Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pre-eklampsia merupakan kelainan unik yang hanya ditemukan pada kehamilan
manusia. Sejak dahulu pre-eklampsia didefinisikan sebagai trias yang terdiri dari
hipertensi , proteinuria dan edema pada wanita hamil. Eklampsia adalah terjadinya
kejang pada pasien pre-eklampsia tanpa disertai penyebab lain. Pre-eklampsia biasanya
terjadinya pada kehamilan trimester ketiga, walaupun pada beberapa kasus dapat
bermanifestasi lebih awal. Walaupun banyak pasien pre-eklampsia memperlihatkan trias
klasik diatas, namun telah diketahui bahwa kelainan ini sebenarnya merupakan spektrum
dari tanda dan gejala klinis yang menyertai perubahan mikrovaskular pada berbagai
sistem organ. Kelainan ini dapat timbul dalam berbagai bentuk sehingga disebut sebagai
great imitator. Keterlibatan sistem saraf pusat dapat menimbulkan gejala sakit kepala
hebat, gangguan visual, kejang, stroke dan kebutaan. Keterlibatan ginjal hampir selalu
terjadi dan dapat bermanifestasi sebagai proteinuria, oliguria atau gagal ginjal. Edema
dapat berakumulasi pada berbagai tempat, termasuk kaki, tangan, wajah dan paru.
Hemokosentrasi, trombositopenia, dan hemolisis intravaskular merupakan tanda-tanda
adanya keterlibatan hematologis yang sering ditemukan. Disfungsi hati sering
menyerupai perubahan hematologis dan menghasilkan sekelompok temuan klinis yang
dikenal dengan sebutan HELLP ( haemolysis, elevated liver function test, low platelet).
Pasien HELLP sering mengalami nyeri epigastrium yang tidak jelas yang mungkin
dislaah artikan sebagai rasa terbakar pada dada, penyakit batu empedu, atau gejala flu
bagi tenaga kesehatan yang tidak memiliki kecurigaan terhadap kelainan ini.

Secara keseluruhan insidensi pre-eklampsia pada populasi obstetrik adalah 7-


10%, jumlah yang pasti bergantung pada proporsi pasien dengan risiko yang meningkat.
Berbagai faktor risiko pre-eklampsia neliputi status primigravida (kehamilan pertama),
kehamilan kembar, diabetes, hipertensi yang telah ada sebelumnya, interval antar
kehamilan yang jauh, pre-eklampsia dalam keluarga pada kehamilan sebelumnya, mola
hidati-dosa, dan kelainan pembentukan darah yang diturunkan atau yang didapat
(misalnya defisiensi protein S dan protein C serta adanya antibodi antifosfolipid).
Terdapat tumpang tindih antara faktor risiko pre-eklampsia dan pertumbuhan janin
terhambat (fetal growth restriction, FGR). Lebih jauhnya lagi, adanya FGR mungkin
merupakan tanda pertama pre-eklampsia yang akan datang dan wanita dengan pre-
eklampsia memiliki risiko melahirkan bayi dengan pertumbuhan yang terhambat.

Jika tidak diterapi, pre-eklampsia dapat menyebabkan morbiditas yang tinggi dan
bahkan dapat fatal. Terapi utama pada kondisi ini adalah mengakhiri kehamilan. Ini
merupakan terapi yang sangat efektif yang akan mengembalikan keadaan fisiologis
menjadi normal setelah dilakukan persalinan sehingga tidak akan terjadi kerusakan
jaringan yang permanen. Jika si ibu diobati secra medis selama persalinan dan masa
pemulihan post partum, ginjalnya akan mulai membuat urin kembali, darah akan
membeku, dan kejang akan berhenti. Walaupun pre-eklampsiaberpotensi untuk sembuh
100% dengan diagnosis banding dan terapi yang tepat, namun pre-eklampsia tetap
merupakan salah satu penyebab kematian ibu yang paling sering, baik di negara maju
maupun berkembang.

Telah diketahui bahwa kelainan plasenta merupakan pusat patogenesis pre-


eklampsia. Persalinan dapat menyembuhkan pre-eklampsia dan mola hidatidosa, yaitu
suatu bentuk penyakit trofoblas gestasional yang ditandai oleh adanya pertumbuhan
plasenta.

Di Indonesia Preeklampsia merupakan salah satu penyebab utama kematian


maternal dan perinatal di Indonesia. PEB diklasifikasikan kedalam penyakit hypertensi
yang disebabkan karena kehamilan. PEditandai oleh adanya hipertensi sedang-berat,
edema, dan proteinuria yang masif. Penyebab dari kelainan ini masih kurang dimengerti,
namun suatu keadaan patologis yang dapat diterima adalah adanya iskemia
uteroplacentol.

