Pembimbing:
Dr. S. K. Sulistyaningrum, Sp.KK
Kepaniteraan Klinik
Stase Ilmu Kulit dan Kelamin RSIJ Cempaka Putih
Program Studi Dokter
Fakultas Kedokteran Dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2016
BAB I
LAPORAN KASUS
Riwayat Imunisasi
DASAR LANJUTAN
BCG : 1x, saat usia 2 bulan
DPT : 3x, saat usia 2, 4, 6 bulan
POLIO : 4x, saat usia 0, 2, 4, 6 bulan Tidak ada imunisasi ulangan
HEPATITIS B : 3x saat lahir, usia 1 dan 6 bulan
CAMPAK : 1x saat berumur 9 bulan
Kesan : imunisasi dasar lengkap.
Riwayat Nutrisi
Pasien mendapatkan ASI ekslusif sampai 6 bulan
Pada usia 7 bulan pasien mulai diberi makan seperti bubur nestle dan milna, juga
diberi susu formula
Susu formula diberikan sebanyak 2-3 botol perhari, bubur nestle diberi 3 kali sehari
namun sering tidak habis, sesekali diselingi pemberian biskuit bayi
Bubur nasi dan lauk mulai diberikan pada usia 8 bulan, lauk yang dicoba biasanya
adalah ati ayam dan telur dan beberapa sayuran yang direbus sampai lembek
Sekarang makan 2-3x sehari komposisi nya nasi, ayam atau daging, dan telur, anak
suka makan kue dan jajanan
Anak jarang makan sayur, namun suka makan buah
Kesan : Kualitas dan kuantitas cukup memenuhi kebutuhan
8.2.PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : tampak sakit ringan, tidak rewel
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital
Suhu : 36,5 0C
Tekanan darah : tidak dilakukan
Denyut nadi : 110 x/ menit, rama teratur, isi cukup
Pernapasan : 26 x / menit
Antropometri
BB : 20 kg
TB : 110 cm
8.3.STATUS GENERALIS
KEPALA
Bentuk : Normosepal,ubun-ubun besar tidak cekung
Rambut : Hitam,distribusi merata, tidak mudah rontok
Mata : Edema palpebra (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks
cahaya (+/+), pupil isokor, air mata biasa, mata cekung (-/-),
Hidung : Pernapasan cuping hidung (-/-), sekret (+/+), septum deviasi (-), nyeri
tekan (-), epitaksis (-/-)
Telinga : Normotia, serumen keluar dari telinga (-/-)
Mulut : Bibir pucat (-), bibir kering (+), sianosis (-), lidah kotor (-), stomatitis (+) di
bibir bawah bagian dalam, disekitar mulut terdapat bercak merah
Leher : kaku kuduk (-), Pembesaran KGB (-)
THORAKS
Inspeksi : Dada simetris, retraksi dinding dada (-) , tidak ada bagian dada yang
tertinggal saat bernafas, otot bantu pernapasan (-)
Palpasi : simetris, vocal fremitus (tidak diakukan), tidak ada bagian dada
yang tertinggal saat bernapas, nyeri tekan (-)
Perkusi : sonor pada semua lapang paru
Auskultasi : Suara paru vesikuler, wheezing (-/-), ronki(-/-)
JANTUNG
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : BJ I & II reguler(+), murmur (-), gallop (-)
ABDOMEN
Inspeksi : Perut tampak simetris, distensi (-)
Auskultasi : Bising usus ( + )
Palpasi : Turgor kulit kembali cepat, elastisitas baik, nyeri tekan (-),
hepatomegali (-),splenomegali (-)
Perkusi : timpani di 4 kuadran abdomen
EKTREMITAS ATAS
Akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-), sianosis (-), ruam kemerahan telapak tangan
(+)
EKSTREMITAS BAWAH
Akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-), sianosis (-), ruam kemerahan telapak kaki (+)
STATUS DERMATOLOGIKUS
Lokasi : palmaris dextra, digiti 3,4,5 falang 2,3
Efloresensi : makula eritematosa, millier-lentikuler, multiple, diskret, sirkumskrip
1.7.RENCANA PENATALAKSANAAN
1.Istirahat cukup.
