Anda di halaman 1dari 25

SISTEM NEUROPSIKIATRI

LAPORAN TUTORIAL

MODUL MENGAMUK

OLEH

KELOMPOK 10:

INA ZULHANA
AHMAD YARID PUJIANTO
AHMAD SYAWAL WAHYONO
AINUN ULUWIYAH FITRAH NOOR
MUHAMMAD SYAHRIWIBOWO SUPANDI
MUHAMMAD HARDIANSYAH B
JUANTRI SUCIATI KASRUL
RISNA YULIANI
NANI INDRIYANI
NINIS ILMI OCTASARI
PRATIWI
RAHMAWATI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2016

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah
dan rahmat-Nya yang telah diberikan kepada kelompok 10 sehingga dapat
menyelesaikan laporan hasil tutorial ini dengan baik .

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dokter yang telah membimbing


dan memfasilitasi kelompok 10 dalam membuat laporan dan mempersiapkan diri
untuk kegiatan presentasi yaitu pleno. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada seluruh pihak yang ikut berpartisipasi dalam pembuatan laporan ini.

Kelompok 10 mengucapkan mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam


laporan ini. Selain itu, penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sebagai bahan pembelajaran bagi penulis agar menjadi
lebih baik.

Kendari, 2 November 2016

Penulis

Kelompok 10

2
MODUL 2

MENGAMUK

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mengikuti proses pembelajaran modul ini, mahasiswa diharapkan dapat


menjelaskan tentang defenisi, klasifikasi, patomekanisme, etiologi, gambaran
klinik, pemeriksaan fisik, pemeriksaan psikiatrik, pemeriksaan penunjang,
menyimpulkan diagnosis, serta cara penanganan pasien dengan gejala mengamuk.

SASARAN PEMBELAJARAN

Setelah selesai mengikuti proses pembelajaran modul ini, mahasiswa diharapkan


dapat menjelaskan :

1. Defenisi mengamuk
2. Klasifikasi mengamuk
3. Patofisiologi timbulnya gejala mengamuk
4. Bagian-bagian otak yang terlibat dalam terjadinya mengamuk
5. Menjelaskan pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk menegakkan
diagnosis pasien dengan gejala mengamuk
6. Menjelaskan bagaimana menegakkan diagnosis mengamuk
7. Menjelaskan bagaimana penatalaksaan berbagai macam-macam pasien
mengamuk
8. Menjelaskan prognosis dari macam gangguan dengan gejala mengamuk
9. Mengetahui dan menjelaskan efek samping penggunaan obat-obatan
mengamuk

STRATEGI PEMBELAJARAN

1. Diskusi kelompok yang diarahkan oleh tutor


2. Diskusi kelompok mandiri tanpa tutor
3. Konsultasi pada narasumber yang ahli (pakar) pada permasalahan
dimaksud untuk memperoleh pengertian yang lebih mendalam
4. Kuliah khusus dalam kelas
5. Aktivitas pembelajaran individual di perpustakan dengan menggunakan
buku ajar, majalah, slide, tape atau video dan internet.

SKENARIO 1

Seorang pria berusia 30 tahun dikonsulkan dari Bagian Penyakit Dalam ke


Poli Jiwa dengan keluhan gelisah, mengamuk, berteriak-teriak dan tidak bisa tidur

3
yang dialami dua hari lalu. Seminggu sebelumnya ia menderita demam selama
lima minggu. Pada pemeriksaan terlihat seorang laki-laki tidak mengenakan baju,
kedua tangan dan kakinya terikat ke ranjang. Ia menggerak-gerakkan badannya
berusaha melepaskan diri sambil berteriak-teriak. Terkadang bicaranya melantur
dan sepertinya dia tidak mengenali orang-orang yang berada didekatnya.

4
PEMBAHASAN

SKENARIO 1

Seorang pria berusia 30 tahun dikonsulkan dari Bagian Penyakit Dalam ke


Poli Jiwa dengan keluhan gelisah, mengamuk, berteriak-teriak dan tidak bisa tidur
yang dialami dua hari lalu. Seminggu sebelumnya ia menderita demam selama
lima minggu. Pada pemeriksaan terlihat seorang laki-laki tidak mengenakan baju,
kedua tangan dan kakinya terikat ke ranjang. Ia menggerak-gerakkan badannya
berusaha melepaskan diri sambil berteriak-teriak. Terkadang bicaranya melantur
dan sepertinya dia tidak mengenali orang-orang yang berada didekatnya.

KATA SULIT

Melantur
Melantur adalah pembicaraan atau perkataan yang menyimpang
dari kenyataan.

KATA KUNCI

Pria berusia 30 tahun


Keluhan gelisah, mengamuk, berteriak-teriak dan tidak bias tidur sejak dua
hari yang lalu
Seminggu sebelumnya Ia menderita demam selama lima Minggu.
Pada pemeriksaaan, Ia tidak mengenakan baju, kedua tangan dan kakinya
terikat di ranjang.
Ia menggerak-gerakkan badannya berusaha melepaskan diri sambil
berteriak-teriak.
Terkadang bicaranya melantur dan sepertinya dia tidak mengenali orang-
orang yang berada di dekatnya.

