LAPORAN TUTORIAL
MODUL MENGAMUK
OLEH
KELOMPOK 10:
INA ZULHANA
AHMAD YARID PUJIANTO
AHMAD SYAWAL WAHYONO
AINUN ULUWIYAH FITRAH NOOR
MUHAMMAD SYAHRIWIBOWO SUPANDI
MUHAMMAD HARDIANSYAH B
JUANTRI SUCIATI KASRUL
RISNA YULIANI
NANI INDRIYANI
NINIS ILMI OCTASARI
PRATIWI
RAHMAWATI
FAKULTAS KEDOKTERAN
KENDARI
2016
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah
dan rahmat-Nya yang telah diberikan kepada kelompok 10 sehingga dapat
menyelesaikan laporan hasil tutorial ini dengan baik .
Penulis
Kelompok 10
2
MODUL 2
MENGAMUK
TUJUAN PEMBELAJARAN
SASARAN PEMBELAJARAN
1. Defenisi mengamuk
2. Klasifikasi mengamuk
3. Patofisiologi timbulnya gejala mengamuk
4. Bagian-bagian otak yang terlibat dalam terjadinya mengamuk
5. Menjelaskan pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk menegakkan
diagnosis pasien dengan gejala mengamuk
6. Menjelaskan bagaimana menegakkan diagnosis mengamuk
7. Menjelaskan bagaimana penatalaksaan berbagai macam-macam pasien
mengamuk
8. Menjelaskan prognosis dari macam gangguan dengan gejala mengamuk
9. Mengetahui dan menjelaskan efek samping penggunaan obat-obatan
mengamuk
STRATEGI PEMBELAJARAN
SKENARIO 1
3
yang dialami dua hari lalu. Seminggu sebelumnya ia menderita demam selama
lima minggu. Pada pemeriksaan terlihat seorang laki-laki tidak mengenakan baju,
kedua tangan dan kakinya terikat ke ranjang. Ia menggerak-gerakkan badannya
berusaha melepaskan diri sambil berteriak-teriak. Terkadang bicaranya melantur
dan sepertinya dia tidak mengenali orang-orang yang berada didekatnya.
4
PEMBAHASAN
SKENARIO 1
KATA SULIT
Melantur
Melantur adalah pembicaraan atau perkataan yang menyimpang
dari kenyataan.
KATA KUNCI
PERTANYAAN
1. Jelaskan defenisi mengamuk ?
2. Jelaskan klasifikasi mengamuk ?
3. Jelaskan organ yang terkait dengan scenario ?
4. Jelaskan patofisiologi timbulnya gejala mengamuk ?
5. Jelaskan langkah-langkah yang digunakan untuk menegakkan diagnosis ?
6. Jelaskan Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis ?
7. Jelaskan Diagnosis sementara dan Diagnosis Banding dari scenario ?
8. Jelaskan penatalaksanaan dari Diagnosis Sementara ?
5
9. Jelaskan efek samping penggunaan Obat-obatan mengamuk ?
10. Jelaskan prognosis dari Diagnosis Sementara ?
JAWABAN
a. Menurut KBBI
Mengamuk adalah menyerang dengan membabi buta karena
marah, mata gelap dan sebagainya.
b. Menurut medis
Mengamuk adalah peningkatan mental dan motorik yang sulit
dikendalikan karena stimulus eksperimental pada amigdala dalam sistem
limbik.
6
3. Penurunan kemampuan mempertahankan aktivitas bertujuan untuk
waktu yang lama dan penundaan kepuasan.
4. Perubahan perilaku emosional
5. Pengungkapan kebutuhan dan keinginan tanpa mempertimbangkan
konsekwensi atau kelaziman sosial.
6. Gangguan proses pikir
7. Perubahan kecepatan arus bicara
8. Perubahan perilaku seksual
7
d. Gangguan afektif bipolar
Gambaran klinik
1. Gambaran Emosi :
Mood meningkat, euforia
Emosi Labil
Perubahan sementara yg cepat menjadi depresi akut
Irritabilitas,toleransi terhadap frustasi rendah
Menuntut dan egosentris.
2. Gambaran Kognitif
Harga diri meningkat, grandiositas.
Bicara cepat dan membanjir (logorrhea)
Desakan pembicaraan (pressure of speech)
Lompat gagasan (flight of ideas)
Kadang-kadang inkoherensi
Daya nilai buruk, disorganisasi
Waham dan halusinasi.
e. Gangguan kepribadian
Gangguan kepribadian Antisosial
Gangguan kepribadian Emosional tak stabil
Gangguan kepribadian Paranoid
Ditandai oleh paling sedikit tiga hal berikut :
Kepekaan yang berlebihan terhadap kegagalan dan penolakan.