Diagnosis dini dan penanganan adekuat dapat mencegah perkembangan buruk


PER kearah PEB atau bahkan eklampsia penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk
menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan anak.Semua kasus PEB harus dirujuk ke
rumah sakit yang dilengkapi dengan fasilitas penanganan intensif maternal dan neonatal,
untuk mendapatkan terapi definitif dan pengawasan terhadap timbulnya komplikasi-
komplikasi.
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan secara rutin mencari tanda preeklampsia
sangat penting dalam usaha pencegahan preeklampsia berat, di samping pengendalian
terhadap faktor-faktor predisposisi yang lain
Preeklampsia adalah penyakit pada wanita hamil yang secara langsung
disebabkan oleh kehamilan. Pre-eklampsia adalah hipertensi disertai proteinuri dan
edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum 20 minggu bila terjadi.Preeklampsia hampir
secara eksklusif merupakan penyakit pada nullipara.Biasanya terdapat pada wanita masa
subur dengan umur ekstrem yaitu pada remaja belasan tahun atau pada wanita yang
berumur lebih dari 35 tahun. Pada multipara, penyakit ini biasanya dijumpai pada
keadaan-keadaan berikut :
1.1.1 Kehamilan multifetal dan hidrops fetalis.
1.1.2 Penyakit vaskuler, termasuk hipertensi essensial kronis dan diabetes mellitus.
1.1.3 Penyakit ginjal.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Menganalisa hubungan antara beberapa faktor risiko terhadap terjadinya pre-eklampsia
pada saat kehamilan
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengukur besar risiko faktor umur ibu hamil terhadap terjadinya preeklampsia berat
2. Mengukur besar risiko paritas terhadap terjadinya preeklampsia berat.
3. Mengukur besar risiko jarak kehamilan terhadap terjadinya preeklampsia berat
4. Mengukur besar risiko kehamilan ganda terhadap terjadinya preeklampsia berat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil,
bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak
menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan
gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih.
(Nanda, 2012).
Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan
disertai dengan proteinuria (Prawirohardjo, 2008).
Pre eklamsi adalah timbulanya hipertensi disertai proteinuria dan edema
akibat kehamilan setelah usia 20 minggu atau segera setelah persalinan (Mansjoer
dkk, 2006).

B. Anatomi Fisiologi
Perubahan fisiologi wanita hamil segala perubahan fisik dialami wanita
selama hamil berhubungan dengan beberapa sistem yang disebabkan oleh efek
khusus dari hormon. Perubahan ini terjadi dalam rangka persiapan perkembangan
janin, menyiapkan tubuh ibu untuk bersalin, perkembangan payudara untuk
pembentukan/produksi air susu selama masa nifas. (Salmah dkk, 2006, hal.47)

1. Uterus
Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama di bawah pengaruh
estrogen dan progesteron yang kadarnya meningkat. Pembesaran ini pada
dasarnya disebabkan oleh hipertrofi otot polos uterus.Pada bulan-bulan pertama
kehamilan bentuk uterus seperti buah advokat, agak gepeng.Pada kehamilan 4
bulan uterus berbentuk bulat dan pada akhir kehamilan kembali seperti semula,
lonjong seperti telur. (Wiknjosastro, H, 2006, hal. 89).
Perkiraan umur kehamilan berdasarkan tinggi fundus uteri :
Pada kehamilan 4 minggu fundus uteri blum teraba.
Pada kehamilan 8 minggu, uterus membesar seperti telur bebek fundus uteri
berada di belakang simfisis.
Pada kehamilan 12 minggu kira-kira sebesar telur angsa, fundus uteri 1-2 jari di
atas simfisis pubis.
Pada kehamilan 16 minggu fundus uteri kira-kira pertengahan simfisis dengan
pusat.
Kehamilan 20 minggu, fundus uteri 2-3 jari di bawah pusat.
Kehamilan 24 minggu, fundus uteri kira-kira setinggi pusat.
Kehamilan 28 minggu, fundus uteri 2-3 jari di atas pusat.
Kehamilan 32 minggu, fundus uteri pertengahan umbilicus dan prosessus
xypoideus.
Kehamilan 36-38 minggu, fundus uteri kira-kira 1 jari di bawah prosessus
xypoideus.
Kehamilan 40 minggu, fundus uteri turun kembali kira-kira 3 jari di bawah
prosessus xypoideus. (Wiknjosastro, H, 2006. Hal. 90-91 dan Mandriwati, G. A.
2008. Hal. 90).
2. Vagina
Vagina dan vulva juga mengalami perubahan akibat hormon estrogen
sehingga tampak lebih merah, agak kebiru-biruan (livide).Tanda ini disebut tanda
Chadwick. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 95)
3. Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum graviditatis sampai
terbentuknya plasenta pada kira-kira kehamilan 16 minggu.Namun akan mengecil
setelah plasenta terbentuk, korpus luteum ini mengeluarkan hormon estrogen dan
progesteron. Lambat laun fungsi ini akan diambil alih oleh plasenta. (Wiknjosastro,
H. 2006. Hal .95)
4. Payudara
Payudara akan mengalami perubahan, yaitu mebesar dan tegang akibat hormon
somatomammotropin, estrogen, dan progesteron, akan tetapi belum mengeluarkan air
susu. Areola mammapun tampak lebih hitam karena hiperpigmentasi. (Wiknjosastro,
H. 2006. Hal. 95)
5. Sistem Sirkulasi
Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi ke plasenta,
uterus yang membesar dengan pembuluh-pembuluh darah yang membesar
pula.Volume darah ibu dalam kehamilan bertambah secara fisiologik dengan adanya
pencairan darah yang disebut hidremia. Volume darah akan bertambah kira-kira 25%,
dengan puncak kehamilan 32 minggu, diikuti dengancardiac output yang meninggi
kira-kira 30%. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 96).
6. Sistem Respirasi
Wanita hamil pada kelanjutan kehamilannya tidak jarang mengeluh rasa sesak
nafas.Hal ini ditemukan pada kehamilan 32 minggu ke atas karena usus tertekan oleh
uterus yang membesar ke arah diafragma sehingga diafragma kurang leluasa
bergerak. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 96)
7. Traktus Digestivus
Pada bulan pertama kehamilan terdapat perasaan enek (nausea) karena hormon
estrogen yang meningkat.Tonus otot traktus digestivus juga menurun.Pada bulan-
bulan pertama kehamilan tidak jarang dijumpai gejala muntah pada pagi hari yang
dikenal sebagai moorning sickness dan bila terlampau sering dan banyak dikeluarkan
disebut hiperemesis gravidarum. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 97)
8. Traktus Urinarius
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan oleh uterus yang
membesar sehingga ibu lebih sering kencing dan ini akan hilang dengan makin
tuanya kehamilan, namun akan timbul lagi pada akhir kehamilan karena bagian
terendah janin mulai turun memasuki Pintu Atas Panggul. (Wiknjosastro, H. 2006.
Hal. 97)
9. Kulit
Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena pengaruh
hormon Melanophore Stimulating Hormone (MSH) yang dikeluarkan oleh lobus
anterior hipofisis. Kadang-kadang terdapat deposit pigmen pada dahi, pipi, dan
hidung, dikenal sebagai kloasma gravidarum. Namun Pada kulit perut dijumpai
perubahan kulit menjadi kebiru-biruan yang disebut striae livide. (Wiknjosastro, H.
2006. Hal. 97)
10. Metabolisme dalam Kehamilan
Pada wanita hamil Basal Metabolik Rate (BMR) meningkat hingga 15-20
%.Kelenjar gondok juga tampak lebih jelas, hal ini ditemukan pada kehamilan
trimester akhir.Protein yang diperlukan sebanyak 1 gr/kg BB perhari untuk
perkembangan badan, alat kandungan, mammae, dan untuk janin, serta disimpan pula
untuk laktasi nanti.Janin membutuhkan 30-40 gr kalsium untuk pembentukan tulang
terutama pada trimester ketiga.Dengan demikian makanan ibu hamil harus
mengandung kalsium, paling tidak 1,5-2,5 gr perharinya sehingga dapat diperkirakan
0,2-0,7 gr kalsium yang tertahan untuk keperluan janin sehingga janin tidak akan
mengganggu kalsium ibu. Wanita hamil juga memerlukan tambahan zat besi
sebanyak 800 mg untuk pembentukan haemoglobin dalam darah sebagai persiapan
agar tidak terjadi perdarahan pada waktu persalinan. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 98)
11. Kenaikan Berat Badan
Peningkatan berat badan ibu selama kehamilan menandakan adaptasi ibu terhadap
pertumbuhan janin. Perkiraan peningkatan berat badan adalah 4 kg dalam kehamilan
20 minggu, dan 8,5 kg dalam 20 minggu kedua (0,4 kg/minggu dalam trimester
akhir) jadi totalnya 12,5 kg. (Salmah, Hajjah.2006. Hal.60-61)