PERTANYAAN
1. Jelaskan defenisi mengamuk ?
2. Jelaskan klasifikasi mengamuk ?
3. Jelaskan organ yang terkait dengan scenario ?
4. Jelaskan patofisiologi timbulnya gejala mengamuk ?
5. Jelaskan langkah-langkah yang digunakan untuk menegakkan diagnosis ?
6. Jelaskan Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis ?
7. Jelaskan Diagnosis sementara dan Diagnosis Banding dari scenario ?
8. Jelaskan penatalaksanaan dari Diagnosis Sementara ?

5
9. Jelaskan efek samping penggunaan Obat-obatan mengamuk ?
10. Jelaskan prognosis dari Diagnosis Sementara ?

JAWABAN

1. Defenisi mengamuk adalah

a. Menurut KBBI
Mengamuk adalah menyerang dengan membabi buta karena
marah, mata gelap dan sebagainya.
b. Menurut medis
Mengamuk adalah peningkatan mental dan motorik yang sulit
dikendalikan karena stimulus eksperimental pada amigdala dalam sistem
limbik.

Sumber : Kamus Besar Bahasa Indonesia

2. Klasifikasi mengamuk adalah


a. Gangguan mental organik :
Delirium
Gambaran Klinik
1. Gangguan kesadaran dan perhatian (kesadaran menurun,
berkabut, perhatian tidak terarah)
2. Gangguan fungsi kognitif secara menyeluruh (disorientasi,
hendaya daya ingat segera)
3. Gangguan psikomotor (Hipo/hiperaktif, bicara banyak atau
kurang)
4. Gangguan siklus tidur - bangun yang berubah atau terbalik dari
biasanya (siang mengantuk, malam terjaga)
5. Gangguan emosional : depresi, cemas, marah, euforia, apati,
hilang akal.
6. Onset biasanya cepat, perjalanan penyakit hilang timbul
sepanjang hari.
7. Berlangsung kurang dari 6 bulan
b. Gangguan kepribadian organik
Gambaran Klinik
1. Riwayat dan hasil pemeriksaan menunjukkan adanya penyakit,
kerusakan atau disfungsi otak.
2. Disertai dua atau lebih dari hal berikut :

6
3. Penurunan kemampuan mempertahankan aktivitas bertujuan untuk
waktu yang lama dan penundaan kepuasan.
4. Perubahan perilaku emosional
5. Pengungkapan kebutuhan dan keinginan tanpa mempertimbangkan
konsekwensi atau kelaziman sosial.
6. Gangguan proses pikir
7. Perubahan kecepatan arus bicara
8. Perubahan perilaku seksual

c. Gangguan psikotik fungsional :


Skizofrenia paranoid
Gambaran Klinik :
1. Waham-waham kejaran, rujukan (reference), merasa dirinya
tinggi (exalted birth), misi khusus, perubahan tubuh atau
kecemburuan;.
2. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi
perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa
bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa
(Laughing);
3. Halusinasi pembauan atau pengecapan, atau bersifat seksual, atau
lain-lain perasaan tubuh ; halusinasi visual mungkin ada tetapi
jarang menonjol
Skizofrenia karatonik/furor katatonik
Gambaran Klinik
1. Stupor (amat berkurang reaktivitas terhadaplingkungan dan dalam
gerakan serta aktivitas spontan) atau mutisme
2. Kegelisahan (aktivitas motor yang tampak tak bertujuan, yang tak
dupengaruhi oleh stimuli eksternal);
3. Berpose (secara sukarela mengambil dan mempertahankan sikap
tubuh tertentu yang tidak wajar atau bizarre);
4. Negativisme (perlawanan yang jelas tidak bermotif terhadap
semua instruksi atau upaya untuk digerakkan, atau bergerak
kearah berlawanan);
5. Rigiditas (rigidity : mempertahankan sikap tubuh yang kaku
melawan upaya untuk memnggerakkannya);
6. Fleksibilitas serea (waxy flexibility : mempertahankan posisi
anggota gerak dan tubuh yang dilakukan dari luar;
7. Gejala-gejala lain seperti otomatis terhadap perintah (command
automatisme ; ketaatan secarra otomatis terhadap perintah), dan
perseverasi kata-kata serta kalimat.

7
d. Gangguan afektif bipolar
Gambaran klinik
1. Gambaran Emosi :
Mood meningkat, euforia
Emosi Labil
Perubahan sementara yg cepat menjadi depresi akut
Irritabilitas,toleransi terhadap frustasi rendah
Menuntut dan egosentris.
2. Gambaran Kognitif
Harga diri meningkat, grandiositas.
Bicara cepat dan membanjir (logorrhea)
Desakan pembicaraan (pressure of speech)
Lompat gagasan (flight of ideas)
Kadang-kadang inkoherensi
Daya nilai buruk, disorganisasi
Waham dan halusinasi.

e. Gangguan kepribadian
Gangguan kepribadian Antisosial
Gangguan kepribadian Emosional tak stabil
Gangguan kepribadian Paranoid
Ditandai oleh paling sedikit tiga hal berikut :
Kepekaan yang berlebihan terhadap kegagalan dan penolakan.
Kecenderungan untuk tetap menyimpan dendam, misalnya menolak
untuk memaafkan suatu penghinaan dan luka hati atau masalah
kecil.
Kecurigaan dan kecenderungan pervasif untuk menyalah artikan
tindakan orang lain yang netral atau bersahabat sebagai suatu sikap
permusuhan atau penghinaan.
Mempertahankan dengan gigih bila perlu dengan kekuatan fisik
tentang hak pribadinya yang sebenarnya tidak sesuai dengan
keadaan sebenarnya.
Kecurigaan yang berulang, tanpa dasar, tentang kesetiaan seksual
dari pasangannya
Kecendrungan untuk merasa dirinya penting secara berlebihan yang
dinyatakan dalam sikap menyangkut diri yang menetap.
Dirundung oleh rasa persekongkolan dari suatu peristiwa terhadap
dirinya maupun dunia pada umumnya tanpa bukti.
f. Masalah situasional

