Anda di halaman 1dari 3

Nama : Yanti Nianti

NIM : 11151130000023
Kelas : HI A/3
Tugas : Review 1 Teori Hubungan Internasional

Realisme Klasik Hans J. Morgenthau dalam Bukunya Politics among Nations

Salah satu teori penunjang studi Ilmu Hubungan Internasional adalah Teori Realisme
klasik. Realism klasik muncul sebagai kritik terhadap pemikiran Liberalisme klasik dan
berusaha menjelaskan keadaan politik internasional sebagai akibat dari sifat manusia. Aktor
dalam perspektif realisme adalah negara, yang akan selalu berusaha untuk memperkuat
dirinya sendiri ( struggle of power). Realisme politik percaya bahwa politik diarahkan dan
diatur oleh hukum objektif yang akarnya adalah sifat alamiah manusia. Salah satu tokoh
realisme klasik ialah Hans J. Morgenthau, dalam bukunya yang berjudul Politics Among
Nations yang menjelaskan bahwa sebuah teori bisa dianggap teori jika lulus terhadap dua tes
dalam memahami politik internasioanl yakni empirical dan logical. Menurut Morgenthau,
politik adalah tentang kekuasaan, dan kekuasaan adalah tentang kontrol manusia atas
manusia. Hubungan antara kepentingan dan Negara merupakan hasil dari sejarah yang tidak
akan berubah.
Dari sekian banyaknya pembahasan mengenai realisme, Morgenthau memaparkan
enam prinsip realisme politik. Pertama realisme politik percaya bahwa politik, seperti
masyarakat pada umumnya, diatur oleh hukum objektif yang memiliki akar dalam sifat
alamiah manusia yang dari dulu tak berubah yakni menginginkan kekuasaan. Berdasarkan
sejarahnya, manusia sejak dahulu bersikap rasional dan ingin berkuasa, kekuasaan tersebut
juga menjadikan tujuan dari tindakan negara. Untuk memahami hukum objektif tersebut
maka Negara harus menganalisis sikap manusia dari hubungan masyarakat tersebut, agar
mampu memahami kebijakan luar negeri, kita harus melakukan pendekatan pada realitas
politik yang rasional. Dalam memahami hal tersebut kita di ibaratkan menjadi aktor politik
sebagai pembuat kebijakan dan mencari alternatif dari sebuah negara. Realisme percaya akan
kemungkinan pengembangan dalam hukum objektif politik yang mencerminkan teori rasional
sehingga dapat membedakan kebenaran objektif yang rasional.
Kedua, seperti yang diketahui bahwa konsep kepentingan didefinisikan oleh kaum
realis adalah suatu kekuasaan atau power. Konsep ini harus diperhatikan oleh para pelaku
politik. Konsep ini memberikan hubungan antara alasan untuk mencoba memahami politik
internasional dan fakta-faktanya untuk dipahami. Hal ini dapat dijadikan sebagai suatu
tindakan untuk mencari tahu apa yang harus dilakukan di dalam politik internasional. Namun
tidak selalu kebijakan luar negeri bersifat objektif dan rasional, terkadang para aktor politik
membuat kebijakan politik berdasarkan asumsinya yang belum pasti benar. Sejarah
menunjukkan adanya korelasi yang tepat dan diperlukan antara sebuah motif dan kebijakan
luar negeri. Realisme politik menganggap kebijakan luar negeri yang baik adalah kebijakan
luar negeri yang rasional, karena dapat meminimalkan risiko dan memaksimalkan manfaat
atau keuntungan.
Ketiga, dalam politik internasional mencari kekuasaan berlaku secara universal. Hal
ini berarti, gagasan dalam mencari kekuasaan merupakan intisari politik dari sejak dulu
sampai sekarang dan tidak terpengaruh oleh ruang dan waktu. Menurut Morgenthau, aneh
jika suatu negara yang berpolitik internasional tetapi tidak berkeinginan untuk mendapatkan
kekuasaan. Menurutnya, politik adalah tentang kekuasaan, dan kekuasaan adalah tentang
kontrol manusia atas manusia. Hubungan antara kepentingan dan Negara merupakan hasil
dari sejarah yang tidak akan berubah. Namun jenis kepentingan menentukan tindakan politik
