Referat Status Epileptikus
Referat Status Epileptikus
PENDAHULUAN
1
jangka panjang dari SE yaitu epilepsi (20% - 40%), ensefalopati (6% -15%) dan
defisit neurologis fokal (9%-11%).3
1.3. Manfaat
1.3.1. Manfaat Teoritis
Untuk meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan ilmu tentang
kasus status epileptikus.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Menurut International League Againts Epilepsy (ILAE) hanya
menyatakan bahwa SE adalah kejang yang berlangsung terus-menerus selama
periode waktu tertentu atau berulang tanpa disertai pulihnya kesadaran diantara
kejang.1
Pada konvensi Epilepsy Foundation of America (EFA), status epileptikus
didefenisikan sebagai keadaan dimana terjadinya dua atau lebih rangkaian kejang
tanpa adanya pemulihan kesadaran diantara kejang atau aktivitas kejang yang
berlangsung lebih dari 30 menit. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa jika
seseorang mengalami kejang persisten atau seseorang yang tidak sadar kembali
selama lima menit atau lebih harus dipertimbangkan sebagai status epileptikus.1
2.2 Epidemiologi
Insidens SE pada anak diperkirakan sekitar 10 58 per 100.000 anak.
Status epileptikus lebih sering terjadi pada anak usia muda, terutama usia kurang
dari 1 tahun dengan estimasi insidens 1 per 1.000 bayi.
2.3 Etiologi1,4
Menurut DeLorenzo et al (2009) ditinjau dari penyebabnya, epilepsi
dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Epilepsi Primer (Idiopatik)
Epilepsi primer hingga kini tidak ditemukan penyebabnya, tidak
ditemukan kelainan pada jaringan otak. Diduga bahwa terdapat kelainan
atau gangguan keseimbangan zat kimiawi dan sel-sel saraf pada area
jaringan otak yang abnormal.
2. Epilepsi Sekunder (Simtomatik)
Epilepsi yang diketahui penyebabnya atau akibat adanya kelainan pada
jaringan otak. Kelainan ini disebabkan karena dibawa sejak lahir atau
adanya jaringan parut sebagai akibat kerusakan otak pada waktu lahir
3
atau pada masa perkembangan anak, cedera kepala (termasuk cedera
selama/sebelum kelahiran), gangguan metabolisme dan nutrisi (misalnya
hipoglikemi, fenilketonuria, defisiensi vitamin B6), faktor-faktor toksik
(putus alkohol, uremia), ensefalitis, anoksia, gangguan sirkulasi, dan
neoplasma.
DeLorenzo et al (2009) melaporkan bahwa pada pasien dibawah usia 16
tahun, penyebab paling umum adalah demam atau infeksi (36%). Pasien
dengan riwayat epilepsi sebelumnya mempunyai risiko lebih tinggi
terjadinya SE. Hal ini termasuk juga pasien yang cenderung mengalami
epilepsi berulang serta ketidakteraturan dalam meminum obat
antikonvulsan.
4
Gagal ginjal, rhabdomyolisis, hipertermia dan DIC
5
b. Status Epileptikus Klonik-Tonik-Klonik (Clonic-Tonic-Clonic Status
Epileptikus)
Adakalanya status epileptikus dijumpai dengan aktivitas klonik
umum mendahului fase tonik dan diikuti oleh aktivitas klonik pada
periode kedua.
6
epileptikus non-konvulsif ditandai dengan stupor atau biasanya koma.
Ketika sadar, dijumpai perubahan kepribadian dengan paranoid,
delusional, cepat marah, halusinasi, tingkah laku impulsif (impulsive
behavior), retardasi psikomotor dan pada beberapa kasus dijumpai
psikosis.
b. Status Somatosensorik
Jarang ditemui tetapi menyerupai status somatomotorik dengan
gejala sensorik unilateral yang berkepanjangan atau suatu sensory
jacksonian march.
7
Pemeriksaan fisik
o Penilaian kesadaran, pemeriksaan fisik umum yang menunjang ke arah
etiologi kejang seperti ada tidaknya demam, hemodinamik, tanda-tanda
dehidrasi maupun tanda-tanda hipoksia.
o Pemeriksaan neurologi meliputi ada tidaknya kelainan bentuk kepala,
ubun-ubun besar, tanda rangsang meningeal, nervus kranial, motorik,
refleks fisiologis dan patologis.
Pemeriksaan Penunjang
a. Imaging yaitu CT Scan dan MRI untuk mengevaluasi lesi
struktural di otak
b. EEG untuk mengetahui aktivitas listrik otak dan dilakukan secepat
mungkin jika pasien mengalami gangguan mental
c. Pungsi lumbal, dapat kita lakukan jika ada dugaan infeksi CNS
atau perdarahan subarachnoid.
2.7 Penatalaksanaan5,6,7
Tatalaksana pada status epileptikus adalah memanajemen jalan napas dan
pernapasan, stabilisasi hemodinamik, terminasi kejang dan penghentian kejang
berulang.
Status epileptikus pada anak merupakan suatu kegawatan yang
mengancam jiwa dengan resiko terjadinya gejala sisa neurologis. Makin lama
kejang berlangsung makin sulit menghentikannya, oleh karena itu tatalaksana
kejang umum yang lebih dari 5 menit adalah menghentikan kejang dan mencegah
terjadinya status epileptikus.
8
2.8 Prognosis6
Gejala sisa lebih sering terjadi pada SE simtomatis; 37% menderita defisit
neurologis permanen, 48% disabilitas intelektual. Sekitar 3-56% pasien yang
mengalami SE akan mengalami kembali kejang yang lama atau status epileptikus
yang terjadi dalam 2 tahun pertama. Faktor risiko SE berulang adalah; usia muda,
ensefalopati progresif, dan sindrom epilepsi. Angka kematian bayi dan anak
akibat SE saat ini cenderung mengalami penurunan, hal ini kemungkinan
disebabkan oleh penanganan yang lebih baik dan ketersediaan fasilitas ruang
intensif yang semakin memadai.
9
BAB III
KESIMPULAN
Status epileptikus adalah keadaan dimana terjadinya dua atau lebh rangkaian
kejang tanpa adanya pemulihan kesadaran diantara kejang atau aktivitas
kejang yang berlangsung lebih dari 30 menit.
Status epileptikus merupakan suatu kegawatdaruratan di bidang neurologi
anak yang harus segera ditangani karena dapat menyebabkan kerusakan saraf
dan otak yang dapat menyebabkan kematian.
Benzodiazepine telah menjadi terapi lini pertama untuk status epileptikus.
Meskipun pengobatan awal menggunakan benzodiazepine efektif pada
sejumlah besar pasien, banyak kasus kejang yang membutuhkan pengobatan
lanjutan.
Penanganan status epileptikus bukan hanya sebatas menghentikan kejang,
akan tetapi juga harus mengidentifikasikan penyakit yang mendasari, dimana
hal ini penting untuk menentukan prognosisnya.
10
DAFTAR PUSTAKA
11