Kecenderungan untuk tetap menyimpan dendam, misalnya menolak
untuk memaafkan suatu penghinaan dan luka hati atau masalah
kecil.
Kecurigaan dan kecenderungan pervasif untuk menyalah artikan
tindakan orang lain yang netral atau bersahabat sebagai suatu sikap
permusuhan atau penghinaan.
Mempertahankan dengan gigih bila perlu dengan kekuatan fisik
tentang hak pribadinya yang sebenarnya tidak sesuai dengan
keadaan sebenarnya.
Kecurigaan yang berulang, tanpa dasar, tentang kesetiaan seksual
dari pasangannya
Kecendrungan untuk merasa dirinya penting secara berlebihan yang
dinyatakan dalam sikap menyangkut diri yang menetap.
Dirundung oleh rasa persekongkolan dari suatu peristiwa terhadap
dirinya maupun dunia pada umumnya tanpa bukti.
f. Masalah situasional
8
Perselisihan keluarga termasuk pencederaan anak
Perselisihan antar individu
Panik homoseksual
a. Keadaan disosiatif (misalnya kesurupan)
Gambaran klinik :
Tiba-tiba kehilangan ingatan yang berhubungan dengan
maksud tertentu
Perjalanan tanpa tujuan dan kebingungan,
Kehilangan ingatan yang menyeluruh untuk kehidupan
masa lalu tanpa kehilangan kesadaran.
Asumsi tampak normal,
Disorietasi dapat terjadi.
Sumber : dr.Hendra Utama,Sp,FK.2015.Buku Ajar PSIKIATRI FK UI.Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia: Jakarta
Sistem Limbik:
9
daerah-daerah di bawah ini dapat menyebabkan pengaruh terhadap tingkah
laku:
b. Fisiologi
Bagian limbik yang menjadi pusat emosi yang berada di amygdala dan
hippocampus berfungsi mengatur emosi manusia dan memori emosi,
menunjukan seorang penderita epilepsi yang mendapat terapi operasi otak
dengan diangkatnya amigdala dan hypocampus memperlihatkan gejala
hiperseks dan rakus setelah operasi.
10
untuk makan dan minum serta mengatur berat badan Fungsi internal ini
secara bersama-sama disebut fungsi vegetatif otak yang berkaitan erat
pengaturannya dengan perilaku.
11
Perilaku mengamuk sukar diprediksi dan dapat terjadi pada setiap
orang, namun ada kelompok tertentu memiliki resiko yang lebih tinggi,
yaitu :
- Pria berusia 15 25 tahun
- Orang kota
- Kulit hitam
- Pengguna alkohol
- Mengalami kekerasan fisik masa kanak-kanak
a. Anamnesis
Anamnesis akan sulit dilakukan pada pasien delirium.
Pasien biasanya bingung dan tidak bisa bercerita, mereka
sepertinya tidak mengenali masalah yang terjadi. Sehingga bisa
dilakukan alloanamnesis, hal yang dapat ditanyakan antara lain
Onset gangguan
Hal apa yang memperingan dan memperberat mengamuk
Alasan berobat
Riwayat gangguan sekarang
Riwayat gangguan dahulu
Riwayat gangguan pada keluarga
Adakah penggunaan obat-obatan
b. Pemeriksaan
Confusion Assessment Method(CAM)
Status mentalis dapat menggunakan Mini-mental Status
Examination (MMSE), Delirium Rating Scale, Delirium
Symptom Interview
EEG (Electro Encelo Grafi) untuk membedakan skizo, delirium
dan depresi
PET (Positron Emission Tomographi)
c. Diagnosis
12
Menurut PPDGJ-III Menggunakan Diagnosis Multi Aksial yaitu
bertujuan untuk membantu dalam perencanaan terapi dan
meramalkan prognosis, antara lain:
Aksis I = Klinis
Aksis II = Kepribadian
Aksis III = Kondisi medik
Aksis IV = Psiko-sosial
Aksis V = Taraf fungsi
Menggunakan Kriteria Diagnosis DSM V
d. Farmakoterapi :
Dalam mengobati delirium, hal yang paling utama adalah
mengobati penyebabnya. Antara lain:
1. Pengobatan spesifik
Koreksi gangguan metabolik
Pengobatan infeksi
Pengobatan keracunan obat (Toksisitas
Antikolinergik)
- Naloxone
- Physostigmine
- Flumazenil
- Pisostigmin salsilat 1-2 mg intravena atau
intra muskular
2. Pengobatan non spesifik
Intervensi farmakologis
Neuroleptik
- Haloperidol 2-10 mg atau 5-50 mg
intramuskular (distonia, akatisia,)
Atypical antipsikotik (kurang efek
sampingnya)
- Benzodiazepine 1-2 mg
- Diazepam (Insomnia)
- Lorazepam (Insomnia)
- Midazolam (Rapid onset)
Pengekangan fisik
Tindakan mendukung
Kriteria diagnosis delirium dapat berdasarkan DSM V (Diagnosis and
Statistical Manual of Mental Disorders, 5th edition).
