TINJAUAN PUSTAKA
Silase adalah suatu hasil pengawetan dari suatu bahan dalam suasana asam
dalam kondisi anaerob (Ensminger, 1990). Silase merupakan bahan pakan yang
(McDonald, 1981). Ensilase adalah nama dari proses pembuatannya dan silo nama
silase, ditambahkan bahan aditif yang dibagi dua yaitu sebagai stimulan
pertumbuhan bakteri asam laktat sehingga kondisi asam segera tercapai, contoh
inokulan bakteri yaitu bakteri asam laktat yang berfungsi untuk meningkatkan
populasi bakteri asam laktat dalam bahan pakan, sedangkan inhibitor fermentasi
Clostridia sehingga pakan bisa awet, sebagai contoh yaitu asam-asam organik
Silase adalah pakan yang berbahan baku hijauan, hasil samping pertanian
atau bijian berkadar air tertentu yang telah diawetkan dengan cara disimpan dalam
tempat kedap udara selama kurang lebih tiga minggu. Penyimpanan pada kondisi
vertical. Pada peternakan skala besar, silo biasanya permanen. Bisa berbahan
logam berbentuk silinder ataupun lubang dalam tanah (kolam beton). Tetapi silo
juga bisa dibuat dari drum atau bahkan dari plastik . Prinsipnya, silo
memungkinkan untuk memberikan kondisi anaerob pada bahan agar terjadi proses
Bahan untuk pembuatan silase bisa berupa hijauan atau bagian bagian lain
dari tumbuhan yang disukai ternak ruminansia, seperti rumput, legume, biji bijian,
tongkol jagung, pucuk tebu, batang nenas dan lain-lain. Kadar air bahan yang
optimal untuk dibuat silase adalah 65-75% . Kadar air tinggi menyebabkan
jamur. Kadar air yang rendah juga meningkatkan suhu silo dan meningkatkan
resiko kebakaran. Salah satu penambahan zat aditif sebagai stimulant fermentasi
konsentrasi cukup tinggi (sekitar 8-12%) dan hanya sedikit mengandung asam
anaerob
2000).
Proses fermentasi secara anaerob (kedap udara) dapat dipengaruhi pula oleh
kepadatan bahan. Pemadatan bahan baku silase terkait dengan ketersediaan oksigen
di dalam silo, semakin padat bahan, kadar oksigen semakin rendah sehingga proses
pengawet, panjang pemotongan, dan kepadatan hijauan dalam silo (Regan, 1997).
1. Warna silase, silase yang baik umumnya berwarna hijau kekuningan atau
kecoklatan. Sedangkan warna yang kurang baik adalah coklat tua atau kehitaman.
2. Bau, sebaiknya bau silase agak asam atau tidak tajam. Bebas dari bau manis, bau
3. Tekstur, kelihatan tetap dan masih jelas. Tidak menggumpal, tidak lembek dan
tidak berlendir.
4. Keasaman, kualitas silase yang baik mempunyai pH 4,5 atau lebih rendah dan
bebas jamur.
sebagai pakan ternak mempunyai kadar karbohidrat tinggi 48-60% sebagai gula,
kadar gula inilah yang dimanfaatkan mikroba sebagi sumber energi yang diubah
menjadi asam laktat sehingga menghasilkan bau asam yang segar, dan hasil ini sesuai
bahwa kualitas silase yang baik (Yudith 2010), menurut Cullison (1975) sebaiknya
bau silase agak asam atau tidak tajam. Fermentasi berlangsung baik apabila
harus dalam suasana asam. (Siregar 1996). Silase yang baik memiliki warna
yang tidak jauh berbeda dengan warna bahan dasar itu sendiri. silase yang berkualitas
baik mempunyai ciri-ciri tekstur, kelihatan tetap dan masih jelas, tidak menggumpal,
(1997) menyatakan bahwa apabila udara (oksigen) masuk maka populasi yeast dan
jamur akan meningkat dan menyebabkan panas dalam silase karena proses respirasi.
DAFTAR PUSTAKA
Bolsen KK, Ashbell G, Wilkinson JM. 2000. Biotechnology in Animal Feeds and
Animal Feeding : Silage Addtive. Weinheim. New York. Basel.
Cambridge. Tokyo : VCH.
Cullison, A. E. 1975. Feed And Feding. University Of George Reston Publishing
Company Inc. Virginia.
Ensminger, M, L. 1990. Feed and Nutrition 2nd edition. The Ensminger
Publishing. Company, California.
Regan, C.S. 1997. Forage Concervation in The Wet/ Dry Tropics for Small
Landholder Farmers. Thesis.Faculty of Science, Nothern Territory
University, Darwin Austalia.
Sapienza, DA dan K.K. Bolsen. 1993. Teknologi Silase: penanaman, pembuatan
dan pemberian pada ternak. Diterjemahkan oleh B. S. M. Rini
Siregar, S.B. 1996. Pengawetan Pakan Ternak. Penebar Swadaya, Jakarta.
Utomo, R. 1999. Teknologi Pakan Hijauan. Fakultas Peternakan, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
Yudith Taringan A., 2010. Pemamfaatan Pelepah sawit dan Hasil Ikutan Industri
Kelapa Sawit Terhadap Pertumbuhan Sapi Peranakan Simental Fase
Pertumbuhan. Departemen Pendidikan Fakultas Sumatra Utara.