C. Etiologi
Penyebab preeklamsi sampai sekarang belum di ketahui secara pasti,tapi pada
penderita yang meninggal karena preeklamsia terdapat perubahan yang khas pada
berbagai alat.Tapi kelainan yang menyertai penyakit ini adalah spasmus arteriole,
retensi Na dan air dan coogulasi intravaskulaer.
Walaupun vasospasmus mungkin bukan merupakan sebab primer penyakit ini,
akan tetapi vasospasmus ini yang menimbulkan berbagai gejala yang
menyertaipreeklamsi. Sebab pre eklamasi belum diketahui,
1) Vasospasmus menyebabkan :
a. Hypertensi
b. Pada otak (sakit kepala, kejang)
c. Pada placenta (solution placentae, kematian janin)
d. Pada ginjal (oliguri, insuffisiensi)
e. Pada hati (icterus)
f. Pada retina (amourose)
2) Ada beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklamsia yaitu :
a. Bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, dan
molahidatidosa
b. Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan
c. Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam
uterus
d. Timbulnya hipertensi, edema, protein uria, kejang dan koma.
3. Factor Perdisposisi Preeklamsi
a. Molahidatidosa
b. Diabetes melitus
c. Kehamilan ganda
d. Hidrocepalus
e. Obesitas
f. Umur yang lebih dari 35 tahun

D. Klasifikasi
Preeklamsi di bagi menjadi 2 golongan yaitu :
1. Preeklamsi Ringan :
a. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang di ukur pada posisi berbaring
terlentang, atau kenaikan diastolic 15 mmHg atau lebih, kenaikan sistolik 30
mmHg/lebih. Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan
dengan jarak periksa 1 jam, dan sebaiknya 6 jam.
b. Edema umum (kaki, jari tangan dan muka atau BB meningkat)
c. Proteinuri kuwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, sedangkan kuwalitatif 1+ &
2+ pada urine kateter atau midstream.
2. Preeklamsi Berat
a. TD 160/110 mmHg atau lebih
b. Proteinuria 5gr atau lebih perliter
c. Oliguria (jumlah urine <500cc/24 jam)
d. Adanya gangguan serebri, gangguan visus, dan rasa nyeri pada
efigastrium
e. Terdapat edema paru dan sianosis

E. Manifestasi Klinis
1. Penambahan berat badan yang berlebihan, terjadi kenaikan 1 kg seminggu
beberapa kali.
2. Edema terjadi peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan dan
muka.
3. Hipertensi (di ukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit)
a. TD > 140/90 mmHg atau
b. Tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg
c. Diastolik>15 mmHg
d. tekanan diastolic pada trimester ke II yang >85 mmHg patut di curigai sebagai
preeklamsi
4. Proteinuria
a. Terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam urin 24 jam atau pemeriksaan
kuwalitatif +1 / +2.
b. Kadar protein > 1 g/l dalam urine yang di keluarkan dengan kateter atau urine
porsi tengah, di ambil 2 kali dalam waktu 6 jam.

