Makalah
Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Patient Safety
Disusun oleh :
Laila Tusaadah
Mardiansyah
Meitia Rahmawati
Nazar Rohmawati
Nella Lianawati
Nisa Kholilah
2017
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Adapun makalah tentang Patient Safety pada Ranah Kesehatan Kerja ini
telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai
pihak, sehingga dapat mempelancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak
lupa menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena
itu mohon kritik dan sarannya tentang makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
5. Apa saja hazard dan risiko kesehatan di tempat kerja?
6. Bagaimana manajemen mesehatan untuk pencegahan?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang pengertian patient safety.
2. Untuk mengetahui tentang kesehatan kerja.
3. Untuk mengetahui tentang tujuan kesehatan kerja.
4. Untuk mengetahui tentang dasar hukum kesehatan kerja.
5. Untuk mengetahui tentang hazard dan risiko kesehatan di tempat kerja.
6. Untuk mengetahui tentang manajemen kesehatan untuk pencegahan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Notoatmodjo menyatakan bahwa kesehatan kerja adalah merupakan aplikasi
kesehatan masyarakat di dalam suatu tempat kerja (perusahaan, pabrik, kantor, dan
sebagainya) dan yang menjadi pasien dari kesehatan kerja ialah masyarakat pekerja
dan masyarakat sekitar perusahan tersebut. Ciri pokoknya adalah preventif
(pencegahan penyakit) dan promotif (peningkatan kesehatan). Oleh sebab itu, dalam
kesehatan kerja pedomannya ialah: penyakit dan kecelakaan akibat kerja dapat
dicegah. Dari aspek ekonomi, penyelenggaraan kesehatan kerja bagi suatu
perusahaan adalah sangat menguntungkan karena tujuan akhir dari kesehatan kerja
ialah meningkatkan produktifitas seoptimal mungkin.
Menurut Joint Ilo kesehatan kerja yaitu promo dan pemeliharaan derajat yang
setinggi-tingginya dari kesehatan fisik, mental, dan sosial dari pekerja pada semua
pekerjaan, pencegahan gangguan kesehatan pada pekerja yang disebabkan oleh
kondisi kerjanya, perlindungan pekerja dari resiko akibat faktor-aktor yang
mengganggu kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu
lingkungan kerja yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikologinya, dan sebagai
kesimpulan, penyesuaian pekerja kepda manusia dan setiap manusia kepada
pekerjaannya
4
2.4 Dasar Hukum Kesehatan Kerja
1. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 (tiga)
dan pasal 8 (delapan).
2. Peraturan Menteri Perburuhan no 7 Tahun 1964 tentang Syarat-Syarat
Kesehatan, Kebersihan serta Penerangan di Tempat Kerja.
3. Permenaker No 2 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja
dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
4. Permenaker No 1 Tahun 1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat
Kerja.
5. Permenaker No 3 Tahun 1983 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja.
6. Permenaker No 1 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Pemeliharaan
Kesehatan Bagi Tenaga Kerja dengan Manfaat Lebih Baik dari Paket Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Dasar Jamsostek.
7. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No 333 Tahun 1989 tentang Diagnosa dan
Pelaporan Penyakit Akibat Kerja.
8. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No 1 Tahun 1979 tentang Pengadaan
Kantin dan Ruang Makan.
9. Surat Edaran Dirjen Binawas tentang Perusahan Catering Yang Mengelola
Makanan Bagi Tenaga Kerja.
5
Peralatan gelas yang dipakai dalam kegiatan Rumah Sakit antara lain
botol-botol, labu volumetric, tabung reaksi, pipet, ampul obat-obatan, dan
peralatan gelas lainya. Kuranganya hati-hati dalam pengunaan gelas tersebut
dapat menyebabkan pecahnya alat dan pecahan tersebut merupakan potensi
bahaya tergores, tertusuk, ataupun melukai pekerja dan menyebabkan infeksi.
b. Radiasi Ultraviolet
Sinar Ultraviolet digunakan pada biological safety cabinet dalam
menyiapkan obat-obatan kanker dan sering juga untuk mencuci hamakan
ruangan yang terkontaminasi dengan virus, misalnya campak, varisella.
c. Laser
Sinar laser digunakan diruang operasi minor dan mayor untuk proteksi
dan kateterisasi jaringan. Pernapasan umumnya terjadi jika proses tersebut
dilaksanakan secara kurang tepat. Efek yang ditimbulkan : kulit terbakar,
kebutaan, iritasi mata dan infeksi saluran pernapasan dan mual.
d. Radiasi Ionisasi
Pernapasan dapat terjadi pada pekerja di radiologi yang tidak
menggunakan alat pelindung diri (APD) dan berada didekat pesawat rontgen.
