Anda di halaman 1dari 17

PATIENT SAFETY PADA RANAH KESEHATAN KERJA

Makalah
Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Patient Safety

Disusun oleh :

Laila Tusaadah

Mardiansyah

Meitia Rahmawati

Nazar Rohmawati

Nella Lianawati

Nisa Kholilah

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI

Kampus 1: Jl. Karamat No. 36 Tlp. (0266)210215 Kota Sukabumi

2017
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Adapun makalah tentang Patient Safety pada Ranah Kesehatan Kerja ini
telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai
pihak, sehingga dapat mempelancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak
lupa menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena
itu mohon kritik dan sarannya tentang makalah ini.

Sukabumi, Oktober 2017

Penyusun

i
DAFTAR PUSTAKA

Kata Pengantar ............................................................................................................ i

Daftar Isi ..................................................................................................................... ii

Bab I Pendahuluan ..................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 1
1.3 Tujuan................................................................................................................... 1

Bab II Pembahasan .....................................................................................................

2.1 Pengertian Patient Safety ......................................................................................

2.2 Pengertian Kesehatan Kerja

2.3 Tujuan Kesehatan Kerja

2.4 Dasar Hukum Kesehatan Kerja

2.5 Hazard dan Risiko kesehatan di Tempat Kerja


2.6 Manajemen Kesehatan untuk Pencegahan

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


kesehatan kerja bagi pekerja di rumahsakit dan fasilitas medis lainnya perlu di
perhatikan. Demikian pula penanganan faktor potensi berbahaya yang ada di rumah
sakit serta metode pengembangan program keselamatan dan kesehatan kerja disana
perlu dilaksanakan, seperti misalnya perlindungan baik terhadap penyakit infeksi
maupun non-infeksi, penanganan limbah medis, penggunaan alat pelindung diri dan
lain sebagainya. Selain terhadap pekerja di fasilitas medis/klinik maupun rumah sakit,
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di rumah sakit juga concern keselamatan dan
hak-hak pasien, yang masuk kedalam program patient safety.
Merujuk kepada peraturan pemerintah berkenaan dengan keselamatan dan
kesehatan kerja di tempat kerja, pedoman ini juga mengambil dari beberapa sumber
best practices yang berlaku secara Internasional, seperti National Institute for
Occupational Safety and Health (NIOSH), the Centers for Disease Control (CDC),
the Occupational Safety and Health Administration (OSHA), the US Environmental
Protection Agency (EPA), dan lainnya.
Dari laporan yang dibuat oleh The National Safety Council (NSC), 41% petugas
medis mengalami absenteism yang diakibatkan oleh penyakit akibat kerja dan injury,
dan angka ini jauh lebih besar dibandingkan dengan sektor industri lainnya. Survei
yangdilakukan terhadap 165 laboratorium klinis di Minnesota memperlihatkan bahwa
injury yang terbanyak adalah needle sticks injury (63%) diikuti oleh kejadian lain
seperti luka dan tergores (21%). Selain itu pekerja di rumah sakit sering mengalami
stres, yang merupakan faktor predisposisi untuk mendapatkan kecelakaan.
Ketegangan otot dan keseleo merupakan representasi dari low back injury yang
banyak didapatkan dikalangan petugas rumah sakit.systems.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian patient safety?
2. Apa pengertian kesehatan kerja?
3. Apa saja tujuan kesehatan kerja?
4. Apa saja dasar hukum kesehatan kerja?

1
5. Apa saja hazard dan risiko kesehatan di tempat kerja?
6. Bagaimana manajemen mesehatan untuk pencegahan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang pengertian patient safety.
2. Untuk mengetahui tentang kesehatan kerja.
3. Untuk mengetahui tentang tujuan kesehatan kerja.
4. Untuk mengetahui tentang dasar hukum kesehatan kerja.
5. Untuk mengetahui tentang hazard dan risiko kesehatan di tempat kerja.
6. Untuk mengetahui tentang manajemen kesehatan untuk pencegahan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Patient Safety