2.Pengobatan spesifik tidak ada.
3.Simptomatik :
- Antiseptik di daerah mulut: obat kumur betadine
- antihistamin sistemik: CTM 4mg Tab NO VI 2x1
- Cairan cukup.
- vit C
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit Kaki, Tangan, dan Mulut (KTM), atau Hand, Foot and Mouth Disease
(HFMD) dan dikenal juga dengan istilah Flu Singapura adalah penyakit yang umumnya
diderita oleh bayi dan anak-anak di bawah usia 10 tahun. Periode usia yang terkena yaitu
antara usia 6 bulan sampai 3 tahun, namun ada laporan kasus yang menyebutkan bahwa bayi
baru lahir atau usia dewasa di atas 25 tahun dapat terkena penyakit ini.(1)
Tangan, kaki dan penyakit mulut (HFMD) adalah infeksi virus yang biasanya ringan
dan selflimiting disease. Hal ini ditandai dengan demam prodromal singkat, diikuti oleh
faringitis, ulkus pada mulut dan ruam pada tangan dan kaki. Penyakit ini disebabkan oleh
virus dari anggota Enterovirus dari genus Picornaviridae misalnya Coxsackievirus tipe A
(CA) dan Enterovirus 71 (EV71), dengan gambaran klinis yang berbeda. Transmisi terjadi
dari manusia ke manusia melalui kontak langsung dengan air liur, tinja, cairan tubuh atau
droplet dari saluran napas dari orang yang terinfeksi dan secara tidak langsung melalui
benda(2). Di Singapura, wabah pertama HFMD dilaporkan pada bulan Juni sampai Juli 1970
namun agen etiologinya belum diketahui.(3) Dua wabah lainnya terkait dengan CA16
yang dilaporkan selama periode antara September 1972 dan Januari 1973, dan antara
September dan Desember 1981.(4) Wabah terbesar dari HFMD yang disebabkan oleh EV71
dengan 3790 kasus dan 4 kematian terjadi di Singapura antara September dan Desember
2000. Temuan patologis utama yang didapat dari hasil pada otopsi adalah pneumonitis
interstitial, miokarditis dan ensefalitis.(5)
Dari berbagai sumber dilaporkan bahwa akhir-akhir ini penyakit tersebut sudah
banyak penderitanya di Indonesia. Penyakit ini banyak berjangkit pada musim panas dan
kering, dan pada masa awal turunnya hujan. Meskipun di Indonesia penyakit ini dinyatakan
bukan merupakan penyakit yang digolongkan berbahaya, namun wabah yang terjadi selama
April sampai Juli 1998 di Taiwan, dimana Enterovirus 71 (EV71) telah diidentifikasi sebagai
agen etiologi yang utama. Wabah itu dikaitkan dengan tingkat kematian sangat tinggi pada
anak-anak kecil. Setidaknya terdapat 55 kasus fatal yang awalnya dilaporkan(6,7) pada anak-
anak yang memiliki keluhan yang sulit disembuhkan setelah fase prodromal akut penyakit,
banyak dari mereka yang mengalami gangguan neurologis selama sakit dan meninggal dalam
waktu 24 jam rawat inap (8). Selain itu dari April sampai Juni 1997, 29 anak yang sebelumnya
sehat berusia kurang dari 6 tahun di Sarawak, Malaysia, meninggal karena kegagalan
kardiorespirasi cepat progresif selama wabah HFMD yang terutama disebabkan oleh
enterovirus 71 (EV71)(9) .