Derajat pernapasan tergantung pada jumlah radiasi, lama pernapasan, jarak
sumber radiasi dan jenis alat pelindung diri yang digunakan. Spesimen
jaringan maupun sekret manusia yang mengandung isotop radioaktif dapat
berbahaya. Efek yang ditimbulkan: eritema dan dermatitis, mual,muntah,
diare dan dapat menyebabkan kematian. Efek kesehatan kronik dapat
menimbulkan kangker kulit, tulang, kelainan genetik, dan dapat terjadi cacat
bawaan.
e. Radiasi Magnetik
Berasal dari instrumentasi resonasi magnetik yang berasal dari
ruang MRI
f. Kebisingan
Kebisingan merupakan kesehatan kerja yang selalu timbul. Batasan
pengertian kebisingan adalah merupakan suatu bunyi yang tidak dikehendaki.
Musik keras merupakan suatu bunyi yang tidak dikehendaki. Musik keras
merupakan kebisingan bagi sebagian orang tua. Sebaliknya musik kelasik
merupakan suara yang tidak dikehendaki kebisingan bagi sebagian orang
6
muda. Bising bagi setiap orang mempunyai makna berlainan tergantung
situasi dan kondisi (Achmadi, 1990).
2. Hazard Elektrikal
Proses pernapasan dapat terjadi jika pemakaian peralatan yang kurang
tepat, kurang pemahaman terhadap peralatan, kurang pengawasan maupun
pemeliharaan alat kurang diperhatikan. Kondisi yang berbahaya dapat terjadi
karena adanya oksigen dan uap air udara. Efek yang ditimbulkan: painful shocks,
susah bernapas, kulit terbakar (listrik dan panas), denyut jantung tidak teratur,
dapat meenyebabkan kematian.
3. Hazard Kimia
a. Karbon monoksida dan Nitrogen Oksida
Sumber utama karbon monoksida adalah dari asap rokok, pembakaraan
yang tidak sempurna, asap dari kendaraan dariemisi buangan kendaraan
bermotor. Efek yang ditimbulkan : pusing, mual, iritasi mata dan saluran
pernapasan.
b. Ozon
Sumber utama ozon dari sarana sterilisasi yaitu air ozon yang merupakan
sumber air minum dari mesin fhoto copy. Efek yang ditimbulkan: iritasi mata
dan saluran pernapasan, pusing dapat menimbulkan kelainan genetik.
c. Etilen Oksida
Bahan kimia ini digunakan untuk desinfektan dan bahan untuk
mensterilisasikan alat. Pernapasan umumnya terjadi karena aerasi yang
kurang tepat pada wadah penampungan etilen oksida setelah proses sterilisasi
selesai. Efek yang ditimbulkan : iritasi saluran pernapasan, mata, diare,
perubahan prilaku, anemia, infeksi saluran nafas sekunder, sensitisasi pada
kulit, gangguan reproduksi dan karsinogen.
d. Metil Matakrilat (MMA)
Umumnya digunakan untuk proses fiksasi sedian di labortorium. Efek
kesehatan akut; iritasi mata, kulit dan membrane mulosa. Efek yang
ditimbulkan: sangat bervariasi mulai dari penurunan tekanan darah hingga
serangan jantung. Efek kesehatan kronik : degenerasi, mutagenesis dan
teratogenesis.
e. Fomaldehin
7
Efek kesehatan akut : iritasi pada mata dan pernapasan, nyeri ulu hati,
mual, hilang kesadaran (jika tertelan dalam jumlah yang besar). Efek
kesehatan kronis: terpapar dalam konsentrasi yang tinggi dalam uap pormalin
selama beberapa waktu dapat menyebabkan laryngitis,
bronchitis, atau bronkopneumonia. Terpapar dalam jangka waktu lama dapat
menyebabkan conjungtivitas dan diperkirakan dapat menyebabkan kanker.
