adsorption Onto Gold Surfaces
and The Formation of Gold Nanoparticles. J. Phys. Chem. C, Vol. 111, pp 2683-
2690

Khairurijjal dan Mikrajuddin. A. (2002). Karakterisasi Nanomaterial, Teori,


Penereapan dan Pengolahan Data. CV Rezeki Putera Bandung

Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


70

Komalasari, Septiasih. (2009). Potensi Nanopartikel Au pada Zeolit Klinoptilolit


Termodifikasi Sistein sebagai Adsorben Ion Pb (II). Karya Utama Sarjana Kimia.
Departemen Kimia. FMIPA UI

Kuronen. M, Weller .M, Townsend. R, dan Harjular. R. (2006). Ion Exchange


Selectivity and Structural Changes in Higly Aluminous Zeolite. React. Funct.
Vol.66, pp 1350-1361

Li. Q, Wu. S, Liu.G, Liao X, Deng. X, Sun.D, Hu. Y, Huang. Y. (2004).


Simultaneous Biosorption of Cadmium (II) and Lead (II) Ions by Pretreated
Biomass of Phanerochaete Crysosporium. Separation purification Technology.
Vol. 34 (1-3), pp 135-142

Marani. D, Macci. G, Pagano. M. (1995). Lead Precipitation in The Presence of


Sulphate and Carbonate testing of Thermodynamics Prediction. Water Research.
Vol. 29, pp 1085-1092

Marganof. (2003). Potensi Limbah Udang Sebagai Penyerap Logam Berat


(Timbal, Kadmium, dan Tembaga) di Perairan. Falsafah Sain Program Pasca
Sarjana/S2 Institut Pertanian Bogor

Mrquez, G.E, Ribeiro, M.J.P, Ventura, J.M., Labrincha, J.A. (2004). Removal of
nickel from aqueous solutions by clay-based beds. Ceramics International,
Vol.30(1), 111119.

Mircea Stefan, Daniela Simina Stefan, Ioana Andreea Marinescu, Mihai Belcu,
Danut Ionel Vairenau. (2008). Simultaneous Sorption of Cadmium, Zinck, and
Lead on Montmorillonite. Revue Roumaine de Chimie, Vol.53(10), pp 965971

Mikrajuddin, A, Yudistira Virgus, Nirmin, dan Khairurrijal. (2008). Review:


Sintesis Nanopartikel. Jurnal Sains dan Teknologi, Vol 1, hlm 33-57

M.S. Saeni. (1997). Penentuan Tingkat Pencemaran Logam Berat dengan Analisis
Rambut. Orasi Ilmiah, Guru Besar Tetap Ilmu Kimia Lingkungan, Fakultas
Matematika dan IPA IPB. Bogor

Murat. A, Abdulkerim. K, Orhan. A dan Yuda. Y. (2006). Removal of Silver (I)


from Aqueous Solutions with Clinoptilolite,Journal Microporous and Mesoporous
Materials, Vol 94, pp 99-104

Nastiti, Dian. (2009). Interaksi Nanopartikel Emas Pada Zeolit Klinoptilolit


Termodifikasi Dithizone Sebagai Adsorben Ion Cu(II). Karya Utama Sarjana
Kimia. Departemen Kimia. FMIPA UI

Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


71

Norsten, Tyler B.; Frankamp, B.L; Rotello, V.M. (2002). Metal directed Assembly
of Terpyridine-Functionalized Gold Nanoparticles. Nano Letters , vol.2, No. 12,
1345-1348

Novita, Sandra. (2010). Potensi Zeolit Klinoptilolit Termodifikasi Nanopartikel


Au dan Ligan Asam 3-Merkaptopropanoat sebagai Adsorben Ion Logam. Karya
Utama Sarjana Kimia. Departemen Kimia. FMIPA UI

Petrus. R and Warchol. J. (2003). Ion Exchange Equilibria Between Clinoptilolite


and Aqueous Solutions of Na+/Cu2+, Na+/Cd2+ and Na+/Pb2+. Microporous and
Mesoporous Material, Vol. 61, pp 137-146

Rakhmatullah, Dwi Karsa A, Gitandra W, Nugroho P.A. (2007). Pembuatan


Adsorben dari zeolit Alam dengan Karakteristik adsorption Properties Untuk
Kemurnian Bioetanol. Bandung: Program Studi Teknik Fisika. Fakultas
Teknologi Industri. ITB

Racozy, R A. (2004). Hydrothermal synthesise Ausgewahlter Zeolite und thre


Characteristic Durch Adsorption. Netherland: Instititute Fur Technic Chemistry
der University Stuttgart.