F. Patofisiologi
Pada pre eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi
peningkatan hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke organ ,
termasuk ke utero plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar dari timbulnya
proses pre eklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan resistensi aliran darah dan
timbulnya hipertensi arterial.Vasospasme dapat diakibatkan karena adanya
peningkatan sensitifitas dari sirculating pressors. Pre eklampsia yang berat dapat
mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang lain. Gangguan perfusi plasenta dapat
sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat
terjadinya Intra Uterin Growth Retardation.
G. Pathway

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat
hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun,
BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml
2. USG : untuk mengetahui keadaan janin
3. NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin

I. Komplikasi
Tergantung derajat pre-eklampsianya, yang termasuk komplikasi antara lain terus
couvelaire), sindrom HELLP (Haemolysis Elevated Liver Enzymes, Low Platelet
Cown), ablasi retina, KID (Koagulasi Intra Vaskular Diseminata), gagal ginjal,
perdarahan otal, oedem paru, gagal jantung, syok dan kematian
Komplikasi pada janin berhubungan dengan akut kronisnya insufisiensi
uteroplasental, misalnya pertumbuhan janin terhambat dan prematuritas.
J. Penatalaksanaan
1. Prinsip Penatalaksanaan Pre-Eklampsia
a. Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah
b. Mencegah progresifitas penyakit menjadi eklampsia
c. Mengatasi atau menurunkan risiko janin (solusio plasenta, pertumbuhan janin
terhambat, hipoksia sampai kematian janin)
d. Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat sesegera mungkin setelah
matur, atau imatur jika diketahui bahwa risiko janin atau ibu akan lebih berat jika
persalinan ditunda lebih lama.
2. Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Ringan
a. Dapat dikatakan tidak mempunyai risiko bagi ibu maupun janin
b. Tidak perlu segera diberikan obat antihipertensi atau obat lainnya, tidak perlu dirawat
kecuali tekanan darah meningkat terus (batas aman 140-150/90-100 mmhg).
c. Istirahat yang cukup (berbaring / tiduran minimal 4 jam pada siang hari dan minimal 8
jam pada malam hari)
d. Pemberian luminal 1-2 x 30 mg/hari bila tidak bisa tidur
e. Pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg/hari.
f. Bila tekanan darah tidak turun, dianjurkan dirawat dan diberi obat antihipertensi :
metildopa 3 x 125 mg/hari (max.1500 mg/hari), atau nifedipin 3-8 x 5-10 mg/hari, atau
nifedipin retard 2-3 x 20 mg/hari, atau pindolol 1-3 x 5 mg/hari (max.30 mg/hari).
g. Diet rendah garam dan diuretik tidak perlu
h. Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa tiap 1 minggu
i. Indikasi rawat : jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun setelah 2 minggu rawat
jalan, peningkatan berat badan melebihi 1 kg/minggu 2 kali berturut-turut, atau pasien
menunjukkan tanda-tanda pre-eklampsia berat. Berikan juga obat antihipertensi.
j. Jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai pre-eklampsia berat.
Jika perbaikan, lanjutkan rawat jalan
k. Pengakhiran kehamilan : ditunggu sampai usia 40 minggu, kecuali ditemukan
pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, solusio plasenta, eklampsia, atau indikasi
terminasi lainnya. Minimal usia 38 minggu, janin sudah dinyatakan matur.
l. Persalinan pada pre-eklampsia ringan dapat dilakukan spontan, atau dengan bantuan
ekstraksi untuk mempercepat kala ii.
3. Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Berat
Dapat ditangani secara aktif atau konservatif. Aktif berarti : kehamilan diakhiri /
diterminasi bersama dengan pengobatan medisinal. Konservatif berarti : kehamilan
dipertahankan bersama dengan pengobatan medisinal. Prinsip : Tetap pemantauan janin
dengan klinis, USG, kardiotokografi.
a. Penanganan aktif.
Penderita harus segera dirawat, sebaiknya dirawat di ruang khusus di daerah kamar
bersalin.Tidak harus ruangan gelap.Penderita ditangani aktif bila ada satu atau lebih
kriteria ini.
1) Ada tanda-tanda impending eklampsia
2) Ada hellp syndrome
3) Ada kegagalan penanganan konservatif
4) Ada tanda-tanda gawat janin atau iugr
5) Usia kehamilan 35 minggu atau lebih
Pengobatan medisinal : diberikan obat anti kejang MgSO4 dalam infus dextrose 5%
sebanyak 500 cc tiap 6 jam. Cara pemberian MgSO4 : dosis awal 2 gram intravena
diberikan dalam 10 menit, dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan sebanyak 2 gram per
jam drip infus (80 ml/jam atau 15-20 tetes/menit). Syarat pemberian MgSO4 :
frekuensi napas lebih dari 16 kali permenit tidak ada tanda-tanda gawat napas
diuresis lebih dari 100 ml dalam 4 jam sebelumnya refleks patella positif. MgSO4
dihentikan bila : ada tanda-tanda intoksikasi atau setelah 24 jam pasca persalinan
