KELOMPOK: 4
Nama Anggota:
Farmasi
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang
2015
I. DASAR TEORI
A. DISTRIBUSI UKURAN
Dalam suatu kumpulan partikel lebih dari satu ukuran (yakni dalam suatu sampel
polidispersi), terdapat dua sifat penting, yaitu (a) bentuk dan luas permukaan partikel tunggal,
dan (b) kisaran ukuran dan jumlah berat partikel-partikel yang ada serta luas total.
Ukuran suatu sfer (partikel berbentuk bulat atau sfer) dinyatakan dengan mudah
dalam diameternya. Jika derajat ketaksimtrisan partikel meningkat, kesulitan untuk
menyatakan ukuran dalam diameter yang berarti juga akan meningkat. Kesulitan untuk
menyatakan ukuran dalam diameter yang berarti juga akan meningkat. Jenis diameter yang
digunakan akan selalu mencerminkan metode yang akan digunakan untuk memperoleh
diameter tersebut. Setiap kumpulan partikel biasanya berupa polidispersi, oleh sebab perlu
mengetahui tidak hanya ukuran suatu partikel tertentu tetapi juga jumlah partikel berukuran
sama yang terdapat pada sampel. Jadi membutuhkan suatu perkisaran ukuran yang ada dan
banyaknya atau berat fraksi setiap ukuran partikel atau disebut dengan distribusi ukuran
partikel. Berdasarkan distribusi partikel dapat menghitung ukuran partikel rerata untuk
sampel tersebut.
Dsitribusi ukuran partikel dinyatakan bila jumlah atau berat partikel yang terdapat
dalam suatu kisaran ukuran tertentu diplot terhadap kisaran ukuran atau ukuran rerata
sehingga akan diperoleh kurva distribusi frekuensi. Dari kurva distribusi frekuensi tersebut
akan terlihat ukuran partikel yang sering terjadi dalam sampel atau disebut modus.
Bentuk partikel dan luas permukaan suatu partikel sangat diperlukan karena
mempengaruhi sifat alir dan sifat penyusunan suatu serbuk, dan mempunyai pengaruh
terhadap luas permukaan.
Metode untuk menentukan ukuran partikel, salah satu contohnya adalah mikroskopik,
pengayakan, sedimentasi, dan penentuan volume partikel. Dalam praktikum ini menggunakan
meted pengayakan. Metode ini menggunakan suatu rangkaian ayakan standart yang
dikalibrasi oleh The Nationa Bureau of Standards. Ayakan ini digunakan untuk memilih
partikel partikel yang lebih kasar, namun jika digunakan dengan sangat hati-hati digunakan
untuuk menapis bahan-bahan sampai sehalus 44 m. Ayakan ini dibuat dengan teknik
pengetsaan gambar dan pembentukan listrik tersedia dengan lubang mulai dari 90 m sampai
terkecil 5 m.
Menurut metode U.S. Pharmacopeia untuk menguji tingkat kehalusan serbuk, suatu
massa sampel tertentu diletakkan pada suatu ayakan yang sesuai dalam suatu penggoyang
mekanis. Serbuk tersebut digoyang-goyangkan selama waktu tertentu, dan serbuk yang
melewati satu ayakan dan tertahan pada ayakan berikutnya yang lebih halus dikumpulkan dan
kemudian ditimbang. Ayakan-ayakan tersebut dapat disusun lima berturut-turut, dan yang
paling kasar berada di urutan paling atas. Suatu sampel serbuk yang ditimbang secara
seksamaditempatkan pada ayakan paling atas, dan setelah ayakan tersebut digoyangkan untuk
suatu periode waktu tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya, serbuk yang tertinggal pada
setiap ayakan ditimbang.