Patient safety adalah pasien bebas dari harm (cedera) yang termasuk di dalamnya
adalah penyakit, cedera fisik, psikologis, sosial, penderitaan, cacat, kematian dan
lain-lainnya yang seharusnya tidak terjadi cedera yang potesial terkait dengan
pelayanan kesehatan (KKP-RS, 2007)
Patient safety adalah prinsip dasar dari perawatan kesehatan (WHO).
Keselamatan pasien menurut Sunaryo (2009) adalah ada tidak adanya kesalahan atau
bebas dari cidera karena kecelakaan. Keselamatan pasien di rumah sakit adalah suatu
sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi
assesment risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko
pasien pelaporan dan analisis insiden. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjut serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan
pencegahan terjadiya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (Depkes RI,
2011).

2.2 Pengertian Kesehatan Kerja


Definisi kesehatan kerja mengacu pada komisi gabungan ILO/WHO dalam
kesehatan kerja pada tahun 1950 yang disempurnakan pada sesi ke-12 tahun 1995.
Kesehatan kerja adalah upaya mempertahankan dan meningatkan derajat kesehatan
fisik, mental dan kesejahteraan sosial semua pekerja yang setinggi-tingginya.
Mencegah gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, melindungi
pekerja dari faktor resiko pekerjaan yang merugikan kesehatan, penempatan dan
pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja disesuaikan dengan kapabilitas
fisiologi dan psikologinya, dan disimpulkan sebagai adaptasi pekerjaan kepada
manusia.

Di Indonesia, dalam Undang-Undang No 36 tahun 2009 tentang kesehatan pasal


64 disebutkan bahwa kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup
sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan
oleh pekerjaan.

3
Notoatmodjo menyatakan bahwa kesehatan kerja adalah merupakan aplikasi
kesehatan masyarakat di dalam suatu tempat kerja (perusahaan, pabrik, kantor, dan
sebagainya) dan yang menjadi pasien dari kesehatan kerja ialah masyarakat pekerja
dan masyarakat sekitar perusahan tersebut. Ciri pokoknya adalah preventif
(pencegahan penyakit) dan promotif (peningkatan kesehatan). Oleh sebab itu, dalam
kesehatan kerja pedomannya ialah: penyakit dan kecelakaan akibat kerja dapat
dicegah. Dari aspek ekonomi, penyelenggaraan kesehatan kerja bagi suatu
perusahaan adalah sangat menguntungkan karena tujuan akhir dari kesehatan kerja
ialah meningkatkan produktifitas seoptimal mungkin.

Menurut Joint Ilo kesehatan kerja yaitu promo dan pemeliharaan derajat yang
setinggi-tingginya dari kesehatan fisik, mental, dan sosial dari pekerja pada semua
pekerjaan, pencegahan gangguan kesehatan pada pekerja yang disebabkan oleh
kondisi kerjanya, perlindungan pekerja dari resiko akibat faktor-aktor yang
mengganggu kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu
lingkungan kerja yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikologinya, dan sebagai
kesimpulan, penyesuaian pekerja kepda manusia dan setiap manusia kepada
pekerjaannya

2.3 Tujuan Kesehatan Kerja


Tujuan kesehatan kerja adalah memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya, baik fisik, mental, dan sosial bagi masyarakat pekerja dan masyarakat
lingkungan tempat kerja, melalui usaha-usaha promotif, preventif dan kuratif
terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan akibat kerja
atau lingkungan kerja. Tujuan kesehatan kerja dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan-
kecelakaan akibat kerja
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja.
3. Perawatan dan mempertinggi efisiensi dan produktivitas tenaga kerja.
4. Pemberantasan kelelahan kerja dan meningkatkan semangat kerja.
5. Perlindungan bagi masyarakat sekitar lingkungan kerja agar terhindar dari
bahaya-bahaya pencemaran yang ditimbulkan oleh perusahaan
6. Perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan
oleh produk-produk perusahaan.