Untuk pengobatan HFMD, sampai sekarang belum ada obat spesifik untuk
mengatasinya kecuali obat-obatan simptomatik untuk menekan gejala. Penyakit ini
disebabkan oleh virus yang sama sekali berbeda dengan penyakit kaki dan mulut pada
binatang ternak. Gejalanya yang mirip dengan sindroma Stevens-Johnson akibat alergi
(10)
terhadap penggunaan beberapa jenis obat , dan juga mirip dengan cacar air tetapi lokasi
pertumbuhan vesikel dan ulkus di kulit secara spesifik banyak timbul di rongga mulut,
telapak tangan, dan telapak kaki.
BAB II
Hand Foot and Mouth Disease
2.1 Definisi
2.2 Epidemiologi(2,19,25)
HFMD terkait dengan EV71 telah lebih sering di Asia Tenggara dalam
beberapa tahun terakhir. Faktor resiko dalam epidemi penyakit ini termasuk kehadiran
pusat penitipan anak, seringnya berkontak dengan penderita HFMD, jumlah anggota
keluarga yang besar, dan tempat tinggal di pedesaan.
Menurut laporan, HFMD menunjukkan tidak memiliki predileksi seksual.
Beberapa data epidemi mengamati rasio laki-laki dan perempuan dominasi sedikit
1.2-1.3:1.
Baru-baru ini (Juli 2012), di Asia (terutama Kamboja), anak-anak yang diduga
terinfeksi Enterovirus 71 memiliki angka kematian 90%. Ini epidemi (terutama pada
bayi, balita, dan anak di bawah 2 tahun) masih dalam penyelidikan intensif dan itu
adalah peneliti kemungkinan akan memiliki pemahaman yang lebih baik dari angka
kematian yang tinggi terkait dengan enterovirus 71. Jika Enterovirus 71 yang pada
akhirnya ditemukan bertanggung jawab atas kematian, kemungkinan virus telah
mengembangkan kemampuan mematikan baru untuk cepat menginfeksi dan merusak
jaringan paru-paru anak-anak. Namun, penelitian yang sedang berlangsung dan
beberapa peneliti menunjukkan bahwa anak-anak mati dari kombinasi enterovirus 71,
suis Streptococcus, dan koinfeksi virus dengue.
2.3 Etiologi(25)
Penyakit KTM ini adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus RNA
yang masuk dalam family Picornaviridae, Genus Enterovirus. Genus yang lain adalah
Rhinovirus, Cardiovirus, Apthovirus. Didalam Genus enterovirus terdiri dari
Coxsackie A virus, Coxsackie B virus. Penyebab KTM yang paling sering pada
pasien rawat jalan adalah Coxsackie A16, sedangkan yang sering memerlukan
perawatan karena keadaannya lebih berat atau ada komplikasi sampai meninggal
adalah Enterovirus 71.
Coxsackie virus yang dipisahkan menjadi dua kelompok yaitu A dan B, yang
didasarkan pada pengaruhnya terhadap tikus yang baru lahir (Coxsackie A
menyebabkan cedera otot, kelumpuhan, dan kematian,. Coxsackie B mengakibatkan
kerusakan organ, tetapi hasil kurang parah). Ada lebih dari 24 berbeda serotipe virus
dimana masing-masing virus memiliki protein yang berbeda pada permukaannya.
Virus Coxsackie menginfeksi sel inang dan menyebabkan sel inang menjadi lisis.
2.5 Patofisiologi
Penyakit ini sangat menular dan sering terjadi dalam musim panas. KTM
adalah penyakit umum yang biasa terjadi pada kelompok masyarakat yang sangat
padat dan menyerang anak-anak usia 2 minggu sampai 5 tahun. Orang dewasa
umumnya kebal terhadap enterovirus. Penularannya melalui kontak langsung dari
manusia ke manusia yaitu melalui droplet, air liur, tinja, cairan dari vesikel atau
ekskreta. Penularan kontak tidak langsung melalui barang, handuk, pakaian, peralatan
makanan, dan mainan yang terkontaminasi oleh sekret tersebut. Tidak ada vektor
tetapi ada pembawa penyakit seperti lalat dan kecoa.