13
Kriteria DSM V tahun 2013 tidak berbeda dengan pada DSM IV-TR
tahun 2000.
Uji status mental lain yang sudah lazim dikenal antara lain. Mini-mental
Status Examination (MMSE), Delirium Rating Scale, Delirium Symptom
Interview. Kombinasi pemeriksaan tersebut dapat dikerjakan dalam waktu
sekitar 15 menit oleh tenaga kesehatan terlatih, cukup andal, spesifik, serta
sensitif.
14
delirium, namun mempunyai implikasi klinis yang mirip. Secara klinis POCD
jarang disertai penurunan tingkat kesadaran dan perjalanannya tidak
berfluktuasi.
a. Psikologik
Test Rorschach
Tes Rorschach adalah tes psikologis dimana persepsi subyek
dicatat dan kemudian di analisis dengan menggunakan interpretasi
psikologis, algoritma ilmiah, atau keduanya. Tes ini telah digunakan
untuk mendeteksi gangguan pikiran yang dasar, terutama dalam kasus-
kasus dimana pasien enggan untuk menggambarkan proses pemikiran
mereka secara terbuka.
Thematic Apperception Test (TAT)
Thematic Apperception Test (TAT) adalah tes psikologi proyektif.
Secara historis telah banyak diteliti, mengajar dan digunakan. TAT
bagus karena subjek dalam keadaan tidak sadar ketika mengungkapkan
aspek kepribadian, motif dan kebutuhan untuk pencapaian, kekuasaan,
dan kemampuan pemecahan masalah.
Bender Gestalt
Bender Gestalt adalah tes yang digunakan untuk mengevaluasi
visual-motor, untuk menyaring gangguan perkembangan atau untuk
menilai fungsi neurologis atau kerusakan otak. Biasanya memakan
fwaktu 7-10 menit setelah itu hasilnya dinilai berdasarkan ketepatan
dan karakteristik lainnya.
Draw-A-Person
Draw-A-Person adalah tes kepribadian proyektif psikolohis atau
tes kognitif digunakan untuk mengevaluasi anak-anak dan remaja.
Minnesota Multiphasic Persomnality Inventory (MMPI)
b. Radiologi
EEG
15
Elektroenchepalography merupakan rekaman aktifitas listrik
neuron otak.
PET
Pemeriksaan diagnosis yang melibatkan akuisisi dari gambar
psikolog yang didasarkan pada deteksi radiasi dari emisi positron.
a. Delirium
Delirium merupakan salah satu jenis Gangguan Mental Organik
yang penting dan sering dijumpai dalam klinik. Gejala klinis delirium
terdiri atas adanya gangguan kesadaran dan kognisi.
Penelitian mengenai epidemiologi delirium masih sangat sedikit,
diduga sekitar 10-15% pasien rawat bedah umum pernah mengalami
delirium, 15-25% pasien rawat medic umum pernah mengalami delirium
selama dirawat dirumah sakit. Juga diperkirakan sekitar 30% pasien bedah
ICU dan 40-50% pasien ICCU pernah mengalami delirium. Yang tertinggi
yaitu 90% ditemukan pada pasien post cardiotomy.
Penyebab utama delirium adalah pada sistem saraf pusat (misalnya
epilepsy), penyakit sistemik (misalnya gagal jantung), dan intoksikasi atau
withdrawal obat-obatan atau zat toksik.
Hipotesis neurotransmitter utama yang terlibat dalam delirium
adalah acetycholine dan daerah utama neuroanatomi yang terkena adalah
formation retikularis. Beberapa laporan menyebutkan bahwa factor
penyebab terjadinya delirium adalah karena terjadi penurunan aktivitas
acetycholine dalam otak.