4
2.4 Dasar Hukum Kesehatan Kerja
1. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 (tiga)
dan pasal 8 (delapan).
2. Peraturan Menteri Perburuhan no 7 Tahun 1964 tentang Syarat-Syarat
Kesehatan, Kebersihan serta Penerangan di Tempat Kerja.
3. Permenaker No 2 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja
dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
4. Permenaker No 1 Tahun 1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat
Kerja.
5. Permenaker No 3 Tahun 1983 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja.
6. Permenaker No 1 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Pemeliharaan
Kesehatan Bagi Tenaga Kerja dengan Manfaat Lebih Baik dari Paket Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Dasar Jamsostek.
7. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No 333 Tahun 1989 tentang Diagnosa dan
Pelaporan Penyakit Akibat Kerja.
8. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No 1 Tahun 1979 tentang Pengadaan
Kantin dan Ruang Makan.
9. Surat Edaran Dirjen Binawas tentang Perusahan Catering Yang Mengelola
Makanan Bagi Tenaga Kerja.

2.5 Hazard dan Risiko kesehatan di Tempat Kerja


Upaya kesehatan kerja, dimulai dengan pengenalan hazard (bahaya atau faktor
risiko) dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berpotensi menyebabkan
kerugian, baik dalam bentuk cidera atau gangguan kesehatan pada pekerja. Hazard
kesehatan adalah hazard yang berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan. Dari
sudut pandang kesehatan kerja, sistem kerja mencangkup 4 komponen kerja yaitu
pekerja, lingkungan kerja, pekerjaan, pengorganisasian pekerja dan budaya kerja.
Setiap komponen kerja dapat menjadi sumber atau situasi yang berpotensi
menimbulkan kerugian bagi kesehatan pekerja. Keugian kesehatan dapat berupa
cedera atau gangguan kesehatan baik fisik maupun mental. Sumber atau situasi yang
potensial tersebut dikenal sebagai hazard atau faktor resiko kesehatan.
Beberapa hazard yang ada di Rumah Sakit diantaranya:
1. Hazard fisik
a. Alat-alat gelas

5
Peralatan gelas yang dipakai dalam kegiatan Rumah Sakit antara lain
botol-botol, labu volumetric, tabung reaksi, pipet, ampul obat-obatan, dan
peralatan gelas lainya. Kuranganya hati-hati dalam pengunaan gelas tersebut
dapat menyebabkan pecahnya alat dan pecahan tersebut merupakan potensi
bahaya tergores, tertusuk, ataupun melukai pekerja dan menyebabkan infeksi.
b. Radiasi Ultraviolet
Sinar Ultraviolet digunakan pada biological safety cabinet dalam
menyiapkan obat-obatan kanker dan sering juga untuk mencuci hamakan
ruangan yang terkontaminasi dengan virus, misalnya campak, varisella.
c. Laser
Sinar laser digunakan diruang operasi minor dan mayor untuk proteksi
dan kateterisasi jaringan. Pernapasan umumnya terjadi jika proses tersebut
dilaksanakan secara kurang tepat. Efek yang ditimbulkan : kulit terbakar,
kebutaan, iritasi mata dan infeksi saluran pernapasan dan mual.
d. Radiasi Ionisasi
Pernapasan dapat terjadi pada pekerja di radiologi yang tidak
menggunakan alat pelindung diri (APD) dan berada didekat pesawat rontgen.
Derajat pernapasan tergantung pada jumlah radiasi, lama pernapasan, jarak
sumber radiasi dan jenis alat pelindung diri yang digunakan. Spesimen
jaringan maupun sekret manusia yang mengandung isotop radioaktif dapat
berbahaya. Efek yang ditimbulkan: eritema dan dermatitis, mual,muntah,
diare dan dapat menyebabkan kematian. Efek kesehatan kronik dapat
menimbulkan kangker kulit, tulang, kelainan genetik, dan dapat terjadi cacat
bawaan.
e. Radiasi Magnetik
Berasal dari instrumentasi resonasi magnetik yang berasal dari
ruang MRI
f. Kebisingan
Kebisingan merupakan kesehatan kerja yang selalu timbul. Batasan
pengertian kebisingan adalah merupakan suatu bunyi yang tidak dikehendaki.
Musik keras merupakan suatu bunyi yang tidak dikehendaki. Musik keras
merupakan kebisingan bagi sebagian orang tua. Sebaliknya musik kelasik
merupakan suara yang tidak dikehendaki kebisingan bagi sebagian orang