Penyakit KTM ini mempunyai imunitas spesifik, namun anak dapat terkena
KTM lagi oleh virus strain Enterovirus lainnya. Penyakit tangan, kaki dan mulut
adalah penyakit umum dan penyebarannya dapat terjadi di antara kelompok anak,
misalnya di sekolah atau di tempat penitipan anak. Penyakit tangan, kaki dan mulut
biasanya tersebar melalui hubungan sesama manusia. Virus ini tersebar melalui fekal-
oral pada tangan yang tercemar, namun bisa juga disebarkan melalui lendir mulut atau
sistem pernapasan dan kontak langsung dengan cairan di dalam lepuhnya. Sesudah
berhubungan dengan orang yang terkena, biasanya di antara 3-5 hari lepuh baru akan
timbul. Selama masih ada cairannya, lepuh ini bisa menular dan virus ini juga bisa
berminggu-minggu berada di dalam kotoran.
Penyakit KTM mempunyai masa inkubasi 3-6 hari. Selama masa epidemik,
virus menyebar dengan sangat cepat dari satu anak ke anak yang lain atau dari ibu
kepada janin yang dikandungnya. Virus menular melalui kontak langsung dengan
sekresi hidung dan mulut, tinja, maupun virus yang terhisap dari udara. Implantasi
dari virus di dalam bukal dan mukosa ileum segera diikuti dengan penyebaran menuju
nodus-nodus limfatik selama 24 jam. Setelah itu segera timbul reaksi berupa bintik
merah yang kemudian membentuk lepuhan kecil mirip dengan cacar air di bagian
mulut, telapak tangan, dan telapak kaki. Selama 7 hari kemudian kadar antibodi
penetral akan mencapai puncak dan virus tereliminasi (8,9,10).
Permasalahan utama pada anak-anak dan balita adalah kesulitan untuk makan
dan minum yang dengan beberapa bentuk komplikasi seperti mual, muntah, dan diare
akibat ulkus di saluran pencernaan, serta demam panas, dapat menyebabkan dehidrasi.
Di samping itu kemungkinan terjadinya superinfeksi oleh mikroba lain dapat
memperparah penyakit dan menyebabkan berbagai komplikasi.
Contoh kasus(20) :
Seorang anak laki-laki berumur 4 tahun dengan riwayat demam ringan sejak 5
hari, malaise dan riwayat timbul ruam vesikular sejak 3 hari. Terdapat ruam pada
telapak tangan (gambar A), telapak kaki (gambar B), lidah (gambar C), dan bokong.
Gambaran klinis ini sangat karakteristik pada tangan, kaki, dan mulut. Lesi khas pada
kulit berupa vesikel elips dikelilingi oleh halo eritematosa.
gambar A.
gambar B.
gambar C.
2.9 Komplikasi
Beberapa komplikasi yang perlu diwaspadai adalah sebagai berikut :
- Dehidrasi pada anak-anak dan balita, harus dirawat di rumah sakit dan diinfus dengan
cairan elektrolit dan nutrisi. Sebagai pencegahan banyak diberikan cairan elektrolit,
misalnya oralit.
- Infeksi pada kulit atau ulser di mulut oleh bakteri dan/atau jamur.
- Kasus komplikasi yang jarang: meningoensefalitis, miokarditis, edema paru, dan
kematian(18,19).
3.0 Pengobatan
Pada kondisi penderita dengan kekebalan dan kondisi tubuh cukup baik, biasanya
tidak diperlukan pengobatan khusus. Peningkatan kekebalan tubuh penderita dilakukan
dengan pemberian konsumsi makanan dan cairan dalam jumlah banyak dan dengan kualitas
gizi yang tinggi, serta diberikan tambahan vitamin dan mineral jika perlu. Jika didapati
terjadinya gejala superinfeksi akibat bakteri maka diperlukan antibiotika atau diberikan
antibiotika dosis rendah sebagai pencegahan.