atau bila baru 6 jam pasca persalinan sudah terdapat perbaikan yang nyata. Siapkan
antidotum MgSO4 yaitu Ca-glukonas 10% (1 gram dalam 10 cc NaCl 0.9%, diberikan
intravena dalam 3 menit).Obat anti hipertensi diberikan bila tekanan darah sistolik lebih
dari 160 mmHg atau tekanan darah diastolik lebih dari 110 mmHg.Obat yang dipakai
umumnya nifedipin dengan dosis 3-4 kali 10 mg oral. Bila dalam 2 jam belum turun
dapat diberi tambahan 10 mg lagi. Terminasi kehamilan : bila penderita belum in partu,
dilakukan induksi persalinan dengan amniotomi, oksitosin drip, kateter Folley, atau
prostaglandin E2. Sectio cesarea dilakukan bila syarat induksi tidak terpenuhi atau ada
kontraindikasi partus pervaginam.Pada persalinan pervaginam kala 2, bila perlu dibantu
ekstraksi vakum atau cunam.
b. Penanganan konservatif
Pada kehamilan kurang dari 35 minggu tanpa disertai tanda-tanda impending eclampsia
dengan keadaan janin baik, dilakukan penanganan konservatif.Medisinal : sama dengan
pada penanganan aktif. MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mencapai tanda-tanda pre-
eklampsia ringan, selambatnya dalam waktu 24 jam. Bila sesudah 24 jam tidak ada
perbaikan maka keadaan ini dianggap sebagai kegagalan pengobatan dan harus segera
dilakukan terminasi. jangan lupa : oksigen dengan nasal kanul, 4-6 l / menit, obstetrik :
pemantauan ketat keadaan ibu dan janin. bila ada indikasi, langsung terminasi.
menjelaskan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahan. Istirahat
tidak selalu berarti berbaring di tempat tidur, namun pekerjaan sehari-hari perlu
dikurangi, dan dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring.Diet tinggi protein, dan
rendah lemak, karbohidat, garam dan penambahan berat badan yang tidak berlebihan
perlu dianjurkan.
Mengenal secara dini preeklampsia dan segera merawat penderita tanpa
memberikan diuretika dan obat anthipertensi, memang merupakan kemajuan yang
penting dari pemeriksaan antenatal yang baik. (Wiknjosastro H,2006).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Data Biografi
Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida ,< 20 tahun atau > 35 tahun, Jenis
kelamin,
a. Riwayat Kesehatan
1) keluhan Utama : biasanya klirn dengan preeklamsia mengeluh demam, sakit kepala,
2) Riwayat kesehatan sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri
epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
3) Riwayat kesehatan sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial, hipertensi
kronik, DM
4) Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta
riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya
5) Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan
6) Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh
karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya
b. Riwayat Kehamilan
Riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan dengan
eklamsia sebelumnya.
c. Riwayat KB
Perlu ditanyakan pada ibu apakah pernah / tidak megikuti KB jika ibu pernah ikut KB
maka yang ditanyakan adalah jenis kontrasepsi, efek samping. Alasan pemberhentian
kontrasepsi (bila tidak memakai lagi) serta lamanya menggunakan kontrasepsi
d. Pola aktivitas sehari-hari
1) Aktivitas
Gejala :biasanya pada pre eklamsi terjadi kelemahan, penambahan berat badan atau
penurunan BB, reflek fisiologis +/+, reflek patologis -/-.
Tanda : pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka
2) Sirkulasi
Gejala :biasanya terjadi penurunan oksegen.
3) Abdomen
Gejala :
Inspeksi :biasanya Perut membuncit sesuai usia kehamilan aterm, apakah adanya sikatrik
bekas operasi atau tidak ( - ) Palpasi :
(1) Leopold I : biasanya teraba fundus uteri 3 jari di bawah proc. Xyphoideus teraba massa
besar, lunak, noduler
(2) Leopold II : teraba tahanan terbesar di sebelah kiri, bagian bagian kecil janin di
sebelah kanan.
(3) Leopold III : biasanya teraba masa keras, terfiksir
(4) Leopold IV : biasanya pada bagian terbawah janin telah masuk pintu atas panggul
Auskultasi :
biasanya terdengar BJA 142 x/1 regular
4) Eliminasi
Gejala :biasanya proteinuria + 5 g/24 jam atau 3 pada tes celup, oliguria
5) Makanan / cairan
Gejala :biasanya terjadi peningkatan berat badan dan penurunan , muntah-muntah
Tanda :biasanya nyeri epigastrium,
6) Integritas ego
Gejala : perasaan takut.
Tanda : cemas.
7) Neurosensori
Gejala :biasanya terjadi hipertensi
Tanda :biasanya terjadi kejang atau koma
8) Nyeri / kenyamanan
Gejala :biasanya nyeri epigastrium, nyeri kepala, sakit kepala, ikterus, gangguan
penglihatan.
Tanda :biasanya klien gelisah,
9) Pernafasan
Gejala :biasanya terjadi suara nafas antara vesikuler, Rhonki, Whezing, sonor
Tanda :biasanya ada irama teratur atau tidak, apakah ada bising atau tidak.
10) Keamanan
Gejala :apakah adanya gangguan pengihatan, perdarahan spontan.
11) Seksualitas
Gejala : Status Obstetrikus

e. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum : baik, cukup, lemah
2) Kesadaran : Composmentis (e = 4, v = 5, m = 6)
3) Pemeriksaan Fisik (Persistem)
a) Sistem pernafasan
Pemeriksaan pernapasan, biasanya pernapasan mungkin kurang, kurang dari 14x/menit,
klien biasanya mengalami sesak sehabis melakukan aktifitas, krekes mungkin ada,
adanya edema paru hiper refleksia klonus pada kaki.
b) Sistem cardiovaskuler
(1) Inspeksi : apakah Adanya sianosis, kulit pucat, konjungtiva anemis.
(2) Palpasi :

Tekanan darah : biasanya pada preeklamsia terjadi peningkatan TD, melebihi tingkat
dasar setetah 20 minggu kehamilan,

Nadi : biasanyanadi meningkat atau menurun


Leher : apakah ada bendungan atau tidak pada PemeriksaanVena Jugularis, jika ada
bendungan menandakan bahwa jantung ibu mengalami gangguan.
Edema periorbital yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam Suhu dingin
(3) Auskultasi :untuk mendengarkan detak jantung janin untuk mengetahui adanya fotal
distress, bunyi jantung janin yang tidak teratur gerakan janin melemah.

c) System reproduksi
(1) Dada
Payudara : Dikaji apakah ada massa abnormal, nyeri tekan pada payudara.
(2) Genetalia
Inspeksi adakah pengeluaran pervaginam berupa lendir bercampur darah, adakah
pembesaran kelenjar bartholini / tidak.
(3) Abdomen
Palpasi : untuk mengetahui tinggi fundus uteri, letak janin, lokasi edema, periksa bagian
uterus biasanya terdapat kontraksi uterus
d) Sistem integument perkemihan
(1) Periksa vitting udem biasanya terdapat edema pada ekstermitas akibat gangguan filtrasi
glomelurus yang meretensi garam dan natrium, (Fungsi ginjal menurun).
(2) Oliguria
(3) Proteinuria
e) Sistem persarafan
Biasanya hiperrefleksi, klonus pada kaki
f) Sistem Pencernaan
Palpasi : Abdomen adanya nyeri tekan daerah epigastrium (kuadran II kiri atas),
anoreksia, mual dan muntah.
f. Pengelompokan Data
1) Data Subyektif
a) Biasanya ibu mengeluh Panas
b) Biasanya ibu mengeluh sakit kepala
c) biasanya ibu mengeluh nyeri kepala
d) biasanya ibu mengeluh nyeri perut akibat fotal distress pada janin
e) biasanya ibu mengeluh tegang pada perutnya
f) Biasanya mengeluh nyeri
g) skala nyeri (2-4)

h) klien biasanya mengatakan kurang nafsu makan

i) klien biasanya sering mual muntah

j) klien biasanya sering bertanya

k) klien biasanya sering mengungkapkan kecemasan

2) Data Obyektif
a) Biasanya teraba panas
b) Biasanya tampak wajah ibu meringis kesakitan
c) Biasanya ibu tampak kejang
d) Biasanya ibu tampak lemah
e) Biasanya penglihatan ibu kabur
f) biasanya klien tampak cemas
g) Biasanya klien tampak gelisah
h) Biasanya klien tampak kurus,
i) biasanya klien tampak lemah, konjungtiva anemis.
j) Tonus otot perut tampa tegang
k) Biasanya ibu tampak meringis kesakitan
l) Biasanya tamapa cemas
m) Biasanya DJJ bayi cepat >160
n) Bisanya ibu tampak meringis kesakitan
o) biasanya ibu tampak cemas
p) Bianyasa skala nyeri 4 = nyeri berat (skala nyeri 1-5)
q) aktivitas janin menurun
r) DJJ meningkat >160
B. Analisa Data
C. Diagnosa
a. Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan proses cardiac
output menurun, merangsang medulla oblongata dan system syaraf,
penurunan fungsi organ, vaso spasme dan peningkatan tekanan darah,
perubahan perfusi jaringan.
b. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan Vaso Spasme pada
pembuluh darah, proses cardiac output menurun, merangsang medulla
oblongata dan system syaraf, Kompresi saraf simpatis gangguan irama
jantung, aliran tumbulensi emboli kontraksi uterus dan pembukaan jalan lahir,
kontraksi uterus dan pembukaan jalan lahir di tandai dengan biasanya ibu
mengeluh nyeri kepala, biasanya ibu mengeluh nyeri perut akibat fotal
distress pada janin, Bisanya ibu tampak meringis kesakitan, biasanya ibu
tampak cemas, Bianyasa skala nyeri 4 = nyeri berat (skala nyeri 1-5),
aktivitas janin menurun, DJJ meningkat >160
c. Resiko tinggi terjadinya foetal proses perpindahan cairan karena perbedaan
tekanan, perubahan pada plasenta.
d. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan HCL meningkat peristaltic turun Ketidakmampuan dalam
memasukkan/mencerna makanan karena faktor biologi di tandai dengan klien
biasanya mengatakan kurang nafsu makan, klien biasanya sering mual
muntah, Biasanya klien tampak kurus, biasanya klien tampak lemah,
konjungtiva anemis, BB menurun.
e. Ansietas berhubungan dengan koping yang tidak efektif terhadap proses
persalinan di tandai dengan klien biasanya sering bertanya, klien biasanya
sering mengungkapkan kecemasan, biasanya klien tampak cemas, Biasanya
klien tampak gelisah