6
muda. Bising bagi setiap orang mempunyai makna berlainan tergantung
situasi dan kondisi (Achmadi, 1990).
2. Hazard Elektrikal
Proses pernapasan dapat terjadi jika pemakaian peralatan yang kurang
tepat, kurang pemahaman terhadap peralatan, kurang pengawasan maupun
pemeliharaan alat kurang diperhatikan. Kondisi yang berbahaya dapat terjadi
karena adanya oksigen dan uap air udara. Efek yang ditimbulkan: painful shocks,
susah bernapas, kulit terbakar (listrik dan panas), denyut jantung tidak teratur,
dapat meenyebabkan kematian.
3. Hazard Kimia
a. Karbon monoksida dan Nitrogen Oksida
Sumber utama karbon monoksida adalah dari asap rokok, pembakaraan
yang tidak sempurna, asap dari kendaraan dariemisi buangan kendaraan
bermotor. Efek yang ditimbulkan : pusing, mual, iritasi mata dan saluran
pernapasan.
b. Ozon
Sumber utama ozon dari sarana sterilisasi yaitu air ozon yang merupakan
sumber air minum dari mesin fhoto copy. Efek yang ditimbulkan: iritasi mata
dan saluran pernapasan, pusing dapat menimbulkan kelainan genetik.
c. Etilen Oksida
Bahan kimia ini digunakan untuk desinfektan dan bahan untuk
mensterilisasikan alat. Pernapasan umumnya terjadi karena aerasi yang
kurang tepat pada wadah penampungan etilen oksida setelah proses sterilisasi
selesai. Efek yang ditimbulkan : iritasi saluran pernapasan, mata, diare,
perubahan prilaku, anemia, infeksi saluran nafas sekunder, sensitisasi pada
kulit, gangguan reproduksi dan karsinogen.
d. Metil Matakrilat (MMA)
Umumnya digunakan untuk proses fiksasi sedian di labortorium. Efek
kesehatan akut; iritasi mata, kulit dan membrane mulosa. Efek yang
ditimbulkan: sangat bervariasi mulai dari penurunan tekanan darah hingga
serangan jantung. Efek kesehatan kronik : degenerasi, mutagenesis dan
teratogenesis.
e. Fomaldehin

7
Efek kesehatan akut : iritasi pada mata dan pernapasan, nyeri ulu hati,
mual, hilang kesadaran (jika tertelan dalam jumlah yang besar). Efek
kesehatan kronis: terpapar dalam konsentrasi yang tinggi dalam uap pormalin
selama beberapa waktu dapat menyebabkan laryngitis,
bronchitis, atau bronkopneumonia. Terpapar dalam jangka waktu lama dapat
menyebabkan conjungtivitas dan diperkirakan dapat menyebabkan kanker.
f. Tolueene & Xylene
Bahan kimia ini digunakan untuk proses fiksasi sfesimen jaringan dan
pembersihan noda. Umumnya ditemukan di laboratorium histology,
hemology, makrobiology dan sitilogy. Efek kesehatan akut: uap maupun
cairannya dapat menyebabkan iritasi mata dan lapisan mukosa, hilangan
kesadaran, pusing dan penurunan mental. Tertelan atau absorbsi bahan kimia
ini melalui kulit dapat menyebabkan kulit terbkar dan bersifat mudah
terbakar.(flammable). Efek kesadaran kronik: jika bahan kimia ini
mengandung campuran benzena, maka dapat menyebabkan leukemia. Kontak
kulit yang berkepanjangan dapat menyebabkan dermatitis. Toluene
diperkirakan dapt menyebabkan kerusakan sistem reproduksi.
4. Hazard Biologis
Pemaparan kontak melalui produk darah dan cairan tubuh. Terjadi kontak
dengan produk dan cairan tubuh mungkin saja terjadi selama melakukan tindakan
medis, tindakan keperawatan maupun pembedahan. Pemaparan terhadap agen
biologis ini umumnya terjadi karena penerapan prosedur kerja yang tidak tepat.
Biasanya berpotensi menimbulkan penyakit infeksi akibat kerja (PAK), dari
penyakit yang ringan seperti flu biasa sampai SAR bahkan HIV-AIDS bagi
pekerja kesehatan. Jenis mikroorganisme yang termasuk dalam golongan faktor
biologik serta pekerja berisiko terpajan antara lain virus (Hepatitis B/C, HIV-
AIDS), bakteri (Tuberkulosis, Bruselosis, Leptospirosis), jamur
(Coccidiomycosis, Aktinomikosis) serta parasit (Hookworm, Malaria).
5. Hazard Ergonomi
Sikap tubuh, penggunaan alat yang tidak sesuai dengan antropometri pekerja
dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Misalnya melakukan pekerjaan
memindahkan pasien dari tempat tidur ke restul atau sebaliknya, kalau tidak
dilakukan dengan tehnik yang benar akan menimbulkan gangguan kesehatan
mulai dari gangguan yang ringan seperti mialgia sampai berat terjadi HNP.