dalam periode sejarah tertentu tergantung pada konteks politik dan budaya di mana kebijakan
luar negeri tersebut dirumuskan. Hal tersebut pun berlaku sama pada konsep kekuasaan yang
mana isi dan langkah penggunaannya ditentukan oleh lingkungan politik dan budaya.
Ke empat, realisme politik mengatakan tentang pentingnya moral dalam politik, moral
dalam aksi politik tidak dapat diabaikan atau dihilangkan sehingga para aktor politik atau
negara harus menilai tindakan politik dengan prinsip-prinsip moral universal. Akan tetapi,
seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa realis tidak mengatakan moral tidak penting, tetap
penting dan lebih bagus jika prinsip atau kepentingan moral tersebut tidak menghalangi atau
mengancam keamanan atau kepentingan nasionalnya. Realisme berpendapat bahwa prinsip-
prinsip moral yang abstrak dan universal tidak dapat diterapkan oleh tindakan Negara jika
prinsip moral tersebut menghambat kepenting nasionalnya maka abaikan moral.
Kelima, realisme politik menolak untuk mengidentifikasi moral suatu bangsa tertentu
dengan hukum-hukum moral universal. Morgenthau mengatakan bahwa setiap Negara
memiliki nilai dan keyakinan masing-masing dalam politik internasional yang berdasarkan
pada kepentingan masing-masing serta tidak semua Negara memiliki adat atau kebudayaan
yang sama, sehingga hukum moral tidak dapat diberlakukan secara universal. Dalam
mencapai kebijakan Negara dan melindungi kepentingan nasional, tindakan dalam kebijakan
tidak dapat dibiarkan untuk mewakili sikap moral juga sikap dalam kebijakan tidak dapat
mencerminkan sikap moral.
Keenam, Bedanya, antara realisme politik dan pemikiran paradigma lain adalah nyata.
Realisme politik tidak menyadari keberadaan dan relevansi dari standar pemikiran selain
politik. Karena tujuan atau keinginan utamanya adalah power sebagai national interest
seperti halnya keinginan dari seorang praktisi ekonomi yaitu mencapai keuntungan. Realisme
politik tidak bisa tunduk pada standar-standar lain, semua itu ditempatkan dibawah politik
itu sendiri. Namun banyak teori realisme politik telah salah dipahami dan disalahartikan.
realis politik mempertahankan otonomi dari ranah politik, yang mana politik didasarkan pada
konsepsi pluralistik dari sifat manusia. Manusia sejatinya merupakan gabungan dari a
political man , moral man, religious man, dll. Namun untuk menjadi a political man ia
harus menjadi binatang, untuk sementara seseorang harus melepaskan diri sebagai manusia
susila & manusia religious. Menyadari bahwa aspek yang berbeda dari sifat manusia, maka
ia harus berurusan dengan hal tersebut.
Berdasarkan 6 prinsip dari realism politik diatas, Morgenthau telah memberikan
dampak dan kontribusi pada teori realism klasik dan politik internasional, disamping
banyaknya kritik terhadap teori ini. akan tetapi dalam pandangan saya, saya setuju tentang
prinsip-prinsip moral yang abstrak dan universal tidak dapat diterapkan oleh tindakan
negara, karena negara memiliki kebudayaan dan kepentingan masing-masing. Namun, saya
tidak setuju dengan konsep human nature (greedy, egois, individual, kompetitif dan tidak bisa
progress) karena tidak sepenuhnya manusia semua sama seperti itu, bahkan pada
perkembangannya manusia tentu bisa progres, dengan contoh munculnya Hak Asasi
Manusia. Bahwasannya tidak selalu kekerasan dapat dibenarkan, saya juga tidak setuju,
tentang konsep kepentingan yang didefinisikan oleh kaum realis sebagai kekuasaan,. Menurut
saya, tujuan politik tidak sepenuhnya merupakan kekuasaan, melainkan untuk kerjasama
dalam mewujudkan perdamaian,keamanan dan keadilan.

Anda mungkin juga menyukai