8
Perselisihan keluarga termasuk pencederaan anak
Perselisihan antar individu
Panik homoseksual
a. Keadaan disosiatif (misalnya kesurupan)
Gambaran klinik :
Tiba-tiba kehilangan ingatan yang berhubungan dengan
maksud tertentu
Perjalanan tanpa tujuan dan kebingungan,
Kehilangan ingatan yang menyeluruh untuk kehidupan
masa lalu tanpa kehilangan kesadaran.
Asumsi tampak normal,
Disorietasi dapat terjadi.
Sumber : dr.Hendra Utama,Sp,FK.2015.Buku Ajar PSIKIATRI FK UI.Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia: Jakarta

3. Organ yang terkait dengan skenario adalah

a. Anatomi sistem limbic

Sistem Limbik:

Sistem limbik berperan dalam mengatur tingkah laku, emosi, dan


motivasi. Struktur utama dari sistem ini adalah hipotalamus, dengan
struktur di sekitarnya. Hipotalamus sendiri memiliki berbagai fungsi selain
sebagai pengatur tingkah laku. Fungsi lainnya yaitu fungsi vegetatif dan
endokrin. Perangsangan atau kerusakan pada hipotalamus dapat
menyebabkan gangguan emosi dan tingkah laku. Perangsangan pada

9
daerah-daerah di bawah ini dapat menyebabkan pengaruh terhadap tingkah
laku:

Perangsangan pada bagian lateral hipotalamus: menyebabkan rasa


marah dan tingkah laku agresif.
Perangsangan pada daerah nukleus ventromedial dan daerah
sekitarnya: menyebabkan rasa tenang.
Perangsangan pada daerah nukleus paraventrikularis (di sekitar
ventrikel tertius): menyebabkan rasa marah dan rasa bersalah.
Perangsangan sebagian besar daerah anterior dan posterior
hipotalamus: menyebabkan rangsangan seksual.

Kerusakan pada daerah-daerah tersebut di atas dapat menyebabkan


pengaruh yang berlawanan dengan akibat perangsangan daerah-daerah
tersebut.
Otak manusia mengatur dan mengkordinir, gerakan, perilaku dan
fungsi tubuh, homeostasis seperti tekanan darah, detak jantung, suhu
tubuh, keseimbangan cairan, keseimbangan hormonal, mengatur emosi,
ingatan, aktivitas motorik dan lain-lain. Otak terbentuk dari dua jenis sel:
yaitu glia dan neuron. Glia berfungsi untuk menunjang dan melindungi
neuron, sedangkan neuron membawa informasi dalam bentuk pulsa listrik
yang di kenal sebagai potensial aksi. Mereka berkomunikasi dengan
neuron yang lain dan keseluruh tubuh dengan mengirimkan berbagai
macam bahan kimia yang disebut neurotransmitter. Neurotransmitter ini
dikirimkan pada celah yang di kenal sebagai sinapsis.

b. Fisiologi

Bagian limbik yang menjadi pusat emosi yang berada di amygdala dan
hippocampus berfungsi mengatur emosi manusia dan memori emosi,
menunjukan seorang penderita epilepsi yang mendapat terapi operasi otak
dengan diangkatnya amigdala dan hypocampus memperlihatkan gejala
hiperseks dan rakus setelah operasi.

Istilah Limbik berarti perbatasan aslinya limbik digunakan untuk


menjelaskan struktur tepi sekeliling regio basal serebrum, dan pada
perkembangan selanjutnya diperluas artinya keseluruh lintasan neuronal
yang mengatur tingkah laku emosional dan dorongan motivasional.

Bagian utama sistem limbik adalah hipotalamus dengan struktur


berkaitan, selain mengatur prilaku emosional juga mengatur kondisi
internal tubuh seperti suhu tubuh, osmolalitas cairan tubuh, dan dorongan

10
untuk makan dan minum serta mengatur berat badan Fungsi internal ini
secara bersama-sama disebut fungsi vegetatif otak yang berkaitan erat
pengaturannya dengan perilaku.

Bagaimana kerja Hipotalamus dan sistem limbik, dalam Guyton


diterangkan Fungsi Perilaku dari Hipotalamus dan Sistem Limbik
(Guyton, 1997:937).

Perangsangan pada hipotalamus lateral tidak hanya mengakibatkan


timbulnya rasa haus dan nafsu makan tapi juga besarnya aktivitas emosi
binatang seperti timbulnya rasa marah yang hebat dan keinginan berkelahi.

Perangsangan nukleus ventromedial dan area sekelilingnya bila


dirangsang menimbulkan rasa kenyang dan menurunkan nafsu makan dan
binatang menjadi tenang.