Gambaran klinis yang dapat ditemukan pada pasien dengan
delirium sangat beragam diantaranya :
Prodormal
Biasanya pasien akan mengeluh kelelahan, cemas, menjadi
iritabel, tidur terganggu
Gangguan kesadaran
Penurunan kejernihan tingkat kesadaran terhadap
lingkungan (kesadaran berkabut)
Gangguan Psikomotor
Terdiri atau hiperaktivitas dan hipoaktivitas. Hiperaktivitas,
kaitannya dengan sindrom putus zat, misalnya flushing,
16
berkeringat, takikardi, nausea, hipertermia dsb. Hipoaktivitas,
seluruh aktivitas menurun sehingga sering dikatakan sebagai
depresi
Gangguan pemusatan perhatian
Ditandai oleh adanya kesulitan mempertahankan,
memusatkan, dan mengalihkan perhatian
Gangguan Orientasi
Gangguan orientasi waktu sering terjadi (pada delirium
yang ringan), bila delirium berat akan mencakup orientasi tempat
dan orang
Gangguan Bahasa dan kognitif
Sering terjadi abnormalitas dalam berbahasa san terjadi
inkoherensi. Daya ingat dan fungsi kognitif umum mungkin
terganggu
Gangguan Persepsi
Halusinasi visual dan auditorik sering ditemukan
Gangguan Mood
Gejala yang sering Nampak adalah marah, mengamuk,
ketakutan yang tidak beralasan. Perubahan mood dapat berfluktuasi
sepanjang hari
Gangguan siklus tidur-bangun
Individu sering menunjukkan agitasi pada malam hari dan
masalah perilaku pada saat waktu tidur keadaan ini disebut
sundowning.
Gejala neurologi
Meliputi disfasia, tremor, asteriksis, inkoordinasi dan
inkontinensia urine
17
pada orang usia lanjut. Kedua macam episode itu seringkali terjadi setelah
peristiwa hidup yang penuh stress atau trauma mental lainnya (adanya
stress tidak esensial untuk penegakkan diagnosis).
F30.0 Hipomania
Pedoman diagnostic
Derajat gangguan yang lebih ringan dari mania (F.30.1) afek yang
meninggi atau berubah disertai peningkatan aktivitas, menetap
selama sekurang-kurangnya beberapa hari berturut-turut, pada
suatu derajat intensitas dan bertahan melebihi apa yang
digambarkan bagi siklotimia (F34.0), dan tidak disertai halusinasi
atau waham.
Pengaruh nyata atas kelancaran pekerjaan dan aktivitas social
memang sesuai dengan diagnosis hipomania, akan tetapi bila
kekacauan itu berat atau menyeluruh, maka diagnosis mania (F30.1
atau F30.2) harus ditegakkan.
c. Skizofrenia katatonik
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan
biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau
kurang jelas):
18
a. - Thought echo
Yaitu isi pikiran dirinya sendiri yang
berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak
keras) dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya
sama, namun kualitasnya berbeda, atau
- Thought insertion or withdrawal
Yaitu isi pikiran yang asing dari luar masuk
kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya
diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya
(Withdrawal) dan
- Thought broadcasting
Yaitu isi pikirannya tersiar keluar sehingga
orang lain atau umumnya mengetahuinya.
b. Delusion of control
Yaitu waham tentang dirinya dikendalikan oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar atau
Delusion of influence
Yaitu waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar atau
Delusion of passivity
Yaitu waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang
dirinya= secara jelas ,merujuk ke pergerakan
tubuh/anggota gerak atau kepikiran, tindakan atau
penginderaan khusus).
Delusion perception
Yaitu pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya , biasanya bersifat
mistik dan mukjizat.
c. Halusional Auditorik ;
Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus
terhadap prilaku pasien .
Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri
(diantara berbagai suara yang berbicara) atau
Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu
bagian tubuh.
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut
budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang
mustahi,misalnya perihal keyakinan agama atau politik
tertentu atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia
19
biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca atau
berkomunikasi dengan mahluk asing atau dunia lain)
Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada
secara jelas:
e. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja ,
apabila disertai baik oleh waham yang mengambang
maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif
yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-
valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari
selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus
menerus.
f. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami
sisipan (interpolation) yang berakibat inkoherensia atau
pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme.
g. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah
(excitement), posisi tubuh tertentu (posturing) atay
fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.
h. Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan
respons emosional yang menumpul tidak wajar, biasanya
yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial
dan menurunya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa
semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau
medikasi neureptika.