Secara umum, untuk menekan gejala dan rasa sakit akibat timbulnya luka di mulut
dan untuk menurunkan panas dan demam, digunakan obat-obatan golongan analgetika dan
antipiretika. Dari aspek farmakoterapi, hal penting untuk diperhatikan dalam pengobatan
penyakit KTM adalah bahwa beberapa golongan obat dapat menimbulkan sindroma Stenven-
Johnson yang menunjukkan gejala mirip dengan penyakit KTM dan dapat memperparah
ulser. Golongan obat tersebut adalah : barbiturat, karbamazepin, diflusinal, hidantoin,
ibuprofen, penisilin, fenoftalein, fenilbutazon, propranolol, kuinin, salisilat, sulfonamida,
sulfonilurea, sulindac, dan tiazida (20).
Antiseptik oral digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi akibat jamur atau
bakteri. Beberapa golongan antasida dan pelapis mukosa lambung juga digunakan untuk
mengatasi ulkus di saluran cerna dan lambung. Berikut adalah daftar obat-obatan yang bisa
digunakan untuk mengatasi simptomatik Penyakit Kaki Tangan dan Mulut (20,21,22,23,24).
6. Golongan Antasida dan Antiulser digunakan untuk mengatasi gastritis, ulser di mulut dan
saluran cerna. Biasanya digunakan untuk kumur, namun jika didiagnosis ada luka di saluran
gastrointestinal maka antasida ditelan.
Nama Obat Sukralfat (Carafate) antasida dengan
kompleks aluminium untuk treatmen ulser
mukosa mulut. Sama efeknya terhadap ulser
pada saluran cerna, sukralfat membentuk
suatu lapisan kental yang menyelimuti
saluran cerna bersama menahan pepsin, asam
lambung, dan garam empedu. Dengan aksi
tersebut, memudahkan pemulihan luka-luka
di saluran cerna.
Penggunaan pada penderita dewasa Kontrol simptomatik ulser di mulut :
dikombinasi dengan antasida koloidal alukol
dan magnesium hidroksida (Mylanta),
lidokain kental dan difenhidramin, dicampur
dalam bentuk cairan untuk dikumur beberapa
kali sehari. Jika didiagnosis ada luka ikutan
di sepanjang saluran cerna, antasida dan
difenhidramin dapat ditelan dengan dosis
yang dianjurkan.
Dosis anak-anak Disesuaikan dengan bobot badan, digunakan
sama dengan cara penggunaan pada penderita
dewasa.
Kontraindikasi Riwayat hipersensitivitas.
Interaksi Menurunkan efek ketokonazol,ciprofloxacin,
tetrasiklin, fenitoin, warfarin, kuinidin,
teofilin, norfoxacin; antasida, bloker H2,
digoksin, lansoprazole, levotiroksin, fenitoin,
dan absorpsi teofilin.
Kehamilan B- Biasanya aman, perlu dipertimbangkan
manfaat dibandingkan resiko.
Perhatian Bisa menyebabkan gagal ginjal jika terjadi
absorpsi berlebihan dari aluminium
1. Wolff K, Johnson RA, Suurmond D. Viral infections of skin and mucosa. In:
Fitzpatrick's Color Atlas & Synopsis of Clinical Dermatology. 8th ed. New York, NY:
McGraw-Hill; 2014.p.790-92.
2. Dyne, P., MD, Pediatrics, Hand-Foot-and-Mouth Disease, e-Medicine.com, last up
date 5 January 2015
3. Graham, B.S., MD, Hand-Foot-and-Mouth Disease, e-Medicine.com, last up date 6
January 2010
4. Departemen of Dermatology Univ. Iowa College of Medicine, Available from URL
: http://tray.dermatology.uiowa.edu/Coxsack01.htm.
5. Goksugur N. Hand Foot and Mouth Disease. Available from URL :
http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMicm0910628.Accessed October 10, 2012.
6. Nervi SJ. Hand Foot and Mouth Disease. Available from URL :
http://emedicine.medscape.com/article/218402-overview#a0199. Mersch J. Hand Foot
and Mouth Syndrome. Available from URL :
http://www.medicinenet.com/hand-foot-and-mouth_syndrome/page3.htm.