Perangsangan pada zone tipis dari nuklei paraventrikuler yang terletak


sangat berdekatan dengan ventrikel ketiga (atau bila disertai dengan
perangsangan pada area kelabu dibagian tengah mesensefalon yang
merupakan kelanjutan dari bagian hipotalamus biasanya berhubungan
dengan rasa takut dan reaksi terhukum.

Dorongan seksual dapat timbul bila ada rangsangan pada beberapa


area hipotalamus. Khususnya pada sebagian besar bagian anterior dan
posterion hipotalamus.

Sumber : Buku ajar anatomi biomedki II

Sherwood, lauralee.2011.Fisiologi Manusia Ed 6.Jakarta:EGC

4. Patofisiologi timbulnya mengamuk adalah


Proses terjadinya mengamuk atau gaduh gelisah sampai saat ini belum
diketahui. Diduga ini mempunyai dasar biologik dan psikososial.
A. Biologik
Gejala mengamuk ini diduga berhubungan dengan lesi pada
korteks prefrontal dan stimulasi nucleus amigdala dari sistem limbic.
Selain itu juga berkaitan dengan peningkatan hormone androgen dan
norepinefrin didalam cairan serebrospinal serta penurunan kadar
serotonin dan gamma amino butyric acid (GABA) dalam cairan
serebrospinal.
B. Psikososial

11
Perilaku mengamuk sukar diprediksi dan dapat terjadi pada setiap
orang, namun ada kelompok tertentu memiliki resiko yang lebih tinggi,
yaitu :
- Pria berusia 15 25 tahun
- Orang kota
- Kulit hitam
- Pengguna alkohol
- Mengalami kekerasan fisik masa kanak-kanak

Sumber : A.Price Sylvia.2006.Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit.Jakarta:EGC

5. Langkah-langkah diagnosis adalah

Proses diagnosis gangguan jiwa mengikuti prosedur klinis yang lazim


dilakukan dalam praktek kedokteran klinis, yaitu meliputi langkah-langkah
sebagai berikut:

a. Anamnesis
Anamnesis akan sulit dilakukan pada pasien delirium.
Pasien biasanya bingung dan tidak bisa bercerita, mereka
sepertinya tidak mengenali masalah yang terjadi. Sehingga bisa
dilakukan alloanamnesis, hal yang dapat ditanyakan antara lain
Onset gangguan
Hal apa yang memperingan dan memperberat mengamuk
Alasan berobat
Riwayat gangguan sekarang
Riwayat gangguan dahulu
Riwayat gangguan pada keluarga
Adakah penggunaan obat-obatan
b. Pemeriksaan
Confusion Assessment Method(CAM)
Status mentalis dapat menggunakan Mini-mental Status
Examination (MMSE), Delirium Rating Scale, Delirium
Symptom Interview
EEG (Electro Encelo Grafi) untuk membedakan skizo, delirium
dan depresi
PET (Positron Emission Tomographi)
c. Diagnosis

12
Menurut PPDGJ-III Menggunakan Diagnosis Multi Aksial yaitu
bertujuan untuk membantu dalam perencanaan terapi dan
meramalkan prognosis, antara lain:
Aksis I = Klinis
Aksis II = Kepribadian
Aksis III = Kondisi medik
Aksis IV = Psiko-sosial
Aksis V = Taraf fungsi
Menggunakan Kriteria Diagnosis DSM V

d. Farmakoterapi :
Dalam mengobati delirium, hal yang paling utama adalah
mengobati penyebabnya. Antara lain:

1. Pengobatan spesifik
Koreksi gangguan metabolik
Pengobatan infeksi
Pengobatan keracunan obat (Toksisitas
Antikolinergik)
- Naloxone
- Physostigmine
- Flumazenil
- Pisostigmin salsilat 1-2 mg intravena atau
intra muskular
2. Pengobatan non spesifik
Intervensi farmakologis
Neuroleptik
- Haloperidol 2-10 mg atau 5-50 mg
intramuskular (distonia, akatisia,)
Atypical antipsikotik (kurang efek
sampingnya)
- Benzodiazepine 1-2 mg
- Diazepam (Insomnia)
- Lorazepam (Insomnia)
- Midazolam (Rapid onset)
Pengekangan fisik
Tindakan mendukung
Kriteria diagnosis delirium dapat berdasarkan DSM V (Diagnosis and
Statistical Manual of Mental Disorders, 5th edition).

13
Kriteria DSM V tahun 2013 tidak berbeda dengan pada DSM IV-TR
tahun 2000.

Diagnosis delirium memerlukan 5 kriteria (A-E) dari DSM V, yaitu:

a. Gangguan kesadaran (berupa penurunan kejernihan kesadaran terhadap


lingkungan) dengan penurunan ke -mampuan fokus, mempertahankan
atau mengubah perhatian.
b. Gangguan berkembang dalam periode singkat (biasanya beberapa jam
hingga hari) dan cenderung berfluktuasi dalam perjalanannya.
c. Perubahan kognitif (seperti defisit memori, disorientasi, gangguan
bahasa) atau perkembangan gangguan persepsi yang tidak dapat
dimasukkan ke dalam kondisi demensia.
d. Gangguan pada kriteria (a) dan (c) tidak disebabkan oleh gangguan
neurokognitif lain yang telah ada, terbentuk ataupun sedang berkembang
dan tidak timbul pada kondisi penurunan tingkat kesadaran berat, seperti
koma.
e. Temuan bukti dari riwayat, pemeriksaan fisik, atau laboratorium yang
mengindikasikan gangguan terjadi akibat konsekuensi fisiologik
langsung suatu kondisi medik umum, intoksikasi atau penghentian
substansi (seperti penyalahgunaan obat atau pengobatan), pemaparan
terhadap toksin, atau karena etiologi multipel.