Adapun gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama
kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase
nonpsikotik prodromal);
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi
(personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup
tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self
absorbed attitute), dan penarikan diri secara sosial.
20
b) Gaduh-gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak
bertujuan, yang tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal)
c) Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela
mengambil dan mempertahankan posisi tubuh tertentu yang
tidak wajar atau aneh)
d) Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif
terhadap semua perintah atau upaya untuk menggerakkan,
atau pergerakkan kearah yang berlawanan)
e) Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk
melawan upaya menggerakkan dirinya
f) Fleksibilitas cerea/waxy flexibility (mempertahankan
anggota gerak dan tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk
dari luar ; dan
g) Gejala-gejala lain seperti command automatism
(kepatuhan otomatis terhadap perintah), dan pengulangan
kata-kata serta kalimat.
21
gejala. Karena delirium dapat merupakan kegawatdaruratan medis, tujuan
utama penanganan adalah mengetahui faktor predisposisi dan pencetus secara
dini. Strategi penanganan delirium dapat dibagi dalam strategi nonfarmakologis
dan farmakologis.
1. Strategi penanganan nonfarmakologis
Strategi penanganan nonfarmakologis merupakan pengobatan
utama seluruh pasien delirium; meliputi reorientasi dan intervensi tingkah
laku. Tenaga kesehatan memberi instruksi yang jelas dan sering membuat
kontak mata dengan pasien. Gangguan sensorik seperti kehilangan
penglihatan dan pendengaran, dapat diminimalisir dengan
menggunakanperalatan seperti kacamata dan alat bantudengar. Imobilisasi
harus dicegah karenadapat meningkatkan agitasi, peningkatanrisiko luka,
dan pemanjangan lamanyadelirium. Intervensi lain termasuk
membatasiperubahan ruangan dan staf sertamenyediakan kondisi perawatan
pasien yang tenang, dengan pencahayaan rendahpada malam hari. Kondisi
lingkungan yangtenang memberikan periode tidur yangtidak terganggu,
cukup penting dalam penanganandelirium. Meminimalisir penggunaanobat-
obat psikoaktif denganprotokol tidur nonfarmakologis yang meliputi3
komponen, antara lain segelas susuhangat atau teh herbal, musik relaksasi,
danpijat punggung. Protokol ini dapat dilakukansebagai bagian dari strategi
pencegahanmultikomponen yang efektif.
2. Strategi penanganan farmakologi
Strategi penanganan delirium secara farmakologi lebih jarang
dilakukan. Terapi farmakologi biasanya diberikan pada pasien delirium
yang sesuai indikasi atau diperlukan untuk mencegah pengobatan medis
lanjutan (pada delirium hiperaktif ). Terapi farmakologi pada kondisi
hipoaktif hingga saat ini masih kontroversial. Obat-obat yang
mempengaruhi perubahan tingkah lakudapatmengaburkan status mental
pasiendan menyulitkan pemantauan, oleh karena itu hendaknya dihindari
apabila memungkinkan. Haloperidol telah luas digunakan sebagai obat
pilihan untuk pengobatan agitasi akut dan memiliki kelebihan, karena
tersedia dalam bentuk parenteral, namun penggunaannya dihubungkan
dengan efek samping ekstrapiramidal dan distonia akut yang lebih tinggi
dibandingkan antipsikotik atipikal. Beberapa antipsikotik atipikal (seperti
risperidone, olanzapine, dan quetiapine) digunakan untuk mengatasi agitasi
pasien delirium, namun tidak ada data yang menunjukkan keunggulan satu
antipsikotik dibandingkan lainnya. Antipsikotik meningkatkan risiko stroke
pada pasien geriatri dengan demensia dan menyebabkan pemanjangan
interval QT. Golongan benzodiazepin, seperti lorazepam, tidak
direkomendasikan sebagai terapi lini utama pengobatan delirium, karena
22
dapat memperberat perubahan status mentaldanmenyebabkan sedasi
berlebihan.
23
3. Golongan anti anxietas:
Rasa kantuk, pusing, nyeri kepala, dan mulut kering. Gejala
paradoksal berupa eksitasi, gelisah, marah-marah dan kejang serta
adanya respiratory depression.
24
DAFTAR PUSTAKA
25