f. Tolueene & Xylene
Bahan kimia ini digunakan untuk proses fiksasi sfesimen jaringan dan
pembersihan noda. Umumnya ditemukan di laboratorium histology,
hemology, makrobiology dan sitilogy. Efek kesehatan akut: uap maupun
cairannya dapat menyebabkan iritasi mata dan lapisan mukosa, hilangan
kesadaran, pusing dan penurunan mental. Tertelan atau absorbsi bahan kimia
ini melalui kulit dapat menyebabkan kulit terbkar dan bersifat mudah
terbakar.(flammable). Efek kesadaran kronik: jika bahan kimia ini
mengandung campuran benzena, maka dapat menyebabkan leukemia. Kontak
kulit yang berkepanjangan dapat menyebabkan dermatitis. Toluene
diperkirakan dapt menyebabkan kerusakan sistem reproduksi.
4. Hazard Biologis
Pemaparan kontak melalui produk darah dan cairan tubuh. Terjadi kontak
dengan produk dan cairan tubuh mungkin saja terjadi selama melakukan tindakan
medis, tindakan keperawatan maupun pembedahan. Pemaparan terhadap agen
biologis ini umumnya terjadi karena penerapan prosedur kerja yang tidak tepat.
Biasanya berpotensi menimbulkan penyakit infeksi akibat kerja (PAK), dari
penyakit yang ringan seperti flu biasa sampai SAR bahkan HIV-AIDS bagi
pekerja kesehatan. Jenis mikroorganisme yang termasuk dalam golongan faktor
biologik serta pekerja berisiko terpajan antara lain virus (Hepatitis B/C, HIV-
AIDS), bakteri (Tuberkulosis, Bruselosis, Leptospirosis), jamur
(Coccidiomycosis, Aktinomikosis) serta parasit (Hookworm, Malaria).
5. Hazard Ergonomi
Sikap tubuh, penggunaan alat yang tidak sesuai dengan antropometri pekerja
dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Misalnya melakukan pekerjaan
memindahkan pasien dari tempat tidur ke restul atau sebaliknya, kalau tidak
dilakukan dengan tehnik yang benar akan menimbulkan gangguan kesehatan
mulai dari gangguan yang ringan seperti mialgia sampai berat terjadi HNP.
8
2.6 Manajemen Kesehatan untuk Pencegahan
1. Planning (perencanaan)
Fungsi perencanaan adalah suatu usaha menentukan kegiatan yang akan
dilakukan di masa mendatang guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam hal ini adalah keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit dan instansi
kesehatan.perencanaan ini dilakukan untuk memenuhi standarisasi kesehatan
pacsa perawatan dan merawat ( hubungan timbal balik pasien perawat dokter,
serta masyarakat umum lainnya ). Dalam perencanaan tersebut, kegiatan yang
ditentukan meliputi:
a. Hal apa yang dikerjakan
b. Bagaiman cara mengerjakannya
c. Mengapa mengerjakan
d. Siapa yang mengerjakan
e. Kapan harus dikerjakan
f. Dimana kegiatan itu harus dikerjakan
g. hubungan timbal balik ( sebab akibat)
Kegiatan kesehatan ( rumah sakit atau instansi kesehatan ) sekarang tidak
lagi hanya di bidang pelayanan, tetapi sudah mencakup kegiatan-kegiatan di
bidang pendidikan dan penelitian, juga metode-metode yang dipakai makin
banyak ragamnya. Semuanya menyebabkan risiko bahaya yang dapat terjadi
dalam ( rumah sakit atau instansi kesehatan ) makin besar. Oleh karena itu
usaha-usaha pengamanan kerja di rumah sakit atau instansi kesehatan harus
ditangani secara serius oleh organisasi keselamatan kerja rumah sakit atau
instansi kesehatan.