Suatu algoritma dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis sindrom


delirium yang dikenal dengan Confusion Assessment Method(CAM). Algoritma
tersebut telah divalidasi, sehingga dapat digunakan untuk penegakan diagnosis.
CAM ditambah uji status mental lain dapat dipakai sebagai baku emas
diagnosis. Algoritma CAM memiliki sensitivitas 94-100% dan spesifisitas 90-
95%, dan tingkat reliabilitas inter-observer tinggi apabila digunakan oleh tenaga
terlatih.

Uji status mental lain yang sudah lazim dikenal antara lain. Mini-mental
Status Examination (MMSE), Delirium Rating Scale, Delirium Symptom
Interview. Kombinasi pemeriksaan tersebut dapat dikerjakan dalam waktu
sekitar 15 menit oleh tenaga kesehatan terlatih, cukup andal, spesifik, serta
sensitif.

Demensia dan depresi sering menunjukkan gejala mirip delirium;


bahkan kedua kondisi tersebut dapat dijumpai bersamaan dengan sindrom
delirium. Pada keadaan tersebut, informasi dari keluarga dan pelaku rawat
menjadi sangat berarti saat anamnesis. Kondisi gangguan kognitif pasca-operasi
(post-operative cognitive dysfunction/POCD) agak berbeda dengan sindrom

14
delirium, namun mempunyai implikasi klinis yang mirip. Secara klinis POCD
jarang disertai penurunan tingkat kesadaran dan perjalanannya tidak
berfluktuasi.

Sumber : dr.Hendra Utama,Sp,FK.2015.Buku Ajar PSIKIATRI FK UI.Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia: Jakarta

Luman,Andy.2015.Sindrom Delirium.Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas


Kedokteran Sumatera Utara.Medan

Dr.Rusdi M,Sp.KJ.2013.Diagnosis Gangguan Jiwa.Bagian Ilmu Kedokteran


Jiwa FK-Unika Atmajaya.Jakarta

6. Pemeriksaan penunjang yang digunakan untuk menegakkan diagnosis adalah

a. Psikologik
Test Rorschach
Tes Rorschach adalah tes psikologis dimana persepsi subyek
dicatat dan kemudian di analisis dengan menggunakan interpretasi
psikologis, algoritma ilmiah, atau keduanya. Tes ini telah digunakan
untuk mendeteksi gangguan pikiran yang dasar, terutama dalam kasus-
kasus dimana pasien enggan untuk menggambarkan proses pemikiran
mereka secara terbuka.
Thematic Apperception Test (TAT)
Thematic Apperception Test (TAT) adalah tes psikologi proyektif.
Secara historis telah banyak diteliti, mengajar dan digunakan. TAT
bagus karena subjek dalam keadaan tidak sadar ketika mengungkapkan
aspek kepribadian, motif dan kebutuhan untuk pencapaian, kekuasaan,
dan kemampuan pemecahan masalah.
Bender Gestalt
Bender Gestalt adalah tes yang digunakan untuk mengevaluasi
visual-motor, untuk menyaring gangguan perkembangan atau untuk
menilai fungsi neurologis atau kerusakan otak. Biasanya memakan
fwaktu 7-10 menit setelah itu hasilnya dinilai berdasarkan ketepatan
dan karakteristik lainnya.
Draw-A-Person
Draw-A-Person adalah tes kepribadian proyektif psikolohis atau
tes kognitif digunakan untuk mengevaluasi anak-anak dan remaja.
Minnesota Multiphasic Persomnality Inventory (MMPI)
b. Radiologi
EEG

15
Elektroenchepalography merupakan rekaman aktifitas listrik
neuron otak.
PET
Pemeriksaan diagnosis yang melibatkan akuisisi dari gambar
psikolog yang didasarkan pada deteksi radiasi dari emisi positron.

Sumber : dr.Hendra Utama,Sp,FK.2015.Buku Ajar PSIKIATRI FK UI.Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia: Jakarta

7. Diagnosis Sementara dan Diagnosis Banding dari skenario adalah

a. Delirium
Delirium merupakan salah satu jenis Gangguan Mental Organik
yang penting dan sering dijumpai dalam klinik. Gejala klinis delirium
terdiri atas adanya gangguan kesadaran dan kognisi.
Penelitian mengenai epidemiologi delirium masih sangat sedikit,
diduga sekitar 10-15% pasien rawat bedah umum pernah mengalami
delirium, 15-25% pasien rawat medic umum pernah mengalami delirium
selama dirawat dirumah sakit. Juga diperkirakan sekitar 30% pasien bedah
ICU dan 40-50% pasien ICCU pernah mengalami delirium. Yang tertinggi
yaitu 90% ditemukan pada pasien post cardiotomy.
Penyebab utama delirium adalah pada sistem saraf pusat (misalnya
epilepsy), penyakit sistemik (misalnya gagal jantung), dan intoksikasi atau
withdrawal obat-obatan atau zat toksik.
Hipotesis neurotransmitter utama yang terlibat dalam delirium
adalah acetycholine dan daerah utama neuroanatomi yang terkena adalah
formation retikularis. Beberapa laporan menyebutkan bahwa factor
penyebab terjadinya delirium adalah karena terjadi penurunan aktivitas
acetycholine dalam otak.
Gambaran klinis yang dapat ditemukan pada pasien dengan
delirium sangat beragam diantaranya :
Prodormal
Biasanya pasien akan mengeluh kelelahan, cemas, menjadi
iritabel, tidur terganggu
Gangguan kesadaran
Penurunan kejernihan tingkat kesadaran terhadap
lingkungan (kesadaran berkabut)
Gangguan Psikomotor
Terdiri atau hiperaktivitas dan hipoaktivitas. Hiperaktivitas,
kaitannya dengan sindrom putus zat, misalnya flushing,