D. Intervensi / Perencanaan
1. Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi organ (
vasospasme dan peningkatan tekanan darah
Tujuan
Tidak terjadi kejang pada ibu
Kriteria Hasil
a. Kesadaran : compos mentis, GCS : 15 ( 4-5-6 )
b. Tanda-tanda vital :
c. Tekanan Darah : 100-120/70-80 mmHg, Suhu: 36-37 C, Nadi : 60-80 x/mnt,
RR : 16-20 x/mnt.

Intervensi Rasional
1. Monitor tekanan darah tiap 4 jam 1. Tekanan diastole > 110 mmHg dan
sistole 160 atau lebih merupkan
indikasi dari PIH
2. Catat tingkat kesadaran pasien 2. Penurunan kesadaran sebagai indikasi
penurunan aliran darah otak
3. Gejala tersebut merupakan
3. Kaji adanya tanda-tanda manifestasi dari perubahan pada otak,
eklampsia ( hiperaktif, reflek ginjal, jantung dan paru yang
patella dalam, penurunan nadi,dan mendahului status kejang
respirasi, nyeri epigastrium dan 4. Kejang akan meningkatkan kepekaan
oliguria ) uterus yang akan memungkinkan
4. Monitor adanya tanda-tanda dan terjadinya persalinan.
gejala persalinan atau adanya 5. Anti hipertensi untuk menurunkan
kontraksi uterus tekanan darah dan SM untuk
5. Kolaborasi dengan tim medis mencegah terjadinya kejang
dalam pemberian anti hipertensi
dan SM
2. Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan
pada plasenta
Tujuan
Tidak terjadi foetal distress pada janin
Kriteria Hasil
Intervensi Rasional
1. Monitor DJJ sesuai indikasi 1. Peningkatan DJJ sebagai indikasi
terjadinya hipoxia, prematur dan
solusio plasenta
2. Kaji tentang pertumbuhan janin 2. Penurunan fungsi plasenta mungkin
diakibatkan karena hipertensi sehingga
timbul IUGR
3. Jelaskan adanya tanda-tanda3. Ibu dapat mengetahui tanda dan
solutio plasenta ( nyeri gejala solutio plasenta dan tahu akibat
perut, perdarahan, rahim tegang, hipoxia bagi janin
aktifitas janin turun ) 4. Reaksi terapi dapat menurunkan
pernafasan janin dan fungsi jantung
4. Kaji respon janin pada ibu yang serta aktifitas janin
diberi SM 6. Anti hipertensi untuk menurunkan
tekanan darah dan SM untuk
5. Kolaborasi dengan medis dalam mencegah terjadinya kejang
pemeriksaan USG dan NST 7. USG dan NST untuk mengetahui
keadaan/kesejahteraan janin

3. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan pembukaan
jalan lahir
Tujuan
Tidak terjadi nyeri atau ibu dapat mengantisipasi nyerinya
Kriteria Hasil
a. Ibu mengerti penyebab nyerinya
b. Ibu mampu beradaptasi terhadap nyerinya

Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat intensitas nyeri 1. Ambang nyeri setiap orang berbeda
pasien ,dengan demikian akan dapat
menentukan tindakan perawatan yang
sesuai dengan respon pasien terhadap
nyerinya.
2. Jelaskan penyebab nyerinya 2. Ibu dapat memahami penyebab
nyerinya sehingga bisa kooperatif
3. Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri3. Dengan nafas dalam otot-otot dapat
dengan nafas dalam bila HIS timbul berelaksasi , terjadi vasodilatasi
pembuluh darah, expansi paru optimal
sehingga kebutuhan 02 pada jaringan
4. Bantu ibu dengan terpenuhi
mengusap/massage pada bagian 4. untuk mengalihkan perhatian pasien
yang nyeri

4. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubunganKetidakmampuan dalam memasukkan/mencerna makanan karena faktor
biologi.
Tujuan
nafsu makan meningkat atu normal
Kriteria hasil
a. BB meningkat atau normal
b. tidal ada tanda-tanda mal nutrisi
c. kekuatan menggenggan

Intervensi Rasional
1. Kaji adanya alergi makanan 1. Untuk mengetahui apakah pasien ada
alergi makanan
2. Anjurkan pasien untuk meningkatkan 2. intake fe dapat meningkatkan kekuatan
intake Fe tulang
3. substansi gula dapat meningkatkan
3. Berikan substansi gula energi pasien
4. Untuk memenuhi status gizi pasien
4. Berikan makanan yang terpilih (sudah
dikonsultasikan dengan ahli gizi)
5. Ajarkan pasien bagaimana membuat 5. Catatan harian makanan dapat
catatan makanan harian mengetahui asupan nutrisi pasien

5. Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak efektif terhadap
proses persalinan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan ibu berkurang atau hilang
Kriteria Hasil :
a. Ibu tampak tenang
b. Ibu kooperatif terhadap tindakan perawatan
c. Ibu dapat menerima kondisi yang dialami sekarang
Intervensi Rasional
1. tingkat kecemasan ibu 1. Tingkat kecemasan ringan dan sedang
bisa ditoleransi dengan pemberian
pengertian sedangkan yang berat
diperlukan tindakan medikamentosa
2. Jelaskan mekanisme proses persalinan 2. Pengetahuan terhadap proses persalinan
diharapkan dapat mengurangi emosional
ibu yang maladaptive.
3. gali dan tingkatkan mekanisme koping3. Kecemasan akan dapat teratasi jika
ibu yang efektif mekanisme koping yang dimiliki ibu
efektif
4. ibu dapat mempunyai motivasi untuk
4. Beri support system pada ibu menghadapi keadaan yang sekarang
secara lapang dada asehingga dapat
membawa ketenangan hati
E. Implementasi
Setelah rencana keperawatan ditetapkan maka langkah selanjutnya diterapkan
dalam bentuk tindakan nyata.Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan
keperawatan oleh perawat dan klien.hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan
implementasi adalah intervensi yang dilakukan sesuai dengan rencana setelah dilakukan
validasi., penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual dan teknikal. Intervensi
harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada waktu dan situasi yang tepat.Keamanan
fisik dan psikologis harus dilindungi dan didokumentasikan dalam dokumentasi
keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan. (La Ode Jumadi Gaffar, 1995: 64)
Ada 3 fase dalam melaksanakan implementasi keperawatan, yaitu:
a. Fase persiapan
Meliputi pengetahuan tentang rencana, validasi, rencana, pengetahuan dan
keterampilan. Mengimplementasikan rencana, persiapan dan lingkungan.
b. Fase operasional
Merupakan puncak implementasi dengan berorientasi pada tujuan. pada fase ini,
implementasi dapat dilakukan secara independen, dependent dan interdependent.
Selanjutnya perawat akan melakukan pengumpulan data yang berhubungan dengan
reaksi klien terhadap fisik, psikologis, sosial dan spritual.
c. Fase Terminasi
Merupakan terminasi perawat dengan klien setelah implementasi dilakukan.

F. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan physical
abuse antara lain :
1. Anak mengenali perlunya atau mencari perlindungan untuk mencegah dan mengatasi
physical abuse.
2. Keluarga berpartisipasi sebagai fungsi modal peran sebagai orang tua yang positif dan
efektif.
3. Keluarga mampu menjaga situasi yang dapat menimbulkan stress.
4. Keluarga dan anak mampu mengembangkan strategi pemecahan masalah.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan.
Preeklampsia adalah merupakan hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan.
Preeklampsia adalah penyakit yang disebabkan oleh tekanan darah toksemia tinggiyang
terkait dengan kondisi diawal kehamilan.
Preeklampsia adalah penyakit multisistem, yang bisa melibatkan otak, hati, ginjal,
dan plasenta.Komplikasi-komplikasi maternal mencakup eklampsia, stroke, gagal hati
dan gagal ginjal, dan koagulopati.

B. Saran
Lebih meningkatkan lagi penyuluhan tentang pre eklamsia oleh tim medis dan para
medis kepada masyarakat banyak, khusus nya yang ada di daerah terpencil agar
masyarakat lebih cepat mengetahui tanda-tanda dan gejala dari pre eklamsi terutama pada
ibu-ibu,agar dapat di atasi dengan cepat.
DAFTAR PUSTAKA

Chapman, Vicky. (2006). Asuhan Kebidanan Persalinan & Kelahiran.Jakarta :EGC

Himpunan Kedokteran Feto Maternal POGI. (2006). Pedoman Pengelolaan Hipertensi dalam
Kehamilan di Indonesia, edisi (2). Kelompok Kerja Penyusun

Manuaba, Ida Bagus Gede. (2010). Ilmu Penyakit Kandungan dan KB.Jakarta :EGC

Manjoer, Arif, dkk. (2009). Kapita Selekta Edisi Ketiga Jilid Ketiga.Jakarta : Media Aesculapius

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Ed rev, Jakarta: Rineka Cipta

Prawirohardjo, S. (2008). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : YBP
Prawirohardjo, S. (2008).Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP
Robert J. M.(2007). Carl A Hubel Oxydative Stress in Preeclampsia. AJOG, 190:
117 8
Sofoewan S.(2007). Preeklampsia Eklampsia di Beberapa Rumah Sakit di Indonesia, patogen.
Dasar Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran danKesehatan esis, dan kemungkinan
pencegahannya. MOGI, 27; 141 151.

Syaifudin.(2006). Anatomi Fisiologi.EGC. Jakarta.


http://widhawidhari.blogspot.com/2013/06/askep-pre-eklamsi.html
http://binbask.blogspot.com/2013/01/askep-preeklampsia.html
http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/17/sindroma-hellp/
http://worldhealth-bokepzz.blogspot.com/2012/04/pengertian-sindroma-hellp.html

Yusmardi.(2010). Perbandingan Kadar Asam Folat Serum MaternalPreeklampsia Berat dengan


Kehamilan Normal. Tesis Bagian Obgyn FK USU : RSUP Haji Adam Malik

Anda mungkin juga menyukai