Rao C N R and Cheetam A K. (2001). Chem Review. J. Mater. Chem, Vol.11, pp


2887

Roccky. (2007). Studi Nanopartikel Emas Termodifikasi Dithizone Sebagai


Sensor Ion Logam. Karya Utama Sarjana Kimia. Departemen Kimia. FMIPA UI

Santanu Bhattacharya dan Aasheesh Srivastava. (2003). Synthesis of gold


nanoparticles stabilised by metal-chelator and the controlled formation of close-
packed aggregates by them. Journal Indian Academy of Sciences. Vol. 115, Pp
613-619

Sardar, Rajesh dan Jenifer S Shumaker-Parry.( 2009). 9-BBN Induced Synthesis of


Nearly Monodisperse -functionalized Alkylthiol Stabilized Gold Nanoparticles.
Chemistry Material. Vol 21,pp 217

Schulz-Dobrick, M, K.V. Sarathy, M. Jansen. (2005). Surfactant-free Synthesis


and Functionalization of Gold Nanoparticles. J. Am.Chem. Soc., Vol. 127, pp
12816

Sekar. M, Sakthi. V, Rengaraj. S. (2004). Kinetics and equilibrium adsorption


study of lead(II) on activated carbon prepared fromcoconut shell. J. Colloid
Interface Sci. Vol 79, pp 307313

Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


72

Shuichi Hashimoto, Takayuki Uwada, Hiroshi Masuhara, and Tsuyoshi Asahi.


(2008). Fabrication of Gold Nanoparticle-Doped Zeolite L Crystals and
Characterization by Optical Microscopy: Laser Ablation- and Crystallization
Inclusion-Based Approach. J. Phys. Chem. C, Vol.112 (39), pp 1508915093

Sujit Kumar Ghosh dan Tarasankar Pal. (2007). Interparticle Coupling Effect on
the Surface Plasmon Resonance of Gold Nanoparticles: From Theory to
Applications. Chem. Rev, Vol.107, pp 4797-4862

Skoog, Douglas. (1996). Hartcourt Brace College Publisher.

Sunardi. (2007). Penuntun Praktikum Analisa Instrumen. Universitas Indonesia


Sunartintyas, Siti. (2008). Potensi Zeolit Sebagai Materi Pembawa Agen Mikroba
dan Adsorben di Bidang Kedokteran Gigi. Bagian Material Kedokteran Gigi.
FKG, UGM. 2008. Vol. 23, hlm 45-52

Sri Wahyuni, Neny. (2009). Interaksi Nanopartikel Emas pada Zeolit Klinoptilolit
Termodifikasi 11-MUA sebagai Adsorben Ion Pb (II). Karya Utama Sarjana
Kimia. Departemen Kimia. FMIPA UI

Torchilin, V.P. (2006). Multifunctional nanocarriers. Advanced Drug Delivery .


Chem Review, Vol. 58, pp 1532-1555.

Vemula. P.K, U. Aslam, V.A. Mallia, G. John. (2007). In Situ synthesis of Gold
Nanoparticles Using Molecular Gels and Liquid Crystals from Vitamin-C
Amphiphiles. Chem. Mater, Vol.19, pp138.

Walker, C.H, J.V.St. John , P. Wisian-Neilson. (2001). Synthesis and size control
of gold nanoparticles stabilized by poly (methylphenylphosphazene). J. Am.
Chem. Soc. Vol.123, pp 3846

Watanabe. K, D. Menzel, N. Nilius, H.J. Freund. (2006). Photochemistry on metal


nanoparticles. Chem. Rev. Vol.106, pp 4301- 4320

http://wikis.lib.ncsu.edu/index.php/Zeolite. 30 April 2011. Pk.11:00


http://www.quantachrome.com/cryogenically-cooled_xrf.html. 30 April 2011. Pk
11:10
www.nanotech.org . 2 Mei 2011. Pk 14:30
www.chem-is-try.org. 2 Mei 2011. Pk 15:00
www. Biocenter.helsinki.fi/bi/biophys/methods_aas.html. 10 Mei 2011. Pk. 19:30
www. Biocenter.helsinki.fi/bi/biophys/methods_ftir.html. 10 Mei 2011. Pk. 19:35
www.quantachrome.com/gassorption/images/Nova-e-series. jpg. 10 Mei 2011. Pk
19:45

Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


Lampiran 1

Tabel. 1 Konsentrasi Nanopartikel Au terserap zeolit terhadap variasi


pengulangan (Novita Sandra. 2010 unpublished)
Konsentrasi
Pengulangan nanopartikel Au
Imobilisasi teradsorpsi zeolit
(mg/L)
1 15.30
2 29.38
3 39.05
4 39.16
5 37.32

Tabel. 2 Perbandingan ukuran partikel zeolit; zeolit@Au; zeolit@Au@AMP


0,01 M dan zeolit@Au@AMP 0,03 M
ukuran %
Adsorben Lebar peak
partikel (nm) volume
zeolit aktivasi 671,8 100 356,1
zeolit@Au 772.2 100 147.5
Zeolit@Au@AMP
542.6 86.5 262.1
0,01 M
zeolit@Au@AMP
498.2 100 123.8
0,03M

Tabel. 3 Perbandingan ukuran partikel nanopartikel Au; Au@AMP 0,01 M;


Au@AMP 0,03M
ukuran %
Material Lebar peak
partikel (nm) volume
Nano Au 6,503 94,2 1,524
Au@AMP 0,01M 39.47 85.7 9.720
Au@AMP 0,03M 40.44 85.3 9.754

73 Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


74

Lampiran 2

Kurva Standar Kalibrasi Zn(II)


[Zn(II)] Absorbansi
0.5 y = 0.231x - 0.036
0,2 0,0163 R = 0.997
0.4
0,5 0,0774

Absorbansi
0,8 0,1362 0.3
1 0,2002
0.2
2 0,4279
0.1

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
[Zn(II)] (mg/L)

Tabel. 4 Perbandingan kemampuan zeolit, zeolit@Au dan zeolit@Au@AMP


sebagai adsorben ion Zn (II)

[Zn(II)] [Zn(II)] [Zn(II)] [Zn(II)]


Adsorben Absorbansi Fp awal Teradsorpsi Teradsorpsi Teradsorpsi
(mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/0,1g)
Awal 0,4263 250 500,32 - - -
Zeo Aktivasi 0,3856 250 500,32 456,42 43,9 4,39
Zeo@Au 0,3924 250 500,32 463,76 36,56 3,65
Zeo@Au@AMP
0,01M 0,3835 250 500,32 454,16 46,15 4,61
Zeo@Au@AMP
0,03M 0,382 250 500,32 452,54 47,77 4,77

Ket: 0,1 g zeolit untuk 10 ml larutan Zn (II)


Contoh Perhitungan :
Dari kurva kalibrasi diperoleh persamaan y = 0,231x - 0,036

Dimana :
y = Absorbansi Maka Konsentrasi larutan = x. Fp

x = konsentrasi (mg/L) = 20,01. 250


y b
Untuk Larutan awal : x
a = 500,32 mg/L
0.4263 0.036
x
0.0231
Ket : Perhitungan untuk yang lain sama dengan perhitungan pada larutan awal
Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


75

Lampiran 3

1.2 Kurva Standar kalibrasi Cu(II)


[Cu(II)] Absorbansi
1,5 0,134 1
3 0,2882

Absorbansi
0.8 y = 0.082x + 0.038
6 0,5565 R = 0.994
9 0,806 0.6
13 1,0786 0.4

0.2

0
0 5 10 15
[Cu(II)] (mg/L)

Tabel. 5 Perbandingan kemampuan zeolit, zeolit@Au dan zeolit@Au@AMP


sebagai adsorben ion Cu (II)

[Cu(II)] [Cu(II)] [Cu(II)] [Cu(II)]


Adsorben Absorbansi Fp awal sisa Teradsorpsi Teradsorpsi
(mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/0,1g)
Awal 0,4596 100 513,032 - - -
Zeolit Aktivasi 0,4422 100 513,032 491,83 21,02 2,1
Zeolit@Au 0,4484 100 513,032 499,39 13,64 1,36
Zeolit@Au@AMP
0,01 M 0,4372 100 513,032 485,74 27,29 2,72
Zeolit@Au@AMP
0,03M 0,4358 100 513,032 484,04 28,99 2,89

Ket : 0,1 g zeolit untuk 10 ml larutan Cu (II)

Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


76

Lampiran 4

[Pb(II)] Absorbansi 0.2 Kurva Standar Kalibrasi Pb(II)


2 0,0256
4 0,0512 0.15 y = 0.012x + 0.003
8 0,1032

Absorbansi
R = 0.998
10 0,1265 0.1
12 0,1484
15 0,1825 0.05

0
0 5 10 15 20
[Pb(II)] (mg/L)