16
berkeringat, takikardi, nausea, hipertermia dsb. Hipoaktivitas,
seluruh aktivitas menurun sehingga sering dikatakan sebagai
depresi
Gangguan pemusatan perhatian
Ditandai oleh adanya kesulitan mempertahankan,
memusatkan, dan mengalihkan perhatian
Gangguan Orientasi
Gangguan orientasi waktu sering terjadi (pada delirium
yang ringan), bila delirium berat akan mencakup orientasi tempat
dan orang
Gangguan Bahasa dan kognitif
Sering terjadi abnormalitas dalam berbahasa san terjadi
inkoherensi. Daya ingat dan fungsi kognitif umum mungkin
terganggu
Gangguan Persepsi
Halusinasi visual dan auditorik sering ditemukan
Gangguan Mood
Gejala yang sering Nampak adalah marah, mengamuk,
ketakutan yang tidak beralasan. Perubahan mood dapat berfluktuasi
sepanjang hari
Gangguan siklus tidur-bangun
Individu sering menunjukkan agitasi pada malam hari dan
masalah perilaku pada saat waktu tidur keadaan ini disebut
sundowning.
Gejala neurologi
Meliputi disfasia, tremor, asteriksis, inkoordinasi dan
inkontinensia urine

b. Gangguan Afektif Bipolar


Gangguan bipolar yaitu gangguan mood yang kronis dan berat
yang ditandai dengan episode mania, hipomania, campuran, dan depresi.
Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (sekurang-kurangnya
dua episode) diamana afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu,
pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai penambahan
energy dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa
penurunan afek disertai pengurangan energy dan aktivitas (depresi). Yang
khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode.
Episode manic biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2
minggu sampai 4-5 bulan, episode depresi cenderung berlangsung lebih
lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi 1 tahun kecuali

17
pada orang usia lanjut. Kedua macam episode itu seringkali terjadi setelah
peristiwa hidup yang penuh stress atau trauma mental lainnya (adanya
stress tidak esensial untuk penegakkan diagnosis).

F30.0 Hipomania
Pedoman diagnostic
Derajat gangguan yang lebih ringan dari mania (F.30.1) afek yang
meninggi atau berubah disertai peningkatan aktivitas, menetap
selama sekurang-kurangnya beberapa hari berturut-turut, pada
suatu derajat intensitas dan bertahan melebihi apa yang
digambarkan bagi siklotimia (F34.0), dan tidak disertai halusinasi
atau waham.
Pengaruh nyata atas kelancaran pekerjaan dan aktivitas social
memang sesuai dengan diagnosis hipomania, akan tetapi bila
kekacauan itu berat atau menyeluruh, maka diagnosis mania (F30.1
atau F30.2) harus ditegakkan.

F30.1 Mania Tanpa Gejala psikotik


Pedoman diagnostic
Episode harus berlangsung sekurang-kurangnya 1 minggu, dan
cukup berat sampai mengacaukan seluruh atau hamper seluruh
pekerjaan dan aktivitas social yang biasa dilakukan.
Perubahan afek harus disertai dengan energy yang bertambah
sehingga terjadi aktivitas berlebihan, percepatan dan kebanyakan
bicara, kebutuhan tidur yang berkurang, ide-ide perihal
kebesaran/grandiose ideas dan terlalu optimistic.
F30.2 Mania dengan Gejala Psikotik
Pedoman diagnostic
Gambaran klinis merupakan bentuk mania yang lebih berat dari
F30.1 (mania tanpa gejala psikotik).
Harga diri membumbung tinggi dan gagasan kebesaran dapat
berkembang menjadi waham kebesaran (delutin of grandeur),
iritabilitas dan kecurigaan menjadi waham kejar (delusion of
persecution). Waham dan halusinasi sesuai dengan keadaan afek
tersebut (mood-congruent).

c. Skizofrenia katatonik
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan
biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau
kurang jelas):

18
a. - Thought echo
Yaitu isi pikiran dirinya sendiri yang
berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak
keras) dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya
sama, namun kualitasnya berbeda, atau
- Thought insertion or withdrawal
Yaitu isi pikiran yang asing dari luar masuk
kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya
diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya
(Withdrawal) dan
- Thought broadcasting
Yaitu isi pikirannya tersiar keluar sehingga
orang lain atau umumnya mengetahuinya.
b. Delusion of control
Yaitu waham tentang dirinya dikendalikan oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar atau
Delusion of influence
Yaitu waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar atau
Delusion of passivity
Yaitu waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang
dirinya= secara jelas ,merujuk ke pergerakan
tubuh/anggota gerak atau kepikiran, tindakan atau
penginderaan khusus).
Delusion perception
Yaitu pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya , biasanya bersifat
mistik dan mukjizat.
c. Halusional Auditorik ;
Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus
terhadap prilaku pasien .
Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri
(diantara berbagai suara yang berbicara) atau
Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu
bagian tubuh.
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut
budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang
mustahi,misalnya perihal keyakinan agama atau politik
tertentu atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia

19
biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca atau
berkomunikasi dengan mahluk asing atau dunia lain)
Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada
secara jelas:
e. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja ,
apabila disertai baik oleh waham yang mengambang
maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif
yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-
valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari
selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus
menerus.
f. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami
sisipan (interpolation) yang berakibat inkoherensia atau
pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme.
g. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah
(excitement), posisi tubuh tertentu (posturing) atay
fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.
h. Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan
respons emosional yang menumpul tidak wajar, biasanya
yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial
dan menurunya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa
semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau
medikasi neureptika.
Adapun gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama
kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase
nonpsikotik prodromal);
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi
(personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup
tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self
absorbed attitute), dan penarikan diri secara sosial.

F.20.2 Skizofrenia Katatonik


Pedoman diagnostic
Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia
Satu atau lebih dari perilaku berikut ini mendominasi gambaran
klinisnya :
a) Stupor (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap
lingkungan dan dalam gerakan serta aktivitas spontan) atau
mutisme (tidak bicara)

20
b) Gaduh-gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak
bertujuan, yang tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal)
c) Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela
mengambil dan mempertahankan posisi tubuh tertentu yang
tidak wajar atau aneh)
d) Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif
terhadap semua perintah atau upaya untuk menggerakkan,
atau pergerakkan kearah yang berlawanan)
e) Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk
melawan upaya menggerakkan dirinya
f) Fleksibilitas cerea/waxy flexibility (mempertahankan
anggota gerak dan tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk
dari luar ; dan
g) Gejala-gejala lain seperti command automatism
(kepatuhan otomatis terhadap perintah), dan pengulangan
kata-kata serta kalimat.

Tabel perbandingan DD dan DS


Diagnosa/ Delirium Gangguan afektif Skizofrenia
pembanding bipolar katatonik
Mengamuk + +/- +
(gaduh/gelisah)
Berteriak-teriak + +/- +
Tidak bisa tidur + + +
Melantur + - +
Tidak mengenali + - -
orang disekitarnya
Infeksi + - -

Sumber: Sylvia D. Elvir & Gitayanti Hedisukanto.2013.Buku Ajar Psikiatri.Jakarta:FK UI

Rusdi,Maslim.2013.Buku saku diagnosis gangguan jiwa.Jakarta:FK Unika Atmajaya

8. Penatalaksanaan dari Diagnosis Sementara adalah

Langkah utama adalah menilai semua kemungkinan penyebab,


menyediakan dukungan suportif dan mencegah komplikasi,dan mengatasi

21
gejala. Karena delirium dapat merupakan kegawatdaruratan medis, tujuan
utama penanganan adalah mengetahui faktor predisposisi dan pencetus secara
dini. Strategi penanganan delirium dapat dibagi dalam strategi nonfarmakologis
dan farmakologis.
1. Strategi penanganan nonfarmakologis
Strategi penanganan nonfarmakologis merupakan pengobatan
utama seluruh pasien delirium; meliputi reorientasi dan intervensi tingkah
laku. Tenaga kesehatan memberi instruksi yang jelas dan sering membuat
kontak mata dengan pasien. Gangguan sensorik seperti kehilangan
penglihatan dan pendengaran, dapat diminimalisir dengan
menggunakanperalatan seperti kacamata dan alat bantudengar. Imobilisasi
harus dicegah karenadapat meningkatkan agitasi, peningkatanrisiko luka,
dan pemanjangan lamanyadelirium. Intervensi lain termasuk
membatasiperubahan ruangan dan staf sertamenyediakan kondisi perawatan
pasien yang tenang, dengan pencahayaan rendahpada malam hari. Kondisi
lingkungan yangtenang memberikan periode tidur yangtidak terganggu,
cukup penting dalam penanganandelirium. Meminimalisir penggunaanobat-
obat psikoaktif denganprotokol tidur nonfarmakologis yang meliputi3
komponen, antara lain segelas susuhangat atau teh herbal, musik relaksasi,
danpijat punggung. Protokol ini dapat dilakukansebagai bagian dari strategi
pencegahanmultikomponen yang efektif.
2. Strategi penanganan farmakologi
Strategi penanganan delirium secara farmakologi lebih jarang
dilakukan. Terapi farmakologi biasanya diberikan pada pasien delirium
yang sesuai indikasi atau diperlukan untuk mencegah pengobatan medis
lanjutan (pada delirium hiperaktif ). Terapi farmakologi pada kondisi
hipoaktif hingga saat ini masih kontroversial. Obat-obat yang
mempengaruhi perubahan tingkah lakudapatmengaburkan status mental
pasiendan menyulitkan pemantauan, oleh karena itu hendaknya dihindari
apabila memungkinkan. Haloperidol telah luas digunakan sebagai obat
pilihan untuk pengobatan agitasi akut dan memiliki kelebihan, karena
tersedia dalam bentuk parenteral, namun penggunaannya dihubungkan
dengan efek samping ekstrapiramidal dan distonia akut yang lebih tinggi
dibandingkan antipsikotik atipikal. Beberapa antipsikotik atipikal (seperti
risperidone, olanzapine, dan quetiapine) digunakan untuk mengatasi agitasi
pasien delirium, namun tidak ada data yang menunjukkan keunggulan satu
antipsikotik dibandingkan lainnya. Antipsikotik meningkatkan risiko stroke
pada pasien geriatri dengan demensia dan menyebabkan pemanjangan
interval QT. Golongan benzodiazepin, seperti lorazepam, tidak
direkomendasikan sebagai terapi lini utama pengobatan delirium, karena

22
dapat memperberat perubahan status mentaldanmenyebabkan sedasi
berlebihan.