2. Organizing (organisasi)
Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit atau instansi
kesehatan dapat dibentuk dalam beberapa jenjang, mulai dari tingkat rumah
sakit atau instansi kesehatan daerah (wilayah) sampai ke tingkat pusat atau
9
nasional. Keterlibatan pemerintah dalam organisasi ini baik secara langsung
atau tidak langsung sangat diperlukan. Pemerintah dapat menempatkan
pejabat yang terkait dalam organisasi ini di tingkat pusat (nasional) dan
tingkat daerah (wilayah), di samping memberlakukan Undang-Undang
Keselamatan Kerja. Di tingkat daerah (wilayah) dan tingkat pusat (nasional)
perlu dibentuk Komisi Keamanan Kerja rumah sakit / instansi yang tugas dan
wewenangnya dapat berupa :
a. Menyusun garis besar pedoman keamanan kerja rumah sakit /
instansi kesehatan .
b. Memberikan bimbingan, penyuluhan, pelatihan pelaksana- an
keamanan kerja rumah sakit / instansi kesehatan .
c. Memantau pelaksanaan pedoman keamanan kerja rumah sakit /
instansi kesehatan .
d. Memberikan rekomendasi untuk bahan pertimbangan penerbitan
izin rumah sakit / instansi kesehatan.
e. Mengatasi dan mencegah meluasnya bahaya yang timbul dari
suatu rumah sakit / instansi kesehatan.
3. Actuating (pelaksanaan)
Fungsi pelaksanaan atau penggerakan adalah kegiatan mendorong
semangat kerja, mengerahkan aktivitas, mengkoordinasikan berbagai aktivitas
yang akan menjadi aktivitas yang kompak (sinkron), sehingga semua aktivitas
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Pelaksanaan
program kesehatan dan keselamatan kerja rumah sakit / instansi kesehatan
sasarannya ialah tempat kerja yang aman dan sehat. Untuk itu setiap individu
yang bekerja maupun masyarakat dalam rumah sakit / instansi kesehatan wajib
mengetahui dan memahami semua hal yang diperkirakan akan dapat menjadi
sumber kecelakaan kerja dalam rumah sakit / instansi kesehatan, serta
memiliki kemampuan dan pengetahuan yang cukup untuk melaksanakan
pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja tersebut. Kemudian
mematuhi berbagai peraturan atau ketentuan dalam menangani berbagai
spesimen reagensia dan alat-alat. Jika dalam pelaksanaan fungsi penggerakan
ini timbul permasalahan, keragu-raguan atau pertentangan, maka menjadi
tugas semua untuk mengambil keputusan penyelesaiannya.
4. Controlling (pengawasan)
10
Fungsi pengawasan adalah aktivitas yang mengusahakan agar
pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan
atau hasil yang dikehendaki. Untuk dapat menjalankan pengawasan,
perlu diperhatikan 2 prinsip pokok, yaitu :
a. Adanya rencana
b. Adanya instruksi-instruksi dan pemberian wewenang kepada
bawahan.
Dalam fungsi pengawasan tidak kalah pentingnya adalah sosialisasi
tentang perlunya disiplin, mematuhi segala peraturan demi keselamatan
kerja bersama di rumah sakit / instansi kesehatan. Sosialisasi perlu
dilakukan terus menerus, karena usaha pencegahan bahaya yang
bagaimanapun baiknya akan sia-sia bila peraturan diabaikan. Dalam
rumah sakit / instansi kesehatan perlu dibentuk pengawasan rumah sakit /
instansi kesehatan yang tugasnya antara lain :
a. Memantau dan mengarahkan secara berkala praktek- praktek
rumah sakit / instansi kesehatan yang baik, benar dan aman.
b. Memastikan semua petugas rumah sakit / instansi kesehatan
memahami cara- cara menghindari risiko bahaya dalam rumah
sakit / instansi kesehatan.
c. Melakukan penyelidikan / pengusutan segala peristiwa berbahaya
atau kecelakaan.
d. Mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan tentang
keamanan kerja rumah sakit / instansi kesehatan .
e. Melakukan tindakan darurat untuk mengatasi peristiwa berbahaya
dan mencegah meluasnya bahaya tersebut. Dan lain-lain.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keselamatan Kerja adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan
tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga
dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja
12
Daftar Pustaka
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/6418/BAB%20II.pdf?sequence=
6&isAllowed=y
https://www.scribd.com/doc/306869419/Pengertian-Patient-Safety
https://anawebchildhealth.blogspot.co.id/2011/12/k3-untuk-perawat-di-rumah-sakit.htm
13
1