8
2.6 Manajemen Kesehatan untuk Pencegahan

Manajemen adalah pencapaian tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya, dengan


mempergunakan bantuan orang lain. Hal tersebut diharapkan dapat mengurangi
dampak kelalaian atau kesalahan ( malprektek) serta mengurangi penyebaran
langsung dampak dari kesalahan kerja.Untuk mencapai tujuan tersebut, dimembagi
kegiatan atau fungsi manajemen tesebut menjadi :

1. Planning (perencanaan)
Fungsi perencanaan adalah suatu usaha menentukan kegiatan yang akan
dilakukan di masa mendatang guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam hal ini adalah keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit dan instansi
kesehatan.perencanaan ini dilakukan untuk memenuhi standarisasi kesehatan
pacsa perawatan dan merawat ( hubungan timbal balik pasien perawat dokter,
serta masyarakat umum lainnya ). Dalam perencanaan tersebut, kegiatan yang
ditentukan meliputi:
a. Hal apa yang dikerjakan
b. Bagaiman cara mengerjakannya
c. Mengapa mengerjakan
d. Siapa yang mengerjakan
e. Kapan harus dikerjakan
f. Dimana kegiatan itu harus dikerjakan
g. hubungan timbal balik ( sebab akibat)
Kegiatan kesehatan ( rumah sakit atau instansi kesehatan ) sekarang tidak
lagi hanya di bidang pelayanan, tetapi sudah mencakup kegiatan-kegiatan di
bidang pendidikan dan penelitian, juga metode-metode yang dipakai makin
banyak ragamnya. Semuanya menyebabkan risiko bahaya yang dapat terjadi
dalam ( rumah sakit atau instansi kesehatan ) makin besar. Oleh karena itu
usaha-usaha pengamanan kerja di rumah sakit atau instansi kesehatan harus
ditangani secara serius oleh organisasi keselamatan kerja rumah sakit atau
instansi kesehatan.
2. Organizing (organisasi)
Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit atau instansi
kesehatan dapat dibentuk dalam beberapa jenjang, mulai dari tingkat rumah
sakit atau instansi kesehatan daerah (wilayah) sampai ke tingkat pusat atau