Tabel. 6 Perbandingan kemampuan zeolit, zeolit@Au dan zeolit@Au@AMP


sebagai adsorben ion Pb (II)

[Pb(II)] [Pb(II)] [Pb(II)] [Pb(II)]


Adsorben Absorbansi Fp awal sisa Teradsorpsi Teradsorpsi
(mg/L) (ppm) (mg/L) (mg/0,1g)
Awal 0,1025 250 2049,4 - - -
Zeo Aktivasi 0,0984 250 2049,4 1925,42 84,19 8,41
Zeolit@Au 0,0996 250 2049,4 1989,25 60,15 6,01
Zeolit@Au@
1964,5
AMP 0,01 M 0,0965 250 2049,4 123,97 12,39
Zeolit@Au@AMP
847,86
0,03M 0,1059 100 2049,4 1201,54 120,15

Ket : 0,1 g zeolit untuk 10 ml larutan Pb (II)

Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


77

Lampiran 5

0.7 Kurva standar kalibrasi Cd(II)


[Cd(II)] Absorbansi
0.6
0,2 0,0248 y = 0.344x - 0.072
0.5
0,5 0,0928

Absorbansi
R = 0.976
0.4
0,8 0,1433
1 0,3021 0.3
2 0,6239 0.2
0.1
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
[Cd(II) ] (mg/L)

Tabel. 7 Perbandingan kemampuan zeolit, zeolit@Au dan zeolit@Au@AMP


sebagai adsorben ion Cd (II)

[Cd(II)] [Cd(II)] [Cd(II)] [Cd(II)]


Adsorben Absorbansi Fp awal sisa Teradsorpsi Teradsorpsi
(mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/0,1gr)
awal 0.6286 500 1017.5 - - -
Zeo Aktivasi 0.5868 500 1017.5 957,15 60,35 6,03
Zeo@Au 0.5885 500 1017.5 959,6 57,9 5,79
Zeo@Au@AMP
0.5839 500 1017.5 952,9 64,6 6,46
0.01 M
Zeo@Au@AMP
0.5421 500 1017.5 892,25 125,25 12,25
0.03M

Ket : 0,1 g zeolit untuk 10 ml larutan Cd (II)

Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


78

Lampiran 6

0.7
[Fe(III)] Kurva standar kalibrasi Fe(III)
Absorbansi 0.6
(mg/L)
1 0,0032 0.5
3 0,0192

Absorbansi
0.4 y = 0.045x - 0.080
8 0,2722 R = 0.987
0.3
10 0,3544
0.2
15 0,6117
0.1
0
0 5 10 15 20

[Fe (III)] (mg/L)

Tabel. 8 Perbandingan kemampuan zeolit, zeolit@Au dan zeolit@Au@AMP


sebagai adsorben ion Fe (III)

[Fe(III)] [Fe(III)] [Fe(III)] [Fe(III)]


Adsorben Absorbansi Fp awal sisa Teradsorpsi Teradsorpsi
(mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/0.1 g)
awal 0.0710 100 337,13 - - -
Zeo Aktivasi 0.0621 100 337,13 317,33 19,8 1,98
Zeolit@Au 0.0662 100 337,13 326,45 10,68 1,06
Zeolit@Au@AMP
0.0661 337,13 316,21 20,91 2,09
0.01 M 100
Zeolit@Au@AMP
0.0554 337,13 392,42 34,71 3,47
0.03M 100

Ket : 0,1 g zeolit untuk 10 ml larutan Fe (III)

Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


79

Lampiran 7

Tabel. 9 Kemampuan adsorpsi zeolit@Au@AMP pada campuran ion logam


pH 2,3 (Zn (II), Cu (II), Pb (II), Cd (II), Fe (III))
Kondisi Zn(II) Cu (II) Pb (II) Cd (II) Fe (III)
[M(II)/(III)] awal
920,12 949,2 948,77 908,08 999,86
mg/L (a)
[M(II)/(III)] sisa
905,98 876,04 270,8 846,1 803,81
mg/L (pH 2,3) (b)
[M(II)/(III)]
terserap mg/L (pH 14,14 73,16 677,97 61,98 196,05
2,3) (c)
[M(II)/(III)]
terserap mg/0,1 3,535 18,29 169,49 15,495 49,01
(pH 2,3) (d)