Sumber: Andi Luman.2015.Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas


Sumatera Utara, Medan, Indonesia
(CDK-233/VOL.42 NO.10,TH.2015) HAL 747-748)

9. Efek samping penggunaan obat-obatan mengamuk adalah

1. Obat anti psikotik


Efek samping Obat anti psikotik adalah
Sedasi dan inhibisi psikomotor: rasa kantuk, kewaspadaan
berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif
menurun
Gangguan otonomik: hipotensi, mulut kering, kesulitan miksi
dan defekasi, hidung tersumbat, tekanan intraokular meninggi
dan gangguan irama jantung
Gangguan ektrapiramidal: distonia akut, akathisia, sindrom
parkinson (tremor, bradikardi dan rigiditas)
Gangguan endokrin: amenorhoe, ginecomastia, gangguan
metabolik (jaundice), gangguan hematologik (agranulacytosis)
biasanya pada pemakaian jangka lama.
2. Golongan anti depresan
a. Antidepersan trisiklik/ polisiklik
Efek antimuskarinik, penghambatan reseptor asetilkolin
menyebabkan pengelihatan kabur, xerostomi (mulut kering), retensi
urine, konstipasi, dan memperberat glaukoma dan epilepsi.
Kardiovaskular dapat menyebabkan aktivitas jantung berlebih.
Hipotensi ortostatik
Sedasi
b. Selective Serotonin Reuptake Inhibitor
Ejakulasi terlambat dan anorgasme, dapat menyebabkan
kejang.
c. Monoamin oksidase inhibiitor
Menimbulkan efek sakit kepala, takikardi, mual, hipertensi,
aritmia jantung dan stroke
d. Selective Norephinephrine and Serotonin Reuptake Inhibitor
Mual, somnolen, insomnia, mulut kering, pusing,
konstipasi, berkeringat dan gugup
e. Atypical anti depresant
Perangsangan sentral agitasi

23
3. Golongan anti anxietas:
Rasa kantuk, pusing, nyeri kepala, dan mulut kering. Gejala
paradoksal berupa eksitasi, gelisah, marah-marah dan kejang serta
adanya respiratory depression.

Sumber: Luman, Andy. 2015.Jurnal Syndrom Delirium Vol 42 no 10

10. Prognosis dari Diagnosis Sementara adalah

Setelah identifikasi dan menghilangkan faktor penyebab,gejala delirium


biasanya menghilang dalam periode 3-7 hari,walupun beberapa gejala
mungkin membutuhkan waktu 2 minggu untuk menghilang secara
lengkap.semakin lanjut usia pasien dan semakin lama pasien mengalami
delirium semakin lama waktu yang di perlukan bagi delirium untuk
menghilang.ingatan tentang apa yg di alami selama delirium,jika delirium
telah berlalu,biasanya hilang timbul,dan pasien mungkin menganggapnya
sebagai mimpi buruk,sebagai pengalaman yang mengerikan yang hanya
diingat secara samar-samar.

Sumber: Sylvia D. Elvir & Gitayanti Hedisukanto.2013.Buku Ajar Psikiatri.Jakarta:FK UI

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Kamus Besar Bahasa Indonesia


2. dr.Hendra Utama,Sp,FK.2015.Buku Ajar PSIKIATRI FK UI.Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta
3. A.Price Sylvia.2006.Patofisiologi konsep klinis proses-proses
penyakit.Jakarta:EGC
4. Buku ajar anatomi biomedki II
Sherwood, lauralee.2011.Fisiologi Manusia Ed 6.Jakarta:EGC
5. dr.Hendra Utama,Sp,FK.2015.Buku Ajar PSIKIATRI FK UI.Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta
Luman,Andy.2015.Sindrom Delirium.Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Sumatera Utara.Medan
Dr.Rusdi M,Sp.KJ.2013.Diagnosis Gangguan Jiwa.Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.Jakarta
6. dr.Hendra Utama,Sp,FK.2015.Buku Ajar PSIKIATRI FK UI.Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta
7. Sylvia D. Elvir & Gitayanti Hedisukanto.2013.Buku Ajar
Psikiatri.Jakarta:FK UI
Rusdi,Maslim.2013.Buku saku diagnosis gangguan jiwa.Jakarta:FK Unika
Atmajaya
8. Andi Luman.2015.Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia
(CDK-233/VOL.42 NO.10,TH.2015) HAL 747-748)
9. Luman, Andy. 2015.Jurnal Syndrom Delirium Vol 42 no 10
10. Sylvia D. Elvir & Gitayanti Hedisukanto.2013.Buku Ajar
Psikiatri.Jakarta:FK UI

25

Anda mungkin juga menyukai