9
nasional. Keterlibatan pemerintah dalam organisasi ini baik secara langsung
atau tidak langsung sangat diperlukan. Pemerintah dapat menempatkan
pejabat yang terkait dalam organisasi ini di tingkat pusat (nasional) dan
tingkat daerah (wilayah), di samping memberlakukan Undang-Undang
Keselamatan Kerja. Di tingkat daerah (wilayah) dan tingkat pusat (nasional)
perlu dibentuk Komisi Keamanan Kerja rumah sakit / instansi yang tugas dan
wewenangnya dapat berupa :
a. Menyusun garis besar pedoman keamanan kerja rumah sakit /
instansi kesehatan .
b. Memberikan bimbingan, penyuluhan, pelatihan pelaksana- an
keamanan kerja rumah sakit / instansi kesehatan .
c. Memantau pelaksanaan pedoman keamanan kerja rumah sakit /
instansi kesehatan .
d. Memberikan rekomendasi untuk bahan pertimbangan penerbitan
izin rumah sakit / instansi kesehatan.
e. Mengatasi dan mencegah meluasnya bahaya yang timbul dari
suatu rumah sakit / instansi kesehatan.
3. Actuating (pelaksanaan)
Fungsi pelaksanaan atau penggerakan adalah kegiatan mendorong
semangat kerja, mengerahkan aktivitas, mengkoordinasikan berbagai aktivitas
yang akan menjadi aktivitas yang kompak (sinkron), sehingga semua aktivitas
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Pelaksanaan
program kesehatan dan keselamatan kerja rumah sakit / instansi kesehatan
sasarannya ialah tempat kerja yang aman dan sehat. Untuk itu setiap individu
yang bekerja maupun masyarakat dalam rumah sakit / instansi kesehatan wajib
mengetahui dan memahami semua hal yang diperkirakan akan dapat menjadi
sumber kecelakaan kerja dalam rumah sakit / instansi kesehatan, serta
memiliki kemampuan dan pengetahuan yang cukup untuk melaksanakan
pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja tersebut. Kemudian
mematuhi berbagai peraturan atau ketentuan dalam menangani berbagai
spesimen reagensia dan alat-alat. Jika dalam pelaksanaan fungsi penggerakan
ini timbul permasalahan, keragu-raguan atau pertentangan, maka menjadi
tugas semua untuk mengambil keputusan penyelesaiannya.
4. Controlling (pengawasan)

10
Fungsi pengawasan adalah aktivitas yang mengusahakan agar
pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan
atau hasil yang dikehendaki. Untuk dapat menjalankan pengawasan,
perlu diperhatikan 2 prinsip pokok, yaitu :
a. Adanya rencana
b. Adanya instruksi-instruksi dan pemberian wewenang kepada
bawahan.
Dalam fungsi pengawasan tidak kalah pentingnya adalah sosialisasi
tentang perlunya disiplin, mematuhi segala peraturan demi keselamatan
kerja bersama di rumah sakit / instansi kesehatan. Sosialisasi perlu
dilakukan terus menerus, karena usaha pencegahan bahaya yang
bagaimanapun baiknya akan sia-sia bila peraturan diabaikan. Dalam
rumah sakit / instansi kesehatan perlu dibentuk pengawasan rumah sakit /
instansi kesehatan yang tugasnya antara lain :
a. Memantau dan mengarahkan secara berkala praktek- praktek
rumah sakit / instansi kesehatan yang baik, benar dan aman.
b. Memastikan semua petugas rumah sakit / instansi kesehatan
memahami cara- cara menghindari risiko bahaya dalam rumah
sakit / instansi kesehatan.
c. Melakukan penyelidikan / pengusutan segala peristiwa berbahaya
atau kecelakaan.
d. Mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan tentang
keamanan kerja rumah sakit / instansi kesehatan .
e. Melakukan tindakan darurat untuk mengatasi peristiwa berbahaya
dan mencegah meluasnya bahaya tersebut. Dan lain-lain.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keselamatan Kerja adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan
tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga
dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja

Bahaya yang dihadapi dalam rumah sakit ; Bahaya kebakaran dan


ledakan dari zat/bahan yang mudah terbakar atau meledak (obat obatan), Bahan
beracun, korosif dan kaustik , Bahaya radiasi , Luka bakar ,Syok akibat aliran
listrik ,Luka sayat akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam & Bahaya infeksi
dari kuman, virus atau parasit.

12
Daftar Pustaka

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/6418/BAB%20II.pdf?sequence=
6&isAllowed=y

https://www.scribd.com/doc/306869419/Pengertian-Patient-Safety

https://anawebchildhealth.blogspot.co.id/2011/12/k3-untuk-perawat-di-rumah-sakit.htm

13
1

Anda mungkin juga menyukai