Ket: 0,1 gram zeolit@Au@AMP untuk masing-masing adsorbat 25 mL


Perhitungan: c = b-a

d= x

Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


80

Lampiran 8

Tabel. 10 Kemampuan adsorpsi zeolit@Au@AMP pada campuran ion logam pH


6,1 (Zn (II), Cu (II), Pb (II), Cd (II))
Kondisi Zn(II) Cu (II) Pb (II) Cd (II)
[M(II)/(III)] awal
920,12 949,2 948,77 908,08
mg/L (a)
[M(II)/(III)] sisa
874,175 629,77 195,88 823,05
mg/L (pH 6,1) (b)
[M(II)/(III)]
terserap mg/L 45,95 319,43 752,89 85,03
(pH 6,1) (c)
[M(II)/(III)]
terserap mg/0,1 11,48 79,85 188,22 21,25
(pH 6,1) (d)

Ket: 0,1 gram zeolit@Au@AMP untuk masing-masing adsorbat 25 mL


Perhitungan: c = b-a
d= x

Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


81

Lampiran 9

Tabel .11 Aplikasi zeolit termodifikasi sebagai Adsorben Ion Pb(II)


dengan variasi konsentrasi 3-AMP

Adsorben [Pb(II)] [Pb(II)] [Pb(II)] [Pb(II)]


awal sisa Teradsorpsi Teradsorpsi
(mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/0,1 gr)
Zeolit@Au@AMP 2049,4 1925,42 123,97 12,39
0,01 M
Zeolit@Au@AMP 2049,4 1220 829,4 82,94
0,02 M
Zeolit@Au@AMP 2049,4 847,86 1201,54 120,15
0,03 M
Zeolit@Au@AMP 2049,4 1199 850,4 85,04
0,04 M
Zeolit@Au@AMP 2049,4 1247 802,40 80,24
0,05 M

Ket : 0,1 g zeolit untuk 10 ml larutan Pb (II)

Tabel. 12 Persen kenaikan jumlah ion Pb(II) teradsorpsi zeolit@Au@AMP


dengan variasi konsentrasi AMP pada [Pb(II)] 2049,4 mg/L

Zeolit@Au@AMP [Pb(II)] [Pb(II)] %


dengan Variasi awal teradsorpsi Teradsorpsi
konsentrasi AMP (a) (b) (c)
0,01 2049,4 123,97 6
0,02 2049,4 829,4 40
0,03 2049,4 1201,54 58,63
0,04 2049,4 850,4 41,5
0,05 2049,4 802,4 39,15

Ket perhitungan: c = b/a

Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


82

Lampiran 10

Tabel. 13 Aplikasi zeolit termodifikasi sebagai Adsorben Ion Pb(II) dengan


variasi konsentrasi ion Pb(II); [AMP = 0,03 M]

[Pb(II)] [Pb(II)] [Pb(II)]


[Pb(II) sisa
awal Teradsorpsi Teradsorpsi
(mg/L)
(mg/L) (mg/L) (mg/0,1 g)
451,2 213,15 238,05 23,8
997,44 731,33 266,07 26,6
2049,4 847,86 1201,54 120,15
2937,83 1818 1119,82 111,98
3987,24 2838,48 1148,76 114,76

Ket : 0,1 g zeolit untuk 10 ml larutan Pb (II)

Tabel .14 Daya adsorpsi zeolit@Au@AMP dengan variasi konsentrasi ion


Pb (II); [AMP : 0,03M]
%
[Pb (II)] [Pb (II)] Perbandingan
Awal Teradsopsi [Pb (II)]
(a) (b) teradsorpsi
(c)
451,2 238,05 52,75%
997,44 266,07 26,67%
2049,4 1201,54 58,63%
2937,83 1119,82 38,11%
3987,24 1148,76 28,81%

Ket : 0,1 g zeolit untuk 10 ml larutan Pb (II)


Ket Perhitungan: c = b/a

Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


83

Lampiran 11

Analisis XRF Zeolit Klinoptilolit Aktif

(N. Sandra. 2010. Unpublished)

Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


84

Lampiran 12

Analisis XRF Zeolit Termodifikasi Nanopartikel Au

(N. Sandra. 2010. Unpublished)

Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


85

Lampiran 13

Analisis BET Zeolit Klipnotilolit

(Alex Lukmanto.2006. Unpublished)

Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


86

Lampiran 14

Analisis Kandungan Atom dalam Zeolit Klinoptilolit

Lampiran 15

Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


87

Analisis KTK Zeolit Klinoptilolit

Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011


66

Universitas Indonesia

Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011

Anda mungkin juga menyukai