A. Alat
1. Seperangkat pengayak standar
2. Timbangan
3. Mesin pennggetar pengayak
4. Corong standar
5. Stopwatch
6. Penggaris
B. Bahan
1. SDL/ Spray Dry Lactose ( granul)
2. Laktosa
65670,45
= = 656,1045 m
100
C. Kurva Histogram Frekuensi vs Frekuensi Ukuran
Hasil Penentuan Kecepatan Alir SDL
kecepatan Alir ( gram /
no ( ) ( ) detik)
1 SDL 25 gram 2.51 9.96
2 SDL 25 gram 3.00 8.33
3 SDL 25 gram 2.81 8.90
9,96+8,33+8,90
Rata-rata alir = = 9,06 /
3
23,75+26,57+29,90
Rata-rata = = 26,74o
3
V. Data Hasil Percobaan dan Pengolahan Data "Laktosa"
Pengayakan
bobot pengayak + granul bobot granul (g)
No.mesh diameter lubang (m) bobot(g)
20 850 343.56 343.97 0.41
40 425 305.5 317.14 11.64
60 250 289.21 312.52 23.31
80 180 284.3 292.25 7.95
100 150 277.5 281.82 4.32
120 125 268.99 270.3 1.31
PAN < 125 257.36 258.42 1.06
Jumlah 50
36609,1
= = 366,091 m
100
C. Kurva Histogram Frekuensi vs Frekuensi Ukuran
Hasil Penentuan Kecepatan Alir
No ( ) ( ) kecepatan Alir ( gram / detik)
1 laktosa 25 gram
VI. Pembahasan
Pada praktikum kali ini bahan yang digunakan pada uji sifal alir yaitu SDL
dan Laktosa. Dimana SDL memiliki sifat alir yang lebih baik daripada Laktosa.
Hal ini dikarenakan ukuran partikel dari kedua bahan tersebut berbeda. Selain itu
gaya tarik menarik antar partikel Laktosa lebih erat dibandingkan dengan partiket
SDL. Hal itulah yang menyebabkan, SDL lebih mudah mengalir daripada
Laktosa.
Pada praktikum ini kami dapatkan data rata-rata kecepatan alir dari SDL
adalah sebesar 9,09g/detik. Sedangkan memiliki sifat alir sebesar 0 g/detik (tidak
mengalir). Hal ini sesuai dengan teori.
VII. Kesimpulan
Pada percobaan kali ini diketahui bahwa distribusi ukuran partikel menggunakan
metode pengayakan. Alat ini memiliki susunan pengayak dari ayakan paling atas
memiliki nomor ayakan paling besar (850 m) dan semakin menurun nomor
ayakan akan semakin kecil (< 250 m). Bahan yang akan diayak pada ayakan
teratas dengan lebar jala paling besar. Partikel yang ukurannya lebih kecil dari
pada lebar jala maka akan berjatuahan melewatinya. Bahan tersebut akan
membentuk bahan halus ( lolos ). Partikel yang tertinggal pada ayakan akan
membentuk bahan kasar. Setelah dilakukakannya penimbangan 50 dan
dilakukan getaran selama 20 menit dan 30 menit, ditentukan kembali melalui
penimbangan dan persentase bobot serta persentase kumulatif maka dapat
dihitung jumlah ukuran rata-rata pada bahan atau sampel.
Pada percobaan kali ini sifat alir ditentukan dengan metode corong. Bahan
ditimbang 25 dan dimasukkan kedalam corong dengan bagian bawah ditutup.
Buka penutup corong secara pelahan-lahan. Dilakukan pengamatan waktu hingga
bahan tidak tersisa dicorong. Hitung tinggi dan diameter bahan setelah melewati
corong. Dari percobaan ini bias didapat kecepatan alirnya bahan tersebut.
Pada percobaan ini dilakukan distribusi dua bahan yaitu SDL dan Laktosa. Dari
percobaaan dilakukan ditemukan distribusi ukuran untuk sampel SDL diperoleh
persen kumulatif 100 % dan diameter rata-rata partikel sebesar 656,1045 m.
Sedangkan, sampel Laktosa diperoleh persen kumulatif 100 % dan diameter rat-
rata partikel sebesar 366,091 m.
Pada percobaan kali ini dilakukan dua pengujian sifat alir yaitu pada SDL dan
Laktosa. Dari data yang diperoleh dapat ditentukan kecepatan alir untuk sampel
SDL adalah sebesar 9, 06 / dan sudut istirahat sebesar 26,74o. Sedangkan
untuk Laktosa tidak dapat diketahui kecepatan alir serta sudut istimewannya. Ini
dikarenakan laktosa merupakan serbuk halus yang memiliki ikatan yang sangat
kuat antar partikel atau gaya kohesi yang kuat sehingga tidak dapat melewati
corong.
DAFTAR PUSTAKA
Martin, A.,1993, physical pharmacy, 4th ed., Lea & Febiger, Philadelphia, London,p.324-361.
Florence A.T., and Attwood D., 1998, Physicochemical principles of pharmacy, 3rd ed. The
Macmillian press Ltd.